Anda di halaman 1dari 12

UU HYGIENE SANITASI

MAKANAN DAN MINUMAN


Ajeng Mahya Sugesti
Keamanan Pangan merupakan tanggung jawab semua
pihak yaitu pengusaha, penjamah/tukang masak,
pemerintah termasuk petugas kesehatan dan masyarakat
sebagai konsumen.
Pengusaha dan Penjamah Makanan harus menjalankan
persyaratan hygiene sanitasi pada tempat dan bangunan,
peralatan, kesehatan pribadi, kebersihan badan dan
perilaku serta bahan makanan dan penanganan makanan
jadi.
Ketidak layakan dalam Pengolahan Makanan dapat
berakibat gangguan kesehatan seperti muntah, diare,
sakit perut atau bahkan dapat menimbulkan keracunan
makanan.
Pengetahuan Hygiene sanitasi makanan perlu diketahui
semua orang dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-
hari, terutama bagi para penjamah makanan di tempat
pengelolaan makanan dan di rumah tangga.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan.
1) Makanan yang diperjual belikan harus
memenuhi ketentuan standar dan persyaratan
kesehatan termasuk persyaratan kebersihan dan
sanitasi, yaitu tidak tercemar kotoran, jasad
renik dan bahan yang berbahaya.
2) Makanan yang tidak memenuhi standar dan
persyaratan kesehatan harus dilarang diedarkan,
ditarik dari peredaran dan dimusnahkan.
3) Pelanggaran terhadap ketentuan Undang-
undang ini dikenakan sanksi penjara dan atau
denda.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996
tentang Pangan.
1) Pangan termasuk makanan dan bahan makanan, baik
yang siap dimakan maupun yang perlu pengolahan
lebih lanjut.
2) Proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan
atau peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan
sanitasi.
3) Dalam pengolahan pangan untuk diedarkan dilarang
menggunakan bahan apapun yang dinyatakan
dilarang atau bahan tambahan pangan yang
melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan.
4) Pelanggaran dapat dikenakan sanksi hukum baik
penjara maupun denda.
Permenkes Nomor 329/Menkes/Per/VI/1976
tentang Produksi dan Peredaran Makanan
Pasal 1 butir (1)
Makanan adalah barang yang digunakan sebagai makanan
atau minuman manusia, termasuk permen karet dan
sejenisnya akan tetapi bukan obat.
Pasal 2
Makanan yang diproduksi dan diedarkan di wilayah Indonesia
harus memenuhi syarat-syarat keselamatan, kesehatan,
standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri
untuk tiap jenis makanan.
Pasal 4
Makanan tertentu yang ditetapkan oleh Menteri sebelum
diproduksi diimport dan atau diedarkan harus didaftarkan
pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Permenkes Nomor 330/Menkes/Per/XII/1976
tentang Wajib Daftar Makanan
Pasal 2
Makanan yang wajib didaftarkan adalah makanan terolah baik
produksi dalam negeri maupun berasal dari import, yang :
1) Diproduksi, disimpan dan diedarkan dengan nama dagang atau
merk perusahaan.
2) Menggunakan wadah atau bungkus dan label.
3) Diproses oleh perusahaan.

Pasal 3
Pendaftaran dilakukan oleh :
1) Pengusaha yang memproduksi makanan.
2) Pengusaha yang melakukan pembungkusan kembali.
3) Importir makanan yang sah menurut hukum Indonesia.
Pasal 4
Yang dibebaskan dari pendaftaran adalah :
1) Makanan terolah yang diproduksi oleh
perorangan secara tradisionil dalam lingkungan
keluarga yang :
a) Tidak menggunakan merk atau label.
b) Peredarannya terbatas
2) Makanan terolah import yang :
a) Sebagai sumbangan kepada Pemerintah dari Badan
Badan Internasional.
b) Sumbangan kepada Lembaga Sosial
c) Jumlahnya kecil untuk : pendaftaran, ilmu
pengetahuan, hadiah untuk konsumsi sendiri
Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003
tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga
Penggolongan
Pasal 2
1) Berdasarkan luas jangkauan pelayanan dan kemungkinan besarnya risiko yang
dilayani, jasaboga dikelompokkan dalam golongan A, golongan B, dan golongan
C.
2) Jasaboga golongan A, yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat
umum, yang terdiri atas golongan A1, A2, dan A3.
3) Jasaboga golongan B, yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan khusus untuk:
a) Asrama penampungan jemaah haji;
b) Asrama transito atau asrama lainnya;
c) Perusahaan;
d) Pengeboran lepas pantai;
e) Angkutan umum dalam negeri, dan
f) Sarana Pelayanan Kesehatan.
4) Jasaboga golongan C, yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan untuk alat
angkutan umum internasional dan pesawat udara.
Persyaratan Hygiene Sanitasi
Pasal 8
Lokasi dan bangunan jasaboga harus sesuai dengan ketentuan
persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan ini.

Pasal 9
1) Pengelolaan makanan yang dilakukan oleh jasaboga harus
memenuhi Persyaratan Hygiene Sanitasi pengolahan,
penyimpanan dan pengangkutan.
2) Setiap pengelolaan makanan yang dilakukan oleh jasaboga harus
memenuhi persyaratan teknis pengolahan makanan.
3) Peralatan yang digunakan untuk pengolahan dan penyajian
makanan harus tidak menimbulkan gangguan terhadap kesehatan
secara langsung atau tidak langsung.
4) Penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi harus memenuhi
persyaratan Hygiene Sanitasi penyimpanan makanan.
5) Pengangkutan makanan harus memenuhi persyaratan teknis
Hygiene Sanitasi Pengangkutan makanan.
Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 10
1) Pembinaan teknis penyelenggaraan jasaboga dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
2) Dalam rangka pembinaan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengikut
sertakan Asosiasi Jasaboga, organisasi profesi dan instansi terkait lainnya.

Pasal 11
1) Pengawasan pelaksanaan Keputusan ini dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota.
2) Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan secara fungsional melaksanakan
pengawasan jasaboga yang berlokasi didalam wilayah pelabuhan.

Pasal 12
1) Dalam hal kejadian luar biasa (wabah) dan/atau kejadian keracunan makanan
Pemerintah mengambil langkah-langkah penanggulangan seperlunya.
2) Langkah penanggulangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui pengambilan sample dan spesimen yang diperlukan, kegiatan investigasi
dan kegiatan surveilan lainnya.
3) Pemeriksaan sample dan spesimen jasaboga dilakukan di laboratorium.
Kepmenkes Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003
tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi
Makanan Jajanan
Sentra Pedagang
Pasal 3
1) Untuk meningkatkan mutu dan hygiene sanitasi makanan jajanan, dapat
ditetapkan lokasi tertentu sebagai sentra pedagang makanan jajanan.
2) Sentra pedagang makanan jajanan sebagaimana dimaksud ayat (1) lokasinya
harus cukup jauh dari sumber pencemaran atau dapat menimbulkan
pencemaran makanan jajanan seperti pembuangan sampah terbuka, tempat
pengolahan limbah, rumah potong hewan, jalan yang ramai dengan arus
kecepatan tinggi.
3) 3Sentra pedagang makanan jajanan harus dilengkapi dengan fasilitas sanitasi
meliputi
a) Air bersih;
b) Tempat penampungan sampah;
c) Saluran pembuangan air limbah;
d) Jamban dan peturasan;
e) Fasilitas pengendalian lalat dan tikus;
4) Penentuan lokasi sentra pedagang makanan jajanan ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten/ikota.
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai