Anda di halaman 1dari 58

MAKALAH SANITASI RUMAH SAKIT

Perbedaan PERMENKES No.1204 Tahun 2004 dengan PERMENKES


No.7 Tahun 2019

Dosen mata kuliah:


Agus Riyanto, SKM., MKM

Disusun oleh :

KELOMPOK 6

1. Christian Kawatasi P23133117072


2. Farras Arvinendi P23133117074
3. Nurina Dwi Hastanti P23133117059
4. Rizky Fauzia Dwi Astuti P23133117063

TINGKAT 4 STR B KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641, 7397643 Fax.
021.7397769 E-mail: info@poltekkesjkt2.ac.id
Website: http://poltekkesjkt2.ac.id
2020

N ASPEK PERMENKES NO.7 TAHUN KEPMENKES


O KESEHATAN 2019 NO.1204/MENKES/SK/X
. LINGKUNGAN /2004
1. Terdapat pasal-pasal sebagai Tidak ada
penjelas dari isi di dalam
peraturan menteri
2. Terdapat tujuan dan sasaran dari Tidak ada
peraturan tersebut

Tujuan umum
Penyelenggaraan Pengamanan
Limbah di rumah sakit meliputi
pengamanan terhadap limbah
padat domestik, limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3),
limbah cair, dan limbah gas.

Tujuan Khususa
Meningkatkan kualitas media
lingkungan dan mengendalikan
risiko kesehatan; b. Meningkatkan
lingkungan rumah sakit yang
dapat memberikan jaminan
perlindungan kesehatan,
keamanan dan keselamatan bagi
manusia dan lingkungan hidup;
dan c. Mendukung terwujudnya
manajemen pengelolaan kualitas
kesehatan lingkungan yang baik
di rumah sakit.

Sasaran
1. Dinas Kesehatan Provinsi
dan Kabupaten/Kota;
2. Pimpinan/pengelola rumah
sakit;
3. Tenaga kesehatan rumah
sakit;
4. Pemangku
kepentingan/pembuat
kebijakan; dan
5. Organisasi profesi atau
asosiasi rumah sakit.
Isi Lampiran I : Isi Lampiran I :
a. Bab I Pendahuluan Persyaratan Kesehatan
b. Bab II Standar baku mutu lingkungan rumah sakit
kesehatan dan persyaratan
kesehatan Isi Lampiran II :
c. Bab III Penyelenggaraan Persyaratan tenaga,
kesehatan lingkungan kurikulum dan pemeriksaan
d. Bab IV Manajemen kesehatan lingkungan
kesehatan lingkungan rumah sakit
rumah sakit
e. Bab V Pembinaan dan Isi Lampiran III :
Pengawasan Penilaian pemeriksaan
f. Bab VI Penutup kesehatan lingkungan
(Inspeksi Sanitasi) rumah
Isi Lampiran II : sakit
Formulir Inspeksi Kesehatan
Lingkungan (IKL) Rumah Sakit
3. Air Standar Baku Mutu dan Penyehatan Air
Penyelenggaraan Penyehatan Air
Penyehatan air adalah upaya 1. Air minum adalah
penanganan kualitas dan kuantitas air yang melalui
air di rumah sakit yang terdiri dari proses pengolahan
air untuk keperluan higiene atau tanpa proses
sanitasi, air minum, dan air untuk pengolahan yang
pemakaian khusus agar dapat memenuhi syarat
menunjang kesinambungan kesehatan dan dapat
pelayanan di rumah sakit. langsung diminum
2. Sumber penyediaan
air minum dan
untuk keperluan
rumah sakit berasal
dari Perusahan Air
Minum, air yang
didistribusikan
melalui tangki air,
air kemasan dan
harus memenuhi
syarat kualitas air
minum.
Standar baku mutu air : Tidak ada
 Standar baku mutu air
untuk minum
 Standar baku mutu untuk
keperluan hiegiene sanitasi
 Air untuk pemakaian
khusus yaitu hemodialisis
dan kegiatan laboratorium
Standar baku mutu untuk Tidak ada
pemeriksaan :
 Kualitas mutu biologi air
untuk hemodialisis
 Kimia air untuk
hemodialiasis
 Fisik air untuk kegiatan
laboratorium
 Kimia air untuk kegiatan
laboratorium
Persyaratan Kesehatan Air : Pesyaratan Kuliatas Air :
a. Air untuk keperluan air  Kualitas air minum
minum, untuk higiene  Kualitas air yang
sanitasi, dan untuk digunakan di ruang
keperluan khusus harus khusus (ruang
memberikan jaminan operasi, ruang
perlindungan kesehatan farmasi dan
dan keselamatan hemodialisis)
pemakaiannya.
b. Secara kuantitas, rumah
sakit harus menyediakan
air minum minimum 5
liter per tempat tidur per
hari
c. Volume air untuk
keperluan higiene dan
sanitasi
d. Rumah sakt harus
mempunyai cadangan
sumber air untuk
mengatasi kebutuhan air
dalam keadaan darurat
e. Pemeriksaan air untuk
keperluan higiene sanitasi
untuk parameter kimia
dilaksanakan setiap 6
(enam) bulan sekalu dan
untuj parameter biologi
setiap 1 (satu) bulan sekali
f. Air yang digunakan untuk
menunjang operasional
kegiatan pelayanan rumah
sakit harus memenuhi
standar baku mutu air
yang telah ditentukan
1) Ruang operasi
2) Ruang hemodialiasis
3) Ruang farmasi
4) Ruang boiler
5) Ruang menara pendingin
(cooling tower)
Pipa air untuk keperluan higiene Tidak ada
dan sanitasi dan fasilitas
pendukungnya harus
menggunakan bahan yang tidak
menimbulkan bahaya korosif pada
air dan tanpa timbal (ramah
lingkungan)
Tangki penampungan air untuk Tidak ada
keperluan higiene dan sanitasi
baik tangki bawah (ground
tank)maupun tangki atas
(upper/roof tank) harus kedap air,
terlindungi dari serangga dan
binatang pembawa penyakit dan
dilengkapi dengan fasilitas
pengaman/proteksi seperti pagar
pengaman, kunci dan lain-lain
untuk mencegah upaya
kontaminasi dan lainnya secara
sengaja oleh orang yang tidak
bertanggung jawab.
Melaksanakan inspeksi kesehatan Melakukan inspeksi
lingkungan terhadap sarana dan sanitasi sarana air minum
kualitas air minum minimal 2 dan air bersih rumah sakit
(dua) kali setahun dan terhadap dilaksanakan minimal 1
sarana dan kualitas air keperluan tahun sekali.
higiene dan danitasi minimal 1
(satu) kali setahun
Melakukan pembersihan, Tidak ada
penguransan, pembilasan
menggunakan desinfektan dengan
dosis yang disyaratkan pada
tangki penampungan air untuk
keperluan higiene dan sanitasi
dilakukan setiap 6 (bulan) sekali
Sampel air dikirim dan diperiksan Sampel air dikirim dan
pada laboratorium yang telah diperiksanakan pada
terakreditasi nasional laboratorium yang
berwenang atau yang
ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan atau Pemerintah
Daerah setempat
Dilakukan program monitoring air Tidak ada
debit bersih, dengan cara mencatat
pada alat ukur debit dan dilakukan
perhitungan satuan penggunaan
air kegunaan higiene dan sanitasi
per tempat tidur per hari.
Rumah sakit harus menyiapkan Tidak ada
beberapa ketentuan apabila
menghadapai kondisi darurat
penyediaan air kegunaan higienen
dan sanitasi, dimana air sumber
utama terganggu atau
menghadapai kegagalan suplai air
karena faktor kerusakan
4. Limbah Penyelenggaraan pengamanan Pengelolaan limbah
limbah dan radiasi
Penyelenggaraan Pengamanan 1. Limbah rumah sakit
Limbah di rumah sakit meliputi adalah semua
pengamanan terhadap limbah limbah yang
padat domestik, limbah bahan dihasilkan dari
berbahaya dan beracun (B3), kegiatan rumah
limbah cair, dan limbah gas. sakit dalam bentuk
padat, cair, dan gas
2. Limbah padat
rumah sakit adalah
semua limbah rumh
sakit yang
berbentuk padat
sebagai akibat
kegiatan rumah
sakit yang terdiri
dari limbah medis
padat dan non
meids
3. Limbah medis padat
adalah limbah padat
yang terdiri dari
limbah infeksius,
limbah patologi,
limbah benda tajam,
limbah farmasi,
limbah sitotoksis,
limbah kimiawi,
limbah radioaktif,
limbah jontainer
bertekanan dan
limbah dengan
kandungan logam
berat yang tinggi.
4. Limbah padat non
medis adalah
limbah padat yang
dihasilkan dari
kegiatan di rumah
sakit di luar medis
yang berasal dari
dapur, peekantoran,
taman dan halaman
yang dapat
dimanfaatkan
kembali apabila ada
teknologinya
5. Limbah cair adalah
semua air buangan
termasuk tinja yang
berasal dari
kegiatan rumah
sakit yang
kemungkinan
mengandung
mikroorganisme,
bahan kimia
beracun dan
radioaktif yang
berbahaya bagi
kesehatan
6. Limbah gas adalah
semu limbah yang
berbentuk gas yang
berasal dari
kegiatan
pembakaran di
rumah sakit seperi
insinerator, dapur,
perlengkapan
generator, anastesi
dan pembuatan obat
citotoksik.
7. Limbah infeksius
adalah limbah yang
terkontaminasi
organisme patogen
yang tidak secara
rutin di lingkungan
dan organisme
tersebut dalam
jumlah dan
virulensi yang
cukup untuk
menularkan
penyakit pada
manusia rentan
8. Limbah sangat
infeksius adalah
limbah berasal dari
pembiakan dan
stock bahan sangat
infeksius, otopsi,
organ binatang
percobaan dan
bahan lain yang
telah diinokulasi,
terinfeksi atau
kontak dengan
bahan yang sangat
infeksius
9. Limbah sitotoksis
adalah limbah dari
bahan yang
terkontaminasi dari
persiapan dan
pemberian obat
sitotoksis untuk
kemoterapi kanker
yang mempunyai
kemampuan untuk
membunuh atau
menghambat
pertumbuhan sel
hidup
10. Minimisasi limbah
adalah upaya yang
dilakukan rumah
sakit untuk
mengurangi jumlah
limbah yang
dihasilkan dengan
cara mengurangi
bahan (reduce),
menggunakan
kembali limbah
(reuse) dan daur
ulang limbah
(recycle)
Jenis limbah : Jenis limbah :
 Limbah padat domestik  Limbah medis padat
 Limbah B3 (limbah  Limbah padat non-
infeksius dan benda tajam, medis
limbah farmasi, limbah  Limbah cair
sitotoksis, limbah bahan  Limbah gas
kimia, limbah dengan  Limbah infeksius
kandungan logam tinggi,  Limbah sangat
kontainer bertekanan, infeksius
limbah radioaktif)  Limbah sitotoksis
 Limbah cair
 Limbah gas
Tidak ada Persyaratan limbah medis
padat :
 Minimisasi limbah
 Pemilahan,
pewadahan,
pemanfaatan
kembali dan daur
ulang
 Pengumpulan,
pengangkutan, dan
penyimpanan
limbah medis padat
di lingkungan
rumah sakit
 Pengumpulan,
pengemasan dan
pengangkutan ke
luar rumah sakit
 Pengolahan dan
pemusnahan

Persayaratan limbah padat


non-medis :
 Pemilahan dan
pewadahan
 Pengumpulan,
penyimpanan dan
pengangkutan
 Pengolahan dan
pemusnahan

Persyaratan limbah cair :


Kualitas limbah (efluen)
rumah sakit yang akan
dibuang ke badan air atau
lingkungan harus
memenuhi persayaratan
baku mutu efluen sesuai
Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor
Kep-58/MENLH/12/1995
atau peraturan daerah
setempat

Persayratan limbah gas :


Standar limbah gas (emisi)
dari pengolahan pemusnah
limbah medis padat dengan
insinerator mengacu pada
keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor
Kep-13/MenLH/3/1995
tentang Baku mutu Emisi
Sumber Tidak bergerak
Penyelenggaraan pengamanan Tata laksana limbah medis
limbah padat domestik : padat :
 Tahapan penanganan  Minimisasai limbah
limbah rumah tangga  Pemilahan,
(Tahap pewadahan, Tahap pewadahan,
pengangkutan, Tahap pemanfaatan
penyimpanan di TPS) kembali dan daur
 Upaya pemilahan dan ulang
pengurangan  Tempat
 Upaya penyediaan fasilitas penampungan
penanganan limbah padat sementara
domestik  Transportasi
(fasilitaspenanganan  Pengolahan,
limbah padat domestik pemusnahan dan
yang utama meliputi tong pembuangan akhir
sampah, kereta limbah padat
pengangkutan, TPS
khusus limbah padat Tata laksnaan limbah padat
domestik dan fasilitas non-medis
pengangkutan atau  Pemilahan limbah
pemusnahan limbah, padat non medis
fasilitas lainnya dan  Tempat pewadahan
penyediaan fasilitas tong limbah padat non
dan kereta angkut sampah medis
dan, penyediaan TPS  Pengangkutan
limbah padat domestik)  Tempat
 Upaya penanganan vektor penampungan
dan binatang pembawa limbah padat non
penyakit limbah padat medis semntara
domestik  Pengolahan limbah
padat
 Lokasi pembuangan
limbah padat akhir
Terdapat penyelenggaraan Tidak ada
pengamanan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3)
Limbah infeksius dan benda Limbah infeksius dan
tajam, limbah farmasi, limbah benda tajam, limbah
sitotoksis, limbah bahan kimia, farmasi, limbah sitotoksis,
limbah dengan kandungan logam limbah bahan kimiawi,
tinggi, kontainer bertekanan, limbah dengan kandungan
limbah radioaktif termasuk logam tinggi, kontainer
kedalam tata laksana limbah B3 bertekanan, limbah
radioaktif termasuk
kedalam tata laksana
limbah medis padat
Tidak ada Penjelasan Limbah farmasi
dalam jumlah kecil dapat
diolah dengan insenarator
pirolitik (pyrolytic
incenerator), rotaty kiln,
dikubur secara aman,
sanitary landfill, dibuang
ke sarana air limbah atau
insenerasi. Tetapi dalam
jumlah besar harus
menggunakan fasilitas
pengolahan yang khusus
seperti rotary kiln,
kapsulisasi dalam drum
logam, dan insenerasi.
Tata laksana limbah sitotoksis : Tata laksana limbah
 Limbah sitotoksis sangat sitotoksis :
berbahaya dan dilarang  Limbah sitotoksis
dibuang dengan cara sangat berbahaya
penimbunan (landfill) atau dan tidak boleh
dibuang ke saluranlimbah dibuang dengan
umum. penimbunan
 Pengolahan dilaksanakan (landfill) atau ke
dengan cara dikembalikan saluran limbah
keperusahaan atau umum.
distributornya, atau  Pembungan yang
dilakukan pengolahan dianjurkan adalah
dengan insinerasi. Bahan dikembalikan ke
yang belum dipakai dan perusahaan
kemasannya masih utuh penghasil atau
karena kadaluarsa distributornya,
harusdikembalikan insenerasi pada
kedistributor. suhu tinggi, dan
 Insinerasi pada suhu degredasi kimia.
tinggi 1.000 oC s/d 1.200 Bahan yang belum
°C dibutuhkan untuk dipakai dan
menghancurkan semua kemasannya masih
bahansitotoksik. Insinerasi utuh karena
pada suhu rendah dapat kadaluarsa harus
menghasilkan uap dikembalikan ke
sitotoksik yang berbahaya distributor apabila
ke udara. tidak ada
insenerator dan
diberi keterangan
bahwa obat tersebut
sudah kadaluarsa
atau tidak dipakai
 Insenerasi pada
suhu tinggi sekitar
1200°C dibutuhkan
untuk
menghancurkan
semua bahan
sitotoksik.
Insenarasi pada
suhu rendah dapat
menghasilkan uap
sitotoksis yang
berbahaya ke udara
 Insenerator pirolitik
dengan 2 (dua)
tungku pembakaran
pada suhu 1200°C
dengan minimum
waktu tinggal 2
detik atau suhu
1000°C dengan
waktu tinggal 5
detik di tungku
kedua sangat cocok
untuk bahan ini
dilengkapi dengan
penyaring debu
 Insenerator juga
harus dilengkapi
dengan peralatan
pembersih gas.
Insenerasi juga
memungkinkan
dengan rotary kiln
yang didesain untuk
dekomposisi panas
limbah kimiawi
yang beroperasi
dengan baik pada
suhu diatas 850°C
 Insenartor dengan
satu tungku atau
pembakaran terbuka
tidak tipat untuk
pembuangan limbah
sitotoksis
 Metode degredasi
kimia yang
mengubah senyawa
sitotoksis menjadi
senyawa tidak
beracun dapat
digunakan tidak
hanya untuk residu
obat tapi juga untuk
pencucian tempat
urin, tumpahan dan
pakaian pelindung
 Cara kimia relatif
mudah dan aman
meliputi oksidasi
oleh kalium
permanganat
(KmnO4) atau asam
sulfat (H2SO4),
penghilang nitrogen
dengan asam
bromida, atau
reduksi dengan
nikel dan
aluminium
 Insenerasi maupun
degradasi kimia
tidak merupakan
solusi yang
sempurna untu
pengolahan limbah,
tumpahan atau
cairan biologis yang
terkontaminasi agen
antineoplastik. Oleh
karena itu, rumah
sakit harus berhati-
hati dalam
menangani obat
sitotoksik
 Apabila cara
insenerasi maupun
degradasi kimia
tidak tersedia,
kapsulisasi atau
insersisasi dapat
dipertimbangkan
sebagai cara yang
dapat dipilih
Tidak ada Limbah kimia biasa yang
tidak bisa didaur ulang
seperti gula, asam amino,
dan garam tertentu dapat
dibuang ke saluran air
kotor. Namun demikian,
pembuangan tersebut harus
memnuhi persyaratan
konsentrasi bahan
pencemar yang ada seperti
bahan melayang, suhu dan
pH
 Limbah kimia dalam Tidak ada
bentuk cair harus di
tampung dalam kontainer
yang kuat, terbuat dari
bahan yang mampu
memproteksi efek dari
karakteristik atau sifat
limbah bahan kmia
tersebut
 Bahan kimia dalam bentuk
cair sebaiknya tidak
dibuang ke jaringan pipa
pembuangan air limbah,
karena sifat toksiknya
dapat mengganggu proses
biologi dalam unit
pengolahan air limbah
(IPAL)
Cara pengolahan limbah dengan Cara yang disarankan
kandungan logam berat tinggi dalam pengolahan limbah
adalah menyerahkan ke perushaan dengan kandungan logam
pengolahan limbah B3. Sebelum berat tinggi adalah dikirim
dibuang, maka limbah disimpan ke negara yang mempunyai
sementara di TPS limbah B3 dan fasilitas pengolah limbah
diawasi secara ketat dengan kandungan logam
berat tinggi. Bila tidak
mememungkinkan, limbah
dibuang ke tempat
penyimpanan yang aman
sebagai pembuangan akhir
untuk limbah industri
berbahaya. Cara lain yang
paling sederhana adalah
dengan kapsulisasi
kemudian dilanjutkan
dengan landfill. Bila hanya
dalam jumlah kecil dapat
dibuang dengan limbah
biasa.
Tidak ada  Limbah radioaktif
harus dikategorikan
dan dipilah
berdasarkan
ketersediaan pilihan
cara pengolahan,
pengkondisian,
penyimpanan, dan
pembuangan.
Kategori yang
memungkinakan
 Setelah pemilahan,
setiap kategori
harus disimpan
terpisah dalam
kontainer, dan
kontainer limbah
tersebut harus :
- Secara jelas
diidentifikasi
- Ada simbol
radioaktif ketika
sedang
digunakan
- Sesuai dengan
kandungan
limbah
- Dapat diisi dan
dikosongkan
dengan aman
- Kuat dan saniter
 Informasi yang
dicatat pada setiap
kontainer limbah
 Kontainer untuk
limbah padat harus
dibungkus dengan
kantong plastik
transparan yang
dapat ditutup
dengan isolasi
plastik
 Limbah padat
radioaktif dibuang
sesuai dengan
persyaratan teknis
dan peraturan
perundang-
undangan yang
berlaku (PP Nomor
27 Tahu 2002_ dan
kemudian
diserahkan kepada
BATAN untuk
penanganan lebih
lanjut atau
dikembalikan
kepada negara
distributor. Semua
jenis limbah medis
tidak boleh dibuang
ke tempat
pembuangan akhir
sampah domestik
(landfill) sebelum
dilakukan
pengolahan terlebih
dahulu sampai
memenuhi
persyaratan
Penyelenggaraan pengelolaan Tata laksana limbah cair
limbah cair harus memenuhi a. Saluran
ketentuan dibawah ini : pembuangan limbah
1) Rumah sakit memeiliki harus menggunakan
Unit Pengolaha Limbah sistem saluran
Cair (IPAL) dengan tertutup, kedap air,
teknologi yang tepat dan dan limbah harus
desain kapasitas oleh mengalir dengan
limbah cair yang sesuai lancar, serta
dengan volume limbah terpisah dengan
cair yang dihasilkan saluran air hujan.
2) Unit Pengolahan Limbah b. Rumah sakit harus
Cair harus dilengkapi memiliki instalasi
dengan fasilitas penunjang pengolahan limbah
sesuai dengan ketentuan. cair sendiri atau
3) Memenuhi frekuensi bersama-sama
dalam pengambilan secara kolektif
sampel limbah cair, yakni dengan bangunan di
1 (satu) kali per bulan. sekitarnya yang
4) Memenuhi baku mutu memenuhi
efluen limbah cair sesuai persyaratan teknis,
peraturan perundang- apabila belum ada
undangan. atau tidak
5) Memenuhi pentaatan terjangkau sistem
pelaporan hasil uji pengolahan air
laboratorium limbah cair limbah perkotaan
kepada instansi c. Perlu dipasang alat
pemerintah sesuai pengukur debit
ketentuan minimum setiap limbah cair untuk
1 (satu) kali per 3 (tiga) mengetahui debit
bulan. harian limbah yang
6) Unit Pengolahan Limbah dihasilkan
Cair d. Air limbah dari
7) Kelengkapan Fasilitas dapur harus
Penunjang Unit dilengkapi
Pengolahan Limbah penangkap lemak
8) Penaatan frekuensi dan saluran air
pengambilan contoh limbah harus
limbah cair dilengkapi/ditutup
9) Penaatan kualitas limbah dengan grill
cair agar memenuhi baku e. Air limbah yang
mutu limbah cair berasal dari
10) Penaatan pelaporan limbah laboratorium harus
cair diolah di Instalasi
Pengolahan Air
Limbah (IPAL),
bila tidak
mempunyai IPAL
harus dikelola
sesuai ketentuan
yang berlaku
melalui kerjasama
dengan pihak lain
atau pihak yang
berwenang
f. Frekuensi
pemeriksaan
kualitas limbah cair
terolah (effluent)
dilakukan setiap
bulan sekali untuk
swapantau dan
minimal 3 bulan
sekali uji petik
sesuai dengan
ketentuan yang
berlaku
g. Rumah sakit yang
menghasilkan
limbah cair yang
mengandung atau
terkena zat
radioaktif,
pengelolaannya
dilakukan sesuai
ketentuan BATAN
h. Parameter
radioaktif
diberlakukan bagi
rumah sakit sesuai
dengan bahan
radioaktif yang
dipergunakan oleh
rumah sakit yang
bersangkutan
Penyelenggaraan pengamanan tata Tata laksana limbah gas :
laksana limbah gas :  Monitoring limbah
 Penataan frekuensi gas berupa NO2,
pengambilan contoh SO2, logam berat,
limbah gas dan dioksin
 Pengelolaan limbah gas dilakukan minimal
yang memenuhi standar satu kali setahun
 Penataan pelaporan limbah  Suhu pembakaran
gas minimum 1000°C
 Kelengkapan fasilitas untuk pemusnahan
penunjang cerobong bakteri patogen,
virus, dioksin, dan
mengurangi jelaga
 Dilengkapi alat
untuk mengurangi
emisi gas dan debu
 Melakukan
penghijauan dengan
menanam pohon
yang banyak
memproduksi gas
oksigen dan dapat
menyerap debu
5 Persyaratan Penyelenggaraan pengamanan Persyaratan pengamanan
pengamanan radiasi radiasi (masuk dalam bab radiasi (terdapat bab
penyelenggaraan pengamanan tersendiri)
limbah dan radiasi)
Penyelenggaraan Tata laksana pengamanan
pengamanan radiasi : radiasi :
1. Perizinan
a. Perizinan 2. Sistem pembatasan
b. Sistem Pembatasan Dosis dosis
c. Sistem Manajemen 3. Sistem manajemen
Kesehatan dan kesehatan dan
Keselamatan Kerja keselamatan kerja
terhadap terhadap
Pemanfaatan Radiasi pemanfaatan radiasi
Pengion. pengion
1) Organisasi a. Organisasi
2) Perlatan proteksi b. Peralatan
radiasi proteksi radiasi
3) Pemantauan dosis c. Pemantauan
perorangan dosis
4) Pemeriksaan perorangan
kesehatan d. Pemeriksaan
5) Penyimpanan kesehatan
dokumentasi e. Penyimpanan
6) Pendidikan dan dokumentasi
pelatihan f. Jaminan
7) Kalibrasi kualitas
d. Penanggulangan g. Pendidikan dan
Kecelakaan Radiasi pelatihan
e. Pengelolaan Limbah 4. Kalibrasi
Radioaktif 5. Penanggulangan
kecelakaan radiasi
6. Pengelolaan limbah
radioaktif
6 Tempat pencucian Penyelenggaraan Pengelolaan tempat
llinen pengawasan linen (laundry) pencucian linen

Pengawasan linen adalah Pengertian


upaya pengawasan Laundry rumah sakit
terhadap tahapan-tahapan adalah tempat pencucian
pencucian linen di rumah linen yang dilengkapi
sakit untuk mengurangi dengan sarana
risiko gangguan kesehatan penunjangnya berupa
dan lingkungan hidup yang mesin cuci, alat dan
ditimbulkan. Linen disinfektan, mesin uap
merupakan salah satu (steam boiler), pengering,
kebutuhan pasien dirumah meja dan meja setrika.
sakit yang dapat
memberikan dampak
kenyamanan dan jaminan
kesehatan. Pengelolaan
linen yang buruk akan
menyebabkan potensi
penularan penyakit bagi
pasien, staf dan pengguna
linen lainnya

Persyaratan Persyaratan
1. Suhu air panas untuk 1. Suhu air panas
pencucian 70°C dalam waktu untuk pencucian
25 menit atau 95°C dalam 70C dalam
waktu 10 menit. waktu 25 menit atau
2. Penggunaan jenis deterjen dan 95C dalam
waktu 10 menit
desinfektan untuk proses 2. Penggunaan jenis
pencucian dilengkapi deterjen dan
Informasi Data Keamanan disinfektan untuk
Bahan (MSDS) agar proses pencucian
penanganan risiko paparannya yang ramah
dapat tertangani secara cepat lingkungan agar
dan tepat. limbah cair yang
3. Standar kuman bagi linen dan dihasilkan mudah
seragam tenaga medis bersih terurai oleh
setelah keluar dari proses cuci lingkungan
tidak mengandung 20 CFU 3. Standar kuman bagi
per 100 cm persegi. linen bersih setelah
keluar dari proses
4. Pintu masuk linen kotor dan
tidak mengandung 6
pintu keluar linen bersih harus
x 103 spora spesies
berbeda atau searah.
Bacilus per inci
5. Jarak rak linen dengan persegi.
plafon : 40 cm.
6. Dilakukan identifikasi jenis
B3 yang didigunakan laundry
dengan membuat daftar
inventori B3 dapat berupa
tabel yang berisi informasi
jenis B3, karakteritiknya,
ketersediaan MSDS, cara
pewadahan, cara penyimpanan
dan simbol limbah B3.
7. Penggunaan jenis deterjen dan
desinfektan untuk proses
pencucian dilengkapi
Informasi Data Keamanan
Bahan (MSDS) agar
penanganan risiko paparannya
dapat tertangani secara cepat
dan tepat.

8. Ditempat laundry tersedia


keran air keperluan higiene
dan sanitasi dengan tekanan
cukup dan kualitas air yang
memenuhi persyaratan baku
mutu, juga tersedia air panas
dengan tekanan dan suhu yang
memadai.

9. Bangunan laundry dibuat


permanen dan memenuhi
persyaratan pedoman teknis
bangunan laundry rumah sakit
atau sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan.
10. Rumah Sakit melakukan
pencucian secara terpisah
antara linen infeksius dan
noninfeksius.
11. Khusus untuk pencucian linen
infeksius dilakukan diruangan
khusus yang tertutup dengan
dilengkapi sistem sirkulasi
udara sesuai dengan
ketentuan.
12. Laundry harus dilengkapi
saluran air limbah tertutup
yang dilengkapi dengan
pengolahan awal (pre-
treatment) sebelum dialirkan
ke unit pengolahan air limbah.
13. Bangunan laundry terdiri dari
ruang-ruang terpisah sesuai
kegunaannya yaitu ruang linen
kotor dan ruang linen bersih
harus dipisahkan dengan
dinding yang permanen, ruang
untuk perlengkapan
kebersihan, ruang
perlengkapan cuci, ruang
kereta linen, kamar mandi dan
ruang peniris atau pengering
untuk alat-alat termasuk linen.

14. Laundry harus dilengkapi


“ruang antara” untuk tempat
transit keluar-masuk petugas
laundry untuk mencegah
penyebaran mikroorganisme.
15. Alur penanganan proses linen
mulai dari linen kotor sampai
dengan linen bersih harus
searah (Hazard Analysis and
Critical Control Point).
16. Dalam area laundry tersedia
fasilitas wastafel, pembilas
mata (eye washer) dan atau
pembilas badan (body
washer) dengan dilengkapi
petunjuk arahnya.
17. Proses pencucian laundry
yang dilengkapi dengan suplai
uap panas (steam), maka
seluruh pipa steam yang
terpasang harus aman dengan
dilengkapi steam trap atau
kelengkapan pereduksi panas
pipa lainnya.
18. Ruangan laundry dilengkapi
ruangan menjahit, gudang
khusus untuk menyimpan
bahan kimia untuk pencucian
dan dilengkapi dengan
penerangan, suhu dan
kelembaban serta
tanda/simbol keselamatan
yang memadai.
a.
Perlakuan terhadap linen : Tata Laksana
b. Pengumpulan 1. Di tempat laundry
c. Penerimaan tersedia kran air
d. Pencucian bersih dengan
e. Distribusi dilakukan kualitas dan tekanan
berdasarkan kartu tanda aliran yang
terima dari petugas memadai, air panas
penerima, kemudian untuk disinfeksi dan
petugas menyerahkan tersedia disinfektan.
linen bersih kepada 2. Peralatan cuci
petugas ruangan sesuai dipasang permanen
kartu tanda terima. dan diletakkan
f. Pengangkutan dekat dengan
g. Petugas yang bekerja saluran
dalam pengelolan laundry pembuangan air
linen harus menggunakan limbah serta
alat pelindung diri seperti tersedia mesin cuci
masker, sarung tangan, yang dapat mencuci
apron, sepatu boot, jenis-jenis linen
penutup kepala, selain itu yang tersedia mesin
dilakukan pemeriksaaan cuci yang dapat
kesehatan secara berkala, mencuci jenis-jenis
serta harus memperoleh linen yang berbeda.
imunisasi hepatitis B 3. Tersedia ruangan
setiap 6 (enam) bulan dan mesin cuci
sekali. yang terpisah untuk
Untuk rumah sakit yang linen infeksius dan
tidak mempunyai laundry non infeksius.
tersendiri, pencuciannya 4. Laundry harus
dapat bekerjasama dengan dilengkapi saluran
pihak lain dan pihak lain air limbah tertutup
tersebut harus memenuhi yang dilengkapi
persyaratan sesuai dengan pengolahan
ketentuan peraturan awal (pre-
perundang-undangan, serta treatment) sebelum
dilakukan pengawasan dialirkan ke
penyelenggaraan linen instalasi pengolahan
secara rutin oleh pihak air limbah.
rumah sakit. 5. Laundry harus
disediakan ruang-
ruang terpisah
sesuai kegunaannya
yaitu ruang linen
kotor, ruang linen
bersih, ruang untuk
perlengkapan
kebersihan, ruang
perlengkapan cuci,
ruang kereta linen,
kamar mandi dan
ruang peniris atau
pengering untuk
alat-alat termasuk
linen.
6. Untuk rumah sakit
yang tidak
mempunyai
Laundry tersendiri,
pencuciannya dapat
bekerjasama dengan
pihak lain dan pihak
lain tersebut harus
mengikuti
persyaratan dan
tatalaksana yang
telah ditetapkan. P
7. Perlakuan terhadap
linen
a. Pengumpulan,
dilakukan :
 Pemilahan
antara linen
infeksius dan
non-infeksius
dimulai dari
sumber dan
memasukkan
linen ke
dalam
kantong
plastik
 sesuai
jenisnya serta
diberi label.
 Menghitung
dan mencatat
linen di
ruangan.
b. Penerimaan
 Mencatat
linen yang
diterima dan
telah terpisah
antara
infeksius dan
non-infeksius.
 Linen dipilah
berdasarkan
tingkat
kekotorannya.
c. Penerimaan
 Menimbang
berat linen
untuk
menyesuaikan
dengan
kapasitas
mesin cuci
dan
kebutuhan
deterjen dan
disinfektan.
 Membersihka
n linen kotor
dan tinja,
urin, darah,
dan muntahan
kemudian
merendamnya
dengan
menggunakan
disinfektan.
 Mencuci
dikelompokka
n berdasarkan
tingkat
kekotorannya.
d. Pengeringan
e. Penyetrikaan
f. Penyimpanan
 Linen harus
dipisahkan
sesuai
jenisnya.
 Linen baru
yang diterima
ditempatkan
di lemari
bagian
bawah.
 Pintu lemari
selalu
tertutup.
g. Distribusi
dilakukan
berdasarkan
kartu tenda
terima dari
petugas
penerima,
kemudian
petugas
menyerahkan
linen bersih
kepada petugas
ruangan sesuai
kartu tanda
terima.
h. Pengangkutan
 Kantong
untuk
membungku
s linen
bersih harus
dibedakan
dengan
kantong
yang
digunakan
untuk
membungku
s linen
kotor.
 Menggunak
an kereta
dorong yang
berbeda dan
tertutup
antara linen
bersih dan
linen kotor.
Kereta
dorong
harus dicuci
dengan
disinfektan
setelah
digunakan
mengangkut
linen kotor.
 Waktu
pengangkuta
n linen
bersih dan
kotor tidak
boleh
dilakukan
bersamaan.
 Linen bersih
diangkut
dengan
kereta
dorong ayng
berbeda
warna.
 Rumah sakit
yang tidak
mempunyai
laundry
tersendiri,
pengangkuta
nnya dari
dan ke
tempat
laundry
harus
menggunaka
n mobil
khusus.
8. Petugas yang
bekerja dalam
pengelolaan laundry
linen harus
menggunakan
pakaian kerja
khusus, alat
pelindung diri dan
dilakukan
pemeriksaan
kesehatan secara
berkala, serta
dianjurkan
memperoleh
imunisasi hepatitis
B.
7. Udara Standar baku mutu dan Kualitas udara ruang
persyaratan kesehatan (terdapat pada penyehatan
udara ruang bangunan dan
halaman rumah sakit)
Penyelenggaraan
penagmaan udara

Standar baku mutu udara Indeks atau standar baku


mutu (terdapat pada
a. Standar baku mutu penyehatan ruang
paramater bangunan dan halaman
mikrobiologi udara rumah sakit)
b. Standar baku mutu
 Indeks angka
parameter fisik udara
kuman menurut
c. Standar baku mutu
fungsi ruang atau
suhu, kelembaban,
unit
dan tekanan udara
 Indeks kadar gas
menurut jenis ruang
dan bahan berbahya
d. Standar baku mutu
dalam Udara ruang
intensitas
rumah sakit
pencahayaan
 Indeks pencahyaan
menurut jenis
menurut jenis
ruangan atau unit
ruangan atau unit
e. Standar baku mutu
 Stndar suhu,
tekanan
kelembaban, dan
bising/Sound
tekanan udara
pressure level
menurut fungsi
menurut jenis
ruang atau unit
ruangan
f. Standar baku mutu  Indeks kebisingan
partikulat udara menurut ruangan
ruang rumah sakit atau unit
g. Standar baku mutu
parameter kimia
udara

Persyaratan kesehatan Persyaratan kualitas udara


udara: ruang
a. tidak bebau
a. Pemeliharaan kualitas
udara ruangan rumah sakit (teruatam bebas dari
untuk menjamin agar H2S dan Amoniak)
udara tidak berbau b. kadar debu
(terutama bebas dari H2S (particulate matter)
dan amoniak) dan tidak berdiameter kurang
mengandung debu asbes. dari 10 micron
b. Persyaratan pencahayaan dengan rata-rata
ruang rumah sakit sebagai pengukuran 8 jam
berikut: atau 24 jam tidka
1) Lingkungan rumah melebihi 150 g/m3,
sakit baik dalam dan tidak
maupun luar ruangan mengandung debu
harus mendapat cahaya asbes
dengan intensitas yang
cukup berdasarkan
fungsinya.
2) Semua ruang yang
digunakan baik untuk
bekerja ataupun untuk
menyimpan
barang/peralatan perlu
diberikanpenerangan.
3) Ruang pasien/bangsal
harus disediakan
penerangan umum dan
penerangan untuk
malam hari dan
disediakan saklar
dekatpintu masuk,
saklar individu di
tempatkan pada titik
yang mudah dijangkau
dan tidak menimbulkan
berisik.
4) Pengukuran
pencahayaan ruangan
dapat dilakukan secara
mandiri menggunakan
peralatan ukur
kesehatan lingkungan,
atau dapat dilakukan
oleh alat ukur dari
laboratorium luar yang
telah memiliki
akreditasi nasional
(KAN).
c. Penghawaan dan
pengaturan udara ruangan
Penghawaan ruang
bangunan adalah aliran
udara di dalam ruang
bangunan yang memadai
untuk menjamin kesehatan
penghuni ruangan.
Persyaratan penghawaan
untuk masing-masing
ruang sebagai berikut:
1) Ruang-ruang tertentu
seperti ruang operasi,
perawatan bayi,
laboratorium, perlu
mendapat perhatian
yang khusus karena
sifat pekerjaan yang
terjadi di ruang-ruang
tersebut.
2) Ventilasi ruang operasi
dan ruang isolasi
pasien dengan
imunitas menurun
harus dijaga pada
tekanan lebih positif
sedikit (minimum 0,10
mbar) dibandingkan
dengan ruang-ruang
lain di rumah sakit.
3) Ventilasi ruang isolasi
penyakit menular
harus dijaga pada
tekanan lebih negatif
dari lingkungan luar.
4) Pengukuran suhu,
kelembaban, aliran dan
tekanan udara ruangan
dapat dilakukan secara
mandiri menggunakan
peralatan ukur
kesehatan lingkungan
yang sesuai, atau dapat
dilakukan oleh alat
ukur dari laboratorium
luar yang telah
terakreditasi nasional.
5) Ruangan yang tidak
menggunakan AC,
maka pengaturan
sirkulasi udara segar
dalam ruangan harus
memadai dengan
mengacu pada
Pedoman Sarana dan
Prasarana Rumah Sakit
atau Standar Nasional
Indonesia.
6) Penghawaan atau
ventilasi di rumah sakit
harus mendapat
perhatian yang khusus,
terutama untuk
ruangan tertentu
misalnya ruang
operasi, ICU, kamar
isolasi dan ruang steril.
Ruang-ruang tersebut
harus dilengkapi
dengan HEPA filter.
Jika menggunakan
sistem pendingin,
hendaknya dipelihara
dan dioperasikan
sesuai buku petunjuk,
sehingga dapat
menghasilkan suhu,
aliran udara, dan
kelembaban yang
nyaman bagi pasien
dan karyawan. Untuk
rumah sakit yang
menggunakan pengatur
udara sentral harus
diperhatikan cooling
tower-nya agar tidak
menjadi perindukan
bakteri legionella dan
untuk AHU(Air
Handling Unit) filter
udara harus
dibersihkan dari debu
dan bakteri atau jamur.
7) Suplai udara dan
exhaust hendaknya
digerakkan secara
mekanis, dan exhaust
fan hendaknya
diletakkan pada ujung
sistem ventilasi.
8) Ruangan dengan
volume 100m3
sekurang-kurangnya 1
(satu) fan dengan
diameter 50 cm dengan
debit udara 0,5
m3/detik, dan
frekuensi pergantian
udara perjam adalah 2
(dua) sampai dengan
12 kali.
9) Pengambilan suplai
udara dari luar, kecuali
unit ruang individual,
hendaknya diletakkan
sejauh mungkin,
minima l7,50 meter
dari exhauster atau
perlengkapan
pembakaran.
10) Tinggi intake minimal
l0,9 meter dari atap.
11) Sistem hendaknya
dibuat keseimbangan
tekanan.
12) Suplai udara untuk
daerah sensitif: ruang
operasi, perawatan
bayi, diambil dekat
langit-langit dan
exhaust dekat lantai,
hendaknya disediakan
2 (dua) buah exhaust
fan dan diletakkan
minimal 7,50 cm dari
lantai.
13) Suplai udara di atas
lantai.
14) Suplai udara koridor
atau buangan exhaust
fan dari tiap ruang
hendaknya tidak
digunakan sebagai
suplai udara kecuali
untuk suplai udara ke
WC,toilet, dan gudang.
15) Ventilasi ruang-ruang
sensitif hendaknya
dilengkapi dengan
saringan 2 beds.
Saringan I dipasang di
bagian penerimaan
udara dari luar dengan
efisiensi 30% dan
saringan II (filter
bakteri) dipasang 90%.
Untuk mempelajari
sistem ventilasi sentral
dalam gedung
hendaknya
mempelajari khusus
central air conditioning
system.
16) Penghawaan alamiah,
lubang ventilasi
diupayakan sistem
silang (cross-
ventilation) dan dijaga
agar aliran udara tidak
terhalang.
17) Penghawaan ruang
operasi harus dijaga
agar tekanannya lebih
tinggi dibandingkan
ruang-ruang lain dan
menggunakan cara
mekanis (air
conditioner).
18) Penghawaan mekanis
dengan menggunakan
exhaust fan atau air
conditioner dipasang
pada ketinggian
minimum 2,00 meter
di atas lantai atau
minimum 0,20 meter
dari langit-langit.
19) Untuk mengurangi
kadar kuman dalam
udara ruang (indoor)
harus didisinfeksi
menggunakan bahan
dan metode sesuai
ketentuan.
20) Pemantauan kualitas
udara ruang minimum
2 (dua) kali setahun
dilakukan pengambilan
sampel dan
pemeriksaan parameter
kualitas udara (kuman,
debu, dan gas).
d. Kebisingan ruangan rumah
sakit meliputi:
1) Kebisingan adalah
terjadinya bunyi yang
tidak dikehendaki
sehingga mengganggu
dan membahayakan
kesehatan. Pengaturan
dan tata letak ruangan
harus sedemikian rupa
sehingga kamar dan
ruangan yang
memerlukan suasana
tenang terhindar dari
kebisingan
2) Untuk nilai ambang
batas kebisingan
ambien di halaman
luar rumah sakit
mengacu pada
peraturan yang
dikeluarkan
Pemerintah Daerah.
Pengukuran
kebisingan ruangan
dapat dilakukan secara
mandiri menggunakan
peralatan ukur
kesehatan lingkungan
yang sesuai, atau dapat
dilakukan oleh alat
ukur dari laboratorium
luar yang telah
terakreditasi nasional.
Penyelenggaraan Tidak ada
penyehatan udara

1. Kualitas udara ruangan


harus selalu dipelihara
agar tidak berbau, tidak
mengandung debu dan
gas, termasuk debu asbes
yang melebihi ketentuan.
2. Seluruh ruangan di rumah
sakit didesain agar
memenuhi ketentuan
penghawaan ruangan,
terutama ruang-ruang
tertentu seperti ruang
operasi, ruang intensif,
ruang isolasi, perawatan
bayi, laboratorium, ruang
penyimpanan B3, dan
ruangan lain yang
memerlukan persyaratan
khusus.
3. Pengukuran mikrobiologi
udara dapat dilakukan
secara mandiri
menggunakan peralatan
laboratorium dan peralatan
ukur yang sesuai, atau
dapat dilakukan oleh
laboratorium luar yang
telah terkreditasi secara
nasional
4. Pengukuran mikrobiologi
udara dilakukan:
a. Sebagai salah satu
metode investigasi
bila terjadi wabah dan
lingkungan dianggap
sebagai media
transmisi/penularan
atau sumber infeksi.
Hasil pemeriksaan
tersebut menjadi salah
satu faktor yang
menentukan program
penanggulangan
wabah.
b. Pengawasan/monitor
adanya potensi
tersebarnya mikroba
membahayakan dan
evaluasi keberhasilan
proses pembersihan.
Misalnya rumah sakit
menangani pasien
dengan antraks yang
menggunakan
peralatan rumah sakit
atau alat bantu pasien,
kemudian dilakukan
sterilisasi pada alat.
Sebelum digunakan
untuk pasien lain
maka dilakukan uji
sterilitas untuk
memastikan spora
antraks sudah
musnah.
c. Sebagai quality
assuranceuntuk
evaluasi metode
pembersihan yang
baru atau memastikan
bahwa sistem atau
alat baru bekerja
sesuai spesifikasinya
5. Pengukuran suhu,
kelembaban, aliran dan
tekanan udara ruangan
dapat dilakukan secara
mandiri menggunakan
peralatan ukur kesehatan
lingkungan yang sesuai,
atau dapat dilakukan oleh
alat ukur dari laboratorium
luar yang telah
terakreditasi nasional.
6. Suhu dan kelembaban
udara di area khusus harus
dipantau secara rutin
setiap hari dan dibuktikan
dengan laporan
pemantauannya
7. Ruangan yang tidak
menggunakan AC, maka
pengaturan sirkulasi udara
segar dalam ruangan harus
memadai dengan mengacu
pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.
8. Penghawaan atau ventilasi
di rumah sakit harus
mendapat perhatian yang
khusus. Bila menggunakan
sistem pendingin,
hendaknya dipelihara dan
dioperasikan sesuai buku
petunjuk. Sehingga dapat
menghasilkan suhu, aliran
udara, dan kelembaban
nyaman bagi pasien dan
karyawan. Untuk rumah
sakit yang menggunakan
pengatur udara (AC sentral
harus diperhatikan cooling
tower-nya agar tidak
menjadi perindukan
bakteri legionella dan
untuk AHU (Air Handling
Unit) filter udara harus
dibersihkan dari debu dan
bakteri atau jamur.
9. Suplai udara dan exhaust
hendaknya digerakkan
secara mekanis, dan
exhaust fan hendaknya
diletakkan pada ujung
sistem ventilasi.
10. Ruangan dengan volume
100 m3 sekurang-
kurangnya 1 (satu) fan
dengan diameter 50 cm
dengan debit udara 0,5
m3/detik, dan frekuensi
pergantian udara per jam
adalah 2 (dua) sampai
dengan 12 (dua belas) kali.
11. Pengambilan supply udara
dari luar, kecuali unit
ruang individual,
hendaknya diletakkan
sejauh mungkin, minimal
7,50 meter dari exhauster
atau perlengkapan
pembakaran.
12. Tinggi intake minimal 0,9
meter dari atap.
13. Sistem hendaknya dibuat
keseimbangan tekanan.
14. Suplai udara untuk daerah
sensitif: ruang operasi,
perawatan bayi, diambil
dekat langit-langit dan
exhaust dekat lantai,
hendaknya disediakan 2
(dua) buah exhaust fan dan
diletakkan minimal 7,50
cm dari lantai.
15. Suplai udara di atas lantai.
16. Suplai udara koridor atau
buangan exhaust fan dari
tiap ruang hendaknya tidak
digunakan sebagai suplai
udara kecuali untuk suplai
udara ke WC, toilet,
gudang.
17. Ventilasi ruang-ruang
sensitif hendaknya
dilengkapi dengan
saringan 2 beds. Saringan I
dipasang dibagian
penerimaan udara dari luar
dengan efisiensi 30 % dan
saringan II (filter bakteri)
dipasang 90%. Untuk
mempelajari system
ventilasi sentral dalam
gedung hendaknya
mempelajari khusus
central air
conditioningsystem.
18. Penghawaan alamiah,
lubang ventilasi
diupayakan sistem silang
(cross ventilation) dan
dijaga agar aliran udara
tidak terhalang.
19. Penghawaan ruang operasi
harus dijaga agar
tekanannya lebih tinggi
daripada ruang lain dan
menggunakan cara
mekanis (air conditioner).
20. Penghawaan mekanis
dengan menggunakan
exhaust fan atau air
conditioner dipasang pada
ketinggian minimum 2,00
meter di atas lantai atau
minimum 0,20 meter dari
langit - langit.
21. Untuk mengurangi kadar
kuman dalam udara ruang
(indoor) harus didisinfeksi
menggunakan bahan dan
metode sesuai ketentuan.
22. Pemantauan kualitas udara
ruang minimal 1 (satu)
kali setahun dan jika
perubahan penggunaan
desinfektan dilakukan
pengambilan sampel dan
pemeriksaan parameter
kualitas udara (kuman,
debu dan gas).
8. Bangunan lingkungan Standar baku mutu dan Peyehatan ruang bangunan
persyaratn keshatan sarana dan halaman rumah sakit
dan bangunan, dan
penyelenggaraan
penyehatan sarana dan
bangunan

Terdapat satndar baku Tidak ada


mutu dan persayratan
kesehatan sarana dan
bangunan

Ruang Bangunan Ruang bangunan


dijabarkan berdasarkan Dijabarkan berdasarkan
aspek kesehatan risiko zona.
lingkungan.

Pada setiap unit ruangan Tidak ada


harus tersedia toilet
(jamban, peturasan dan
tempat cuci tangan)
tersendiri. Khususnya
untuk unit rawat inap dan
kamar karyawan harus
tersedia kamar mandi.

Pemeliharaan Ruang Bangunan Pemeliharaan Ruang


 Harus menggunakan cara Bangunan
pembersihan dengan  Harus
perlengkapan pembersih menggunakan cara
(gagang pel) yang memenuhi pembersihan
syarat dan bahan anti septik dengan
yang tepat. Setiap gagang pel perlengkapan
diberikan koding untuk pembersih (pel)
mencegah terjadinya infeksi yang memenuhi
di rumah sakit, yakni: kamar syarat dan bahan
pasien dengan warna kuning, antiseptik yang
kamar mandi dengan warna tepat.
merah, dapur dengan warna
hijau dan selasar dan koridor
dengan warna biru.
 Pembersihan ruangan sesuai
dengan prosedur yang
mengatur tata cara
pembersihan seluruh ruangan
yang berada di ruang lingkup
area Operating Theatre (OT)
atau Kamar Operasi lantai
rumah sakit harus mengikuti
SOP. Pembersihan ruangan
operasi dilakukan setelah
kegiatan operasi pasien
selesai dilakukan. Untuk
ruangan lainnya pembersihan
dilakukan minimal 2 kali
sehari. Apabila ada temuan
petugas kebersihan, pengawas
ataupun perawat maka
dilakukan pembersihan
tambahan sehingga
kebersihan di ruangan
Operating Theatre tetap
terjaga. Petugas kebersihan di
area Operating Theatre
bersifat khusus menggunakan
seragam warna putih dan
selalu ada di dalam area
Operating Theatre selama 24
jam penuh yang terbagi dalam
3 shift.
9. Vektor penyakit Penyelenggaraan Pengendalian serangga,
pengendalian vektor dan tikus dan binatang
bunatang pembawa pengganggu lainnya
penyakit

Terdapat satndar baku Tidak ada


mutu dan persyaratan
kesehatan vektor dan
binatang pembawa penyakt

Tidak dijelaskan Dijelaskan mulai dari


surveilans, pencegahan,
dan pemberantasan.
Lalat Lalat
 Bila di Tempat Penyimpanan Bila kepadatan lalat di
Sementara (TPS) kepadatan sekitar tempat sampah
lalat melebihi 8 ekor/fly grill (perindukan) melebihi 2
(100 X 100 cm) dalam ekor per block grill maka
pengukuran 30 menit atau dilakukan pengendalian
angka kepadatan kecoa lalat secara fisik, biologik,
(Indeks kecoa) yang diukur dan kimia.
maksimal 2 ekor/plate dalam
pengukuran 24 jam atau tikus
terlihat pada siang hari, harus
dilakukan pengendalian.

Pengendalian lalat dan kecoa di 1) Pembersih telur kecoa


tempat/wadah dan kereta angkut dengan cara mekanis,
serta tempat penyimpanan yaitu membersihkan
sementara limbah padat telur yang terdapat pada
domestik dilaksanakan dengan celah-celah dinding,
prioritas pada upaya sebagai lemari, peralatan dan
berikut: telur kecoa dimusnahkan
• Upaya kebersihan dengan
lingkungan dan dibakar/dihancurkan.
kebersihan fisik termasuk 2) Pemberantasa kecoa
desinfeksi tempat/wadah, Pemberantasan kecoa
kereta angkut dan TPS. dapat dilakukan secara
fisik dan kimiawi.
• Melaksanakan inspeksi
a) Secara fisik atau
kesehatan lingkungan.
mekanis :
• Pengendalian mekanik - Membunuh langsung
dan pengendalian kecoa dengan alat
perangkap (fly trap). pemukul.
• Menyediakan bahan - Mentiram tempat
pestisida ramah perindukan dengan air
lingkungan dan alat panas.
semprot bertekanan serta - Menutup celah-celah
dilakukan penyemprotan
bila kepadatan lalat dinding.
memenuhi ketentuan
Secara kimiawi dengan
sebagai upaya
menggunakan insektisida
pengendalian terakhir.
dengan pengasapan, bubuk,
semprotan, dan umpan.
 Binatang pengganggu lainnya  Pengendalian
Bila terdapat kucing dan binatang penganggu
anjing, maka perlu dilakukan : seperti kucing dan
1) Penangkapan, kemudia anjing di TPS
dibuang jauh dari rumah dilakukan dengan
sakit memasang fasilitas
2) Bekerjasama dengan Dinas proteksi TPS berupa
Peternakan setempat untuk pagar dengan kisi
menangkap kucing dan rapat dan menutup
anjing. rapat bak atau
wadah sampah yang
ada dalam TPS.
10 Tanah Terdapat penyelenggaraan Tidak ada
. penyehatan tanah

11 Makanan dan Penyelenggaraan Persyaratan higiene dan


minuman penyehatan pangan siap sanitasi makanan minuman
saji

Penyehatan pangan siap 1) Makanan dan


saji adalah upaya minuman di rumah
pengawasan, pelindungan, sakit adalah semua
dan peningkatan kualitas makanan dan
higiene dan sanitasi pangan minuman yang
siap saji agar mewujudkan disajikan dari dapur
kualitas pengelolaan rumah sakit untuk
pangan yang sehat, aman pasien dan
dan selamat. karyawan; makanan
dan minuman yang
dijual di dalam
lingkungan rumah
sakit atau dibawa
dari luar rumah
sakit
2) Higiene adalah
upaya kesehatan
dengan cara
memelihara dan
melindungi
kebersihan individu.
Mislanya, mencuci
tangan, mencuci
piring, membuang
bagian makanan
yang rusak
3) Sanitasi adalah
upaya kesehtan
dengan cara
memelihara dan
melindungi
kebersihan
lingkungan.
Misalnya,
meyediakan air
bersih, menyediakan
tempat sampah dan
lain-lain
Tidak ada Persyaratan higiene dan
sanitasi makanan
1. Angka kuan E.Coli
pada makanan jadi
harus 0/gr sampel
makanan dan pada
minuman angka
kuman E.Coli harus
0/100 ml sampel
minuman.
2. Kebersihan
peralatan ditentukan
dengan angka total
kuman senyak-
banyaknya 100/cm2
permukaan dan
tidak ada kuman
E.Coli
3. Makanan yang
mudah membusuk
disimpan dalam
suhu panas lebih
dari 65,5°C atau
dalam suhu dingin
kurang dari 4°C.
Untuk makanan
yang disajikan lebih
dari 6 jam disimpan
dalam suhu - 5°C
sampai -1°C.
4. Makanan kemasan
tertutup sebaiknya
disimpan dalam
suhu  10°C
5. Penyimpanan bahan
mentah dilakukan
dalam suhu tertentu
(ada didalam tabel)
6. Kelembaban
penyimpanan dalam
ruangan : 80 – 90%
7. Cara penyimpanan
bahan makanan
tidak
a. Jarak bahan
makanan dengan
lantai 15 cm
b. Jarak bahan
makanan dengan
dinding 5 cm
c. Jarak bahan
makanan dengan
langit-langit 60 cm
Penyelenggaraan Tata cara pelaksanaan :
penyehatan pangan siap 1. Bahan makanan dan
saji : makanan jadi
2. Bahan makanan
1. Tempat pengolahan tambahan
pangan 3. Penyimpanan bahan
2. Peralatan masak makanan dan
3. Penjamah pangan makanan jadi
4. Kualitas pangan a. Bahan makanan
kering
b. Bahan makanan
basah/mudah
membusuk dan
minuman
c. Makanan jadi
4. Pengolahan
makanan
a. Tempat
pengolahan
makanan
b. Peralatan masak
c. Penjamah
makanan
d. Pengangkutan
makanan
e. Penyajian
makanan
5. Pengawasan
higienen dan
sanitasi makanan
dan minuman
a. Internal
b. eksternal

12 Dekontaminasi Penyelenggaraan Dekontaminasi melalui


pengawasan proses disinfeksi dan sterilisasi
dekontaminasi melalui
disinfeksi dan sterilisasi

Persyaratan keshatan Persyaratan :


lingkungan dekontaminasi 1. Suhu pada
melalui sterilisasi dan disinfeksi
desinfeksi : secara fisik
dengan air
 persyaratan panas untuk
dekontaminasi peralatan
melalui sterilisasai sanitasi 80°C
dan desinfeksi dalam waktu
1) parameter : 45-60 detik,
Tingkat kepadatan sedangkan
kuman pada lantai untuk
dan dindingpada peralatan
akhir proses memasak
disinfeksi 80°C dalam
Baku mutu : waktu 1menit.
0 s/d 5 cfu/cm2 2. Disinfektan
Bebas harus
mikroorganisme memenuhi
payhogen dan gas kriteria tidak
gangren merusak
2) parameter : peralatan
Suhu Sterilisasi maupun
peralatan yang orang,
berkaitan dengan disinfektan
perawatan pasien mempunyai
secara fisik dengan efek sebagai
pemanasan deterjen dan
Baku mutu : efektif dalam
121°C selama 30 waktu yang
menit relatif
3) parameter : singkat, tidak
Suhu desinfeksi terpengaruh
peralatan yang tidak oleh
berkaitan dengan kesadahan air
pasien dalam waktu atau
45 – 60 detik keberadaan
Baku mutu : sabun dan
80°C protein yang
4) parameter : mungkin ada.
Suhu desinfeksi 3. Penggunaan
peralatan memasak disinfektan
dalam waktu 1 harus
menit mengikuti
Baku mutu : petunjukpabri
80°C k.
4. Pada akhir
proses
Persayaratan penyimpanan disinfeksi
peralatan yang telah terhadap
disterilisasi ruang
pelayanan
1) parameter : medis (ruang
Suhu tempat operasi dan
penyimpanan ruang isolasi)
peralatan yang telah tingkat
disterilisasi kepadatan
Baku mutu : kuman pada
18° s/d 22°C lantai dan
2) parameter : dnding 0-5
Kelembaban CFU/cm2,
Tempat bebas
Penyimpanan mikroorganis
Peralatan yang telah me patogen
disterilisasi dan gas
Ventilasi gangren.
menggunakan Untuk ruang
system penunjang
tekananpositif medis (ruang
dengan efisiensi rawat inap,
particular antara ruang
90% s/d 95% (untuk ICU/ICCU,
particular kamar bayi,
0,5mikron). kamar
Baku mutu : bersalin,
35% s/d 75% ruang
3) paraemeter : perawatan
Suhu Sterilisasi luka bakar,
peralatan yang dan laundry)
berkaitan dengan sebesar 5-
perawatan pasien 10CFU/cm2.
secara fisikdengan 5. Sterilisasi
pemanasan peralatan
Baku mutu : yang
121°C selama berkaitan
30menit 134°C dengan
selama 4 s/d 5 menit perawatan
pasien secara
fisik dengan
pemanasan
pada suhu ±
121°C selama
30 menit atau
pda suhu
134°C selam
13 menit dan
harus
mengacu
pada petunjuk
penggunaan
alat sterilisasi
yangdigunaka
n.
6. Sterilisasi
harus
menggunakan
disinfektan
yang
ramahlingkun
gan.
7. Petugas
sterilisasi
harus
menggunakan
alat pelindung
diri dan
menguasai
prosedur
sterilisasi
yangaman.
8. Hasil akhir
proses
sterilisasi
untuk ruang
operasi dan
ruang isolasi
harus bebas
dari
mikroorganis
mehidu

Penyelenggaraan : Tata laksana :


1) Kamar/ruang
1) Persyaratan operasi yang
Kesehatan telah dipakai
Lingkungan harus
Dekontaminasi dilakukan
melalui Sterilisasi disinfeksi dan
dan Desinfeksi disterilisasi
2) Penyimpanan sampai aman
peralatan yang telah untuk dipakai
disterilkan harus pada operasi
ditempatkan pada berikutnya.
tempat (lemari) 2) Instrumen
khusus atau ruangan dan bahan
khusus medis yang
3) Disinfektan harus dilakukan
memenuhi kriteria sterilisasi
tidak merusak harus melalui
peralatan maupun persiapan,
orang, disinfektan meliputi:
mempunyai efek 3) Indikasi kuat
sebagai deterjen dan untuk
efektif dalam waktu tindakan
yang relative singkat, disinfeksi/ster
tidak terpengaruh ilisasi:
oleh kesadahan air 4) Semua benda
atau keberadaan atau alat yang
sabun dan protein akan
yang mungkin ada. disterilkan/did
4) Penggunaan isinfeksi
disinfektan harus harus terlebih
sesuai petunjuk dahulu
penggunaan yang dibersihkan
berlaku. secara
5) Sterilisasi harus seksama
menggunakan untuk
sterilan yang menghilangka
ramahlingkungan. n semua
6) Petugas sterilisasi bahan organik
harus menggunakan (darah dan
alat pelindung diri jaringan
dan menguasai tubuh) dan
prosedur sterilisasi sisa
yangaman. bahanlinenny
7) Hasil akhir proses a
sterilisasi untuk 5) Sterilisasi
ruang operasi dan (132°C
ruang isolasi harus selama 3
bebas dari menit pada
mikroorganisme gravity
hidup. displacement
8) Kamar/ruang operasi steam
yang telah dipakai sterilizer)
harus dilakukan tidak
disinfeksi dan dianjurkan
disterilisasi sampai untukimplant.
aman untuk dipakai 6) Setiap alat
pada operasi yang berubah
berikutnya. kondisi
9) Instrumen dan bahan fisiknya
medis yang karena
dilakukan sterilisasi dibersihkan,
harus melalui disterilkan
persiapan atau
10) Indikasi kuat untuk didisinfeksi
tindakandisinfeksi/st tidak boleh
erilisasi dipergunakan
lagi. Oleh
karenaitu,hind
ariprosesulan
gyangdapatm
engakibatkan
keadantoxinat
aumenggangg
ukeamananda
nefektivitaspe
kerjaan.
7) Jangan
menggunakan
bahan seperti
linen, dan
lainnya yang
tidak tahan
terhadap
sterilisasi,
karena akan
mengakibatka
n kerusakan
seperti
kemasannya
rusak atau
berlubang,
bahannya
mudah sobek,
basah,
dansebagainy
a.
8) Penyimpanan
peralatan
yang telah
disterilkan
harus
ditempatkan
pada tempat
(lemari)
khusus
setelah
dikemas steril
pada ruangan:
9) Pemeliharaan
dan cara
penggunaan
peralatan
sterilisasi
harus
memperhatika
n petunjuk
dari
pabriknya dan
harus
dikalibrasi
minimal 1
kali
satutahun.
10) Peralatan
operasi yang
telah steril
jalur masuk
ke ruangan
harus terpisah
dengan
peralatan
yang
telahterpakai.
11) Sterilisasi
dan disinfeksi
terhadap
ruang
pelayanan
medis dan
peralatan
medis
dilakukan
sesuai
permintaan
dari kesatuan
kerja
pelayanan
medis dan
penunjang
medis.
Untuk mencapai Tidak ada
pemenuhan
penyelenggaraan
dekontaminasi melalui
disinfeksi dan sterilisasi,
maka dilaksanakan upaya:
a. Penggunaan dan
pemeliharaan mesin
sterilisasi harus
memperhatikan
petunjuk dari
pabriknya dan harus
dikalibrasi minimal
1 kali satutahun.
b. Alur pengiriman
peralatan yang telah
steril dan peralatan
yang telah
digunakan
harusterpisah.
c. Sterilisasi peralatan
harus mengacu
pada petunjuk
penggunaan alat
sterilisasi
yangdigunakan.
d. Monitoring suhu,
kelembaban, dan
tekanan ruang
penyimpanan
maupun
pemrosesan
alatsteril

13 Manajemen Manajemen kesehatan Tidak ada


kesehatan lingkungan lingkungan rumah sakit

A. Kebijakan tertulis
dan komitmen
pimpinan rumah
sakit
B. Perencanaan dan
organisasi
1. Program kerja
kesehatan
lingkungan
rumah sakit
mengacu pada
hasil analisis
risiko kesehatan
lingkungan dan
atau meliputi
seluruh aspek
kesehatan
lingkungan.
2. Program kerja
yang disusun
berupa program
kerja tahunan
yang dapat
dijabarkan ke
program kerja
per triwulan dan
atau per
semester.
3. Susunan
program kerja
mengacu pada
ketentuan yang
berlaku, minimal
berisi latar
belakang, tujuan,
dasar hukum
program kerja,
langkah
kegiatan,
indikator, target,
waktu
pelaksanaan,
penanggungjawa
ban dan biaya.
4. Program kerja
dilakukan
monitoring dan
evaluasi,
ditindak lanjuti,
dianalisa, dan
disusun laporan
C. Sumber daya
1. Sumber daya
manusia
2. Peralatan
kesehatan
lingkungan
D. Pelatihan kesehatan
lingkungan
E. Pencatatan dan
pelaporan
F. Penilaian kesehatan
lingkungan rumah
sakit

14 Upaya promosi Tidak ada Terdapat upaya promosi


kesehatan kesehatan dari aspek
lingkungan
15 Tidak ada Persyaratan tenaga,
kurikulum dan pemeriksaan
kesehatan lingkungan
rumah sakit
16 Pembinaan dan Tidak ada
pengawasan
DAFTAR PUSTAKA

http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__7_Th_2019_ttg_Kesehatan_Li
ngkungan_Rumah_Sakit.pdf

http://www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk12042004.pdf

Anda mungkin juga menyukai