Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM

KEBISINGAN DI LINGKUNGAN KEGIATAN RUMAH


SAKIT (Studi Kasus RSI Jemursari Surabaya)

Kelompok : 5

1. Elsa Dzatul Himma H75217056

2. M. Syubhan Z H75217060

3. Nadhira Febby F.M H05217014

4. Nailul Afifah H05217016

5. Roikhana Farista W H05217022

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2019
HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS PRAKTIKUM KEBISINGAN


DI LINGKUNGAN KEGIATAN RUMAH SAKIT
(Studi Kasus RSI Jemursari Surabaya)

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2018/2019

Dikerjakan Oleh :

Kelompok : 5

1. Elsa Dzatul Himma H75217056


2. M. Syubhan Z H75217060
3. Nadhira Febby F.M H05217014
4. Nailul Afifah H05217016
5. Roikhana Farista W H05217022

Surabaya, 27 Mei 2019

Diperiksa, Disetujusi dan Disahkan Mengetahui,


Oleh:
Dosen Pengampu Ketua Prodi Teknik Lingkingan

Dyah Ratri Nurmaningsih, MT Abdul Hakim, MT

NIP. 19850322 201403 2 00 2 198008062014031002


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWTyang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta keluasan ilmu-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kebisingan di Lingkungan Kegiatan Rumah
Sakit (Studi Kasus RSI Jemursari Surabaya) dengan baik.
Laporan Praktikum Kebisingan di Lingkungan Kegiatan Rumah Sakitdisusun
untuk memenuhi tugas mata kuliahPengendalian Pencemaran Udara dan Kebisingan.
Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan pada
pembaca. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu untukmenyelesaikan proses pembuatan laporan ini.
Kami selaku penyusun laporan menyadari akan adanya kekurangan dalam
pembuatan laporan ini, sehingga saran dan kritikan dari pembaca yang ada kami
harapkan dapat membangun dan menjadi bahan intropeksi bagi penyusun untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada laporan-laporan berikutnya.

Surabaya, 27 Mei 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................8
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................8
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................9
1.3 Tujuan.........................................................................................................................10
1.4 Manfaat.......................................................................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................11
2.1 Pengertian Kebisingan................................................................................................11
2.2 Jenis Kebisingan.........................................................................................................11
2.3 Sumber Kebisingan....................................................................................................12
2.4 Dampak Kebisingan...................................................................................................13
2.5 Pengendalian Kebisingan...........................................................................................14
2.6 Pengertian Rumah Sakit............................................................................................16
2.7 Baku Mutu Kebisingan..............................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................................20
3.1Waktu dan Tempat Penelitian....................................................................................20
3.2 Penentuan Lokasi dan Jumlah Titik Sampling........................................................20
3.3 Penentuan Waktu Pengukuran................................................................................20
3.4 Pengukuran dengan cara sederhana.......................................................................20
3.5 Perhitungan pengukuran cara sederhana...............................................................21
3.6 Alat dan Bahan.........................................................................................................21
3.7 Diagram Alir.............................................................................................................22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................24
4.1.Profil Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya.......................................................24
4.2. Nilai Tingkat Kebisingan di Rumah Sakit Islam Jemursari.................................25
4.2.1. Data Praktikum................................................................................................25
4.2.2. Perhitungan Data..............................................................................................27
4.2.3. Pembahasan......................................................................................................33
4.3. Nilai Pengendalian Kebisingan di Rumah Sakit Islam Jemursari........................36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................38
5.1Kesimpulan...................................................................................................................38
5.2 Saran...........................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................39
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia
sekaligus ibu kota Provinsi Jawa Timur yang terbilang memiliki lalu lintas padat
setiap harinya. Kota Surabaya menjadi tujuan utama dan pusat untuk memperoleh
informasi masyarakat di Jawa Timur. Dengan adanya hal tersebut maka secara
tidak langsung akan bertambah pula volume kendaraan dan polusi yang
dihasilkan. Adanya penambahan volume ini berdampak terhadap kepadatan lalu
lintas dan kebisingan yang dihasilkan terutama di jalan arteri yang terdapat
banyak fasilitas masyarakat seperti pusat perbelanjaan, rumah sakit, kantor,
sekolah dan lain-lain. Kebisingan yang dihasilkan dapat menyebabkan gangguan
pada kesehatan baik pada pendenagran maupun gangguan kesehatan lainnya.
Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan. Bising
adalah suara yang tidak dikehendaki, dapat mengganggu atau membahayakan
kesehatan. Bising merupakan suara atau bunyi ramai, hiruk-pikuk yang
memekakkan telinga dan dapat mengalihkan perhatian, mengganggu, atau
berbahaya bagi kegiatan sehari-hari. Pengaruh bising pada kesehatan dapat berupa
gangguan pendengaran dan gangguan bukan pendengaran (Alfathika, Dwininta,
dkk, 2018).
Fasilitas masyarakat untuk kesehatan, salah satunya rumah sakit
merupakan tempat yang dihuni oleh orang-orang yang terganggu kesehatannya
dan yang membutuhkan konsentrasi tinggi, sehingga membutuhkan suasana yang
tenang dan jauh dari kebisingan. Pengaruh kebisingan terhadap manusia secara
fisik tidak saja menganggu organ pendengaran, tetapi juga dapat menimbulkan
gangguan pada organ-organ tubuh yang lain. Pada umumnya masalah yang terkait
dengan kebisingan adalah gangguan komunikasi. Sedangkan pengaruh bising
secara psikologis, yaitu berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, dan susah
tidur. Ada beberapa kawasan dan lingkungan kegiatan yang ditentukan baku mutu
kebisingannya.Batas paparan kebisingan bagi rumah sakit yang diperbolehkan
tidak lebih dari 40 desibel (dB) pada lingkungan rumah sakit, dan 35 dB pada
bagian dalam ruang rawat inap. Ruang-ruang lain di rumah sakit juga memiliki
ambang batas bunyi yaitu dengan batas waktu pemaparan maksimal 8 jam,
pembatasan pemaparan kebisingan ini diperlukan untuk memberikan kesempatan
bagi pasien untuk beristirahat dalam proses penyembuhan (Savitri & Syafei,
2018).
Dengan adanya hal tersebut, faktor kebisingan terlihat sangat mengganggu
adanya waktu istirahat yang seharusnya dibutuhkan pasien, terutama pada rumah
sakit yang bertempat dekat dengan lalu lintas dan sumber kebisingan lainnya
seperti di Rumah Sakit Islam Jemursari Wonocolo Surabaya. Sehingga perlu
diketahui tingkat kebisingan yang nantinya akan berdampak pada ketenangan dan
waktu istirahat pasien. Maka dilakukanlah pengamatan terhadap tingkat
kebisingan yang ada di Rumah Sakit Islam Jemursari Wonocolo Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan dengan kebisingan dan metode apa yang
digunakan untuk mengukur kebisingan?
2. Berapakah nilai tingkat kebisingan yang ada di RSI?
3. Bagaimana pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat
kebisingan di RSI?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui nilai tingkat kebisingan di RSI.
2. Untuk mengetahui pengendalian tingkat kebisingan di RSI.
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui nilai tingkat kebisingan di RSI.
2. Dapat mengetahui pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kebisingan di RSI.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kebisingan


Bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik
secara kuantitaf (peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kualitatif
(penyempitan spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas,
frekuensi, durasi dan pola waktu (Buchari, 2007). Kebisingan adalah suara yang
tidak dikehendaki dan suara ini sangat mengganggu manusia, dalam beberapa
kasus dapat menimbulkan gangguan pendengaran ataupun terjadinya kecelakaan
lalulintas (Savitri &Arie, 2018). Menurut Kep-51/MEN/1999, Kebisingan adalah
semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran.

2.2 Jenis Kebisingan


Ditinjau dari hubungan tingkat bunyi sebagai waktu maka kebisingan
dapat dibedakan menjadi (Fithri &Indah, 2015) :
1. Kebisingan kontinyu (Steady State Wide Band Noise). Kebisingan dimana
fluktuasi intensitas pada kebisingan ini tidak lebih dari 6 dBA dengan
spektrum frekuensi yang luas. Sebagai contoh adalah bunyi yang ditimbulkan
oleh mesin gergaji dan bunyi yang ditimbulkan oleh katub gas.
2. Kebisingan terputus-putus (Intermitten Noise) merupakan kebisingan dimana
bunyi mengeras dan melemah secara perlahan-lahan. Seperti kebisingan yang
ditimbulkan oleh aktifitas jalan raya dan bunyi yang ditimbulkan oleh kereta
api.
3. Kebisingan impulsif berulang (Impulse Noise) merupakan kebisingan dimana
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncaknya tidak lebih dari 65 m/s dan
waktu yang dibutuhkan untuk penurunan intensitasnya sampai 20 dBA di
bawah puncaknya tidak lebih dari 500 m/s, seperti bunyi mesin tempa di
pabrik-pabrik.
4. Steady-state noise adalah kebisingan yang tingkat tekanan bunyinya stabil
terhadap perubahan waktu dan tidak mengalami kebisingan yang stabil, seperti
kebisingan sekitar air terjun dan kebisingan pada interior pesawat terbang saat
sedang diudara.
5. Fluctuating noise adalah kebisingan yang kontinyu namun berubah-ubah
tingkat tekanan bunyinya, seperti kebisingan akibat lalulintas pada jalan raya.
Berdasarkan pengaruh terhadap manusia, dapat dibagi atas (Buchari, 2007) :
1. Bising yang mengganggu (Irritating Noise) intensitas tidak terlalu keras,
misalnya mendengkur.
2. Bising yang menutupi (Masking noise) merupakan bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan
kesehatan dan keselamatan karena teriakan atau isyarat tanda bahaya
tenggelam dalam bising dari sumber lain.
3. Bising yang merusak (Damaging/injurious noise) adalah bunyi yang
intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan
fungsi pendengaran.

2.3 Sumber Kebisingan


Di sekitar kita terdapat berbagai sumber kebisingan, misalnya (Dewanty &
Sudarmaji, 2015) :
1. Bising industri (pabrik)
2. Bandar Udara
3. Jalan Raya
4. Tempat-tempat hiburan
Sumber-sumber bising pada dasarnya dibagi menjadi tiga macam yaitu
(Suroto, Widi, 2010) :
1. Sumber titik
2. Sumber bidang
3. Sumber garis.
Kebisingan lalu lintas termasuk dalam kriteria sumber garis. Kebisingan
ini ditimbulkan oleh lalu lintas kendaraan bermotor yang semakin meluas, hal ini
bisa ditunjukkan oleh semakin padatnya lalu lintas kendaraan di jalan raya
penyebab kebisingan dari kendaraan bermotor ditentukan oleh sebagai berikut,
mesin kendaraan jenis motor bakar, jenis kipas angin pendingin, sistem
pembuangan gas sisa, jenis ban, dan bentuk kendaraan.

2.4 Dampak Kebisingan


Meskipin pengaruh bising banyak kaitannya dengan faktorfaktor
psikologis dan emosional, ada terdapat juga kasus-kasus dimana akibat-akibat
serius seperti kehilangan pendengaran terjadi karena tingginya tingkat
kenyaringan suara atau karena lamanya telinga terpasang pada kebisingan
tersebut. Pengaruh-pengaruh kebisingan antara lain(Fithri &Indah, 2015) :
1. Pengaruh kebisingan terhadap fisiologis, meliputi :
a. Kerusakan Pendengaran
Kerusakan pendengaran akibat kebisingan adalah rusaknya organ-organ
dalam pendengaran.
b. Penurunan Pendengaran (Hearing Loss)
Penurunan pendengaran adalah bergesernya ambang batas pendengaran
seseorang menjadi lebih tinggi dari ambang batas manusia normal,
sehingga telinga tidak mampu mendeteksi tingkat tekanan bunyi pada 0
dBA sampai batas pergeseranya.
2. Pengaruh kebisingan terhadap psikologis, meliputi :
a. Gangguan Tidur (Sleep Disturbance)
Gangguan tidur yang dialami seseorang akibat kebisingan adalah
bergesernya tingkat perasaan nyenyak saat tidur menjadi lebih rendah.
Berkurangnya kenyamanan dan perasaan nyenyak saat tidur menyebabkan
penurunan kebugaran.
b. Perasaan Terganggu (Annoyance)
Perasaan terganggu oleh kebisingan adalah suatu respon seseorang tehadap
bising di sekitarnya. Tingginya tingkat gangguan dan lamanya seseorang
dalam lingkungan yang punya tingkat gangguan bising sangat besar
menyebabkan seseorang beranggapan bahwa kebisingan tidak terlalu
penting karena sudah terbiasa.
c. Stress
Kebisingan yang mengenai seseorang sampai 85 dBAbisa berakibat
stressnya seseorang. Stress ini ditandai dengan membesarnya pupil mata,
naiknya tekanan darah dan meningkatnya asam lambung. Lebih jauh,
kebisingan yang mengenai seseorang dengan jangka waktu yang lama
mengakibatkan sakit mental, gelisah dan perasaan mudah marah.

2.5 Pengendalian Kebisingan


Tindakan kontrol yang harus dilakukan untuk pengendalian kebisingan,
sebagai berikut (Harahap, 2016) :
1. Eliminasi
Eliminasi berarti menghilangkan sumber kebisingan yang ada. Apabila secara
teknis dan tujuan memungkinkan, maka tindakan menghilangkan sumber
kebisingan merupakan tindakan control yang paling aman. Sumber kebisingan
dapat diketahui untuk kemudian dihilangkan dengan pembuatan noise map
untuk setiap area yang terpapar.
2. Substitusi
Substitusi berarti mengganti peralatan yang dapat menjadi sumber kebisingan
dengan peralatan lain yang memiliki tingkat kebisingan yang lebih rendah.
Sumber kebisingan dapat diketahui untuk kemudian dilakukan subtitusi
dengan pembuatan noise map untuk setiap area yang terpapar kebisingan.
3. Enginering Control
Engineering Control dapat dilakukan dengan melakukan pengendalian berupa
kegiatan teknis terhadap sumber kebisingan maupun area kebisingan.
Kegiatan ini dapat berupa sebagai berikut :
a. Redesigning Equipment
Redesigning equipment dapat dilakukan dengan cara menata ulang
equipment yang ada agar pengaruh dari kebisingan yang dirasakan pekerja
dapat dikurangi dan memasangmufflers pada intakes dan exhausts.
b. Perawatan dan Perbaikan Alat
Pergantian part yang telah rusak atau tak layak lagi digunakan secara
berkaladan melakukan pelumasan pada setiap moving parts.
c. Isolating Equipment
Isolasi dari peralatan yang merupakan sumber bunyi dapat dilakukan
dengan pengaturan jarak dengan daerah pekerja atau dengan memberikan
barriers.
d. Damping and Cushioning Noise Source
Damping and cushioning dapat dilakukan dengan memberi rubber pads
untuk mengurangi kebisingan yang berasal dari metal parts dan
mengurangi drop height dari material atau barang yang jatuh pada belt
atau bins.
e. Installing Absorbtive Baffles
Penggunaan absorbtive baffles pada area kerja dapat menyerap suara dari
beberapa sumber kebisingan pada suatu area.
4. Administrative Control
Kegiatan administrative control dapat dilakukan dengan melakukan
pembatasan waktu terhadap pekerja yang berada pada daerah dengan tingkat
kebisingan yang tinggi. Pembatasan tersebut dilakukan pada area-area dimana
earplug yang digunakan tidak dapat melindungi paparan kebisingan.

2.6 Pengertian Rumah Sakit


Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawatinap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit terbagi menjadi dua definisi, yaitu
definisi struktural dan fungsional. Definisi struktural adalah suatu fasilitas yang
memberikan perawatan rawat inap dan pelayanan untuk observasi, diagnosa dan
pengobatan aktif untuk individu dengan keadaan medis, bedah, kebidanan,
penyakit kronis dan rehabilitasi yang memerlukan pengarahan dan pengawasan
seorang dokter setiap hari. Definisi fungsional rumah sakit adalah suatu institusi
dengan tujuan untuk menyelenggarakan perawatan kesehatan pribadi dengan
memanfaatkan sumber yang dimiliki secara efektif untuk kepentingan
masyarakat.
Jenis-jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh
rumah sakit meliputi : pelayanan gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, bedah,
persalinan dan perinatologi serta pelayanan intensif yang seluruhnya merupakan
jenis pelayanan medik di rumah sakit. Selain itu terdapat pelayanan penunjang
medik yang meliputi pelayanan radiologi, laboratorium patologi klinik, pelayanan
rehabilitasi medik, farmasi, gizi, transfusi darah, keluarga miskin, rekam medis,
pengelolaan limbah, administrasi manajemen, ambulans dan kereta jenazah,
pemulasaraan jenazah, laundry, pemeliharaan sarana rumah sakit, dan pencegah
pengendalian infeksi. Masing-masing pelayanan tersebut memiliki indikator dan
standar yang wajib dipenuhi oleh rumah sakit (Supriyanto, dkk, 2014).
Rumah Sakit mempunyai fungsi (Undang-Undang No. 44 tahun 2009
pasal 6) :
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayananrumah sakit;
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.7 Baku Mutu Kebisingan
Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Berikut
baku tingkat kebisingan menurut KEP-48/MENLH/11/1996 :

Tabel 2. 1 Baku Tingkat Kebisingan

Peruntukan Kawasan / Lingkungan Tingkat Kebisingan


Kegiatan dB (A)
a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan pemukiman 55
2. Perdagangan dan jasa 70
3. Perkantorn dan perdagangan 65
4. Ruang terbuka hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan fasilitas umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus :
 Bandar udara ¿
¿¿

 Stasiun kereta api ¿


¿¿

 Pelabuhan laut 70

 Cagar budaya 60
b. Lingkungan kegiatan
1. Rumah sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55
Sumber : KEP-48/MENLH/11/1996
2.8 Jurnal Terkait
Berikut adalah 7 jurnal publikasi penelitian yang berkaitan dengan
kebisingan yang digunakan sebagai sumber referensi Laporan Praktikum
Kebisingan di Lingkungan Rumah sakit ( Studi Kasus RSI Jemursari Surabaya) :

Tabel 2. 2 Sumber Referensi Jurnal

No Judul Penelitian Nama Tahun Isi Penelitian


. Peneliti
1 Kebisingan Industri Buchari 2007 Kebisingan yang
danHearing berdampak besar bagi
Conservation kesehatan khususnya
Program. pendengaran.
2 Analisis Dampak Dewanty, 2015 Unit laundry di sebuah
Intensitas Kebisingan R.A., dan rumah sakit dapat
Terhadap Gangguan Sudarmaji menjadi sumber
Pendengaran Petugas kebisingan. Dampak yang
Laundry. ditimbulkan sangat
berbahaya bagi petugas
terutama terhadap
pendengarannya. Tujuan
dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis
dampak intensitas
kebisingan terhadap
gangguan pendengaran
petugas laundry.
Penelitian ini bersifat
observasional dengan
desain cross sectional
study. Instrumen yang
digunakan adalah
kuesioner untuk melihat
karakteristik responden,
sound level meter untuk
mengukur intensitas
kebisingan dan
audiometry test untuk
mengukur ambang
pendengaran responden.
Berdasarkan hasil
penelitian menyatakan
bahwa 75% bagian kerja
yang ada di unit laundry
memiliki intensitas
kebisingan melebihi nilai
yang dipersyaratkan dan
12 petugas berada pada
bagian tersebut.
Diperoleh 8 petugas
(50%) memiliki
gangguan pendengaran
telinga kanan dan 6
petugas (37,5%) memiliki
gangguan pendengaran
telinga kiri.

3 Analisis Intensitas Fithri, 2015 PT. Pertamina RU II


Kebisingan Prima, dan Dumai adalah perusahaan
Lingkungan Kerja Indah Q.A pengolahan minyak
pada Area Utilities terbesar yang terdapat di
Unit PLTD dan Boiler daerah Sumatera
di PT.Pertamina RU II khususnya Riau-Dumai.
Dumai. Banyaknya frekuensi
mesin atau alat yang
beroperasi 24 jam tanpa
henti menyebabkan
pengaruh besar pada
pendengaran tenaga kerja
Metode yang dilakukan
dengan tahap pengolahan
data. Pengolahan data
diawali dengan proses
rekapitulasi data
kebisingan pada area
utilities unit PLTD dan
Boiler di tiap-tiap titik
pengukuran. Setelah
direkapitulasi, lalu
dilakukan pengolahan
data untuk menentukan
intensitas kebisingan
ekuivalen lingkungan
kerja pada tiap-tiap titik
pengukuran pada unit
PLTD dan Boiler serta
menjelaskan dampak
yang timbul akibat
kebisingan yang terjadi.
.
4 Penentuan Tingkat Harapap, 2016 Nilai tingkat dan
Kebisingan Pada Area Juliansyah pengendalian kebisingan.
Pengolahan Sekam
Padi, Siltstone
Crusher, Cooler Dan
Power Plant Pada Pt
Lafarge Cement
Indonesia-Lhoknga
Plant.
5 Analisa Faktor-faktor Supriynto, 2014 Penelitian ini bertujuan
Penyebab Tidak Edy, dkk untuk mengetahui faktor-
Lengkapnya Laporan faktor penyebab tidak
Standar Pelayanan lengkapnya laporan
Minimal Rumah Sakit Standar Pelayanan
di Rumah Sakit Minimal (SPM) Rumah
Muhammadiyah Sakit di rumah sakit
Ahmad Dahlan Kota Muhammadiyah Ahmad
Kediri. Dahlan Kota
Kediri.Metode
pengambilan data berupa
wawancara dan
observasi,analisisfishbon
e digunakan untuk
identifikasi akar masalah
dan Focus Group
Discussion (FGD) untuk
memilih akar masalah
yang paling penting dan
alternatif solusi. Hasil
penelitian ini
menunjukkan akar
masalah yang
diidentifikasi pergantian
Tim Mutu RS yang tidak
berjalan dengan baik dan
tidak lengkapnya anggota
sehingga menyebabkan
tidak berjalannya
program peningkatan
mutu berkelanjutan
danpencapaian SPM.

6 Dampak Kebisingan Suroto, 2010 Kebisingan yang


Lalu Lintas Terhadap Widi diakibatkan oleh lalu
Permukiman Kota lintas.
(Kasus Kota
Surakarta).
7 Pemetaan Tingkat Savitri, 2018 Kendaraan bermotor
Kebisingan di Rumah M.A., dan seperti bus, mobil, sepeda
Sakil Islam A.Yani Arie D.S motor, truk ringan sampai
Surabaya. truk berat merupakan
sumber kebisingan utama
dijalan raya, dalam
beberapa kasus dapat
menimbulkan gangguan
pendengaran ataupun
terjadinya kecelakaan
lalulintas. Pada penelitian
untuk menentukan nilai
tingkat kebisingan untuk
hari senin sampai
minggu, dilakukan
tahapan yaitu menghitung
nilai LTMS, menghitung
nilai LS, menghitung
nilai LM, kemudian
menghitung nilai LSM
dan dilakukan juga
pemetaan kebisingan
menggunakan software
surfer. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai
kebisingan pada hari
Senin hingga hari
Minggu, melebihi baku
mutu.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Pengambilan Data dilakukan pada 24 April 2019. Pengambilan data ini
dilakukan di Rumah Sakit Islam Jl. Raya Jemursari No. 51-57, Jemur Wonosari,
Wonocolo, Surabaya.Penentuan lokasi dan jumlah titik sampling ini dilakukan
pada satu titik yaitu di ruang tunggu Poli kesehatan Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya. Alasan pemilihan lokasi tersebut dikarenakan banyak terjadi aktivitas,
sehingga titik tersebut berfungsi sebagai tempat pengambilan data / sampel untuk
menentukan tingkat kebisingan. Pengambilan data dilakukan selama satu hari,
dikarenakan terbatasnya waktu.

3.2 Alat Praktikum


Peralatan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1. Sound Level Meter

Gambar 3 1 Alat Sound Level Meter


2. Alat tulis menulis

3.3 Diagram Alir

Mulai

Studi Literatur
Tahap
Pendahuluan
Survey Awal

Pengambilan Tahap
Data Pelaksanaan

Analisis Data
Tahap
Pelaporan
Kesimpulan

Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya


Surabaya adalah kota terbesar kedua setelah Jakarta. Perkembangan kota
ini semakin pesat seperti layaknya kota metropolitan. Selain ada Tugu Pahlawan,
Masjid Nasional Al Akbar dan beragam Taman Kota yang indah, saat ini,
Surabaya juga memiliki ikon rumah sakit yang legendaris, namanya Rumah Sakit
Islam A Yani dan Jemursari.Rumah sakit Islam Jemursari beroperasional sejak
tanggal 25 Mei 2002 dan merupakan salah satu unit usaha dibawah Yayasan RS
Islam Surabaya.
Visi RSI Jemursari adalah Menjadi Rumah Sakit Islam Berstandar
Internasional. Sedangkan misinya adalah memberikan pelayanan jasa Rumah
sakit secara prima dan islami menuju standar mutu pelayanan internasional
dengan dilandasi prinsip kemitraan, melaksanakan manajemen Rumah Sakit
berdasarkan Manajemen Syariah dan berstandar Internasional.Membangun SDM
Rumah sakit yang profesional sesuai standar Internasional yang Islami dengan
diiringi Integritas yang tinggi dalam pelayanan serta menyediakan Sarana
prasarana Rumah Sakit untuk mewujudkan implementasi pelayanan Islami dan
berstandar Internasional.
Motto RSI Jemursari adalah “Kami Selalu Melayani dengan Ramah,
Senyum, Ikhlas dan Salam“. Untuk mewujudukan visi, misi dan motto, RSI
Jemursari menerapkan Budaya Organisasi Syifa”. Yakni Siddiq yang berarti jujur
dengan memiliki integritas dan kemandirian. Yaqin yang berarti yakin akan
potensi diri dan optimis kesembuhan pasien atas anugerah Allah
SWT. Iman yang berarti semua tindakan dilandasi keimanan, keihklasan dan
pandangan kesetaraan terhadap semua orang. Fathonah yang berarti cerdas dalam
menangkap peluang, kreatif dan selalu menambah ilmu
pengetahuan. Amanah yang berarti dapat diandalkan dan transparan dalam
menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya Sumber Daya Manusia.

4.2. Nilai Tingkat Kebisingan di Rumah Sakit Islam Jemursari


4.2.1. Data Praktikum
Lembar data pengukuran kebisingan
1) L1(mewakili jam 06.00 – 09.00)
Tanggal : 24 April 2019
Jam : 08.00 – 08.10
Tempat : Rumah Sakit Islam (RSI)
Jl. Jemursari No. 51-57, Jemur Wonosari, Surabaya

Tabel 4. 1 Data L1

61,3 55,9 53,8 50,6 53,9 58,7 56,6 54,8 52,6 61,3 59,4 50,3
54,6 52,8 50,5 53,8 55,8 54,7 50,8 53,2 56 52,9 55,1 55,9
60 51,4 55,3 52,2 59,8 54,8 59,9 59,1 62,4 54,1 60,8 53,8
57,2 51 59 55,7 56,5 51,6 63,4 56,8 55,4 54,3 55,9 55,4
55,1 56,2 54,1 53,1 54,9 56,3 57,4 51,6 55,6 50,8 54,9 60,1
52,7 56 54,5 56,7 54,2 54,5 56,6 54 62 68,2 58,4 67,3
63,1 61,4 58,8 53,4 53,5 55,6 57 54,2 54,5 55 54 51,5
53,8 51,9 53,3 57,7 54,1 53 52,9 54,7 59,8 55 57,3 53,6
56,7 55,8 52,9 54,6 61,1 53,8 53,3 54,3 57 55,3 55,3 57,4
52,6 56,6 53,9 52,6 51,6 53,9 54,6 55,7 55,2 58,4 53,7 51,2

2) L2 (mewakili 09.00 – 11.00)


Tanggal : 24 April 2019
Jam : 09.30 – 09.40
Tempat : Rumah Sakit Islam (RSI)
Jl. Jemursari No. 51-57, Jemur Wonosari, Surabaya
Tabel 4. 2 Data L2

55,1 58,6 53,4 59,2 59 56,7 57,1 58,6 64,7 59,6 57,2 55,7
55 59,1 60,5 59,6 61 57 60,7 61,5 55,9 56,2 59,8 55,5
60,3 57,4 58,2 54,6 54,3 57,3 55,4 56,8 61,4 58,2 60,7 57,2
54,6 52,7 53 56,4 62,4 58,1 57,4 55,9 56,4 54,6 64,1 56,9
60,4 54,8 59,7 55,3 55,9 56,7 56,3 55,4 58,3 56,4 60,7 60,2
59,3 53,1 54,1 59,3 56,1 55,8 59,3 56,8 54,5 56 55,5 53,8
56,8 53,8 58,9 53,6 53,8 55 56,3 55,9 54,9 61,9 56,5 57,6
53,1 65,7 54 56,3 54,9 55,4 55,6 61 58 61,1 56,3 60,4
56,6 60,4 57,6 61,7 58,4 58 51,6 54,1 55,6 60 58,2 60,3
57,4 58 60,5 60,7 58,5 61,2 69,7 55,6 61,4 57,3 58,1 56,4

3) L3 (mewakili 14.00 – 17.00)


Tanggal : 24 April 2019
Jam : 16.35 – 16.45
Tempat : Rumah Sakit Islam (RSI)
Jl. Jemursari No. 51-57, Jemur Wonosari, Surabaya

Tabel 4. 3 Data L3

52,7 57,1 54 54,8 57,6 53,2 56,7 58,4 53,1 53,5 52,6 61,3
51,4 51,4 54,1 54,9 58,6 55,6 55 53,1 57,9 66,6 52,5 54,4
60,7 57,9 55,1 55,6 59,1 50,8 54,3 58,3 56,9 53,9 55,3 60
55,5 55,3 55 57,6 56,9 58,2 55,6 55 55,6 54,8 55,2 58,3
61,3 57,5 57 56,5 57,3 56,9 55,8 63 60,1 55,9 60,8 56
58,3 66,7 61,6 55,9 63,7 60,2 53,2 61 61,1 72,4 63,3 55,1
55,8 54,2 53,4 55,6 53,7 53,3 53,2 56,4 54,8 54,8 55,6 55,5
52,8 51,8 53,8 53,5 56,4 51,7 58,4 52 59 57,7 57,7 55,6
55,8 53,7 60,7 57,1 56,2 57 59,6 55,8 58,7 57,5 56,2 54,5
55,5 55,9 60 56,5 56,4 58,4 56,5 56,1 54,7 56,4 53,1 59,7

4) L4(mewakili jam 17.00 – 22.00)


Tanggal : 24 April 2019
Jam : 17.10 – 17.20
Tempat : Rumah Sakit Islam (RSI)
Jl. Jemursari No. 51-57, Jemur Wonosari, Surabaya

Tabel 4. 4 Data L4

32,1 32,8 37,9 28,7 52,3 42,6 31,1 48,3 48,8 28,1 29,3 38,0
51,1 50,2 31,9 46,4 30,0 39,4 33,8 28,1 34,5 29,1 28,1 31,8
32,1 45,4 40,8 29,0 29,1 31,1 30,4 32,3 37,7 52,7 28,5 30,6
46,6 29,5 32,6 69,3 30,8 26,8 50,8 29,7 36,5 47,3 33,3 34,3
59,8 29,1 25,1 27,1 24,1 30,2 33,9 39,4 56,4 52,1 32,6 31,8
30,5 29,2 58,2 27,7 50,1 53,9 46,2 51,7 60,2 26,9 31,8 34,8
51,0 53,9 48,4 38,4 29 30,4 31,6 32,0 33,1 34,2 30,8 30,2
49,9 35,6 30,9 38,3 32,1 32,3 30,5 29,2 29,0 29,9 39,6 30,6
53,1 33,6 35,0 34,0 52,7 28,4 27,2 27,0 37,5 33,1 37,8 33,2
31,8 34,9 71,9 71,8 32,0 24,0 30,8 31,3 31,7 30,2 31,6 26,2

4.2.2. Perhitungan Data


A. L1
1. Range (r) = Max - Min
= 68,2 – 50,3
= 17,9

2. Jumlah Kelas (k) = 1 + 3,3 log n


= 1 + 3,3 log 120
= 7,86 = 8

3. Interval kelas (I) =r /k


17,9
=
7,86
= 2,27 = 2,3
4. Distribusi Frekuensi
Tabel 4. 5 Interval Kelas L1

Kelas Mean Frekuensi


50,3 - 52,5 51,4 14
52,6 - 54,8 53,7 44
54,9 - 57,1 56 34
57,2 - 59,4 58,3 12
59,5 - 61,7 60,6 10
61,8 – 64,0 62,9 4
64,1 - 66,3 65,2 0
66,4 - 68,6 67,5 2

5. Menghitung LTMS
1
LTMS =10 log × ∑ T n . 100,1 ln
n
1
¿ 10 log × ¿¿
120 ∑
1
¿ 10 log ( 52941989,164 )=56,45 dB
120

B. L2
1. Range (r) = Max - Min
= 69,7 – 51,6
= 18,1

2. Jumlah Kelas (k) = 1 + 3,3 log n


= 1 + 3,3 log 120
= 7,86 = 8

3. Interval kelas (I) = r /k


18,1
= = 2,3
7,86
4. Distribusi Frekuensi
Tabel 4. 6 Interval Kelas L2

Kelas Mean Frekuensi


51,6 - 53,8 52,7 10
53,9 - 56,1 55 31
56,2 - 58,4 57,3 38
58,5 - 60,7 59,6 27
60,8 – 63,0 61,9 10
63,1 - 65,3 64,2 2
65,4 - 67,6 66,5 1
67,7 - 69,9 68,8 1

5. Menghitung LTMS
1
LTMS =10 log × ∑ T n . 100,1 Ln
n
1
¿ 10 log ׿
120
1
¿ 10 log ( 89497962,653 )=58,73 dB
120

C. L3
1. Range (r) = Max - Min
= 72,4 – 50,8
= 21,6

2. Jumlah Kelas (k) = 1 + 3,3 log n


= 1 + 3,3 log 120
= 7,86 = 8

3. Interval kelas (I) = r /k


21,6
= = 2,75
7,86
4. Distribusi Frekuensi
Tabel 4. 7 Interval Kelas L3

Kelas Mean Frekuensi


50.8 - 53.54 52.17 20
53.55 - 56.2 54.875 45
56.3 - 59.04 57.67 34
59.05 - 61.7 60.375 15
61.8 - 64.54 63.17 3
64.55 - 67.2 65.875 2
67.3 - 70.04 68.67 0
70.05 - 72.7 71.375 1

5. Menghitung LTMS
1
LTMS =10 log × ∑ T n . 100,1 ln
n
1
¿ 10 log ׿
120
1
¿ 10 log (88406125,403)=58,67 dB
120

D. L4
1. Range (r) = Max - Min
= 71,9 – 24,0
= 47,9

2. Jumlah Kelas (k) = 1 + 3,3 log n


= 1 + 3,3 log 120
= 7,86 = 8

3. Interval kelas (I) = r /k


47,9
= = 6,1
7,86
4. Distribusi Frekuensi
Tabel 4. 8 Interval Kelas L4

Kelas Mean Frekuensi


24,0 – 30,0 27 29
30.1 - 36.1 33.1 49
36.2 - 42.2 39.2 12
42.3 - 48.3 45.3 7
48.4 - 54.4 51.4 16
54.5 - 60.5 57.5 4
60.6 - 66.6 63.6 0
66.7 - 72.7 69.7 3

5. Menghitung LTMS
1
LTMS =10 log × ∑ T n . 100,1 ln
n
1
¿ 10 log ׿
120
1
¿ 10 log ( 274226,5942) =54,38 dB
120

6. Mengetahui nilai LTMS


Tabel 4. 9 Data HasilLTMS LI - L4

L dB (A) T
L1 56,45 3
L2 58,73 5
L3 58,67 3
L4 54,38 5

Menghitung Ls atau nilai tingkat kebisingan dari kebisingan yang


fluktuatif (Leq) selama waktu siang hari.

1
Ls =10 log × ∑ T n . 100,1 Ls
16
1
=10 log 16 ׿

1
=10 log 16 ( 8636363,513 )=57,32 dB

4.2.3. Pembahasan
Praktikum kebisingan rumah sakit sebagai sarana belajar bagi
mahasiswa utamanya mahasiswa Teknik Lingkungan agar mampu
mengukur nilai tingkat kebisingan di RSI Jemursari Surabaya pada waktu
siang hari (Ls) dalam 4 range. Praktikum ini juga sebagai sarana
pembelajaran prinsip kerja dan penggunaan alat Sound Level Meter (SLM)
serta mempelajari cara pengukuran kebisingan rumah sakit dan cara
pengolahan data yang diperoleh.
Praktikum kebisingan rumah sakit dilakukan di dalam lobby
tunggu poli Rumah sakit Islam (RSI) Jemursari Surabaya, pada 4 range
waktu yang berbeda. Praktikum dimulai dengan mengukur tingkat
kebisingan menggunakan SLM setiap 5 detik sekali sekali selama 10
menit pada tiap kali pengukuran. Data yang dihasilkan dari kegiatan
pengukuran langsung kebisingan di RSI Jemursari, Surabaya ini kemudian
akan dibandingkan dengan baku mutu kebisingan yang berlaku di
Indonesia. Berikut baku tingkat kebisingan menurut Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup nomor KEP-48/MENLH/11/1996.
Dari hasil analisis kebisingan rumah sakit yang telah dilakukan
oleh kelompok kami, didapati 4 nilai tingkat kebisingan dari kebisingan
yang berubah ubah (fluktuatif) dengan waktu sampling 5 detik (L TMS).
Nilai tingkat kebisingan yang tertinggi adalah nilai tingkat kebisingan
yang kedua (L2) yaitu 58,73 dB diperoleh dari pengukuran pada pukul
09.00 – 09.40 WIB mewakili pukul 09.00 - 11.00. Hasil yang diperoleh
menyatakan nilai L2 yang tinggi hingga melebihi baku tingkat kebisingan
yang ditetapkan. Sumber kebisingan dimungkinkan karena waktu
pengukuran masih pagi sehingga ramai orang yang memeriksakan diri di
poli-poli yang tersedia di RSI Jemursari Surabaya, serta bersamaan
dengan masuknya jam besuk di rumah sakit tersebut. Sumber bunyi yang
mempengaruhi data kebisingan berasal dari suara percakapan pasien,
penjenguk pasien yang menunggu masuknya jam besuk, suara pegawai
medis di rumah sakit, serta suara resepsionis yang mengumumkan nomer
antrian rawat, juga suara mesin fotocopy dan blender yang berada di ujung
lobby tunggu poli ini.

Gambar 4. 1 Suasana pada pengambilan data L2


Sedangkan untuk nilai tingkat kebisingan yang terendah adalah
nilai tingkat kebisingan yang keempat (L4) yaitu 54,38 dB dengan waktu
pengambilan data pukul 17.10 – 17.20 WIB. Data ini mewakili data pukul
17.00 - 22.00. Nilai LTMSpada waktu pengambilan ini berada dibawah
ambang batas baku tingkat kebisingan menurut Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup tahun 1996. Rendahnya nilai kebisingan ini
dikarenakan pada saat pengambilan data, kondisi lobby ruang tunggu poli-
poli di RSI Jemursari sedang sepi pasien karena telah memasuki waktu
maghrib. Selain itu banyaknya penjenguk pasien yang telah berada di
dalam ruang rawat pasien dan tidak lagi berada di lobby ruang tunggu
poli-poli RSI Jemursari Surabaya. Sumber bising yang ada di sekitar
tempat pengambilan data yaitu suara percakapan beberapa pasien rawat
jalan dan suara resepsionis yang mengumumkan antrian rawat.

Gambar 4. 2 Suasana pengambilan data L4


Untuk nilai tingkat kebisingan pada pengukuran yang pertama (L1)
diperoleh LTMS sebesar 56,45 dB pada waktu pengukuran pukul 08.00 –
08.10 WIB yang mewakili pukul 06.00 - 09.00. Hasil yang diperoleh
menyatakan nilai LTMS yang lebih tinggi daripada baku mutu tingkat
kebisingan yang ditetapkan dikarenakan waktu pengukuran masih pagi
sehingga ramai orang yang memeriksakan diri di poli-poli yang tersedia di
RSI Jemursari, Surabaya. Sumber bunyi yang mempengaruhi kebisingan
pada tempat pengambilan data berasal dari suara percakapan pasien dan
pegawai medis di rumah sakit, serta suara resepsionis yang
mengumumkan nomer antrian rawat.
Nilai tingkat kebisingan pada pengukuran ketiga (L3) sebesar
58,67 dB. Pengukuran ketiga dilakukan pada pukul 16.35 – 16.45WIB
mewakili pukul 14.00 - 17.00. Dari pengukuran ketiga diperoleh nilai LTMS
lebih tinggi dari baku mutu yang ditetapkan. Ini dimungkinkan karena
waktu pengukuran sore hari, bersamaan dengan jam besuk di RSI
Jemursari, Surabaya. Sumber bunyi yang mempengaruhi kebisingan pada
tempat pengambilan data berasal dari suara percakapan pasien, penjenguk,
dan pegawai medis di rumah sakit, serta suara resepsionis yang
mengumumkan nomer antrian rawat.
Dari keempat data pengukuran, kemudian dicari Ls atau nilai
tingkat kebisingan dari kebisingan yang fluktuatif (Leq) selama waktu
siang hari. Diperoleh hasil perhitungan Ls adalah 57,32 dB (A).
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 48 tahun
1996 bahwa baku tingkat kebisingan lingkungan rumah sakit adalah
55dB(A). Pada praktikum ini diketahui indeks kebisingan pada lobby
tunggu poli RSI Jemursari, Surabaya telah melebihi ambang batas yang
ditetapkan KMLH, 1996. Hal ini dapat dikarenakanpada siang hari
merupakan waktu aktif pasien untuk datang ke rumah sakit.

Gambar 4. 3 Peta lokasi tampak atas

4.3. Pengendalian Kebisingan di Rumah Sakit Islam Jemursari


Dengan melihat data kebisingan yang kita peroleh, maka diperoleh
kesimpulan bahwa perlu dilakukannya pengendalian kebisingan di Rumah Sakit
Islam Jemursari untuk dapat mencapai standar kebisingan di rumah sakit sesuai
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no. 48 tahun 1996. Pengendalian bunyi
pada bangunan RSI Jemursari Surabaya dapat dilakukan dengan :
a. Memberikan instrumen pengisolasi kebisingan
Pengisolasian bising ini dapat dilakukan pada dinding luar bangunan
dan juga elemen ruang dalam bangunan seperti penggunaan partisi dinding,
langit-langit, pintu, maupun jendela yang dapat mereduksi kebisingan.
Dinding luar rumah sakit yang menggunakan elemen penutup
alluminium composite panel dapat dimanfaatkan rongga antara panel tersebut
dengan menambahkan lapisan kertas bangunan, plywood, rangka, isolasi dari
plasterboard yang bagian belakangnya berlapis foil. Dinding ini dapat
mereduksi kebisingan sebesar 45-49 dB.
Transmisi bunyi dari luar bangunan dapat disebabkan oleh jendela.
Oleh karena itu pemilihan jenis jendela dapat menjadi instrumen untuk
mengisolasi kebisingan. Karena iklim di Indonesia bersifat tropis lembab,
maka dapat digunakan pemakaian kaca tunggal (Ratrian, 2009).
b. Penggunaan equipment/alat yang mampu mereduksi bunyi
Salah satu sumber bising dalam ruang tunggu poli RSI Jemursari
Surabaya berasal dari suara informan yang menggunakan pengeras suara. Hal
ini dapat dikendalikan dengan penambahan material karpet baik pada lantai
maupun dinding. Kebisingan juga dapat dikendalikan dengan mengurangi
penggunaan bahan bahan logam pada furniture dan dengan mengubah
peletakkan speaker secara terpusat daripada peletakkan secara menyebar, hal
ini bertujuan supaya suara informan tidak memenuhi ruang tunggu poli-poli
RSI Jemursari Surabaya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Nilai tingkat kebisingan di RSI Jemursari Surabaya pada L1 sebesar 56,45dB,
L2 sebesar 58,73 dB, L3 sebesar 58,67 dB dan L4 sebesar 54,38 dB. Tingkat
kebisingan yang paling tinggi terdapat pada L2. Sehingga untuk tingkat bising
siang ( Ls ¿ yang dihasilkan sebesar 57,32 dB, hal ini menunjukan bahwa
tingkat kebisingan pada ruang tunggu poli kesehatan RSI Jemursari Surabaya
telah melebihi baku mutu rumah sakit menurut KEP-48/MENLH/11/1996 yaitu
55 dB. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan sumber bising dari suara
percakapan pasien, penjenguk pasien yang menunggu masuknya jam besuk,
suara pegawai medis di rumah sakit, serta suara resepsionis yang
mengumumkan nomer antrian rawat, juga suara mesin fotocopy dan blender
yang berada di ujung lobby tunggu poli ini.

5.2 Saran
Dengan memperhatikan permasalahan yang timbul, dapat disampaikan
beberapa alternatif saran untuk mengurangi tingkat kebisingan sebagai berikut,
yaitu padaRumah Sakit Islam Jl. Raya Jemursari No. 51-57, Jemur Wonosari,
Wonocolo, Surabaya perlu adanya penambahan media untuk mengurangi tingkat
kebisingan pada kondisi lobby ruang tunggu poli-poli di RSI seperti tanaman,
tembok kedap suara, karpet pelapis lantai atau dinding dan lain sebagainya agar
ketenangan dan kenyamanan lingkungan rumah sakit terjaga, sehingga dapat
membantu proses penyembuhan pasien rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Alfathika, Dwininta, dkk. 2018. Gambaran Intensitas Kebisingan di Wahana Bermain


Indoor di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas
Buchari. 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. USU
Repository.
Dewanty, R.A., dan Sudarmaji. 2015. Analisis Dampak Intensitas Kebisingan
Terhadap Gangguan Pendengaran Petugas Laundry. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. Vol.08. No.02.
Fithri, Prima, dan Indah Q.A. 2015. Analisis Intensitas Kebisingan Lingkungan Kerja
pada Area Utilities Unit PLTD dan Boiler di PT.Pertamina RU II
Dumai. Jurnal Sains, Teknologi dan Industri. Vol.12, No.02.
Harahap, Juliansyah. 2016. Penentuan Tingkat Kebisingan Pada Area Pengolahan
Sekam Padi, Siltstone Crusher, Cooler Dan Power Plant Pada Pt
Lafarge Cement Indonesia-Lhoknga Plant. Journal Of Islamic Science
and Technology. Vol.02. No.02.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No : KEP-51/MEN/1999. Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika di Tempat Kerja.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No : KEP-48/MENLH/11/1996. Baku
Tingkat Kebisingan.
Ratrian, Nugroho. 2009. Pemetaan dan Upaya Reduksi Intensitas Kebisingan Pada
Bangunan Rumah Sakit Studi Kasus RSUD Budhi Asih Jakarta.
Skripsi Universitas Indonesia.
Supriyanto, Edy, dkk. 2014. Analisa Faktor-faktor Penyebab Tidak Lengkapnya
Laporan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit di Rumah Sakit
Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri. Jurnal Kedokteran
Brawijaya. Vol.28. No.01.
Suroto, Widi. 2010. Dampak Kebisingan Lalu Lintas Terhadap Permukiman Kota
(Kasus Kota Surakarta ). Journal Of Rular and Development. Vol.01.
No.01.
Savitri, M.A., dan Arie D.S. 2018. Pemetaan Tingkat Kebisingan di Rumah Sakil
Islam A.Yani Surabaya. Jurnal Teknik ITS. Vol.07. No.01.
Undang-Undang RI No.44 Tahun 2009. Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai