NPM : 2011021060
UTS Ekonomi Pembangunan I
SOAL
1. Berikan Pandangan Saudara Mengenai Hubungan Antara Korupsi Dan Pembangunan
Ekonomi, Lengkapi Penjelasan Dengan Referensi Ilmiah Yang Anda Peroleh!
JAWABAN :
Data dan fakta:
Korupsi berdampak buruk pada perekonomian sebuah negara. Salah satunya
pertumbuhan ekonomi yang lambat akibat dari multiplier effect rendahnya tingkat
investasi. Hal ini terjadi akibat investor enggan masuk ke negara dengan tingkat
korupsi yang tinggi. Ada banyak cara orang untuk tahu tingkat korupsi sebuah negara,
salah satunya lewat Indeks Persepsi Korupsi (IPK).
Dikutip dari buku Modul Integritas Bisnis Seri 3: Dampak Sosial Korupsi, korupsi
juga menambah beban dalan transaksi ekonomi dan menciptakan sistem kelembagaan
yang buruk. Adanya suap dan pungli dalam sebuah perekonomian menyebabkan biaya
transaksi ekonomi menjadi semakin tinggi. Hal ini menyebabkan inefisiensi dalam
perekonomian. Melambatnya perekonomian membuat kesenjangan sosial semakin
lebar. Orang kaya dengan kekuasaan, mampu melakukan suap, akan semakin kaya.
Pendapat Saya :
Jika kita merujuk pada data dari aclc.kpk.go.id yang saya sertaka diatas menurut
pandangan saya pertumbuhan ekonomi yang lambat akibat dari multiplier effect
rendahnya tingkat investasi daikibatkan karena para investor merasa tidak perlu dan
enggan untuk berinvestasi di negara yang system keuangannya selalu dikorupsi dan
ini menyebabkan negara merugi karena minimnya kejujuran dalam pengelolaan uang
di bidang yang terkait dan dapat menyebabkan orang miskin akan semakin terpuruk
dalam kemelaratan
Sumber:
https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20220520-kenali-bahayanya-
dampak-korupsi-di-berbagai-bidang-ini
Pendapat Saya :
Menurut pendapat saya korupsi memiliki dampak negatif yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, termasuk di negara-negara ASEAN.
Berikut adalah pendapat umum mengenai dampak korupsi terhadap pertumbuhan
ekonomi berdasarkan studi kasus di empat negara ASEAN:
Penurunan investasi: Korupsi menciptakan ketidakpastian dan mengurangi
kepercayaan investor. Keberadaan korupsi yang merajalela dapat menyebabkan
investor enggan menanamkan modal di negara tersebut. Hal ini berdampak pada
berkurangnya investasi baik dalam bentuk modal domestik maupun asing, yang
pada gilirannya menghambat pertumbuhan ekonomi.
Merugikan sektor publik: Korupsi dapat mengakibatkan alokasi sumber daya
yang tidak efisien dan tidak adil di sektor publik. Dana publik yang seharusnya
digunakan untuk pembangunan infrastruktur, layanan kesehatan, atau pendidikan
bisa terkuras oleh praktik korupsi. Akibatnya, kualitas pelayanan publik menurun
dan pendapatan masyarakat tidak merata, yang berdampak negatif pada
pertumbuhan ekonomi.
Menurunkan daya saing: Praktik korupsi dapat merusak iklim bisnis dan
menghambat persaingan yang sehat. Ketidakadilan dalam sistem ekonomi akibat
korupsi dapat membuat pelaku usaha yang jujur sulit bersaing dengan mereka
yang terlibat dalam praktik korupsi. Akibatnya, inovasi dan efisiensi dalam sektor
bisnis terhambat, yang dapat merugikan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Memicu kemiskinan: Korupsi berkontribusi pada peningkatan kesenjangan
ekonomi dan sosial. Dana publik yang disalahgunakan oleh praktik korupsi dapat
mengurangi anggaran yang seharusnya digunakan untuk program pengentasan
kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat. Korupsi juga bisa merugikan sektor
informal dan mikro, kecil, dan menengah, yang sering kali menjadi sumber mata
pencaharian bagi masyarakat miskin. Dalam jangka panjang, hal ini dapat
memperburuk masalah kemiskinan dan menghambat pertumbuhan ekonomi
inklusif.
Dalam kesimpulan ini, korupsi memiliki dampak negatif yang merugikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk mempromosikan pertumbuhan yang
berkelanjutan dan inklusif, perlu dilakukan upaya pencegahan dan pemberantasan
korupsi di semua tingkatan pemerintahan serta mendorong transparansi, akuntabilitas,
dan supremasi hukum
Sumber
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/e-JEBAUJ/article/view/16482
Pendapat Saya :
Menurut saya pribadi pernyataan tersebut menyiratkan adanya pandangan bahwa
di Indonesia, korupsi telah menjadi sebuah mekanisme yang mengurangi kekakuan
struktural dalam perekonomian. Berikut adalah pendapat tentang pernyataan tersebut:
Pandangan tersebut dapat dikritisi karena menyamakan korupsi dengan grease of the
wheel (pelincir roda), yang mengimplikasikan bahwa korupsi dapat meningkatkan
efisiensi dan kelancaran perekonomian. Namun, dalam realitasnya, korupsi justru
merugikan perekonomian Indonesia.
Korupsi pada dasarnya adalah praktik yang tidak etis dan melibatkan
penyalahgunaan kekuasaan demi keuntungan pribadi atau kelompok kecil. Korupsi
menyebabkan alokasi sumber daya yang tidak efisien, menghambat investasi,
merusak iklim bisnis, dan mengurangi daya saing negara. Praktik korupsi yang
merajalela juga berdampak pada ketidakadilan sosial dan ekonomi, memperburuk
kesenjangan pendapatan, dan menyengsarakan masyarakat yang lebih rentan. Selain
itu, korupsi juga menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan
lembaga-lembaga publik, serta menghambat pembangunan infrastruktur dan
peningkatan kualitas pelayanan publik.
Hal ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan
mengurangi potensi pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mengatasi kekakuan
struktural dalam perekonomian, langkah-langkah yang diperlukan adalah
pemberantasan korupsi, peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan penguatan sistem
hukum yang kuat. Reformasi institusi dan kebijakan yang berfokus pada
pemberantasan korupsi serta penguatan tata kelola yang baik sangat penting untuk
menciptakan lingkungan bisnis yang sehat, menarik investasi, dan mendorong
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia.
Dalam kesimpulan ini, pandangan bahwa korupsi menjadi pelicin bagi roda
perekonomian Indonesia karena kekakuan struktural harus dikritisi. Korupsi justru
merugikan perekonomian dengan menghambat investasi, merusak iklim bisnis, dan
mengurangi daya saing negara. Pemberantasan korupsi dan perbaikan tata kelola
menjadi kunci untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Sumber
https://www.unisbank.ac.id//ojs/index.php/fe9/article/view/2108
2. Tabel 12.1 halaman 191, Berikan interpretasi anda mengenai tabel tersebut,
kembangkan argumentasi berbagai kemungkinan yang terjadi dari data yang anda
dapat peroleh!
JAWABAN :
Data dan Fakta :
Salah satu faktor utama untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi (Todaro and Smith)
adalah infrastruktur. Menyadari hal tersebut, semenjak tahun 2014, Pemerintah Indonesia
gencar membangun infrastruktur. Infrastruktur akan mendorong produktivitas faktor-faktor
produksi; memperlancar arus barang/jasa dan manusia; dan membuka keterisolasian daerah.
Insfrastruktur akan menciptakan pemerataan pembangunan dan meningkatkan daya saing
investasi Indonesia.
Kebijakan menuju Indonesia Maju harus direncanakan dengan baik. Jika bangsa
Indonesia gagal dalam merencanakannya dengan baik, sama dengan merencanakan
kegagalan. Oleh sebab itu dibutuhkan komitmen yang kuat untuk membuat perencanaan yang
baik tersebut (unless commitment is made, there are only promises and hopes…but no plans,
Peter Drucker)
Di samping itu, kebijakan yang telah direncanakan dengan baik harus dilaksanakan
secara konsisten, terstruktur, sistematis dan masif. Siapapun pemimpin bangsa ini, harus
mempunyai komitmen untuk melaksanakan kebijakan Indonesia Maju 2045, bersama-sama
dengan seluruh bangsa Indonesia. Tiada keberhasilan tanpa kerja keras, cerdas serta
kebersamaan. Dengan demikian Indonesia Maju 2045 akan menjadi kenyataan bukan
fatamorgana, ketika semakin dekat, harapan/keindahannya akan lenyap. (Kakanwil DJKN,
Kemenkeu Kalbar, Edward Nainggolan)
Sumber:
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13781/Indonesia-Maju-2045-Kenyataan-atau-
Fatamorgana.html
Pendapat Saya:
Menurut pendapat saya pribadi dalam perdagangan internasional banyak dipenuhi barang
barang dan komoditas dari negara berkembang dari pada negara maju. Negara berkembang
cenderung lebih gencar dalam melakukan perdagangan internasional dibandingkan negara
maju. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
Dalam kesimpulan saya, negara berkembang cenderung lebih gencar dalam melakukan
perdagangan internasional dibandingkan dengan negara maju. Ini terjadi karena potensi
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, keberlimpahan sumber daya alam dan tenaga kerja,
kebijakan liberalisasi perdagangan, dan upaya untuk diversifikasi ekonomi. Perdagangan
internasional menjadi alat yang penting bagi negara-negara berkembang untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan memperluas akses ke pasar global.
3. Cari informasi mengenai Hasil konsensus G20, sebutkan dan kaitkan hasil konsensus
tersebut dengan pembangunan ekonomi (Indonesia&global)!
JAWABAN :
Data dan Fakta :
Hasil consensus G20
Hasil Konsesus secara jelas tidak diketahui di internet ataupun sumber jurnal dan Artikel saya
menggunakan artikel berita yang masih memiliki kesinambungan dengan hasil konsesus yang
didalamnya menjelaskan tentang hasil interview dengan Menteri Komunikasi dan
Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate sebagai berikut isi berita online dari kominfo :
Sumber :https://www.kominfo.go.id/content/detail/44237/isu-substantif-ekonomi-digital-
jadi-konsensus-g20/0/artikel
Puncak dari Pertemuan Keempat Kelompok Kerja Ekonomi Digital atau 4th G20
Digital Economy Working Group (DEWG) adalah Pertemuan Menteri Ekonomi Digital atau
Digital Economy Ministers Meeting (DEMM). Sebelum digelar di Bali, DEWG sebagai
rangkaian agenda Presidensi G20 Indonesia 2022 dilakukan di Lombok (Nusa Tenggara
Barat) Februari 2022, Yogyakarta Mei 2022, dan Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur) Juli
2022. Forum yang berlangsung sejak 29 Agustus 2022 akhirnya mencapai kesepakatan
penting untuk disampaikan kepada pemimpin negara-negara anggota G20 pada November
mendatang. Substansi isu yang disepakati di DEWG maupun DEMM akan melengkapi
komunike yang disiapkan untuk Bali Package pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20,
November 2022. Kesepakatan tersebut tertuang dalam dua dokumen yang berisikan
mengenai hal-hal substantif di tiga isu prioritas yang sudah dibahas sejak DEWG pertama.
Isu prioritas tersebut, yakni konektivitas digital pascapandemi Covid-19; kecakapan
dan literasi digital; serta data free flow with trust and crossborder data flow. Sedangkan
dokumen lainnya berisikan rangkuman mengenai pembahasan para delegasi soal dinamika
ekonomi digital saat ini. “Dokumen tersebut menunjukkan bahwa untuk seluruh isi
substantif, Presidensi Indonesia telah memperoleh konsensus dari seluruh DEWG sesuai isu
prioritas,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate saat
temu media di Hotel Mulia Resort, Nusa Dua, Bali, Kamis (1/9/2022). Dijabarkan, pada
prioritas pertama menyangkut konektivitas digital pascapandemi Covid-19, kata Menteri
Johnny, anggota G20 DEWG menyepakati mengenai perlunya penguatan konektivitas digital
yang bersifat people centered. Selain itu, disepakati pula bahwa konektivitas tersebut
mencakup keamanan data digital.
Kemudian pada prioritas kedua terkait kecakapan digital dan literasi digital, anggota
G20 DEWG sepakat untuk membuat kerangka untuk mengukur keterampilan dan literasi
digital. Kerangka tersebut, menurut Menkominfo, akan berguna untuk melakukan
standardisasi pengukuran keterampilan dan literasi digital pembuatan kebijakan publik yang
objektif. "Serta untuk mempromosikan kerja sama internasional dan menutup kesenjangan
antara keterampilan dan literasi digital untuk meningkatkan partisipasi orang-orang yang
dalam situasi rentan dalam ekonomi digital. Serta disepakati pula mengenai ringkasan praktik
dan kebijakan tentang keterampilan digital tingkat lanjut dan literasi digital," terang Menteri
Johnny G. Plate. Selanjutnya pada prioritas ketiga terkait data free flow with trust and
crossborder data flow, lanjutnya, menjadi salah satu hal yang paling mendapatkan perhatian
dari anggota DEWG.
Menyangkut hal ini, Indonesia, kata Menteri Johnny, menempatkan prinsip keadilan,
transparan, dan keabsahan menjadi hal yang tak bisa ditawar. Dokumen "The Chair
Summary” dan langkah-langkah konkret dalam dokumen DEWG ini akan disampaikan
sebagai masukan bagi Presiden Joko Widodo selaku pemegang Presidensi G20 2022 dalam
memimpin Konferensi Tingkat Tinggi G20 November mendatang. Pertemuan juga
menyambut baik inisiatif Indonesia yakni G20 Digital Inovation Network (DIN) dan G20
Digital Platform Transformation Expo (DPTE). DEWG bermula saat G20 menempatkan isu
digitalisasi sebagai salah satu katalisator utama sumber pertumbuhan ekonomi baru sejak
tahun 2016. Pembahasan mengenai pemanfaatan digital terus berlangsung hingga kini
termasuk dalam Presidensi G20 Indonesia yang mengangkat tiga agenda utama yakni
arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi energi.
Pendapat saya :
Menurut pendapat saya pribadi bahwa Digital Economy atau ekonomi digital memiliki
peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi, baik di Indonesia maupun secara
global. Berikut adalah beberapa alasan mengapa saya berpendapat demikian:
Namun perlu dicatat bahwa ada tantangan yang perlu diatasi dalam mengembangkan
ekonomi digital, seperti keamanan data, perlindungan konsumen, privasi, dan kesenjangan
digital antara daerah perkotaan dan pedesaan. Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya
perlu bekerja sama dalam menciptakan kebijakan yang mendukung perkembangan ekonomi
digital yang inklusif, berkelanjutan, dan adil bagi semua pihak terlibat.
JAWABAN :
Teori Tradisional Tentang Perdagangan Internasional
Pendapat saya :
Menurut pandangan saya, Teori Tradisional tentang perdagangan internasional mencakup
tiga teori utama: Keunggulan Mutlak, Keunggulan Komparatif, dan Tarif Optimal.
Keunggulan Mutlak:
Teori Keunggulan Mutlak dikemukakan oleh Adam Smith pada abad ke-18. Menurut
teori ini, suatu negara memiliki keunggulan mutlak dalam produksi suatu barang jika
negara tersebut lebih efisien dalam menghasilkan barang tersebut dibandingkan negara
lain. Negara yang memiliki keunggulan mutlak dalam produksi suatu barang dianjurkan
untuk fokus pada produksi dan ekspor barang tersebut, sementara mengimpor barang
lain yang diproduksi secara efisien oleh negara lain.
Argumentasi: Negara akan mendapatkan manfaat dari perdagangan internasional jika
mereka fokus pada produksi barang yang mereka hasilkan secara efisien dibandingkan
negara lain.
Strategi: Negara harus mengidentifikasi dan memanfaatkan keunggulan produksi yang
dimiliki untuk memproduksi barang yang kompetitif secara global.
Contoh: Misalnya, Saudi Arabia memiliki keunggulan mutlak dalam produksi minyak
karena memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga mereka fokus pada
produksi dan ekspor minyak mentah ke negara-negara lain
Keunggulan Komparatif:
Teori Keunggulan Komparatif dikemukakan oleh David Ricardo pada abad ke-19. Teori
ini menyatakan bahwa negara harus mengkhususkan diri dalam produksi barang yang
memiliki biaya produksi relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara lain,
meskipun negara tersebut memiliki keunggulan mutlak dalam semua barang. Dengan
mengadopsi spesialisasi produksi berdasarkan keunggulan komparatif, negara-negara
dapat mencapai keuntungan dari perdagangan internasional dan meningkatkan efisiensi
penggunaan sumber daya.
Argumentasi: Negara akan mendapatkan manfaat dari perdagangan internasional
dengan mengkhususkan diri dalam produksi barang yang mereka hasilkan dengan biaya
relatif lebih rendah daripada negara lain.
Strategi: Negara harus mengidentifikasi keunggulan komparatif mereka dan
memperluas produksi barang yang memiliki keunggulan tersebut.
Contoh: Misalnya, China memiliki tenaga kerja yang relatif murah, sehingga mereka
mengkhususkan diri dalam produksi barang-barang dengan intensitas tenaga kerja
tinggi, seperti produk tekstil dan elektronik, untuk diekspor ke pasar global.
Tarif Optimal:
Teori Tarif Optimal dikembangkan oleh Abba Lerner pada pertengahan abad ke-20.
Teori ini menyatakan bahwa penerapan tarif proteksionis oleh suatu negara dapat
meningkatkan kesejahteraan nasionalnya jika tarif tersebut diterapkan secara optimal.
Tarif optimal adalah tarif yang dirancang untuk memaksimalkan keuntungan bersih
suatu negara dengan mempertimbangkan efeknya terhadap harga dalam negeri,
konsumsi, produksi, dan keseimbangan pembayaran.
Argumentasi: Penerapan tarif proteksionis secara optimal dapat meningkatkan
kesejahteraan nasional suatu negara dengan melindungi industri dalam negeri dari
persaingan asing.
Strategi: Negara harus menerapkan tarif yang tepat dengan mempertimbangkan
efeknya terhadap harga dalam negeri, konsumsi, produksi, dan keseimbangan
pembayaran.
Contoh: Misalnya, India menerapkan tarif impor yang tinggi pada produk-produk
elektronik untuk melindungi industri elektronik dalam negeri dan mendorong
pertumbuhan industri tersebut.
Globalisasi Perekonomian
Pendapat saya :
Globalisasi perekonomian telah membawa manfaat dan tantangan bagi negara-negara di
seluruh dunia. Di satu sisi, globalisasi perekonomian telah memfasilitasi pertumbuhan
ekonomi yang signifikan melalui peningkatan perdagangan internasional, arus modal, dan
transfer teknologi. Hal ini telah menciptakan peluang ekonomi baru, menciptakan lapangan
kerja, meningkatkan standar hidup, dan memperkaya masyarakat.
Namun, globalisasi perekonomian juga memiliki tantangan dan dampak negatif yang perlu
diatasi. Salah satunya adalah ketimpangan ekonomi antara negara-negara. Beberapa negara
berkembang mungkin menghadapi kesulitan dalam bersaing dengan negara maju yang
memiliki akses ke teknologi dan sumber daya yang lebih canggih. Selain itu, globalisasi
perekonomian juga dapat menyebabkan hilangnya lapangan kerja dalam beberapa sektor
ekonomi tertentu dan meningkatkan ketidaksetaraan pendapatan.
Oleh karena itu, penting bagi negara-negara untuk mengelola dampak globalisasi
perekonomian dengan bijaksana. Mereka perlu melibatkan kebijakan yang mendukung
inklusi sosial, pengembangan sumber daya manusia, perlindungan lingkungan, dan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Kolaborasi internasional dan regulasi yang tepat
juga penting dalam mempromosikan perdagangan yang adil, memitigasi risiko keuangan, dan
memastikan bahwa manfaat globalisasi dapat dirasakan secara merata oleh semua pihak.