Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN-B


“Program Penyehatan Makanan”

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Aprila Yuliade (P23133117006)


Arina Da Selva (P23133117007)
Chirstian Anggakusumarahman (P23133117009)
Hasti Amalia (P23133117016)
Pratiwi Kusuma Dewi (P23133117028)
Rizqia Syaffa Sabila (P23133117033)

3 D4 A

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641, 7397643
Fax. 021. 7397769 E-mail : info@poltekkesjkt2.ac.id Website : http://poltekkesjkt2.ac.id
1. Pengertian Program Penyehatan Makanan
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok untuk berlangsungnya
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Makanan yang baik dan yang di butuhkan
manusia adalah makanan yang mempunyai gizi yang seimbang, aman dari racun dan
bahan kimia serta bersih. Penyakit yang di derita manusia bisa berasal dari penyakit
bawaan makanan misalnya kontaminasi dari mikroorganisme.
Program penyehatan makanan sangat berguna untuk mencegah terjadinya kasus -
kasus penyakit yang di sebabkan oleh makanan. Program program yang di keluarkan
Direktorat jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan melalui Subdit
Sanitasi Makanan dan Bahan Pangan (SMBP) untuk menunjang tercapainya Masyarakat
Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan dan makanan yang dikonsumsi masyarakat aman,
hygiene, bersih dan sehat.
Tugas dari Sub Direktorat SMBP adalah Melaksanakan penyiapan bahan perumusan
kebijakan teknis, penyusunan standard, norma, pedoman. kriteria, prosedur, bimbingan
teknis. evaluasi dan penyusunan Iaporan di bidang sanitasi makanan dan bahan pangan.

2. Fungsi Program Penyehatan Makanan


a) Menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
sanitasi makanan dan bahan pangan.
b) Menyiapkan bahan penyusunan standar, norma. pedoman. kriteria, dan prosedur
di bidang sanitasi makanan dan bahan pangan.
c) Menyediakan bahan bimbingan teknis di bidang sanitasi makanan dan bahan
pangan.
d) Menyiapkan bahan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan
teknis di bidang sanitasi makanan dan bahan pangan.

3. Tujuan Program Penyehatan Makanan dan Minuman ( PMM)


a) Melakukan pembinaan, monitoring & evaluasi kegiatan SMBP dl seluruh
provinsi
b) Secara terus menerus melakukan peningkatan sumber daya manusia baik di pusat
maupun daerah
c) Dilakukan secara sinergi dan simultan dengan program kesehatan atau non
kesehatan Iainnya.
d) Mengikut sertakan peran individu, keluarga, asosiasi, dan masyarakat dalam
peran ''pengawasan"

4. Sasaran Kegiatannya adalah


a) Rumah makan dan restoran
b) Rumah makan : Setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya
menyediakan makanan dan minuman umuk tempat umum di tempat usahanya.
c) Restoran : salah satu jenis usaha jasa pangan yang sebagian atau seluruh
bangunan permanen dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses
pembuatan, penyimpanan, penyajian. dan penjualan makanan dan minuman bagi
umum di tempat usahanya.
d) Jasa Boga : Perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan
makanan yang disajikan diluar tempat usaha atas dasar pesanan.
e) Makanan Jajanan : Makanan atau minuman yg diolah oleh pengrajin makanan di
tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual
bagi umum selain yang dasajikan jasaboga, rumah makan/restoran, dan hotel.
f) Usaha Depot Air Minum
g) Kantin : Sekolah, Kantor dan institusi.
h) Pengelolaan makanan rumah tangga.
i) Industri Pangan Rumah Tangga

5. Perundang - undangan Penyehatan Makanan

Pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam dan tersedia secara cukup
merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu
system pangan yang memebrikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta
makin berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Standar dan persyaratan kesehatan untuk makanan didasarkan atas peraturan


perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Berdasrkan TAP MPR No.
III/2000, selain itu juga diterbitkan berbagai undang-undang yang berhubungan
dengan penyahatan makanan minuman antara lain:

 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


 UU No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan
 PP No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan
 Kepmenkes N0. 1098 Tahun 2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah
Makan dan Restoran
 Kepmenkes No. 942 Tahun 2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi
Makanan dan Jajanan.
 Kepmenkes No. 715 Tahun 2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga

Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 109 setiap orang atau
badan hukum yang memproduksi, mengolah, serta mendistribusikan makanan dan
minuman yang diperlakukan sebagai makanan dan minuman hasil teknologi rekayasa
genetic yang diedarkan harus menjamin agar aman bagi manusia, hewan yang
dimakan manusia, dan lingkungan. Makanan dan minuman yang tidak memenuhi
ketentuan standard atau persyaratan kesehatan dan atau membahayakan kesehatan,
dilarang untuk diedarkan, ditarik dan peredaran dan disita untuk dimusnahkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Undang – Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan


Keamanan Pangan (BAB VII)

Pasal 67

1) Keamanan Pangan diselenggarakan untuk menjaga Pangan tetap aman, higienis,


bermutu, bergizi, dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat.
2) Keamanan Pangan dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan cemaran biologis,
kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia.

Pasal 68

1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terwujudnya penyelenggaraan


Keamanan Pangan di setiap rantai Pangan secara terpadu.
2) Pemerintah menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria Keamanan Pangan.
3) Petani, Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku Usaha Pangan wajib menerapkan
norma, standar, prosedur, dan kriteria Keamanan Pangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2).
4) Penerapan norma, standar, prosedur, dan kriteria Keamanan Pangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan secara bertahap berdasarkan jenis Pangan dan skala
usaha Pangan.
5) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah wajib membina dan mengawasi pelaksanaan
penerapan norma, standar, prosedur, dan kriteria Keamanan Pangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4).

Pasal 69

Penyelenggaraan Keamanan Pangan dilakukan melalui:

a. Sanitasi Pangan;
b. Pengaturan terhadap bahan tambahan Pangan;
c. Pengaturan terhadap Pangan Produk Rekayasa Genetik;
d. Pengaturan terhadap Iradiasi Pangan;
e. Penetapan standar Kemasan Pangan;
f. Pemberian jaminan Keamanan Pangan dan Mutu Pangan; dan
g. Jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan

Sanitasi Makanan

Pasal 70

1) Sanitasi Pangan dilakukan agar Pangan aman untuk dikonsumsi.


2) Sanitasi Pangan dilakukan dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan/atau peredaran Pangan.
3) Sanitasi Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi persyaratan
standar Keamanan Pangan.

Pasal 71

1) Setiap Orang yang terlibat dalam rantai Pangan wajib mengendalikan risiko bahaya
pada Pangan, baik yang berasal dari bahan, peralatan, sarana produksi, maupun dari
perseorangan sehingga Keamanan Pangan terjamin.
2) Setiap Orang yang menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan/atau peredaran Pangan wajib:
a. Memenuhi Persyaratan Sanitasi; dan
b. Menjamin Keamanan Pangan dan/atau keselamatan manusia.
3) Ketentuan mengenai Persyaratan Sanitasi dan jaminan Keamanan Pangan dan/atau
keselamatan manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

Pasal 72

1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat
(1) dan ayat (2) dikenai sanksi administratif.
2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Denda;
b. Penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran;
c. Penarikan Pangan dari peredaran oleh produsen;
d. Ganti rugi; dan/atau
e. Pencabutan izin.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, besaran denda, tata cara, dan mekanisme
pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dalam Peraturan Pemerintah

Bahan Tambahan Pangan

Pasal 73

Bahan tambahan Pangan merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam Pangan untuk
mempengaruhi sifat dan/atau bentuk Pangan.

Pasal yang memuat mengenai bahan tambahan pangan pasal 73 sampai pasal 76

Sanksi Hukum (BAB XV KETENTUAN PIDANA)

Pasal yang memuat mengenai sanksi hukum merupakan pasal 133 sampai pasal 148

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi
Pangan
Bab II Keamanan Pangan

SANITASI

Pasal 2

(1) Setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggraan kegiatan pada rantai pangan
yang meliputi proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan peredaran pangan wajib
memenuhi persyaratan sanitasi.
(2) Persyaratan sanitasi diatur lebih lanjut oleh Mneteri yang bertanggung jawab di bidang
kesehatan yang meliputi antara lain:
a) Sarana dna prasarana
b) Penyelenggaran kegaitan
c) Orang perorangan

Pasal 3

Pemenuhan standar sanitasi di seluruh kegiatan rantai pangan dilakukan dengan cara
menerapkan pedoman cara yang baik meliputi:

a) Cara budidaya yang baik,


b) Cara produksi pangan segar yang baik,
c) Cara produksi pangan olahan yang baik,
d) Cara distribusi pangan yang baik,
e) Cara ritel pangan yang baik
f) Cara produksi pangan siap saji.

Pasal 9

(1) Pedoman cara produksi pangan siap saji yang baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf f adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain:
a) Mencegah tercemarnya pangan siap saji oleh cemaran biologis, kimia dan benda lain
yang menggangu, merugikan dan membahayakan kesehtan,
b) Mematikan atau mencegah hidupnya jasad renik patogen, serta mengurangi jumlah
jasad renik lainnya, dan
c) Mengendalikan proses antara lain pemilihan bahan baku, penggunaan bahan
tambahan pangan, pengolahan, pengemasan, penyimpan dan pengankutan serta cara
penyajian.
(2) Pedoman cara produksi pangan siap saji yang baik sebagaimana dimaksud ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

6. Kegiatan Pokok Penyehatan Makanan

Pokok Kegiatan
a) Mengembangkan dan melengkapi produk-produk hukum. pedoman umum, petunjuk
teknis, petunjuk pelaksanaan dan sosialisasinya serta advokasi di daerah.
b) Memantapkan jejaring kerja lintas program, sektor dan antar propinsi, kabupaten/kota
serta kemitraan dengan para stakeholder.
c) Meningkatkan kemampuan SDM baik di pusat maupun daerah.
d) Mendorong daerah untuk melegalisasi kegiatan SMBP melalui Perda.
e) Memberikan Bintek dan fasilitasi ke daerah yang membutuhkan.
f) Monitoring dan evaluasi kegiatan SMBP di daerah.
g) Pelaporan hasil kegiatan.

Tiga Pilar Tanggung Jawab

WHO merumuskan ada liga pilar langgung jawab dalam keamanaan makanan, yaitu:

1. Pemerintah yang bertugas dalam :


a) Menyusun standar dan persyaratan, termasuk persyaratan hygiene sanitasi secara
nasional.
b) Melakukan penilaian akan terpenuhinya standar dan persyaratan yang telah
ditetapkan.
c) Memberi penghargaan bagi yang telah mentaati ketentuan dan menghukum bagi
yang melanggar ketentuan.
d) Menyediakan informasi dan memberikan penyuluhan dan konsultasi atau
perbaikan.
e) Menyediakan sarana pelayanan kesehatan baik medis, non medis, maupun
penunjang.

2. Pengusaha Makanan dan Penanggung Jawab Produksi, berkewajiban:


a) Menyusun standar dan prosedur kerja. cara produksi yang baik dan aman.
b) Mengawasi proses kerja yang menjamin keamanan produk makanan.
c) Menerapkan teknologi pengolahan yang tepat dan efisien.
d) Meningkatkan keterampilan karyawan dan keluarganya dalam cara pengolahan
makanan yang hygienis.
e) Mendorong setiap karyawan untuk maju dan berkembang.
f) Membentuk Assosiasi atau Organisasi Profesi Pengusaha Makanan.

3. Masyarakat dan Konsumen khususnya, berkewajiban dalam :


a) Mengolah dan menyediakan makanan di rumah tangga yang aman;
b) Memilih dan menggunakan sarana tempat pengolahan makanan yang telah
memenuhi syarat hygiene sanitasi makanan (laik hygiene sanitasi).
c) Memilih dan menggunakan makanan yang bebas dari bahan berbahaya bagi
kesehatan seperti pewarna tekstil. borax. formalin, makanan yang sudah msak
atau kadaluwarsa.
d) Menyuluh anggota keluarga untuk mengkonsumsi makanan yang aman.
e) Melaporkan bila mengetahui terjadi kasus keamanan makanan seperti makanan
yang tidak laik, keracunan makanan atau gangguan kesehatan lainnya akibat
makanan.
f) Membentuk organisasi konsumen untuk membantu pemerintah dalam menilai
makanan yang beredar.
DAFTAR PUSTAKA

Wulandari, Kusrini. Dkk. 2012. Buku Ajar Kesehatan LIngkungan, Penyehatan Makanan
Dan Minuman B. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta 2.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan

Anda mungkin juga menyukai