Pendahuluan
Farmakologi 1
Saudara sebagai tenaga sanitarian harus mampu melakukan pencegah infeksi
nasokomial akibat dari lingkungan rumah sakit yang tidak memenuhi persyaratan. Pada bab
ini saudara akan mempelajari tentang penyehatan air, pengelolaan limbah cair, padat dan
gas di rumah sakit. Setelah mempelajari bab ini saudara diharapkan mampu :
1. Menjelaskan penyehatan kualitas air di rumah sakit
2. Menjelaskan pengelolaan limbah cair di rumah sakit
3. Menjelaskan pengelolaan limbah padat/ sampah di rumah sakit
4. Melakukan inspeksi sanitasi pengelolaan limbah di rumah sakit
Pada bab ini akan disajikan dalam tiga topik yaitu
A. Penyehatan air di rumah sakit
B. Pengelolaan limbah cair di rumah sakit
C. Pengelolaan limbah padat/ sapah di rumah sakit.
D. Melakukan inspeksi sanitasi pengelolaan limbah di rumah sakit
Untuk membantu dalam mempelajari bab ini saudara gunakan pengalaman ketika
sebagai tenaga sanitarian dan bandingkan dengan teori atau materi dalam bab ini.
Selamat belajar.
PENYEHATAN AIR
A. Peraturan Persyaratan Kualitas Air Baersih
Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang mendasar bagi kegiatan di rumah sakit.
Supaya air tidak menjadi masalah kesehatan dan menjadi penular penyakit, maka air bersih
harus memenuhi persyaratan kualitas. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan
fisik, kimia, mikrobiologi dan kandungan bahan radioaktivitas sebagaimana telah ditetapkan
dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 tahun 1990 tentang standar kualitas air
bersih dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2002 tentang persyaratan kualitas
air minum. Dalam keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004, air minum adalah
air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum. Sumber penyediaan air minum dan untuk
keperluan rumah sakit berasal dari perusahaan air minum, air yang didistribusikan melalui
tangki air, air kemasan dan harus memenuhi syarat kualitas air minum.
Kualitas air yang digunakan di ruang khusus seperti, ruang operasi bagi rumah sakit
yang menggunakan air yang sudah diolah seperti dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM), sumur bor, dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat dilakukan pengolahan
tambahan dengan cartridge filter dan dilengkapi dengan disinfeksi menggunakan Ultra
Violet (UV). Ruang farmasi dan hemodialisis, air yang digunakan di ruang farmasi terdiri atas
air yang dimurnikan untuk penyiapan obat penyiapan injeksi dan pengenceran dalam
hemodialisis. Kegiatan pengawasan kualitas air dengan pendekatan survey yang meliputi:
inspeksi sanitasi terhadap sarana air minum dan air bersih, pengambilan, pengiriman dan
pemeriksaan sampel air, melakukan analisa hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan laboratorium
dan tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitas air.
Inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih rumah sakit minimal dilakukan satu
tahun sekali. Sementara itu, untuk menjamin kebersihan air dari mirkobilogi baik untuk
minum dan air bersih dilakukan pemeriksaan mikrobilogi pada air minum dan bersih pada
setiap bulan. Sebagai bahan pemeriksaan mikrbiologi dilakukan pengambilan sampel air
pada sarana penyediaan air minum dan atau air bersih di rumah sakit. Pengambilan sampel
dilakukan dengan memperhitungkan kapasitas dari rumah sakit tersebut. Tabel 4.1 Berikut
ini mengambarkan jumlah sampel pemeriksaan mikrobiologi berdasarkan pada jumlah
tempat tidur suatu rumah sakit sebagai berikut:
Gambar 4.1
Pengambilan Sampel Air Minum
Rumah sakit dapat memperoleh air bersih dari berbagai sumber, baik berupa sumber
dari alam yaitu sungai, danau, mata air dan air tanah atau dapat juga memperolehnya dari
penyedia air bersih. Berbagai sumber air tersbut pada dasarnya dapat digunakan sebagai
sumber air bersih dengan ketentuan air dari sumber tersebut telah memenuhi persyaratan,
baik dari segi konstruksi saran, pengolahan, pemeliharaan, pengawasan kualitas dan
kuantitas.
Sebaiknya rumah sakit menggunakan sumber air dari perusahaan daerah air minum
(PDAM) atau sumber air tanah, karena akan mengurangi beban pengolahan. Apabila di
daerah tidak dimungkinkan, terpaksa harus menyediakan pengolahan air permukaan. Untuk
membangun system pengolahan perlu mempertimbangkan segi ekonomi, kemudahan
pengolahan, kebutuhan tenaga untuk mengoprasikan system, biaya operasional dan
kecukupan supply baik dari segi jumlah maupun mutu air yang dihasilkan. Pengolahan air
bervariasi tergantung karakteristik asal air dan kualitas produk yang diharapkan. Mulai dari
cara yang sederhana yaitu dengan chlorinasi sampai cara yang lebih rumit.
Jumlah kebutuhan air minum dan air bersih untuk rumah sakit masih belum dapat
ditetapkan secara pasti. Jumlah ini tergantung pada kelas dan berbagai pelayanan yang ada
di rumah sakit yang bersangkutan. Makin banyak pelayanan yang ada di rumah sakit
tersebut, semakin besar jumlah kebutuhan air. Di lain pihak, semakin besar jumlah tempat
tidur, semakin rendah proporsi kebutuhan air per tempat tidur. Secara umum, perkiraan
kebutuhan air bersih didasarkan pada jumlah tempat tidur. Sebagai dasar perhitungan
kebutuhan air rumah sakit adalah Kebutuhan minimal air bersih per-tempat tidur per-hari
yaitu sebesar 500 liter. Oleh karena itu diperlukan tempat-tempat penyimpanan air bersih
(reservoir) di rumah sakit sebagai persediaan untuk memenuhi kebutuhan selama 24 jam.
Tempat penyimpanan air bersih dan pendistribusiannya seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.2
Reservoar Air bersih dan pendistribusian
Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka untuk mencegah terjadinya penularan
penyakit yang diakibatkan oleh media air, maka kualitas air di rumah sakit harus memenuhi
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990 tentang persyaratan dan pengawasan
kualitas air bersih dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang
persyaratan dan pengawasan kualitas air minum. Persyaratan kesehatan air bersih dan air
minum sebagaimana dimaksud meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan
fisik. Untuk mengetahui kualitas air tersebut saudara lakukan seperti pada waktu praktik
mata kuliah penyehatan air semester yang lalu, mulai dari pengambilan sampel sampai
menganalisis hasil pemeriksaan laboratorium kemudian membandingkannya dengan
standar. Demikian pula saudara mengukur debit air di rumah sakit dan mengobsevasi sarana
air yang digunakan di rumah sakit.
A. Tujuan
Tujuan praktek penyehatan air di rumah sakit adalah:
1. Untuk mengetahui kuantitas air di rumah sakit.
2. Mengetahui kualitas air di rumah sakit
3. Mengetahui persyaratan sarana air bersih di rumah sakit
B. Daftar rujukan
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002
4. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 2002
C. Alat dan bahan
1. Formulir inspeksi sanitasi rumah sakit
2. Botol sampel
3. Cool Box
4. Beker glass
5. Lembar obsevasi
6. stopwatch
D. Prosedur praktekum
1. Membuat peta/maping mulai dari reservoir/ unit pengolahan smpai system
jaringan distribusi air yang terdapat dalam bangunan rumah sakit.
2. Melakukan pengamatan dan menentukan titik-titik rawan pada jaringan distribusi
yang diperkirakan air dalam pipa mudah terkontaminasi
3. Menentukan kran-kran terpilih dari setiap unit bangunan yang ada di rumah sakit
untuk diambil sampelnya berdasarkan point 2.
4. Mengambil sampel air pada unit yang cukup rawan seperti, kamar operasi, unit
IGD, ICCU serta dapur tempat pengolahan makanan dan minuman.
5. Mengukur debit air di unit yang cukup rawan seperti di atas
6. Semua hasil pemmeriksaan/pengukuran maupun hasil observasi datanya
dimasukan pada formulir sebagai berikut:
1) Persyaratan kualitas air bersih dan air minum untuk rumah sakit mengacu pada
keputusan menteri kesehatan yaitu Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990
dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002.
2) Rumah sakit untuk memperoleh air bersih dari berbagai sumber, baik berupa sumber
dari alam yaitu sungai, danau, mata air dan air tanah atau sumber dari PDAM.
3) Penularan penyakit melalui air dapat digolongkan kedalam Water borne mechanism,
Water washed mechanism, Water based mechanism dan Water related insect vector
mechanism.
.
1) Air bersih yang digunakan untuk keperluan rumah sakit harus memenuhi
persyaratan standar yang telah ditetapkan yaitu ….
A. Peraturan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002
B. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1204 tahun 2004
C. Peraturan Menteri Kesehatan No. 24 tahun 2016
D. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990
E. Peraturan Menteri Kesehatan No 258/MENKES/PER/III/1992
2) Rumah sakit “SEHAT SEJAHTERA” yang memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak
500 unit. Maka berapa jumlah sampel air bersih dan air minum yang harus
dipriksakan secara mikrobiologik minimal setiap bulannya ….
A. 8 sampel air bersih dan 8 sampel air minum
B. 7 sampel air bersih dan 7 sampel air minum
C. 6 sampel air bersih dan 6 sampel air minum
D. 5 sampel air bersih dan 5 sampel air minum
E. 4 sampel air bersih dan 4 sampel air minum
3) Sumber air yang menggunakan kaporit sebagai bahan desinfektan, harus dilakukan
pemeriksaan sisa klor yaitu ….
A. Setiap 6 jam
4) Sumber air yang dapat dimanfaat dimanapun rumah sakit itu didirikan adalah ….
A. Air danau
B. Air hujan
C. Air tanah
D. Air sungai
E. Mata air
Libah cair rumah sakit adalah semua limbah cair yang berasal dari rumah sakit yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif. Limbah
rumah sakit yaitu buangan dari kegiatan pelayanan yang tidak dipakai ataupun tidak berguna
termasuk dari limbah pertamanan. Limbah rumah sakit cenderung bersifat infeksius dan
kimia beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian
lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah rumah sakit adalah semua
limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat dan cair. Limbah cair
adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kima beracun dan rdioaktif yang
berbahaya bagi kesehatan (KepMenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004).
Dalam pengendalian pencemaran air limbah, pihak rumah sakit diwajibkan untuk
membuang limbah cairnya sesuai baku mutu lingkungan. Adapun parameter limbah cair
yang perlu diolah adalah BOD, COD, TSS, NH 3 bebas, suhu, pH dan PO4, sesuai dengan
persyaratan baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit. Untuk mengoptimalkan
penyehatan lingkungan Rumah Sakit dari pencemaran limbah yang dihasilkannya maka
Rumah Sakit harus mempunyai fasilitas sendiri yang ditetapkan KepMenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu :
1. Fasilitas Pengelolaan Limbah padat.
Setiap Rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber dan harus
mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya, beracun dan setiap
peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan,
pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.
2. Fasilitas Pembangunan Limbah Cair
Limbah cair harus dikumpulkan dalam container yang sesuai dengan karakteristik
bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan penyimpanannya. Rumah
sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-sama secara
kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis.
Limbah cair harus dikumpulkan dalam container yang sesuai dengan karakteristik
bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan penyimpanannya.
a. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan system saluran tertutup, kedap air,
dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan saluran air hujan.
b. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-
sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan
teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau system pengolahan air limbah
perkotaan.
c. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian limbah
yang dihasilkan.
d. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah harus
dilengkapi/ditutup dengan gril.
e. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai kebutuhan yang
berlaku melalui kerjasam dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau lingkungan
harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup nomor Kep – 58/MENLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat.
Untuk mengetahui kualitas air limbah di rumah sakit, maka dapat diambil sampelnya
dari bagian efleun IPAL sebelum dibuang ke badan air (lingkungan) seperti pada gambar
di bawah ini.
Gambar 4.3
Pengambilan sampel Limbah Cair dari IPAL
Sistem kolam oxidasi ini telah dipilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit
yang terletak di tengah-tengah kota karena tidak memerlukan lahan yang luas.
Kolam oxidasi-nya sendiri dibuat bulat atau elips dan air limbah dialirkan secara
berputar agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dari udara
(aerasi). Kemudian air limbah dialirkan ke dalam sedimentation tank untuk
mengendapkan benda-benda pada dan lumpur lainnya. Selanjutnya air yang
sudah nampak jernih dialirkan ke bak chlorinasi sebelum dibuang ke dalam
sungai atau badan air lainnya. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan
dikeringkan pada Sludge Drying Bed.
Sistem Oxidation Ditch ini terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :
a. Pump Sump (pompa air kotor).
b. Sedimentation Tank (bak pengendapan).
c. Chlorination Tank (bak chlorinasi).
d. Sludge Drying Bed (tempat mengeringkan lumpur biasanya 1 – 2 petak)
e. Control Room (ruang kontrol).
A. Tujuan
Tujuan praktek pengelolaan libah cair di rumah sakit adalah:
1. Untuk mengetahui pengolahan limbah cair di rumah sakit.
2. Mengetahui kualitas effluent yang dibuang ke dalam lingkungan
B. Daftar rujukan
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004
2. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 2000
C. Alat dan bahan
1. Formulir inspeksi sanitasi rumah sakit
2. Botol sampel
3. Lembar obsevasi
4. Alat tulis dan lain-lain
D. Prosedur praktekum
1. Melakukan pengamatan system instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
2. Mengambil sampel air limbah pada Instalasi Pengolahan Air Libah (IPAL) dan
memeriksakannya untuk parameter TSS, DOD, COD
3. Menilai hasil observasi datanya dimasukan pada formulir sebagai berikut:
1) Rumah sakit memiliki fasilitas pengolahan limbah padat dan limbah cair.
2) Jenis air limbah rumah sakit terdiri dari air limbah infeksius, air limbah domestik dan
air limbah kimia.
3) Tahapan pengolahan air limbah rumah sakit terdiri dari kolam stabilisasi air limbah,
kolom oxidasi dan Anaerobic Filter Treatment System .
Ringkasan
1. Rumah sakit memiliki fasilitas pengolahan limbah padat dan limbah cair
2. Jenis air limbah yang dihasilkan rumah sakit terdiri dari air limbah infeksius, air limbah
domestik dan air limbah kimia.
3. Pengolahan air limbah di rumah sakit melalui tahapan-tahapan, yaitu mulai dari kolam
stabilisasi air limbah, kolom oxidasi dan Anaerobic Filter Treatment System .
Tes 2
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!
1) Kualitas air limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau
lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu menurut ….
A. KepMen LH no. Kep – 58/MENLH/12/1995
B. KepMekes no. 1204/MENKES/SK/X/2004
C. KepMekes no .907/MENKES/SK/VII/2002
D. KepMen LH no. 146/MENLH/12/1995
E. PerMenKes No 258/MENKES/PER/III/1992
2) Parameter air limbah yang biasanya diperiksa secara laboratorium untuk melihat
kerja saran pengolahan air limbah rumah sakit adalah ….
A. Warna, suhu dan pH
3) Untuk mengetahui kemampuan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) rumah sakit,
sampel air diambil pada bagian ….
A. Influen
B. Bak sedien
C. Efluen
D. Bak control
E. Aerasi
4) Air libah yang berasal dari dapur tergolong pada jenis air libah ….
A. Infeksius
B. Kimia
C. Toksik
D. Domestik
E. Biologik
5) Pembubuhan desinfektan pada sarana pengolahan air libah ruah sakit yaitu pada
bagian ….
A. Bak sedientasi
B. Bak aerasi
C. Bak kontrol
D. Bak stabilisasi
E. Bak klorinasi
Sampah adalah bahan-bahan yang tidak berguna, tidak digunakan ataupun yang
terbuang. Pengertian sampah menurut sifatnya, sampah Refuse adalah semua sampah padat
yang meliputi garbage, rubbish, ashes dan bangkai binatang. Garbage adalah sampah mudah
busuk yang bersal dari penyiapan pengolahan dan penyajian makanan. Rubbish adalah
sampah tidak mudah busuk kecuali ashes, yang terbagi dalam mudah terbakar, terutama
bahan orgins seperti kertas, plastik, kardus, kayu, karet dan lain-lain. Yang tidak mudah
terbakar terutama bahan non-organis seperti kaleng, logam, gelas, keramik. Abu adalah
residu dari hasil pembakaraan. Sampah biologi adalah sampah yang langsung dihasilkan dari
diagnose dan tindakan terhadap pasien, termasuk bahan-bahan medis pembedahan, otopsi,
dan laboratorium.
Sampah medis biasanya dihasilakan di ruang pasien, ruang pengobatan/ tidakan, ruang
perawatan, ruang bedah termasuk dreesing kotor, veban, kateter, swab, plater, masker dan
lain-lain. Sampah patologis sampah yang dihasilkan dari ruang bedah atau ruang autopsy,
termasuk placenta jaringan, organ anggota badan dan lain-lain. Sampah laboratorium adalah
sampah yang dihasilkan dari laboratoriu diagnostic atau riset, meliputi sediaan/ media
sampel spinal, bangkai binatang.
Sumber timbulan sampah di rumah sakit dari berbagai tempat seperti, kantor/
administrasi jenis sampahnya adalah kertas. Unit obstetric dan ruang perawatan obstetric
jenis sampah berupa dressing, sponge, placenta, ampul, termasuk kapsul perak nitrat, jarum
syringe, masker disposable, disposable drapes, sanitary napkin, blood lancet disposable,
disposable catheter, disposable unit enema, disposable diaper dan underpad, sarung tanagan
disposable. Unit emergency dan bedah termasuk ruang perawatan jenis sampah berupa,
dressing, sponge, jaringan tubuh, termasuk amputasi, ampul bekas, masker disposabale,
jarum dan syringe drapes, casb, disposable blood lancet, disposable kantong emesis, Levin
tubes, chateter, drainase set, kantong colosiomy, underpads, sarung bedah. Unit
laboratorium, ruang mayat, pathologi dan autopsy jenis sampahnya berupa gelas
terkontaminasi, termasuk pipet petridish, wadah specimen, slide specimen, jaringan tubuh,
organ, tulang. Unit isolasi sampahnya berupa bahan-bahan kertas yang mengandung
buangan nasal dan sputum, dressing dan benda-ges, maskes disposable, sisa makanan,
Gambar 4.4
Sampah Infeksius dari Ruang Perawatan
Sampah Rumah Sakit dapat digolongkan antara lain menurut jenis unit penghasil dan
untuk kegunaan desain pembuangannya. Namun dalam garis besarnya dibedakan menjadi
sampah medis dan non medis.
1. Sampah Medis
Sampah medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan
tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga kegiatan
medis di ruang polikllinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan ruang
laboratorium. Limbah padat medis sering juga disebut sampah biologis.
Sampah biologis terdiri dari :
a. Sampah medis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang peralatan, ruang bedah,
atau botol bekas obat injeksi, kateter, plester, masker, dan sebagainya.
b. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, bedah, kebidanan, atau ruang
otopsi, misalnya, plasenta, jaringan organ, anggota badan, dan sebagainya.
Gambar 4.5
Sampah Medis
2. Sampah Non-medis
Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat medis
yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut :
a. Kantor/administrasi
b. Unit perlengkapan
c. Ruang tunggu
d. Ruang inap
e. Unit gizi atau dapur
f. Halaman parkir dan taman
g. Unit pelayanan
Selain dibedakan menurut jenis unit penghasil, sampah rumah sakit dapat dibedakan
berdasarkan karakteristik sampah yaitu :
a. Sampah infeksius : yang berhubungan atau berkaitan dengan pasien yang diisolasi,
pemeriksaan mikrobiologi, poliklinik, perawatan, penyakit menular dan lain – lain.
b. Sampah sitotoksik : bahan yang terkontaminasi dengan radioisotope seperti
penggunaan alat medis, riset dan lain – lain.
c. Sampah domestik : buangan yang tidak berhubungan dengan tindakan pelayanan
terhadap pasien.
Gambar 4.6
Sampah Non-medis
Rumah sakit selain untuk memberikan kesembuhan, juga merupakan tempat bagi
berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang
berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah
sakit, seperti udara, air, lantai, makanan dan benda-benda peralatan medis maupun non
medis. Dari lingkungan, kuman dapat sampai ke tenaga kerja, penderita baru. Ini disebut
infeksi nosokomial. Limbah rumah sakit yang terdiri dari limbah cair dan limbah padat
memiliki potensi yang mengakibatkan keterpajanan yang dapat mengakibatkan penyakit
atau cedera. Sifat bahaya dari limbah rumah sakit tersebut mungkin muncul akibat satu atau
beberapa karakteristik berikut:
- Limbah mengandung agent infeksius,
- Limbah bersifat genoktosik,
- Limbah mengandung zat kimia atau obat-obatan berbahaya atau baracun,
- Limbah bersifat radioaktif,
- Limbah mengandung benda tajam.
Semua orang yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitas kesehatan kemungkinan
besar menjadi orang yang beresiko, termasuk yang berada dalam fasilitas penghasil limbah
berbahaya, dan mereka yang berada diluar fasilitas serta memiliki pekerjaan mengelola
limbah semacam itu, atau yang beresiko akibat kecerobohan dalam sistem manajemen
limbahnya. Kelompok utama yang beresiko adalah: -Dokter, perawat, pegawai layanan
kesehatan dan tenaga pemeliharaan rumah sakit. - Pasien yang menjalani perawatan di
instansi layanan kesehatan atau di rumah sakit - Penjenguk pasien rawat inap. - Tenaga
bagian layanan pendukung yang bekerja sama dengan instansi layanan kesehatan
masyarakat, misalnya, bagian binatu, pengelolaan limbah dan bagian transportasi.
Kandungan zat limbah dapat mengakibatkan intosikasi atau keracunan sebagai akibat
pajanan secara akut maupun kronis dan cedera termasuk luka bakar. Intosikasi dapat terjadi
akibat diabsorbsinya zat kimia atau bahan farmasi melalui kulit atau membaran mukosa,
atau melalui pernafasan atau pencernaan. Zat kimia yang mudah terbakar, korosif atau
reaktif (misalnya formaldehide atau volatile/mudah menguap) jika mengenai kulit, mata,
atau membrane mukosa saluran pernafasan dapat menyebabkan cedera.
Jenis penyakit yang disebabkan oleh limbah radioaktif bergantung pada jenis dan
intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul dapat berupa sakit kepala, pusing, dan muntah
sampai masalah lain yang lebih serius. Karena limbah radioaktif bersifat genotoksik, maka
efeknya juga dapat mengenai materi genetik. Bahaya yang mungkin timbul dengan aktifitas
rendah mungkin terjadi karena kontaminasi permukaan luar container atau karena cara
serta durasi penyimpanan limbah tidak layak. Tenaga layanan kesehatan atau tenaga
kebersihan dan penanganan limbah yang terpajan radioaktif merupakan kelompok resiko.
E. Pengelolaan Sampah
Beberapa tahapan dalam pengelolaan sampah (medis dan non medis), antara lain :
1. Minimalisasi limbah
a. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah mulai dari sumber
b. Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia
yang berbahaya dan beracun;
c. Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi;
d. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari
pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak
yang berwenang.
2. Pemilahan pewadahan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang:
a. Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah
tidak dimanfaatkan kembali;
Gambar 4.7
Tepat Sampah Benda Tajam
Gambar 4.8
Pemilahan Jenis Sampah
Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.
Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses
sterilisasi. Untuk menguji efektivitas strerilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus
stearothermophilus dan untuk strilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.
Berikut adalah metode sterilisasi untuk limbah yang dimanfaatkan kembali,
Table 4.1 Metode Sterilisasi
Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak
Sterilisasi dengan panas
-sterilisasi kering dalam 160oC 120 menit
o
oven“oupinel” 170 C 60 menit
o
-sterilisasi basah dalam 121 C 30 menit
otoklaf
Sterilisasi dengan bahan kimia
-Ethylene oxide (gas) 50oC – 60oC 3-8 jam
-Glutaraldehyde (cair) - 30 menit
30
Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi
label bertuliskan “Limbah Sistotoksis”.
3. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Medis Padat di Lingkungan
Rumah Sakit
a. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup.
b. Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan
paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
4. Pengemasan dan pengangkutan ke Luar Rumah Sakit
a. Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat
b. Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus
5. Pengolahan dan Pemusnahan
a. Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestic sebelum aman bagi kesehatan
b. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan
dengan kemanmpuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan
pemanasan menggunakan autoklap atau dengan pembakaran menggunakan
insinetaror.
Persyaratan pengelolaan sampah Non-Medis
A. Tujuan
Tujuan praktek pengelolaan limabah padat di rumah sakit adalah:
1. Untuk mengetahui pengelolaan limbah padat di rumah sakit.
2. Mengetahui tempat pengumpulan libah padat di rumah sakit
3. Mengetahui pengelolaan limbah padat medis di rumah sakit
B. Daftar rujukan
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004
2. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahun 2000
C. Alat dan bahan
1. Formulir inspeksi sanitasi rumah sakit
2. Alat tulis
3. Lembar obsevasi
4. Kamera dan lain-lain
D. Prosedur praktekum
1. Melakukan pengamatan sarana pengolahan limbah padat di rumah sakit
2. Melakukan penilaian persyaratan tempat penyimpanan sampah/ limbah
padat medis dan non-medis di rumah sakit.
3. Melakukan pemeriksaan/pengukuran maupun hasil observasi datanya
dimasukan pada formulir sebagai berikut:
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
Latihan berikut!
Ringkasan
1. Jenis sampah yang dihasilkan dari rumah sakit dapat digolongkan kedalam sampah
medis dan sampah non-medis.
Tes 3
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!
3) Penyimpanan sampah padat medis pada waktu musim kemarau paling lama adalah ….
A. 6 jam
B. 12 jam
C. 24 jam
D. 48 jam
E. 32 jam
4) Sampah yang terkontaminasi oleh radioisotope seperti penggunaan alat medis, riset
termasuk ke dalam karakteristik jenis sampah ….
A. Infeksius
B. Doestik
C. Non-infeksius
D. Sitotoksis
E. Organik
5) Teknologi pemusnahan sampah medis dengan proses pembakaran dengan suhu tinggi
yaitu ….
A. Aotoklap
B. Landfill
C. Sanitary
D. Sterilisasi
E. Insinerator
Kunci Jawaban Tes
Test Formatif 1
1) C.
Test Formatif 2
1) A.
2) B.
3) C.
4) D.
5) E.
Test Formatif 3
1) A.
2) B.
3) C.
4) D.
5) E.
Glosarium
Direktorat Jenderal P2&PL, 2002. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Jakarta :
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 Tahun 1990. Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas air
Sabarguna Boy Subirosa, Rubaya Agus Kharmayana, 2011. Sanitasi Air dan Limbah
Pendukung Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Jakarta: Salemba medika