Anda di halaman 1dari 20

DAMPAK KORUPSI

TUGAS MATA KULIAH: PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I

1. AINUN R. DAUD ACHIR 751540119067


2. MIRANDA KATILI 751540119085
3. SITTI NURFADILAHWATY A. SUKIMAN 751540119094
4. SRI RAHAYU KADIR 751540118094

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO

PROGRAM STUDI DIII-KEBIDANAN

T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT karena limpahan
rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami
dengan judul “Dampak Korupsi”

Dengan selesainya makalah ini maka dengan segala kerendahan hati kami
mengucapakan terima kasih kepada teman-teman yang memberi dukungan kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan


yang harus dibenahi untuk kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
untuk menuju kesempurnaan. Maka makalah ini di susun untuk dapat memenuhi
tugas mata kuliah dan semoga bermanfaat.

Gorontalo, 27 Agustus 2020


Penyusun

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
BAB III PEMBAHASAN
A. Dampak Ekonomi...........................................................................................4
B. Dampak Sosial dan Kemiskinan Masyarakat.................................................7
C. Dampak Terhadap Pelayanan Kesehatan.......................................................10
D. Dampak Birokrasi Pemerintah.......................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................15
B. Saran...............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat (an
enermous destruction effects) terhadap berbagai sisi kehidupan bangsa dan
negara, khususnya dalam sisi ekonomi sebagai pendorong utama
kesejahteraan masyarakat. Menurut Mauro korupsi memiliki korelasi
negatif dengan tingkat investasi, pertumbuhan ekonomi, dan dengan
pengeluaran pemerintah untuk program sosial dan kesejahteraan. hal ini
merupakan bagian dari inti ekonomi makro. Disisi lain meningkatnya
korupsi berakibat pada meningkatnya biaya barang dan jasa, yang
kemudian bisa melonjak utang negara.
Berbagai studi komprehensif mengenai dampak korupsi terhadap
ekonomi serta variabelnya telah banyak dilakukan hingga saat ini. Korupsi
tidak hanya berdampak terhdapa satu aspek kehidupan saja, tetapi juga
menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa dan
Negara (Nugraheni, dkk, 2017: 90).
Dilihat dari model korupsi, Menurut Topane Gayus Lumbuun
mengemukakan ada tiga model korupsi di Indonesia. Pertama, corruption
by need. Artinya, kondisi yang membuat orang harus korupsi; apabila
tidak korupsi atau melakukan penyimpangan, maka tidak dapat hidup.
Kedua, corruption by greed. Artinya, korupsi memang karena serakah;
Ketiga, corruption by chance. Artinya, korupsi ini terjadi karena ada
kesemapatan (Siahaan, 2019: 116).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Dampak Korupsi dalam Ekonomi?
2. Bagaimana Dampak Korupsi dalam Sosial dan Kemiskinan
Masyarakat?
3. Bagaimana Dampak Korupsi Terhadap Pelayanan Kesehatan?

1
4. Dampak Korupsi dalam Birokrasi Pemerintah?
C. Tujuan
1. Dampak Ekonomi
2. Dampak Sosial dan Kemiskinan Masyarakat
3. Dampak Terhadap Pelayanan Kesehatan
4. Dampak Birokrasi Pemerintah
D. Manfaat
Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang Dampak
Ekonomi, Dampak Sosial dan Kemiskinan Masyarakat, Dampak Terhadap
Pelayanan Kesehatan dan Dampak Birokrasi Pemerintah.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bardhan (1997) berpendapat bahwa seumpama kita meyakinkan sendiri


hanya pada konteks ekonomi, terdapat bagian alternatif yang digambarkan antara
bentuk-bentuk korupsi ekonomi yang berbeda. Untuk memaksimalkan nilai dari
total uang suap. Sebaliknya, pada korupsi terdesentralisir, tindakan individual para
pejabat korup cenderung memaksimalkan pendapatnya dan resiko hukum dari
tindakan ilega; itu akan ditanggung bersama-sama (Fadilah, 2016: 24).

Menurut Soejono Karni, beberapa dampak korupsi bagi bangsa Indonesia


adalah: rusaknya sistem tatanan masyarakat; Ekonomi baiaya tinggi dan sulit
melakukan efisiensi; Munculnya berbagai masalah sosial di masyarakat; dan
Penderitaan sebagian besar masyarakat di sektor ekonomi, administrasi, politik,
maupun hukum, yang pada akhirnya menimbulkan sikap frustasi,
ketidakpercayaan, apatis terhadap pemerintah yang berdampak kontraproduktif
terhadap pembangunan.

Sedangkan Mc Mullan (1961) menyatakan bahwa akibat korupsi adalah


ketidak-efisienan, ketidakadilan, rakyat tidak mempercayai pemerintah,
memboroskan sumber-sumber negara, tidak mendiring perusahaan untuk berusaha
terutama perusahaan asing, ketidakstabilan politik, pembatasan dalam
kebijaksanaan pemerintah dan tidak represif (Syahroni, dkk, 2018: 65).

3
BAB III

PEMBAHASAN

A. Dampak Ekonomi
Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat (an enermous
destruction effects) terhadap berbagai sisi kehidupan bangsa dan negara,
khususnya dalam sisi ekonomi sebagai pendorong utama kesejahteraan
masyarakat. Mauro (1995) menerangkan hubungan antara korupsi dan
ekonomi. Menurutnya korupsi memiliki korelasi negatif dengan tingkat
investasi, pertumbuhan ekonomi, dan dengan pengeluaran pemerintah untuk
program sosial dan kesejahteraan. Hal ini merupakan bagian dari inti ekonomi
makro. Kenyataan bahwa korupsi memiliki hubungan langsung dengan hal ini
mendorong pemerintah berupaya menanggulangi korupsi, baik secara
preventif, represif maupun kuratif.
Menurut Dleter Frish, mantan Direktur Ienderal Pembangunan Eropa.
Korupsi merupakan tindakan memperbesar biaya untuk barang dan jasa,
memperbcsar utang suatu Negara, dan menunmkan standar kualitas suatu
barang. Biasanya proyek pembangunan dipilih karena alasan keterlibatan
modal besar, bukan pada urgensi kepentingan publik, korupsi selalu
menyebabkan situasi sosial ekonomi tak pasti (Uncertenly). Ketidakpastian
ini tidak asimetris informasi dalam kegiatan ekonomi dan bisnis. Sektor
swasta sering melihat ini sebagai risiko terbesar yang harus ditanggung dalam
menjalankan bisnis, sulit diprediksi berapa Return Of Investment (ROI) yang
dapat diperoleh karena biaya yang harus dikeluarkan akibat praktek korupsi
juga sulit diprediksi (Syahroni, dkk, 2018: 78-79).
1. Menghambat Investasi dan Pertumbuhan
Korupsi bertanggung jawab terhadap lesunya pertumbuhan
ekonomi dan investasi dalam negeri. Korupsi juga mempersulit
pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan
yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga
karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam

4
negosiasi dengan pejabat korup, dan resiko pembatalan perjanjian atau
karena penyelidikan.
Penanaman modal yang dilakukan oleh pihak dalam negeri
(PMDN) dan asing (PMA) yang semestinya bisa digunakan untuk
pembangunan negara menjadi sulit sekali terlaksana, karena permasalahan
kepercayaan dan kepastian hukum dalam melakukan investasi, selain
masalah stabilitas.
Dari laporan yang diberikan oleh PERC (Political and Economic
Risk Consultancy) pada akhirya ha] ini akan menyulitkan pertumbuhan
investasi di Indonesia, khususnya investasi asing karena iklim yang ada
tidak kondusif. Hal ini jelas karena terjadinya tindak korupsi yang sampai
tingkat mengkhawatirkan yang secara langsung maupun tidak
mengakibatkan ketidakpercayaan dan ketakutan pihak investor asing
untuk menanamkan investasinya ke Indonesia.
Perlu disadari bahwa sebenamya beberapa perusahaan
multinasional sudah terikat pada kode etik internasional dari ICC
(International Chamber of Commerce) yang bersepakat untuk tidak
melakukan praktek-praktek korupsi dalam bisnis intemasional.
Selanjutnya ICC bersama dengan OECD (Organization for Economic
Cooperation and Development) mengawasi dan menyerahkan kasus kasus
korupsi yang teljadi untuk diadili di negara perusahaan tersebut berasal.
Kondisi negara yang korup, membuat pengusaha multinasional
meninggalkannya, karena investasi di negara yang korup akan merugikan
dirinya karena memiliki ’biaya siluman” yang tinggi. Dalam studinya,
Paulo Mauro (1995) mengungkapkan dampak korupsi pada pertumbuhan
investasi dan belanja pemerintah bahwa korupsi secara langsung dan tidak
langsung adalah penghambat pertumbuhan investasi. Berbagai organisasi
ekonomi dan pengusaha asing di seluruh dunia menyadari bahwa
subumya korupsi di suatu negara adalah ancaman serius bagi investasi
yang ditanam (Syahroni, dkk, 2018: 81-83).

5
2. Melemahkan Kapasitas dan Kemampuan Pemerintah dalam Program
Pembangunan Untuk Meningkatkan Perekonomian
Pada institusi pemerintah yang memiliki angka korupsi rendah,
layanan publik cenderung lebih baik dan murah. Terkait dengan hal
tersebut, Gupta, davoodi, dan Tiongson menyimpulkan bahwa tingginya
angka angka korupsi ternyata akan memperburuk layanan kesehatan dan
pendidikan. Konsekuensinya, angka putus sekolah dan kematian bayi
mengalami peningkatan. Korupsi juga turut mengurangi anggaran
pembiayaan untuk perawatan fasilitas umum, seperti perbaikan jalan
sehingga menghambat roda perekonomian.
Kuantitas dan kualitas barang juga menurun, karena besarnya biaya
untuk proses yang telah terjadi karena korupsi. Rusaknya jalan-jalan,
ambruknya jembatan, tergulingnya kereta api, beras murah yang tidak
layak makan, tabung gas yang meledak, bahan bakar yang merusak
kendaraan masyarakat, tidak layak dan tidak nyamannya serangkaian
kenyataan rendahnya kualitas barang dan jasasebagai akibat korupsi.
Korupsi juga dapat menyebabkan kurang baiknya hubungan
internasional antarnegara. hal ini disebabkan negara yang korup akan
merugikan negara lain yang memberikan modal atau bekerja sama dalam
bidang tertentu (Nugraheni, dkk, 2017: 92).
3. Meningkatkan Utang Negara
Bila melihat kondisi secara umum, hutang adalah hal yang biasa,
asal digunakan untuk kegiatan yang produktif hutang dapat dikembalikan.
Apabila hutang digunakan untuk menutup defisit yang terjadi, hal ini
semakin memperburuk keadaan. Kita tidak bisa membayangkan ke depan,
apa yang terjadi apabila hutang negara yang kian membengkak ini
digunakan untuk sesuatu yang sama sekali tidak produktif dan dikorupsi
secara besar-besaran (Syahroni, dkk, 2018: 86).
4. Menurunkan Pendapatan Negara
Sebagian besar negara di dunia ini mempunyai sistem pajak yang
menjadi perangkat panting untuk membiayai pengeluaran pemerintahnya

6
dalam menyediakan barang dan jasa publik, sehingga boleh dikatakan
bahwa pajak adalah sesuatu yang penting bagi negara.
Di Indonesia, dikenal beberapa jenis pajak seperti Pajak
penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Bea Meterai (BM), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan/atau Bangunan (BPHTB). Di tingkat pemen'ntah daerah, dikenal juga
beberapa macam pajak seperti Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Pajak
Restoran, dan lain-lain. Pada saat ini APBN sekitar 70% dibiayai oleh
pajak di mana Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai
(PPn) merupakan jenis pajak yang paling banyak menyumbang (Syahroni,
dkk, 2018: 85).
5. Menurunkan Produktivitas
Dengan semakin lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi,
maka tidak dapat disanggah lagi, bahwa produktifitas semakin menurun.
Hal ini terjadi seiring dengan terhambatnya sektor industri dan produksi
untuk bisa berkembang lebih baik atau melakukan pengembangan
kapasitas. Program peningkatan produksi dengan berbagai upaya seperti
pendirian pabrik pabrik dan usaha produktif baru atau usaha untuk
memperbesar kapasitas produksi untuk usaha yang sudah ada menjadi
terkendala dengan tidak adanya investasi.
Penurunan produktifitas ini juga menyebabkan permasalahan yang
lain, seperti tingginya angka PHK dan menmgkamya angka
pengangguran. ujung dari penurunan produktifitas ini adalah kemiskinan
masyarakat (Syahroni, dkk, 2018: 83-84).

B. DampakSosial dan Kemiskinan Masyarakat


Korupsi memang bukan sekedar dicurinya uang negara, karena dampaknya
begitu banyak yang harus ditanggung oleh rakyat. Akibat korupsi kita
menjadi bangsa yang terpaksa kehilangan martabat karena dipandang sebelah
mata oleh bangsa lain. Korupsi menyebabkan kita kehilangan daya saing
dalam mendatangkan investor. Sekarang bahkan sudah banyak investor

7
potensial memindahkan investasinya ke negara lain. Banyaknya pungutan liar
yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi (high cost ecammzy) menjadi
alasan mereka memindahkan usaha, disamping masalah keamanan aset akibat
demo buruh yang tidak jarang mengatah pada tindakan anarkis. Yang
menyedihkan adalah korupsi menyebabkan kemiskinan massal dan memaksa
begitu banyak rakyat kita harus mengadu nasib menjadi bumh migran. Ini
tentu bertentangan dengan cita cita luhur para pendiri republik (the founding
father) yang memimpikan Indonesia dan rakyatnya mampu menggapai
kemakmuran. Mereka juga bercita cita rakyatnya keluar dari martabat kuli
sebagaimana yang terjadi selama hidup terjajah. Mereka tidak bermimpi
rakyatnya menjadi kuli di negerinya sendiri, apalagi menjadi kuli di negara
lain.
Kenyataannya korupsi telah membuyarkan mimpi tersebut, dan
merapuhkan kemampuan negara untuk melaksanakan kewajiban kewajiban
konstitusioanlnya memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya, terutama
mereka yang miskin. Korupsi pendek kata telah menyebabkan rakyat miskin
tidak dapat memperoleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan ekonomi, yang
seharusnya disediakan oleh negara. Yang lebih menyakitkan adalah rakyat
harus menerima kenyataan bahwa para pencuri uang negara masih bisa
menikmati uang jarahan dengan hidup bebas di negara tetangga seperti
Singapura, Hongkong, Taiwan dan RRC, tempat dimana mereka sekarang
menjadi TKI. Itulah sebabnya korupsi sesungguhnya merupakan kejahatan
yang luar biasa (extra ordinary crime) sekaligus kejahatan terhadap
kemanusiaan (crime againts humanity) (Syahroni, dkk, 2018: 86-87).
1. Meningkatnya Kemiskinan
Korupsi dapat meningkatkan kemiskinan karena tingkat korupsi
yang tinggi dapat menyebabkan kemiskinan setidaknya untuk dua alasan.
Pertama, bukti empiris menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi berkaitan dengan tingkat pengurangan kemiskinan
yang tinggi pula. Kedua, ketimpangan pendapatan akan berefek buruk
terhadap pertumbuhan ekonomi, sehingga jumlah orang menjadi miskin

8
akan bertambah. Masyarakat miskin kesulitan memperoleh makanan
pokok, konsumsi yang bergizi sehat juga terlupakan. Dampak krisis yang
ditimbulkan gizi buruk menyebabkan biaya subsidi kesehatan semakin
meningkat.
Secara sederhana penduduk miskin diwilayah Indonesia dapat
dikategorikan dalam dua kategori, yakni:
a. Kemiskinan kronis (chronic poverty) atau kemiskinan struktural yang
bersifat terus menerus;
b. Kemiskinan sementara (transient poverty), yaitu kemiskinan yang
indikasinya adalah menurunkannya pendapatan (income) masyarakat
untuk sementara waktu akibat perubahan yang terjadi, semisal
terjadinya krisis moneter.

Mengingat adanya kemiskinan struktural, maka adalah naif jika kita


beranggapan bahwa virus kemiskinan yang menjangkit di tubuh
masyarakat adalah buah dari budaya malas dan etos kerja yang rendah
(culture of poverty). William Ryan, seorang sosiologi ahli kemiskinan,
menyatakan bahwa kemiskinan bukanlah akibat dari berkurangnya
semangat wiraswasta, tidak memiliki hasrat berprestasi, fatalis.
Pendekatan disebut sebagai blaming the victim (menyalahkan korban)
(Nugraheni, dkk, 2017: 96-97).

2. Tingginya Angka Kriminalitas


Korupsi menyuburkan berbagai jenis kesehatan yang lain dalam
masyarakat. Semakin tinggi tingkat korupsi, semakin besar pula
kejahatan. Ketikan angka korupsi meningkat, yang identik dengan krisis
kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum, maka angka
kejahatan pun meningkat. Idealnya, angka kejahatan akan berkurang jika
timbul kesadaran masyarakat (marginal detternce). Kondisi ini hanya
terwujud jika tingkat kesadaran hukum dan kesejahteraan masyarakat
sudah memadai (isufficient) (Nugraheni, dkk, 2017: 97).

9
3. Demoralisasi
Korupsi yang merajalela dilingkungan perintah dalam penglihatan
masyarakat umum akan menurunkan kredibilitas pemerintah yang
berkuasa. Jika pemerintag justru memakmurkan praktik korupsi, lenyap
pula rasa hormat dan trust (kepercayaan) masyarakat kepada pemerintah.
Praktik korupsi kronis menimbulkan demoralisasi dikalangan warga
masyarakat. Kemerosotan moral yang dipertontonkan pejabat publik,
politisi, artis di media massa, menjadikan sedikitnya figure keteladanan
yang menjadi role model (Nugraheni, dkk, 2017: 98).

C. Dampak Terhadap Pelayanan Kesehatan


Di Indonesia, sudah terdeteksi berbagai praktek yang menjurus korupsi.
Salah satu contoh di level mikro pelayanan klinis dan sistem manajemen
rumah sakit, antara lain: dokumen asuransi yang tidak beres, tagihan
perawatan yang tidak sah; pembelian obat dan bahan habis pakai yang fiktif;
penjualan bahan dan obat yang tidak sesuai aturan dan cenderung merugikan
masyarakat; dokter tidak aktif menangani pasien (mewakilkan ke dokter lain
atau residen), namun menerima jasa; kolusi dengan pabrik/distributor obat
dan alat kesehatan yang merugikan pasien
Di level sistem sistem manajemen rumah sakit dan lingkungan rumah
sakit, terjadi antara lain: saat pembelian alat alat kesehatan (alkes) clan obat;
suap/gratifikasi misal, dalam perijinan atau akreditasi rumah sakit; dalam
konstruksi RS dan Puskesmas; penyelewengan dana Jamkesmas Jamkesda
dan bantuan sosial kesehatan; memberikan dana illegal ke pimpinan
pemerintah daerah agar menjadi pejabat struktural di RS atau menjadi
pegawai
Terjadinya korupsi bahkan sudah sampai korupsi yang “by design”.
Sebagai gambaran pembelian alat direncanakan oleh oknum eksekutif,
dengan dorongan dari penjual alat kesehatan. Direktur rumah sakit dapat
terpojok untuk memberikan tanda tangan yang kemungkinan dapat berujung
pada korupsi (Syahroni, dkk, 2018: 74).

10
Sistem manajemen rumah sakit yang diharapkan untuk pengelolaan lebih
baik menjadi sulit dibangun. Apabila korupsi terjadi di berbagai level maka
akan terjadi keadaan sebagai berikut:
a. Organisasi rumah sakit menjadi sebuah lembaga yang mempunyai sisi
bayangan yang semakin gelap;
b. Ilmu manajemen yang diajarkan di pendidikan tinggi menjadi tidak
relevan;
c. Direktur yang diangkat karena koluszf (misalnya harus membayar
untuk menjadi direktur) menjadi sulit menghargai ilmu manajemen;
d. Proses manajemen dan klinis di pelayanan juga cenderung akan tidak
seperti yang kita bayangkan;
e. Adanya layanan kesehatan yang kurang memadai dan masih tumpang
tindih juga pengadministrasian yang kurang baik dari sebuah badan
penyelenggara yang bergerak di bidang kesehatan (Syahroni, dkk,
2018: 75).

Sektor kesehatan merupakan urusan publik yang tidak lepas dari


praktek korupsi. Korupsi pada sektor kesehatan melibatkan aparat dan
pejabat tingkat rendah hingga tingkat tinggi. Pada tingkat rendah
menyentuh pada kepala dinas kesehatan (Dinkes) pada tingkat
kabupaten/kota dan provinsi, sedangkan pada tingkat tinggi melibatkan
pejabat pada kantor kementerian kesehatan dan lembaga lainnya pada
tingkat nasional seperti BPOM maupun anggota DPR yang membidangi
kesehatan.

Dampak korupsi para pejabat korup pada sektor kesehatan telah


mencederai upaya pembangunan kesehatan yang oleh Notoatmodjo
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi
tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis (Notoadmodjo, 2010:53). Mengapa?
Karena anggaran untuk membangun sektor kesehatan justru digunakan

11
untuk memperkaya diri dan kelompoknya dan mengabaikan hak
masyarakat untuk mendapatkan alat kesehatan clan pelayanan kesehatan.
Dampak korupsi pada sektor kesehatan dapat mengakibatkan menurunnya
derajat kesehatan masyarakat yang berimbas pada IPM (Indeks
Pembangunan Manusia) (Syahroni, dkk, 2018: 76).

Indikator IPM seperti angka kematian bayi dan angka harapan hidup
sangat terkait dengan pendanaan sektor kesehatan. Apabila terjadi korupsi
pada sektor kesehatan, maka akan berimbas penurunan angka harapan
hidup dan menaikkan angka kematian bayi. Dampak korupsi lebih jauh
adalah naik dan tingginya harga obat obatan dan rendahnya kualitas alat
kesehatan pada rumah sakit dan puskesmas serta sarana kesehatan
masyarakat lainnya. Terjadinya kasus kasus korupsi pada sektor kesehatan
yang melibatkan pejabat pada kementerian kesehatan clan dinas kesehatan
lokal menunjukkan rendahnya transparansi dan akuntabilitas serta
kepatuhan pada hukum. Besarnya diskresi atau kewenangan pejabat dan
rendahnya etika pejabat sektor kesehatan menyebabkan menguatnya dan
meningkatnya kesempatan melakukan praktek korupsi disektor kesehatan
(Syahroni, dkk, 2018: 77).

D. Dampak Birokrasi Pemerintah


Tindakan korupsi juga berpengaruh terhadap pemerintahan suatu negara.
Tindak korupsi ini merusak tatanan yang ada dalam pemerintahan membuat
pemerintahan semakin tindak kondusif dan adanya perselisihan satu dengan
yang lain. Terdapat beberapa macam korupsi terhadap birokrasi
pemerintahan, yaitu:
1. Matinya etika sosial politik
Korupsi bukan tindakan yang biasa melainkan dapat merusak aspek-aspek
kehidupan. Terjadi juga di dalam pemerintahan yaitu etika sosial dari para
pejabat pemerintahan yang sudah tidak menegakkan kejujuran.
Melindungi para koruptor dengan indikasi ingin mendapatkan jabatan

12
inilah yang membuat etika sosial politik begitu buruk karena adanya
tindak korupsi.
2. Tidak efektifnya peraturan dan perundangan-undangan
Saat ini banyak orang yang tersangkut dengan masalah tetapi mereka
saling menginginkan posisi yang benar. Dengan hal seperti itulah banyak
orang ingin memenangkan suatu perkara dengan cara menyuap hakim.
Dengan terjadinya tindakan seperti itu peraturan perundangan yang
berlaku menjadi mandul karena dalam setiap perkara diselesaikan dengan
tindak korupsi.
3. Birokrasi tidak efisien
Terdapat banyak sekali investor asing ingin menanamkan modal kepada
Indonesia tetapi untuk mendapatkan itu harus mendapatkan perizinan
yang berbelit-belit, yang pada akhirnya jalan yang dipilih adalah
penyuapan untuk memudahkan izin usaha mereka, hal seperti harusnya
birokrasi di Indonesia harus segera di benahi.
Upaya pemerintah mencanangkan clean government dalam upaya
memberantas korupsi dikalangan birokrasi pemerintagan, belum dapat
menjamin menanggulangi korupsi, berbagai jenis kebocoran Negara masih
saja terjadi, berdampak pelayanan publik terganggu.
Kebocoran keuangan Negara yang paling besar dilingkungan lembaga
Negara adalah melalui kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa, lemahnya
pengawasan, dan kurangnya penerapan disiplin serta sanksi terhadap
penyelenggara Negara dalam melaksanakan tugas-tugas Negara berdampak
birokrasi pemerintah yang buruk.
Sementara itu dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi
pemerintah, sebagai pengampu kebijakan Negara dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Korupsi menghambat peran Negara dalam peraturan alokasi
2. Korupsi menghambat Negara melakukan pemerataan akses dan asset
3. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan politik.

13
Dengan demikian suatu pemerintah yang terlanda wabah korupsi akan
mengabaikan tuntutan pemerintah yang layak. Kehancuran birokrasi
pemerintah merupakan garda depan yang berhubungan dengan pelayanan
umum kepada masyarakat. Korupsi menumbuhkan ketidakefisien yang
menyeluruh di dalam birokrasi (Nugraheni, dkk, 2017: 98-99).

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat (an
enermous destruction effects) terhadap berbagai sisi kehidupan bangsa dan
negara, khususnya dalam sisi ekonomi sebagai pendorong utama
kesejahteraan masyarakat. Mauro (1995) menerangkan hubungan antara
korupsi dan ekonomi. Menurutnya korupsi memiliki korelasi negatif
dengan tingkat investasi, pertumbuhan ekonomi, dan dengan pengeluaran
pemerintah untuk program sosial dan kesejahteraan
Korupsi memang bukan sekedar dicurinya uang negara, karena
dampaknya begitu banyak yang harus ditanggung oleh rakyat. Akibat
korupsi kita menjadi bangsa yang terpaksa kehilangan martabat karena
dipandang sebelah mata oleh bangsa lain. Korupsi menyebabkan kita
kehilangan daya saing dalam mendatangkan investor.
Di Indonesia, sudah terdeteksi berbagai praktek yang menjurus
korupsi. Salah satu contoh di level mikro pelayanan klinis dan sistem
manajemen rumah sakit, antara lain: dokumen asuransi yang tidak beres,
tagihan perawatan yang tidak sah; pembelian obat dan bahan habis pakai
yang fiktif; penjualan bahan dan obat yang tidak sesuai aturan dan
cenderung merugikan masyarakat; dokter tidak aktif menangani pasien
(mewakilkan ke dokter lain atau residen), namun menerima jasa; kolusi
dengan pabrik/distributor obat dan alat kesehatan yang merugikan pasien
Tindakan korupsi juga berpengaruh terhadap pemerintahan suatu
negara. Tindak korupsi ini merusak tatanan yang ada dalam pemerintahan
membuat pemerintahan semakin tindak kondusif dan adanya perselisihan
satu dengan yang lain.

15
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita sebagai mahasiswa kebidanan
mampu memahami ilmu yang kita peroleh berdsarkan materi dalam
makalah ini yakni Dampak Korupsi

16
DAFTAR PUSTAKA

Fadilah Amin, 2016. Antologi Administrasi Publik & Pembangunan. Jawa


Timur: UB Press
Hermien Nugraheni, dkk, 2017. Mahasiswa pelopor Gerakan Antikorupsi.
Yogyakarta: Deepublish
Maharso, dkk, 2018. Fenomena Korupsi Dari Sudut Pandang Epidemologi.
Yogyakarta: Deepublish
Monang Siahaan, 2019. Pembuktian terbalik Dalam Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia
Syahroni, dkk, 2018. Korupsi, Bukan Budaya Tetapi Penyakit. Yogyakarta:
Deepublish

17

Anda mungkin juga menyukai