3 D4 A
Pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam dan tersedia secara cukup
merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu
system pangan yang memebrikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta
makin berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 109 setiap orang atau
badan hukum yang memproduksi, mengolah, serta mendistribusikan makanan dan
minuman yang diperlakukan sebagai makanan dan minuman hasil teknologi rekayasa
genetic yang diedarkan harus menjamin agar aman bagi manusia, hewan yang
dimakan manusia, dan lingkungan. Makanan dan minuman yang tidak memenuhi
ketentuan standard atau persyaratan kesehatan dan atau membahayakan kesehatan,
dilarang untuk diedarkan, ditarik dan peredaran dan disita untuk dimusnahkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 67
Pasal 68
Pasal 69
a. Sanitasi Pangan;
b. Pengaturan terhadap bahan tambahan Pangan;
c. Pengaturan terhadap Pangan Produk Rekayasa Genetik;
d. Pengaturan terhadap Iradiasi Pangan;
e. Penetapan standar Kemasan Pangan;
f. Pemberian jaminan Keamanan Pangan dan Mutu Pangan; dan
g. Jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan
Sanitasi Makanan
Pasal 70
Pasal 71
1) Setiap Orang yang terlibat dalam rantai Pangan wajib mengendalikan risiko bahaya
pada Pangan, baik yang berasal dari bahan, peralatan, sarana produksi, maupun dari
perseorangan sehingga Keamanan Pangan terjamin.
2) Setiap Orang yang menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan/atau peredaran Pangan wajib:
a. Memenuhi Persyaratan Sanitasi; dan
b. Menjamin Keamanan Pangan dan/atau keselamatan manusia.
3) Ketentuan mengenai Persyaratan Sanitasi dan jaminan Keamanan Pangan dan/atau
keselamatan manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 72
1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat
(1) dan ayat (2) dikenai sanksi administratif.
2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Denda;
b. Penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran;
c. Penarikan Pangan dari peredaran oleh produsen;
d. Ganti rugi; dan/atau
e. Pencabutan izin.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, besaran denda, tata cara, dan mekanisme
pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 73
Bahan tambahan Pangan merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam Pangan untuk
mempengaruhi sifat dan/atau bentuk Pangan.
Pasal yang memuat mengenai bahan tambahan pangan pasal 73 sampai pasal 76
Pasal yang memuat mengenai sanksi hukum merupakan pasal 133 sampai pasal 148
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi
Pangan
Bab II Keamanan Pangan
SANITASI
Pasal 2
(1) Setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggraan kegiatan pada rantai pangan
yang meliputi proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan peredaran pangan wajib
memenuhi persyaratan sanitasi.
(2) Persyaratan sanitasi diatur lebih lanjut oleh Mneteri yang bertanggung jawab di bidang
kesehatan yang meliputi antara lain:
a) Sarana dna prasarana
b) Penyelenggaran kegaitan
c) Orang perorangan
Pasal 3
Pemenuhan standar sanitasi di seluruh kegiatan rantai pangan dilakukan dengan cara
menerapkan pedoman cara yang baik meliputi:
Pasal 9
(1) Pedoman cara produksi pangan siap saji yang baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf f adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain:
a) Mencegah tercemarnya pangan siap saji oleh cemaran biologis, kimia dan benda lain
yang menggangu, merugikan dan membahayakan kesehtan,
b) Mematikan atau mencegah hidupnya jasad renik patogen, serta mengurangi jumlah
jasad renik lainnya, dan
c) Mengendalikan proses antara lain pemilihan bahan baku, penggunaan bahan
tambahan pangan, pengolahan, pengemasan, penyimpan dan pengankutan serta cara
penyajian.
(2) Pedoman cara produksi pangan siap saji yang baik sebagaimana dimaksud ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.
Pokok Kegiatan
a) Mengembangkan dan melengkapi produk-produk hukum. pedoman umum, petunjuk
teknis, petunjuk pelaksanaan dan sosialisasinya serta advokasi di daerah.
b) Memantapkan jejaring kerja lintas program, sektor dan antar propinsi, kabupaten/kota
serta kemitraan dengan para stakeholder.
c) Meningkatkan kemampuan SDM baik di pusat maupun daerah.
d) Mendorong daerah untuk melegalisasi kegiatan SMBP melalui Perda.
e) Memberikan Bintek dan fasilitasi ke daerah yang membutuhkan.
f) Monitoring dan evaluasi kegiatan SMBP di daerah.
g) Pelaporan hasil kegiatan.
WHO merumuskan ada liga pilar langgung jawab dalam keamanaan makanan, yaitu:
Wulandari, Kusrini. Dkk. 2012. Buku Ajar Kesehatan LIngkungan, Penyehatan Makanan
Dan Minuman B. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta 2.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan