PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat (an enermous
destruction effects) terhadap berbagai sisi kehidupan bangsa dan negara, khususnya
dalam sisi ekonomi sebagai pendorong utama kesejahteraan masyarakat. Mauro
menerangkan hubungan antara korupsi dan ekonomi. Menurutnya korupsi memiliki
korelasi negatif dengan tingkat investasi, pertumbuhan ekonomi, dan dengan pengeluaran
pemerintah untuk program sosial dan kesejahteraan. Hal ini merupakan bagian dari inti
ekonomi makro. Kenyataan bahwa korupsi memiliki hubungan langsung dengan hal ini
mendorong pemerintah berupaya menanggulangi korupsi, baik secara preventif, represif
maupun kuratif.
Di sisi lain meningkatnya korupsi berakibat pada meningkatnya biaya barang
dan jasa, yang kemudian bisa melonjakkan utang negara. Pada keadaan ini, inefisiensi
terjadi, yaitu ketika pemerintah mengeluarkan lebih banyak kebijakan namun disertai
dengan maraknya praktek korupsi, bukannya memberikan nilai positif misalnya perbaikan
kondisi yang semakin tertata, namun justru memberikan negatif value added bagi
perekonomian secara umum. Misalnya, anggaran perusahaan yang sebaiknya diputar
dalam perputaran ekonomi, justru dialokasikan untuk birokrasi yang ujung-ujungnya
terbuang masuk ke kantong pribadi pejabat.
Berbagai macam permasalahan ekonomi lain akan muncul secara alamiah
apabila korupsi sudah merajalela dan berikut ini adalah hasil dari dampak ekonomi yang
akan terjadi, yaitu:
1. Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Korupsi bertanggung jawab terhadap lesunya pertumbuhan ekonomi dan
investasi dalam negeri. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan
membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi
meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos
manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan resiko pembatalan perjanjian
atau karena penyelidikan.
Penanaman modal yang dilakukan oleh pihak dalam negeri (PMDN) dan asing
(PMA) yang semestinya bisa digunakan untuk pembangunan negara menjadi sulit
sekali terlaksana, karena permasalahan kepercayaan dan kepastian hukum dalam
melakukan investasi, selain masalah stabilitas. Dari laporan yang diberikan oleh PERC
(Political and Economic Risk Consultancy) pada akhirnya hal ini akan menyulitkan
pertumbuhan investasi di Indonesia, khususnya investasi asing karena iklim yang ada
tidak kondusif. Hal ini jelas karena terjadinya tindak korupsi yang sampai tingkat
4
mengkhawatirkan yang secara langsung maupun tidak mengakibatkan
ketidakpercayaan dan ketakutan pihak investor asing untuk menanamkan investasinya
ke Indonesia.
Kondisi negara yang korup akan membuat pengusaha multinasional
meninggalkannya, karena investasi di negara yang korup akan merugikan dirinya
karena memiliki ‘biaya siluman’ yang tinggi. Dalam studinya, Paulo Mauro
mengungkapkan dampak korupsi pada pertumbuhan investasi dan belanja pemerintah
bahwa korupsi secara langsung dan tidak langsung adalah penghambat pertumbuhan
investasi. Berbagai organisasi ekonomi dan pengusaha asing di seluruh dunia
menyadari bahwa suburnya korupsi di suatu negara adalah ancaman serius bagi
investasi yang ditanam.
2. Penurunan Produktifitas
Dengan semakin lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi, maka tidak
dapat disanggah lagi, bahwa produktifitas akan semakin menurun. Hal ini terjadi
seiring dengan terhambatnya sektor industri dan produksi untuk bisa berkembang lebih
baik atau melakukan pengembangan kapasitas. Penurunan produktifitas ini juga akan
menyebabkan permasalahan yang lain, seperti tingginya angka PHK dan meningkatnya
angka pengangguran. Ujung dari penurunan produktifitas ini adalah kemiskinan
masyarakat.
5
publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek lain yang mana sogokan
dan upah tersedia lebih banyak.
Pejabat birokrasi yang korup akan menambah kompleksitas proyek tersebut
untuk menyembunyikan berbagai praktek korupsi yang terjadi. Pada akhirnya korupsi
berakibat menurunkan kualitas barang dan jasa bagi publik dengan cara mengurangi
pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, syarat-syarat material dan produksi,
syarat-syarat kesehatan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga
mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur dan menambahkan
tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.
7
2.1.1Dampak terhadap Pelayanan Kesehatan
Sistem manajemen rumah sakit yang diharapkan untuk pengelolaan lebih baik
menjadi sulit dibangun. Apabila korupsi terjadi di berbagai level maka akan terjadi
keadaan sebagai berikut :
Bagi masyarakat miskin korupsi mengakibatkan dampak yang luar biasa dan
saling bertaut satu sama lain. Pertama, dampak langsung yang dirasakan oleh orang
miskin yakni semakin mahalnya jasa berbagai pelayanan public, rendahnya kualitas
pelayanan, dan pembatasan akses terhadap berbagi pelayanan vital seperti air,
kesehatan, pendidikan. Kedua, dampak tidak langsung terhadap orang yang miskin
8
yakni pengalihan sumber daya milik public untuk kepentingan pribadi dan kelompok,
yang seharusnya di peruntukan garis kemajuan sector social dan orang miskin,
melalui pembatasan pembangunan. Hal ini secara langsung memiliki pengaruh kepada
langgengnya kemiskinan.
9
2.1.3 Dampak Birokrasi Pemerintahan
10
dari rakyat bahwa ABRI memang sangat peduli pada pembangunan ekonomi.
Padahal, pada kenyataannya ABRI memiliki sumber dana lain di luar APBN.
b. Perilaku bisnis perwira militer dan kolusi yang mereka lakukan dengan para
pengusaha keturunan Cina dan asing ini menimbulkan ekonomi biaya tinggi
yang lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya bagi kesejahteraan rakyat
dan prajurit secara keseluruhan.
c. Orientasi komersial pada sebagian perwira militer ini pada gilirannya juga
menimbulkan rasa iri hati perwira militer lain yang tidak memiliki kesempatan
yang sama. Karena itu, demi menjaga hubungan kesetiakawanan di kalangan
militer, mereka yang mendapatkan jabatan di perusahaan negara atau milik
ABRI memberikan sumbangsihnya pada mereka yang ada di lapangan.
d. Suka atau tidak suka, orientasi komersial akan semakin melunturkan
semanagat profesionalisme militer pada sebagaian perwira militer yang
mengenyam kenikmatan berbisnis baik atas nama angkatan bersenjata maupun
atas nama pribadi. Selain itu, sifat dan nasionalisme dan janji ABRI,
khususnya Angkatan Darat, sebagai pengawal kepentingan nasional dan untuk
mengadakan pembangunan ekonomi bagi seluruh bangsa Indonesia lambat
laun akan luntur dan ABRI dinilai masyarakat telah beralih menjadi pengawal
bagi kepentingan golongan elite birokrat sipil, perwira menengah ke atas, dan
kelompok bisnis besar (baca: keturunan Cina). Bila ini terjadi, akan terjadi
pula dikotomi, tidak saja antara masyarakat sipil dan militer, tetapi juga antara
perwira yang profesional dan Saptamargais dengan para perwira yang
berorientasi komersial.
11
negara-negara demokrasi baru, demokrasi juga seperti tak berpengaruh terhadap
pengurangan korupsi. Sebagai contoh, Indonesia telah menjadi negara demokrasi
sejak tahun 1998. Menurut Freedom House, lembaga pemeringkat demokrasi dunia,
Indonesia sudah tergolong negara bebas sepenuhnya (demokrasi) sejak 2004. Namun,
Indeks Persepsi Korupsi 2012 menempatkan Indonesia di peringkat ke-118 dengan
skor 32. Artinya, masyarakat merasakan bahwa korupsi masih merajalela di negeri ini.
Mengapa di sejumlah negara, terutama negara-negara demokrasi baru, demokrasi
tampak tidak menihilkan korupsi? Jawabannya terkait dengan kualitas demokrasi di
suatu negara. Ada dua aspek penting yang terkait dengan demokrasi: prosedur dan
substansi. Negara-negara demokrasi baru seperti Indonesia umumnya masih tergolong
ke dalam demokrasi prosedural. Yang sudah berjalan adalah aspek-aspek yang terkait
dengan pemilihan umum. Hal ini tidak cukup menjamin berlangsungnya demokrasi
yang dapat meminimalkan korupsi. Para aktor yang korup dalam demokrasi
prosedural dapat memanipulasi pemilihan umum yang justru membuat mereka
menjadi pemegang tampuk kekuasaan.
12
- Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan politik
Korupsi di Bidang Pertahanan dan Keamanan belum dapat disentuh oleh agen-
agen pemberantas kosupsi. Dalam bidang Pertahanan dan Keamanan, peluang
korupsi, baik uang maupun kekuasaan, muncul akibat tidak adanya transparansi dalam
pengambilan keputusan di tubuh angkatan bersenjata dan kepolisian serta nyaris tidak
berdayanya hukum saat harus berhadapan dengan oknum TNI/Polri yang seringkali
berlindung di balik institusi Pertahanan dan Keamanan.
Tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang dipimpin oleh
Dr. Indria Samego (1998) mencatat empat kerusakan yang terjadi di tubuh ABRI
akibat korupsi:
1. Secara formal material anggaran pemerintah untuk menopang kebutuhan angkatan
bersenjata amatlah kecil karena ABRI lebih mementingkan pembangunan
ekonomi nasional. Ini untuk mendapatkan legitimasi kekuasaan dari rakyat bahwa
13
ABRI memang sangat peduli pada pembangunan ekonomi. Padahal, pada
kenyataannya ABRI memiliki sumber dana lain di luar APBN
2. Perilaku bisnis perwira militer dan kolusi yang mereka lakukan dengan para
pengusaha keturunan Cina dan asing ini menimbulkan ekonomi biaya tinggi yang
lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya bagi kesejahteraan rakyat dan
prajurit secara keseluruhan.
3. Orientasi komersial pada sebagian perwira militer ini pada gilirannya juga
menimbulkan rasa iri hati perwira militer lain yang tidak memiliki kesempatan
yang sama. Karena itu, demi menjaga hubungan kesetiakawanan di kalangan
militer, mereka yang mendapatkan jabatan di perusahaan negara atau milik ABRI
memberikan sumbangsihnya pada mereka yang ada di lapangan.
4. Suka atau tidak suka, orientasi komersial akan semakin melunturkan semangat
profesionalisme militer pada sebagaian perwira militer yang mengenyam
kenikmatan berbisnis baik atas nama angkatan bersenjata maupun atas nama
pribadi. Selain itu, sifat dan nasionalisme dan janji ABRI, khususnya Angkatan
Darat, sebagai pengawal kepentingan nasional dan untuk mengadakan
pembangunan ekonomi bagi seluruh bangsa Indonesia lambat laun akan luntur dan
ABRI dinilai masyarakat telah beralih menjadi pengawal bagi kepentingan
golongan elite birokrat sipil, perwira menengah ke atas, dan kelompok bisnis
besar (baca: keturunan Cina). Bila ini terjadi, akan terjadi pula dikotomi, tidak
saja antara masyarakat sipil dan militer, tetapi juga antara perwira yang
profesional dan Saptamargais dengan para perwira yang berorientasi komersial.
14
Salim yang menyimpulkan bahwa ada lima tantangan besar yang harus dihadapi
gerakan penyelamatan lingkungan hidup, diantaranya : pertama adalah penyelematan
air dari eksploitasi secara berlebihan dan pecemaran yang kian meningkat, baik air
tanah, sungai, danau, rawa, maupun air laut. Kedua, merosotnya kualitas tanah dan
hutan akibat tekanan penduduk dan eksploitasi besar-besaran untuk keperluan
pembangunan. Ketiga, menciutnya keanekaan hayati akibat rusaknya habitat
lingkungan berbagai tumbuh-tumbuhan dan hewan. Keempat, perubahan iklim, dan
yang terakhir adalah meningkatnya jumlah kota-kota berpenduduk banyak.
Dalam praktik KKN di ranah lingkungan hidup yang patut diwaspadai adalah
para pelaku perusak lingkungan yang datang dari kalangan pemodal besar seperti
perusahaan-perusahaan besar yang terlibat di sektor kehutanan maupun
pertambangan. Hal ini ditegaskan oleh mantan wakil ketua KPK Chandra Hamzah
dalam sebuah worksop investigasi kasus lingkungan di Jakarta, dimana menurutnya,
perusahaan-perusahaan yang melakukan kerusakan terhadap alam umumnya sulit
ditindak karena mereka mengantongi izin usaha yang cukup. Karena itu menurutnya,
yang perlu diwaspadai adalah proses kontrol administrasi dalam pemberian izin
sebelum perusahaan-perusahaan tersebut beroperasi. Baik itu izin usaha baik dari
pemerintah daerah maupun dari pemerintah pusat. Lalu menurut beliau, perusahaan-
perusahaan kecil yang bergerak di bidang kehutanan namun pada RKAT tahun
berikutnya tercatat memiliki jumlah keuntungan yang sangat besar, maka patut
dicurigai perusahan tersebut mendapatkan hasil bukan dari pohon-pohon yang mereka
tanam melainkan dari hutan-hutan alam yang seharusnya tidak boleh ditebang.
Permasalahan yang terjadi, masyarakat kita kurang peduli akan kerugian ekologis ini,
seringkali pelaku-pelaku usaha yang menyebabkan kerusakan lingkungan hanya
terfokus mengenai ganti rugi terhadap penduduk setempat. Memang benar ganti rugi
itu perlu bahkan itu kewajiban mereka, namun ganti kerugian oleh para pelaku usaha
jangan hanya sebatas ganti rugi materi kepada manusia, namun juga kepada alam.
Alam yang rusak tidak bisa diperbaiki hanya dengan semalam perlu waktu berpuluh-
puluh tahun bahkan mungkin saja kerusakan tersebut tidak akan bisa diperbaiki.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Dampak Ekonomi
Berbagai macam permasalahan ekonomi lain akan muncul secara alamiah apabila
korupsi sudah merajalela dan berikut ini adalah hasil dari dampak ekonomi yang akan
terjadi, yaitu:
1. Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
2. Penurunan Produktifitas
3. Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa Bagi Publik
4. Menurunnya Pendapatan Negara Dari Sektor Pajak
5. Meningkatnya Hutang Negara
3.2 Saran
Dengan penulis makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca agar
dapat memilih manfaat yang tersirat didalamnya dan dapat dijadikan sebagai kegiatan
motivasi agar kita tidak terjerumus oleh hal-hal korupsi dan dapat menambah wawasan
dan pemikiran yang intelektual hususnya dalam mata kuliah anti korupsi”.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ramadhan,dzikri.DampakKorupsi.Diaksesdarihttp://www.kompasiana.com/dzikriramadhan/
dampak-korupsi 18 Februari 2019
Saih, Khaidir, 2016. Dampak Korupsi dalam Berbagai Aspek. Diakses dari
http://korupsidampakdalamberbagaiaspek.co.id/2016/04/makalah-dampak-tindakan-
korupsi.html tanggal 19 Februari 2019
Yanti. Korupsi Pada Sektor Kesehatan. Diakses dari tanggal 19 Februari 2019
17