PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan kerja dan kesehatan kerja adalah upaya untuk menjamin dan
menjaga kesehatan serta keutuhan jasmani dan rohani para tenaga kerja
dan kesehatan kerja bagi karyawan sangatlah penting karena bertujuan untuk
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
tanggung jawab semua pihak yaitu pengusaha, tenaga kerja dan masyarakat
(Mangkunegara, 2009).
industri yang sangat pesat dan persaingan yang ketat antar perusahaan di
1
2
moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral
2013).
Salah satu faktor penentu keselamatan kerja dan kesehatan kerja para
pekerja adalah iklim kerja. Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara,
homeotherm dan mampu mempertahankan suhu inti tubuh yang relatif konstan
walau terpapar suhu lingkungan yang bervariasi luas. Suhu inti tubuh
berfluktuasi sekitar 37ºC, sedangkan suhu bagian luar tubuh misalnya kulit
pekerjaan yang dilakukan, antara 80- 90% energi kimia yang dihasilkan dalam
panas yang dapat meningkatkan suhu tubuh sampai lebih dari 40ºC. Sebaliknya
bila ia tidak aktif dan iklim adalah dingin, maka tubuh tidak membentuk panas
untuk mencegah menurunnya suhu inti tubuh dan suhu inti tubuh dapat
menurun sampai lebih rendah dari 35ºC dan terjadilah kondisi yang disebut
hipotermia. Dalam lingkungan iklim kerja panas jika tubuh tidak melepaskan
panas, maka temperatur tubuh akan meningkat 1ºC setiap jam. Panas tubuh
dihasilkan oleh metabolisme sel, mengubah energi kimia dari makanan yang
3
harus melepaskan energi panas pada kecepatan tertentu agar tidak terjadi
2016).
Iklim kerja yang panas atau tekanan panas dapat menyebabkan beban
tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang
berat di lingkungan yang panas, maka darah akan mendapat beban tambahan
Disamping itu harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit.
Hal demikian juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus
memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi
denyut nadipun akan lebih banyak lagi atau meningkat. Peningkatan denyut
mengenai analisis pengaruh suhu tinggi lingkungan dan beban kerja terhadap
faktor suhu lingkungan serta menyatakan bahwa faktor suhu dan beban kerja
dirasakan oleh tenaga kerja. Selain itu, pengaruh tekanan panas juga
Ambang Batas (NAB) untuk iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu,
meliputi tekanan panas dan dingin. Tekanan yang dapat dihadapi oleh tenaga
gangguan kesehatan untuk waktu kerja terus menerus tidak melebihi dari 8
(delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu. NAB terendah untuk
ruang kerja adalah 25°C untuk beban kerja yang berat dan NAB tertinggi
adalah 32,2°C untuk beban kerja yang ringan, tergantung pada beban kerja dan
tenaga kerja seperti heat cramps,heat exhaustion,heat stroke dan miliaria. Heat
tubuh,dan sebagai akibat dari minum banyak air tapi tidak diberi garam untuk
otot pada tubuh dan perut yang sakit. Disamping kejang tersebut terdapat pula
gejala yang biasa terjadi pada heat stress yaitu pingsan, kelemahan dan
banyak, suhu tubuh normal atau subnormal, tekanan darah menurun dan denyut
nadi bergerak lebih cepat. Selain itu panas dapat menyebabkan terjadinya
aman, nyaman, dan kondusif sesuai dengan standar yang berlaku maka dapat
menghasilkan barang atau jasa yang baik dan juga sangat menguntungkan bagi
tenaga kerja agar terhindar dari kecelakaan dan bahaya dari pekerjaannya.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diketahui tingkat tekanan panas dari
B. Tujuan Praktikum
TINJAUAN PUSTAKA
udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh Tenaga
Kerja sebagai akibat pekerjaannya meliputi tekanan panas dan dingin. Iklim
kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan potensi
bila berada pada kondisi yang ekstrim panas dan dingin dengan kadar yang
dehidrasi dan gangguan kesehatan lainnya yang lebih berat. Persoalan tentang
7
8
Iklim kerja adalah keadaan lingkungan kerja yang diukur dari perpaduan
antara suhu udaha (suhu basah dan suhu kering), kelembapan udara, kecepatan
aliran udara, dan radiasi (Sirajuddin, 2019). Iklim kerja adalah kombinasi dari
suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi yang
dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh. Dalam lingkungan iklim kerja
panas jika tubuh tidak melepaskan panas, maka temperatur tubuh akan
meningkat 1oC setiap jam. Panas tubuh dihasilkan oleh metabolisme sel,
mengubah energi kimia dari makanan yang dicerna ke bentuk energi lain,
kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembapan udara, kecepatan angin
dan suhu radiasi yang sumbernya dari tubuh yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja, akibat dari suhu dingin dan suhu
lingkungan kerja panas memegang peranan yang penting, oleh sebab itu
nyaman dapat dilihat dari kondisi iklim di tempat kerja yang sesuai. Iklim kerja
individu seperti: usia, jenis kelamin, masa kerja, intake cairan, status gizi
kelembaban, suhu radiasi dan kecepatan udara yang dapat diukur dengan
menggunakan ISBB. Makin besar nilai ISBB makin besar pula panas yang
diterima tenaga kerja. Tenaga kerja yang menerima iklim kerja panas
tubuh, denyut nadi dan tekanan darah. Peningkatan suhu tubuh > 38°C akan
atensi, mengurangi efisiensi, keluhan kaku atau kurang koordinasi otot dan
dengan suhu lingkungan yang tinggi akan mempengaruhi hasil kerja tenaga
Dalam lingkungan iklim kerja panas jika tubuh tidak melepaskan panas,
maka temperatur tubuh akan meningkat 1°C setiap jam. Panas tubuh
dihasilkan oleh metabolisme sel, mengubah energi kimia dari makanan yang
harus melepaskan energi panas pada kecepatan tertentu agar tidak terjadi
bila ia tidak aktif dan iklim adalah dingin, maka tubuh tidak membentuk
panas untuk mencegah menurunnya suhu inti tubuh dan suhu inti tubuh
dapat menurun sampai lebih rendah dari 35oC dan terjadilah kondisi yang
disebut hipotermia.
Salah satu efek tekanan panas pada pekerja adalah kelelahan. Kelelahan
Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi diluar tubuh, tetapi untuk
menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia dapat
luar tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin
dari keadaan tubuh normal. Suhu udara dianggap nikmat bagi orang
heatstroke. Heat exhaustion biasanya terjadi oleh karena cuaca yang sangat
normal atau subnormal. Tekanan darah menurun dan denyut nadi lebih
cepat dari biasanya. Pekerja yang terpapar panas akan merasa lelah dan
lemah.
Menurut Adi dkk (2013), kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan
(Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon dan lain-lain
Salah satu efek tekanan panas pada pekerja adalah kelelahan. Kelelahan
Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat
terjadi di luar tubuh, tetapi untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya,
temperatur luar jika perubahan temperatur luar tidak lebih dari 20% untuk
kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin dari keadaan tubuh normal.
Suhu udara dianggap nikmat bagi orang Indonesia adalah sekitar 24°C
exhaustion, dan heat stroke. Heat exhaustion biasanya terjadi oleh karena
cuaca yang sangat panas, terutama bagi mereka yang belum beraklimatisasi
suhu badan normal atau subnormal. Tekanan darah menurun dan denyut
nadi lebih cepat dari biasanya. Pekerja yang terpapar panas akan merasa
Menurut Adi dkk (2013), kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan
(Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon dan lain-lain
panas dapat terjadi dengan cara seperti di bawah ini (Suma’mur, 2014):
14
di permukaan kulit.
tubuh meliputi: air minum, garam, makanan, istirahat, tidur dan pakaian
a. Air minum
b. Garam (NaCl)
c. Makanan
e. Pakaian
kerja, yaitu:
sebagainya.
menjadi panas.
3. Kerja otot
pemanasan.
2. Tempat kerja yang terkena langsung matahari, seperti : pekerjaan jalan raya,
Salah satu kondisi yang disebabkan oleh iklim kerja yang terlalu tinggi
adalah apa yang dinamakan dengan heat stress (tekanan panas). Tekanan panas
kombinasi dari kerja fisik, faktor lingkungan (suhu udara, tekanan uap air,
pergerakan udara, perubahan panas radiasi) dan faktor pakaian. Tekanan panas
darah dan pada tingkat awal aliran darah akan menurun dan otak akan
kekurangan oksigen.
kondisi lembab dimana keringat tidak mampu menguap dari kulit dan
pakaian. Penyakit ini mungkin terjadi pada sebgaian kecil area kulit atau
bagian tubuh. Meskipun telah diobati pada area yang sakit produksi
tugas.
klorida dalam darah sampai di bawah tingkat kritis. Dapat terjadi sendiri
mendadak.
18
cairan tubuh atau volume darah. Kondisi ini terjadi jika jumlah air yang
lemah, pening, mual, pernapasan pendek dan cepat, pusing dan pingsan.
selama penajanan panas dan tanpa kenaikan suhu tubuh atau penghentian
keringat.
yang terkait dengan pekerjaan pada kondisi sangat panas dan lembab.
Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor
1. Nilai Ambang Batas (NAB) Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)
batas pajanan iklim lingkungan kerja atau pajanan panas (heat stress)
yang tidak boleh dilampaui selama 8 jam kerja per hari sebagaimana
tercantum pada
19
Tabel 2.1 NAB iklim lingkungan kerja dinyatakan dalam derajat Celsius
Indeks Suhu Basah dan Bola (oC ISBB)
Alokasi Waktu Kerja NAB (oC ISBB)
dan Istirahat Ringan Sedang Berat Sangat Berat
75-100% 31,0 28,0 - -
50-75% 31,0 29,0 27,5 -
25-50% 32,0 30,0 29,0 28,0
0-25% 32,0 31,5 30,0 30,0
Sumber: Permenaker, No. 5 Tahun 2018
Catatan:
1. ISBB atau dikenal juga dengan istilah WBGT (Wet Bulb Globe
2. ISBB luar ruangan = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu
Kering
3. ISBB dalam ruangan = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,3 Suhu Bola
dan istirahat dalam satu siklus kerja (8 jam per hari) sertarata-rata laju
Catatan:
(**) Dihitung menggunakan estimasi dengan standar berat badan 70 kg. Untuk
koreksi pakaian kerja sebagaimana tercantum pada Tabel 2.3. Nilai yang telah
Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) untuk di luar ruangan dengan panas
radiasi: dan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) untuk di dalam atau di luar
Catatan :
kalori/jam
2. Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan
3. Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan
efesiensi sehingga risiko menurun dan menjadi risiko yang bias diterima
1. Eliminasi
NAB
2. Substitusi
c. Mengubah aliran atau jalur kerja agar pekerja tidak berada di area
Pengendalian ini terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan.
Contohnya yaitu :
yang panas.
d. Mengurangi kelembapan.
paling tidak efektif dalam pengendalian bahaya dan APD hanya berfungsi
b. Untuk bekerja ditempat kerja yang panas dan lembap, perlu disediakan
baju yang tipis dan berwarna tenang hingga pengeluaran panas tubuh
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Gambar 3.1
The Wibget Heat Stress Monitor RSS-214
Sumber: Data Primer, 2019
26
Gambar 3.2
Higrometer Lutron LM-8000
Sumber: Data Primer, 2019
c. Anemometer Lutron LM-8000
Gambar 3.3
Anemometer Lutron LM-8000
Sumber: Data Primer,2019
27
2. Bahan
a. Demineralizer
Gambar 3.4
Demineneralizer
Sumber: Data Primer, 2019
b. Aquades
Gambar 3.5
Aquades
Sumber: Data Primer, 2019
C. Prinsip Kerja
di dalam atau di luar dan melihat nilai WB, DB, GB dan WBGT.
dan minimum, tombol function untuk mengatur satuan, serta alat sensor.
D. Prosedur Kerja
masing.
29
kode WB in pada monitor, lalu ditunggu selama tiga menit lalu nilai
muncul kode WBGT out pada monitor, lalu ditunggu selama tiga
monitor lalu ditunggu selama tiga menit lalu nilai DB pada monitor
dicatat.
maximum.
hasilnya.
maximum.
31
hasilnya.
BAB IV
A. Hasil
diperoleh nilai WB yaitu 12,8 °C, GT yaitu 116,6 °C dan WBGT yaitu
hasil untuk WB yaitu 12,8 °C, DB yaitu 33,4 °C, GT yaitu 114 °C dan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa baik WB, GT maupun WBGT
hasil pengukuran indoor lebih besar dari pada outdoor. Selain itu, melalui
32
33
= 0,7 WB + 0,3 GT
= 8,96ºC + 34,98ºC
= 43,94ºC
= 35,18°C
72,4 % RH, minimum 32,7 % RH, suhu maksimum 69,5 °C dan suhu
33,4 m/s, suhu maksimum 33,1°C dan suhu minimum 33,1 °C.
B. Pembahasan
Pengukuran Iklim Kerja dilakukan di dua tempat yaitu di dalam dan luar
iklim kerja digunakan 3 (tiga) alat yaitu The Wibget Heat Stress Monitor RSS-
dalam laboratorium).
yaitu 35,18°C.
Suhu pada titik pertama (di dalam ruang Laboratorium) tidak dalam
kondisi yang aman yaitu 70,1°C dan 43,94ºC. Peraturan pemerintah yang
Kimia di Tempat Kerja untuk Iklim Kerja dan Nilai Ambang Batas untuk
iklim kerja adalah situasi kerja yang masih dapat dihadapi oleh tenaga
atau gangguan kesehatan untuk waktu kerja terus menerus tidak melebihi
dari 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam semingg NAB
terendah untuk iklim kerja ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) ruang
kerja adalah 28°C dan NAB tertinggi adalah 32,2°C, tergantung pada
melebihi nilai ambang batas. Adapun suhu pada titik kedua yakni di luar
berat, maka suhu pada titik kedua tidak aman atau terjadi kekeliruan pada
praktikan.
di dua titik yaitu di dalam dan di luar laboratorium. Sama halnya dengan
kecepatan maksimum 63,1 m/s dan minimum 52,4 m/s dengan suhu
udara maksimum yaitu 72,4 m/s dan minimum 33,4 m/s dengan suhu
ruangan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Alat ukur iklim kerja ada tiga yaitu The Wibget Heat Stress Monitor RSS-
214 untuk mengukur Indeks Suhu Basah Dan Bola (ISBB), Hygrometer
berikut :
214 :
1) Di depan AC : 56,4–76,2 % RH
LM-8000 :
B. Saran
1. Untuk Dosen
semestinya.
2. Untuk Asisten
praktikan disaat melakukan hal yang salah dan sibuk dengan hal yang
tidak serta sebaiknya asisten datang tepat waktu agar praktikum tidak
terhambat dan juga bisa selesai tepat waktu sehingga praktikan tidak telat
menyelesaikan lab
3. Untuk Laboratorium
Adi, D., dkk., 2013. Hubungan Antara Iklim Kerja, Asupan Gizi Sebelum
Bekerja, Dan Beban Kerja Terhadap Tingkat Kelelahan Pada Pekerja Shift
Pagi Bagian PackingPt.X, Kabupaten Kendal. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 2 (2).
Adiningsih, R., 2013. Faktor yang mempengaruhi kejadian heat strain pada
tenaga kerja yang terpapar panas di PT. Aneka Boga Makmur. Thesis,
Universitas Airlangga.
Aisyah, RP., 2016. Analisis Pengaruh Temperatur Lingkungan, Berat Badan Dan
Tingkat Beban Kerja Terhadap Denyut Nadi Pekerja Ground Handling
Bandara. Jurnal TeknikIndustri. Vol. 11 No. 1.
Budiono, Sugeng. 2008. BungaRampaiHigiene Perusahaan Ergonomi. Surakarta:
PT. Tri Tunggal Tata Fajar.
Djatmiko, RD., 2016. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta :
Deepublish.
Fahri, S & Pasha, E., 2010. Kebisingan dan Tekanan Panas Dengan perasaan
Kelelahan pada Tenaga Kerja Bagian Drilling Pertamina EP Jambi. Jurnal
Politeknik Kesehatan Jambi.
Haditia, IP., 2012. Analisis Pengaruh Suhu Tinggi Lingkungan dan Beban Kerja
Terhadap Konsentrasi Pekerja. Program Sarjana Teknik Industri Fakultas
Teknik Tahun 2012 (SKRIPSI).
Istoqomah, dkk., 2013. Faktor Dominan Yang Berpengaruh Terhadap Munculnya
Keluhan Subjektif Akibat Tekanan Panas pada Tenaga Kerja di PT. Iglas
(Persero) Tahun 2013. The Indonesian Journal of Occupational Safety
and Health Vol. 2, No. 2 hal. 175–184
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/MEN/X/2011
Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di TempatKerja, 2011. Jakarta:
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
Mangkunegara, Anwar Prabu., 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia.
40
41