Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Dampak Korupsi bagi


Negara dan Bangsa Indonesia

DOSEN : Dra. Jumiati Nur, M.Pd

Di susun oleh:

Kelompok 4

1. Fera Feriska : 105431101323


2. Ramadani : 105431101423
3. Ita Mustika : 105431101523
4. Yuliaha Hafid : 105431101623

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH MAKASSAR

T.A 2023/2024
Kata Pengantar:

Korupsi, sebagai fenomena global, telah menjadi


perhatian serius di banyak negara, tak terkecuali
Indonesia. Fenomena ini merayap di semua lapisan
masyarakat dan telah memunculkan konsekuensi serius
bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Melalui
makalah ini, kita akan menggali lebih dalam dampak
korupsi terhadap negara dan bangsa Indonesia, serta
mengidentifikasi langkah-langkah perlu untuk mengatasi
tantangan ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi sudah sering kita dengar saat ini, baik di media masa maupun media elektronik. Korupsi
berada di sekitar kita, bahkan mungkin kita tidak menyadarinya. Korupsi bisa terjadi mulai dari
hal yang sangat kecil dan sepele sampai dengan hal yang besar. Korupsi juga bisa terjadi di
rumah, di sekolah, di masyarakat, maupun di insatansi tertinggi serta dalam pemerintahan.
Mereka yang melakukan korupsi terkadang mengangap remeh hal yang dilakukan itu. Hal ini
sangat menghawatirkan, sebab bagaimana pun, apabila suatu organisasi dibangun dari korupsi
akan dapat merusaknya.

Maraknya praktek korupsi di Indonesia tampaknya sudah sangat parah. Korupsi terlanjur kuat,
tak terkendali, dan menjadi sistem tersendiri yang mengakar di Indonesia. Orang yang awalnya
baik, dapat dengan mudah berubah menjadi korup. Hal ini menyebabkan kepercayaan publik
terhadap instansi pemerintah menurun drastis.

Celah hukum dan pengawasan yang lemah sering dianggap sebagai penyebab utama terjadinya
korupsi. Namun demikian sebenarnya sikap individu dan masyarakat yang menganggap remeh
praktek korupsi merupakan pendorong yang sangat kuat untuk melakukan tindakan korupsi.
Sering kali oknum pejabat mau menerima pemberian dari orang lain berupa makanan atau oleh-
oleh. Memang hal itu sangatlah sepele, namun apabila dibiarkan dan diremehkan secara terus
menerus, nantinya pemberian tersebut berubah menjadi parcel, uang saku, atau lebih besar lagi
dan jadilah tindakan penyuapan. Kebiasaan-kebiasaan seperti inilah yang menyebabkan tindakan
korupsi tumbuh subur di Indonesia.

Nampaknya pengajaran atau pengetahuan mengenai penanggulangan korupsi ini kurang


ditekankan dalam pendidikan di Indonesia. Atau bisa jadi metode yang digunakan kurang tepat.
Hal ini membuat kita sering menganggap remeh bahkan malas untuk mempelajari
penanggulangan korupsi, karena kurangnya motivasi pada diri sendiri, sehingga sering sekali
berasumsi “untuk apa mempelajari “ padahal itu sangat penting untuk diketahui agar tahu hak
dan kewajiban kita untuk Negara ini. Oleh karena itu penulis merasa perlu membuat makalah
berjudul Pemberantasan Korupsi Di Indonesia ini.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana dampak korupsi dari aspek ekonomi?

2. Bagaimana dampak korupsi dari aspek sosial?

3. Bagaimana korupsi dari aspek politik?

4. Bagaiman dampak korupsi dari aspek HAM?

A. Tujuan

1. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tindakan korupsi dari aspek ekonomi.

2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tindakan korupsi dari aspek sosial.

3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tindakan korupsi dari aspek politik

BAB II

PEMBAHASAN

. Dampak Korupsi bagi Negara Indonesia

Di Indonesia, korupsi memiliki dampak yang merugikan dalam berbagai bidang. Selain merusak
perekonomian, korupsi juga menghambat pembangunan infrastruktur, merugikan pelayanan
publik, serta menciptakan pelanggaran terhadap HAM. Untuk mengatasi masalah ini, upaya
pencegahan harus dilakukan dan tindakan hukum terhadap koruptor harus ditegakkan dengan
tegas.

A. Dampak Korupsi Dari Aspek Ekonomi

1. Dampak Kualitatif Korupsi pada Perekonomian

a. Korupsi mengurangi pendapatan dari sektor publik dan meningkatkan pembelanjaan


pemerintah untuk sektor publik. Korupsi juga memberikan kontribusi pada nilai defisit fiskal
yang besar, meningkatkan income inequality, dikarenakan korupsi membedakan kesempatan
individu dalam posisi tertentu untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas pemerintah pada
biaya yang sesungguhnya ditanggung oleh masyarakat. Ada indikasi yang kuat, bahwa
meningkatnya perubahan pada distribusi pendapatan terutama di negara negara yang sebelumnya
memakai sistem ekonomi terpusat disebabkan oleh korupsi, terutama pada proses privatisasi
perusahaan negara.
b. Korupsi mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan perbaikan dalam bentuk
peraturan dan kontrol akibat kegagalan pasar (market failure). Ketika kebijakan dilakukan dalam
pengaruh korupsi yang kuat maka pengenaan peraturan dan kebijakan, misalnya, pada
perbankan, pendidikan, distribusi makanan dan sebagainya, malah akan mendorong terjadinya
inefisiensi.

c. Korupsi mendistorsi insentif seseorang, dan seharusnya melakukan kegiatan yang


produktif menjadi keinginan untuk merealisasikan peluang korupsi dan pada akhimya
menyumbangkan negatif value added.

d. Korupsi menjadi bagian dari welfare cost memperbesar biaya produksi, dan selanjutnya
memperbesar biaya yang harus dibayar oleh konsumen dan masyarakat (dalam kasus pajak),
sehingga secara keseluruhan berakibat pada kesejahteraan masyarakat yang turun.

e. Korupsi mereduksi peran fundamental pemerintah (misalnya pada penerapan dan


pembuatan kontrak, proteksi, pemberian property rights dsb). Pada akhirnya hal ini akan
memberikan pengaruh negatif pada pertumbuhan ekonomi yang dicapai.

f. Korupsi mengurangi legitimasi dari peran pasar pada perekonomian, dan juga proses
demokrasi. Kasus seperti ini sangat terlihat pada negara yang sedang mengalami masa transisi,
baik dari tipe perekonomian yang sentralistik ke perekonomian yang lebih terbuka atau
pemerintahan otoriter ke pemerintahan yang lebih demokratis, sebagaimana terjadi dalam kasus
Indonesia.

g. Korupsi memperbesar angka kemiskinan. Ini sangat wajar, selain dikarenakan program-
program pemerintah sebagaimana disebut di atas tidak mencapai sasaran, korupsi juga
mengurangi potensi pendapatan yang mungkin diterima oleh si miskin. MenurutTanzi (2002),
perusahaan-perusahaan kecil adalah pihak yang paling sering menjadi sasaran korupsi dalam
bentuk pungutan tak resmi (pungutan liar). Bahkan, pungutan tak resmi ini bisa mencapai hampir
dua puluh persen dari total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan ini amat
mengkhawatirkan, dikarenakan pada negara negara berkembang seperti Indonesia, perusahaan
kecil (UKM adalah mesin pertumbuhan karena perannya yang banyak menyerap tenaga kerja).

2. Dampak Korupsi pada Perekonomian Analisa Ekonometrika

Beberapa tahun terakhir, banyak dilakukan penelitian dengan menggunakan angka indeks
korupsi untuk melihat hasilnya pada variabel-variabel ekonomi yang lain. Beberapa hasil
penelitian tersebut adalah:
a. Korupsi Mengurangi Nilai Investasi

Korupsi membuat sejumlah investor kurang percaya untuk menanamkan modalnya di Indonesia
dan lebih memilih menginvestasikannya ke negara-negara yang lebih aman seperti Cina dan
India. Sebagai konsekuensinya, mengurangi pencapaian actual growth dari nilai potential growth
yang lebih tinggi. Berkurangnya nilai investasi ini diduga berasal dari tingginya biaya yang harus
dikeluarkan dari yang seharusnya. Hal ini berdampak pada menurunnya growth yang dicapai.

b. Korupsi Mengurangi Pengeluaran pada Bidang Pendidikan dan Kesehatan. Akibat


korupsi pendapatan pemerintah akan terpangkas sehingga dasar porsi 20% APBN tidak sebesar
apabila tanpa korupsi.

Korupsi mengurangi pengeluaran untuk biaya operasi dan perawatan dari infrastruktur

Korupsi menurunkan produktivitas dari investasi publik dan infrastruktur suatu negara.

B. Dampak Korupsi Dari Aspek Sosial

Dalam konteks sosial, dampak korupsi menimbulkan problem yang besar. Deviasi
pembangunan fasilitas yang berkaitan dengan pelayanan pendidikan dan kesehatan menyebabkan
masyarakat rentan terhadap berbagai penyakit dan menurunkan tingkat kompetensinya.

Masyarakat juga menjadi kian permisif pada tindak korupsi. Korupsi dianggap sebagai suatu
kelaziman dan bahkan menjadi pelumas bagi proses ekonomi dan politik.

Sikap dan perilaku kolusif dan koruptif itu pada akhirnya akan meniadakan etos kompetisi secara
sehat. Memperkuat anggapan bahwa siapa yang berkuasa dan mempunyai uang bisa mengatur
segalanya, kesenjangan antarkelompok sosial kian melebar sehingga menciptakan kerawanan
sosial.

C. Dampak Korupsi Dari Aspek Poitik

Kekuasaan politik di Indonesia tidak terpusat pada satu tangan melainkan dibagi ke tiga lembaga
negara yang independen dan dalam tingkat yang sejajar yaitu Eksekutif, Legislatif, dan
Yudikatif. Kekuasaan yang tidak terpusat bertujuan agar terdapat sistem saling kontrol dan tidak
ada pihak yang mendominasi di antara pemegang kekuasaan. Penyalahgunaan kekuasaan, yang
menjadi salah satu pangkal dari korupsi, akan dapat segera terlihat dan bisa diminimalisir.

Eksekutif menyelenggarakan negara, Legislatif mengawasi penyelenggaraan negara, dan


Yudikatif menegakkan hukum. dan kekuasaan kehakiman.
Marak kita jumpai dari ketiga lembaga tersebut terlibat atau diduga terlibat dalam tindak pidana
korupsi. Tindakan korupsi yang menggurita hingga melibatkan ketiga kekuasaan tersebut
menimbulkan dampak yang merugikan dalam bidang politik bernegara.

Dampak tersebut oleh Indonesia Corruption Watch dijelaskan sebagai berikut:

a. Kinerja Sistem Terganggu

Isu korupsi sering bersifat personal karena pertanggungjawabannya bersifat personal (personal
liability), tapi dampaknya bisa organisasional, bahkan sosial. Organisasional kalau korupsi
berdampak pada kinerja lembaga (tempat oknum ada/bekerja). Sosial kalau dampaknya meluas
kepada masyarakat.

Dampak sosial sering implisit, ketimbang dampak organisasional, yang nyata dan eksplisit.
Kasus tipikor anggota DPR adalah kisah yang nyata. Di satu sisi, anggota DPR memangku
jabatan untuk sebuah menjadi bagian lembaga yang mengatasnamakan rakyat, yang artinya
dituntut tanggung jawab dan komitmen yang utuh dan serius. Di sisi lain, anggota DPR yang
tersandung dugaan korupsi berpotensi menyita perhatian dan menguras energi, baik sebagai
pribadi maupun sebagai anggota dewan legislatif. Belum lagi kalau kita berbicara tentang
kemungkinan faksionalisasi di tubuh DPR antara yang pro dan yang kontra terhadap tipikor yang
menjerat rekan seprofesi mereka. Singkat kata, kasus seperti ini berpotensi menjadi kendala bagi
kinerja lembaga/sistem, sehingga solusi yang paling bijaksana adalah menonaktifkan anggota
DPR yang terjerat tipikor sampai proses hukum selesai.

Dalam konteks politik, terjadi distorsi kepentingan pada lembaga politik tempat proses legislasi
berlangsung. Karena wakil rakyat yang dipilih melalui proses pemilu yang tidak sepenuhnya
jujur, adil dan sikap koruptif menjadi bagian tak terpisahkan di dalamnya. Karena itu, elite dan
lembaga politik punya kecenderungan mengabaikan aspirasi rakyat dan konstituennya.

b. Citra dan Kredibilitas Sistem/Lembaga di Mata Publik Merosot

Untuk lembaga bergengsi seperti DPR yang, tuduhan korupsi pada salah satu anggotanya tentu
berdampak pada bagaimana masyarakat politik memandang DPR sebagai sebuah lembaga publik
yang mengatasnamakan rakyat. Maka, kalau mau bersikap sebagai negarawan sejati,
selayaknyalah pemimpin yang memangku jabatan publik mundur dari jabatannya ketika
tersandung dugaan pidana. Ini juga bagian dari etika jabatan.

c. Lembaga/sistem diperalat untuk kepentingan diri

Kita tentu tahu bahwa tuduhan yang paling sering dilontarkan oleh kalangan antineoliberalis
adalah bahwa lembaga multinasional seperti PBB, IMF, dan Bank Dunia adalah perpanjangan
kepentingan kaum kapitalis global dan para hegemon global yang ingin mencaplok politik dunia
di satu tangan raksasa. Tuduhan seperti ini sangat mungkin terjadi pada pejabat publik yang
memperalat lembaga untuk kepentingan diri. Dalam kasus seperti ini, hanya masyarakat sipil
yang berdaya dan supremasi hukum yang kuat yang bisa menyelamatkan kepentingan umum.

D. Dampak Korupsi terhadap Pelanggaran HAM

Dalam segi Hak Asasi Manusia (HAM), korupsi dapat menyebabkan:

Pelanggaran pada Hak Kesehatan

Perbuatan korupsi dalam sektor kesehatan dapat menyebabkan kurangnya akses terhadap layanan
kesehatan yang berkualitas serta kemungkinan penerimaan suap dalam pengobatan.

Pelanggaran pada Hak Pendidikan

Korupsi dapat mengakibatkan kurangnya akses pendidikan yang adil dan berkualitas, terutama
bagi kelompok masyarakat yang memiliki keterbatasan ekonomi.

Pelanggaran pada Hak Ekonomi

Praktik korupsi dapat merugikan masyarakat dengan menyebabkan pengangguran, inflasi, dan
kesenjangan ekonomi yang semakin memburuk.

Upaya Pencegahan Korupsi

Untuk mengurangi laju korupsi di Indonesia, diperlukan upaya pencegahan yang kuat. Beberapa
langkah yang dapat dilakukan antara lain adalah peningkatan transparansi dalam penganggaran
negara, pemberantasan nepotisme, serta pelaksanaan sistem pengawasan dan pengendalian yang
ketat.

Tindakan Hukum terhadap Koruptor

Untuk memberikan efek jera terhadap pelaku korupsi, pemberian sanksi hukum yang tegas
menjadi salah satu solusi. Kasus korupsi harus ditangani dengan cepat dan proses hukum harus
berjalan adil. Hal ini penting untuk memperbaiki tata kelola negara dan memberikan keadilan
kepada masyarakat yang menjadi korban korupsi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Korupsi adalah suatu tindak pidana yang memperkaya diri yang secara langsung merugikan
negara atau perekonomian negara. Beberap unsur yang terdapat dalam perbuatan korupsi
meliputi menerima hadiah atau janji (penyuapan), pemerasan dalam jabatan, ikut serta dalam
pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), menerima gratifikasi, serta
menyalahgunakan kewenangan.

Korupsi berdampak pada berbagai lintas sendi kehidupan negara seperti efek domino yang
berantai. Semakin tingginya praktik korupsi di suatu negara akan secara instan maupun bertahap
melemahkan kondisi keuangan negara, penyelenggaraan negara, dan kondisi sosial masyarakat.

Dampak korupsi terhadap kondisi keuangan negara disumbangkan dari dampak langsungnya
pada bidang perpajakan dan ekonomi. Adapun dampak korupsi terhadap penyelenggaraan negara
adalah akumulasi dari dampak langsung korupsi dalam bidang politik, demokrasi, dan hukum.
Sedangkan dampak korupsi terhadap kondisi sosial masyarakat adalah wujud dari dampak
langsung korupsi dalam bidang akhlak dan moral, sosial, budaya, kode etik, dan sumber daya
manusia

B. SARAN

Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini. Dan pencegahan korupsi
dapat dimulai dari hal yang kecil.

Setelah mengetahui jenis perbuatan korupsi dan dampak masifnya dalam berbagai aspek
kehidupan bernegara, sebaiknya kita melakukan tindakan pencegahan sebagai berikut:

1. Memerangi korupsi terhadap keuangan Negara

2. Memerangi Korupsi terhadap Penyelenggaraan Negara

3. Memerangi Korupsi dalam Kondisi Kehidupan Sosial


DAFTAR PUSTAKA

Susanto, Agus. http://my.opera.com/a6us/blog/show.dml/4944371. diakses tanggal 08 oktoberi


2015

http://intl.feedfury.com/content/30095993-makalah-korupsi-di-indonesia.html. diakses tanggal


08 oktoberi 2015

Hutabarat, Agus. http://agusthutabarat.wordpress.com/2009/11/06/tindak-pidana-korupsi-di-


indonesia-tinjauan-uu-no-31-tahun-1999-jo-uu-no-20-tahun-2001-tentang-pemberantasan-
tindak-pidana-korupsi/. Diakses tanggal 08 oktoberi 2015

http://www.slideshare.net/akungbgl/materi-5-dampak-korupsi-2010. diakses tanggal 08 oktoberi


2015

http://www.anneahira.com/dampak-korupsi.htm. diakses tanggal 08 oktoberi 2015

http://www.scribd.com/doc/57680938/Dampak-Korupsi-Terhadap-HAK-dan-KEWAJIBAN-
bagi-Rakyat-Sipil. diakses tanggal 08 oktoberi 2015

Anda mungkin juga menyukai