Anda di halaman 1dari 36

BAB IV

PENYEHATAN AIR, PENGELOLAAN


LIMBAH
CAIR, PADAT DI RUMAH SAKIT

Pendahuluan

A ir bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan merupakan kebutuhan yang tidak


dapat dilepaskan dari kegiatan rumah sakit. Rumah sakit seperti halnya
pemukiman yang juga menghasilkan limbah, baik itu limbah cair, padat maupun
gas sebagai hasil dari aktifitas setiap harinya. Limbah RS dan unit pelayanan kesehatan
sangat berbeda dengan limbah hasil pemukiman. Limbah RS terdiri dari limbah medis dan
juga limbah non medis. Disamping itu limbah rumah sakit juga lebih bergam dari pada
limbah rumah tangga atau pemukiman terkit RS juga merupakan salah satu bentuk industry.
Dampak dari limbah medis dan non medis dapat membahayakan dan menimbulkan
gangguan kesehatan bagi pengunjung dan terutama kepada petugas yang menangani limbah
tersebut serta masyarakat sekitar rumah sakit. Oleh karena itu harus dilakukan upaya
pengelolaan limbah sesuai dengan standar regulasi yang berlaku agar tidak mencemari
lingkungan dan mebahayakan masyarakat maupun pihak rumah sakit. Rumah sakit dimasa
mendatang harus menjadi tempat yang sehat baik di dalam maupun dilingkungan sekitarnya
Pengelolaan limbah rumah sakit meliputi penyehatan air, pengelolaan limbah cair,
pengelolaan limbah padat (sampah) dan gas meliputi persyaratan kuantitas maupun kualitas
air baik fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktivtas. Sebagai standar dalam pengelolan limbah
Rumah Sakit mengacu pada peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 tahun 1990 tentang
standar kualitas air bersih dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2002 tentang
persyaratan kualitas air minum. Kualitas limbah cair yaitu effluent dari istalasi pengolahan air
limbah (IPA) sesuai persyaratan Kepen LH nomor 58 tahun 1995 atau perda setempat.
Demikian pula untuk libah padat dan yang lainnya sesuai dengan Kepmenkes nomor. 1204
tahun 2004.
Penyehatan air, pengelolaan limbah cair, padat dan gas merupakan upaya pencegahan
terjadinya pencemaran lingkungan mencegah terjadinya infeksi silang dan keselamatan
petugas, pasien, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit. Oleh karena itu rumah
sakit dimasa mendatang harus menjadi tempat yang sehat baik di dalam maupun
dilingkungan sekitarnya

Farmakologi 1
Saudara sebagai tenaga sanitarian harus mampu melakukan pencegah infeksi
nasokomial akibat dari lingkungan rumah sakit yang tidak memenuhi persyaratan. Pada bab
ini saudara akan mempelajari tentang penyehatan air, pengelolaan limbah cair, padat dan
gas di rumah sakit. Setelah mempelajari bab ini saudara diharapkan mampu :
1. Menjelaskan penyehatan kualitas air di rumah sakit
2. Menjelaskan pengelolaan limbah cair di rumah sakit
3. Menjelaskan pengelolaan limbah padat/ sampah di rumah sakit
4. Melakukan inspeksi sanitasi pengelolaan limbah di rumah sakit
Pada bab ini akan disajikan dalam tiga topik yaitu
A. Penyehatan air di rumah sakit
B. Pengelolaan limbah cair di rumah sakit
C. Pengelolaan limbah padat/ sapah di rumah sakit.
D. Melakukan inspeksi sanitasi pengelolaan limbah di rumah sakit
Untuk membantu dalam mempelajari bab ini saudara gunakan pengalaman ketika
sebagai tenaga sanitarian dan bandingkan dengan teori atau materi dalam bab ini.

Selamat belajar.

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 2


Topik 1

PENYEHATAN AIR
A. Peraturan Persyaratan Kualitas Air Baersih

Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang mendasar bagi kegiatan di rumah sakit.
Supaya air tidak menjadi masalah kesehatan dan menjadi penular penyakit, maka air bersih
harus memenuhi persyaratan kualitas. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan
fisik, kimia, mikrobiologi dan kandungan bahan radioaktivitas sebagaimana telah ditetapkan
dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 tahun 1990 tentang standar kualitas air
bersih dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2002 tentang persyaratan kualitas
air minum. Dalam keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004, air minum adalah
air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum. Sumber penyediaan air minum dan untuk
keperluan rumah sakit berasal dari perusahaan air minum, air yang didistribusikan melalui
tangki air, air kemasan dan harus memenuhi syarat kualitas air minum.
Kualitas air yang digunakan di ruang khusus seperti, ruang operasi bagi rumah sakit
yang menggunakan air yang sudah diolah seperti dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM), sumur bor, dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat dilakukan pengolahan
tambahan dengan cartridge filter dan dilengkapi dengan disinfeksi menggunakan Ultra
Violet (UV). Ruang farmasi dan hemodialisis, air yang digunakan di ruang farmasi terdiri atas
air yang dimurnikan untuk penyiapan obat penyiapan injeksi dan pengenceran dalam
hemodialisis. Kegiatan pengawasan kualitas air dengan pendekatan survey yang meliputi:
inspeksi sanitasi terhadap sarana air minum dan air bersih, pengambilan, pengiriman dan
pemeriksaan sampel air, melakukan analisa hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan laboratorium
dan tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitas air.

Inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih rumah sakit minimal dilakukan satu
tahun sekali. Sementara itu, untuk menjamin kebersihan air dari mirkobilogi baik untuk
minum dan air bersih dilakukan pemeriksaan mikrobilogi pada air minum dan bersih pada
setiap bulan. Sebagai bahan pemeriksaan mikrbiologi dilakukan pengambilan sampel air
pada sarana penyediaan air minum dan atau air bersih di rumah sakit. Pengambilan sampel
dilakukan dengan memperhitungkan kapasitas dari rumah sakit tersebut. Tabel 4.1 Berikut
ini mengambarkan jumlah sampel pemeriksaan mikrobiologi berdasarkan pada jumlah
tempat tidur suatu rumah sakit sebagai berikut:

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 3


Tabel 4.1 Jumlah sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologi
menurut jumlah tepat tidur

Jumlah minimum sampel air per-bulan untuk


Jumlah tempat tidur Pemeriksaan mikrobiologik
Air minum Air bersih
25 – 100 4 4
101 – 400 6 6
401 – 1.000 8 8
1.000 10 10
Sedangkan pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan minimal 3 bulan
dan titik pengabimlan sampel masing-masing pada tempat penampungan (reservoir) dank
ran terjauh dari reservoir. Pemeriksaan bakteriologi minimal sebulan sekali. Titik
pengambilan sampel air untuk pemeriksaan bakteriologi terutama pada air keran dari ruang
dapur, ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi, ruang makan, dan tempat penampungan
(reservoir), secara acak pada kran-kran sepanjang system distrubusi. Sampel air dikirim dan
diperiksakan pada laboratorium yang berwenang atau yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan atau Pemerintah Daerah setempat. Setiap 24 jam sekali rumah sakit harus
melakukan pemeriksaan kualitas air untuk pengukuran sisa klor bila menggunakan
desinfektan kaporit, pH, dan kekeruhan air minum atau air bersih yang berasal dari system
perpipaan atau pengolahan air pada titik/ tempat yang dicurigai rawan pencemaran.
Petugas sanitasi atau penanggung jawab pengelolaan kesehatan lingkungan melakukan
analisis hasil inspeksi sanitasi dan pemeriksaan laboratorium. Apabila dalam hasil
pemeriksaan kualitas air terdapat parameter yang menyimpang dari standar, maka harus
dilakukan pengolahan sesuai parameter yang menyimpang. Apabila ada hasil inspeksi
sanitasi yang menunjukan tingkat risiko pencemaran amat tinggi dan tinggi harus dilakukan
perbaikan sarana.
Teknik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologik dari sarana
penyediaan air minum di rumah sakit seperti di bawah ini.

Gambar 4.1
Pengambilan Sampel Air Minum

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 4


B. Sumber Air Bersih

Rumah sakit dapat memperoleh air bersih dari berbagai sumber, baik berupa sumber
dari alam yaitu sungai, danau, mata air dan air tanah atau dapat juga memperolehnya dari
penyedia air bersih. Berbagai sumber air tersbut pada dasarnya dapat digunakan sebagai
sumber air bersih dengan ketentuan air dari sumber tersebut telah memenuhi persyaratan,
baik dari segi konstruksi saran, pengolahan, pemeliharaan, pengawasan kualitas dan
kuantitas.
Sebaiknya rumah sakit menggunakan sumber air dari perusahaan daerah air minum
(PDAM) atau sumber air tanah, karena akan mengurangi beban pengolahan. Apabila di
daerah tidak dimungkinkan, terpaksa harus menyediakan pengolahan air permukaan. Untuk
membangun system pengolahan perlu mempertimbangkan segi ekonomi, kemudahan
pengolahan, kebutuhan tenaga untuk mengoprasikan system, biaya operasional dan
kecukupan supply baik dari segi jumlah maupun mutu air yang dihasilkan. Pengolahan air
bervariasi tergantung karakteristik asal air dan kualitas produk yang diharapkan. Mulai dari
cara yang sederhana yaitu dengan chlorinasi sampai cara yang lebih rumit.
Jumlah kebutuhan air minum dan air bersih untuk rumah sakit masih belum dapat
ditetapkan secara pasti. Jumlah ini tergantung pada kelas dan berbagai pelayanan yang ada
di rumah sakit yang bersangkutan. Makin banyak pelayanan yang ada di rumah sakit
tersebut, semakin besar jumlah kebutuhan air. Di lain pihak, semakin besar jumlah tempat
tidur, semakin rendah proporsi kebutuhan air per tempat tidur. Secara umum, perkiraan
kebutuhan air bersih didasarkan pada jumlah tempat tidur. Sebagai dasar perhitungan
kebutuhan air rumah sakit adalah Kebutuhan minimal air bersih per-tempat tidur per-hari
yaitu sebesar 500 liter. Oleh karena itu diperlukan tempat-tempat penyimpanan air bersih
(reservoir) di rumah sakit sebagai persediaan untuk memenuhi kebutuhan selama 24 jam.
Tempat penyimpanan air bersih dan pendistribusiannya seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.2
Reservoar Air bersih dan pendistribusian

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 5


C. Hubungan Air dengan Kesehatan

Penyakit yang berhubungan dengan air dapat dikelompokan berdasarkan cara


penularannya, sebagai berikut
1. Water borne mechanism
Di dalam meknisme ini, kuman pathogen dalam air yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia melalui mulut atau system pencernaan. Contoh penyakit yang
ditularkan melalui mekanisme ini antara lain kolera, tofoid, hepatistis viral, disentri
basiler dan poliomyelitis.
2. Water washed mechanism
Mmekanise penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan
perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat 3 (tiga) cara penularan yaitu:
a. Infeksi melalui alat pencernaan seperti, diare pada anak-anak
b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma
c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.
3. Water based mechanism
Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agent penyebab yang
menjalani sebgaian siklus hidupnya di dalam tubuh vector atau sebagai intermediate
host yang hidup di dalam air. Contohnya penyakit skistosomiasis dan penyakit akibat
Dracunculus medinensis
4. Water related insect vector mechanism
Agent penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembangbiak di dalam
air. Contohnya penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini adalah filariasis,
dengue, malaria, Yellow fever dan lain-lain.

Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka untuk mencegah terjadinya penularan
penyakit yang diakibatkan oleh media air, maka kualitas air di rumah sakit harus memenuhi
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990 tentang persyaratan dan pengawasan
kualitas air bersih dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang
persyaratan dan pengawasan kualitas air minum. Persyaratan kesehatan air bersih dan air
minum sebagaimana dimaksud meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan
fisik. Untuk mengetahui kualitas air tersebut saudara lakukan seperti pada waktu praktik
mata kuliah penyehatan air semester yang lalu, mulai dari pengambilan sampel sampai
menganalisis hasil pemeriksaan laboratorium kemudian membandingkannya dengan
standar. Demikian pula saudara mengukur debit air di rumah sakit dan mengobsevasi sarana
air yang digunakan di rumah sakit.

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 6


Panduan Praktik 1 BAB IV
Penyehatan Air

A. Tujuan
Tujuan praktek penyehatan air di rumah sakit adalah:
1. Untuk mengetahui kuantitas air di rumah sakit.
2. Mengetahui kualitas air di rumah sakit
3. Mengetahui persyaratan sarana air bersih di rumah sakit

B. Daftar rujukan
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002
4. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 2002
C. Alat dan bahan
1. Formulir inspeksi sanitasi rumah sakit
2. Botol sampel
3. Cool Box
4. Beker glass
5. Lembar obsevasi
6. stopwatch
D. Prosedur praktekum
1. Membuat peta/maping mulai dari reservoir/ unit pengolahan smpai system
jaringan distribusi air yang terdapat dalam bangunan rumah sakit.
2. Melakukan pengamatan dan menentukan titik-titik rawan pada jaringan distribusi
yang diperkirakan air dalam pipa mudah terkontaminasi
3. Menentukan kran-kran terpilih dari setiap unit bangunan yang ada di rumah sakit
untuk diambil sampelnya berdasarkan point 2.
4. Mengambil sampel air pada unit yang cukup rawan seperti, kamar operasi, unit
IGD, ICCU serta dapur tempat pengolahan makanan dan minuman.
5. Mengukur debit air di unit yang cukup rawan seperti di atas
6. Semua hasil pemmeriksaan/pengukuran maupun hasil observasi datanya
dimasukan pada formulir sebagai berikut:

No VARIABEL BOBOT KOMPONEN YANG DINILAI NILAI SKORE


. UPAYA KESLING
1 2 3 4 5 6
IV Penyehatan air
(Jumlah Boobot 16)
1. Kuantitas 8 1. Tersedia air bersih 70
> 500 lt/tempat tidur/hr

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 7


dan tersedia air minum
sesuai dengan kebutuhan
2. Air minum tersedia pada 30
setiap tempat kegiatan
2. Kualitas 5 a. Bakteriologis 80
b. Kimia 15
c. Fisika 5
3. Sarana a. Sumber PDAM, air tanah 50
diolah
b. Distribusi tidak bocor 30
c. Penampungan tertutup 20

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 8


Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
Latihan berikut!

1) Persyaratan kualitas air bersih dan air minum untuk rumah sakit mengacu pada
keputusan menteri kesehatan yaitu Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990
dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002.
2) Rumah sakit untuk memperoleh air bersih dari berbagai sumber, baik berupa sumber
dari alam yaitu sungai, danau, mata air dan air tanah atau sumber dari PDAM.
3) Penularan penyakit melalui air dapat digolongkan kedalam Water borne mechanism,
Water washed mechanism, Water based mechanism dan Water related insect vector
mechanism.
.

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 9


Ringkasan(FONT: ALBERTUS, SIZE: 18)
1. Kualitas air bersih dan air minim yang digunakan di rumah sakit harus memenuhi
persyaratan, baik parameter fisik, kimia, bakteriologi dan radioaktifis sesui standar
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990 dan Peraturan Menteri Kesehatan
No. 907/MENKES/SK/VII/2002.
2. Rumah sakit dapat memanfaatkan air bersih dari alam seperti sungai, danau, mata air
dan air tanah yang memerlukan pengolahan terlebih dahulu, atau memanfaatkan air
dari Perusahaan Daerah Air Minum setepat (PDAM).
3. Penularan penyakit melalui air dapat terjadi secara Water borne mechanism, Water
washed mechanism, Water based mechanism dan Water related insect vector
mechanism.

Tes 1(FONT: ALBERTUS, SIZE: 18)


Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

1) Air bersih yang digunakan untuk keperluan rumah sakit harus memenuhi
persyaratan standar yang telah ditetapkan yaitu ….
A. Peraturan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002
B. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1204 tahun 2004
C. Peraturan Menteri Kesehatan No. 24 tahun 2016
D. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990
E. Peraturan Menteri Kesehatan No 258/MENKES/PER/III/1992

2) Rumah sakit “SEHAT SEJAHTERA” yang memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak
500 unit. Maka berapa jumlah sampel air bersih dan air minum yang harus
dipriksakan secara mikrobiologik minimal setiap bulannya ….
A. 8 sampel air bersih dan 8 sampel air minum
B. 7 sampel air bersih dan 7 sampel air minum
C. 6 sampel air bersih dan 6 sampel air minum
D. 5 sampel air bersih dan 5 sampel air minum
E. 4 sampel air bersih dan 4 sampel air minum

3) Sumber air yang menggunakan kaporit sebagai bahan desinfektan, harus dilakukan
pemeriksaan sisa klor yaitu ….
A. Setiap 6 jam

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 10


B. Setiap 12 jam
C. Setiap 18 jam
D. Setiap 24 jam
E. Setiap 48 jam

4) Sumber air yang dapat dimanfaat dimanapun rumah sakit itu didirikan adalah ….
A. Air danau
B. Air hujan
C. Air tanah
D. Air sungai
E. Mata air

5) Penyakit demam berdarah ada hubungannya dengan keberadaan air, dalam


mekanisme penularannya tergolong ke dalam ….
A. Water borne mechanism
B. Water borne desease
C. Water based mechanism
D. Water washed mechanism
E. Water related insect vector mechanism

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 11


Topik2

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR


A. PENGERTIAN LIMBAH CAIR

Libah cair rumah sakit adalah semua limbah cair yang berasal dari rumah sakit yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif. Limbah
rumah sakit yaitu buangan dari kegiatan pelayanan yang tidak dipakai ataupun tidak berguna
termasuk dari limbah pertamanan. Limbah rumah sakit cenderung bersifat infeksius dan
kimia beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian
lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah rumah sakit adalah semua
limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat dan cair. Limbah cair
adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kima beracun dan rdioaktif yang
berbahaya bagi kesehatan (KepMenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004).
Dalam pengendalian pencemaran air limbah, pihak rumah sakit diwajibkan untuk
membuang limbah cairnya sesuai baku mutu lingkungan. Adapun parameter limbah cair
yang perlu diolah adalah BOD, COD, TSS, NH 3 bebas, suhu, pH dan PO4, sesuai dengan
persyaratan baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit. Untuk mengoptimalkan
penyehatan lingkungan Rumah Sakit dari pencemaran limbah yang dihasilkannya maka
Rumah Sakit harus mempunyai fasilitas sendiri yang ditetapkan KepMenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu :
1. Fasilitas Pengelolaan Limbah padat.
Setiap Rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber dan harus
mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya, beracun dan setiap
peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan,
pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.
2. Fasilitas Pembangunan Limbah Cair
Limbah cair harus dikumpulkan dalam container yang sesuai dengan karakteristik
bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan penyimpanannya. Rumah
sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-sama secara
kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis.

B. Sumber dan Karakteristik Air Limbah

Dalam melakukan fungsinya rumah sakit menimbulkan berbagai buangan dan


sebagian dari limbah tersebut merupakan limbah yang berbahaya. Sumber air limbah rumah
sakit dibagi atas tiga jenis yaitu :

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 12


1. Air limbah infeksius : air limbah yang berhubungan dengan tindakan medis seperti
pemeriksaan mikrobiologis dari poliklinik, perawatan, penyakit menular dan lain –
lain.
2. Air limbah domestik : air limbah yang tidak ada berhubungan tindakan medis yaitu
berupa air limbah kamar mandi, toilet, dapur dan lain – lain.
3. Air limbah kimia : air limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
tindakan medis, laboratorium, sterilisasi, riset dan lain – lain.
Sumber dan Sifat-sifat air limbah,
1. Sifat limbah yang dibuang ke saluran ukuran, fungsi dan kegiatan rumah sakit
mempengaruhi kondisi air limbah yang dihasilkan. Secara umum, air limbah
mengandung buangan pasien, bahan otopsi jaringan hewan yang digunakan di
laboratorium, sisa makanan dari dapur, limbah laundry, limbah laboratorium
berbagai macam bahan kimia baik toksik maupun non toksik dan lain-lain.
2. Karakteristik kimia, fisik dan biologi limbah.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme
tergantung pada jenis rumah sakit tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum
dibuang dan jenis sarana yang ada (misalnya, kandang hewan laboratorium dan
lain-lain). Jelas bahwa diantara mikroorganisme tersebut bisa patogen.
Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan
organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor
pada umumnya seperti BOD, COD, TSS dan lain-lain. Bila rumah sakit memiliki unit
pengolahan sendiri maka kandungan ini harus dimonitor untuk menilai hasil kerja unit
pengolahan. Berbagai bakteri indikator perlu diperiksa setelah desinfeksi, salah satunya E.
coli

C. Persyaratan Kualitas Air Limbah

Limbah cair harus dikumpulkan dalam container yang sesuai dengan karakteristik
bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan penyimpanannya.
a. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan system saluran tertutup, kedap air,
dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan saluran air hujan.
b. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-
sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan
teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau system pengolahan air limbah
perkotaan.
c. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian limbah
yang dihasilkan.
d. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah harus
dilengkapi/ditutup dengan gril.
e. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai kebutuhan yang
berlaku melalui kerjasam dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 13


f. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan setiap bulan
sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
g. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat
radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN.
h. Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan radioaktif
yang dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan.

Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau lingkungan
harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup nomor Kep – 58/MENLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat.

Untuk mengetahui kualitas air limbah di rumah sakit, maka dapat diambil sampelnya
dari bagian efleun IPAL sebelum dibuang ke badan air (lingkungan) seperti pada gambar
di bawah ini.

Gambar 4.3
Pengambilan sampel Limbah Cair dari IPAL

D. Pengolahan Air Limbah

Pengolahan limbah rumah sakit melalui tahapan sebagai berikut,

1. Waste Stabilization Pond System (kolam stabilisasi air limbah)


Sistem pengolahan air limbah “kolam stabilisasi” adalah memenuhi semua
kriteria tersebut diatas kecuali masalah lahan yang diperlukan sebab untuk kolam
stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas maka biasanya sistem ini
dianjurkan untuk rumah sakit di pedalaman (di luar kota) yang biasanya masih
tersedia lahan yang cukup. Sistem ini hanya terdiri dari bagian-bagian yang cukup
sederhana, yakni :
a. Pump Sump (pompa air kotor).
b. Stabilization Pond (kolam stabilisasi) biasanya 2 buah.
c. Bak Chlorinasi.
d. Control Room (ruangan untuk kontrol).
e. Inlet.
f. Interconection antara 2 kolam stabilisasi.

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 14


g. Outlet dari kolam stabilisasi menuju ke sistem chlorinasi (bak chlorinasi).

2. Waste Oxidation Ditch Treatment System (kolom oxidasi air limbah)

Sistem kolam oxidasi ini telah dipilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit
yang terletak di tengah-tengah kota karena tidak memerlukan lahan yang luas.
Kolam oxidasi-nya sendiri dibuat bulat atau elips dan air limbah dialirkan secara
berputar agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dari udara
(aerasi). Kemudian air limbah dialirkan ke dalam sedimentation tank untuk
mengendapkan benda-benda pada dan lumpur lainnya. Selanjutnya air yang
sudah nampak jernih dialirkan ke bak chlorinasi sebelum dibuang ke dalam
sungai atau badan air lainnya. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan
dikeringkan pada Sludge Drying Bed.
Sistem Oxidation Ditch ini terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :
a. Pump Sump (pompa air kotor).
b. Sedimentation Tank (bak pengendapan).
c. Chlorination Tank (bak chlorinasi).
d. Sludge Drying Bed (tempat mengeringkan lumpur biasanya 1 – 2 petak)
e. Control Room (ruang kontrol).

3. Anaerobic Filter Treatment System

Sistem pengolahan air limbah melalui proses pembusukan anaerobik melalui


suatu filter/saringan, dimana air limbah tersebut sebelumnya telah mengalami
pre-treatment dengan septic tank (Inhoff Tank). Dari proses Anaerobic Filter
Treatment biasanya akan menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam
organik dan senyawa anorganik yang memerlukan chlor lebih banyak untuk
proses oxidasinya. Oleh sebab itu, sebelum effluent dialirkan ke Bak Chlorinasi
ditampung dulu pada Bak/Kolam Stabilisasi untuk memberikan kesempatan
oksidasi zat-zat tersebut diatas sehingga akan menurunkan jumlah chlorin yang
dibutuhkan pada proses chlorinasi nanti.
a. Pump Sump (Pompa Air Kotor).
b. Septic Tank (Inhoff Tank).
c. Anaerobic Filter.
d. Stabilization Tank (Bak Stabilisasi).
e. Chlorination Tank (Bak Chlorinasi).
f. Sludge Drying Bed (Tempat Pengeringan Lumpur).
g. Control Room (Ruang Kontrol).

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 15


Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga tergantung dari besar
kecilnya rumah sakit atau jumlah tempat tidur maka konstruksi Anaerobic Filter
Treatment System dapat disesuaikan dengan kebutuhan tersebut, misalnya :
- Volume Septic Tank
- Volume Anaerobic Filter
- Volume Stabilization Tank
- Jumlah Chlorination Tank
Tujuan pengolahan limbah cair adalah :
a. Menghindari terjadinya pencemaran lingkungan.
b. Mengurangi jumlah padatan tersuspensi
c. Mengurangi jumlah padatan terapung
d. Membunuh bakteri patogen
e. Mengurangi jumlah bahan kimia yang berbahaya dan beracun.
f. Mengurangi unsur lain yg dianggap dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap ekosistem

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 16


Panduan Praktik 2 BAB IV
Pengelolaan Limbah Cair

A. Tujuan
Tujuan praktek pengelolaan libah cair di rumah sakit adalah:
1. Untuk mengetahui pengolahan limbah cair di rumah sakit.
2. Mengetahui kualitas effluent yang dibuang ke dalam lingkungan
B. Daftar rujukan
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004
2. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 2000
C. Alat dan bahan
1. Formulir inspeksi sanitasi rumah sakit
2. Botol sampel
3. Lembar obsevasi
4. Alat tulis dan lain-lain
D. Prosedur praktekum
1. Melakukan pengamatan system instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
2. Mengambil sampel air limbah pada Instalasi Pengolahan Air Libah (IPAL) dan
memeriksakannya untuk parameter TSS, DOD, COD
3. Menilai hasil observasi datanya dimasukan pada formulir sebagai berikut:

No VARIABEL BOBOT KOMPONEN YANG DINILAI NILAI SKORE


. UPAYA KESLING
1 2 3 4 5 6
 Pengelolaan limbah 4 3. Dilakukan pengolahan 80
cair melalui instalasi
pengolahan limbah
4. Disalurkan melalui saluran 20
tertutup, kedap air dan
lancar.
 Kualitas effluent 2 Memenuhi persyaratan 100
yang dibuang ke Kepmen LH No. 58 tahun 1995
dalam lingkungan atau perda setempat.

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 17


Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
Latihan berikut!

1) Rumah sakit memiliki fasilitas pengolahan limbah padat dan limbah cair.
2) Jenis air limbah rumah sakit terdiri dari air limbah infeksius, air limbah domestik dan
air limbah kimia.
3) Tahapan pengolahan air limbah rumah sakit terdiri dari kolam stabilisasi air limbah,
kolom oxidasi dan Anaerobic Filter Treatment System .

Ringkasan
1. Rumah sakit memiliki fasilitas pengolahan limbah padat dan limbah cair
2. Jenis air limbah yang dihasilkan rumah sakit terdiri dari air limbah infeksius, air limbah
domestik dan air limbah kimia.
3. Pengolahan air limbah di rumah sakit melalui tahapan-tahapan, yaitu mulai dari kolam
stabilisasi air limbah, kolom oxidasi dan Anaerobic Filter Treatment System .

Tes 2
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

1) Kualitas air limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau
lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu menurut ….
A. KepMen LH no. Kep – 58/MENLH/12/1995
B. KepMekes no. 1204/MENKES/SK/X/2004
C. KepMekes no .907/MENKES/SK/VII/2002
D. KepMen LH no. 146/MENLH/12/1995
E. PerMenKes No 258/MENKES/PER/III/1992

2) Parameter air limbah yang biasanya diperiksa secara laboratorium untuk melihat
kerja saran pengolahan air limbah rumah sakit adalah ….
A. Warna, suhu dan pH

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 18


B. BOD, COD dan TSS
C. Kekeruhan, suhu dan pH
D. Lemak, BOD dan warna
E. COD, kekeruhan dan suhu

3) Untuk mengetahui kemampuan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) rumah sakit,
sampel air diambil pada bagian ….
A. Influen
B. Bak sedien
C. Efluen
D. Bak control
E. Aerasi

4) Air libah yang berasal dari dapur tergolong pada jenis air libah ….
A. Infeksius
B. Kimia
C. Toksik
D. Domestik
E. Biologik

5) Pembubuhan desinfektan pada sarana pengolahan air libah ruah sakit yaitu pada
bagian ….
A. Bak sedientasi
B. Bak aerasi
C. Bak kontrol
D. Bak stabilisasi
E. Bak klorinasi

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 19


Topik3

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT


A. PENGERTIAN SAMPAH

Sampah adalah bahan-bahan yang tidak berguna, tidak digunakan ataupun yang
terbuang. Pengertian sampah menurut sifatnya, sampah Refuse adalah semua sampah padat
yang meliputi garbage, rubbish, ashes dan bangkai binatang. Garbage adalah sampah mudah
busuk yang bersal dari penyiapan pengolahan dan penyajian makanan. Rubbish adalah
sampah tidak mudah busuk kecuali ashes, yang terbagi dalam mudah terbakar, terutama
bahan orgins seperti kertas, plastik, kardus, kayu, karet dan lain-lain. Yang tidak mudah
terbakar terutama bahan non-organis seperti kaleng, logam, gelas, keramik. Abu adalah
residu dari hasil pembakaraan. Sampah biologi adalah sampah yang langsung dihasilkan dari
diagnose dan tindakan terhadap pasien, termasuk bahan-bahan medis pembedahan, otopsi,
dan laboratorium.
Sampah medis biasanya dihasilakan di ruang pasien, ruang pengobatan/ tidakan, ruang
perawatan, ruang bedah termasuk dreesing kotor, veban, kateter, swab, plater, masker dan
lain-lain. Sampah patologis sampah yang dihasilkan dari ruang bedah atau ruang autopsy,
termasuk placenta jaringan, organ anggota badan dan lain-lain. Sampah laboratorium adalah
sampah yang dihasilkan dari laboratoriu diagnostic atau riset, meliputi sediaan/ media
sampel spinal, bangkai binatang.

B. Sumber Timbulan Sampah

Sumber timbulan sampah di rumah sakit dari berbagai tempat seperti, kantor/
administrasi jenis sampahnya adalah kertas. Unit obstetric dan ruang perawatan obstetric
jenis sampah berupa dressing, sponge, placenta, ampul, termasuk kapsul perak nitrat, jarum
syringe, masker disposable, disposable drapes, sanitary napkin, blood lancet disposable,
disposable catheter, disposable unit enema, disposable diaper dan underpad, sarung tanagan
disposable. Unit emergency dan bedah termasuk ruang perawatan jenis sampah berupa,
dressing, sponge, jaringan tubuh, termasuk amputasi, ampul bekas, masker disposabale,
jarum dan syringe drapes, casb, disposable blood lancet, disposable kantong emesis, Levin
tubes, chateter, drainase set, kantong colosiomy, underpads, sarung bedah. Unit
laboratorium, ruang mayat, pathologi dan autopsy jenis sampahnya berupa gelas
terkontaminasi, termasuk pipet petridish, wadah specimen, slide specimen, jaringan tubuh,
organ, tulang. Unit isolasi sampahnya berupa bahan-bahan kertas yang mengandung
buangan nasal dan sputum, dressing dan benda-ges, maskes disposable, sisa makanan,

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 20


perlengkapan makan. Unit perawatan jenis sampah berupa ampul, jarum disposable dan
syringe, kertas dan lain-lain. Unit pelayanan jenis sampanya karton, kertas bungkus, kaleng,
botol, sampah dari ruang umum dan pasien, sisa makanan, buangan. Unit gizi dan dapur
jenis sampah berupa sisa pembungkus, sisa makanan/ bahan makanan, sayur dan lain-lain.
Dari halaman jenis sampah berupa sisa pembungkus, daun, ranting, debu dan lain-lain.
Di bawah ini adalah gambar jenis sampah infeksius berupa sarung tangan disposable,
spet bekas dan yang lainnya dari ruangn perawatan yang dimasukan kedalam tepat sampah
khusus dengan warna kuning untuk jenis sampah medis.

Gambar 4.4
Sampah Infeksius dari Ruang Perawatan

C. Jenis dan Karakteristik Sampah

Sampah Rumah Sakit dapat digolongkan antara lain menurut jenis unit penghasil dan
untuk kegunaan desain pembuangannya. Namun dalam garis besarnya dibedakan menjadi
sampah medis dan non medis.

1. Sampah Medis

Sampah medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan
tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga kegiatan
medis di ruang polikllinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan ruang
laboratorium. Limbah padat medis sering juga disebut sampah biologis.
Sampah biologis terdiri dari :
a. Sampah medis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang peralatan, ruang bedah,
atau botol bekas obat injeksi, kateter, plester, masker, dan sebagainya.
b. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, bedah, kebidanan, atau ruang
otopsi, misalnya, plasenta, jaringan organ, anggota badan, dan sebagainya.

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 21


c. Sampah laboratorium yang dihasilkan dari pemeriksaan laboratorium diagnostik atau
penelitian, misalnya, sediaan atau media sampel dan bangkai binatang percobaan .
Jenis sampah infeksius ini dibuang ketempat sampah medis dengan kantong warna kuning
seperti di bawah ini.

Gambar 4.5

Sampah Medis

2. Sampah Non-medis

Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat medis
yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut :
a. Kantor/administrasi
b. Unit perlengkapan
c. Ruang tunggu
d. Ruang inap
e. Unit gizi atau dapur
f. Halaman parkir dan taman
g. Unit pelayanan

Selain dibedakan menurut jenis unit penghasil, sampah rumah sakit dapat dibedakan
berdasarkan karakteristik sampah yaitu :
a. Sampah infeksius : yang berhubungan atau berkaitan dengan pasien yang diisolasi,
pemeriksaan mikrobiologi, poliklinik, perawatan, penyakit menular dan lain – lain.
b. Sampah sitotoksik : bahan yang terkontaminasi dengan radioisotope seperti
penggunaan alat medis, riset dan lain – lain.
c. Sampah domestik : buangan yang tidak berhubungan dengan tindakan pelayanan
terhadap pasien.

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 22


Jenis sampah non-medis atau sampah domestik dimasukkan kedalam tempat sampah
khusus yaitu kantong keresek warna hitam seperti di bawah ini.

Gambar 4.6
Sampah Non-medis

D. Dampak Sampah terhadap Keseahatan

Rumah sakit selain untuk memberikan kesembuhan, juga merupakan tempat bagi
berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang
berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah
sakit, seperti udara, air, lantai, makanan dan benda-benda peralatan medis maupun non
medis. Dari lingkungan, kuman dapat sampai ke tenaga kerja, penderita baru. Ini disebut
infeksi nosokomial. Limbah rumah sakit yang terdiri dari limbah cair dan limbah padat
memiliki potensi yang mengakibatkan keterpajanan yang dapat mengakibatkan penyakit
atau cedera. Sifat bahaya dari limbah rumah sakit tersebut mungkin muncul akibat satu atau
beberapa karakteristik berikut:
- Limbah mengandung agent infeksius,
- Limbah bersifat genoktosik,
- Limbah mengandung zat kimia atau obat-obatan berbahaya atau baracun,
- Limbah bersifat radioaktif,
- Limbah mengandung benda tajam.
Semua orang yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitas kesehatan kemungkinan
besar menjadi orang yang beresiko, termasuk yang berada dalam fasilitas penghasil limbah
berbahaya, dan mereka yang berada diluar fasilitas serta memiliki pekerjaan mengelola
limbah semacam itu, atau yang beresiko akibat kecerobohan dalam sistem manajemen
limbahnya. Kelompok utama yang beresiko adalah: -Dokter, perawat, pegawai layanan
kesehatan dan tenaga pemeliharaan rumah sakit. - Pasien yang menjalani perawatan di
instansi layanan kesehatan atau di rumah sakit - Penjenguk pasien rawat inap. - Tenaga
bagian layanan pendukung yang bekerja sama dengan instansi layanan kesehatan
masyarakat, misalnya, bagian binatu, pengelolaan limbah dan bagian transportasi.

Bahaya Akibat Limbah Infeksius Dan Benda Tajam

Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme pathogen.


Pathogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur seperti akibat

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 23


tusukan, lecet, atau luka dikulit, melalui membrane mukosa, melalui pernafasan, atau
melalui ingesti. Contoh infeksi akibat terpajan limbah infeksius adalah infeksi gastroenteritis
dimana media penularnya adalah tinja dan muntahan, infeksi saluran pernafasan melalui
secret yang terhirup atau air liur dan lain-lain. Benda tajam tidak hanya dapat menyebabkan
luka gores maupun luka tertusuk tetapi juga dapat menginfeksi luka jika benda itu
terkontaminasi pathogen. Karena resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit),
benda tajam termasuk dalam kelompok limbah yang sangat berbahaya. Kekhawatiran pokok
yang muncul adalah bahwa infeksi yang ditularkan melalui subkutan dapat menyebabkan
masuknya agens penyebab panyakit, misalnya infeksi virus pada darah.

Bahaya Limbah Kimia dan Farmasi

Kandungan zat limbah dapat mengakibatkan intosikasi atau keracunan sebagai akibat
pajanan secara akut maupun kronis dan cedera termasuk luka bakar. Intosikasi dapat terjadi
akibat diabsorbsinya zat kimia atau bahan farmasi melalui kulit atau membaran mukosa,
atau melalui pernafasan atau pencernaan. Zat kimia yang mudah terbakar, korosif atau
reaktif (misalnya formaldehide atau volatile/mudah menguap) jika mengenai kulit, mata,
atau membrane mukosa saluran pernafasan dapat menyebabkan cedera.

Bahaya Limbah Radioaktif

Jenis penyakit yang disebabkan oleh limbah radioaktif bergantung pada jenis dan
intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul dapat berupa sakit kepala, pusing, dan muntah
sampai masalah lain yang lebih serius. Karena limbah radioaktif bersifat genotoksik, maka
efeknya juga dapat mengenai materi genetik. Bahaya yang mungkin timbul dengan aktifitas
rendah mungkin terjadi karena kontaminasi permukaan luar container atau karena cara
serta durasi penyimpanan limbah tidak layak. Tenaga layanan kesehatan atau tenaga
kebersihan dan penanganan limbah yang terpajan radioaktif merupakan kelompok resiko.

E. Pengelolaan Sampah
Beberapa tahapan dalam pengelolaan sampah (medis dan non medis), antara lain :
1. Minimalisasi limbah
a. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah mulai dari sumber
b. Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia
yang berbahaya dan beracun;
c. Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi;
d. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari
pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak
yang berwenang.
2. Pemilahan pewadahan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang:
a. Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah
tidak dimanfaatkan kembali;

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 24


b. Limbah yang akan dimanfaatkan kebali harus dipisahkan dari limbah yang tidak
dimanfaatkan kebali;
c. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor,
anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak
berkepentingan tidak dapat membukanya. Seperti pada gambar di bawah ini

Gambar 4.7
Tepat Sampah Benda Tajam

Gambar 4.8
Pemilahan Jenis Sampah

Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.
Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses
sterilisasi. Untuk menguji efektivitas strerilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus
stearothermophilus dan untuk strilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.
Berikut adalah metode sterilisasi untuk limbah yang dimanfaatkan kembali,
Table 4.1 Metode Sterilisasi
Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak
Sterilisasi dengan panas
-sterilisasi kering dalam 160oC 120 menit
o
oven“oupinel” 170 C 60 menit
o
-sterilisasi basah dalam 121 C 30 menit
otoklaf
Sterilisasi dengan bahan kimia
-Ethylene oxide (gas) 50oC – 60oC 3-8 jam
-Glutaraldehyde (cair) - 30 menit
30

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 25


Limbah jarum hipodemik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.
Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah
jarum hipodermik dapat dianfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu
metode sterilisasasi pada table 4.1 di atas.
Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan
menggunakan wadah dan label seperti pada table di bawah

Table 4.2 Jenis Wadah dan Label Limbah Medis


Padat sesuai Ketegorinya

Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi
label bertuliskan “Limbah Sistotoksis”.
3. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Medis Padat di Lingkungan
Rumah Sakit
a. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup.
b. Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan
paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
4. Pengemasan dan pengangkutan ke Luar Rumah Sakit
a. Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat
b. Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus
5. Pengolahan dan Pemusnahan
a. Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestic sebelum aman bagi kesehatan
b. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan
dengan kemanmpuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan
pemanasan menggunakan autoklap atau dengan pembakaran menggunakan
insinetaror.
Persyaratan pengelolaan sampah Non-Medis

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 26


1. Pemilahan dan Pewadahan
a. Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah medis padat dan
ditampung dalam kantong plastic warna hitam.
b. Tempat pewadahan
1) Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastic warna
hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan lambing “domestic” warna
putih
2) Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah padat melebihi 2 (dua) ekor per-
blok grill, perlu dilakukan pengendalian lalat.
2. Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan
a. Bila tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih dari 20 ekor per-
blok grill atau tikus terlihat pada siang hari, harus dilakukan pengendalian.
b. Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan binatang
pengganggu yang lain minimal satu bulan sekali.
c. Pengumpulan sampah secara rutin
d. Pengumpulan sampah dari bangsal dilakukan setiap hari
e. Kantong sampah harus tertutup
f. Semua kontainer dan kantong harus diberi label
g. Kontainer yang penuh harus segera diganti dengan kontainer atau kantong yang
kosong
Persyaratan tempat penyimpanan sampah sementara:
1. Kedap air, kokoh
2. Drainase baik
3. Mudah dibersihkan
4. Jauh dari sumber air bersih
5. Mudah dijangkau petugas
6. Aman dan terkunci
7. Memiliki pencahayaan dan ventilasi yang baik
8. Kedap tikus, serangga dan burung

3. Pengolahan dan Pemusnahan


Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non-medis harus dilakukan sesuai
persyaratan kesehatan.

Panduan Praktik 3 BAB IV

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 27


Pengelolaan Limbah Padat/ Sampah

A. Tujuan
Tujuan praktek pengelolaan limabah padat di rumah sakit adalah:
1. Untuk mengetahui pengelolaan limbah padat di rumah sakit.
2. Mengetahui tempat pengumpulan libah padat di rumah sakit
3. Mengetahui pengelolaan limbah padat medis di rumah sakit

B. Daftar rujukan
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004
2. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 2000
C. Alat dan bahan
1. Formulir inspeksi sanitasi rumah sakit
2. Alat tulis
3. Lembar obsevasi
4. Kamera dan lain-lain
D. Prosedur praktekum
1. Melakukan pengamatan sarana pengolahan limbah padat di rumah sakit
2. Melakukan penilaian persyaratan tempat penyimpanan sampah/ limbah
padat medis dan non-medis di rumah sakit.
3. Melakukan pemeriksaan/pengukuran maupun hasil observasi datanya
dimasukan pada formulir sebagai berikut:

No VARIABEL BOBOT KOMPONEN YANG DINILAI NILAI SKORE


. UPAYA KESLING
1 2 3 4 5 6
IV Pengelolaan Limbah
(Jumlah Boobot 16)
1. Pengelolaan 10 a. Pemusnahan limbah padat 25
limbah padat infeksius, sitotoksis, dan
farmasi dengan incinerator
suhu > 1000oC atau khusus
untuk sampah infeksius
dapat disterilkan dengan
autoclave atau radiasi
microwave sebelum
dibuang ke landfill.
b. Bagi yang tidak punya 20
incinerator ada MoU
antara RS dan pihak yang
melakukan pemusnahan

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 28


limbah medis.
c. Tempat limbah padat kuat, 20
tahan karat, kedap air
dengan penutup dan
kantong plastic dengan
warna dan lambing sesuai
pedoman. Minimal 1 (satu)
buah tiap radius 20 pada
ruang tuggu/ terbuka
d. Tepat pengumpulan dan 15
penampugan limbah
sementara segera
didisinfeksi setelah
dikosongkan
e. Diangkut ke TPS > 2 kali/ 5
hari dan ke TPA > 1
kali/hari
f. Limbah domestic dibuang 5
ke TPA yang ditetapkan
Pemda
g. Sampah radioaktif 10
ditangani sesuai peraturan
yang berlaku.

Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
Latihan berikut!

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 29


1) Jenis sampah yang dihasilkan dari rumah sakit dapat digolongkan kedalam sampah
medis dan sampah non-medis.
2) Jenis sampah dari rumah sakit yang meiliki potensi bahaya terhadap manusia terdiri
dari sampah infeksius dan benda tajam, sampah kimia dan farmasi, dan sampah
radioaktif .
3) Pengelolaan sampah di rumah sakit melalui tahapan Pewadahan, Pengumpulan,
Penyimpanan, Pengangkutan, Pengolahan dan Pemusnahan.

Ringkasan
1. Jenis sampah yang dihasilkan dari rumah sakit dapat digolongkan kedalam sampah
medis dan sampah non-medis.

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 30


2. Jenis sampah yang berpotensi menibulkan bahaya terhadap kesehatan manusia yaitu
sampah infeksius dan benda tajam, sampah kimia dan farmasi, serta sampah
radioaktif.
3. Tahapan-tahapan dalam pengelolaan sampah medis maupun non-medis yaitu tahap
pewadahan, pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan dan
pemusnahan.

Tes 3
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 31


1) Sampah basah yang berasal dari dapur seperti sisa makanan atau sayuran termasuk
sifat sampah ….
A. Refuse
B. garbage
C. rubbish
D. ashes
E. infecsius

2) Limbah sitotoksis harus dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna ….


A. Merah
B. Ungu
C. Kuning
D. Hitam
E. Putih

3) Penyimpanan sampah padat medis pada waktu musim kemarau paling lama adalah ….
A. 6 jam
B. 12 jam
C. 24 jam
D. 48 jam
E. 32 jam

4) Sampah yang terkontaminasi oleh radioisotope seperti penggunaan alat medis, riset
termasuk ke dalam karakteristik jenis sampah ….
A. Infeksius
B. Doestik
C. Non-infeksius
D. Sitotoksis
E. Organik

5) Teknologi pemusnahan sampah medis dengan proses pembakaran dengan suhu tinggi
yaitu ….
A. Aotoklap
B. Landfill
C. Sanitary
D. Sterilisasi
E. Insinerator
Kunci Jawaban Tes

Test Formatif 1
1) C.

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 32


2) A.
3) D.
4) C.
5) E.

Test Formatif 2
1) A.
2) B.
3) C.
4) D.
5) E.

Test Formatif 3
1) A.
2) B.
3) C.
4) D.
5) E.

Glosarium

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 33


Daftar Pustaka

Chandra Budi, 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: EGC

Direktorat Jenderal P2&PL, 2002. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Jakarta :

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 34


Departemen Kesehatan RI.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor Kep – 58/MENLH/12/1995. Persyaratan


Kualitas effluent Libah Cair

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002. Syarat-syarat dan


Pengawasan Kualitas air minum

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2002. Persyaratan Kesehatan


Lingkungan Rumah Sakit

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 Tahun 1990. Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas air

Sabarguna Boy Subirosa, Rubaya Agus Kharmayana, 2011. Sanitasi Air dan Limbah
Pendukung Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Jakarta: Salemba medika

https://www.scribd.com/doc/206629132/Sanitasi-rumah-sakit. di akses tanggal 20 Februari


2018.

Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 35


Farmakologi(Font: Calibri, size 11) 36

Anda mungkin juga menyukai