Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan


pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk yang
disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan
pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.

Pembangunan Ekonomi bergantung dari pertumbuhan ekonomi (economic


growth) dimana pembangunan ekonomi mendorong dalam tumbuhnya ekonomi dan
sebaliknya pula, ekonomi memperlancar dalam proses pembangunan ekonomi.

Pembangunan ekonomi juga merupakan suatu proses perpaduan antara


pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Pembangunan sektor ekonomi daerah
adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi – institusi baru, pembangunan
industri – industri alternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan
produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar – pasar baru, alih ilmu pengetahuan
dan pengembangan perusahaan – perusahaan baru, dimana kesemuanya ini merupakan
tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat
di daerah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana dampak korupsi terhadap ekonomi?
2. Bagaimana dampak korupsi terhadap pelayanan kesehatan?
3. Bagaimana dampak korupsi terhadap social dan kemiskinan masyarakat?
4. Bagaimana dampak korupsi terhadap birokrasi pemerintahan?
5. Bagaimana dampak korupsi terhadap politik dan demokrasi?
6. Bagaimana dampak korupsi terhadap penegak hukum?
7. Bagaimana dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan?
8. Bagimana dampak korupsi terhadap pelestarian lingkungan?

1
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap ekonomi


2. Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap pelayanan kesehatan
3. Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap social dan kemiskinan masyarakat
4. Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap birokrasi pemerintahan
5. Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap politik dan demokrasi
6. Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap penegak hukum
7. Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan
8. Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap pelestarian lingkungan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dampak Ekonomi

Korupsi mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan perbaikan


dalam bentuk peraturan dan kontrol akibat kegagalan pasar (market failure). Ketika
kebijakan dilakukan dalam pengaruh korupsi yang kuat maka pengenaan peraturan dan
kebijakan, misalnya, pada perbankan, pendidikan, distribusi makanan dan sebagainya,
malah akan mendorong terjadinya inefisiensi.
Korupsi mendistorsi insentif seseorang, dan seharusnya melakukan kegiatan
yang produktif menjadi keinginan untuk merealisasikan peluang korupsi dan pada
akhimya menyumbangkan negatif value added. Korupsi menjadi bagian dari welfare cost
memperbesar biaya produksi, dan selanjutnya memperbesar biaya yang harus dibayar
oleh konsumen dan masyarakat (dalam kasus pajak), sehingga secara keseluruhan
berakibat pada kesejahteraan masyarakat yang turun.
Korupsi mereduksi peran pundamental pemerintah (misalnya pada penerapan
dan pembuatan kontrak, proteksi, pemberian property rights dan sebagainya). Pada
akhirnya hal ini akan memberikan pengaruh negatif pada pertumbuhan ekonomi yang
dicapai.
Korupsi mengurangi legitimasi dari peran pasar pada perekonomian, dan juga
proses demokrasi. Kasus seperti ini sangat terlihat pada negara yang sedang mengalami
masa transisi, baik dari tipe perekonomian yang sentralistik ke perekonomian yang lebih
terbuka atau pemerintahan otoriter ke pemerintahan yang lebih demokratis, sebagaimana
terjadi dalam kasus Indonesia.
Korupsi memperbesar angka kemiskinan. ini sangat wajar. Selain dikarenakan
program-program pemerintah sebagaimana disebut di atas tidak mencapai sasaran,
korupsi juga mengurangi potensi pendapatan yan g mungkin diterima oleh si miskin.
Menurut Tanzi (2002), perusahaan perusahaan kecil adalah pihak yang paling sering
menjadi sasaran korupsi dalam bentuk pungutan tak resmi (pungutan liar). Bahkan,
pungutan tak resmi ini bisa mencapai hampir dua puluh persen dari total biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan ini amat mengkhawatirkan, dikarenakan pada negara negara
berkembang seperti Indonesia, perusahaan kecil (UKM adalah mesin pertumbuhan karena
perannya yang banyak menycrap tenaga kerja).

3
Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat (an enermous
destruction effects) terhadap berbagai sisi kehidupan bangsa dan negara, khususnya
dalam sisi ekonomi sebagai pendorong utama kesejahteraan masyarakat. Mauro
menerangkan hubungan antara korupsi dan ekonomi. Menurutnya korupsi memiliki
korelasi negatif dengan tingkat investasi, pertumbuhan ekonomi, dan dengan pengeluaran
pemerintah untuk program sosial dan kesejahteraan. Hal ini merupakan bagian dari inti
ekonomi makro. Kenyataan bahwa korupsi memiliki hubungan langsung dengan hal ini
mendorong pemerintah berupaya menanggulangi korupsi, baik secara preventif, represif
maupun kuratif.
Di sisi lain meningkatnya korupsi berakibat pada meningkatnya biaya barang
dan jasa, yang kemudian bisa melonjakkan utang negara. Pada keadaan ini, inefisiensi
terjadi, yaitu ketika pemerintah mengeluarkan lebih banyak kebijakan namun disertai
dengan maraknya praktek korupsi, bukannya memberikan nilai positif misalnya perbaikan
kondisi yang semakin tertata, namun justru memberikan negatif value added bagi
perekonomian secara umum. Misalnya, anggaran perusahaan yang sebaiknya diputar
dalam perputaran ekonomi, justru dialokasikan untuk birokrasi yang ujung-ujungnya
terbuang masuk ke kantong pribadi pejabat.
Berbagai macam permasalahan ekonomi lain akan muncul secara alamiah
apabila korupsi sudah merajalela dan berikut ini adalah hasil dari dampak ekonomi yang
akan terjadi, yaitu:
1. Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Korupsi bertanggung jawab terhadap lesunya pertumbuhan ekonomi dan
investasi dalam negeri. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan
membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi
meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos
manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan resiko pembatalan perjanjian
atau karena penyelidikan.
Penanaman modal yang dilakukan oleh pihak dalam negeri (PMDN) dan asing
(PMA) yang semestinya bisa digunakan untuk pembangunan negara menjadi sulit
sekali terlaksana, karena permasalahan kepercayaan dan kepastian hukum dalam
melakukan investasi, selain masalah stabilitas. Dari laporan yang diberikan oleh PERC
(Political and Economic Risk Consultancy) pada akhirnya hal ini akan menyulitkan
pertumbuhan investasi di Indonesia, khususnya investasi asing karena iklim yang ada
tidak kondusif. Hal ini jelas karena terjadinya tindak korupsi yang sampai tingkat
4
mengkhawatirkan yang secara langsung maupun tidak mengakibatkan
ketidakpercayaan dan ketakutan pihak investor asing untuk menanamkan investasinya
ke Indonesia.
Kondisi negara yang korup akan membuat pengusaha multinasional
meninggalkannya, karena investasi di negara yang korup akan merugikan dirinya
karena memiliki ‘biaya siluman’ yang tinggi. Dalam studinya, Paulo Mauro
mengungkapkan dampak korupsi pada pertumbuhan investasi dan belanja pemerintah
bahwa korupsi secara langsung dan tidak langsung adalah penghambat pertumbuhan
investasi. Berbagai organisasi ekonomi dan pengusaha asing di seluruh dunia
menyadari bahwa suburnya korupsi di suatu negara adalah ancaman serius bagi
investasi yang ditanam.

2. Penurunan Produktifitas
Dengan semakin lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi, maka tidak
dapat disanggah lagi, bahwa produktifitas akan semakin menurun. Hal ini terjadi
seiring dengan terhambatnya sektor industri dan produksi untuk bisa berkembang lebih
baik atau melakukan pengembangan kapasitas. Penurunan produktifitas ini juga akan
menyebabkan permasalahan yang lain, seperti tingginya angka PHK dan meningkatnya
angka pengangguran. Ujung dari penurunan produktifitas ini adalah kemiskinan
masyarakat.

3. Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa Bagi Publik


Ini adalah sepenggal kisah sedih yang dialami masyarakat kita yang tidak
perlu terjadi apabila kualitas jalan raya baik sehingga tidak membahayakan pengendara
yang melintasinya. Hal ini mungkin juga tidak terjadi apabila tersedia sarana angkutan
umum yang baik, manusiawi dan terjangkau. Ironinya pemerintah dan departemen
yang bersangkutan tidak merasa bersalah dengan kondisi yang ada, selalu berkelit
bahwa mereka telah bekerja sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
Rusaknya jalan-jalan, ambruknya jembatan, tergulingnya kereta api, beras
murah yang tidak layak makan, tabung gas yang meledak, bahan bakar yang merusak
kendaraan masyarakat, tidak layak dan tidak nyamannya angkutan umum, ambruknya
bangunan sekolah, merupakan serangkaian kenyataan rendahnya kualitas barang dan
jasa sebagai akibat korupsi. Korupsi menimbulkan berbagai kekacauan di dalam sektor

5
publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek lain yang mana sogokan
dan upah tersedia lebih banyak.
Pejabat birokrasi yang korup akan menambah kompleksitas proyek tersebut
untuk menyembunyikan berbagai praktek korupsi yang terjadi. Pada akhirnya korupsi
berakibat menurunkan kualitas barang dan jasa bagi publik dengan cara mengurangi
pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, syarat-syarat material dan produksi,
syarat-syarat kesehatan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga
mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur dan menambahkan
tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.

4. Menurunnya Pendapatan Negara Dari Sektor Pajak


Sebagian besar negara di dunia ini mempunyai sistem pajak yang menjadi
perangkat penting untuk membiayai pengeluaran pemerintahnya dalam menyediakan
barang dan jasa publik, sehingga boleh dikatakan bahwa pajak adalah sesuatu yang
penting bagi negara. Di Indonesia, dikenal beberapa jenis pajak seperti Pajak
penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
Bea Meterai (BM), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB).
Pajak berfungsi sebagai stabilisasi harga sehingga dapat digunakan untuk
mengendalikan inflasi, di sisi lain pajak juga mempunyai fungsi redistribusi
pendapatan, di mana pajak yang dipungut oleh negara selanjutnya akan digunakan
untuk pembangunan, dan pembukaan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan
menyejahterakan masyarakat. Pajak sangat penting bagi kelangsungan pembangunan
negara dan kesejahteraan masyarakat juga pada akhirnya.
Kondisi penurunan pendapatan dari sektor pajak diperparah dengan kenyataan
bahwa banyak sekali pegawai dan pejabat pajak yang bermain untuk mendapatkan
keuntungan pribadi dan memperkaya diri sendiri. Kita tidak bisa membayangkan
apabila ketidakpercayaan masyarakat terhadap pajak ini berlangsung lama, tentunya
akan berakibat juga pada percepatan pembangunan, yang rugi juga masyarakat sendiri,
inilah letak ketidakadilan tersebut.

5. Meningkatnya Hutang Negara


Kondisi perekonomian dunia yang mengalami resesi dan hampir melanda
semua negara termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, memaksa negara-
negara tersebut untuk melakukan hutang untuk mendorong perekonomiannya yang
6
sedang melambat karena resesi dan menutup biaya anggaran yang defisit, atau untuk
membangun infrastruktur penting. Bagaimana dengan hutang Indonesia?
Korupsi yang terjadi di Indonesia akan meningkatkan hutang luar negeri yang
semakin besar. Dari data yang diambil dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutang,
Kementerian Keuangan RI, disebutkan bahwa total hutang pemerintah per 31 Mei
2011 mencapai US$201,07 miliar atau setara dengan Rp. 1.716,56 trilliun, sebuah
angka yang fantastis. Hutang tersebut terbagi atas dua sumber, yaitu pinjaman sebesar
US$69,03 miliar (pinjaman luar negeri US$68,97 miliar) dan Surat Berharga Negara
(SBN) sebesar US$132,05 miliar. Berdasarkan jenis mata uang, utang sebesar
US$201,1 miliar tersebut terbagi atas Rp956 triliun, US$42,4 miliar, 2.679,5 miliar
Yen dan 5,3 miliar Euro. Posisi utang pemerintah terus meningkat dari tahun ke tahun.
Pada 2009, jumlah utang yang dibukukan pemerintah sebesar US$169,22 miliar
(Rp1.590,66 triliun). Tahun 2010, jumlahnya kembali naik hingga mencapai
US$186,50 miliar (Rp1.676,85 triliun). Posisi utang pemerintah saat ini juga naik dari
posisi per April 2011 yang sebesar US$197,97 miliar. Jika menggunakan PDB
Indonesia yang sebesar Rp6.422,9 triliun, maka rasio utang Indonesia tercatat sebesar
26%.
Sementara untuk utang swasta, data Bank Indonesia (BI) menunjukkan jumlah
nilai utang pihak swasta naik pesat dari US$73,606 miliar pada 2009 ke posisi
US$84,722 miliar pada kuartal I 2011 atau setara 15,1%. Secara year on year (yoy)
saja, pinjaman luar negeri swasta telah meningkat 12,6% atau naik dari US$75,207
pada kuartal I 2010. Dari total utang pada tiga bulan pertama tahun ini, utang luar
negeri swasta mayoritas disumbang oleh pihak non-bank sebesar US$71,667 miliar
dan pihak bank sebesar US$13,055 miliar (www.metronews.com /read/news/ 2011,14
Juni 2011).
Bila melihat kondisi secara umum, hutang adalah hal yang biasa, asal
digunakan untuk kegiatan yang produktif hutang dapat dikembalikan. Apabila hutang
digunakan untuk menutup defisit yang terjadi, hal ini akan semakin memperburuk
keadaan. Kita tidak bisa membayangkan ke depan apa yang terjadi apabila hutang
negara yang kian membengkak ini digunakan untuk sesuatu yang sama sekali tidak
produktif dan dikorupsi secara besar-besaran.

7
2.1.1Dampak terhadap Pelayanan Kesehatan

Dampak korupsi di bidang kesehatan, antara lain tingginya biaya


kesehatan,tingginya angka kematian ibu hamil dan ibu menyusui, tingkat kesehatan
masih buruk, dan lain- lain. Angka mortalitas ibu hamil dan melahirkan pada tahun
2012, ternyata masih tinggi yakni 359 per 100.000 kelahiran. Angka ini meningkat
tajam di banding tahun 2007, yakni 228 per 100.000 kelahiran hidup. Secara makro,
angka kematian ibu hamil dan melahirkan., merupakan parameter kualitas kesehatan
masyarakat pada suatu Negara.

Sistem manajemen rumah sakit yang diharapkan untuk pengelolaan lebih baik
menjadi sulit dibangun. Apabila korupsi terjadi di berbagai level maka akan terjadi
keadaan sebagai berikut :

a. Organisasi rumah sakit menjadi sebuah lembaga yang mempunyai sisi


bayangan yang semakin gelap.
b. Ilmu manajemen yang diajarkan di pendidikan tinggi menjadi tidak
relevan
c. Direktur yang diangkat karena kolusif (misalnya harus membayar
untuk menjadi direktur) menjadi sulit menghargai ilmu manajemen
d. Proses manajemen dan klinis di pelayanan juga cenderung akan tidak
seperti yang kita bayangkan
e. Adanya layanan kesehatan yang kurang memadai dan masih tumpang
tindih juga pengadministrasian yang kurang baik dari sebuah badan
penyelenggara yang bergerak di bidang kesehatan.

2.1.2 Dampak social dan Kemiskinan masyarakat

Bagi masyarakat miskin korupsi mengakibatkan dampak yang luar biasa dan
saling bertaut satu sama lain. Pertama, dampak langsung yang dirasakan oleh orang
miskin yakni semakin mahalnya jasa berbagai pelayanan public, rendahnya kualitas
pelayanan, dan pembatasan akses terhadap berbagi pelayanan vital seperti air,
kesehatan, pendidikan. Kedua, dampak tidak langsung terhadap orang yang miskin

8
yakni pengalihan sumber daya milik public untuk kepentingan pribadi dan kelompok,
yang seharusnya di peruntukan garis kemajuan sector social dan orang miskin,
melalui pembatasan pembangunan. Hal ini secara langsung memiliki pengaruh kepada
langgengnya kemiskinan.

a. Mahalnya harga jasa dan pelayanan public


Beban yang ditanggung para pelaku ekonomi akibat korupsi disebut hight cost
economy. Terlihat bahwa potensi korupsi akan sangat besar terjadi jika Negara
menerapkan control pemerintah secara ketat dalam praktek perekonomian.
b. Pengentasan kemiskinan berjalan lambat
Pengentasan kemiskinan dirasakan sangat lambat. Hal ini terjadi karena berbagai
sebab seperti lemahnya koordinasi dan pendataan,karena korupsi dan
pernasalahan dan kemiskinan itu sendiri yang pada akhirnya akan membuat
masyarakat sulit mendapatkan akses ke lapangan kerja maupun pendidikan.
c. Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin
Korupsi yang telah menggurita dan terjadi di setiap aspek kehidupan
mengakibatkan high cost economy, dimana semua harga melambung tinggi dan
semakin tidak bisa dijangkau oleh rakyat miskin. Kondisi ini mengakibatkan
rakyat miskin semakin tidak bisa mendapatkan berbagai akses pelayanan dalam
kehidupannya.
d. Meningkatnya angka kriminalitas
Dampak korupsi dapat menyuburkan berbagai jenis kejahatan dalam masyarakat
melalui praktik korupsi, sindikat kejahatan, menyusupi berbagai organisasi Negara
dan mencapai kehormata. Semakin tinggi tingkat korupsi,semakin besar pula
kejahatan
e. Solidaritas social semakin langka dan demoralisasi
Korupsi yang masih terjadi membuat msyarakat merasa tidak mempunyai
pegangan yang jelas untukmenjalankan kehidupannya sehari-hari. Kepastian masa
depan yang tidak jelas serta himpitan hidup yang semakin kuat membuat sifat
kebersamaan dan kegotongroyongan yang selama ini dilakukan hanya menjadi
retorika saja.

9
2.1.3 Dampak Birokrasi Pemerintahan

Birokrasi, baik sipil maupun militer, memang merupakan kelompok yang


paling rawan terhadap korupsi. Sebab, di tangan mereka terdapat kekuasaan
penyelenggaraan pemerintahan, yang menjadi kebutuhan semua warga negara. Oleh
karena itu, Transparency International, lembaga internasional yang bergerak dalam
upaya anti korupsi, secara sederhana mendefinisikan korupsi sebagai penyalahgunaan
kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi.
Lebih jauh lagi, kegiatan korupsi di sektor publik ini dalam dua jenis, yaitu
korupsi administratif dan korupsi politik. Secara administratif, korupsi bisa dilakukan
‘sesuai dengan hukum’, yaitu meminta imbalan atas pekerjaan yang seharusnya
memang dilakukan, serta korupsi yang ‘bertentangan dengan hukum’ yaitu meminta
imbalan uang untuk melakukan pekerjaan yang sebenarnya dilarang untuk dilakukan.
Pada kasus Indonesia, jenis korupsi pertama terwujud antara lain dalam bentuk
uang pelicin dalam mengurus berbagai surat-surat, seperti Kartu Tanda Penduduk,
Surat Izin Mengemudi, Akta Lahir atau Paspor agar prosesnya lebih cepat. Padahal
seharusnya, tanpa uang pelicin surat-surat ini memang harus diproses dengan cepat.
Sementara jenis korupsi yang kedua, muncul antara lain dalam bentuk ‘uang damai’
dalam kasus pelanggaran lalu lintas, agar si pelanggar terhindar dari jerat hukum.
Sementara pada birokrasi militer, peluang korupsi, baik uang maupun
kekuasaan, muncul akibat tidak adanya transparansi dalam pengambilan keputusan di
tubuh angkatan bersenjata serta nyaris tidak berdayanya hukum saat harus berhadapan
dengan oknum militer yang seringkali berlindung di balik institusi militer.
Tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang dipimpin oleh
Dr. Indria Samego mencatat empat kerusakan yang terjadi di tubuh ABRI akibat
korupsi:
a. Secara formal material anggaran pemerintah untuk menopang kebutuhan
angkatan bersenjata amatlah kecil karena ABRI lebih mementingkan
pembangunan ekonomi nasional. Ini untuk mendapatkan legitimasi kekuasaan

10
dari rakyat bahwa ABRI memang sangat peduli pada pembangunan ekonomi.
Padahal, pada kenyataannya ABRI memiliki sumber dana lain di luar APBN.
b. Perilaku bisnis perwira militer dan kolusi yang mereka lakukan dengan para
pengusaha keturunan Cina dan asing ini menimbulkan ekonomi biaya tinggi
yang lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya bagi kesejahteraan rakyat
dan prajurit secara keseluruhan.
c. Orientasi komersial pada sebagian perwira militer ini pada gilirannya juga
menimbulkan rasa iri hati perwira militer lain yang tidak memiliki kesempatan
yang sama. Karena itu, demi menjaga hubungan kesetiakawanan di kalangan
militer, mereka yang mendapatkan jabatan di perusahaan negara atau milik
ABRI memberikan sumbangsihnya pada mereka yang ada di lapangan.
d. Suka atau tidak suka, orientasi komersial akan semakin melunturkan
semanagat profesionalisme militer pada sebagaian perwira militer yang
mengenyam kenikmatan berbisnis baik atas nama angkatan bersenjata maupun
atas nama pribadi. Selain itu, sifat dan nasionalisme dan janji ABRI,
khususnya Angkatan Darat, sebagai pengawal kepentingan nasional dan untuk
mengadakan pembangunan ekonomi bagi seluruh bangsa Indonesia lambat
laun akan luntur dan ABRI dinilai masyarakat telah beralih menjadi pengawal
bagi kepentingan golongan elite birokrat sipil, perwira menengah ke atas, dan
kelompok bisnis besar (baca: keturunan Cina). Bila ini terjadi, akan terjadi
pula dikotomi, tidak saja antara masyarakat sipil dan militer, tetapi juga antara
perwira yang profesional dan Saptamargais dengan para perwira yang
berorientasi komersial.

2.1.4 Dampak terhadap Politik dan Demokrasi

Dalam data Indeks Persepsi Korupsi Transparansi Internasional 2012, India


menempati peringkat ke-94 dengan skor 36, di bawah Thailand, Maroko, dan Zambia.
Meskipun India adalah negara demokrasi, korupsi tetap jadi penyakit yang terus
melanda. Sebaliknya, di Singapura, penyelenggaraan pemerintahan yang bersih telah
menjadi praktik yang lama berlangsung. Padahal, Singapura bukanlah tergolong
negara demokrasi. Skor indeks persepsi korupsi Singapura adalah 87, menempati
peringkat ke-5, di atas Swiss, Kanada, dan Belanda. Dalam kasus India dan
Singapura, demokrasi tak tampak berkorelasi dengan berkurangnya korupsi. Di

11
negara-negara demokrasi baru, demokrasi juga seperti tak berpengaruh terhadap
pengurangan korupsi. Sebagai contoh, Indonesia telah menjadi negara demokrasi
sejak tahun 1998. Menurut Freedom House, lembaga pemeringkat demokrasi dunia,
Indonesia sudah tergolong negara bebas sepenuhnya (demokrasi) sejak 2004. Namun,
Indeks Persepsi Korupsi 2012 menempatkan Indonesia di peringkat ke-118 dengan
skor 32. Artinya, masyarakat merasakan bahwa korupsi masih merajalela di negeri ini.
Mengapa di sejumlah negara, terutama negara-negara demokrasi baru, demokrasi
tampak tidak menihilkan korupsi? Jawabannya terkait dengan kualitas demokrasi di
suatu negara. Ada dua aspek penting yang terkait dengan demokrasi: prosedur dan
substansi. Negara-negara demokrasi baru seperti Indonesia umumnya masih tergolong
ke dalam demokrasi prosedural. Yang sudah berjalan adalah aspek-aspek yang terkait
dengan pemilihan umum. Hal ini tidak cukup menjamin berlangsungnya demokrasi
yang dapat meminimalkan korupsi. Para aktor yang korup dalam demokrasi
prosedural dapat memanipulasi pemilihan umum yang justru membuat mereka
menjadi pemegang tampuk kekuasaan.

2.1.5 Dampak terhadap Penegak Hukum

Korupsi adalah penyakit moral dan kecenderungan semakin berkembang


dengan penyebab multifactor, lemahnya penegakan hukum mendorong masyarakat
lebih berani melakukan tindakan korupsi, sebab hukuman yang diperoleh lebih ringan
dibandingkan nilai perolehan korupsi. Pihak yudikatif, eksekutif, legislative, yang
seharusnya banyak berperan dalam KKN ,sebagai dampak dari penegakan hukum.
1. Fungsi pemerintahan mandul
Korupsi telah mengikis banyak kemampuan pemerintah untuk melakukan fungsi
yang seharusnya. Bentuk hubungan yang bersifat transaksional yang lazim
dilakukan oleh berbagai lembaga pemerintahan. Hubungan transaksional yang
dilakukan oleh berbagai lembaga pemerintahan yang tergambar dengan hubungan
partai politik yang menghasilkan kondisi sangat rentan dengan praktik korupsi. Di
sisi lain lembaga politik sering diperalat untuk menopang dengan terwujudnya
kepentingan pribadi dan kelompok, ini mengandung arti bahwa lembaga politik
telah dikorupsi untuk kepentingan yang sempit.
- Korupsi menghambat peran Negara dalam pegaturan alokasi
- Korupsi menghambat Negara melakukan pemerataan akses dan asset

12
- Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan politik

Pemimpin/pejabat yang korupsi sering mengabaikan kewajibannya oleh karena


perhatiannya tergerus untuk kegiatan korupsi semata-mata.hal ini dapat mencapai
titik yang membuat orang tersebut kehilangan sensitifnya dan akhirnya
menimbulkan bencana bagi rakyat.

2. Hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga Negara


Korupsi yang terjadi pada lembaga-lembaga Negara seperti yang terjadi di
Indonesia dan marak diberitakan di berbagai media massa mengakibatkan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut hilang. Berikut ini lembaga
Negara yang paling korup menurut Barometer Korupsi Global (BKG) pada tahun
2009:
- Legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat)
- Partai politik
- Kepolisian RI
- Lembaga peradilan (Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung)

2.1.6 Dampak terhadap Pertahanan dan Keamanan

Korupsi di Bidang Pertahanan dan Keamanan belum dapat disentuh oleh agen-
agen pemberantas kosupsi. Dalam bidang Pertahanan dan Keamanan, peluang
korupsi, baik uang maupun kekuasaan, muncul akibat tidak adanya transparansi dalam
pengambilan keputusan di tubuh angkatan bersenjata dan kepolisian serta nyaris tidak
berdayanya hukum saat harus berhadapan dengan oknum TNI/Polri yang seringkali
berlindung di balik institusi Pertahanan dan Keamanan.

Tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang dipimpin oleh
Dr. Indria Samego (1998) mencatat empat kerusakan yang terjadi di tubuh ABRI
akibat korupsi:
1. Secara formal material anggaran pemerintah untuk menopang kebutuhan angkatan
bersenjata amatlah kecil karena ABRI lebih mementingkan pembangunan
ekonomi nasional. Ini untuk mendapatkan legitimasi kekuasaan dari rakyat bahwa

13
ABRI memang sangat peduli pada pembangunan ekonomi. Padahal, pada
kenyataannya ABRI memiliki sumber dana lain di luar APBN

2. Perilaku bisnis perwira militer dan kolusi yang mereka lakukan dengan para
pengusaha keturunan Cina dan asing ini menimbulkan ekonomi biaya tinggi yang
lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya bagi kesejahteraan rakyat dan
prajurit secara keseluruhan.

3. Orientasi komersial pada sebagian perwira militer ini pada gilirannya juga
menimbulkan rasa iri hati perwira militer lain yang tidak memiliki kesempatan
yang sama. Karena itu, demi menjaga hubungan kesetiakawanan di kalangan
militer, mereka yang mendapatkan jabatan di perusahaan negara atau milik ABRI
memberikan sumbangsihnya pada mereka yang ada di lapangan.

4. Suka atau tidak suka, orientasi komersial akan semakin melunturkan semangat
profesionalisme militer pada sebagaian perwira militer yang mengenyam
kenikmatan berbisnis baik atas nama angkatan bersenjata maupun atas nama
pribadi. Selain itu, sifat dan nasionalisme dan janji ABRI, khususnya Angkatan
Darat, sebagai pengawal kepentingan nasional dan untuk mengadakan
pembangunan ekonomi bagi seluruh bangsa Indonesia lambat laun akan luntur dan
ABRI dinilai masyarakat telah beralih menjadi pengawal bagi kepentingan
golongan elite birokrat sipil, perwira menengah ke atas, dan kelompok bisnis
besar (baca: keturunan Cina). Bila ini terjadi, akan terjadi pula dikotomi, tidak
saja antara masyarakat sipil dan militer, tetapi juga antara perwira yang
profesional dan Saptamargais dengan para perwira yang berorientasi komersial.

2.1.7 Dampak terhadap Pelestarian Lingkungan

Kebanyakan manusia menempatkan lingkungan hidup hanya sebagai bahan


eksploitasi untuk tujuan jangka pendek. Kondisi ini tentu sangat medesak untuk
segera dikendalikan. Perlu diadakan suatu sistem yang konkrit untuk melakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan. Jika tidak,
kerusakan lingkungan hidup sudah pasti akan menjadi ancaman besar bagi peradaban
masyarakat dunia. Paradigma yang menempatkan lingkungan sebagai obyek
eksploitasi telah membawa kerusakan lingkungan fatal yang berujung kepada
berbagai bencana alam yang sangat merugikan. Hal ini pun dikuatkan oleh Emil

14
Salim yang menyimpulkan bahwa ada lima tantangan besar yang harus dihadapi
gerakan penyelamatan lingkungan hidup, diantaranya : pertama adalah penyelematan
air dari eksploitasi secara berlebihan dan pecemaran yang kian meningkat, baik air
tanah, sungai, danau, rawa, maupun air laut. Kedua, merosotnya kualitas tanah dan
hutan akibat tekanan penduduk dan eksploitasi besar-besaran untuk keperluan
pembangunan. Ketiga, menciutnya keanekaan hayati akibat rusaknya habitat
lingkungan berbagai tumbuh-tumbuhan dan hewan. Keempat, perubahan iklim, dan
yang terakhir adalah meningkatnya jumlah kota-kota berpenduduk banyak.

Melihat kerusakan lingkungan hutan yang begitu parah seharusnya sudah


membuat negara ini menindak dengan keras terhadap pelaku-pelaku kejahatan
kerusakan lingkungan, terutama yang disertai praktik KKN.

Dalam praktik KKN di ranah lingkungan hidup yang patut diwaspadai adalah
para pelaku perusak lingkungan yang datang dari kalangan pemodal besar seperti
perusahaan-perusahaan besar yang terlibat di sektor kehutanan maupun
pertambangan. Hal ini ditegaskan oleh mantan wakil ketua KPK Chandra Hamzah
dalam sebuah worksop investigasi kasus lingkungan di Jakarta, dimana menurutnya,
perusahaan-perusahaan yang melakukan kerusakan terhadap alam umumnya sulit
ditindak karena mereka mengantongi izin usaha yang cukup. Karena itu menurutnya,
yang perlu diwaspadai adalah proses kontrol administrasi dalam pemberian izin
sebelum perusahaan-perusahaan tersebut beroperasi. Baik itu izin usaha baik dari
pemerintah daerah maupun dari pemerintah pusat. Lalu menurut beliau, perusahaan-
perusahaan kecil yang bergerak di bidang kehutanan namun pada RKAT tahun
berikutnya tercatat memiliki jumlah keuntungan yang sangat besar, maka patut
dicurigai perusahan tersebut mendapatkan hasil bukan dari pohon-pohon yang mereka
tanam melainkan dari hutan-hutan alam yang seharusnya tidak boleh ditebang.
Permasalahan yang terjadi, masyarakat kita kurang peduli akan kerugian ekologis ini,
seringkali pelaku-pelaku usaha yang menyebabkan kerusakan lingkungan hanya
terfokus mengenai ganti rugi terhadap penduduk setempat. Memang benar ganti rugi
itu perlu bahkan itu kewajiban mereka, namun ganti kerugian oleh para pelaku usaha
jangan hanya sebatas ganti rugi materi kepada manusia, namun juga kepada alam.
Alam yang rusak tidak bisa diperbaiki hanya dengan semalam perlu waktu berpuluh-
puluh tahun bahkan mungkin saja kerusakan tersebut tidak akan bisa diperbaiki.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
- Dampak Ekonomi
Berbagai macam permasalahan ekonomi lain akan muncul secara alamiah apabila
korupsi sudah merajalela dan berikut ini adalah hasil dari dampak ekonomi yang akan
terjadi, yaitu:
1. Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
2. Penurunan Produktifitas
3. Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa Bagi Publik
4. Menurunnya Pendapatan Negara Dari Sektor Pajak
5. Meningkatnya Hutang Negara
3.2 Saran
Dengan penulis makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca agar
dapat memilih manfaat yang tersirat didalamnya dan dapat dijadikan sebagai kegiatan
motivasi agar kita tidak terjerumus oleh hal-hal korupsi dan dapat menambah wawasan
dan pemikiran yang intelektual hususnya dalam mata kuliah anti korupsi”.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ramadhan,dzikri.DampakKorupsi.Diaksesdarihttp://www.kompasiana.com/dzikriramadhan/
dampak-korupsi 18 Februari 2019

Saih, Khaidir, 2016. Dampak Korupsi dalam Berbagai Aspek. Diakses dari
http://korupsidampakdalamberbagaiaspek.co.id/2016/04/makalah-dampak-tindakan-
korupsi.html tanggal 19 Februari 2019

Yanti. Korupsi Pada Sektor Kesehatan. Diakses dari tanggal 19 Februari 2019

17

Anda mungkin juga menyukai