Anda di halaman 1dari 9

BAB VIII

ODALOG 7000

A. LATAR BELAKANG
Menurut Harssema dalam Mulia (2005), pencemaran udara diawali oleh adanya emisi.
Emisi merupakan jumlah polutan atau pencemar yang dikeluarkan ke udara dalam satuan
waktu. Perubahn kualitas udara ambien dari waktu ke waktu dipengaruhi oleh sumber emisi
gas buangan dari berbagai kegiatan dan faktor meteorologi. Sumbr emisi dapat berasal dari
kendaraan bermotor, industri dan kegiatan lainnya. Sedangkan faktor meteorologi terdiri
dari iklim, cuaca, kecepatan dan arah angina, suhu udara dan kelembaban.
Pencemaran udara menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan
normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing dalam udara dengan jumlah tertentu serta
berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan
manusia, hewan dan tumbuhan. Bila keadaan tersebut terjadi maka udara dikatakan sudah
tercemar (Wardhana.W.A, 2001). Sejalan dengan perkembangan pada daerah perkotaan,
keseimbangan komposisi udara terganggu bahkan komposisinya berubah yaitu dengan
masuknya zat-zat pencemar seperti polutan kendaraan bermotor menghasilkan 85% dari
seluruh pencemaran udara yang terjadi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2017
jumlah kendaraan bermotor di Sumatera Selatan lebih dari 1 juta yaitu 1.146.022, salah satu
emisi gas buang akibat pembakaran dari kendaraan bermotor adalah CO2 dengan banyaknya
jumlah kendaraan maka makin tinggi pula pencemaran udara. Selain itu gas yang menjadi
pencemar udara adalah CH4 , Cl2 , dan NH3. Gas tersebut berasal dari asap pabrik,
pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan asap kendaraan bermotor. Udara yang
tercemar dengan partikel dan gas ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang
berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya .
Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru – paru
dan pembuluh darah atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit . Menurut World Health
Organization (WHO) polusi udara sebabkan 7 juta kematian pertahun di dunia (WHO,
2019). Maka dari itu perlu dilakukan pengukuran konsentrasi gas pencemar udara di
lingkungan apakah telah melewati nilai ambang batas, gas-gas tersebut diantaranya
adalah CO 2 , CH4 , Cl2 , dan NH3 .
B. TUJUAN
1. Mengetahui cara pengukuran konsentrasi gas CO2 , CH4 , Cl2 , dan NH3 .
2. Mengetahui konsentrasi oksigen (O2) di gerbang depan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya.
3. Mengetahui konsentrasi gas CO2 , CH4 , Cl2 , dan NH3 di gerbang depan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
4. Mengetahui Nilai Ambang Batas (NAB) CO2 , CH4 , Cl2 , dan NH3
C. TEORI
a. Udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi
bumi (Kristanto 2004). Di dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, karbon
dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon (O3) untuk
menahan sinar ultra violet.
b. Pencemaran Udara
Pengertian pencemaran udara menurut PP No.41 Tahun 1999 adalah masuknya
atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien
oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ketingkat tertentu
yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Keadaan udara
yang terdapat bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan
perubahan susunan atau komposisi udara dari keadaan normalnya disebut dengan
pencemaran udara (Wardhana 2004).
Pencemaran udara pada dasarnya berbentuk partikel (debu, aerosol, timah hitam)
dan gas (CO, NOx, SOx, H2S, CO2 , CH4 , Cl2 , dan NH3). Udara yang tercemar dengan
partikel dan gas ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan
dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya . Gangguan
tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru – paru dan
pembuluh darah atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit . Pencemar gas yang
terlarut dalam udara dapat langsung masuk kedalam tubuh sampai ke paru – paru
yang pada akhirnya diserap oleh sistem peredaran darah. Gas pencemar udara
berasal dari industri, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan asap kendaraan
bermotor.
1. Karbon Monoksida (CO2)
Menurut Sihotang dan Assomadi (2010), karbon dioksida (CO2) merupakan
senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen (O2) yang terikat secara kovalen
dengan atom karbon (C) sebagai buangan dari sisa hasil pembakaran karbon yang
sempurna. Dalam proses terbentuknya karbon dioksida (CO2) di udara, senyawa
karbon (C) tereaksi dengan oksigen (O2) menggunakan energi (CO2). Bila
pembakaran karbon sempurna akan menghasilkan gas karbon dioksida (CO2)
namun jika pembakaran karbon tidak sempurna karena kurangnya oksigen maka
akan menghasilkan gas karbon monoksida (CO) yang bersifat racun.
Menurut Institut Nasional untuk Kesehatan dan Keamanan Kerja Amerika Serikat
(NIOSH) karbon dioksida (CO2) meskipun tidak bersifat racun dan tidak berdampak
langsung pada kesehatan manusia. Karbon dioksida (CO2) bersifat beracun pada
jantung dan menyebabkan menurunnya gaya kontraktil. Pada konsentrasi 3%
berdasarkan volume di udara, karbon dioksida (CO2) bersifat narkotik ringan dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi serta menurunkan daya
dengar. Pada konsentrasi sekitar 5% berdasarkan volume, menyebabkan stimulasi
pusat pernafasan, pusingpusing, kebingungan, dan kesulitan pernafasan yang diikuti
sakit kepala dan sesak nafas. Pada konsentrasi 8%, menyebabkan sakit sakit kepala,
keringatan, penglihatan buram, tremor, dan kehilangan kesadaran setelah paparan
selama 5-10 menit.
Nilai Ambang Batas (NAB) karbon dioksida (CO2) berdasarkan SNI 19-0232-2005
adalah 5000 ppm.
2. Metana (CH4)
Metana (CH4) merupakan gas telusur yang menduduki peringkat ke-5 terbesar
di atmosfer setelah argon (Ar), karbon dioksida (CO2), neon (Ne), dan helium (He)
(Pawitan, 1989). Metana adalah Gas yang molekulnya tersusun dari satu atom
karbon dan empat atom hidrogen. Metana merupakan gas rumah kaca yang
dihasilkan dari proses penguraian bahan organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang
hidup dalam kondisi tanpa udara). Metana terdapat secara alami dan merupakan
unsur utama biogas dan gas bumi. Metana adalah gas rumah kaca lain yang terdapat
secara alami. Metana dihasilkan ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu
menguraikan bahan organik pada kondisi tanpa udara (anaerob). Gas ini juga
dihasilkan secara alami pada saat pembusukan biomassa.
Metana tidak beracun, tetapi sangat mudah terbakar dan dapat
menimbulkan ledakan apabila bercampur dengan udara. Metana sangat reaktif
pada oksidator, halogen, dan beberapa senyawa lain yang mengandung unsur
halogen. Metana juga bersifat gas asfiksian dan dapat menggantikan oksigen dalam
ruangan tertutup. Asfiksia dapat terjadi apabila konsentrasi oksigen di udara
berkurang sampai di bawah 16% volume, karena kebanyakan orang hanya dapat
mentoleransi pengurangan kadar oksigen sampai 16% tanpa merasa sakit. Gas
metana dapat masuk ke dalam interior sebuah gedung yang dekat dengan tempat
pembuangan akhir dan menyebabkan orang didalamnya terpapar metana.
3. Khlorin (Cl2)
Senyawa khlorine yang mengandung khlor yang dapat mereduksi atau
mengkonversi zat inert atau zat kurang aktif dalam air,yang termasuk senyawa
khlorin adalah asam hipokhlorit (HOCL) dan garam hipokhlorit (OCL).
Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat.
Berat jenis gas khlorin 2,47 kali berat udara dan20 kali berat gas hidrogen khlorida
yang toksik. Reaksi yang terjadi akan menghasilkan asam klorida dan asam hipoklorit
yang memicu iritasi pada mata dan paru-paru serta memicu korosi pada jaringan.
Saat terpapar gas klorin, seseorang harus segera mencari pertolongan medis.
Gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan. Apabila
gas khlorin masukdalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan
dapat membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosifdan menyebabkan
iritasi dan peradangan. Selain itu gas khlorin juga dapat mencemari atmosfer. Pada
kadar antara 3,0 – 6,0 ppm gas khlorin terasa pedas danmemerahkan mata. Dan bila
terpapar dengan kadar sebesar 14,0 – 21,0 ppm selama 30 –60 menit dapat
menyebabkanpenyakit paru-paru (pulmonari oedema) dan bisa menyebabkan
emphysema dan radang paru-paru.
Nilai Ambang Batas (NAB) gas klorin adalah 0.5 ppm berdasarkan SNI 19-0232-
2005 tentang Zat Kimia di Udara Tempat Kerja.
4. Amonia (NH3)
Amonia (NH3) merupakan gas tidak berwarna, berbau khas amoniak, dan mudah
larut dalam air yang memiliki titik leleh -770C dan titik didih -33.40C. NH3 merupakan
gas mudah menyala (termasuk gas yang tidak stabil secara kimiawi/chemically
unstable gas).
Berdasarkan MSDS Amonia mengandung gas bertekanan rendah; bisa meledak
jika dipanaskan. Berbahaya jika tertelan. Menyebabkan luka bakar parah pada kulit
dan kerusakan mata, beracun jika terhirup. Sangat beracun ke kehidupan akuatik.
Toksisitas akut pada pernafasan, kerusakan / gangguan kulit, gangguan
mata/kerusakan mata serius.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 50 tahun 1996
ambang batas ammonia adalah 2 ppm.
D. ALAT UKUR
Alat ukur yang digunakan untuk pengukuran konsentrasi gas CO2 , CH4 , Cl2 , dan NH3
adalah Odalog 7000.

Gambar 1.
Odalog 7000
E. CARA UKUR
1. Tekan tombol “ON” untuk menyalakan Odalog 7000
2. Tunggu 1 menit hingga sensor berbunyi (pemanasan)
3. Gantungkan alat pada ketinggian minimal 1 meter di atas permukaan tanah
4. Pastikan kondisi sensor tidak tertutup oleh apapun
5. Letakkan alat pada lokasi atau tempat yang akan diukur
6. Letakkan alat jauh dari sumber emisi langsung (seperti knalpot kendaraan)
7. Waktu pengukuran disesuaikan dengan SNI pengukuran gas SNI 19-0232-2005
tentang Nilai Ambang Batas Kimia di Udara Tempat Kerja
8. Catat setiap hasil perubahan dari pengukuran gas CO2 , CH4 , Cl2 , dan NH3 yang
tertera di display.
F. HASIL UKUR
Pengukuran konsentrasi gas O2 , CO2 , CH4 , Cl2 , dan NH3 dilakukan di Pos Satpam
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya yang terletak di bagian depan
tepatnya di gerbang utama FKM UNSRI dimana tempat keluar masuknya kendaraan.
Pos satpam berada di pinggir jalan sehingga sering dilewati kendaraan seperti motor,
mobil, angkutan desa, bis dosen, bis mahasiswa, dan bentor. Di pinggir jalan dekat pos
satpam juga dijadikan tempat berhenti untuk menunggu penumpang dan diseberang
jalan para supir angkutan desa yang sedang menunggu penumpang sering membakar
sampah yang menghasilkan asap hasil pembakaran.
Pengukuran dilakukan selama tiga menit pada tanggal 23 Oktober 2019 pukul 14.18
WIB. Hasil pengukuran gas O2 , CO2 , CH4 , Cl2 , dan NH3 di Pos Satpam FKM UNSRI dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Hasil Pengukuran Konsentrasi Gas

No Gas Hasil Pengukuran Hasil Akhir Nilai Ambang Batas Keterangan


(NAB)
1 O2 0.0 0.0 0.0 0 Dibawah NAB
2 CH4 27 38 39 38 0.1% Dibawah NAB
3 CO2 0.03 0.03 0.03 0.03 5000 ppm Dibawah NAB
4 Cl2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 ppm Dibawah NAB
5 NH3 0 0 0 0 2 ppm Dibawah NAB

Hasil pengukuran konsentrasi gas O2 adalah 0, konsentrasi CH4 adalah 38, konsentrasi
CO2 adalah 0.03 , Cl2 ada;ah 0, konsentrasi NH3 adalah 0. Dari hasil pengukuran gas yang
ditemukan memiliki konsentrasi paling tinggi di Pos Satpam adalah gas metana (CH4) yaitu
38ppm.
G. ANALISIS
Pada hasil pengukuran konsentrasi gas di Pos Satpam FKM UNSRI yang dapat dilihat
pada tabel 1 adalah konsentrasi O2 adalah 0, konsentrasi CH4 adalah 38, konsentrasi CO2
adalah 0.03 , Cl2 adalah 0, konsentrasi NH3 adalah 0. Konsentrasi gas metana (CH4) di tempat
pengukuran karena Pos Satpam berada dekat dengan tempat para supir angkutan desa
membakar sampah tepatnya di seberang jalan tetapi konsentrasi CH4 di tempat pengukuran
masih dibawah Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu 0.1% sehingga masih aman akan tetapi jika
terpapar secara terus menerus dapat mengalami gangguan pernafasan (Ratih, 2015).
Sedangkan konsentrasi paling rendah adalah gas klorin (Cl2) dan ammonia (NH3) yaitu 0
ppm, hal ini menunjukkan bahwa udara di Pos Satpam FKM UNSRI tidak tercemar oleh Cl2
dan NH3 karena gas klorin sangat berbahaya. Berdasarkan SNI 19-0232-2005 nilai ambang
batas gas klorin adalah 0.5 ppm jika melewati NAB dapat berdampak pada kesehatan. Gas
khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan. Apabila gas khlorin
masukdalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat membentuk
asam khlorida yang bersifat sangat korosifdan menyebabkan iritasi dan peradangan. Selain
itu gas khlorin juga dapat mencemari atmosfer. Pada kadar antara 3,0 – 6,0 ppm gas khlorin
terasa pedas danmemerahkan mata. Dan bila terpapar dengan kadar sebesar 14,0 – 21,0
ppm selama 30 –60 menit dapat menyebabkanpenyakit paru-paru. Untuk ammonia ambang
batas nya adalah 2 ppm menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 50
tahun 1996 karena ammonia memiliki dampak terhadap kesehatan berdasarkan MSDS
Amonia yang dapat menyebabkan toksisitas akut pada pernafasan, kerusakan / gangguan
kulit, gangguan mata/kerusakan mata serius.
Konsentrasi karbon dioksida (CO2) dari hasil pengukuran adalah 0.3 ppm yang artinya
masih dibawah Nilai Ambang Batas. CO2 di Pos Satpam FKM UNSRI berasal dari emisi
pembakaran dari kendaraan karena Pos Satpam berada di gerbang depan FKM dan di
pinggir jalan sehingga banyak kendaraan yang melintas. NAB CO2 adalah 5000 ppm
berdasarkan SNI 19-0232-2005 jika CO2 melebihi nilai ambang batas maka dapat
mengakibatkan menurunnya gaya kontraktil kerja jantung. Pada konsentrasi 3%
berdasarkan volume di udara, karbon dioksida (CO2) bersifat narkotik ringan dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi serta menurunkan daya dengar.
Pada konsentrasi sekitar 5% berdasarkan volume, menyebabkan stimulasi pusat pernafasan,
pusingpusing, kebingungan, dan kesulitan pernafasan yang diikuti sakit kepala dan sesak
nafas. Pada konsentrasi 8%, menyebabkan sakit sakit kepala, keringatan, penglihatan
buram, tremor, dan kehilangan kesadaran setelah paparan selama 5-10 menit. Secara
keseluruhan hasil pengukuran konsentrasi gas pencemar udara di Pos Satpam FKM UNSRI
masih di bawah nilai ambang batas.
H. DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 50 Tahun 1996. Baku Tingkat Kebauan.
1996. Jakarta.
Kristianto. Ekologi Industri. 2004. Andi. Yogyakarta.
Mulia. Pengetahuan Lingkungan Hidup. 2005. Prima Press. Bandung.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999. Pengendalian Pencemaran Udara. 26 Mei
1999. Jakarta.

Soedomo, M. Pencemaran Udar (Kumpulan Karya Ilmiah). 2001. ITB press. Bandung.

SNI 19-0232-2005. Zat Kimia di Udara Tempat Kerja. 2019. Badan Standarisasi Nasional.
Jakarta.
Wardhana, W. A. Dampak Pencemaran Lingkungan. 2001. Penerbit Andi Offset .
Jogjakarta.
Wardhana, Wisnu. Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi. Revisi). 2004. Andi Offset.
Yogyakarta.
I. LAMPIRAN
Dokumentasi.

Anda mungkin juga menyukai