Anda di halaman 1dari 77

HYGIENE DAN SANITASI

DEPOT AIR MINUM

DISAMPAIKAN OLEH :

Ahmad Nurfallah, SKM, MKKK

SEKSI KESLING, KESJA DAN KES OR


BIDANG KESMAS - DINAS KESEHATAN KABUPATEN BEKASI

Tempat Hotel HARPER CIKARANG 26-27 SEPT 2018


LATAR BELAKANG

Keamanan makanan minuman merupakan


kebutuhan masyarakat, karena makanan
yang aman akan melindungi dan mencegah
terjadinya penyakit atau gangguan
kesehatan lainnya.
Keamanan makanan pada dasarnya
adalah upaya hygiene sanitasi makanan, gizi
dan safety.
masyarakat perlu dilindungi dari risiko
penyakit bawaan air akibat mengkonsumsi air
minum yang berasal dari depot air minum
yang tidak memenuhi standar baku mutu dan
persyaratan higiene sanitasi

Di Indonesia dikenal dengan standar dan


persyaratan kesehatan untuk makanan dan
minuman. Standar dan persyaratan
kesehatan ini didasarkan atas peraturan
perundang-undangan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah
TFU dalam PP No. 66/2014
• TFU terdapat dalam pasal 8 ayat (1) dan (2) yang menunjukkan lokus
dengan istilah “tempat dan fasilitas umum”
• Tempat dan fasilitas umum yang memenuhi standar baku mutu media
lingkungan, terdiri dari:
• Standar baku mutu setiap media lingkungan diuraikan pada pasal 9 sd. pasal
24.

• Air • Pangan
• Udara • Sarana dan bangunan
• Tanah • Vektor dan binatang
pembawa penyakit

Media lingkungan dapat menjadi media penularan penyakit dan cedera,


sehingga perlu dikelola melalui upaya penyehatan, pengamanan , dan
pengendalian
PP 66/2014 tentang Kesling
Tempat dan fasilitas umum adalah lokasi,
sarana, dan prasarana antara lain:
a. fasilitas kesehatan;
b. fasilitas pendidikan;
c. tempat ibadah;
d. hotel;
e. rumah makan dan usaha lain yang
sejenis;
f. sarana olahraga;
g. sarana transportasi darat, laut, udara,
dan kereta api;
h. stasiun dan terminal;
i. pasar dan pusat perbelanjaan;
j. pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas
batas darat negara; dan
k. tempat dan fasilitas umum lainnya
GOAL KINERJA TFU

↙ Penyakit
berbasis
lingkungan TFU TFU
TFU
dan TERAW
( SERTIFIKAT TERDAFTAR
Tertanggulan LAIK SEHAT) ASI/TER
BINA
gi secara
standar

6
Diperlukan : ALUR KEGIATAN
• Peningkatan Teknis
Pemantauan
• Peralatan Pemantauan saat
TFU
ini baru ada 182 kab/kota yg
memiliki FCT,
251 Kab/kota yg memIliki
WTK dan
406 pkm yg memiliki
sanitarian kit
• Instrumen Pemantauan

Tersedianya
Pengawasan Internal
yg tersertifikat Sertifikat
Memenuhi Syarat
Laik
Higiene
Sanitarian Puskesmas
Melakukan Inspeksi Uji Kualitas Sanitasi
Kesling ke seluruh sarana
dan lokus pengawasan
Kesling
Tidak Memenuhi dibina
Syarat
PENGAWASAN & PEMBINAAN
TEMPAT DAN FASILITAS UMUM
Tujuan Umum Tujuan Khusus
Terlaksananya Pengawasan • Teridentifikasinya
kesehatan lingkungan faktor risiko
(INSPEKSI KL di TFU untuk lingkungan di TFU.
mewujudkan TFU yang bersih, • Teridentifikasinya
nyaman, dan sehat. faktor risiko
perilaku di TFU
• Adanya
Rekomendasi &
Tindak Lanjut
• Terwujudnya TFU
yang bersih,
nyaman, dan sehat
Inspeksi Kesehatan
Lingkungan / IKL
(PMK 13 / 2015)

Pengamatan Uji
Fisik Media
Laboratori
Lingkungan
Dilakuka um
n dengan
cara
Pengukuran
Media Analisis Risiko
Kesehatan
Lingkungan Lingkungan
di Tempat
Pemantauan/pengawasan

1.Frekuensi pemantauan dan


pengawasan Eksternal terhadap
tempat dan fasilitas umum oleh
tim terkait dilakukan minimal
satu kali dalam satu tahun.
2.Pengawasan internal yang
dilakukan penyelenggara dapat
dilakukan setiap hari.
Tanggung Jawab (PP no. 66/2014)
• Dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan
lingkungan, tanggung jawab dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan :
- Pemerintah
- Pengelola/pemilik
- Masyarakat
TRIPARTIT
Pilar keamanan makanan dan minuman

1. Pemerintah
2. Pengelola/Pemilik .dan
3. Masyarakat konsumen

Berperan pada setiap tahap rangkaian


penyediaan makanan dan minuman
Masalah keamanan pangan adalah masalah kita semua, oleh karena itu
harus ditangani bersama-sama oleh produsen, pemerintah dan
konsumen
DASAR HUKUM
1. UU No. 4 tahun 1984 ttg Wabah Penyakit Menular.
2. UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pangan.
3. UU No. 23 tahun 2014 ttg Pemerintah .
4. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
5. PP No. 16 tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum.
6. PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah kepada Propinsi sebagai Daerah
Otonom
7. PP No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan Mutu
dan Gizi Pangan
8. PP 66/2014 tentang Kesling
9. Permenkes No. 416 / 1990 ttg Syarat2 dan
Pengawasan Kualitas Air
10.Permenkes No. 492 / 2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum
11.Permenkes No. 736 / 2010 tentang Tata
Laksana Kualitas Air Minum
12.Permenkes No. 43 Tahun 2014 ttg Hygiene
Sanitasi Depot Air Minum
Dalam UU No. 36 / 2009 ttg Kesehatan
Pasal 162

Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk


mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik
fisik, kimia, biologi maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pasal 6

Setiap orang yang bertanggung jawab dalam


penyelenggaraan kegiatan atau proses produksi,
penyimpanan, pengangkutan dan atau
peredaran pangan wajib :
1). Memenuhi persyaratan sanitasi, keamanan
dan atau keselamatan manusia.
2). Menyelenggarakan program pemantauan
sanitasi secara berkala.
3). Menyelenggarakan pengawasan dan
pemantauan persyaratan sanitasi.
Pasal 7

Orang perseorangan yang menangani secara langsung


dan atau berada langsung dalam lingkungan kegiatan
atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan
atau peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan
sanitasi.
Pasal 8
Setiap orang dilarang menyelenggarakan kegiatan atau
proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan atau
peredaran pangan dalam keadaan yang tidak memenuhi
persyaratan kesehatan.
Sanksi hukum
Pasal 55 dan 56

Pelanggaran terhadap ketentuan UU ini karena :


1). Dengan sengaja : dipidana penjara paling lama 5
thn d.a denda paling banyak Rp. 600.Juta
2). Karena kelalaiannya : dipidana penjara paling
lama 1 thn d.a denda paling banyak Rp. 120.Juta
Pasal 57
Pidana dalam pasal 55 dan 56 ditambah seperempat
apabila menimbulkan kerugian thd kesehatan manusia
atau ditambah sepertiga apabila menimbulkan
kematian.
PERMENKES NO. 416 / 1990

Persyaratan dan Pengawasan Kualitas Air


Pasal 8
Pembiayaan pemeriksaan contoh air yang
dimaksud dalam Peraturan Menteri ini
dibebankan kepada Pemerintah dan masyarakat
termasuk swasta berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 9
Air yang digunakan untuk kepentingan
umum wajib diuji kualitas air-nya.
PERMENKES NO. 492 / 2010

Persyaratan Kualitas Air Minum


Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :


1. Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung di minum.

2. Penyelenggaran air minum adalah badan usaha milik


negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan
usaha swasta, usaha perorangan, kelompok
masyarakat dan/atau individual yang melakukan
penyelenggaraan penyediaan air minum.
Pasal 2

Setiap penyelenggara air minum wajib menjamin air


minum yang diproduksinya aman bagi kesehatan

Pasal 3
1. Air Minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi
persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan
radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan
parameter tambahan.

2. Parameter wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan persyaratan kualitas air minum yang wajib
diikuti dan ditaati oleh seluruh penyelenggara air
minum.
Pasal 4

1. Untuk menjaga kualitas air minum yang dikonsumsi


masyarakat dilakukan pengawasan kualitas air minum
secara eksternal dan secara internal.

2. Pengawasan eksternal

3. Pengawasan internal

4. Kegiatan pengawasan kualitas air minum


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
inspeksi sanitasi, pengambilan sampel air, pengujian
kualitas air, analisis hasil pemeriksaan laboratorium,
rekomendasi dan tindak lanjut.
PERMENKES NO. 736 TAHUN 2010
TENTANG TATA LAKSANA
PENGAWASAN KUALITAS AIR
MINUM
Pasal 3

• Penyelenggara Air Minum yg


menyelenggarakan Penyediaan Air
Minum untuk tujuan komersil
wajib melakukan Pengawasan
Internal
Pasal 7
• Pengawasan Eksternal berkala untuk
Depot Air Minum dilakukan di Unit
Pengisian galon / wadah air minum
Pasal 8
• Pengawasan Internal Berkala untuk
Depot Air Minum dilakukan di Unit
Produksi & Unit Pengisian galon /
wadah air minum
• Inspeksi Sanitasi / IKL dilakukan
frekwensinya 4 kali per tahun
• Frekwensi Pengujian Sampel Air Minum
dilakukan terhadap Air Minum yg siap
dimasukkan ke dalam galon / wadah air
(Pengawasan Eksternal) :
a. Mikrobiologi ( 1bln / kali )
b. Fisika ( 1 bln / kali )
c. Kimia ( 1 bln / kali )
Untuk menjamin KAM yg diproduksi
memenuhi syarat, DAM wajib melakukan
pengawasan Internal thd Kual. Air yg siap
dimasukkan ke dlm galon/wadah air minum :
1. Untuk Air baku :
a. Mikrobiologi (1bln / kali)
b. Fisika (1 bln/kali)
c. Kimia (6 bln/kali)
2. Air yg siap dimasukkan ke dalam galon /
wadah air :
a. Mikrobiologi (1 bln/kali)
b. Fisika (1 bln/kali)
c. Kimia (6 bln/kali)
Permenkes No 43 Tahun 2014
Tentang Higiene Sanitasi Depot Air
Minum
BAB 1
KETENTUAN UMUM
• Depot Air Minum yang selanjutnya disingkat
DAM adalah usaha yang melakukan proses
pengolahan air baku menjadi air minum dalam
bentuk curah dan menjual langsung kepada
konsumen.
• Air Minum :
adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
• Higiene Sanitasi adalah upaya untuk
mengendalikan faktor risiko
terjadinya kontaminasi yang berasal
dari tempat, peralatan dan penjamah
terhadap Air Minum agar aman
dikonsumsi.
• Sertifikat Laik Higiene Sanitasi adalah
bukti tertulis yang dikeluarkan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota atau
Kantor Kesehatan Pelabuhan yang
menerangkan bahwa DAM telah
memenuhi standar baku mutu atau
persyaratan kualitas air minum dan
persyaratan Higiene Sanitasi
• Tim Pemeriksa adalah tim yang
dibentuk oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau
Kepala Kantor Kesehatan
Pelabuhan yang bertugas untuk
melakukan penilaian pemenuhan
persyaratan teknis usaha DAM
BAB II
PERSYARATAN HIGIENE
SANITASI

• Persyaratan Higiene Sanitasi dalam pengelolaan


Air Minum paling sedikit meliputi aspek:
a. tempat;
b. peralatan; dan
c. Penjamah.
Lanjutan BAB II
Aspek tempat paling sedikit meliputi:
a. Lokasi berada di daerah yang bebas dari pencemaran
lingkungan dan penularan penyakit;
b.Bangunan kuat, aman, mudah dibersihkan, dan mudah
pemeliharaannya;
c. Lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak
retak, tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta
kemiringan cukup landai untuk memudahkan
pembersihan dan tidak terjadi genangan air;
d.Dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin,
tidak retak, tidak menyerap debu, dan mudah
dibersihkan, serta warna yang terang dan cerah;
e. Atap dan langit-langit harus kuat, anti tikus,
mudah dibersihkan, tidak menyerap debu,
permukaan rata, dan berwarna terang, serta
mempunyai ketinggian yang memungkinkan
adanya pertukaran udara yang cukup atau
lebih tinggi dari ukuran tandon air;
f. Memiliki pintu dari bahan yang kuat dan
tahan lama, berwarna terang, mudah
dibersihkan, dan berfungsi dengan baik;
g.Pencahayaan cukup terang untuk bekerja,
tidak menyilaukan dan tersebar secara
merata;
h.Ventilasi harus dapat memberikan
ruang pertukaran/peredaran udara
dengan baik;
i.Kelembaban udara dapat mendukung
kenyamanan dalam melakukan
pekerjaan/aktivitas;
j.Memiliki akses fasilitas sanitasi dasar,
seperti jamban, saluran pembuangan air
limbah yang alirannya lancar dan tertutup,
tempat sampah yang tertutup serta tempat
cuci tangan yang dilengkapi air mengalir
dan sabun; dan
k. Bebas dari vektor dan binatang pembawa
penyakit seperti lalat, tikus dan kecoa.
Lanjutan BAB II
Aspek Peralatan paling sedikit meliputi:
a. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain
pipa pengisian air baku, tandon air baku, pompa
penghisap dan penyedot, filter, mikrofilter, wadah/galon
air baku atau air minum, kran pengisian air minum, kran
pencucian/pembilasan wadah/galon, kran penghubung,
dan peralatan desinfeksi harus terbuat dari bahan tara
pangan (food grade) atau tidak menimbulkan racun,
tidak menyerap bau dan rasa, tahan karat, tahan
pencucian dan tahan disinfeksi ulang.
b. Mikrofilter dan desinfektor tidak kadaluarsa;
c. Tandon air baku harus tertutup dan terlindung;
d. Wadah/galon untuk air baku atau air minum
sebelum dilakukan pengisian harus
dibersihkan dengan cara dibilas terlebih
dahulu dengan air produksi paling sedikit
selama 10 (sepuluh) detik dan setelah
pengisian diberi tutup yang bersih; dan
e. Wadah/galon yang telah diisi air minum harus
langsung diberikan kepada konsumen dan
tidak boleh disimpan pada dam lebih dari 1x24
jam.
Lanjutan BAB II
Aspek Penjamah paling sedikit meliputi:
a. Sehat dan bebas dari penyakit menular serta
tidak menjadi pembawa kuman patogen
(carrier); dan
b. Berperilaku higienis dan saniter setiap
melayani konsumen, antara lain selalu mencuci
tangan dengan sabun dan air yang mengalir
setiap melayani konsumen, menggunakan
pakaian kerja yang bersih dan rapi, dan tidak
merokok setiap melayani konsumen.
BAB III
SERTIFIKAT LAIK HIGIENE
SANITASI
BAGIAN KESATU : UMUM
a. Setiap DAM wajib memiliki izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Untuk menerbitkan izin usaha DAM, pemerintah
daerah kabupaten/kota harus mempersyaratkan
adanya Sertifikat Laik Higiene Sanitasi.
c. Sertifikat Laik Higiene Sanitasi dikeluarkan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
d. Dikecualikan dari ketentuan, Sertifikat Laik
Higiene Sanitasi untuk DAM yang berada
di wilayah pelabuhan, bandar udara, atau
pos lintas batas darat dikeluarkan oleh
Kepala KKP.
e. Sertifikat Laik Higiene Sanitasi berlaku
untuk 1 (satu) tempat usaha DAM.
f. Sertifikat Laik Higiene Sanitasi harus
dipasang di tempat yang terlihat dan mudah
dibaca oleh konsumen.
Lanjutan BAB III
BAGIAN KEDUA : PERSYARATAN DAN TATA CARA
MEMPEROLEH SERTIFIKAT LAIK HIGIENE SANITASI
a. Sertifikat Laik Higiene Sanitasi dikeluarkan setelah usaha DAM
memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis.
b. Persyaratan administratif terdiri atas:
a. fotokopi KTP pemohon yang masih berlaku;
b. pas foto terbaru;
c. surat keterangan domisili usaha;
d. denah lokasi dan bangunan tempat usaha; dan
e. fotokopi sertifikat pelatihan/kursus Higiene Sanitasi DAM bagi
pemilik DAM dan Penjamah.
c. Persyaratan teknis berupa standar baku mutu
atau persyaratan kualitas Air Minum dan
persyaratan Higiene Sanitasi.
d.Untuk memperoleh Sertifikat Laik Higiene
Sanitasi, pengusaha DAM harus mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau Kepala KKP dengan
menggunakan contoh Formulir 1 terlampir
yang disertai dengan kelengkapan persyaratan
administratif.
Lanjutan BAB III
BAGIAN KEDUA : PERSYARATAN DAN TATA CARA
MEMPEROLEH SERTIFIKAT LAIK HIGIENE SANITASI
e. Paling lama dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya
permohonan dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan
persyaratan administratif, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
atau Kepala KKP menugaskan Tim Pemeriksa untuk melakukan
penilaian terhadap pemenuhan persyaratan teknis.
f. Penilaian terhadap pemenuhan persyaratan teknis dilakukan
melalui Inspeksi Sanitasi dengan menggunakan contoh Formulir 2
terlampir dan pengujian contoh Air Minum.
g. Pengujian contoh Air Minum dilakukan di laboratorium yang
terakreditasi atau laboratorium yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
h. Paling lama dalam waktu 25 (dua puluh lima) hari
kerja, Tim Pemeriksa harus memberikan
rekomendasi hasil penilaian yang dilengkapi berita
acara pemeriksaan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau Kepala KKP dengan
menggunakan contoh Formulir 3 dan Formulir 4
terlampir.
i. Paling lama dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak
diterimanya rekomendasi hasil penilaian Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala KKP
harus menerbitkan atau menolak menerbitkan
Sertifikat Laik Higiene Sanitasi dengan
menggunakan contoh Formulir 5 atau Formulir 6
terlampir.
Lanjutan BAB III
BAGIAN KEDUA : PERSYARATAN DAN TATA CARA
MEMPEROLEH SERTIFIKAT LAIK HIGIENE SANITASI
j. Dalam hal Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau kepala
KKP menolak permohonan harus disertai dengan alasan yang jelas.
k. Dalam hal setelah melebihi tenggang waktu, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala KKP tidak menerbitkan
Sertifikat Laik Higiene Sanitasi berdasarkan rekomendasi hasil
penilaian yang memenuhi persyaratan, maka pemohon berhak atas
rekomendasi tersebut sebagai pengganti Sertifikat Laik Higiene
Sanitasi yang dapat diajukan sebagai persyaratan memperoleh izin
usaha.
l. Tim Pemeriksa terdiri atas sanitarian/petugas kesehatan lingkungan
dan/atau tenaga kesehatan lain.
m.Sanitarian/petugas kesehatan lingkungan dan tenaga
kesehatan lain harus telah mendapatkan pelatihan di
bidang Higiene Sanitasi DAM.
n. Tim berjumlah paling sedikit 3 (tiga) orang atau
berjumlah ganjil.
o. DAM dinyatakan memenuhi persyaratan teknis oleh
Tim Pemeriksa apabila hasil penilaian Inspeksi Sanitasi
menunjukan:
• nilai persyaratan Higiene Sanitasi paling kecil 70
(tujuh puluh); dan
• nilai pengujian contoh Air Minum memenuhi standar
baku mutu atau persyaratan kualitas Air Minum
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Lanjutan BAB III
BAGIAN KETIGA : MASA BERLAKU
a. Sertifikat Laik Higiene Sanitasi berlaku selama 3 (tiga) tahun dan
dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
b. Ketentuan perpanjangan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi mengikuti
ketentuan yang tadi telah disebutkan di Bag. Kedua
c. Sertifikat Laik Higiene Sanitasi tidak berlaku atau menjadi batal
apabila:
• terjadi pergantian pemilik;
• pindah lokasi/alamat;
• terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 2 (Untuk menjamin
Air Minum memenuhi standar baku mutu atau persyaratan
kualitas Air Minum dan memenuhi persyaratan Higiene
Sanitasi dalam pengelolaan Air Minum) yang menyebabkan
terjadinya Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan;
BAB IV
PENYELENGGARAAN
a.Setiap DAM wajib menyediakan informasi
mengenai:
• alur pengolahan Air Minum;
• masa kadaluarsa alat desinfeksi;
• waktu penggantian dan/atau pembersihan filter; dan
• sumber dan kualitas air baku.
b.Setiap DAM harus melakukan pemeriksaan
kesehatan Penjamah paling sedikit 1 (satu) kali
dalam setahun.
c.Setiap pemilik DAM wajib melakukan pengawasan
terhadap pemenuhan persyaratan Higiene Sanitasi
secara terus menerus.
d.Setiap DAM harus memiliki tenaga teknis
sebagai konsultan di bidang Higiene Sanitasi.
e.Tenaga teknis harus terdaftar di organisasi
profesi bidang kesehatan lingkungan yang
akuntabel dan diakui Pemerintah pada
kabupaten/kota setempat.
f..Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dapat menunjuk tenaga teknis yang berasal dari
organisasi profesi bidang kesehatan lingkungan
untuk DAM yang belum memiliki tenaga
teknis.
Lanjutan BAB IV
g. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan Higiene Sanitasi pemilik dan Penjamah
DAM wajib mengikuti pelatihan/kursus Higiene
Sanitasi.
h. Pelatihan/kursus Higiene Sanitasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan oleh
Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, KKP atau
lembaga/institusi lain sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
i. Peserta pelatihan/kursus yang telah lulus
dapat diberikan sertifikat yang
ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau Kepala KKP dan
penyelenggara pelatihan/kursus.
j. Materi pelatihan/kursus mengacu kepada
kurikulum dan modul pelatihan yang
diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
a.Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
Peraturan Menteri ini dilakukan secara berjenjang oleh
Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala KKP.
b.Pembinaan dan pengawasan diarahkan untuk :
• mencegah dan mengurangi timbulnya risiko kesehatan
dari Air Minum yang dihasilkan DAM; dan
• memelihara dan/atau mempertahankan kualitas Air
Minum yang dihasilkan DAM sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c.Pembinaan dan pengawasan harus mendayagunakan
tenaga sanitarían yang telah memiliki sertifikat sebagai
tenaga pengawas Higiene Sanitasi pangan.
d.Pembinaan dan pengawasan melalui asistensi,
bimbingan teknis, uji petik, monitoring dan evaluasi.
e.Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan
melibatkan organisasi profesi dan/atau asosiasi DAM.
f. Dalam rangka pembinaan, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau Kepala KKP dapat
mempublikasikan setiap DAM yang telah mendapat
Sertifikat Laik Higiene Sanitasi.
Lanjutan BAB V
g. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala KKP
melakukan pengawasan melalui Inspeksi Sanitasi terhadap
pemenuhan persyaratan Higiene Sanitasi DAM paling sedikit 2
(dua) kali setahun dengan menggunakan Formulir Inspeksi Sanitasi
DAM.
h. Hasil pengawasan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan
tembusan Menteri.
i. Hasil pengawasan oleh Kepala KKP harus dilaporkan kepada
Menteri.
j. Dalam rangka pengawasan, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau Kepala KKP dapat memberikan sanksi
administratif kepada DAM yang melanggar ketentuan Pasal 2 dan
Pasal 3 Peraturan Menteri ini.
k.Sanksi administratif dapat berupa:
• teguran lisan;
• teguran tertulis; dan
• pencabutan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi.
l. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
atau Kepala KKP dapat memberikan
rekomendasi pencabutan izin usaha kepada
pejabat yang berwenang mengeluarkan izin
usaha.
OPERATOR

Operator depot air minum dalam melakukan kegiatan


pelayanan harus memenuhi persyaratan antara lain :

1. Tidak menderita penyakit mudah menular misal :


batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya
2. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian;
3. Mencuci tangan setiap kali hendak melayani konsumen;
4. Tidak merokok dan menggaruk anggota badan selama
melayani konsumen.
5. Tidak batuk atau bersin dihadapan wadah yang sedang
diisi dan atau tanpa menutup mulut atau hidung.
Pendaftaran
Ketentuan Umum:
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP):
 motivasi kepada pengusaha depot
2. Pengusaha Depot:
 aktif mendaftar melalui organisasinya
 memasang sertifikat agar terlihat konsumen
3. Organisasi asosiasi atau organisasi lain yang telah diakui oleh
Pemda setempat:
 memberikan sertifikat tanda daftar kepada
pengusaha depot
4. Dinas Kesehatan /KKP mengeluarkan Sertifikat Laik Higiene
Sanitasi DAM
5. Pemda Kab/Kt (BPMPT) : Mengeluarkan Surat Izin Usaha

65
Langkah-langkah Pendaftaran

1. Dinkes Kab/Kota :
a. mengedarkan keharusan Depot untuk
mendaftar
b. adanya Instruksi Bupati /Surat Edaran
Ka Dinkes -> pengujian laik HS, sbg
rekomendasi izin.
2. Formulir Pendaftaran
a. Form Pendaftaran
b. Keterangan tanda terdaftar
c. Ket. Uji laik HS depot
d. Sertifikat laik HS depot
66
TATA CARA MEMPEROLEH LAIK HYGIENE SANITASI

A. Permohonan
- Pengusaha mengajukan permohonan kepada Ka. Dinkes Kab/Kt utk
mendapat Sertifikat Laik HS
- Surat permohonan dilampiri : Foto copy KTP, Denah bangunan, Surat
penanggung jawab depot, sertifikat kursus HS Makmin bagi
pengusaha, Sertifikat kursus HS Makmin bagi penjamah dan FC
Ijasah penanggung jawab Sanitarian .
- Rekomendasi Asosiasi Depot Air Minum

B. Pemeriksaan HS Depot Air Minum


- Asosiasi Depot Air Minum Menetapkan tim pemeriksa
- Ketua Tim seorang Sanitarian
- Tim melaksanakan pemeriksaan dan berita acara
- Asosiasi mengeluarkan Rekomendasi
67
ALUR MEMPEROLEH SERTIFIKAT LAIK HS DEPOT AIR MINUM

REKOMENDASI ASOSIAS DEPOT

DINKES KAB/KOTA
PENGUSAHA

KURSUS

SERTIKAT LAIK HS DEPOT

IZIN USAHA DARI PEMDA


68
B. PENGUSAHA - Depot Air Minum
A. DINKES KAB/KOTA & 1. Harus mempunyai Sertifikat Laik HS
ASOSIASI Depot
1. Melakukan Pendataan Depot 2. Meminta rekomendasi asosiasi

2. Melakukan Pembinaan Depot 3. Pengusaha mempunyai Sertifikat


kursus HSMM
3. Melakukan Penetapan Depot
4. Penjamah mempunyai Sertifikat
kursus HSMM
ASOSIASI
1. Melakukan Pemeriksaan HS DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
2. Memberikan rekomendasi 1. Menerima, menilai kelengkapan
3. Melakukan kursus HSMM permohonan
2. Dapat memeriksa ulang.
3. Memberikan sertifikat Laik HS
IZIN USAHA - PEMDA Depot Air Minum

69
C. Penilaian
Pemberian Laik HS setelah ada hasil uji fisik dan hasil Lab.

D. Izin Usaha Depot Air Minum


Dikeluarkan oleh Pemda Kab/Kt dan dilengkapi dengan Sertifikat
Laik HS

E. Masa Berlaku Sertifikat Laik HS Depot


- Sertifikat Laik HS Depot Air Minum dikeluarkan oleh Ka.Dinkes
Kab/Kota
- Sertifikat Laik HS Depot SEMENTARA berlaku selama 6 bulan.
- Sertifikat Laik HS Depot TETAP berlaku selama 3 tahun

70
PEMBINAAN & PENGAWASAN
A. Ruang Lingkup:
1. Pengawasan air baku
2. Pengawasan pengisian air baku
3. Pengawasan proses pengolahan
4. Pegawasan pelayanan penjualan air minum
5. Pengawasan kebersihan
6. Pengawasan kebersihan dispenser
B. Manajemen Pengawasan
1. Penyusunan Perda /Perbub/SK Bupati sbg
dasar hukum
2. Uji kualitas bakteriologis & kimia
3. Pengelola & karyawan memiliki sertifkat
pelatihan
4. Karyawan menggunakan pakaian kerja
5. Mencatat semua temuan dilapangan.

71
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. Pencatatan
1. Pengusaha & Asosiasi

a. Melaporkan jika ada KLB


b. Pelanggaran thd ketentuan akan dikenai
tindakan
2. Karyawan harus memiliki buku kesehatan
3. Petugas kesehatan mencatat semua temuan
dalam buku pemeriksaan
4. Masyarakat dapat menyampaikan keluhan
B. Pelaporan
di seminasikan dengan pelaporan yang
berlaku
72
EVALUASI

A. Kajian Mutu

B. Rapid Response thd


keluhan masy.

C. Hasil pemeriksaan sampel

D. Survey secara periodik


73
PENGUJIAN MASYARAKAT

- Masyarakat dapat melakukan pengujian fisik


air minum. Air minum yang layak jika :
- Jernih
-Tidak berwarna
-Tidak berasa
- Tidak berbau
- Terasa segar
- Melalui lembaga kemasyarakatan 74
PENUTUP

Diharapkan pedoman ini dapat ditindak


lanjuti oleh pembina/pengawas, Pengusaha,
Asosiasi terkait

Semoga dimasa depan Depot Air Minum


lebih aman, mudah diperoleh dan
terjangkau masyarakat

75
Pencatatan dan Pelaporan

1. Pengusaha, Dinkes Kab / Kota


2. Karyawan / Operator Depot Air
Minum
3. Petugas Kesehatan
4. Masyarakat/Konsumen

Anda mungkin juga menyukai