Anda di halaman 1dari 8

DUSTFALL

I. TUJUAN

1. Mengetahui konsentrasi dustfall di udara ambien


2. Mengetahui konsentrasi debu terlarut dan tidak terlarut di udara ambien
3. Mengetahui pemenuhan kualitas udara pada parameter debu jatuh terhadap baku mutu
4. Mengetahui metode pengukuran dustfall

II. PRINSIP PRAKTIKUM

Prinsip pada praktikum dustfall ini adalah partikel besar dengan diameter aerodinamic
lebih besar dari 10 m dapat dikumpulkan decara gravitasi. Partikel tersebut dikumpulkan
dalam satu wadah dengan diameter bukaan minimal 15 cm dan pada periode waktu 30 hari.
Partikel yang dikumpulkan kemudian dianalisa secara gravimetri. Hasil yang didapat
dilaporkan dalam satuan ton/km2/bulan.

III. ALAT DAN BAHAN

3.1. Alat

1. Kolektor debu jatuh: wadah berbentuk silinder dengan diameter minimal 15 cm


dengan paniang minimal 2 kali diameternya). Kolektor ini harus terbuat dari bahan
stainless steel atau plastik waterproof
2. Penyangga: dapat menyangga wadah sehingga posisi bukaan wadah minimal
berada pada 1,5 m diatas tanah
3. Penyaring kasa dengan ukuran mesh 1mm
4. Krus non pori ukuran 100 ml
5. Corong filter
6. Spatula karet
7. Desikator
8. Oven pengering
9. Gelas ukur 1L
10. Kertas filter
11. Neraca analitik dengan sensitivitas minimal minimal 0,1 mg
3.2. Bahan
1. Aquades
2. Filtrat

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

Prosedur kerja pada pecobaan ini antara lain:


1. Lokasi sampling yang dipilih harus area terbuka dimana tidak ada bangunan atau
struktur lain yang lebih tinggi dari 1 meter pada radius 20 m dari titik ditempatkannya
penyangga.
2. Diamkan kolektor dengan standar interval waktu sampling adalah 30 + 2 hari. Setelah
selesai sampling, tutup rapat kolektor untuk dianalisa di laboratorium.
3. Untuk analisis debu tidak terlarut, siapkan krus non pori
4. Kemudian tempatkan kertas filter pada krus yang telah disiapkan kemudian keringkan
dengan menggunakan oven 105 C selama minimal 1 jam kemudian dinginkan di dalam
desikator.
5. Timbang filter dan catat sebagai data berat filter awal (Miu).
6. Saring isi kolektor melalui penyaring kasa dan filter ke dalam gelas ukur.
7. Bersihkan dinding kolektor dengan spatula karet dan bilas dengan air kemudian saring
air bilasan tersebut, catat volume total filtrat (Vr).
8. Tempatkan filter dalam krus yang telah disiapkan kemudian keringkan filter minimal l
jam Pada 105 C.
9. Timbang filter dan catat sebagai data berat filter akhir (Mfu), ulangi proses pengeringan
sampai didapatkan berat konstan.
10. Untuk debu terlarut, siapkan krus kemudian timbang krus kosong catat sebagai data
berat krus awal (Mis)
11. Kemudian pindahkan filtrat yang didapat dari analisa sebelumnya ke dalam beaker
glass 1000 ml panaskan hingga volume menjadi 50 ml.
12. Pindahkan 50 ml filtrat tersebut ke dalam krus yang telah disiapkan dan catat volume
filtrat yang akan diuapkan (V2).
13. Keringkan filtrat pada suhu 105 C sampai semua cairan menguap.
14. Timbang krus kering catat sebagai data berat krusa khir (Mfr).

V. TEORI SINGKAT
Dustfall adalah debu jatuh akibat dari pengaruh gravitasi maupun yang terbawa air
hujan yang diukur setelah pengambilan contoh uji berupa air hujan menggunakan peraltan
Desposite Gauge yang dipaparkan di udara selama 1 bulan. Partikulat yang berukuran 2 40
mikron (tergantung densitasnya) tidak bertahan terus di udara dan akan segera mengendap.
Partikulat yang tersuspensi secara permanen di udara juga mempunyai kecepatan pengendapan,
tetapi partikulat-partikulat tersebut tetap di udara karena gerakan udara.

Sifat partikulat lainnnya yang penting adalah kemampuannya sebagai tempat absorbsi
(sorbsi secara fisik) atau kimisorbsi (sorbsi disertai dengan interaksi kimia). Sifat ini
merupakan fungsi dari luas permukaan. Jika molekul terosorbsi tersebut larut di dalam
partikulat, maka keadaannya disebut absorbsi. Jenis sorbsi tersebut sangat menentukan tingkat
bahaya dari partikulat. Penentuan debu jatuh dinyatakan sebagai total debu yang tidak terlarut
ditambah debu yang terlarut dalam air hujan (ton/km2/bulan).

Pengukuran debu jatuh (dustfall) merupakan metode yang digunakan untuk mengukur
partikulat berukuran 20-500 m. Debu jatuh adalah salah satu parameter pencemaran yang
perlu dikendalikan yaitu konsentrasi debu jatuh dalam udara ambien. Debu jatuh terdiri dari
material yang kompleks dengan komposisi yang konstan dan konsentrasi logam berat di
dalamnya sangat bervariasi. Debu jatuh dapat membahayakan kesehatan manusia, menurunkan
kualitas lingkungan dan mempengaruhi kualitas material. Besarnya pengaruh-pengaruh ini
merupakan fungsi dari distribusi ukuran partikel, konsentrasi dan komposisi fisik dan kimia
partikulat (Chow, 1995). Berdasarkan ketetapan acuan baku mutu Peraturan Pemerintah No.
41 Tahun 1999, nilai maksimal untuk konsentrasi dustfall adalah sebesar 10g/m2/bulan.

Penempatan dust fall collector harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (SNI 13-4703-
1998):
Bebas gangguan langsung dari cerobong asap,
Mulut botol pengumpul debu berada pada ketinggian 1,5 2,5 m dari permukaan tanah,
Jika pengambilan contoh dilakukan di daerah pemukiman, alat harus ditempatkan pada
jarak tidak kurang dari 10 kali panjang cerobong yang ada, tidak boleh dekat dengan
dinding vertikal atau atap.
VI. DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Pada praktikum yang telah dilakukan, didapat data yang telah terukur untuk mengetahui total
debu yang tersaring pada dustfall pada Tabel VI.1
Tabel VI.1 Data awal dustfall

Waktu Sampling 48 jam


Diameter 25 cm
Berat awal ( tidak larut) 42.5143 g 42 g 42 g
Berat awal (larut) 58.3807 g 58.3807 g 58.3807 g
Berat akhir terlarut 58.389 g
Berat akhir tidak terlarut 42.194 g

Setelah didapat data awal dicari konsentrasi debu terlarut dengan menggunakan rumus

Dimana:

Cu : Debu tidak terlarut (g/m/30 hari)

Mfu : Berat filter akhir (g)

Miu : Berat filter awal (g)

A : Luas area bukaan kolektor (m)

T : Waktu Sampling (hari)

58.389 58.3807 g
= = 0.084585 2
(0.253.140.25^2) 2 m

Debu yang tidak terlarut dihitung dengan menggunakan rumus

1
=
2

Dimana:

Cs : Debu tidak terlarut (g/m/30 hari)

Mfr : Berat filter akhir (mg)


Mir : Berat filter awal (mg)

A : Luas area bukaan kolektor (m)

T : Waktu Sampling (hari)

V1 : Volume filtrate yang tersaring (l)

V2 : Volume filtrate yang diuapkan pada oven (l)

42.194 42.17143 50 g
= = 0.2299 2
0.049063 2 50 m

Setelah didapat partikel debu terlarut dan tidak terlarut didapat total debu dengan
menjumlahkan hasil debu terlarut dengan debu tidak terlarut

= Cu + Cs

Ct : debu total (g/m/hari)

Cu : debu terlarut (g/m/hari)

Cs : debu tidak terlarut (g/m/hari)

g
= 0.08458 + 0.22997 = 0.314565
m2

VII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Debu atau partikulat digunakan untuk memberikan gambaran partikel cair maupun padat
yang tersebar di udara ambien dengan ukuran 0,001 mm sampai 500 mm. Berdasarkan lamanya
partikel yang tersuspensi di udara dan rentang ukuran, partikel dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu debu jatuh (dustfall) dan suspended particulate matter (SPM). Pada praktikum
ini, partikulat yang diujikan adalah dustfall, yaitu partikel dengan bentuk / ukuran lebih besar
dari 10 mm. Pada praktikum ini, dilakukan pengambilan sampel dustfall selama 2 hari yang
bertujuan untuk mengetahui konsentrasi debu yang jatuh ke dalam wadah dengan luas
permukaan bukaan tertentu.

.
Dalam sampling sangat penting untuk menentukan lokasi sampling karena sifatnya sangat
kritis, sehingga bila enentuan lokasi kurang tepat maka hasil yang diperoleh menjadi kurang
representatif. Seharusnya penentuan lokasi sampling dilakukan berdasarkan lokasi adanya
konsentrasi maksimum, kondisi prevailing meteorological, dan berdasarkan lokasi reseptor
berada karena konsentrasi yang diperoleh berkaitan erat dengan kesehatan. Semakin banyak
titik sampling maka akan semakin representative hasil yang diperoleh. Namun dengan
mempertimbangkan keterbatasan jumlah alat yang dimiliki, keterbatasan biaya, dan sumber
daya manusia yang dimiliki maka pada praktikum kali ini hanya dilakukan sampling pada satu
titik sampling, yaitu di Campus Centar Barat. Pemilihan lokasi ini mempertimbangkan lokasi
ini merupakan loasi yang banyak dilewati orang dan berada pada posisi tengah kompleks
kampus.

Meskipun begitu, lokasi sampling kurang tepat karena dekat dengan bangunan. Jarak
antara titik sampling dan bangunan kurang dari 10 kali tinggi bangunan, sehingga sebenarnya
penentuan lokasi kurang tepat dan berpengaruh ke hasil pengukuran. Seharusnya jarak antara
bangunan dan wadah pengumpul debu lebih dari sama dengan 10 kali tinggi bangunan untuk
mengurangi turbulensi.

Dengan tujuan mengetahui konsentrasi debu pada udara ambien dengan ukuran partikel
lebih besar dari 10 m yang terdapat pada lokasi sampling (Campus Center ITB), praktikum
diawali dengan mempersiapkan kolektor dengan dicuci dan dibilas dengan aquades terlebih
dahulu sehingga tidak ada partikel lain yang terbawa dalam pengukuran. Lokasi sampling
dipilih pada lokasi campus center dikarenakan lokasi tersebut merupakan area terbuka dimana
jarak antara bangunan dan dustfall relatif cukup jauh Kolektor didiamkan selama 2 hari sesuai
dengan standard interval waktu sampling, dengan tutup kolektor terbuka sehingga partikulat
dapat masuk kedalam kolektor.Partikel debu dengan ukuran lebih besar dari 10 mikron akan
jatuh secara gravitasi sehingga akan masuk kedalam kollektor.

Setelah dilakukan sampling dilakukan analisa sampel di laboratorium dengan mengukur


kandungan debu tidak terlarut dan terlarut. Pada pengukuran debu tidak terlarut dilakukan
pengeringan terlebih dahulu pada filter dengan menggunakan oven 105C selama 1 jam
sehingga tidak ada partikulat lain yang dapat mengganggu hasil gravimetri. Filter tersebut
ditimbang sehingga diketahui berat filter awal (Miu). Dinding kolektor dibilas dengan air untuk
menurunkan partikulat yang menempel di dinding kolektor, kemudian isi kolektor disaring
dengan melalui penyaring kasa dan filter, partikulat berukuran lebih dari 10 m akan tertahan
didalam kasa dan filter sedangkan yang berukuran kurang dari 10 m akan lolos, Volume total
filtrate akan diperoleh pada tahap tersebut (V1). Selanjutnya, filter ditempatkan dikeringkan
pada 105c selama 1 jam untuk menghilangkan kadar air pada filter, filter tersebut ditimbang
sehingga didapat berat filter akhir (Mfu).

Dalam pengukuran debu terlarut, analisis dilakukan dengan menimbang krus kosong
terlebih dahulu sebagai data berat krus awal (Mir), kemudian filtrat dipanaskan hingga volume
50 ml. Volume filtrate yang akan diuapkan dicatat sebagai V2, filtrate dikeringkan pada suhu
105C sampai cairan menguap sehingga dapat diketahui partikulat yang tertinggal didalam
filter sebagai data berat krus akhir (Mfr).

Berdasarkan ketetapan acuan baku mutu Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999, nilai
maksimal untuk dustfall selama 30 hari pengukuran pada lokasi pemukiman adalah 10
Ton/km^2/bulan atau setara dengan 0.33 g/m^2bulan. Dari hasil percobaan, nilai konsentrasi
dustfall yang didapat lebih kecil dari konsentarsi yang tertera pada baku mutu tersebut. Untuk
itu, penetapan nilai konsentrasi dustfall dari percobaan yang telah di uji memenuhi standar
baku. Dengan membandingkan literatur, nilai konsentrasi dustfall pada udara ambien di tempat
tersebut masih terbilang aman bagi kesehatan manusia khususnya pada sistem pernapasan.
Untuk mencegah dampak terhadap kesehatan, perlu adanya upaya pencegahan secara terus
menerus agar kadar konsentrasi tetap dibawah nilai ambang batas yang diijinkan. Pencegahan
yang dapat dilakukan diantaranya membatasi penggunaan kendaraan bermotor dan
penggunaan alat penangkap debu di sekitar area Campus Center.

Percobaan sampling yang telah dilakukan telah mengikuti standard SNI dimana:
Mulut botol pengumpul debu berada pada ketinggian 2,5 m dari permukaan tanah,
Tidak ada cerobong disekitar titik sampling, dan culup jauh dengan bangunan
Dalam pengukuran dapat terjadi beberapa kesalahan yang menyebabkan kurang akuratnya
hasil pengukuran, diantaranya :

Menurut SNI 13-4703-1998 alat harus ditempatkan jauh dengan dinding vertical/atap.
Pada sampling terdapat dua gedung yang terdapat pada kiri dan kanan dustfal pada jarak
kurang lebih 250 m, sehingga dapat mempengaruhi hasil sampling
Kurang akuratnya praktikan pada saat melakukan pengukuran volume
Adanya partikulat lain yang menempel pada filter sebelum dilakukan sampling,
sehingga mempengaruhi data akhir sampling
Selain faktor kesalahan yang dipengaruhi oleh manusia, pengukuran menggunakan dustfall
juga dipengaruhi oleh lokasi dan topografi sampling, daerah sampling (pemukiman, industi,
dll),serta data meteorologis seperti arah angin, kecepatan angin, dan hujan.

VIII. KESIMPULAN
g
1. Konsentrasi dustfall di udara ambien sebesar 0.314 m2
g
2. Konsentrasi udara terlarut pada ambien sebesar 0.084 m2 sedangkan partikel
g
terlarut sebsar 0.2299 m2

3. Dibandingkan dengan baku mutu, nilai debu jatuh masih memenuhi baku mutu udara
ambien.
4. Metode pengukuran dustfall dilakukan dengan mengumpulkan secara gravitasi
partikel dengan ukuran lebih besar dari 10 m yang kemudain akan dianalisa secara
gravimetri

DAFTAR PUSTAKA

Chow J. C. (1995). Measurement Methods to Determine Compliance with Ambient Air Quality
Standards for Suspended Particles, Journal of. Air &Waste Management Association
vol. 45.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian


Pencemaran Udara PERATURAN

SNI 13-4703-1998. Penentuan kadar debu di udara dengan .penangkap debu jatuh (Dust fall
collector)

Anda mungkin juga menyukai