Anda di halaman 1dari 68

Kelompok 8

Amatullah Muthi’ah As –Syahidah


(P23133117004)

M. Ilyasa Hardian  
(P23133117024)   
           
Pratiwi Kusuma Dewi
(P23133117028)                               
Inspeksi Sanitasi
Pelabuhan Laut
(Bagian 1)
Pembahasan
Inspeksi Sanitasi RM dan Restoran

Inspeksi Higine Sanitasi Jasaboga

Inspeksi Sanitasi Kapal

Inspeksi Keberadaan Lalat

Inspeksi Keberdaan Nyamuk

Inspeksi Limbah Cair


Inspeksi Kesehatan
Lingkungan
“Tindakan pemeriksaan dan pengamatan, serta
pemberian saran perbaikan terhadap kualitas air,
udara, tanah, pangan, vektor, dan/atau kondisi
sanitasi gedung, bangunan tempat usaha, tempat-
tempat umum, tempat pengelolaan makanan,
maupun tempat kerja”
Inspeksi Sanitasi RM
dan Restoran
an teknis pengendalian risiko lingkungan di pelabuhan/ bandara/pos lintas batas

LIK INDONESIA NOMOR 1098/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG PERSYARATAN HYGIE


Rumah makan dan restoran adalah beberapa contoh dari TPM (Tempat
Pengolahan Makanan) dan keduanya memiliki perbedaan.

Rumah Makan adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup
kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat
usahanya

Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di
sebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi dengan
peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan,
penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat
usahanya
Pengawasan sanitasi dan hygiene Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
harus gencar dilakukan karena didalamnya terdapat kegiatan dan upaya
yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak
mengakibatkan bahaya serta keracunan dan penyakit pada manusia.
Semua tempat yang menjual makanan dan minuman merupakan tujuan
dari pemantauan sanitasi makanan, termasuk didalamnya adalah kantin
dan restoran yang ada di pelabuhan (Chandra, 2007).
Pengawasan pengendalian makanan juga memiliki dasar hukum.
Peraturan hukum yang digunakan adalah Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran.Tempat
pengelolaan Makanan (TPM) di pelabuhan harus memiliki sertifikat laik
higiene sanitasi jasaboga. Hal ini dikarenakan pada TPM pelabuhan,
makanan dan minuman yang disajikan untuk masyarakat umum harus
bersih dari kontaminasi makanan seperti bakteri, jamur, virus, parasit, dan
zat-zat kimia lainnya (Kemenkes RI, 2003).
Penyelenggaraan Rumah Makan Dan Restoran
Setiap rumah makan dan restoran di pelabuhan harus memiliki izin
usaha dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Untuk bisa
mendapatkan izin usaha tersebut maka harus memiliki sertifikat
laik hygiene. Rumah makan dan restoran di pelabuhan dalam
menjalankan usahanya harus memenuhi persyaratan hygiene
sanitasi.
Persyaratan hygiene sanitasi yang harus dipenuhi

C. Persyaratan
A. Persyaratan
B. Persyaratan dapur, ruang
lokasi dan
fasilitas sanitasi; makan dan gudang
bangunan;
makanan;

F. Persyaratan
D. Persyaratan E. Persyaratan
penyimpanan
bahan makanan pengolahan
bahan makanan
dan makanan jadi; makanan;
dan makanan jadi;

G. Persyaratan H. Persyaratan
penyajian peralatan yang
makanan jadi; digunakan.
Pengawasan Rumah Makan
dan Restoran di Pelabuhan

Kantor Kesehatan Pelabuhan


secara fungsional
melaksanakan pengawasan
terhadap rumah makan dan
restoran yang berlokasi di
wilayah pelabuhan
Bentuk pengawasan terhadap TPM di pelabuhan se

1)Pemeriksaan Rutin

2) Pemeriksaan Berkala
sebulan
etiap dengan
6 bulan sekalicara mengadakan
diadakan kunjungan
pemeriksaan kesehatan ke tempat-tempat pengolahan makananan untuk menyaksikan secara “on the spot’
tersebut
ut
Kemungkinan Adanya Penyakit
estasi Cacing.
isual)
kp Mengadakan Kunjungan Pengawasan Sanitasi Makanan, Memeriksa Juga Danya Luka, Bisul Dll. Pada Food Handlers Yang Sedang Menderita Diare
dap Typhoid Dan Kolera
rsifat Informatif Dan Edukatif
Bahan dan peralatan pengawasan

a) Food Security kit


b) Tempat sampel steril
c) Lux steril
d) CO meter
e) Thermos sampel
KEADAAN KEJADIAN LUAR BIASA

bil langkah-langkah penanggulangan seperlunya. Langkah penanggulangan sebagaimana dimaksud melalui penga
ntang pedoman teknis pengendalian risiko lingkungan di pelabuhan/ bandara/pos lintas batas dalam rangk
Inspeksi Higiene
Sanitasi Jasaboga
PUBLIK INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011

“Jasa Boga adalah usaha pengelolaan
makanan yang disajikan di luar tempat
usaha atas dasar pesanan yang dilakukan
oleh perseorangan atau badan usaha.”
Jasa Boga berdasarkan luas jangkauan yang dilayani, dikelompokkan atas:

❑ Jasaboga Golongan A
Jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum, dengan pengolahan makanan yang
menggunakan dapur rumah tangga dan dikelola oleh keluarga.

❑ Jasaboga Golongan B
Jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat khusus untuk asrama jamaah haji, asrama
transito, pengeboran lepas pantai, perusahaan serta angkutan umum dalam negeri
dengan pengolahan yang menggunakan dapur khusus dan mempekerjakan tenaga kerja. 

❑ Jasaboga Golongan C
Jasaboga yang melayani kebutuhan alat angkutan umum internasional dan pesawat udara
dengan pengolahan yang menggunakan dapur khusus dan mempekerjakan tenaga kerja.
PENYELENGGARAAN
JASA BOGA DI PELABUHAN
Penyelenggaraan Jasa Boga di Pelabuhan

● Jasa Boga adalah usaha pengelolaan makanan yang


disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan
yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha.

● Dalam hal menyajikan hasil olahan makanan di


wilayah pelabuhan, jasaboga harus memiliki izin
usaha, sertifikat laik higiene sanitasi dan
rekomendasi dari kepala Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP).
CONTOH FORM
REKOMENDASI
Jika jasa boga tidak memenuhi higiene sanitasi dan cara pengolahan
makanannya tidak baik maka dapat dikenakan tindakan
administratif oleh kepala KKP, tindakan administratif yang
dimaksud adalah adalah berupa;
a) teguran lisan
b) Teguran tertulis
c) Pencabutan Sertifikat Laik hygiene sanitasi jasaboga
SERTIFIKAT LAIK HIGIENE SANITASI
JASABOGA DI PELABUHAN
○ Dalam rangka pemberian Sertifikat Laik Higiene Sanitasi Jasaboga,
kepala KKP membentuk tim pemeriksa yang bertugas melakukan
penilaian terhadap kelengkapan persyaratan.
○ Untuk memperoleh Sertifikat Laik Higiene Sanitasi Jasaboga, Pemilik
jasaboga mengajukan permohonan kepada Kepala KKP dengan
melampirkan persyaratan administratif.
○ Setelah menerima permohonan, Kepala KKP menetapkan Tim
Pemeriksa Uji Kelaikan Jasa Boga.
CONTOH FORMULIR LAIK HIGIENE
CONTOH FORMULIR LAIK HIGIENE
● Pemeriksaan terhadap bahan makanan harus dilakukan melalui uji
laboratorium terhadap sampel makanan di laboratorium yang memiliki
kemampuan.
● Tim Pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan Kepala KKP yang telah
menugaskannya dalam berita acara kelaikan fisik, berita acara
pemeriksaan sampel makanan, dan surat rekomendasi laik higiene sanitasi
● Sertifikat Laik Higiene Sanitasi Jasaboga dapat dikeluarkan setelah
pemohon dinyatakan telah memenuhi persyaratan oleh Tim Pemeriksa .
Dalam rangka melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi
persyaratan higiene sanitasi yang dikelola jasa boga maka terdapat kegiatan pembinaan dan pengawasan
yang dilakukan kepada jasa boga. Bentuk dari kegiatan pembinaan dan pengawasan ini adalah;
1)Pembinaan
Pemeriksaan berkala yang dilakukan pada jasa boga, KKP dan dapat melibatkan Asosiasi Jasaboga
setempat dan menyampaikan hasil pemeriksaan jasaboga tersebut kepada Bupati/ Walikota/Administrator
Pelabuhan/Bandar Udara dan masyarakat berhak mengetahui hasil pemeriksaan tersebut.
2)Uji Petik
Dinas Kesehatan atau KKP sewaktu-waktu dapat melakukan uji petik dalam rangka pengawasan dan
pembinaan. Biaya pelaksanaan uji petik dibebankan pada anggaran Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
3)Audit higiene sanitasi makanan
Audit higiene sanitasi dan pengujian mutu jasaboga dilakukan untuk menilai kondisi fisik, fasilitas dan
lingkungan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM), tingkat cemaran makanan dan atau ada kejadian luar biasa/wabah dan
keadaan yang membahayakan lainnya.
Audit berkala, meliputi :
1. Pemeriksaan lapangan dengan melakukan kunjungan ke perusahaan jasaboga, dilakukan paling sedikit 2 (dua) kali dalam
setahun yang dilakukan oleh petugas KKP dan dapat mengikutsertakan Asosiasi Jasaboga setempat dengan menggunakan
Formulir 11.
2. Formulir 11 digunakan sebagai alat pemantau terhadap jasaboga yang telah terdata dan mendapatkan Sertifikat Laik
Higiene Sanitasi serta mempunyai izin usaha.
3. Pengambilan contoh dan spesimen dilakukan terhadap jenis makanan yang dicurigai dalam rangka menegakkan diagnosa
atau menganalisa tingkat cemaran makanan pada suatu waktu.
4. Pengiriman sampel dan spesimen ke laboratorium.
RUANG LINGKUP AUDIT HIGIENE SANITASI MAKANAN JASABOGA, MELIPUTI :
1.Pengawasan bahan makanan
2.Pengawasan peralatan pengolahan:
3.Pengawasan proses pengolahan makanan di setiap bagian pengolahan
4.Pengawasan penyimpanan makanan
5.Pengawasan pengangkutan makanan
6.Pengawasan penyajian makanan
7.Pengawasan cara pencucian peralatan
8.Pengawasan higiene sanitasi lingkungan
9.Manajemen pengawasan
10.Pemantauan cemaran makanan
TATA CARA PEMERIKSAAN CONTOH MAKANAN DAN SPESIMEN JASABOGA
1) Contoh makanan dan spesimen yang dimaksud dalam keputusan ini yaitu contoh makanan, contoh usap alat makan,
contoh usap alat masak, contoh air, contoh usap dubur (rectal swab) penjamah makanan dan contoh lainnya yang
diperlukan untuk melakukan pengawasan jasaboga.
2) Contoh makanan dan spesimen yang dikirim langsung oleh pengusaha jasaboga dapat dilayani bila pengambilannya
dilakukan sesuai dengan persyaratan pengambilan contoh makanan dan spesimen.
3) Jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh laboratorium sesuai dengan permintaan pengirim.
4) Hasil pemeriksaan dikirim kepada pengirim dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan setempat untuk keperluan
pemantauan/pengawasan jasaboga.
5) Biaya pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan contoh makanan dan spesimen yang dilakukan secara rutin
menjadi tanggung jawab pengusaha jasaboga yang bersangkutan.
6) Biaya pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan contoh makanan dan spesimen dalam rangka uji petik
ditanggung oleh KKP.
Inspeksi Sanitasi Kapal
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 34 TAHUN 2013

TENTANG

PENYELENGGARAAN TINDAKAN HAPUS TIKUS DAN HAPUS SERANGGA


PADA ALAT ANGKUT DI PELABUHAN, BANDAR UDARA,
DAN POS LINTAS BATAS DARAT

Pejabat KKP yang mempunyai tugas untuk melakukan Pemeriksaan Sanitasi Kapal
harus menunjuk Tim Pemeriksa yang terdiri dari tenaga Fungsional
Sanitarian/Entomolog/Epidemiolog yang terlatih dalam pemeriksaan sanitasi Kapal
dan mampu berbahasa Inggris lisan dan/atau tulisan.

Tim Pemeriksa yang ditunjuk harus mempersiapkan peralatan teknis yang diperlukan
dalam pemeriksaan sanitasi Kapal, baik selama pemeriksaan normal maupun pada saat
investigasi penyebaran wabah, sebagai berikut:
Tabel 1
Peralatan Teknis dan Fungsi Pemeriksaan Sanitasi Kapal
Selain Peralatan teknis, Tim Pemeriksa yang ditunjuk harus menyiapkan alat pelindung diri untuk digunakan
pada saat melakukan pemeriksan sanitasi Kapal yang meliputi:
1. Helm keselamatan
2. Penutup rambut
3. Kacamata keselamatan atau pelindung wajah
4. Pelindung telinga
5. Pelindung wajah
6. Sarung tangan kerja (misalnya sarung tangan kulit)
7. Sarung tangan pemeriksaan dari karet
8. Apron anti air
9. Baju kerja sekali pakai
10. Cairan disinfeksi tangan
11. Rompi sinyal atau jaket sinyal
12. Rompi Keselamatan
13. Sepatu keselamatan dengan sol anti selip dan anti kilau
Repelan anti serangga
Pelaksanaan

1. Tim Pemeriksa memulai pemeriksaan dengan memperkenalkan anggota tim dan menjelaskan tentang tujuan dan proses pemeriksaan
sanitasi kepada nahkoda.
2. Tim Pemeriksa menanyakan tentang kondisi operasional Kapal selama perjalanan, dan melakukan verifikasi tentang identitas Kapal dan
dokumen yang disampaikan pada saat permohonan.
3. Pemeriksaan Sanitasi dilakukan pada seluruh ruang dan media pada Kapal yang meliputi dapur, ruang rakit makanan, gudang, palka, ruang
tidur, air bersih, limbah cair, tangki air ballast, sampah medik dan sampah padat, air cadangan, kamar mesin, fasilitas medik, kolam renang dan
area lain yang diperiksa. Apabila palka Kapal terisi barang, maka kargo harus diperiksa.
4. Urutan pemeriksaan dimulai dari ruangan yang terdekat untuk mempercepat proses pemeriksaan. Dalam melakukan pemeriksaan Tim
pemeriksa harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kontaminasi silang, oleh karena itu kebersihan personal, kebersihan pakaian dan
status kesehatan Tim Pemeriksa harus dalam kondisi baik dan menggunakan APD.

5. Pemeriksaan Sanitasi Kapal menggunakan Formulir Supervisi checklist Pemeriksaan Sanitasi Kapal, Formulir Supervisi checklist
Pemeriksaan Vektor dan BPP, Formulir Supervisi checklist Pengendalian Fumigasi, Formulir Supervisi checklist Penyehatan Air, Formulir
Supervisi checklist Pengamanan Pangan, Formulir Supervisi checklist Pengamanan Pengolahan Limbah, Formulir Supervisi checklist
Pengamanan Radiasi dan Formulir Laporan Hasil Pemeriksaaan Sanitasi Kapal, sebagaimana contoh Formulir 3 sampai dengan Formulir 9
terlampir
6. Untuk memastikan ada tidaknya faktor risiko kesehatan dilakukan pengambilan sampel pada media lingkungan sesuai situasi dan
kebutuhan.
7. Berdasarkan pertimbangan kesehatan, sampel dapat diambil dan dianalisis untuk memastikan adanya faktor risiko sesuai dengan
checklist pemeriksaan. Walaupun hasilnya belum selesai, maka sertifikat tetap dapat diterbitkan dengan catatan “Hasil
ditunda/pending” di dalam sertifikat.
8. Setelah pemeriksaan, petugas pemeriksa harus melakukan tanya jawab singkat sebelum menerbitkan Sertifikat. Nahkoda atau
perwakilannya harus diberi waktu yang cukup untuk menjelaskan kekurangan dan melengkapi dokumen yang diperlukan sebelum
mengisi sertifikat.
9. Tim Pemeriksa setelah melakukan analisa hasil pemeriksaan sesuai dengan checklist pemeriksaan (form hasil pemeriksaan
pembaharuan SSCEC), bila hasil memenuhi syarat berdasarkan penilaian professional, Tim Pemeriksa dapat merekomendasikan hasil
pemeriksaan kepada kepala KKP atau pejabat KKP yang diberikan wewenang untuk menerbitkan SSCEC.
10. Tim Pemeriksa setelah melakukan analisa hasil pemeriksaan sesuai dengan checklist pemeriksaan (form hasil pemeriksaan
pembaharuan SSCC), bila hasil tidak memenuhi syarat maka Tim Pemeriksa merekomendasikan kepada Kepala KKP atau Pejabat
KKP untuk dilakukan tindakan sanitasi. Adapun tindakan sanitasi yang dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
11. Setelah dilakukan tindakan penyehatan maka direkomendasikan kepada Kepala KKP atau pejabat KKP untuk menerbitkan SSCC.
A. DATA UMUM (GENERAL
INFORMATION)

B. DATA KHUSUS (SPECIFIC


INFORMATION)
C. HASIL PEMERIKSAAN (EXAMINATION RESULTS)

D. REKOMENDASI

Diterbitkan SSCEC (issued SSCEC)


Dilakukan Tindakan Penyehatan /
SSCC (carried out sanitation measure)
A. DATA UMUM/GENERAL DATA
1. Nama Kapal (Name Ship) : ........................... 8. Bendera (Flag) : ...........................
2. Jenis Kapal (Type of Ship) : ........................... 9. Nomor IMO (IMO : ........................... Number)
3. Besar Kapal/Weight (GRT) : ........................... 10. Nama : ...........................Pemilik/Agen (Agent/Owner)
4. Datang dari (Last Port) : ........................... 11. Tujuan : ...........................
(Nextport/Bound For)
5. Tanggal/Jam Tiba : ........................... 12. Tanggal/Jam : ...........................

(Date/Time of Arrival) Berangkat


(Date/Time of Departure)
6. Diperiksa Tanggal/Jam : ........................... 13. Lokasi Sandar : ...........................

(Inspected date/Time) (Location Gate)


7. Jumlah Awak Kapal : ........................... 14. Jumlah : ...........................

(Total Crew) Penumpang (Total Passeger)


B. Jenis Pemeriksaan : Sanitasi Kapal
Inspeksi Keberadaan
Lalat
Pengawasan dan pemberantasan lalat

1. Pengamatan lalat

Dilakukan untuk mengetahui tingkat kepadatan lalat dan sumber tempat berkembangbiaknya lalat. Dalam melakukan pengendalian perlu juga dilakukan
pengukuran kepadatannya dimana data ini dapat dipakai untuk merencanakan pengelolaan yaitu tentang kapan, dimana pengendalian akan dilakukan.

Ada beberapa peralatan yang dipakai untuk mengukur dan menghitung populasi populasi lalat, antara lain;

Didalam bangunan:

- perangkap lalat ultraviolet

- sticky trap

Diluar bangunan:

- fly grill

- sticky trap

- perangkap umpan

Pemberantasan dapat dilakukan dengan cara kombinasi antara perbaikan lingkungan untuk mengurangi potensi tempat breeding places dan chemical control
2. Mencegah kejadian sarang-sarang lalat (prevention of breeding)

a. Meniadakan tempat-tempat yang digemari lalat (bahan potensial penangkaran lalat).

b. Sampah-sampah ditampung ditempat-tempat sampah yang memenuhi syarat dan tertutup. (persyaratan terlampir)

c. Pengangkutan / pambuangan sampah dilakukan setiap hari dengan cara yang memenuhi syarat.

d. Tempat penampungan sampah diberi alas yang kedap udara, misalnya semen.

e. Adanya jamban / kakus yang mudah dihinggapi lalat (tertutup)

3. Intervensi kimia terhadap lalat dewasa atau larva Kegiatan ini merupakan kegiatan pelengkap dari usaha-usaha sanitasi. Dapat digunakan
insektisida sebagai larvasida, penyemprotan sisa, penyemprotan ruang atau poison bait.
C. Residual Treatment

Insektisida disemprotkan pada permukaan-permukaan yang menjadi tempat hinggap / istirahat lalat, terutama tempat hinggap lalat dimalam hari hingga
waktu kontak antara lalat dengan insektisida cukup lama. Untuk memberantas lalat disekitar rumah, maka pintu, jendela, tempat sampah dll harus
disemprot. Insektisida yang dapat digunakan:

1. Golongan Organophosphate seperti tertera pada tabel

Perhatian: Selama penyemprotan hindarkanlah kemungkinan kontaminasi air minum dan makanan. Jangan menyemprot bila sedang ada kegiatan mengolah
makanan. Siklus: Persenyawaan-persenyawaan organophosphate tahannya, dapat diulang tiap 2-4 minggu. lebih pendek daya

2. Impregnated cord and strips

Potongan-potongan kertas atau tali-tali yang telah diberi lapisan insektisida dapat digantungkan pada langit-langit atau pada dinding-dinding ruangan.
Umpamanya dirumah-rumah, rumah-rumah makan, kandang-kandang hewan / unggas dll.

Insektisida yang digunakan biasanya golongan organophosphate, seperti alphacypermetrin, bifentrin, cypermetrin, lambda cihalotrin, delta metrin, dll
hasilnya memuaskan ditempat-tempat yang suhunya tidak terlalu tinggi (dibawah 32 ° C) dan tata ruang udaranya lebih dari 50%. Dosis: 1 meter tali untuk
setiap 1 m? luas lantai..
3. Umpan (poison bait).

Umpan atau umpan dapat ditempatkan diluar rumah, sekitar tempat-tempat pengolahan makanan dll dimana terdapat banyak lalat.
Umpan yang diberikan harus memberikan bau yang menarik bagi lalat. Bahan yang dinobatkan sebagai umpan dapat berupa tepung
jagung, air yang terkoneksi gula dll.

Insektisida yang dapat dipakai diazinon, diklorvos, malathion, dll Insketisida tersebut kredo dapat dipakai sendiri-sendiri atau
dicampurkan pada umpan baik umpan kering atau basah. Umpan kering dapat bersama dengan insektisida sebanyak 1 - 2%.
Sedangkan umpan basah dicampurkan dengan insektisida sebanyak 0,1% dan dapat ditempat yang banyak lalatnya.

4. Space treatment (penyemprotan ruangan).

Metoda ini sebaiknya dilakukan pada pagi dan siang hari, pada saat lalat melakukan aktifitasnya (terbang). Dapat dilakukan untuk
didalam dan diluar bangunan. Untuk dalam bangunan dengan cara aerosol dingin, dapat digunakan alat sen.prot ULV elektrik,
formulasiinsektisida yang digunakan adalah EC yang mengandung bahan aktif untuk membunuh (killer agent) dan bahan aktif untuk
menjatuhkan (knock down agent) dengan pelarut air.

Untuk penyemprotan diluar bangunan dapat digunakan mesin pengasap (fogging) atau mesin ULV mobil / motor.
5. Intervensi mekanik

- Dengan menggunakan perangkap lalat / fly trap

- Perangkap lem

- Perangkap cahaya

6. Radius pengendalian

Radius pengendalian adalah 900 meter dari bats perimeter


Inspeksi Keberadaan
Nyamuk
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2014 Tentang Klasifikasi Kantor Kesehatan Pelabuhan

Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

1. Pengendalian Vektor Nyamuk


Upaya kegiatan pemberantasan terhadap vektor nyamuk, meliputi peniadaan sarang
nyamuk, pengasapan (fogging), maupun penyemprotan (residual spraying).

2. Pengendalian Jentik Nyamuk


Upaya kegiatan pemberantasan terhadap jentik nyamuk vektor, meliputi tindakan dengan
tindakan 3M (menguras, menutup, mengubur) maupun dengan cara kimia dan biologi
terhadap tempat perindukan secara berkala.
 
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2014 Tentang Klasifikasi Kantor Kesehatan Pelabuhan

3. Pengendalian Tikus dan Pinjal


Upaya kegiatan pemberantasan terhadap tikus dan pinjal, meliputi penangkapan tikus dan
penghapusan sarang tikus.

4. Pengendalian Lalat dan Kecoa


Upaya kegiatan pemberantasan terhadap lalat dan kecoa dengan insektisida.

5. Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit Lainnya


Upaya kegiatan pemberantasan terhadap vektor dan binatang penular penyakit lainnya,
baik di dalam kapal/pesawat maupun di lingkungan pelabuhan, bandara, dan lintas batas
darat.
 
Inspeksi Limbah Cair
Pengawasan Pengelolaan Limbah Cair

Pengawasan dilakukan mulai dari sumber, pengaliran, pengangkutan, penampungan


sementara, hingga pengolahan limbah cair. Air merupakan salah satu kebutuhan
primer manusia. Akibat adanya pemakaian air di pelabuhan dan alat alat transport.
Terjadilah produksi air kotor yang perlu mendapat penyaluran sebaik-baiknya agar :
a. Tidak menggangu pemandangan.
b. Tidak menimbulkan bau busuk.
c. Tidak merupakan potential health hazard.
d. Tidak menjadi sarang nyamuk atau vektor lainnya. 
Pengawasan Pengelolaan Limbah Cair
Air kotor ini terajdi akibat kegiatan-kegiatan :
a. WC, urinoir. wastafel.
b. Pengolahan makanan. minuman dari kapal.
c. Kegiatan-kegiatan kebersihan, air hujan, pertamanan, dll.
 
Disetiap pelabuhan hendaknya ada sistim pembuangan air kotor & instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) yang memenuhi syarat. KKP harus menyarankan
kepada penguasa pelabuhan untuk :
a. Mengadakan sarana-sarana untuk pembuangan air kotor secara sanitair.
b. Mengawasi pemakaian dan pemeliharaan sarana-sarana tsb.
c. Penyuluhan tentang sanitary waste handling practices.
Pengawasan Pengelolaan Limbah Cair

Air kotor yang berasal dari bangunan-bangunan di pelabuhan hendaknya disalurkan


melalui sistim saluran / pipa yang tertutup atau riool. Sistim penyaluran air kotor dibuat
sedemikian rupa konstruksi dan pemeliharaannya sehingga tidak terjadi gangguan aliran
didalamnya.
a. Kemiringan / sloping gradient yang cukup (2-5 %)
b. Dasar selokan diplester dan berbentuk U
c. Pemeliharaan selokan-selokan agar tidak ada gangguan-gangguan akibat adanya
sampah, batu dinding yang ambruk

Aliran air yang cukup lancar menghindarkan timbulnya bau kurang sedap dan
kemungkinan terjadinya sarang-sarang nyamuk.
Pengawasan Pengelolaan Limbah Cair

Pembuangan kotoran manusia yang berasal dari kapal.


1. Selama berada di pelabuhan. kapal tidak diperkenankan membuang kotoran manusia
kedalam laut sungai.
2. Kadang-kadang kapal-kapal besar memiliki retention tanks dan membuang kotoran
tersebut di laut bebas.
3. Orang-orang dari kapal yang tidak dilengkapi dengan retention tanks. selama sandar di
dermaga harus menggunakan WC dan urinoir di dermaga (tidak boleh menggunakan
WC/urinoir kapal atau buang hajat di tepi kade)
Inspeksi Pengelolaan Limbah Cair

1. Pengambilan limbah cair secara fisika dan kimia

2. Pengiriman sampel limbah cair ke laboratorium

3. Rekomendasi

4. Pelaporan hasil pengawasan


terima kasih
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai