Anda di halaman 1dari 8

PERUMAHAN DAN

PEMUKIMAN KETIKA
BENCANA
Pengantar

■ Tempat menetap atau permukiman merupakan kondisi fisik lingkungan yang


dihadapi oleh para korban bencana setelah selamat dari bencana.
■ Di tempat inilah kondisi kesehatan lingkungan akan berperan nyata menentukan
derajat kesehatan mereka.
■ Keamanan yaitu bebas dari dampak bencana harus dilengkapi dengan kebutuhan
dasar hidup yang saniter.
■ Tersedianya air bersih, merupakan faktor utama lain yang perlu didahulukan,
kemudian baru kebutuhan fisiologis lain, seperti pangan dan pembuangan ekskreta
yang harus tersedia juga dilokasi itu.
Kualitas Pemukiman dan Kesehatan

■ Kualitas permukiaman bagi para pengungsi memberikan dampak kesehatan yang


besar pada kesehatan dan kesejahteraan. Sebuah tempat bernaung bagi para
pengungsi hendaknya memenuhi persyaratan:
a.Faali : istirahat, kebebasan pribadi (privacy)
b.Psikologi : membina hubungan antar penghuni
c.Kesehatan : tidak menjadi tempat menimbulkan penyakit
d.Tidak menimbulkan kecelakaan
■ Rumah bekas dilanda banjir, walaupun air sudah surut masih mempunyai potensi
mengganggu kesehatan penghuninya.
■ Rumah yang lembab bekas kebanjiran akan memberi peluang berkembangnya aneka
ragam jamur kapang diantaranya Stachybotrys atra (nama lain: S. chartarum, S.
alternans) yang mempunyai resiko kesehatan.
Tempat Bernaung Sendiri Untuk Para
Pengungsi (WHO,2002)
■ Nasihat agar memakai rumah sendiri atau bagian ruamha asal yang masih aman dan utuh
■ Mencegaj agar jangan tinggal didalam rumah yang tidak aman, menjelaskan bahayany dan pindah
ke tempat yang lebih aman
■ Membantu sedapat mungkin jika bangunan masih dapat diperkuat
■ Memberikan informasi kepada masyarakat yang tidak mau mengungsi dari tempat bencana
tentang sumber air bersih terdekat, pembuangan air limbah dan lain lain
■ Memberikan informasi kemungkinan pencemaran sumber air
■ Distribusikan larutan pemutih atau klor
■ Sediakan ember untuk mengambil air
■ Berikan petunjuk kepada masyarakat tentang status sistem sanitai dan beberapa failitas
sementara sanitasi
Tempat Bernaung Jangka Pendek

■ Bangunan-bangunan yang masih berdiri dan aman seperti, sekolah, bangunan


umum, kantor, ruang olahraga, tempat ibadah dan tempat-tempat umum lain dapat
dijadikan tempat bernaung.
■ Gedung-gedung yang akan dipakai sebagai tempat bernaung sementara ini harus
diperiksa oleh petugas yang berwenang untuk melihat ada tidaknya kerusakan
struktur atau berada di dekat tempat potensial yang terkena marabahaya susulan.
■ Gedung tempat bernaung juga diharapkan mempunyai sumber air bersih, jamban
dan dapur.
Faktor Risiko Kesehatan Tempat
Bernaung
■ Bangunan tempat bernaung adalah lingkungan berskala mikro yang berpotensi
memengaruhi kesehatan para penghuni.
■ Kondisi-kondisi dalam rumah atau tempat bernaung sebagai faktor-faktor lingkungan
lebih menentukan terjadinya keseluruhan pemajanan langsung kepada pengungsi
daripada kondisi di udara terbuka.
■ Hal ini terjadi terutama karena dalam sehari, waktu yang dilalui penghuni di dalam
bangunan lebih lama daripada di luar bangunan.
■ Terkait dengan ini beberapa karakteristik tempat bernaung yaitu konstruksi, bahan
bangunan, dan kegiatan rumah tangga baik dalam bangunan kecil maupun dalam
bangunan besar berkontribusi terhadap tingkat kesehatan penghuninya.
■ Faktor kondisi fisik tempat bernaung bersama kepadatan hunian dan kegiatan sehari-
hari rumah tangga merupakan 3 faktor yang sering dikaitkan dengan dampak kesehatan
■ Letupan penyakit yang terjadi dapat ditelusuri menuju penyakit tertentu misalnya
Legionella disease (Legionellasis). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri gram
negatif Legionella pneumophila. Bakteri ini dapat berkembangbiak di menara-
menara pendingin, AC, sistem air panas gedung dan kran air.
Kualitas Udara dalam Bangunan

■ Udara didalam rumah berpotensi dicemari oleh zat-zat pencemar yang berasal dari berbagai
sumber (bisa berasal dari alam maupun hasil kegiatan manusia) .
■ Zat pencemar udara dalam bangun dapat berasal dari bahan bakar padat, asap rokok, material
bahan bangunan, perabotan, debu dan kontaminan lain.
■ Bentuk fisik pencemar udara adalah gas dan partikulat (aerosol yang terdiri dari partikel-partikel
kecil zat cair atau zat padat yang melayang-layang di udara). Misalnya, NO2, SO2, CO,
formaldehida, merkuri, debu timah hitam, benzena, asbestos.
■ Bentuk fisik dan komposisi kimia pencemar udara menentukan potensi penetrasi ke dalam
sistem perapasan. Konsentrasi zat pencemar di udara dan laju ventilasi paru-paru perseorangan
menetukan penetrasi itu.
■ Zat pencemar gas yang mudah larut dalam air ( misalnya, SO2 ) sebagian besar terhambat
disaluran pernapasan bagian atas, yang sukar larut dalam air ( misalnya, O3 ) dan partikulat akan
masuk jauh ke dalam paru-paru.

Anda mungkin juga menyukai