Anda di halaman 1dari 8

DAMPAK DAMPAK ANTI KORUPSI

Dosen pengampu :

Nurul huda M.M

Disusun Oleh :

Rahmawati (22010193)
Citra Damayanti (22010104)
Sri wulandari (22010011)
Eti sumiyati (22010300)
Nurfadila (22010185)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


BIMA
TAHUN AKADEMIK( 2022/2023)
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya, makalah kelompok kami mengenai “ Dampak dampak Anti
Korupsi” d a p a t d i s e l e s a i k a n u n t u k m e n j a d i s u m b e r p e n u g a s a n d a n p e n i l
a i a n dalam mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi.
Kelompok kami menyadari materi yang kami sajikan dalam makalah ini
masih jauh dari yang sempurna, karena itu kami mengharapkan masukan
untuk penyempurnaannya. Kiranya makalah “Dampak Dampak Anti korupsi” ini dapat
bermanfaat bagi kita sekalian. Kami mengucapkan terima kasih kepada anggota
dosen mata kuliah kami; N u r u l H u d a , M . M
atas penugasan, masukan dan pengarahan dalam menyusun makalah ini. Semoga dapat
memenuhi kebutuhan unsur penugasan dan penilaian terhadap kelompok kami.

Bima,18 maret2023
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii

Bab I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................1

Bab II : PEMBAHASAN

A.Definisi Korupsi…………………………………..……………………………2
B. Dampak Dampak Korupsi…………………………………………………...2

Bab III : PENUTUP

A.Kesimpulan ..............................................................................................5
B.Saran ........................................................................................................5
1

BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Korupsi menjadi permasalahan besar yang dihadapi oleh Bangsa dan Negara. Tidak
dapat dipungkiri bahwa saat ini korupsi sudah menjadi penyakit akut yang sudah dianggap
biasa oleh masyarakat. Masyarakat tidak lagi terkejut jika mendengar korupsi dilakukan oleh
para pejabat dan penyelenggara negara, baik itu dipemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Hampir setiap hari masyarakat disuguhi pemberitaan korupsi yang menghiasi
media, baik cetak maupun elektronik.
Banyaknya kasus korupsi yang terjadi di negeri ini tidak terlepas dari kelalaian
pemerintah yang kurang melakukan pengawasan terhadap setiap pejabat negara. lemahnya
pengawasan memberikan ruang kepada setiap individu maupun kelompok untuk melakukan
tindak pidana korupsi. Selain kurangnya pengawasan pemerintah, para pejabat atau
penyelenggara negara juga kerap menyalahgunakan jabatannya, sehingga disana juga
terdapat ruang untuk melakukan korupsi.
Dampak masif (berakar) yang didapatkan dari korupsi sangat banyak, ini akan
menunjukkan sebuah degradasi (penurunan) bagi satu bangsa diantaranya yaitu, pada
sektor ekonomi, sosial dan kemiskinan rakyat, birokrasi pemerintahan, sistem penegakan
hukum. Jika ditinjau dari segi ekonomi yaitu lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi
oleh negara asing, penurunan produktivitas yang menyebabkan banyaknya pemutusan
hubungan kerja dan tingginya angka 1 2 pengangguran, yang berikutnya menurunnya
pendapatan negara dari sektor perpajakan, dan yang terakhir adalah meningkatnya hutang
negara. Inilah beberapa dampak masif dari korupsi sehingga sangat dibutuhkan kerjasama
yang baik dalam pemberantasan korupsi oleh para penegak hukum baik itu dari Kepolisian,
Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi atau biasa disebut dengan KPK,
Masyarakat, dan juga mahasiswa diharapkan untuk tidak apatis dalam masalah korupsi
karena mahasiswa juga bisa melaporkan kasus pelanggaran korupsi.
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi korupsi

Korupsi adalah penyelewangan atau penyalahgunaan uang negara


(perusahaan,Yayasan,organisasidan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau
orang lain.

Korupsi adalah permintaan atau penerimaan oleh pejabat public,secara


langsung atau tidak langsung untuk keuntungan yang tidak semestinya,baik untuk
pejajabat itu sendiri maupun orang atau badan yang bertindak dalam atau tidak
bertindak dalam pelaksanaan tugas resminya.

B. Dampak Dampak Anti Korupsi


Korupsi dianggap sebuah kejahatan luar biasa karena memiliki dampak yang masif
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Tidak hanya merugikan negara, korupsi
menyengsarakan rakyat di dalamnya. Berbagai dampak korupsi di berbagai bidang bisa
dirasakan sendiri oleh kita semua.Cerminan dampak korupsi bisa dilihat dari mahalnya
harga jasa dan pelayanan publik, masyarakat yang semakin miskin, atau terbatasnya
fasilitas pendidikan dan kesehatan. Perkembangan ekonomi mandek dan berbagai rencana
pembangunan terhambat akibat korupsi. Belum lagi dari sisi budaya, korupsi semakin
menggerus kearifan lokal dan menggantinya dengan tabiat yang buruk.Semangat melawan
korupsi akan semakin kuat jika kita memahami dampak-dampak tersebut. Berikut adalah
dampak-dampak korupsi di berbagai bidang, agar bisa kita kenali dan cegah:
1. Dampak Korupsi di Bidang Ekonomi
Korupsi berdampak buruk pada perekonomian sebuah negara. Salah satunya
pertumbuhan ekonomi yang lambat akibat dari multiplier effect rendahnya tingkat investasi.
Hal ini terjadi akibat investor enggan masuk ke negara dengan tingkat korupsi yang tinggi.
Ada banyak cara orang untuk tahu tingkat korupsi sebuah negara, salah satunya lewat
Indeks Persepsi Korupsi (IPK).
Dikutip dari buku Modul Integritas Bisnis Seri 3: Dampak Sosial Korupsi, korupsi juga
menambah beban dalan transaksi ekonomi dan menciptakan sistem kelembagaan yang
buruk. Adanya suap dan pungli dalam sebuah perekonomian menyebabkan biaya transaksi
ekonomi menjadi semakin tinggi. Hal ini menyebabkan inefisiensi dalam perekonomian.
Melambatnya perekonomian membuat kesenjangan sosial semakin lebar. Orang kaya
dengan kekuasaan, mampu melakukan suap, akan semakin kaya. Sementara orang miskin
akan semakin terpuruk dalam kemelaratan.
2. Dampak Korupsi di Bidang Kesehatan
Di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang, korupsi di bidang kesehatan akan
semakin terasa dampaknya. Korupsi proyek dan anggaran kesehatan kerap terjadi di antara
3

pejabat pemerintah, bahkan menteri. Sudah dua mantan dua mantan menteri Kesehatan
Indonesia yang ditahan karena korupsi, yaitu Achmad Suyudi dan Siti Fadilah Supari.
Menurut catatan Indonesia Corruption Watch (ICW), korupsi jadi biang keladi buruknya
pelayanan kesehatan, dua masalah utama adalah peralatan yang tidak memadai dan
kekurangan obat. Korupsi juga membuat masyarakat sulit mengakses pelayanan kesehatan
yang berkualitas.
Dampak dari korupsi bidang kesehatan adalah secara langsung mengancam nyawa
masyarakat. ICW mencatat, pengadaan alat kesehatan dan obat merupakan dua sektor
paling rawan korupsi. Perangkat medis yang dibeli dalam proses korupsi berkualitas buruk,
pelayanan purnajualnya juga jelek, serta tidak presisi. Begitu juga dengan obat yang
pembeliannya mengandung unsur korupsi, pasti keampuhannya dipertanyakan.

3. Dampak Korupsi Terhadap Pembangunan


Salah satu sektor yang paling banyak dikorupsi adalah pembangunan dan
infrastruktur. Salah satu modus korupsi di sektor ini, menurut Studi World Bank, adalah mark
up yang sangat tinggi mencapai 40 persen. KPK mencatat, dalam sebuah kasus korupsi
infrastruktur, dari nilai kontrak 100 persen, ternyata nilai riil infrastruktur hanya tinggal 50
persen, karena sisanya dibagi-bagi dalam proyek bancakan para koruptor.Dampak dari
korupsi ini tentu saja kualitas bangunan yang buruk sehingga dapat mengancam
keselamatan publik. Proyek infrastruktur korupsi juga tidak akan bertahan lama, cepat rusak,
sehingga harus dibuka proyek baru yang sama untuk dikorupsi lagi.KPK mencatat, korupsi
di sektor ini terjadi dari tahapan perencanaan, proses pengadaan, hingga pelaksanaan. Di
tahap perencanaan, koruptor sudah mencari celah terkait kepastian anggaran, fee proyek,
atau cara mengatur pemenang tender. Pada pelaksanaan, terjadi manipulasi laporan
pekerjaan atau pekerjaan fiktif, menggerogoti uang negara.
4. Korupsi Meningkatkan Kemiskinan
Kemiskinan berdasarkan klasifikasi Badan Pusat Statistik dibagi menjadi empat
kategori, yaitu:
1. Kemiskinan absolut
Warga dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup memenuhi
kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang
dibutuhkan untuk dapat hidup dan bekerja dengan layak.
2. Kemiskinan relatif
Merupakan kemiskinan yang terjadi karena pengaruh kebijakan yang dapat
menyebabkan ketimpangan pendapatan. Standar kemiskinan relatif ditentukan dan
ditetapkan secara subyektif oleh masyarakat.
3. Kemiskinan kultural
Merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh faktor adat atau budaya yang
membelenggu sehingga tetap berada dalam kondisi miskin.
4. Kemiskinan struktural
4

Merupakan kemiskinan yang terjadi akibat ketidakberdayaan seseorang atau


sekelompok masyarakat tertentu terhadap sistem yang tidak adil sehingga mereka tetap
terjebak dalam kemiskinan.Korupsi yang berdampak pada perekonomian menyumbang
banyak untuk meningkatnya kemiskinan masyarakat di sebuah negara. Dampak korupsi
melalui pertumbuhan ekonomi adalah kemiskinan absolut. Sementara dampak korupsi
terhadap ketimpangan pendapatan memunculkan kemiskinan relatif.Alur korupsi yang terus
menerus akan semakin memunculkan kemiskinan masyarakat. Korupsi akan membuat
masyarakat miskin semakin menderita, dengan mahalnya harga pelayanan publik dan
kesehatan. Pendidikan yang buruk akibat korupsi juga tidak akan mampu membawa
masyarakat miskin lepas dari jerat korupsi.
5. Dampak Korupsi Terhadap Budaya
Korupsi juga berdampak buruk terhadap budaya dan norma masyarakat. Ketika korupsi
telah menjadi kebiasaan, maka masyarakat akan menganggapnya sebagai hal lumrah dan
bukan sesuatu yang berbahaya. Hal ini akan membuat korupsi mengakar di tengah
masyarakat sehingga menjadi norma dan budaya. Beberapa dampak korupsi terhadap
budaya pernah diteliti oleh Fisman dan Miguel (2008), Barr dan Serra (2010). Hasil
penelitian Fisman dan Miguel (2008) menunjukkan bahwa diplomat di New York dari negara
dengan tingkat korupsi tinggi cenderung lebih banyak melakukan pelanggaran parkir
dibanding diplomat dari negara dengan tingkat korupsi rendah. Perilaku ini dianggap
sebagai indikasi budaya.
Sementara hasil penelitian Barr dan Serra (2010) menunjukkan bahwa data di Inggris
memberikan hasil serupa yaitu adanya hubungan positif antara tingkat korupsi di negara
asal dengan kecenderungan para imigran melakukan penyogokan. Ketika masyarakat
permisif terhadap korupsi, maka semakin banyak individu yang melanggar norma
antikorupsi atau melakukan korupsi dan semakin rendah rasa bersalah.Jangan sampai
korupsi menjadi budaya dan norma di Indonesia. Belum ada kata terlambat untuk
menciptakan Indonesia yang bersih dari korupsi. Karena memberantas korupsi adalah harga
mati untuk Indonesia yang lebih baik di masa depan.
5

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dengan melakukan sistematisasi dari berbagi undang-
undang tentang korupsi dengan melihat perkembang dari pengertian, dan dampak
dampaknya diberbagai bidang,maka diperoleh suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengertian mengenai korupsi mengalami perluasan, yaitu semua bentuk pemberian
dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (diskon), komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya, masuk
dalam pengertian korupsi..
2. Peraturan Perundangan tentang korupsi pada tahun 1957-1960 kurang bisa
mengakomodasi perbuatan korupsi pada tahun tersebut karena dalam perundang-undangan
harus mensyaratkan adanya kejahatan koruptif, kemudian dilihat dari penegakan hukumnya
kurang bisa konsisten, dalam peraturan perundang-undangan korupsi terdapat dua
pertanggung jawaban hukum, yaitu secara pidana dan perdata, dimana pertanggung
jawaban secara pidana harus didahulukan dari pertanggung jawaban perdata.
B. Saran
Setelah melihat perkembangan pengertian dan Dmpak dampak korupsi di Indonesia
dari perturan perundang-undangan tentang korupsi, maka penulis memunculkan saran-
saran sebagai berikut:
1. Pemberantasan dan pencegahan korupsi haruslah dilakukan dari atas atau “top political
will” secara konsisten dari para penyelenggara negara;
2. Pemberantasan tindak pidana korupsi harus tetap berpegang pada Undang undang
korupsi yang telah berlaku dengan mengedepankan pertanggung jawaban pidana terlebih
dahulu kemudian pertanggung jawaban secara perdata.
3. Peraturan perundang-undangan pemberantasan korupsi yang jelas dengan sanksi yang
dapat menimbulkan kejeraan serta proses peradilan yang cepat dan transparan.

Anda mungkin juga menyukai