Anda di halaman 1dari 16

Pengaruh Korupsi terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada 6 negara

ASIA
TAHUN 1995 - 2014

Usulan penelitian untuk skripsi


Program Studi Ekonomi Pembangunan

Diajukan oleh :
Yosafat Charisma Christyanto
121119542

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
MARET 2016

Pendahuluan

1. Latar belakang
Dewasa ini, jauh berbeda dibandingkan waktu waktu sebelumnya,
pertumbuhan yang berhasil merupakan kriteria paling penting. Di negara negara
berkembang khususnya permbangunan ekonomi merupakan tujuan nasional yang
utama. Dalam suatu negeri keberhasilan kinerja pemerintah dan lembaganya
cenderung sebagian besar diukur dalam pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan di
suatu negera tersebut. (Grossman, 2001:6) Oleh sebab itu pertumbuhan ekonomi
menjadi penting dalam menilai suatu negara itu berhasil atau tidak dalam
pembangunan di negara tersebut.
Pertumbuhan ekonomi dapat diukur berdasarkan besarnya kenaikan atau
peningkatan produksi barang dan jasa dan dapat diukur berdasarkan GDPrill atau
PDBrill. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi diantaranya
dapat dilambangkan oleh besar kecilnya ekspor, banyaknya tenaga kerja, dan
penganguran. Tetapi dalam beberapa kasus sebagian besar peneliti tidak melihat
bahwa pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi oleh korupsi.Hal ini menjadi
penting untuk dilihat karena korupsi bisa memunculkan dampak negatif maupun
dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dalam memandang hubungan korupsi dan pertumbuhan ekonomi,para
ekonom, sejarawan dan ahli politik telah terlibat dalam debat yang panjang
tentang apakah korupsi membahayakan pertumbuhan ekonomi. Pandangan umum
menyatakan bahwa korupsi menganggu aktivitas ekonomi dengan mendistorsi
alokasi sumber daya yang efisien dalam perekonomian.Kebanyakan para ekonom
memandang bahwa korupsi merupakan penghambat utama pembangunan.
(Blackburn dkk, 2005: 1-7).

Dalam memandang hubungan korupsi dan pertumbuhan ekonomi ada


pendapat lain dari peneliti Huntington[1968], menyarankan bahwa korupsi akan
menaikkan pertumbuhan ekonomi, dengan adanya korupsi dapat mempercepat
birokrasi sehingga permasalahan di birokrasi lebih mudah menggunakan uang
dibandingkan dengan mengikuti birokrasi yang ada. Korupsi dapat berjalan secara
efisien kalau korupsi itu dijalanakan di Negara Negara yang mempunyai birokrasi
yang sangat rumit (Huntington, 1968: 59-70)
Korupsi yang terjadi saat ini beraneka ragam mulai dari skala yang besar
maupun sampai skala yang kecil mulai dari tingkat pusat maupun tingkat
daerah.Seperti menggunakan uang Negara untuk kepentingan pribadi sehingga
dapat memperlambat suatu kebijakan ekonomi yang seharusnya tepat sasaran
menjadi tidak tepat sasaran yang akibatnya menjadi perlambatan pertumbuhan
ekonomi di suatu Negara tersebut.
Dampak dari korupsi dapat dilihat dari berbagai cara dapat dilihat dari
sisi politik, ekonomi, social dan lingkungan. Dibidang politik, korupsi merupakan
kendala utama untuk demokrasi dan supremasi hukum, dalam sistem demokrasi
kantor dan lembaga kehilangan kewenagan mereka ketika mereka sedang
disalahgunakan untuk keuntungan pribadi. Hal ini berbahaya dalam demokrasi
yang sudah mapan. Dibidang ekonomi Secara ekonomi, korupsi menghabiskannya
kekayaan nasional, Korupsi juga menghambat pengembangan struktur pasar yang
adil dan mendistorsi persaingan, yang pada akirnya akandapat mengurangi
investasi. Di bidang social korupsi dapat mengakibatkan masyarakat tidak lagi
percaya pada lembaga lembaga politik yang kemudian akan memperburuk suatu
perekonomian. Di bidang lingkungan korupsi dapat mengakitbatkan degradasi
lingkungan. Degradasi lingkungan adalah konsekuensi dari sistem yang korup.
Sehingga Kurangnya penegakan peraturan lingkungan dan undang-undang
tentang lingkungan, yang akibatnya sumber daya alam akan di ekspoitasi habis
habisan. Akibatnya bagi dunia yaitu menangung kerugian akibat dari polusi yang

diakibatkan karena eksploitasi sumber daya alam yang secara berlebihan.


(http://www.transparency.org)
Tabel 1.1
Tingkat korupsi di Negara Negara ASEAN
Tahun / Negara
2012
2013
Singapore
8.7
8.6
Indonesia
3.2
3.2
Philippines
3.4
3.6
Malaysia
4.9
5
Thailand
3.7
3.5
Korea Selatan
5.6
5.5
Sumber : http://www.transparency.org

2014
8.4
3.4
3.8
5.2
3.8
5.5

Organisasi transparency international mengukur tingkat korupsi dari angka 1 10


semakin mendekati 10 maka korupsi di negara tersebut semakin kecil. Pada tahun
2014 Indonesia memperoleh tingkat korupsi sebesar 3.4 yang berarti bahwa
korupsi di Indonesia sangat tinggi dibandingkan negara negara ASIA yang lain.
Negara Singapura pada tahun 2014 memperoleh point 8.4 yang berarti korupsi di
Negara Singapura tidak sebesar negara Indonesia. Korupsi yang rendah ini
dipengaruhi oleh kebijkan pemerintah yang membuat koruptor jera untuk tidak
melakukan korupsi lagi.
Table 1.2
GDP,PPP (constant tahun 2012 2014)
Tahun /
Negara
Singapore
Malaysia
Indonesia
Thailand
Philippines

2012
401778739802.7
2
658983690151.7
3
2302462467434.
47
980406739371.4
3
580115323633.7
5

2013
419630627599.99
690044581380.05
2430921710552.5
7
1007950322309.8
0
621044038952.81

2014
431877083679.6
3
731396257427.5
1
2553067381884.
32
1016675782150.
03
659128589873.7
8

1595195319034,

1641395685771,3
9

Korea Selatan
79
Sumber :http://data.worldbank.org/country

1695728305100,
99

Table 1.2 menunjukan besarnya GDP rill dari setiap negara ASIA, dengan
menggunakan GDP rill nilainya tidak akan di pengaruhi oleh inflasi dan
perhitungan yang di lakukan oleh Worldbank menggunakan tahun dasar 2011.
Suatu Negara yang mempunyai tingkat korupsi yang rendah tidak selalu
diindikasikan oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga, contohnya seperti
Philippina. Philippina mempunyai tingkat korupsi sebesar 3,8 point pada tahun
2014 dan point itu merupakan point tertinggi di bandingkan dengan negara
Indonesia yang mempunyai point sebesar 3.4 tetapi pada tahun 2014 GDP rillnya
Indonesia

lebih

besar

dibandingakan

dengan

Philippina

sebesar

2553067381884.32$.
Di dalam penelitian ini menggunakan 6 negara ASIA karena negara negara
yang digunakan pernah mengalami krisis pada tahun 1997. Banyak peneliti yang
meneliti hubungan korupsi dengan krisis moneter pada tahun 1997, menurut buku
yang ditulis oleh hadiwinata bahwa korupsi merupakan salah satu penyebab krsis
moneter terjadi. Hal itu terjadi karena banyak pengsaha yang masuk ke dunia
bisnis tetapi mereka tidak mempunyai bakat untuk bisnis dan mereka yang
mempunyai hubungan khusus dengan elit dan penguasa. Sehingga hal itu menjadi
biaya biaya siluman yang menyebabkan ketidakpastian sektor investasi. Tetapi
hal itu tidak banyak di tanggapi oleh pemerintah pemerintah negara ASIA.
(Hadiwinata, 2002: 193) Hal ini menjadi dasar sebuah peneltian bahwa korupsi
terkadang dapat merugikan perekonomian suatu negara atau menjadi sebaliknya
hingga sampai saat ini.

2. Perumusan masalah
Bagaimana korupsi dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di masing
masing 6 negara ASIA
3. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui bagaimana korupsi dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi di masing masing 6 negara ASIA
4. Manfaat penelitian
Memberi informasi kepada peneliti bagaimana korupsi dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di masing masing 6 negara ASIA
5. Studi terkait
Penelitian yang dilakukan Mushfiq Swaleheen dan Dean Stansel tentang
Economic Freedom, corruption and growth dengan data panel 60 negara.Hailnya
menunjukan bahwa Negara-negara dengan economic freedom yang rendah maka
korupsi mengurangi pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya jika economic
freedom tinggi maka korupsi meningkatkan pertumbuhan ekonomi.Dengan hal
seperti inilah diharapkan korupsi yang rendah dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.( Swaleheen dkk, 2007: 353 dan 354)
Penelitian yang dilakukan Zvika Neeman, M. Daniele Paserman, Avi
Simhon tahun 2008 tentang :Corruption andopennes.Hubungan antara korupsi
dan pertumbuhan tergantung derajat keterbukaan ekonominya.Pada perekonomian
terbuka, korupsi berhubuingan negatif dengan GNP per kapita tetapi pada
perekonomian tertutup tidak adahubungan antara keduanya.Pada perekonomian
terbuka yang banyak korupsinya investor tidak mau dating karena tingkat
resikonya lebih besar tetapi untuk perekonomian tertutup investor dalam negeri

harus berinvestasi di luar negeri supaya modalnya terlepas dari korupsi. (Neeman
dkk, 2008 : 30 dan 31)
Penelitian yang dilakukan oleh Maruko tentang :Corruption and Growth.
Data yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh maruko yaitu:
investasi, korupsi, efisiensi birokrasi, GDP Dan alat yang digunakan dalam
penelitiannya

menggunakan

indeks

fraksionalisasi

etnolinguistiksebagai

instrumen. Dari hasil penelitian tersebut maruko menyatakan pengaruh korupsi


terhadap pertumbuhan ekonomi, berpengaruh negative dan signifikan (Mauro,
1995 : 681 712)
Penelitian yang dilakukan oleh Rino Bagus Haryanto Tahun 2013 tentang
Pengaruh Indeks Persepsi Korupsi, Pengeluaran Pemerintah dan Penerimaan
Pajak terhadap Pertumbuhan Ekonomi ASEAN-5 tahun 2002-2011. Data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu Petumbuhan GDP, indeks persepsi korupsi
dan pengeluaran pemerintah. Hasilnya ditemukan bahwa korupsi memberikan
kontribusi yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Penyebabnya adalah
korupsi menjadikan sumber daya teralokasi secara tidak baik. Kebijakan yang
seharusnya dipakai untuk pembangunan, karena adanya korupsi maka dapat
bergeser dari tujuannya kepada tujuan lain di mana ada kepentingan pribadi di
dalamnya. Korupsi juga berdampak kepada berkurangnya kualitas barang atau
jasa yang dihasilkan. Dengan berkurangnya kualitas barang dan jasa yang
dihasilkan, maka akan berkurang nilai manfaat dari barang dan jasa tersebut
sehingga secara tidak langsung akan berdampak kepada pertumbuhan (Haryanto,
2013)

6. Hipotesis

Sebuah hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu persoalan yang di


dimaksud.Melalui data yang terkumpul dapat diambil keputusan dan mengacu
pada landasan teori yang ada.
Ho

: Korupsi berpengaruh negatifterhadap pertumbuhan ekonomi

Ha

Korupsi

berpengaruh

tidak

berpengaruh

negatifterhadap

pertumbuhan ekonomi
7.

Metode Penelitian

a. Data
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang
diperkuat dengan menggunakan pendekatan kualitatif dalam analisis. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal
dari Worldbank, www.transparency.org dalam penelitian ini data yang di
analisis secara kuantitatif adalah Korupsi (CPI), Ekspor (X), Tenaga Kerja
(TK), inflasi (INF), pengeluaran pemerintah (PP) dan data pertumbuhan
ekonomi (GDP) di 5 negara ASEAN yang terdiri dari Singapura,
Indonesia, Malaysia, Thailand, Philippinesdari tahun 1995 2014
b. Model
Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model data panel.Ada
beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan data panel.
Pertama, data panel yang merupakan gabungan dau data time series dan
cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan
menghasilkan degree of freedom yang lebih besar, kedua, mengabungkan
informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah

yang timbul ketika adalah masalah penghilangan variable (omittedvariable). (Widarjono, 2013: 353)
Model yang digunakan di dalam penelitian ini dapat ditulis secara
matematis seperti di bawah ini :

Yit = 0 + 1lnCPIit + 2lnXit+ it


Dimana :
I

= data cross section (5 negara ASEAN)

= data time series (tahun 1995 2014)

= GDP per kapita ($)

CPI

= Korupsi (point dari 1 10)

= variable lain

0123

= Koofesien

= error

Alat Analisis
Dalam mengestimasi model regresi dengan data panel Ada 3 metode untuk
mengestimasi model data panel yaitu :Common Effect, Fixed Effect dan Random
Effect (Widarjono, 2013: 355)
a. Pendekatan Common Effect
Teknik yang paling sederhana mengasumsikan bahwa data gabungan yang
ada menunjukan kondisi yang sesungguhnya. Hasil analisis regresi
dianggap berlaku pada semua objek pada semua waktu. Kelemahan dari
analisis ini adalah ketidaksesuaian model dengan keadaan yang
sesungguhnya. Kondisi tiap objek saling berbeda, bahkan satu objek pada

suatu waktu akan sangat berbeda dengan kondisi objek tersebut pada
waktu lain. (Winarno, 2007: 9.14)
b. Pendekatan Fixed Effect/FEM
Fix effect di sini maksudnya adalah bahwa satu objek, memiliki konstan
yang tetap besarnya untuk berbagai periode waktu. Demikian juga
koefisien regresinya, tetap besarnya dari waktu ke waktu. Untuk
membedakan satu objek dengan objek yang lainnya, digunakan variabel
semu (dummy). Oleh karena itu, model ini sering juga disebut dengan
Least Squares Dummy Variables dan disingat LSDV (Winarno, 2007:
9.14)
c. Pendekatan Random Effect Model/ REM
Model random effect digunakan untuk mengatasi kelemahan metode efek
tetap yang menggunakan variabel semu, sehingga model mengalami
ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semua, model efek random
menggunakan residual yang diduga memiliki hubungan antarwaktu dan
antarobjek. Namun untuk menganalisis dengan metode efek random ini
ada satu syarat, yaitu objek data silang harus lebih besar dibandingkan
dengan banyaknya koefisien. (Winarno, 2007: 9.16)

d. Pemilihan Model Estimasi antara FEM danREM


Ada dua hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih model antara
FEM dan REM yaitu :
-

Tentang ada tidaknya korelasi antara error term(it) dan variable


independen X jika di asumsikan terjadi korelasi antara it dan
variable independen X maka model random effect lebih tepat.
Sebaliknya jika tidak ada korelasi antara it dan variable

independen X maka model fixed effect lebih tepat. (Agus


-

Widarjono, 2013: 364)


Berkaitan dengan jumlah sampel dalam penelitian. Jika sampel
yang dipilih hanya bagian kecil dari populasi makaakan
mendapatkan error term (it) yang bersifat random sehingga model
random effect lebih tepat. (Widarjono, 2013: 364)

Setelah mengetahui menggunakan FEM dan REM perlu pengujian statistic untuk
mengetahui pengaruh secara individu maupun secara bersama sama. Alat
pengujiannya yaitu Uji F, uji t dan Koofesien Determinasi.
Uji statistik
Uji F
Nilai distribusi F yang dideskribsikan dalam tabel analyasis of variance
atau ANOVA menyatakan seberapa besar pengaruh keseluruhan variabel bebas
terhadap variabel tidak bebas pada tingkat signifikasi tertentu. (Gujarati, 2003:
254-256)

Kriterianya sebagai berikut :


H0 : 1 0 artinya ada pengaruh yang signifikan pada masing-masing variabel
independen terhadap variable dependen
Ha : 1 > 0 artinya tidak ada pengarunh yang signifikan pada masing-masing
variabel independen terhadap variable dependen

Apabila F hitung > F tabel, maka H0 diterima Ha ditolak maka ada pengaruh
yang signifikan antara variabel independen secara bersama-sama dengan variable
dependen

Apabila F hitung < F tabel, maka H0 tidak ditolak maka tidak ada pengaruh
yang signifikan antara variabel independen secara bersama-sama dengan variable
dependen
Uji t
Uji t dimana variabel saling berhubungan antara satu variabel dengan
variabel yang lain sehingga pengujian yang dilakukan adalah pengujian
berpansangan. (Winarno, 2007)

Kriterianya sebagai berikut :


H0 : 1 0 artinya ada pengaruh yang signifikan pada masing-masing variabel
independen terhadap variable dependen
Ha : 1 > 0 artinya tidak ada pengarunh yang signifikan pada masing-masing
variabel independen terhadap variable dependen

Apabila probabilitas t stat < alfa, maka H0 diterima Ha ditolak maka ada
pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara bersama-sama
dengan variable dependen
Apabila probabilitas t stat < alfa, maka H0 tidak diterima Ha diterima maka
tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara bersamasama dengan variable dependen
Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh variable
independen dapat menerangkan variable dependen.Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu.Maka semakin angkanya mendekati 1 maka semakin

baik garis regresi karena mampu menjelaskan data aktualnya (Agus Widarjono,
2013 : 26)

Sistematika penulisan
Dalam bagian ini disajikan rencana sistematika penulisan daru skribsi sebagai
berikut :
Bab I

Pendahuluan

Bab II

Tinjauan Pustaka

Bab III

Metode Penelitian

Bab IV

Hasil dan Pembahasan

Bab V

Penutup

Daftar pustaka
Buku
Gujarati, D.N., (2003), Basic Econometrics, fourth edition, Mc Graw Hill
Grossman, G., (2001), Sistem Sistem Ekonomi, cetakan IV, Penerbit PT Bumi
Aksara, Jakarta
Hadiwinata, S.B., (2002), Politik Bisnis Internasional, 1th Edition, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta
Huntington, S.P., (1968), Political Order in Changing Societies, New Haven and
london, Yale University Press. pp. 1-263
Haryanto, R.B., (2013), Pengaruh Indeks Persepsi Korupsi Pengeluaran
Pemerintah dan Penerimaan Pajak terhadap Pertumbuhan Ekonomi
ASEAN-5 tahun 2002-2011. Universitas Brawijaya
Widarjono A., (2013), Ekonometrika pengantar dan aplikasinya, edisi keempat,
Penerbit UPP STIM YKPN, Yogyakarta
Winarno, W.W., (2007), Analisis ekonometrika dan statistika dengan Eviews,
penerbit UPP STIM YKPN, Yogyakarta
Jurnal
Swaleheen, U.M., and Stansel Dean., (2007), Economic Freedom, Corruption,
and Growth, Cato Journal Vol. 27, No. 3, Cato Institute. pp 343-358
Mauro Paolo., (1995), Corruption and Growth, The Quarterly Journal of
Economics. Vol.110, No3, MIT Press. pp 681-682

Neeman, Z., Paserman M.D., and Simhon A., (2008), Corruption and
Openness, The B.E. Journal of Economic Analysis & Policy, Vol. 8, Issue
1 Article 50, Berkeley Electronic Press. pp 1-38
Karya Ilmiah
Blackburn.K., Bose.N., and Haque, M.E., (2005), Public Expenditures,
Bureaucratic

Corruption

and

Economic

Development,Economic

Discussion Paper EDP-0530, The University of Manchester. pp 1-27


(tidak dipublikasikan)
Internet
http://www.transparency.org/what-is-corruption

Anda mungkin juga menyukai