M. Ilyasa Hardian
(P23133117024)
Pratiwi Kusuma Dewi
(P23133117028)
Inspeksi Sanitasi
Pelabuhan Laut
(Bagian 1)
Pembahasan
Inspeksi Sanitasi RM dan Restoran
Rumah Makan adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup
kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat
usahanya
Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di
sebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi dengan
peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan,
penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat
usahanya
Pengawasan sanitasi dan hygiene Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
harus gencar dilakukan karena didalamnya terdapat kegiatan dan upaya
yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak
mengakibatkan bahaya serta keracunan dan penyakit pada manusia.
Semua tempat yang menjual makanan dan minuman merupakan tujuan
dari pemantauan sanitasi makanan, termasuk didalamnya adalah kantin
dan restoran yang ada di pelabuhan (Chandra, 2007).
Pengawasan pengendalian makanan juga memiliki dasar hukum.
Peraturan hukum yang digunakan adalah Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.Tempat
pengelolaan Makanan (TPM) di pelabuhan harus memiliki sertifikat laik
higiene sanitasi jasaboga. Hal ini dikarenakan pada TPM pelabuhan,
makanan dan minuman yang disajikan untuk masyarakat umum harus
bersih dari kontaminasi makanan seperti bakteri, jamur, virus, parasit, dan
zat-zat kimia lainnya (Kemenkes RI, 2003).
Penyelenggaraan Rumah Makan Dan Restoran
Setiap rumah makan dan restoran di pelabuhan harus memiliki izin
usaha dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Untuk bisa
mendapatkan izin usaha tersebut maka harus memiliki sertifikat
laik hygiene. Rumah makan dan restoran di pelabuhan dalam
menjalankan usahanya harus memenuhi persyaratan hygiene
sanitasi.
Persyaratan hygiene sanitasi yang harus dipenuhi
C. Persyaratan
A. Persyaratan
B. Persyaratan dapur, ruang
lokasi dan
fasilitas sanitasi; makan dan gudang
bangunan;
makanan;
F. Persyaratan
D. Persyaratan E. Persyaratan
penyimpanan
bahan makanan pengolahan
bahan makanan
dan makanan jadi; makanan;
dan makanan jadi;
G. Persyaratan H. Persyaratan
penyajian peralatan yang
makanan jadi; digunakan.
Pengawasan Rumah Makan
dan Restoran di Pelabuhan
1)Pemeriksaan Rutin
2) Pemeriksaan Berkala
sebulan
etiap dengan
6 bulan sekalicara mengadakan
diadakan kunjungan
pemeriksaan kesehatan ke tempat-tempat pengolahan makananan untuk menyaksikan secara “on the spot’
tersebut
ut
Kemungkinan Adanya Penyakit
estasi Cacing.
isual)
kp Mengadakan Kunjungan Pengawasan Sanitasi Makanan, Memeriksa Juga Danya Luka, Bisul Dll. Pada Food Handlers Yang Sedang Menderita Diare
dap Typhoid Dan Kolera
rsifat Informatif Dan Edukatif
Bahan dan peralatan pengawasan
bil langkah-langkah penanggulangan seperlunya. Langkah penanggulangan sebagaimana dimaksud melalui penga
ntang pedoman teknis pengendalian risiko lingkungan di pelabuhan/ bandara/pos lintas batas dalam rangk
Inspeksi Higiene
Sanitasi Jasaboga
PUBLIK INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011
“
“Jasa Boga adalah usaha pengelolaan
makanan yang disajikan di luar tempat
usaha atas dasar pesanan yang dilakukan
oleh perseorangan atau badan usaha.”
Jasa Boga berdasarkan luas jangkauan yang dilayani, dikelompokkan atas:
❑ Jasaboga Golongan A
Jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum, dengan pengolahan makanan yang
menggunakan dapur rumah tangga dan dikelola oleh keluarga.
❑ Jasaboga Golongan B
Jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat khusus untuk asrama jamaah haji, asrama
transito, pengeboran lepas pantai, perusahaan serta angkutan umum dalam negeri
dengan pengolahan yang menggunakan dapur khusus dan mempekerjakan tenaga kerja.
❑ Jasaboga Golongan C
Jasaboga yang melayani kebutuhan alat angkutan umum internasional dan pesawat udara
dengan pengolahan yang menggunakan dapur khusus dan mempekerjakan tenaga kerja.
PENYELENGGARAAN
JASA BOGA DI PELABUHAN
Penyelenggaraan Jasa Boga di Pelabuhan
TENTANG
Pejabat KKP yang mempunyai tugas untuk melakukan Pemeriksaan Sanitasi Kapal
harus menunjuk Tim Pemeriksa yang terdiri dari tenaga Fungsional
Sanitarian/Entomolog/Epidemiolog yang terlatih dalam pemeriksaan sanitasi Kapal
dan mampu berbahasa Inggris lisan dan/atau tulisan.
Tim Pemeriksa yang ditunjuk harus mempersiapkan peralatan teknis yang diperlukan
dalam pemeriksaan sanitasi Kapal, baik selama pemeriksaan normal maupun pada saat
investigasi penyebaran wabah, sebagai berikut:
Tabel 1
Peralatan Teknis dan Fungsi Pemeriksaan Sanitasi Kapal
Selain Peralatan teknis, Tim Pemeriksa yang ditunjuk harus menyiapkan alat pelindung diri untuk digunakan
pada saat melakukan pemeriksan sanitasi Kapal yang meliputi:
1. Helm keselamatan
2. Penutup rambut
3. Kacamata keselamatan atau pelindung wajah
4. Pelindung telinga
5. Pelindung wajah
6. Sarung tangan kerja (misalnya sarung tangan kulit)
7. Sarung tangan pemeriksaan dari karet
8. Apron anti air
9. Baju kerja sekali pakai
10. Cairan disinfeksi tangan
11. Rompi sinyal atau jaket sinyal
12. Rompi Keselamatan
13. Sepatu keselamatan dengan sol anti selip dan anti kilau
Repelan anti serangga
Pelaksanaan
1. Tim Pemeriksa memulai pemeriksaan dengan memperkenalkan anggota tim dan menjelaskan tentang tujuan dan proses pemeriksaan
sanitasi kepada nahkoda.
2. Tim Pemeriksa menanyakan tentang kondisi operasional Kapal selama perjalanan, dan melakukan verifikasi tentang identitas Kapal dan
dokumen yang disampaikan pada saat permohonan.
3. Pemeriksaan Sanitasi dilakukan pada seluruh ruang dan media pada Kapal yang meliputi dapur, ruang rakit makanan, gudang, palka, ruang
tidur, air bersih, limbah cair, tangki air ballast, sampah medik dan sampah padat, air cadangan, kamar mesin, fasilitas medik, kolam renang dan
area lain yang diperiksa. Apabila palka Kapal terisi barang, maka kargo harus diperiksa.
4. Urutan pemeriksaan dimulai dari ruangan yang terdekat untuk mempercepat proses pemeriksaan. Dalam melakukan pemeriksaan Tim
pemeriksa harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kontaminasi silang, oleh karena itu kebersihan personal, kebersihan pakaian dan
status kesehatan Tim Pemeriksa harus dalam kondisi baik dan menggunakan APD.
5. Pemeriksaan Sanitasi Kapal menggunakan Formulir Supervisi checklist Pemeriksaan Sanitasi Kapal, Formulir Supervisi checklist
Pemeriksaan Vektor dan BPP, Formulir Supervisi checklist Pengendalian Fumigasi, Formulir Supervisi checklist Penyehatan Air, Formulir
Supervisi checklist Pengamanan Pangan, Formulir Supervisi checklist Pengamanan Pengolahan Limbah, Formulir Supervisi checklist
Pengamanan Radiasi dan Formulir Laporan Hasil Pemeriksaaan Sanitasi Kapal, sebagaimana contoh Formulir 3 sampai dengan Formulir 9
terlampir
6. Untuk memastikan ada tidaknya faktor risiko kesehatan dilakukan pengambilan sampel pada media lingkungan sesuai situasi dan
kebutuhan.
7. Berdasarkan pertimbangan kesehatan, sampel dapat diambil dan dianalisis untuk memastikan adanya faktor risiko sesuai dengan
checklist pemeriksaan. Walaupun hasilnya belum selesai, maka sertifikat tetap dapat diterbitkan dengan catatan “Hasil
ditunda/pending” di dalam sertifikat.
8. Setelah pemeriksaan, petugas pemeriksa harus melakukan tanya jawab singkat sebelum menerbitkan Sertifikat. Nahkoda atau
perwakilannya harus diberi waktu yang cukup untuk menjelaskan kekurangan dan melengkapi dokumen yang diperlukan sebelum
mengisi sertifikat.
9. Tim Pemeriksa setelah melakukan analisa hasil pemeriksaan sesuai dengan checklist pemeriksaan (form hasil pemeriksaan
pembaharuan SSCEC), bila hasil memenuhi syarat berdasarkan penilaian professional, Tim Pemeriksa dapat merekomendasikan hasil
pemeriksaan kepada kepala KKP atau pejabat KKP yang diberikan wewenang untuk menerbitkan SSCEC.
10. Tim Pemeriksa setelah melakukan analisa hasil pemeriksaan sesuai dengan checklist pemeriksaan (form hasil pemeriksaan
pembaharuan SSCC), bila hasil tidak memenuhi syarat maka Tim Pemeriksa merekomendasikan kepada Kepala KKP atau Pejabat
KKP untuk dilakukan tindakan sanitasi. Adapun tindakan sanitasi yang dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
11. Setelah dilakukan tindakan penyehatan maka direkomendasikan kepada Kepala KKP atau pejabat KKP untuk menerbitkan SSCC.
A. DATA UMUM (GENERAL
INFORMATION)
D. REKOMENDASI
1. Pengamatan lalat
Dilakukan untuk mengetahui tingkat kepadatan lalat dan sumber tempat berkembangbiaknya lalat. Dalam melakukan pengendalian perlu juga dilakukan
pengukuran kepadatannya dimana data ini dapat dipakai untuk merencanakan pengelolaan yaitu tentang kapan, dimana pengendalian akan dilakukan.
Ada beberapa peralatan yang dipakai untuk mengukur dan menghitung populasi populasi lalat, antara lain;
Didalam bangunan:
- sticky trap
Diluar bangunan:
- fly grill
- sticky trap
- perangkap umpan
Pemberantasan dapat dilakukan dengan cara kombinasi antara perbaikan lingkungan untuk mengurangi potensi tempat breeding places dan chemical control
2. Mencegah kejadian sarang-sarang lalat (prevention of breeding)
b. Sampah-sampah ditampung ditempat-tempat sampah yang memenuhi syarat dan tertutup. (persyaratan terlampir)
c. Pengangkutan / pambuangan sampah dilakukan setiap hari dengan cara yang memenuhi syarat.
d. Tempat penampungan sampah diberi alas yang kedap udara, misalnya semen.
3. Intervensi kimia terhadap lalat dewasa atau larva Kegiatan ini merupakan kegiatan pelengkap dari usaha-usaha sanitasi. Dapat digunakan
insektisida sebagai larvasida, penyemprotan sisa, penyemprotan ruang atau poison bait.
C. Residual Treatment
Insektisida disemprotkan pada permukaan-permukaan yang menjadi tempat hinggap / istirahat lalat, terutama tempat hinggap lalat dimalam hari hingga
waktu kontak antara lalat dengan insektisida cukup lama. Untuk memberantas lalat disekitar rumah, maka pintu, jendela, tempat sampah dll harus
disemprot. Insektisida yang dapat digunakan:
Perhatian: Selama penyemprotan hindarkanlah kemungkinan kontaminasi air minum dan makanan. Jangan menyemprot bila sedang ada kegiatan mengolah
makanan. Siklus: Persenyawaan-persenyawaan organophosphate tahannya, dapat diulang tiap 2-4 minggu. lebih pendek daya
Potongan-potongan kertas atau tali-tali yang telah diberi lapisan insektisida dapat digantungkan pada langit-langit atau pada dinding-dinding ruangan.
Umpamanya dirumah-rumah, rumah-rumah makan, kandang-kandang hewan / unggas dll.
Insektisida yang digunakan biasanya golongan organophosphate, seperti alphacypermetrin, bifentrin, cypermetrin, lambda cihalotrin, delta metrin, dll
hasilnya memuaskan ditempat-tempat yang suhunya tidak terlalu tinggi (dibawah 32 ° C) dan tata ruang udaranya lebih dari 50%. Dosis: 1 meter tali untuk
setiap 1 m? luas lantai..
3. Umpan (poison bait).
Umpan atau umpan dapat ditempatkan diluar rumah, sekitar tempat-tempat pengolahan makanan dll dimana terdapat banyak lalat.
Umpan yang diberikan harus memberikan bau yang menarik bagi lalat. Bahan yang dinobatkan sebagai umpan dapat berupa tepung
jagung, air yang terkoneksi gula dll.
Insektisida yang dapat dipakai diazinon, diklorvos, malathion, dll Insketisida tersebut kredo dapat dipakai sendiri-sendiri atau
dicampurkan pada umpan baik umpan kering atau basah. Umpan kering dapat bersama dengan insektisida sebanyak 1 - 2%.
Sedangkan umpan basah dicampurkan dengan insektisida sebanyak 0,1% dan dapat ditempat yang banyak lalatnya.
Metoda ini sebaiknya dilakukan pada pagi dan siang hari, pada saat lalat melakukan aktifitasnya (terbang). Dapat dilakukan untuk
didalam dan diluar bangunan. Untuk dalam bangunan dengan cara aerosol dingin, dapat digunakan alat sen.prot ULV elektrik,
formulasiinsektisida yang digunakan adalah EC yang mengandung bahan aktif untuk membunuh (killer agent) dan bahan aktif untuk
menjatuhkan (knock down agent) dengan pelarut air.
Untuk penyemprotan diluar bangunan dapat digunakan mesin pengasap (fogging) atau mesin ULV mobil / motor.
5. Intervensi mekanik
- Perangkap lem
- Perangkap cahaya
6. Radius pengendalian
Aliran air yang cukup lancar menghindarkan timbulnya bau kurang sedap dan
kemungkinan terjadinya sarang-sarang nyamuk.
Pengawasan Pengelolaan Limbah Cair
3. Rekomendasi