Anda di halaman 1dari 55

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISTILAH

DESKRIPSI SINGKAT

MATERI 1 : Pembuatan Ovitrap


1. Tujuan Pembelajaran Umum........................................................................6

2. Tujuan Pembelajaran Khusus.......................................................................6

3. Pokok-Pokok Materi....................................................................................6

4. Uraian Materi Pengertian ovitrap……………............................................6

5. Prosedur kerja ............................................................................................12

6. Hasil...........................................................................................................14

7. Rangkuman................................................................................................16

8. Tes Formatif...............................................................................................16

9. Soal-Soal Tugas.........................................................................................18

MATERI 2 : Pengendalian Vektor Dan Tikus Secara Fisik , Biologi

Dan Kima

1. Tujuan Pembelajaran Umum......................................................................19

2. Tujuan Pembelajaran Khusus.....................................................................19

3. Pokok-Pokok Materi..................................................................................19

4. Uraian Materi tentang penegrtian vector dan tikus ..................................19

5. Uraian Materi Tentang pengendalian vector secara fisik,mekanik

biologi dan kimia .......................................................................................21

a. Nyamuk..........................................................................................21
b. Lalat................................................................................................23
c. Kecoa..............................................................................................24
d. Tikus ..............................................................................................26

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 1


6. Rangkuman................................................................................................29

7. Tes Formatif...............................................................................................30

8. Soal-Soal Tugas.........................................................................................31

MATERI 3 : Pengertian Dan Prosedur Kerja Penegen Dalian Vector Secara


Terutama (Fumigant, Umpan Racun, Pengkabutan( Fogging.)
Flaygirl Pengendalian Rayap (Termit)
1. Tujuan Pembelajaran Umum......................................................................32

2. Tujuan Pembelajaran Khusus.....................................................................32

3. Pokok-Pokok Materi..................................................................................32

4. Uraian Materi Tentang pengertian dan pengendalian vector ....................33

5. Uraian Materi tentag pengendalian vector dan prosedur kerja..................33

a. Fumigant........................................................................................33
b. umpan racun...................................................................................36
c. flaygirl............................................................................................37
d. pengabutan( fogging.)..................................................................40
e. pengendalian rayap (termit))…......................................................43
f. Pressed Air Sprayerp..................................................................... 47
6. Rangkuman................................................................................................51

7. Tes Formatif...............................................................................................52

8. Soal-Soal Tugas.........................................................................................53

TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………54

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 2


DESKRIPSI SINGKAT

Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan kasih
sayang-Nya sehingga Modul Penyediaan Air Bersih ini dapat selesai dengan tepat waktu.

Seperti layaknya sebuah modul, maka pembahasan dimulai dengan menjelaskan


tujuan yang hendak dicapai da n disertai dengan soal yang mengukur tingkat penguasaan
materi setiap topik. Dengan demikian pengguna modul ini secara mandiri dapat mengukur
tingkat ketuntasan yang dicapainya.

Agar memudahkan Anda mempelajari modul ini, maka materi yang akan dibahas
dibagi menjadi 3 Kegiatan Belajar, yaitu:

 Kegiatan belajar - 1 : Pembuatan Ovitrap dari Botol Bekas


 Kegiatan belajar- 2: Pengendalian Vektor dan tikus secara fisik, biologi dan kimia
 Kegiatan belajar - 3: Pengertian Dan Prosedur Kerja Penegendalian
Vector Secara Terutama (Fumigant, Umpan Racun,
Pengkabutan( Fogging.), Flaygirl Pengendalian Rayap (Termit)

Modul ini dapat Anda pelajari secara mandiri. Dalam mempelajari modul ini
sebaiknya Anda pelajari secara bertahap, mulai dari materi pembelajaran yang disajikan
pada Kegiatan Belajar-1 dan mengerjakan soal-soal latihannya serta apabila telah yakin
memahaminya, barulah Anda diperkenankan untuk melanjutkan mempelajari materi
pembelajaran Kegiatan Belajar-2. Anda dapat melanjutkan mempelajari Kegiatan Belajar-2
setelah Anda memahami materi Kegiatan Belajar-1 dan dapat menjawab soal-soal tugasnya
dengan benar. Demikian seterusnya. Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar selanjutnya.
Jika Anda telah dapat menyelesaikan Kegiatan Belajar sebelumnya. Satu hal penting adalah
membuat catatan tentang materi pembelajaran yang sulit Anda pahami. Cobalah terlebih
dahulu mendiskusikan materi pembelajaran yang sulit dengan sesama mahasiswa. Apabila
memang masih dibutuhkan, Anda dianjurkan untuk mendiskusikannya dengan narasumber
pada saat kegiatan pembelajaran tatap muka.

Di dalam modul ini tersedia soal tugas mandiri dan hendaknya semua soal tugas ini
Anda kerjakan dengan tuntas. Dengan mengerjakan semua soal tugas yang ada, Anda akan
dapat menilai sendiri tingkat penguasaan atau pemahaman terhadap materi pembelajaran
yang disajikan dalam modul. Dengan mengerjakan semua soal tugas juga akan dapat

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 3


membantu Anda mengetahui bagian-bagian mana dari materi pembelajaran yang disajikan
di dalam modul yang masih belum sepenuhnya dipahami.

Rumus

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar

X100%

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = cukup

- 69% = kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, bagus! Berarti Anda telah
memahami materi pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-1. Anda dapat
meneruskan kegiatan belajar Anda mempelajari Kegiatan Belajar-2 dan selanjutnya. Tetapi
bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus bersabar untuk mempelajari
kembali materi pembelajaran yang dibahas pada Kegiatan Belajar-1, terutama bagian materi
pembelajaran yang belum Anda kuasai. Kemudian, kerjakanlah kembali soal tugasnya.
Manfaat mempelajari modul ini adalah membantu Anda untuk dapat memahami cara
menjaga dan menata rumah. Oleh karena itu, pentingnya atau kegunaan menguasai Modul
Tata Graha

Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari modul ini adalah sekitar 6 x 60
menit. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk kegiatan pembelajaran secara tatap muka
adalah 4 x 60 menit. Oleh karena itu, Anda dapat membuat catatan-catatan mengenai hal-
hal yang perlu didiskusikan pada waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran secara tatap
muka.

Keberhasilan Anda mempelajari modul ini tentunya sangat tergantung pada


keseriusan Anda. Hendaknya Anda tidak segan-segan untuk bertanya tentang materi
pembelajaran yang belum Anda pahami kepada nara sumber pada saat dilaksanakannya
kegiatan pembelajaran tatap muka, atau berdiskusi dengan rekan Anda.

Di samping itu, Anda juga harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk


menyelesaikan semua tugas yang ada di dalam modul ini. Yakinlah bahwa Insya Allah

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 4


Anda akan berhasil dengan baik apabila memiliki semangat belajar yang tinggi. Jangan lupa
berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar senantiasa diberikan kemudahan belajar.
Selamat Belajar, Semoga Sukses.

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 5


B. MATERI PEMBELAJARAN

KEGIATAN BELAJAR-1

Pembuatan Ovitrap Dari Botol Bekas

1. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada
Kegiatan Belajar- ini, mahasiswa dapat mengetahui, Pembuatan Ovitrap dari Botol
Bekas
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan
Belajar-1 ini, secara khusus Anda dapat:
a. Mendeskripsikan bagaimana penggunaan ovitrap
b. Mengetahui penggunaan ovitrap
3. Pokok-Pokok Materi
Pokok-pokok materi yang harus Anda pelajari pada Kegiatan Belajar-1Ini adalah:
c. Pengertian ovitrap
d. Mengetahui tentang dskripsi nyamuk aedes
e. Prosedut kerja kerja pembuatan ovitrap

4. Uraian Materi Tentang pengertian ovitrap

Ovitrap (singkatan dari oviposition trap) adalah suatu alat yang berupa
kontainer terbuat dari bahan kaleng, plastik, gelas ataupun bambu yang diisi air,

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 6


diletakkan pada tempat-tempat yang telah ditentukan. Digunakan untuk mendeteksi
adanya nyamuk Aedes dan juga untuk pemberantasan larvanya (Kemenkes, 2012).
Umumnya ovitrap terbuat dari gelas plastik kecil dengan mulut gelas yang
lebar, dicat warna hitam pada bagian luarnya dan dilengkapi dengan kayu atau bambu
yang dijepitkan secara vertikal pada dinding dalam gelas. Gelas tersebut diisi air
sebanyak setengah sampai ¾ gelas disajikan dalam gambar 9 (Polson, 2002).

Gambar 9. Ovitrap
Sumber: Flickr, 2010

Modifikasi Ovitrap
Modifikasi ovitrap dapat berupa bentuk, ukuran, warna, dan penambahan
atraktan. Atraktan adalah suatu bahan yang memiliki daya tarik terhadap serangga
(nyamuk) baik secara kimiawi maupun visual. Atraktan dari bahan kimia dapat
berupa senyawa ammonia, CO2, asam laktat, octenol, dan asam lemak. Zat atau
senyawa tersebut dapat berasal dari bahan organik ataupun merupakan hasil proses
metabolisme mahluk hidup. Atraktan fisika dapat berupa getaran suara dan warna
(warna suatu benda atau cahaya). Atraktan dapat juga digunakan sebagai bahan untuk
mempengaruhi perilaku, memonitor atau menurunkan populasi nyamuk secara
langsung, tanpa menyebabkan cedera bagi binatang lain dan manusia, dan tidak
meninggalkan residu pada makanan atau bahan pangan (Weinzierl, 2005).
Penambahan atraktan bervariasi antara air rendaman jerami dan jenis
rerumputan tertentu, air rendaman udang dan kerang. Air rendaman tersebut akan
menghasilkan kadar CO2 dan ammonia yang dapat menarik dan mempengaruhi
penciuman nyamuk untuk memilih tempat bertelurnya (Sant’ana, 2006). Ovitrap

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 7


Modul Pemasaran Sosial

dengan penambahan air jerami 10% terbukti menghasilkan telur terperangkap 8 kali
lebih banyak jika dibandingkan dengan ovitrap standar (Polson, 2002).

5. Uraian Materi Tentang tikus domestic


a. Deskripsi tikus domestic

b. Ae. aegypti
Nyamuk Ae. aegypti merupakan vektor utama dalam penyebaran penyakit
DBD. Ae. aegypti merupakan nyamuk pemukiman yang habitat perkembangbiakan
stadium pradewasa di tempat penampungan air yang relatif bersih dan yang berada di
pemukiman masyarakat (Kemenkes RI, 2010).

i. Taksonomi Ae. aegypti

Taksonomi nyamuk Ae. aegypti menurut Sutaryo (2004) sebagai berikut:


Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Sub kelas : Pterigota
Ordo : Diptera
Sub ordo : Nematocera
Family : Cilicidae
Sub Famili : Culicinae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti

ii. Siklus hidup dan morfologi

Nyamuk Ae. aegypti disebut juga black white mosquito atau tiger mosquito
karena garis-garis dan bercak putih keperakan di atas warna hitam tubuhnya. Nyamuk
ini memiliki 4 stadium atau siklus hidup yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa.
Morfologi dan siklus hidup nyamuk Ae. aegypti disajikan dalam Gambar 1.

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 6


Modul Pemasaran Sosial

Gambar 1. Morfologi dan siklus hidup nyamuk Ae. aegypti


Sumber: CDC, Mosquito life-cycle, 2012

1. Telur
Secara umum nyamuk Ae. aegypti meletakkan telur pada dinding
genangan air kemudian menetas menjadi larva dalam waktu sekitar 2
hari. Letak telurnya terpisah 1 dengan yang lainnya ditunjukan pada
Gambar 2a. Telur Ae. aegypti memiliki warna hitam dan berbentuk
lonjong disajikan dalam Gambar 2b (Kemenkes RI, 2013). Telur
nyamuk Ae. aegypti tahan pada suasana kering sampai 6 bulan pada
suhu -2°C sampai 42°C dan baru menetas setelah terdapat genangan air
dalam waktu 1-2 hari (Depkes RI, 2010).

a. (b)
Gambar 2. Telur Ae. aegypti
Sumber: Kemenkes RI 2013

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 7


Modul Pemasaran Sosial

Nyamuk Ae. aegypti betina dapat bertelur rata-rata 100-400 butir


dalam sekali waktu. Jumlah telur nyamuk yang dihasilkan dalam sekali
bertelur dipengaruhi oleh seberapa banyak nyamuk tersebut menghisap
darah manusia. Nyamuk betina biasanya menghisap darah pada hari
ketiga setelah kawin dan mulai bertelur pada hari keenamnya. Nyamuk
Ae. aegypti senang untuk bertelur di tempat air jernih, terutama bak
mandi, gentong air minum, dan pada genangan air di ban atau kaleng
bekas. Di laboratorium telur akan menetas dalam 10 hari dengan
temperatur 28˚C, sedangkan di lapangan telur dapat menetas lebih lama
yaitu 17-20 hari, hal ini dipengaruhi suhu, tersedianya makanan, dan
kepadatannya (Sutaryo, 2004).
2. Larva
Telur menetas menjadi larva dalam waktu dua hari dan umur larva
sekitar 7-9 hari dan kemudian berubah menjadi pupa (Sutaryo, 2004).
Posisi istirahat jentik terlihat menggantung di permukaan air dengan
sifon di bagian atas yang disajikan pada Gambar 3 (Kemenkes RI,
2013). Larva nyamuk Ae. aegypti memiliki comb scale dengan duri
pada sisi lateralnya sehingga berbentuk seperti trisula pada segmen
abdomen ke 8 dan sifon disertai 1 pasang hair tuft yang tumbuh tidak
sempurna, sedangkan larva Ae. albopictus memiliki comb scale tampa
duri pada sisi lateralnya (Soedarto, 2011). Gambar comb scale larva Ae.
aegypti disajikan dalam Gambar 4. Perbedaan lainnya antara larva Ae.
aegypti dan Ae. albopictus terdapat pada sikat ventralnya, pada Ae.
aegypti sikat ventral memiliki 5 pasang rambut, sedangkan pada larva
Ae. albopictus memiliki 4 pasang rambut.

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 8


Modul Pemasaran Sosial

Gambar 3. Larva Ae. aegypti


Sumber: Kemenkes RI, 2013

Gambar 4. Comb Scale pada larva Ae. aegypti


Sumber: Sivanathan, 2006
Pada larva terdapat empat stadium tahapan perkembangan larva
dengan empat kali pergantian kulit (ecdysis). Keempat stadium tersebut
yaitu instar I, II, III, IV. Larva instar I berukuran 1-2 mm, warna
transparan, duri-duri (spinae) pada thoraks belum jelas, dan terdapat
sifon yang belum menghitam, terbentuknya larva instar I sekitar 1 hari.
Larva instar II berukuran 2.5-3.9 mm, spinae belum jelas, dan sifon

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 9


Modul Pemasaran Sosial

berwarna hitam, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai instar II sekitar


1-2 hari. Larva instar III berukuran kira-kira 4-5 mm, spinae mulai jelas,
dan siphon berwarna coklat kehitaman, waktu yang dibutuhkan untuk
terbentuknya larva instar III sekitar 2 hari. Larva instar IV memiliki
struktur anatomi yang sudah lengkap, dan tubuh dapat dibagi menjadi
bagian cephal, thoraks, dan abdomen (Soegijanto, 2006).
3. Pupa
Pupa merupakan stadium akhir calon nyamuk Ae. aegypti. Fase
pupa berlangsung selama 2-5 hari, lalu menjadi nyamuk (Sutaryo,
2004). Pada kepala pupa terdapat breathing trumphet yaitu alat untuk
bernapas yang berbentuk terompet dan pada ruas abdomen ke 8 terdapat
sepasang alat pengayuh untuk berenang. Posisi pupa sejajar terhadap
permukaan air yang ditunjukkan pada Gambar 5 (Soegijanto, 2006).

Gambar 5. Pupa Ae. aegypti


Sumber: Kemenkes RI, 2013

4. Nyamuk dewasa
Umur nyamuk dewasa betina sekitar 8-15 hari, dan umur nyamuk
dewasa jantan sekitar 3-6 hari (Sutaryo, 2004). Nyamuk Ae. aegypti

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 10


Modul Pemasaran Sosial

yang dewasa memiliki tubuh berwarna hitam dengan garis-garis dan


bintik berwarna putih keperakan atau putih kekuningan ditunjukan pada
Gambar 6.

Gambar 6. Nyamuk Ae. aegypti dewasa


Sumber: Sivanathan, 2006

Pada bagian tengah thoraks pada bagian dorsal terdapat lyre form
yaitu 2 garis sejajar melengkung di tepi thoraks disajikan dalam Gambar
7 (Soedarto, 2011). Pada anterior kaki nyamuk Ae. aegypti bagian femur
terdapat strip putih memanjang yang disajikan dalam Gambar 8.

Gambar 7. Lyre form pada thoraks


Sumber: Rahayu, 2013

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 11


Modul Pemasaran Sosial

Gambar 8. Femur anterior nyamuk Ae. aegypti


Sumber: Rahayu, 2013

iii. Bionomik nyamuk Ae. aegypti

Bionomik mencakup kebiasaan menggigit, perilaku istirahat, kemampuan jarak


terbang. Nyamuk Ae. aegypti merupakan hewan diurnal, yang memiliki dua periode
aktivitas menggigit, pertama di pagi hari selama beberapa jam setelah matahari terbit
dan sore hari selama beberapa jam sebelum gelap (WHO, 2002). Nyamuk Ae. aegypti
juga memiliki kebiasaan menghisap darah pada siang hari yang disebut day biting
mosquito dan mempunyai kebiasaan menggigit manusia secara berulang (Sutaryo,
2004).
Kemampuan nyamuk untuk terbang dalam sehari sekitar 30-50 meter, jarak ini
tergantung dengan tersedianya tempat untuk bertelur, apabila ditemukan tempat untuk
bertelur di sekitar rumah maka nyamuk tidak akan terbang lebih jauh (Sutaryo, 2004).
Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa Ae. aegypti dapat terbang sampai lebih
dari 400 meter terutama untuk mencari tempat bertelur. Nyamuk Ae. aegypti jarang
ditemukan di luar rumah karena nyamuk ini lebih suka beristirahat di tempat yang
gelap, lembab, dan tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk kamar
tidur, kamar mandi, maupun di dapur (WHO, 2002).
Prosedur Kerja

Alat dan Bahan


1. Botol plastik bekas
2. Kain/plastik hitam
3. Kasa nilon
4. Pelubang plastik

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 12


Modul Pemasaran Sosial

5. Perekat
6. Gunting
7. Perekat
8. Air
2 Cara Kerja
2.1 Pembuatan Ovitrap
1. Botol plastik dipotong hingga bagian atasnya terbuka.
2. Kain / plastik hitam direkatkan pada bagian luar botol hingga bagian
dalam terlihat berwarna gelap.
3. Buat lubang pada sisi botol, berjarak 2cm dari bagian atas botol.
4. Kasa nilon di tutupkan ke bagian atas botol, namun bagian tengahnya
menjorok ke arah botol.
5. Isi botol dengan air hingga batas lubang, sesuaikan kasa hingga pada
bagian tengah terendam.
2.2 Penggunaan Ovitrap
1. Letakkan ovitrap di tempat-tempat yang habitat-habitat bagi
nyamuk Aedes aegypty, seperti tempat yang lembab, sedikit cahaya
matahari atau memiliki intensitas cahaya yang rendah.
2. Tunggu selama 1-2 minggu, awasi agar tidak tumpah.
3. Ambil ovitrap, kemudian tuangkan airnya kedalam wadah bening atau
berwarna terang.
4. Amati jika terdapat telur atau larva nyamuk.
5. Ambil larva atau nyamuk untuk di identifikasi dan diawetka.
1. Hasil
a. Tabet Pengamatan
Tanggal :............ ,
Lokasi :................

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 13


Modul Pemasaran Sosial

Tempat Hari Pengamatan


Jumlah
No Meletakkan
(V)
Ovitrap 3 6 9 12

….dst

Keterangan :
- Beri tanda V untuk jenis umpan yang paling banyak dimakan.
- Jumlah jenis umpan yang terbanyak dimakan berarti jenis umpan yang paling
disukai.
b. Trapping

DAFTAR : Hasil penangkapan tikus

Tanggal : .............................

Lokasi : .........................

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 14


Modul Pemasaran Sosial

RANGKUMAN

Ovitrap (singkatan dari oviposition trap) adalah suatu alat yang berupa
kontainer terbuat dari bahan kaleng, plastik, gelas ataupun bambu yang diisi air
diletakkan pada tempat-tempat yang telah ditentukan. Digunakan untuk mendeteksi
adanya nyamuk Aedes dan juga untuk pemberantasan larvanya (Kemenkes, 2012).
Umumnya ovitrap terbuat dari gelas plastik kecil dengan mulut gelas yang
lebar, dicat warna hitam pada bagian luarnya dan dilengkapi dengan kayu atau bambu
yang dijepitkan secara vertikal pada dinding dalam gelas. Gelas tersebut diisi air
sebanyak setengah sampai ¾ gelas disajikan dalam gambar 9 (Polson, 2002).

Modifikasi ovitrap dapat berupa bentuk, ukuran, warna, dan penambahan


atraktan. Atraktan adalah suatu bahan yang memiliki daya tarik terhadap serangga
(nyamuk) baik secara kimiawi maupun visual. Atraktan dari bahan kimia dapat
berupa senyawa ammonia, CO2, asam laktat, octenol, dan asam lemak. Zat atau
senyawa tersebut dapat berasal dari bahan organik ataupun merupakan hasil proses
metabolisme mahluk hidup. Atraktan fisika dapat berupa getaran suara dan warna
(warna suatu benda atau cahaya). Atraktan dapat juga digunakan sebagai bahan untuk
mempengaruhi perilaku, memonitor atau menurunkan populasi nyamuk secara
langsung, tanpa menyebabkan cedera bagi binatang lain dan manusia, dan tidak
meninggalkan residu pada makanan atau bahan pangan (Weinzierl, 2005).

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 15


Modul Pemasaran Sosial

Tes Formatif

Kerjakan soal berikut ini dengan memberi tanda silang (x) pada salahsatu huruf
yang dianggap paling tepat!

1. Banyaknya padi yang dapat dirusak seekor dalam 2 hari, adalah....


a. 283
b. 366
c. 234
d. 266
2. Berapa lama nyamuk dewasa ?
a. 3 minggu
b. 2 minggu
c. 4 minggu
d. 3,5 minggu
3. Bahan yang digunakan untuk mengambl sampel telur nyamuk aedes, adalah...
a. Kelambu
b. Chloroform
c. larvatrap
d. ovitrap

Nah, setelah anda mengerjakan tes formatif, cocokkanlah jawaban Anda

dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di bagian akhir modul ini.

Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini

untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar.

Rumus
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan = x 100
5
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90 – 100 % = Baik sekali

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 16


Modul Pemasaran Sosial

80 – 89 % = Baik

70 – 79 % = Cukup

70 % = Kurang

70 % = Kurang

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 17


Modul Pemasaran Sosial

B. MATERI PEMBELAJARAN

KEGIATAN BELAJAR-1

PENGENDALIAN VEKTOR DAN TIKUS


SECARA FISIK, BIOLOGI, KIMA
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan
pada Kegiatan Belajar- ini, mahasiswa dapat mengetahui,
mengendintifikasi vector (tikus) dan pengendalian vector penganggu
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada
Kegiatan Belajar-1 ini, secara khusus Anda dapat:
4. Mendeskripsikan pengertian vector dan tikus
5. Mendiskripsikan pengendalian vector dan tikus secara fisik ,mekanik
biologi, dan kimia
3. Pokok-Pokok Materi
Pokok-pokok materi yang harus Anda pelajari pada Kegiatan Belajar-1Ini
adalah:
6. Pengertian vector dan tikus
7. Mengetahui cara penegndalian vector dan tikus secara fisik, mekanik,
biologi dan kimia
8. Prosedut kerja kerja
4. Uraian Materi Tentang pengertian vector dan tikus
Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010 menyatakan bahwa vektor
merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi
sumber penularan penyakit pada manusia. Sedangkan menurut Nurmaini
(2001), vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan/menularkan suatu
infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan.

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 18


Modul Pemasaran Sosial

Vektor penyakit merupakan arthropoda yang berperan sebagai penular


penyakit sehingga dikenal sebagai arthropod – borne diseases atau sering juga
disebut sebagai vector – borne diseases yang merupakan penyakit yang
penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan
bahaya bagi kesehatan sampai kematian
Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok
vektor dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu
secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit. Penyakit yang
ditularkan melalui vektor masih menjadi penyakit endemis yang dapat
menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta dapat menimbulkan
gangguan kesehatan masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian
atas penyebaran vektor tersebut (Menkes, 2010).
dapun dari penggolongan binatang yang dapat dikenal dengan 10
golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum yang sangat
berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti
nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria,
demam berdarah, dan phylum chodata yaitu tikus sebagai pengganggu
manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla
cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping nyamuk
sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu masih banyak binatang lain
yang berfungsi sebagai vektor dan binatang pengganggu (Nurmaini, 2001).
Tikus merupakan binatang pengerat yang sudahmenjadi musuh
masyarakat karena sebagai faktor penyakitdan identik dengan image kotor.
Selain itu tikus seringmerusak property rumah kita karena sifat pengeratnya
danmenjadi musuh para petani karena sering merusak tanaman/sawah mereka.
Berbagai tindakan sering kita lakukan untukmembasmi tikus ini seperti dengan
jebakan, lem ataupundengan racun.
Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam suku Muridae. Spesies
tikus yang paling dikenal adalah mencit (Mus spp.) serta tikus got (Rattus
norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara dan merupakan suatu
organisme model yang penting dalam biologi. (Wikipedia, 2010)

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 19


Modul Pemasaran Sosial

5. Pengendalian Vektor
A. Vector nyamuk
1.nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti dapat menularkan penyakit demam berdarah
dengue (DBD)melalui tusukanya. Nyamuk ini berwarna gelap yang dapat
diketahui dari adanya garis putihkeperakan dengan bentuk lyre pada
toraknya dan mempunyai gelang putih pada bagianpangkal kaki,proboscis
bersisik hitam. (Suroso Thomas,1998).
 Pengendalian
1. fisik
 Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
PSN dilakukan dengan kegiatan 3M (mengubur,menguras dan
mengubur).
 Pemasangan Ovietrap
Ovietrap adalah perangkap telur nyamuk, dengan meletakan tempat
penampungan air di dalam maupun di luar rumah, dan membuang/mengganti
airnya seminggu sekali.
2. Pengendalian Biologi
Menggunakan ikan predator larva, dan penaburan parasit dan Bacillus
thuringiensis
3. Pengendalian Kimia
Menggunakan bahan kimia, seperti fogging, abate dan insektisida
rumah tangga.
4. Repellent/Pengusir Nyamuk
Repellent digunakan saat jam kepadatan vektor tinggi, atau akan ke
tempat-tempat umum yang memungkinkan kontak dengan nyamuk.
2. Nyamuk culex sp
Nyamuk Culex sp merupakan golongan serangga penular
(vektor). Nyamuk dari genus Culex sp dapat menyebarkan penyakit
Japanese Encephalitis (radang otak), dan Filariasis. Japanese Encephalitis
(JE) adalah suatu penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat yang
disebabkan oleh virus. Ada beberapa macam encephalitis diantaranya
Japanese Encephalitis dan St Louis Encephalitis.Di lingkungan pemukiman

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 20


Modul Pemasaran Sosial

nyamuk Culex sp mempunyai aktivitas pada malam hari, yaitu pada permulaan
malam, sesudah matahari terbenam sampai dengan matahari terbit. Tempat
perindukan nyamuk Culex sp di sembarang tempat misalnya di air bersih,
air kotor yaitu genangan air, got terbuka. Nyamuk Culex sp suka
beristirahat dalam rumah pada kelambu, tali jemuran atau kain/benda
tergantung yang berada di tempat lembab dan kurang cahaya,pada ketinggian
0 - > 225 cm di atas permukaan tanah. Tempat-tempat yang disenangi
nyamuk untuk hinggap dan beristirahat adalah tempat gelap, lembab dan
sedikit angin. Termasuk di kamar tidur, kamar mandi, kamar kecil,
maupun di dapur. Di dalam ruangan, permukaan istirahat yang mereka suka
adalah di bawah furniture, benda yang tergantung seperti baju dan korden.
 Pngendalian
 Pengendalian secara mekanik
Cara ini dapat di lakukan dengan mengubur kaleng-kaleng atau
tempat-tempat sejenis yang dapat menampung air hujan dan membersihkan
lingkungan yang berpotensial di jadikan sebagai sarang nyamuk Culex sp
misalnya got dan potongan bambu. Pengendalian mekanis lain yang dapat
dilakukan adalah pemasangan kelambu dan pemasangan perangkap nyamuk
baik menggunakan cahaya lampu dan raket pemukul.
 Pengendalian secara biologi
Intervensi yang di dasarkan pada pengenalan organisme pemangsa,
parasit, pesaing untuk menurunkan jumlah Culex sp. Ikan pemangsa larva
misalnya ikan kepala timah, gambusia ikan mujaer dan nila di bak dan tempat
yang tidak bisa ditembus sinar matahari misalnya tumbuhan bakau sehingga
larva itu dapat di makan oleh ikan tersebut dan merupakan dua organisme
yang paling sering di gunakan. Keuntungan dari tindakan pengendalian secara
biologis mencakup tidak adanya kontaminasi kimiawi terhadap lingkungan.
Selain dengan penggunaan organisme pemangsa dan pemakan larva nyamuk
pengendalian dapat di lakukan dengan pembersihan tanaman air dan rawa-
rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan
atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk dan
membersihkan semak-semak di sekitar rumah dan dengan adanya ternak

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 21


Modul Pemasaran Sosial

seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada
manusia apabila kandang ternak di letakkan jauh dari rumah
 Pengendalian secara kimia
Penggunaan insektisida secara tidak tepat untuk pencegahan dan
pengendalian infeksi dengue harus dihindarkan. Selama periode sedikit atau
tidak ada aktifitas virus dengue, tindakan reduksi sumber larva secara rutin,
pada lingkungan dapat dipadukan dengan penggunaan larvasida dalam wadah
yang tidak dapat dibuang, ditutup, diisi atau ditangani dengan cara lain.
B. Vector Lalat

Lalat termasuk insekta ordo Diptera yang ditandai sepasang sayap.


Lalat ini berkembang biak dengan metamorfhosis sempurna, yaitu dimulai
dari telur, larva, pupa dan imago. Musca demostica ( lalat rumah ) bertelur
antara 100-150 butir. Telur – telur ini menetas menjadi larva kira – kira dalam
waktu 24 jam dan makanannya adalah bahan – bahan yang dapat membusuk,
dan keadaan dalam bentuk larva berlangsung antara 3 – 7 hari. Larva yang
matur pindah ketempat yang sejuk dan kering serta membentuk pupa inaktif,
bentuk pupa ini memerlukan waktu antara 3 sampai beberapa hari. Sayapnya
tidak terlipat lagi dan kulitnya berchitin dn keras dan tergantung pada suhu
dan iklim, lalat rumah dapat hidup dalam jaringan hidup manusia dan
menyebabkan penyakit myasis.
 Pengendalian
1. Cara fisik
 Mudah dan aman, tetapi kurang efektifv apa bila alat dalam skala
kepadatan tinggi hanya skala kecil
 Perangkap lalat ( flay trap)
 Umpan kertas lengket berpentuk pita atau lembaran (sticky tapes)
 Perangkap dan pembunuhan elektronik (light trap with elektrouch)

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 22


Modul Pemasaran Sosial

2. Secara kimia
 Penggunaan insectisida hanya priode singkat apa bila sangat di
butuhkan (resistensi)
 Dapat di lakukan dengan cara umpan (baits) penyemprotan dengan
efek residu (residual, spraying), pengasapan ( space spraying)
3. Secara biologi
 Memanfaatkan sejenis semut kecil berwarna hitam
(phiedologelonaffimis) untuk mengurangi populasi lalat rumah
tempat sampah ( Filipina)

C. Vektor Kecoa

Kecoa termasuk phyllum Arthropoda, klas Insekta. Para ahli serangga


memasukkan kecoa kedalam ordo serangga yang berbeda-beda. Maurice dan
Harwood ( 1969 ) memasukkan kecoa ke dalam ordo Blattaria dengan salah
satu familinya Blattidae; Smith ( 1973 ) dan Ross ( 1965 ) memasukkan kecoa
kedalam ordo Dicyoptera dengan sub ordonya Blattaria; sedangkan para ahli
serangga lainnya memasukkan kedalam ordo Orthoptera dengan sub ordo
Blattaria dan famili Blattidae.
Kecoa merupakan serangga yang hidup di dalam rumah, restoran, hotel,
rumahsakit, gudang, kantor, perpustakaan, dan lain-lain. Seranga ini sangat
dekat kehidupannya dengan manusia, menyukai bangunan yang hangat, lembab
dan banyak terdapat makanan, Hidupnya berkelompok, dapat terbang, aktif
pada malam hari seperti di dapur, di tempat penyimpanan makanan, sampah,
saluran-saluran air kotor, umumnya menghindari cahaya, siang hari
bersembunyi di tempat gelap dan sering bersemnbunyi dicela-cela. Serangga
ini dikatakan pengganggu karena mereka biasa hidup ditempat kotor dan dalam
keadaan terganggu mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap.

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 23


Modul Pemasaran Sosial

Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan


penyakit. Peranantersebut antara lain :
- Sebagai vector mekanik bagi beberapa mikro organisme patogen.
- Sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing.
- Menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal
gatal
 Pemberantasan kecoa
1. Secara fisik atau mekanis dengan :
a. Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul atau tangan.
b. Menyiram tempat perindukkan dengan air panas.
c. Menutup celah-celah dinding
i. Secara Kimiawi
Pemberantasan kecoa secara kimiawwi dilakukan dengan
menggunakan bahan kimia (insektisida) dengan formulasi spray
(pengasapan), dust (bubuk), aerosol (semprotan) atau bait (umpan).
Selanjutnya kebersihan merupakan kunci utama dalam pemberantasan
kecoa yang dapat dilakukan dengan cara-cara seperti sanitasi lingkungan,
menyimpan makanan dengan baik dan intervensi kimiawi (insektisida,
repellent, attractan).
Strategi pengendalian kecoa ada 4 cara (Depkes RI, 2002) :
1. Pencegahan
Cara ini termasuk melakukan pemeriksaan secara teliti barang-
barang atau bahan makanan, serta menutup semua celah-celah, lubang atau
tempat-tempat tersembunyi yang bisa menjadi tempat hidup kecoa dalam
dapur, kamar mandi, pintu dan jendela, serta menutup atau memodifikasi
instalasi pipa sanitasi.
2. Sanitasi
Cara yang kedua ini termasuk memusnahkan makanan dan tempat
tinggal kecoa antara lain, membersihkan remah-remah atau sisa-sisa
makanan di lantai atau rak, segera mencuci peralatan makan setelah
dipakai, membersihkan secara rutin tempat-tempat yang menjadi
persembunyian kecoa seperti tempat sampah, di bawah kulkas, kompor,
furniture, dan tempat tersembunyi lainnya. Jalan masuk dan tempat hidup

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 24


Modul Pemasaran Sosial

kecoa harus ditutup, dengan cara memperbaiki pipa yang bocor,


membersihkan saluran air (drainase), bak cuci piring dan washtafel.
Pemusnahan tempat hidup kecoa dapat dilakukan juga dengan
membersihkan lemari pakaian atau tempat penyimpanan kain, tidak
menggantung atau segera mencuci pakaian kotor dan kain lap kotor.
3. Trapping
Perangkap kecoa yang sudah dijual secara komersil dapat
membantu untuk menangkap kecoa dan dapat digunakan untuk alat
monitoring. Penempatan perangkap kecoa yang efektif adalah pada sudut-
sudut ruangan, di bawah washtafel dan bak cuci piring, di dalam lemari, di
dalam basement dan pada lantai di bawah pipa saluran air.
4. Pengendalian dengan insektisida
Insektisida yang banyak digunakan untuk pengendalian kecoa
antara lain : Clordane, Dieldrin, Heptachlor, Lindane, golongan
organophosphate majemuk, Diazinon, Dichlorvos, Malathion dan Runnel.
Penggunaan bahan kimia (insektisida) ini dilakukan apabila ketiga cara di
atas telah dipraktekkan namun tidak berhasil. Disamping itu bisa juga
diindikasikan bahwa pemakaian insektisida dapat dilakukan jika ketiga
cara tersebut di atas (pencegahan, sanitasi, trapping) dilakukan dengan
cara yang salah atau tidak pernah melakukan sama sekali.

D. Vektor Tikus

Tikus merupakan hewan mamalia yang sering berasosiasi dengan manusia


yang pada umumnya bersifat parasitisme, tikus mendapatkan keuntungan
sedangkan manusia sebaliknya. Di bidang pertanian tikus merupakan salah satu
hama penting yang menimbulkan kerugian besar, baik di lapang, maupun tempat
penyimpanan. Tikus memiliki palabilitas pakan yang luas pada tanaman pangan

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 25


Modul Pemasaran Sosial

antara lain serealia, kacang-kacangan, umbi-umbian, buah, sayuran dan


peningkatan populasi tikus terjadi dengan cepat apabila pakan selalu tersedia
(Priyambodo 2003)
 Penegndalian
1. Pengendalian Secara Fisik
Pengendalian tikus secara fisik untuk mempertahankan populasi tikus
pada tingkat serendah-rendahnya, yang meliputi: Perbaikan sanitasi
lingkungan seperti, penyimpanan sampah, pengumpulan sampah, pembuangan
sampah yang saniter membuat bangunan kedap tikus, penyimpanan barang
yang masih berguna pada tempat yang terang, menukar posisi meubeler secara
berkala dan membuat bangunan selalu dalam keadaan bersih dan memasang
perangkap tikus (Iskandar, A, 1995)
2. Pengendalian Secara Kimia
Upaya pengendalian tikus secara kimia dilakukan dengan peracunan
yang menggunakan umpan, peracunan biasanya secara lambat maupun
peracunan secara cepat dengan racun seperti: red squill, warfarin, pivel
fumarin dan dipachinone (Iskandar, A, dkk, 1995). Sedangkan untuk
pemberantasan tikus pada bangunan dan ruang tertutup, menggunakan bahan
kimia khusus yaitu fumigan.
Fumigan adalah suatu kelompok khusus sederhana, merupakan
senyawa yang mudah menguap dan berada dalam bentuk gas pada temperatur
lebih besar, digunakan untuk membasmi vektor penular penyakit
(Kusnoputranto, H, 2000). Saat ini jenis fumigan yang banyak digunakan
adalah jenis fumigan CH3Br untuk pemberantasan vektor khususnya tikus di
kapal (Depkes RI, 1990).
3. Pengendalian Secara Biologi
Pengendalian tikus secara biologi dengan memelihara hewan sebagai
predator seperti kucing, cerpelai dan ular. Di Indonesia pada umumnya
memelihara kucing sebagai pengendalian secara biologi, tetapi dalam hal ini,
kucing tidak dapat mengatasi masalah populasi tikus, karena kucing dapat
membawa penyakit setelah memangsa tikus (Iskandar, A, 1995).

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 26


Modul Pemasaran Sosial

 Metoda dalam pengendalian tikus


Banyak metoda yang digunakan dalam mengendalikan tikus,
pengendalian terpadu hama tikus dapat dilakukan dengan empat tahap
operasional dilapangan :
a. Inspeksi tikus & Initial Survey
b. Sanitasi
c. Rat Proofing
d. Rodent Killing (trapping program dan rodentisida program)
Kombinasi beberapa metoda akan memberikan hasil yang lebih baik
dari pada hanya menggunakan satu macam metoda. Pemilihan metoda
yang digunakan disesuaikan dengan sasaran dan kondisi lingkungan.
a. Inspeksi Tikus & Initial Survey
Inspeksi tikus sangat penting dilakukan sebelum dilaksanakan
program pengendalian tikus, inspeksi yang baik akan memberikan hasil
maksimal dalam pengendalian. Initial Survey, ditujukan untuk
menentukan kondisi awal atau tingkat serangan dan kerusakan yang
ditimbulkan oleh tikus sebelum dilakukan program pengendalian tikus.
b. Sanitasi
Sanitasi sangat diperlukan dalam upaya suksesnya program
pengendalian hama tikus. Untuk mendapatkan hasil sanitasi yang baik,
diperlukan pengelolaan sampah, menjaga kebersihan area, sistem tata letak
barang digudang dengan susunan berjarak dari dinding dan tertata diatas
palet, dll.
Tikus menyukai tempat-tempat yang kotor dan lembab. Melakukan
sanitasi berarti menghilangkan tempat beristirahat, bersembunyi, berteduh
dan berkembang biak bagi tikus, disamping juga menghilangkan makanan
tikus.
c. Rat Proofing / Exlucion
Untuk mengendalikan tikus disuatu lokasi diupayakan agar lokasi
tersebut tertutup dari celah yang memungkinkan tikus masuk dari luar.
Tikus dapat leluasa masuk lewat bawah pintu yang renggang, lewat lubang
pembuangan air yang tidak tertutup kawat kasa, lewat shaft yang tidak

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 27


Modul Pemasaran Sosial

bersekat atau lewat jalur kabel telepon dan listrik dari bangunan yang
tersambung disekitarnya.
d. Rodent Killing
Pengendalian dengan tikus dapat dilakukan dengan dua cara, sebagai
berikut:
a) Pengendalian non kimia (trapping)
Trapping adalah satu dari sekian cara yang paling efektif untuk
mengendalikan tikus, kelebihan penggunaan sistem Trapping adalah
satu dari sekian cara yang paling efektif untuk mengendalikan tikus,
kelebihan penggunaan sistem trapping :
- Trapp sangat aman,karena tidak mengandung racun seperti halnya
umpan.
- Cepat mendatangkan hasil.
- Menghindari tersebarnya bangkai tikus yang sangat sulit ditemukan.
- Cara penangkapan tikus dengan traping/ perangkap:

RANGKUMAN

Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010 menyatakan bahwa vektor


merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi
sumber penularan penyakit pada manusia.
Vektor penyakit merupakan arthropoda yang berperan sebagai penular
penyakit sehingga dikenal sebagai arthropod – borne diseases atau sering juga
disebut sebagai vector – borne diseases yang merupakan penyakit yang penting
dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya bagi
kesehatan sampai kematian. Dalam pengendalian vektor, bisa menggunakan
pengendalian secara mekanik, biologi, maupun kimia.

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 28


Modul Pemasaran Sosial

Tes Formatif

Kerjakan soal berikut ini dengan memberi tanda silang (x) pada
salahsatu huruf yang dianggap paling tepat.
1. Pengendalian menggunakan trap, merupakan pengendalian vektor dengan
tipe....
a. Non-kimia
b. Kimia
c. Fisik
d. Mekanik
2. Pengendalian menggunakan predator, merupakan pengendalian vektor
dengan tipe....
a. Biologi
b. alami
c. Fisik
d. Mekanik
3. Pengendalian menggunakan Dieldrin, Heptachlor, merupakan
pengendalian vektor dengan tipe....
a. Kimia
b. alami
c. Fisik
d. Mekanik
4. Waktu yang diperlukan lalat , menjadi larva adalah...
a. 3-7 hari
b. 3-6 hari
c. 3-5 hari
d. 3-4 hari
5. Pengendaliannya dapat dengan menyiram tempat perindukan dengan air
panas, adalah...
a. Nyamuk
b. Kecoa
c. Tikus
d. Semuanya benar

Nah, setelah anda mengerjakan tes formatif, cocokkanlah jawaban Anda

dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di bagian akhir modul ini.

Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini

untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar.

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 29


Modul Pemasaran Sosial

Rumus
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan = x 100
5
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90 – 100 % = Baik sekali

80 – 89 % = Baik

70 – 79 % = Cukup

70 % = Kurang

70 % = Kurang

Soal-soal Tugas

Jawablah soal-soal tugas berikut ini dengan jelas dan singkat.

1. Bagaimana pengendalian secara kimia yang dapat dilakukan pada


nyamuk?
2. Apa perbedaan secara spesifik antara nyamuk Aedes dengan Culex?
3. Jelaskan secara umum karakteristik lalat!
4. Jelaskan secara singkat jenis pengendalian yang dapat dilakukan terhadap
kecoa!
5. Apa yang dimaksud dengan metode trapping?

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 30


Modul Pemasaran Sosial

B. MATERI PEMBELAJARAN

KEGIATAN BELAJAR-3

Prosedur Kerja PenegenDalian Vector Secara (Fumigant, Umpan


Racun, Pengkabutan( Fogging.), Flygirl ,Pengendalian Rayap
(Termit) dan Pressed Air Sprayerp

1. Tujuan Pembelajaran Umum


a. Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada
Kegiatan Belajar- ini, mahasiswa dapat mengetahui, pengertian dan
prosedur kerja pengendalian vector penganggu terutama (fumigant,
umpan racun, pengkabutan( fogging.), flaygirl pengendalian rayap
(termit)
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada
Kegiatan Belajar-1 ini, secara khusus Anda dapat:
b. Mendeskripsikan pengertian vector pengganggu
c. Mendiskripsikan prosedur kerja dan bahan penegendalian vector
(fumigant, umpan racun, pengkabutan( fogging.), flaygirl
,pengendalian rayap (termit) dan Pressed Air Sprayerp
3. Pokok-Pokok Materi
Pokok-pokok materi yang harus Anda pelajari pada Kegiatan Belajar-1Ini
adalah:
a. Pengertian dan pengenalan vector penggangu
d. Mengetahui tentang dskripsi Prosedut kerja kerja penegendalian vector
(fumigant, umpan racun,pengkabutan( fogging.), flaygirl, pengendalian
rayap (termit) dan Pressed Air Sprayerp)

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 31


Modul Pemasaran Sosial

4. Uraian Materi Tentang pengertian Vektor Penyakit


a. Pengertian dan pengenalan vector penyakit
Vektor penyakit merupakan arthropoda yang berperan sebagai
penular penyakit sehingga dikenal sebagai arthropod – borne diseases atau
sering juga disebut sebagai vector – borne diseases yang merupakan penyakit
yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan
menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian
Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok
vektor dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu
secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit. Penyakit yang
ditularkan melalui vektor masih menjadi penyakit endemis yang dapat
menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta dapat menimbulkan
gangguan kesehatan masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya
pengendalian atas penyebaran vektor tersebut (Menkes, 2010).
Adapun dari penggolongan binatang yang dapat dikenal dengan 10
golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum yang sangat
berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti
nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria,
demam berdarah, dan phylum chodata yaitu tikus sebagai pengganggu
manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla
cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping nyamuk
sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu masih banyak binatang lain
yang berfungsi sebagai vektor dan binatang pengganggu (Nurmaini, 2001).
b. Pengetian dan penegendalian vector (fumigant, umpan racun,
pengkabutan( fogging.), flaygirl pengendalian rayap (termit)
1. Fumigant
Fumigasi adalah teknik pengendalian hama dengan cara
menyemprotkan / mengasapi dengan gas beracun (fumigant) pada ruang
kedap udara dengan dosis, temperature dan waktu tertentu. Fumigasi
merupakan suatu tindakan perlakuan (pengobatan) terhadap suatu
komoditi dengan menggunakan fumigant tertentu, di dalam ruang kedap
udara, pada suhu dan tekanan tertentu.

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 32


Modul Pemasaran Sosial

Fumigasi merupakan aplikasi pengendalian tikus dengan bahan


kimia berbentuk gas dari cair atau gas dari padat. Fumigasi merupakan
salah satu cara pengendalian hama tikus pada tempat tertentu yang
memungkinkan seperti pada kapal laut, gudang (fumigasi ruangan/space
fumigation), atau fumigasi tanah. Sesuai dengan sifatnya fumigasi adalah
pekerjaan pembasmian missal, disamping tikus juga turut membasmi
semua organism hidup termasuk spora jamur. Fumigasi tikus dapat
menggunakan beberapa fumigant diantaranya methyl bromide, asam
sianida atau phospine (magtoxin, phostoxin, chelpos)
Belerang adalah salah satu diantara fumigant yang sudah menjadi
standart sebagai insektisida. Adapun klasifikasi insektisida harus melihat
dari beberapa sudut perbedaan, sebagai berikut :
a. Cara insektisida masuk ke dalam tubuh
b. Bahan asal pembuatan insektisida
c. Lamanya insektisida mempengaruhi serangga
belerang atau sulfur adalah mineral yang dihasilkan oleh proses
vulkanisme, sifat – sifat fisik belerang adalah : Kristal belerang berwarna
kuning, kuning kegelapan, kehitam hitaman karena pengaruh untsur
pengotornya. Berat jenis 2,05 – 2,09 dan kekerasan 1,5 – 2,5 (skala mohs),
titik lebur 129oC dan titik didihnya 446oC.
gas belerang dioksida (SO2) tidak berwarna dan berbau sangat
tajam. Gas belerang dioksida dihasilkan dari pembakaran senyawa –
senyawa yang mengandung unsure belerang.
Sox mempunyai cirri bau yang tajam, bersifat korosif (penyebab
karat), beracun karena selalu mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan
phasa gasnya. Sox menimbulkan gangguan system pernafasan, jika kadar
400 – 500 ppm akan sangat berbahaya, 8 – 12 ppm menimbulkan iritasi
mata, 3 – 5 ppm menimbulkan bau. Konsentrasinya di udara akan mulai
terdeteksi oleh indera manusia (tercium baunya) manakala konsentrasinya
berkisar 0,3 – 1 ppm. Gas Sox bersifat racun bagi pernafasan karena dapat
mengeringkan udara, udara yang telah tercemar oleh gas ini menyebabkan
makhluk hidup atau tikus yang difumigasi akan mengalami gangguan pada
system pernapasannya. Hal ini karena gas tersebut yang mudah menjadi

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 33


Modul Pemasaran Sosial

asam tersebut menyerang selaput lender pada hidung, tenggorokan dan


saluran nafas yang lain sampai ke paru – paru. Serangan gas Sox tersebut
menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena. Dengan konsentrasi
500 ppm, Sox di idara dapat menyebabkan kematian pada tikus maupun
makhluk hidup lainnya.
 Prosedur Kerja
a. Alat
 Ember / wadah
 Pot belerang (tunggal / ganda)
 Senter
 APD (masker, sarung tangan, dll)
 Blower / Kipas
b. Bahan
 Fumigant (HCN, Methyl bromide, Phosphin, belerang, dll).
 Kapas
 Spiritus
 Korek api
 Koran bekas / kertas penutup
 Plester / selotype
 Kapur atau vaselin
c. Cara Kerja
 Buka semua pintu / lubang yang ada dalam ruangan
Catat (ingat-ingat) dan tentukan jalur-jalan kerja.
 Lapisi benda-benda logam dengan vaselin / kapur (bila fumigasi
dengan belerang).
 Tentukan titik perletakan fumigant sesuai dengan jumlah yang telah
diperhitungkan
 Tutup semua lubang yang berhubungan dengan udara luar.
 Hindarkan semua alat dan bahan atau perabot yang bersifat korosif
 Letakan wadah / pot belerang pada titik/tempat yang telah ditentukan.
 Masukan belerang yang telah dipecah dengan ukuran, pada pot
belerang bagian atas Atau tengah. Pot bagian bawah atau pinggir diisi
air.

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 34


Modul Pemasaran Sosial

 Siramlah belerang dengan spirtus, dan kemudian aduk hingga merata.


 Pasang sumbu dari kapas.
 Segera pakai APD, khususnya masker
 Nyalakan sumbu kapas menggunakan korek api.
 Diamkan selama waktu kontak (sesuai jenis dan dosis fumigan).
 Setelah beberapa saat, buka semua tutup lubang (ventilasi) yang
berhubungan dengan udara luar dan kemudian hidupkan mesin
blower.
 setelah kondisi dalam ruangan kembali normal, kemudian lakukan
pencarian tikus
2. Umpan Racun
Umpan racun merupakan cara yang sangat efektif dalam
membunuh tikus karena sangat mudah diaplikasikan, namun umpan
mempunyai kelemahan yaitu masalah bau bangkai yang mati terutama di
daerah yang tidak bisa dijangkau. Kandungan umpan racun yang saat ini
banyak digunakan adalah zeng phospide yang merupakan racun
anticoagulant. zeng phospide adalah merupakan kimia organic yang
digunakan untuk mengendalikan tikus, tupai, anjing padangrumput serta
tikus celurut. Hal ini digunakan pada bidang tanaman dan non tanaman
bidang termasuk rumput dan daerah yang berdekatan dengan lahan basah.
Hal ini dapat diformulasikan sebagai umpan sisa. Umpan rodentia
biasanya mengandung 2,0 % dari zeng phospide.
zeng phospide adalah bubuk hitam abu – abu. Ini memeiliki bau
yang sama dengan bawang putih. zeng phospide digunakan untuk
pengendalian tikus pada tanaman termasuk anggur, buah, gandum dan
jerami. Pengendalian tikus dapat dikelompokkan ke dalam beberapa
pengendalian antara lain pengendalian secara kultur teknis, fisik, mekanik,
hayati dan kimia. Pengendalian secara fisik, mekanis bertujuan untuk
mengubah factor lingkungan menjadi di atas atau diu bawah toleransi
tikus. Namun salah satu teknik yang sering dilakukan oleh masyarakat
adalah penggunaan rodentisida.
Rodentisida digolongkan atas rodentisida fumnigant dan umpan
racun ini dapat berupa racun akut dan racun kronis. Segala jenis

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 35


Modul Pemasaran Sosial

rodentisida yang digunakan sangat tergantung terhadap bahan aktif yang


digunakan. Selain itu, keefektifan penggunaan rodentisida dalam
pengendalian tikus dapat dilihat pada daya tarik umpan yang digunakan.
Jenis racun terbagi dua yaitu racun akut dan racun kronis. Racun
akut yaitu racun yang bekerja lebih cepat dalam membunuh tikus dengan
cara merusak system syaraf dan melumpuhkannya. Sedangkan racun
kronis bekerja lebih lambat dengan cara menghambat proses koagulasi
atau penggumpalan darah serta memecah pembuluh darah kapiler.
 Prosedur Kerja
a Alat
 Timbangan
 Wajan
 Alat pengaduk
 Pisau
 Alat pelindung diri (APD)
b. Bahan
 zeng phospide
 Bahan makanan sebagai umpan
c. Cara Kerja
 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
umpan racun tikus
 Timbang 100 gram sampel (bahan makanan)
 Sampel yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam
wajan dan tambahkan seujung sending makan zeng phospide, aduk
hingga rata
 Sampel yang telah tercampur dengan zeng phospide kemudian
diletakkan ke dalam wadah
 Simpan sampel yang telah diberi racun tersebut di tempat yang
dicurigai sebagai tempat berkembang biaknya tikus.
3. Fly Girl
Lalat adalah serangga dari ordo diphtera yaitu mempunyai sepasang
sayap yang berbentuk membiru. dalam hal ini lalat berperan sebagai vector
yang akan membawa kuman penyebab penyakit dari orang yang sakit ke

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 36


Modul Pemasaran Sosial

orang yang sehat, serta dapat membawa kotoran dari tempat hinggapnya
yang jorong menuju kerumah bahkan langsung kebahan makanan jadi.
Kepadatan lalat disuatu tempat perlu diketahui untuk menentukan apakah
daerah tersebut potensial untuk terjadinya fly borne diseases atau tidak.
metode pengukuran kepadatan lalat yang populer dan sederhana adalah
dengan menggunakan alat flygrill. Prinsip kerja dari alat ini didasarkan pada
sifat lalat yang menyukai hinggap pada permukaan benda yang bersudut
tajam vertikal.
Lokasi yang perlu dilakukan pengukuran kepadatan lalat, utamanya
adalah perumahan, rumah makan dan tempat pembuangan sampah.
Keuntungan penggunaan flygrill diantaranya adalah mudah, cepat dan
murah. Dengan demikian dapat dengan cepat menentukan kriteria suatu
daerah potensial atau tidak. Kendati demikian, flygrill mempunyai beberapa
kelemahan. Utamanya adalah bahwa flygrill sangat tidak cocok untuk
menghitung kepadatan lalat, dimana populasinya sangat banyak atau sangat
sedikit. Dalam kondisi seperti itu, penghitungan kepadatan lalat dengan
flygrill, hasilnya tidak dapat mewakili keadaan yang sesungguhnya.

 Prosedur Kerja
a. Alat
 Fly Grill
 Counter
 Timer
 Hygrothermometer
 Alat tulis
 Blanko Pengukuran
b. Bahan
 Lalat liar
c. Cara Kerja
 Letakan flygril secara datar pada tempat dan jarak yang telah
ditentukan
 Biarkan beberapa saat (untuk penyesuaian bagi lalat)

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 37


Modul Pemasaran Sosial

 Letakkan juga hygrothermometer berdekatan dengan flygrill


 Hitung jumlah lalat yang hinggap pada flygrill selama 30 detik,
sebanyak 10 kali pengukuran, kemudian hitung jumlah lalat dengan
menggunakan counter.
 Setelah 30 detik pertama, catat hasil dan jumlah lalat yang berhasil
dihitung pada kertas blanko yang telah disediakan. Lakukan hal
tersebut sebanyak 10 kali perhitungan (10 kali pengukuran) untuk
satu orang pengukur.
 Ambil sebanyak 5 hasil perhitungan kepadatan lalat yang tertinggi,
kemudian dirata-ratakan.
Menghitung kepadatan lalat dengan rumus :
Jumlah lalat yang hinggap pada 5 titik pengukuran tertinggi
KP = 5

= …………. Ekor / blockGrill


 Hasil rata-rata adalah angka kepadatan lalat dengan satuan ekor per
block grill.
 Untuk kelengkapan informasi, perlu juga diadakan pengukuran
suhu, kelembaban dan keadaan cuaca secara umum.

Salah Satu Contoh Fly Grill

 Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran densitas lalat selanjutnya diinput pada tabel di bawah ini :
Lokasi :
Kelurahan :
Titik :

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 38


Modul Pemasaran Sosial

Hasil Pengukuran
Lokasi / Titik Lima Nilai tertinggi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 /5

II

III

Dst….

Total Rata - rata

Umpan : …………………..
Temperatur : ……oC / Kelembaban : ……….. %
Musim : …………………..
Kecepatan angin : ………………….. (bila dianggap perlu)

Standar Penilaian
0 – 2 ekor : rendah (tidak jadi masalah)
3 – 5 ekor : sedang (perlu dilakukan pengamanan)
6 – 20 ekor : cukup (lakukan penanganan pada tempat berkembang
biaknya, jika perlu lakukan pengendalian
≥ 20 ekor : sangat (lakukan pengendalian)

4. Pengabutan ( Fogging)
Nyamuk dapat merugikan manusia dan pada gilirannya akan
mengganggu kesejahteraan manusia, oleh karena itu keberadaan vector dan
binatang pengganggu tersebut harus dikendalikan, sehingga langkah yang
tepat untuk dilakukan untuk mencegah penyebaran nyamuk dengan
memotong siklus penyebaran dengan cara memberantas nyamuk tersebut.
Salah satu cara untuk memberantas nyamuk yang merupakan vector
pembawa penyakit aedes Aegypti adalah dengan cara pengabutan.
Fogging adalah kabut yang dihasilkan dengan cara menguapkan
insektisida kemudian dikondensasi dengan mengontakkan dengan udara luar
yang dingin sehingga membentuk awan yang tipis. Pengasapan atau fogging
yang dimaksud, bertujuan untuk Menyebarkan pestisida ke
udara/lingkungan melalui asap, yang diharapkan dapat membunuh nyamuk
dewasa (yang infektif), sehingga rantai penularan DHF bisa diputuskan dan
populasinya secara keseluruhan akan menurun.

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 39


Modul Pemasaran Sosial

Pelaksanaan fogging yang paling baik adalah pada saat suhu bumi
masih rendah yaitu kurang lebih 2 jam sebelum matahari terbit atau 2 jam
setelah matahari terbenam. Dalam pelaksanaan diharapkan kabut yang
terbentuk akan bertahan lama dipermukaan tanah sehingga mencapai
sasarannya. Kabut ini akan melembabkan sebuah objek yang dilewatkannya.
Insektisida yang digunakan biasanya bentuk cair yang dilarutkan dalam
minyak (oil bassed) atau campuran pelarut air dan minyak dengan tambahan
pengemulsi.
Adapun kelebihan dari thermal fogging yaitu dapat terlihat sesuatu
setelah dilakukan, mudah terlihat asap yang dihasilkan, jangkauan
penyebaran dapat diamati, konsentrasi larutan rendah dan relative aman
dalam pengamanan, sedangkan kekurangan dari teknik ini yaitu penyebaran
droplet tidak terlihat.
Dalam program pemberantasan DBD racun serangga untuk fogging
yang digunakan adalah golongan organophospores terinsectisida seperti
icon, malathion, seruni, dll.

Contoh alat thermal fog (fogging)


 PROSEDUR KERJA
a. Alat
 Thermal Fog/Fogging
 Corong bersaring
 Jerigen plastic ukuran 20 liter dan 5 liter
 Gelas ukur / beacker glass
 Alat Pelindung Diri (APD)
 Baterai

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 40


Modul Pemasaran Sosial

b. Bahan
 Insektisida (mis : icon 25 EC)
 Bahan pelarut (solar)
 Bahan bakar (bensin)
 Batu batera1 (4 buah)
 Sabun cuci
c. Cara Kerja
(1) Membuat solusi (larutan pestisida)
 Takar pestisida dan pelarutnya, sesuai dengan konsentrasi pada label.
 Campurkan pestisida dan bahan pelarutnya pada jerigan dan kocok
hingga larut merata.
(2) Pelaksanaan fogging
 Siapkan semua peralatan yang diperlukan dan periksa lokasi yang
akan di fog.
 Masukan larutan insektisida, bensin dan baterai sesuai dengan
tempatnya pada fog machine.
 Hidupkan fog machine dengan cara : Buka kran bensin secukupnya,
kemudian tekan bulb (dipompa) beberapa kali hingga mesin hidup.
 Atur kran bensin dan katup udara hingga bunyi mesin terdengar
normal dan stabil.
 Angkat (gendong) fog machine, Arahkan moncong mesin ketempat-
tempat yang akan di fog, dan moncong mesin dengan lantai
diusahakan membentuk sudut lancip. Kemudian kran larutan dibuka,
asap akan menyembur keluar dari moncong mesin.
 Jika target sudah selesai, kran larutan ditutup kembali, hingga asap
tidak lagi menyembur keluar dari moncong mesin. Matikan mesin
dengan cara menutup kran bahan bakar.
(3) Pemeliharaan fog machine
 Bilas tangki solusi dengan solar, kemudian hidupkan mesin dan kran
larutan dibuka hingga semua solar habis. Bersihkan mesin dengan
serbet yang ibasahi solar.
 Ambil sisa bahan bakar dan batu bateray. Simpanlah mesin di tempat
yang aman.

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 41


Modul Pemasaran Sosial

5. Pengendalian Rayap (Termit)


Pesatnya pemanfaatan lahan di pusat kota maupun daerah untuk
perumahan, perkantoran, dan pusat perdagangan berarti sama dengan
membuka lahan baru yang sebelumnya ditumbuhi oleh berbagai tumbuhan
sekarang menjadi kosong. Dampak dari itu semua adalah berkurangnya
sumber makanan untuk rayap. Rayap yang pada mulanya berfungsi sebagai
pengurai dari sisa-sisa tumbuhan menjadi bahan organik yang berguna,
sekarang menjadi salah satu hama perusak yang harus diperhitungkan. Dapat
dikatakan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia telah mengenal
serangga yang disebut rayap. Orang Eropa menyebutnya semut putih, di
Sumatera anai - anai, di Jawa Barat rangsa. tubuh rayap antara 4-11 mm.
Jenis rayap banyak yang hampir mirip satu sama lainnya.
Rayap adalah serangga sosial yg hidup secara berkelompok &
bekerjasama. Rayap terbagi menjadi tiga kasta yang masing-masing kasta
memiliki tugas sendiri-sendiri yaitu:
a. Kasta Pekerja
mencari sumber makanan yang berupa selulosa (zat pati) yang
terdapat pada kayu, kemudian mengeksploitasinya untuk kebutuhan
koloninya / tugasnya hanya bekerja tanpa berhenti hilir mudik (membuat
terowongan koloni dan mencari makanan serta membawa ke sarangnya)
membawa telur dari ratu dan menyuapi ratunya. Rayap jenis ini akan
memakan segala jenis benda yang mengandung selulosa, seperti kayu, plastik,
kertas, dll.

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 42


Modul Pemasaran Sosial

b. Kasta Reproduktif
Fungsinya hanya bertelur, untuk mempertahankan kelangsungan
generasi dari koloninya. Seekor ratu rayap mampu bertelur ribuan telur
perharinya.

c. Kasta Prajurit
Menjaga koloni dan sarang dari serangan atau gangguan
serangga lain, misalnya semut.

Penyemprotan (spraying) yang dimaksud, bertujuan untuk


menempelkan racun pada permukaan dinding. Tujuan selanjutnya adalah
untuk membunuh rayap agar polpulasinya menurun, sehingga tidak
menggangu kesehatan manusia. Penyemprotan dalam rangka pengendalian
rayap, lazimnya digunakan tangki semprot (spraycan) dengan spesifikasi
dan persyaratan tertentu. Tangki semprot yang dipakai adalah Spraycan
Hudson expert, dan beberapa hal yang harus dipenuhi adalah antara lain :
a. Konsentrasi larutan, dalam hal ini perlu diperhatikan tentang dosis
akhir, berat kemasan pestisida, penimbangan, pembungkusan, dan
pembuatan larutan.
b. Nozzle yang dipakai adalah Nozletip HSS 8002, yang keluarannya
berbentuk pelat kipas (flat fan), dengan sudut pancar 80ø dan debit

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 43


Modul Pemasaran Sosial

keluaran 0.2 gallon (757 cc) per menit. lebar semprotan (swat) 75 Cm,
lebar efektip 70 Cm.
c. Jarak nozle dengan dinding 46 Cm.
d. Tekanan dalam tangki 40 - 55 psi
e. kecepatan menyemprot 19 M2 per menit, dan iramanya (langkah dan
goyang) yang benar.
Disamping hal tersebut diatas, perlu diperhatikan pula tentang waktu,
cakupan dan keteraturan dalam penyemprotan.

Contoh alat spraying hudson

 PROSEDUR KERJA
a. Alat
 Spraycan HUDSON dan kelengkapannya
 Nozzletip
 Gelas ukur
 stop watch
 Timbangan
 Ember saringan
 Pengaduk
 Alat pelindung diri
b. Bahan
 Termitisida

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 44


Modul Pemasaran Sosial

 Pelarut (air)
c. Cara Kerja
 Isilah tangki spraycan dengan air sebanyak 8,5 liter.
 Pompa sebanyak 55 kali (periksa manometer, tekanan = 55 psi).
 Tempatkan ujung nozle pada mulut gelas kimia, kemudian semprotkan
selama 1 menit. Cairan yang tertampung diukur volumenya. Kerjakan
sebanyak 3 kali, kemudian pompa sebanyak 25 kali. Kerjakan dengan
cara yang sama sampai air dalam tangki habis. Volume cairan yang
keluar pada setiap menit, idealnya harus 0,8 gallon ( = 757 ml).
 Tangki diisi kembali dengan air sebanyak 8,5 liter, lalu pompa sebanyak
55 kali.
 Ujung nozle diarahkan tegak lurus bidang dinding dengan jarak 46 cm.
Posisi lubang nozle mendatar.
 Semprotkan pada bidang dinding, kemudian ukurlah lebar semprotan
(swat) yang mengenai dinding tersebut. Lebar swat idealnya harus 75
Cm.
 Interpretasi : Apabila volume keluaran per menit dan lebar swat tidak
sesuai, maka spraycan atau nozle tidak layak pakai.
 Pelaksanaan Pengendalian Rayap
 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
 Buatlah larutan anti rayap dengan mencampurkan termisida dengan air
kedalam ember dengan dosis tertentu yang ada pada label termisida.
 Aduk hingga larutan tersebut tercampur rata
 Kemudian masukkan larutan tersebut dengan menggunakan corong
kedalam tangki handsprayer
 Tutup dengan rapat, kemudian pastikan kran tertutup dan lakukan
pemompaan hingga tekanan pada manometer mencapai 55 psi atau 3,8
kg/cm2
 Setelah tekanan menunjukkan 55 psi maka lakukan penyemprotan dengan
membuka kran pengatur aliran dari tangki dan kran pengendali
 Dan lakukan penyemprotan pada tempat yang menjadi sasaran

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 45


Modul Pemasaran Sosial

 Pertahankan tekanan dalam tangki ( 55 psi) dengan cara : Setelah dipakai


menyemprot 3 menit, pompa 25 kali. Gunakan untuk menyemprot 3
menit, kemudian pompa 25 kali lagi, terus semprotkan sampai habis.
 Pengaplikasian
1. Untuk bangunan yang belum berdiri.
Sistem penghalang ini merupakan perlakuan pada tanah, yaitu permukaan
pondasi dan permukaan lantai disemprot secara merata menggunakan
termitisida (racun rayap) yang mampu menghambat, meracuni, serta
membunuh rayap yang melewati rintangan kimia tersebut.
2. Material kayu dengan termitisida, dengan menyemprot seluruh
permukaan kayu (kusen, pintu, jendela, kerangka plafon, kerangka atap)
secara merata menggunakan Handspray (cara ini sama untuk
bangunan yang telah berdiri maupun belum)
3. Pada bangunan sudah jadi / proyek (Pasca Kontruksi),
 Dilakukan pengeboran pada lantai seluruh sisi dinding / pondasi
dengan jarak ± 40 cm / lubang. Dengan diameter mata bor 6 - 8 mm
dengan kedalaman 20 cm atau mencapai tanah
 Dilakukan injeksi pada lubang bor dengan larutan anti rayap
 Bekas lubang bor ditutup kembali dengan semen sesuai warna
lantainya dan dipoles
 Pemeliharaan.
 Apabila telah selesai digunakan untuk menyem prot, spraycan dicuci
dan dibilas dengan mengisi air bersih, kemudian semprotkan sampai
habis. Gunakan juga bahan pembersih (sabun). Selanjutnya sparaycan
dikeringkan dan disimpan

6. Pressed Air Sprayerp


enyemprotan (spraying) yang dimaksud, bertujuan untuk
menempelkan pestida/racun pada permukaan dinding. Tujuan selanjutnya
adalah untuk membunuh nyamuk agar polpulasinya menurun, sehingga tidak
menggangu kesehatan manusia. Penyemprotan ini cocok untuk dipergunakan
dalam program pemberantasan serangga bidang kesehatan masyarakat
misalnya nyamuk, kecoa, lalat, pinjal, larva dan semut. Alat aplikasi ini

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 46


Modul Pemasaran Sosial

merupakan peralatan dasar dalam pengendalian vector. Peralatan ini


digunakan dalam penyemprotan residu “residual spraying” dengan
menggunakan air.
Alat ini terdiri dari beberapa bagian yaitu, antara lain :
 Tangki, terdiri dari bahan stainless stell, grass besi tuang galvanisir
atau besi tuang galvanisir yang solderkan pada tangki dengan bagian
bawah terbuat dari bahan yang sama
 Pipa outlet, pipa pengeluaran cairan terikat kuat pada bagian atas dan
bawah silinder di bagian dalam tangki
 Saluran penyemprot, terdiri dari kran, selang karet, pipa yang bagian
ujungnya dilengkapi nosel
 Manometer, mengukur tekanan di dalam tangki (kg/cm2 / psi)
 Kran, pengendali aliran cairan bertekanan yang ke luar dari selang
karet
 Kran, Pengatur Aliran Cairan Keluar dari tangki
 Laras pipa penyalur aliran cairan bertekanan dari selang menuju ke
nosel
 Nosel, untuk memecah cairan menjadi pertikel halus
Penyemprotan dalam rangka pengendalian nyamuk, lazimnya
digunakan tangki semprot ( spraycan) dengan spesifikasi dan
persyaratan tertentu. Tangki semprot yang dipakai adalah Spraycan
Hudson expert, dan beberapa hal yang harus dipenuhi adalah antara
lain :
 Konsentrasi larutan, dalam hal ini perlu diperhatikan tentang dosis
akhir, berat kemasan pestisida, penimbangan, pembungkusan, dan
pembuatan larutan.
 Nozzle yang dipakai adalah Nozletip HSS 8002, yang keluarannya
berbentuk pelat kipas (flat fan), dengan sudut pancar 80ø dan debit
keluaran 0.2 gallon (757 cc) per menit. lebar semprotan (swat) 75 Cm,
lebar efektip 70 Cm.
 Jarak nozle dengan dinding 46 Cm.
 Tekanan dalam tangki 40 - 55 psi

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 47


Modul Pemasaran Sosial

 Kecepatan menyemprot 19 M2 per menit, dan iramanya (langkah dan


goyang) yang benar.
Disamping hal tersebut diatas, perlu diperhatikan pula tentang
waktu, cakupan dan keteraturan dalam penyemprotan. (Lebih lanjut baca
PSBP tentang pengendalian nyamuk malaria)
Syarat – syarat Penyemprotan menurut ketentuan WHO, syarat-
syarat penyemprotan adalah sebagai berikut:
a. Rumah / bangunan yang disemprot adalah :
- Rumah/ bangunan tempat tinggal yang pada malam hari
digunakan untuk tidur termasuk gubug/saung untuk menunggu
sawah atau ladang.
- Kandang hewan
- Tempat-tempat umum yang digunakan pada malam hari
b. Cakupan permukaan yang disemprot
- Bila dinding ≤ 3 meter, seluruh dinding dusemprot.
- Bila dinding > 3 meter, maka yang disemprot hanya setinggi
3meter saja.
- Langit-langit yang tingginya ≤ 3 meter harus
disemprot,sedangkan yang > 3 meter tidak perlu disemprot.
- Pintu dan jendela yang membuka ke luar, maka kedua
permukaanharus disemprot,. Sedangkan pintu yang membuka
keluar, maka hanyabagiabn permukaan dalam saja yang
disemprot.
- Perabot rumah tangga seperti kursi, lemari, meja, tempat tidur
dansebagainya disemprot bagian bawahnya.
- Rumah panggung bila tingginya > 1 meter dari permukaan
tanahdan ada ruangan, bagian bawahnya harus disemprot.
- Tritis atau bagian yang menonjol di luar rumah yang tingginya <
3meter haris disemprot.
- Apabila pintu atau jendela yang terbuat dari kaca, maka tidak
perludisemprot karena selain kotor, nyamuk juga tidak suka
hinggap dikaca yang licin

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 48


Modul Pemasaran Sosial

 Prosedur Kerja
a. Alat dan Bahan
 Spraycan HUDSON dan kelengkapannya
 Nozzletip HSS 8002
 Gelas ukur
 Stop watch
 Timbangan
 Ember saringan
 Pengaduk
 Icon 25 EC
 Air
c. Cara kerja
 Isilah tangki spraycan dengan air sebanyak 8,5 liter
 Pompa sebanyak 55 kali (periksa manometer, tekanan = 55 psi).
 Tempatkan ujung nozle pada mulut gelas kimia, kemudian
semprotkan selama 1 menit. Cairan yang tertampung diukur
volumenya. Kerjakan sebanyak 3 kali, kemudian pompa sebanyak 25
kali. Kerjakan dengan cara yang sama sampai air dalam tangki
habis. Volume cairan yang keluar pada setiap menit, idealnya harus
0,8 gallon ( = 757 ml).
 Tangki diisi kembali dengan air sebanyak 8,5 liter, lalu pompa
sebanyak 55 kali.
 Ujung nozle diarahkan tegak lurus bidang dinding dengan jarak 46
cm. Posisi lubang nozle mendatar.
 Semprotkan pada bidang dinding, kemudian ukurlah lebar semprotan
(swat) yang mengenai dinding tersebut. Lebar swat idealnya harus 75
Cm.
 Interpretasi : Apabila volume keluaran per menit dan lebar swat tidak
sesuai, maka spraycan atau nozle tidak layak pakai.
d. Pelaksanaan Penyemprotan
 Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 49


Modul Pemasaran Sosial

 Buatlah larutan penyemprotan dengan mencampurkan insektisida


(icon 25 EC) dengan air kedalam ember dengan dosis tertentu yang
ada pada label insektisida.
 Aduk hingga larutan tersebut tercampur rata
 Kemudian masukkan larutan tersebut dengan menggunakan corong
kedalam tangki handsprayer
 Tutup dengan rapat, kemudian pastikan kran tertutup dan lakukan
pemompaan hingga tekanan pada manometer mencapai 55 psi atau 3,8
kg/cm2
 Setelah tekanan menunjukkan 55 psi maka lakukan penyemprotan
dengan membuka kran pengatur aliran dari tangki dan kran pengendali
 Dan lakukan penyemprotan pada dinding sasaran.
 Pertahankan tekanan dalam tangki ( 55 psi) dengan cara : Setelah
dipakai menyemprot 3 menit, pompa 25 kali. Gunakan untuk
menyemprot 3 menit, kemudian pompa 25 kali lagi, terus semprotkan
sampai habis.
e. Pemeliharaan.
Apabila telah selesai digunakan untuk menyemprot, spraycan
dicuci dan dibilas dengan mengisi air bersih, kemudian semprotkan
sampai habis. Gunakan juga bahan pembersih (sabun). Selanjutnya
sparaycan dikeringkan dan disimpan.

RANGKUMAN

Fumigasi adalah teknik pengendalian hama dengan cara menyemprotkan


/ mengasapi dengan gas beracun (fumigant) pada ruang kedap udara dengan dosis,
temperature dan waktu tertentu.
Umpan racun merupakan cara yang sangat efektif dalam membunuh tikus
karena sangat mudah diaplikasikan, namun umpan mempunyai kelemahan yaitu
masalah bau bangkai yang mati terutama di daerah yang tidak bisa dijangkau.
Kandungan umpan racun yang saat ini banyak digunakan adalah zeng phospide

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 50


Modul Pemasaran Sosial

Metode pengukuran kepadatan lalat yang populer dan sederhana adalah


dengan menggunakan alat flygrill. Prinsip kerja dari alat ini didasarkan pada sifat
lalat yang menyukai hinggap pada permukaan benda yang bersudut tajam vertikal.
Fogging adalah kabut yang dihasilkan dengan cara menguapkan
insektisida kemudian dikondensasi dengan mengontakkan dengan udara luar yang
dingin sehingga membentuk awan yang tipis. Pengasapan atau fogging yang
dimaksud, bertujuan untuk Menyebarkan pestisida ke udara/lingkungan melalui
asap,

Tes Formatif

Kerjakan soal berikut ini dengan memberi tanda silang (x) pada
salahsatu huruf yang dianggap paling tepat.
1. Prinsip kerjanya yaitu dengan cara menyebarkan asap hasil pembakaran ke
seluruh ruangan yang tertutup adalah....
a. Fumigasi
b. Fogging
c. Spraying
d. Umpan racun
2. Jika ingin digunakan harus dipompa sebanyak 30 kali untuk setiap kali
pemakaian....
a. Fumigasi
b. Spraying
c. Fogging
d. Umpan racun
3. Teknik pemakaiannya dengan cara melawan arah angin...
a. Fumigasi
b. Spraying
c. Fogging
d. Umpan racun
4. Sebelum digunakan , harus membungkus barang barang, dan menutup
ruangan dengan rapat...
a. Fumigasi
b.Spraying
c. Fogging
d.Umpan racun
5. Menggunakan spiritus pada saat pemakaian, merupakan pengendalian
menggunakan...
a. Fumigasi
b. Spraying
c. Fogging

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 51


Modul Pemasaran Sosial

d. Umpan racun
Nah, setelah anda mengerjakan tes formatif, cocokkanlah jawaban Anda

dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di bagian akhir modul ini.

Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini

untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar.

Rumus
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan = x 100
5
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

90 – 100 % = Baik sekali

80 – 89 % = Baik

70 – 79 % = Cukup

70 % = Kurang

70 % = Kurang

Soal-soal Tugas

Jawablah soal-soal tugas berikut ini dengan jelas dan singkat.

1. Jelaskan secara singkat yang kamu ketahui tentang fumigasi!


2. Bagaimana cara kerja yang tepat pengendalian dengan umpan racun?
3. Jelaskan secara singkat waktu pelaksaan dari fogging?
4. Sebut dan jelaskan dari macam-macam nozzle!
5. Bagaimana penggunaan yang tepat dalam menggunakan spraying?

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 52


Modul Pemasaran Sosial

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Pengendalian vector nyamuk, tikus, lalat..


Pengendalianvektor.blogspot.co.id (online) Diakses 28 Desember 2016

Anonim. 2014. Tata graha pengendalian tikus. Dwinovelamita.blogspot.co.id


(online) Diakses 28 Desember 2016

Anonim. 2015. Pengendalian vector lalat, kecoa. Cecilialudji.blogspot.co.id


(online) Diakses 28 Desember 2016

Anonim. 2012. Pengendalian vector dan binatang. Amellticz.blogspot.co.id


(online) Diakses 28 Desember 2016

Ambarwati, dkk. 2005. Fogging sebagai upaya untuk memberantas nyamuk


demam berdarah dengue

Anonim. 2011. Fumigasi. Wikipedia. Diakses 28 Desember 2016


http://www.fumigasi.com

Ain Khaer, dkk. 2010. Panduan praktek teknik survey pengendalian vector dan
binatang pengganggu. Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan Kesling

Komariah, dkk. 2010. Pengendalian vector

Kusnoprutanto, H. Susanna D., 2002. Kesehatan Masyarakat . Jakarta. UI

Syamsuddin S. 2003. Pedoman praktek pengendalian vector. Jurusan Kesling

Yoky Edi, 2009. Dampak pencemaran udara oleh belerang oksida (SOX)

Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan/2017 53

Anda mungkin juga menyukai