Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan

yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan. Resiko yang

timbul akibat kebisingan dengan tingkat tekanan bunyi diatas nilai

ambang batas pendengaran adalah dapat merusak pendengaran atau

gangguan pendengaran. Selain itu Kebisingan juga dapat menggangu

percakapan sehingga akan mempengaruhi komunikasi yang sedang

berlangsung.

Andriukin, mengadakan penelitian pada tenaga kerja bagian mesin

bubukdi Moskwa dengan intensitas bising 93 dB didapatkan hasil

tenaga kerja yang mengalami kebisingan, tekanan darahnya dua kali

lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Parvizpoor pada penelitiannya

terhadap tenaga kerja bagian tenun dengan intensitas bising 96 dB

menemukan 27,1 % tenaga kerja mengalami kenaikan tekanan darah

pada kelompok kontrol hanya ditemukan 8,6 %.

Kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Telinga

manusia hanya mampu menangkap suara yang ukuran intensitasnya

berkisar antara 20-20.000 Hertz dan dengan frekuensi suara sekitar

80 dB (batas aman). Pajanan terhadap suara atau bunyi yang

melampaui batas aman diatas dalam waktu yang lama dapat


2

menyebabkan terjadinya ketulian sementara atau permanen.

Pengaruh lain terhadap kesehatan dapat pula berupa peningkatan

sensitivitas tubuh seperti peningkatan sistem kardiovaskular dalam

bentuk kenaikan tekanan darah dan peningkatan denyut jantung.

Apabila kondisi tersebut tetap berlangsung dalam waktu lama, akan

muncul reaksi psikologis berupa penurunan konsentrasi dan

kelelahan.

Kebisingan juga merupakan salah satu faktor penting penyebab

terjadinya stres dalam kehidupan dunia modern. Sumber kebisingan

dapat berasal dari kendaraan bermotor, kawasan industri atau pabrik,

pesawat terbang, kereta api, tempat-tempat umum, dan tempat niaga.

B. Tujuan Percobaan

1. Tujuan Umum

Percobaan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

mahasiswa mengenai alat ukur kebisingan.

2. Tujuan Khusus

a. Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa mengenal alat

pengukur kebisingan.

b. Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa mampu

mengoperasikan / mengguanakan alat pengukur kebisingan.

c. Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa mampu menentukan

nilai kebisingan dari hasil pengukuran yang dilakukannya.


3

C. Prinsip Percobaan

Prinsip kerja sound level meter bekerja berdasarkan apabila ada

sebuah benda/objek yang bergetar, maka akan menyebabkan

terjadinya perubahan tekanan udara yang akn ditangkap oleh sistem

peralatan.namun untuk sound level meter digital yaitu getaran suara

yang ditangkap akan menghasilkan energi listrik, semakin tinggi

energi listrik yang dihasilkan maka nilai yang terterah pada layarsound

level metersemakin besar.

D. Manfaat Percobaan

1. Mahasiswa mampu mengenal alat-alat untuk mengukur kebisingan

2. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana prosedur kerja

pengukuran intensitas kebisingan

3. Mahasiswa mampu menggunakan alat pengukur kebisingan dan

mampu menentuka hasil pengukuran kebisingan yang terjadi di

dalam ruang kelas.


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Kebisingan atau noise pollution sering disebut sebagai suara atau

bunyi yang tidak dikehendaki atau dapat diartikan pula sebagai suara

yang salah pada tempat dan waktu yang salah (Chandra, 2007).

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang

pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran

(KEPMENAKER No.Kep-51 MEN/1999).

Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki

sehinggamengganggu atau membahayakan kesehatan. Tingkat

kebisingan di ruang kerja maksimal 85 dB (KEPMENKES RI NO.

1405/MENKES/SK/XI/2002)

Suma’mur (1996), kebisingan adalah bunyi yang didengar sebagai

rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui

media elastis manakala bunyi-bunyi tersebut tidak diinginkan.

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan

dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang

dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat

didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang

mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan.


5

Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber

suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu

keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga molekul-molekul

udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya

gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut

pola rambatan longitudinal. Rambatan gelombang di udara ini dikenal

sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan

waktu sehingga dapaat menimbulkan gangguan kenyamanan dan

kesehatan.

Musik keras bisa jadi merupakan kebisingan untuk sebagian orang

tua. Sebaliknya musik klasik merupakan suara yang tidak dikehendaki

atau kebisingan bagi sebagian orang muda. Bising bagi tiap orang

mempunyai makna berlainan tergantung situasi dan kondisi (Depkes

RI, 1990).

Bising dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang

dapat menurunkan pendengaran baik secara kuantitaif (peningkatan

ambang pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan

spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi,

durasi dan pola waktu (Buchari, 2007).

B. Jenis Kebisingan

Secara umum kebisingan dapat dikelompokkan berdasarkan

kontinuitas, intensitas, dan spektrum frekuensi suara yang ada,

seperti berikut :
6

1. Kebisingan kontinyu dengan spektrum suara yang sempit (steady

state and narrow band noise), misalnya mesin dan kipas angin.

2. Kebisingan yang tidak kontinyu dengan spektrum suara yang

sempit (nonsteady state and narrow band noise), misalnya gergaji

silkuler, dankatup uap.

3. Kebisingan terputus-putus dan terjadi sewaktu-waktu (intermitten),

misalnya suara pesawat terbang, dan kereta api.

4. Kebisingan impulsif atau yang memekakkan telinga (impact or

impulsive noise), seperti tembakan bedil, ledakan bom atau

meriam (Chandra, 2007).

Tabel 2.1 Batas kebisingan komunitas (community noise level)

Intensitas Kebisingan Batas Tertinggi Jenis Kebisingan

Menulikan 120 Halilintar

110 Meriam

100 Mesin Uap

Jalan hiruk pikuk

Sangat hiruk 90 Perusahaan sangat

gaduh

80 Kantor gaduh

70 Jalan pada

umumnya

60 Rumah gaduh

Sedang 50 Kantor umumnya


7

Percakapan kuat

40 Radio perlahan

Tenang 30 Rumah tenang

Kantor perorangan

Auditorium

20 Percakapan

10 Suara daun-daun

berbisil

Batas dengar terendah 0

Sumber : Budiman Chandra, 2007 : 170

Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas

1. Bising yang mengganggu (Irritating Noise). Intensitas tidak terlalu

keras, misalnya mendengkur.

2. Bising yang menutupi (Masking Noise). Bunyi yaang menutupi

pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan

membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena

teriakan atau isyarat tanda bahaya tertutupi oleh suara bising dari

sumber lain.

3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise). Bunyi yang

intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau

menurunkan fungsi pendengaran.


8

C. Sumber Kebisingan

Bunyi yang menimbulkan bising disebabkan oleh sumber yang

bergetar. Getaran sumber suara mengganggu molekul-molekul udara

di sekitar sehingga molekul-molekul ikut bergetar. Getaran sumber ini

menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis dalam

medium udara menurut meurut pola rambatan longitudinal.

Dilihat dari sifatnya, sumber bising dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Sumber kebisingan statis, misalnya : pabrik dan mesin.

2. Sumber kebisingan dinamis, misalnya : mobil, pesawat dan kapal

Sedangkan sumber bising dilihat dari bentuk sumber suara yang

dikeluarakan dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu titik/bola/lingkaran.

Contoh : sumber bising dari mesin-mesin industri/mesin yang

tidak bergerak.

2. Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis, contoh :

kebisingan yang timbul karena kendaraan-kendaraan yang

bergerak di jalan.
9

D. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Tabel 2.2 Nilai ambang batas kebisingan

Waktu pemajanan per hari Intensitas kebisingan dalam dB


8 jam 85

4 jam 88

2 jam 91

1 jam 94

30 menit 97

15 menit 100

7,5 menit 103

3,75 menit 106

0,94 menit 112

28,12 detik 115

14,06 detik 118

7,03 detik 121

3,52 detik 124

1,76 detik 127

0,88 detik 130

0,44 detik 133

0,22 detik 136

0,11 detik 139

Tidak boleh 140

Sumber : A.M. Sugeng Budiono. Dkk. 2003:33


10

BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

a. Sound level meter Type 4011

b. Stopwatch atau jam tangan

c. Draf pengamatan

d. Alat tulis

B. Peserta Praktikum

1. Nur Wafia

2. Nurul Akmah

3. Dyah Ashyka Sari

4. Yoesmawarda

5. Asni Sri Ayu Lestari

6. Idayani

7. Nana Dwi Satria

8. Hasnah Haris

C. Prosedur Kerja

1. Dipasang baterai pada sound level meter

2. Ditekan tombol on pada sound level meter

3. Letakkan mic pas sejajar dengan telinga

4. Catat hasil yang tertera pada layar sound level meter setiap 5

detik.
11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Hasil pengamatan kebisingan

Intensitas Sampel % Komulatif %

60 – 64,9 1 0,004 1 0,004

65 – 69,9 42 0,187 43 0,191

70 – 74,9 114 0,507 157 0,698

75 – 79,9 52 0,231 209 0,929

80 – 84,9 15 0,067 224 0,996

85 – 89,9 1 0,004 225 1

Sumber : Data primer praktikum AKL 2012

1. 𝐿1 = 60+64,9 = 124,9= 62,45


2 2

2. 𝐿2 = 65+69,9 = 134,9= 67,45


2 2

3. 𝐿3 = 70+74,9 = 144,9= 72,45


2 2

4. 𝐿4 = 75+79,9 = 149,9 = 74,95


2 2

5. 𝐿5 = 80+84,9 = 164,9 = 82,45


2 2

6. 𝐿6 = 85+89,9 = 169,9=84,95
2 2
12

1 𝐿𝑖
𝐼 = 10 log (∑ 𝑛𝑖 𝑥 10 𝑥 )
𝑁 10

1 62,45 72,45
= 10 log (1 × 10 × ) + (114 × 10 × )
225 10 10

74,95 82,45
+ (52 × 10 × ) + (15 × 10 × )
10 10

84,95
+ (1 × 10 × )
10

1
= 10 log (62,45) + (2832,9) + (8259,3) + (3867,4) + (1236,76)
225

+ (84,95)

1
= 10 log (16373,75)
225

= 0,004 (16373,75)

= 65,49 𝑑𝐵

B. Pembahasan

Pemeriksaan tingkat kebisingan yang dilakukan di ruang kelas

kampus FKM didapatkan intensitas kebisingan selama 18,75 menit

adalah sebesar 65,49 dB. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa

tingkat kebisingan yang terjadi di ruang kelas kampus masih di bawah

ambang batas kebisingan yang mampu diterima oleh telinga sehingga

masih aman untuk telinga manusia.Nilai ambang batas (NAB) untuk

15 menit pemaparan kebisingan adalah 100 dB. Pemaparan

kebisingan yang melampaui ambang batas dan terjadi secara terus

menerus akan mengganggu kesehatan manusia terutama

pendengarannya. Kebisingan yang terjadi di ruangan kelas juga dapat


13

mengganggu proses belajar mengajar dan dapat mempengaruhi

tingkat konsentrasi dan emosional seseorang.

Dampak kebisingan terhadap kesehatan diantaranya sebagai

berikut :

1. Gangguan fisiologis

Gangguan jenis ini dapat berupa peningkatan tekanan darah,

peningkatan denyut nadi, serta dapat menyebabkan pucat dan

gangguan sensoris.

2. Gangguan psikologis

Gangguan jenis ini dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang

konsentrasi, susah tidur dan cepat marah. Bila kebisingan

diterima dalam waktu yang lama dapat menyebabkan penyakit

psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-

lain.

3. Gangguan komunikasi

Biasanya disebabkan karena bunyi menutupi pendengaran yang

kurang jelas atau gangguan kejelasan suara. Gangguan

komunikasi secara tidak langsung dapat membahayakan

keselamatan seseorang saat bekerja.

4. Gangguan keseimbangan

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di

ruang angkasa atau melayang yang dapat menimbulkan


14

gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-

mual.

5. Efek pada pendengaran

Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan

pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan

efek ini telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman

dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara

dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area

bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di

area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal

kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian

makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai

frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan.

Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), yaitu :

a. Tuli sementara

b. Tuli permanen

c. Prebycusis (menurunnya daya dengar pada nada tinggi)


15

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak disukai, suara yang

mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan. Bising bagi tiap orang

mempunyai makna berlainan tergantung situasi dan kondisi.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan tentang pengukuran

tingkat kebisingan di ruangan kelas kampus FKM didapatkan

intensitas kebisingan selama 18,75 menit adalah sebesar 65,49

dB.Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat kebisingan yang

terjadi di ruang kelas kampus masih di bawah ambang batas sehingga

masih aman untuk telinga manusia. Nilai ambang batas (NAB) untuk

15 menit pemaparan kebisingan adalah 100 dB.

Pemaparan kebisingan yang melampaui NAB dapat menimbulkan

gangguan kesehatan diantaranya : gangguan fisiologis, psikologis,

gangguan komunikasi, serta mengurangi bahakan merusak indera

pendengaran manusia.

B. Saran

Seseorang yang setiap harinya terpapar bunyi atau suara yang

melebihi ambang batas normal disarankan untuk menggunakan alat

pelindung diri seperti earplug.Alat ini berguna untuk mengurangi

intensitas kebisingan yang masuk ke telinga manusia.


16

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC:


Jakarta.

Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI. 2012. Pedoman Praktikum (Analisis


Kualitas Lingkungan). FKM UMI: Makassar.

Buchari. 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program.


Modul. USU.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. 2002. Depkes RI: Jakarta.

Rasnadi, Nana. 2012. Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan.


(http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/index.php?option=com
_content&view=article&id=655:dampak-kebisingan-terhadap-
kesehatan-&catid=39:kesehatan&Itemid=15, diakses 4 Desember
2012).

Babba, Jennie. 2007. Hubungan antara Intensitas Kebisingan di


Lingkungan Kerja Dengan Peningkatan Tekanan Darah (Penelitian
pada Karyawan PT. Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep Sulawesi
Selatan). Tesis dipublikasikan. Program Pascasarjana. UNDIP.

Rahayu, Tutiek. 2010. Dampak Kebisingan Terhadap Munculnya


Gangguan Kesehatan. Staf Pengajar Jurusan Biologi FMIPA. UNY.

Anonim. 2008. Perbedaan Intensitas Kebisingan berdasarkan Jenis


Tanaman dan Kerapatan Tanah. Skripsi. UNIMUS.

Susanto, Arif. 2006. Kebisingan serta Pengaruhnya terhadap Kesehatan


dan Lingkungan.
(http://hseclubindonesia.wordpress.com/2006/10/13/kebisingan-serta-
pengaruhnya-terhadap-kesehatan-dan-lingkungan/, diakses 13
Oktober 2006)

Wylio. 2011. Kebisingan Lalu Lintas Meningkatkan Risiko Stroke. Majalah


Kesehatan. (http://majalahkesehatan.com/kebisingan-lalu-lintas-
meningkatkan-risiko-stroke/, diakses 24 Februari 2011).

Anda mungkin juga menyukai