Anda di halaman 1dari 273

TUGAS KEWARGANEGARAAN

Disusun oleh: maksupah

1A D3 Keprawatan

POLTEKKES KEMENGKES BANTEN

ANGKATAN: 2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat, inyah,
taufik dan hinayahnya. Sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya, yang sangat sederhana, semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca,sehinggabsaya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih
banyak kekurangan karna pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh karna itu
saya harapkan kepada para pembaca untuk membekikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 WARGA NEGARA INDONESIA
1.ARTIKEL 1………………………………………………………………. 1
2.ARTIKEL 2………………………………………………………………. 9
3.ARTIKEL 3…………………………………………………………………. 18

BAB 2 IDENTITAS NASIONAL DAN MASYARAKAT MADANI


1.ARTIKEL 1………..…………………………………………………. 19
2.ARTIKEL 2……………………………………………......…………. 21
3.ARTIKEL 3……………………………..................…………………. 23

BAB 3 HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA


1.ARTIKEL 1………................…………………………………………. 24
2.ARTIKEL 2…………………………………………………………… 27
3.ARTIKEL 3…...……………………………………………………… 29

BAB 4 GEOPOLITIK
1.ARTIKEL 1………………...…………………………………………. 31
2.ARTIKEL 2………………..…….……………………………………. 32
3ARTIKEL 3…..…………..……………………………………………. 33

BAB 5 KONSTITUSI DAN LANDASAN HUKUM


1.ARTIKEL 1………………………………………………………………. 35
2.ARTIKEL 2……………....………………………………………………. 37
3.ARTIKEL 3………………………………………………………………. 39
BAB 6 PERANAN PERAWAT KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN
KESEHATAN
1.ARTIKEL 1……………………………………………………………… 43
2.ARTIKEL 2……………………………………………………….. 44
3.ARTIKEL 3……………………………………………………….. 47

BAB 7 OTONOMI DAERAH


1.ARTIKEL 1…..…………………………………………………… 48
2.ARTIKEL 2…………...………………………………………….. 51
3.ARTIKEL 3…………………………………………………….... 56

BAB 8 GEOSTRATEGI INDONESIA


1.ARTIKEL 1………………………………………………………. 63
2.ARTIKEL 2………………………………………………………. 66
3.ARTIKEL 3………………………………………………………. 68

BAB 9 IDEOLOGI NEGARA DI DUNIA


1.ARTIKEL 1….………………………………………………… 69
2.ARTIKEL 2………..…………………………………………… 70
3.ARTIKEL 3…………………………………………………….. 71

BAB 10 IDEOLOGI PANCASILA


1.ARTIKEL 1……………….……………………………………. 73
2.ARTIKEL 2……………….……………………………………. 74
3.ARTIKEL 3……………………………………….……………. 76
BAB 11 DEMOKRASI
1.ARTIKEL 1………………………………………………………. 77
2.ARTIKEL 2………………….……………………………………. 80
3.ARTIKEL 3……………………….……………………………… 84
BAB 12 KONSEP WAWASAN NUSANTARA
1.ARTIKEL 1…….…………………………………………………. 88
2.ARTIKEL 2………………………………………………..………. 90
3.ARTIKEL 3……………………………………..…………………. 90

BAB 13 RULE OF LAW DAN HAM


1.ARTIKEL 1…………………………………………………………. 95
2.ARTIKEL 2………………………………………………………… 97
3.ARTIKEL 3……….......................…………………………………... 101
BAB 14 KETAHANAN NASIONAL
1.ARTIKEL 1…………………………………………………………… 103
2.ARTIKEL2 …………………………………………………………… 106
3.ARTIKEL 3………………….……………………………………….. 107
BAB 15 GLOBALISASI
1.ARTIKEL 1…………………….….…………………………………… 108
2.ARTIKEL 2……………………..……………………………………… 110
BAB 16 INDONESIA DAN PERDAMAIAN DUNIA
1.ARTIKEL 1…………………………………………………………….. 112
2.ARTIKEL 2…………………………………………………………….. 113
BAB I
KONSEP DASAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN KONSEP DASAR
WARGA NEGARA INDONESIA(WNI)

1. A.PENGERTIAN KEWARGANEGAR

Definisi Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Para Ahli


Azyumardi Azra:

Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan politiktertentu (secara


khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan
politikSeseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara. Seorang warga
negara berhak memiliki paspor dari negara yang dianggotainya.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (citizenship). Di dalam
pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga kota atauwarga
kabupaten, karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalamotonomi daerah,
kewargaan ini menjadi penting, karena masing-masing satuan politik akan memberikan hak
(biasanya sosial) yang berbeda-beda bagi warganya.Kewarganegaraan memiliki kemiripan
dengan kebangsaan(nationality). Yang membedakan adalah hak-hak untuk aktif dalam
perpolitikan. Ada kemungkinan
untuk memiliki kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh, secara hukum
merupakan subyek suatu negara dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki hak
berpartisipasi dalam politik). Juga dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa menjadi
anggota bangsa dari suatu negara. Di bawah teori kontrak sosial, status kewarganegaraan
memiliki implikasi hak dan kewajiban. Dalam filosofi "kewarganegaraan aktif", seorang
warga negara
disyaratkan untuk menyumbangkan kemampuannya bagi perbaikan komunitas melalui
partisipasi ekonomi, layanan publik, kerja sukarela, dan berbagai kegiatan serupa untuk
memperbaiki penghidupan masyarakatnya. Dari dasar pemikiran ini muncul mata pelajaran
Kewarganegaraan (Civics) yang diberikan di sekolah-sekolah.

B.WARGA NEGARA INDONESIA


Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai warga
negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan KartuTanda Penduduk,
berdasarkan Kabupatenatau (khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai
penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk
Kependudukan, NIK)apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor
pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas
yang bersangkutan dalam tata hukum internasional.Kewarganegaraan Republik Indonesia
diatur dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut
UU ini, orang yang menjadi
Warga Negara Indonesia (WNI) adalah :
1. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi
WNI
2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan
ibu warga negara asing (WNA), atau sebaliknya
4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan
ayah yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang
ayah tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut
5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI
6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang
diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan
sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada
waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah megara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui
10. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah
dan ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya
11. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah
dan ibu WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan
12. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi
1. anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18
tahun dan belum kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang
berkewarganegaraan asing
2. anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah
sebagai anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan
3. anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan
bertempat tinggal di wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh
kewarganegaraan Indonesia
4. anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara
sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.
Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk dalam
situasi sebagai berikut:
1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan
bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya
memperoleh kewarganegaraan Indonesia
2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang
diangkat anak secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh
warga negara Indonesia
Di samping perolehan status kewarganegaraan seperti tersebut di atas,
dimungkinkan pula perolehan kewarganegaraan Republik Indonesia melalui proses
pewarganegaraan. Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara
Indonesia dan telah tinggal di wilayah negara Republik Indonesia sedikitnya lima
tahun berturut-turut atau sepuluh tahun tidak berturut-turut dapat menyampaikan
pernyataan menjadi warga negara di hadapan pejabat yang berwenang, asalkan tidak
mengakibatkan kewarganegaraan ganda.Berbeda dari UU Kewarganegaraan terdahulu, UU
Kewarganegaraan tahun
2006 ini memperbolehkan dwikewarganegaraan secara terbatas, yaitu untuk anak yang
berusia sampai 18 tahun dan belum kawin sampai usia tersebut. Pengaturan
lebih lanjut mengenai hal ini dicantumkan pada Peraturan Pemerintah no. 2 tahun
2007.Dari UU ini terlihat bahwa secara prinsip Republik Indonesia menganut asas
kewarganegaraan ius sanguinis; ditambah dengan ius soli
terbatas (lihat poin 8-10) dan kewarganegaraan ganda terbatas (poin 11).

C.KEDUDUKAN WARGA NEGARA DI NEGARA INDONESIA

Dapat dikatakan bahwa proses kewarganegaraan itu dapat diperoleh melalui tiga cara, yaitu:
(i) kewarganegaraan karena kelahiran atau ‘citizenship by birth’, (ii) kewarganegaraan
melalui pewarganegaraan atau ‘citizenship by naturalization’, dan (iii) kewarganegaraan
melalui registrasi biasa atau ‘citizenship by registration’.
Ketiga cara ini seyogyanya dapat sama-sama dipertimbangkan dalam rangka pengaturan
mengenai kewarganegaraan ini dalam sistem hukum Indonesia, sehingga
kita tidak membatasi pengertian mengenai cara memperoleh status kewarganegaraan itu
hanya dengan cara pertama dan kedua saja sebagaimana lazim dipahami selama
ini.Kasus-kasus kewarganegaraan di Indonesia juga banyak yang tidak sepenuhnya dapat
diselesaikan melalui cara pertama dan kedua saja. Sebagai contoh, banyak warganegara
Indonesia yang karena sesuatu, bermukim di Belanda, di Republik Rakyat Cina, ataupun di
Australia dan negara-negara lainnya dalam waktu
yang lama sampai melahirkan keturunan, tetapi tetap mempertahankan status
kewarganegaraan Republik Indonesia.Keturunan mereka ini dapat memperoleh status
kewarganegaraan Indonesia dengan cara registrasi biasa yang prosesnya tentu jauh lebih
sederhana daripada proses naturalisasi. Dapat pula terjadi, apabila yang bersangkutan, karena
sesuatu sebab, kehilangan kewarganegaraan Indonesia, baik karena kelalaian ataupun sebab-
sebab lain, lalu kemudian berkeinginan untuk kembali mendapatkan kewarganegaraan
Indonesia, maka prosesnya seyogyanya tidak disamakan dengan
seorang warganegara asing yang ingin memperoleh status kewarganegaraan
Indonesia.Lagi pula sebab-sebab hilangnya status kewarganegaraan itu bisa saja terjadi
karena kelalaian, karena alasan politik, karena alasan teknis yang tidak prinsipil,
ataupun karena alasan bahwa yang bersangkutan memang secara sadar ingin
melepaskan status kewarganegaraannya sebagai warganegara Indonesia. Sebab atau alasan
hilangnya kewarganegaraan itu hendaknya dijadikan pertimbangan yang
penting, apabila yang bersangkutan ingin kembali mendapatkan status kewarganegaraan
Indonesia. Proses yang harus dilakukan untuk masing-masing alasan tersebut sudah
semestinya berbeda-beda satu sama lain.
Yang pokok adalah bahwa setiap orang haruslah terjamin haknya untuk mendapatkan status
kewarganegaraan, sehingga terhindar dari kemungkinan menjadi ‘stateless’ atau tidak
berkewarganegaraan. Tetapi pada saat yang bersamaan, setiap negara tidak boleh
membiarkan seseorang memilki dua status kewarganegaraan sekaligus. Itulah sebabnya
diperlukan perjanjian kewarganegaraan antara negara-negara modern untuk menghindari
status dwi-kewarganegaraan tersebut. Oleh karena itu, di samping pengaturan
kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan melalui proses pewarganegaraan (naturalisasi)
tersebut, juga diperlukan mekanisme lain yang lebih sederhana, yaitu melalui registrasi biasa.
Di samping itu, dalam proses perjanjian antar negara, perlu diharmonisasikan adanya prinsip-
prinsip yang secara diametral bertentangan, yaitu prinsip ‘ius soli’ dan prinsip ‘ius sanguinis’
sebagaimana diuraikan di atas. Kita memang tidak dapat memaksakan pemberlakuan satu
prinsip kepada suatu negara yang menganut prinsip yang berbeda. Akan tetapi, terdapat
kecenderungan internasional untuk mengatur agar terjadi harmonisasi dalam pengaturan
perbedaan itu, sehingga di satu pihak dapat dihindari terjadinya dwi-kewarganegaraan, tetapi
di pihak lain tidak akan ada orang yang berstatus ‘stateless’ tanpa kehendak sadarnya sendiri.
Kita itu,sebagai
jalan tengah terhadap kemungkinan perbedaan tersebut, banyak negara yang berusaha
menerapkan sistem campuran dengan tetap berpatokan utama pada prinsip dasar yang dianut
dalam sistem hukum masing-masing.Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya menganut
prinsip ‘ius sanguinis’,
mengatur kemungkinan warganya untuk mendapatkan status kewarganegaraan melalui
prinsip kelahiran. Sebagai contoh banyak warga keturunan Cina yang masih
berkewarganegaraan Cina ataupun yang memiliki dwi-kewarganegaraan antara Indonesia
dan Cina, tetapi bermukim di Indonesia dan memiliki keturunan di Indonesia. Terhadap anak-
anak mereka ini sepanjang yang bersangkutan tidak berusaha untuk mendapatkan status
kewarganegaraan dari negara asal orangtuanya, dapat saja diterima sebagai warganegara
Indonesia karena kelahiran. Kalaupun hal ini dianggap tidak sesuai dengan prinsip dasar yang
dianut, sekurang-kurangnya terhadap mereka itu dapat dikenakan ketentuan mengenai
kewarganegaraan melalui proses registrasi biasa, bukan melalui proses naturalisasi yang
mempersamakan kedudukan mereka sebagai orang asing sama sekali.

D. Persamaan Kedudukan Warga Negara

1. Landasan yang Menjamin Persamaan Kedudukan Warga Negara


a. Makna PersamaanSaling menghargai dan menghormati orang lain tanpa membeda-bedakan
suku, agama, ras dan antargolongan (SARA)
b. Jaminan Persamaan Hidup (Pendekatan Kultural)Beberapa nilai cultural bangsa Indonesia
yang dapat dilestarikan :
1. Nilai Religius
2. Nilai Gotong Royong
3. Nilai Ramah Tamah
4. Nilai Cinta Tanah Air
c. Jaminan Persamaan Hidup dalam Konstitusi Negara
Jaminan persamaan hidup warga Negara di dalam konstitusi negara adalah :
a) Pembukaan UUD 1945 alinea 1
b) Sila-sila Pancasila
c) UUD 1945 dan peraturan peundangan lainnya
2. Berbagai Aspek Persamaan Kedudukan Sikap Warga Negara
a. Bidang Politik
a. Kewajiban bela negara terhadap keberadaan dan kelangsungan NKRI
b. Pengembangan sistem politik nasional yang demokratis, termasuk
penyelenggaraan pemilu yang berkualitas.
c. Meningkatkan partai politik yang mandiri dengan pendidikan
kaderisasi yang intensif dan komprehensif.
d. Memperketat dan menetapkan prinsip persamaan dan antidiskriminasi dalam kehidupan
masyarakat bangsa dan negara.b. Bidang Ekonomi a.Setiap warga negara berhak memperoleh
kesempatan dalam lapangan kerja atau perbaikan taraf hidup ekonomi dan
menikmati hasil-hasilnya secara adil sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan darma
baktinya yang diberikankepada masyrakat, bangsa, dan negara b.Persamaan kedudukan di
bidang ekonomi untuk menciptakan sistem ekonomi kerakyatan yang berkeadilan dan
bersaing sehat, efisien, produktif, berday saing, serta mengembangkan kehidupan yang layak
anggota masyarakat.c. Bidang Hukum
Dalam pasal 27 UUD 1945 secara jelas disebutkan bahwa negara menjamin warga
negaranya tanpa membedakan ras, agama, gender, golongan, budaya, dan suku.d. Bidang
Sosial-Budaya
Persamaan kedudukan di bidang sosial-budaya di antaranya :
memperoleh pelayanan kesehatan
kebebasan mengembangkan diri
memperoleh pendidikan yang bermutu
memelihara tatanan sosial.
3. Contoh Perilaku yang Menampilkan Persamaan Kedudukan Warga Negara
Menghargai dan menghormati kedudukan individu dengan tidak menonjolkan perbedaan
yang Menjaga tali persaudaraan dalam suatu lingkungan
Negara menjamin persamaan kedudukan warga Negara, sehingga setiap warga negara
memiliki hak dan kewajiban yang sama
Tidak memicu konflik yang disebabkan karena terlalu mengagung-agungkan atau
membangga-banggakan agama/ras/golongan pribadi
Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa
Tidak mengambil hak-hak milik orang lainPersamaan Kedudukan Warga Negara Tanpa
Membeda-bedakan Ras, Agama, Gender, Golongan, Budaya dan Suku

E.Berikut upaya-upaya menghargai persamaan kedudukan warga negara :

a) Setiap kebijakan pemerintah hendaknya bertumpu pada persamaan dan


menghargaipluralitas
b) Pemerintah harus terbuka dan membuka ruang kepada masyarakat berperaserta dalam
pembangunan nasional tanpa membeda-bedakan sara, gender, budaya
c) Produk hukum atau peraturan perundang-undangan harus menjamin persamaan warga
Negara
d) Partisipasi masyarakat dalam politik harus memperhatikan kesetaraan sara dan gender

F.Penerapan prinsip persamaan kedudukan warga negara antara lain :

a) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
oranglain
b) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai harkat dan martabatnya
sebagaimakhlukTuhanYang Maha Esa
c) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia
tanpamembeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin kedudukan
social,warna kulit dsb
d) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain
e) Sebagai warga Negara dan masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
hak dan kewajiban yang sama
f) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
g) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang
lain.

http://agnestria491.blogspot.co.id/2013/01/makalah-warga-negara-dan-kewarganegaraan.html

Selasa,Tanggal: 27 September 2016


KONSEP DASAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN KONSEP DASAR
WARGA NEGARA INDONESIA(WNI)

2.A.Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

“Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang


pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan kewajiban
warganegara serta proses demokrasi.”

Pendidikan demokrasi menyangkut: Sosialisasi; Diseminasi dan aktualisasi konsep; Sistem;


Nilai; Budaya; dan Praktek demokrasi melalui pendidikan.

Pendidikan HAM mengandung pengertian,


“sebagai aktivitas mentransformasikan nilai-nilai HAM agar tumbuh kesadaran akan
penghormatan, perlindungan dan penjaminan HAM sebagai sesuatu yang kodrati dan dimiliki
setiap manusia”.

Zamroni:
“Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk
mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis.”

Merphin Panjaitan:
“Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik
generasi muda menjadi warganegara yang demokratis dan partisipatif melalui suatu
pendidikan yang dialogial.”

Soedijarto:
“Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu
peserta didik untuk menjadi warganegara yang secara politik dewasa dan ikut serta
membangun sistem politik yang demokratis.”

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang pemerintahan, kionstitusi, lembaga demokratis, HAM, dan masih
banyak lagi. Yang mempunyai tujuan untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia menjadi
rakyat yang dapat bersikap demokratis (dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat).

B.Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan

Pada hakekatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu
negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya. Agar dapat
membentuk kepribadian masyarakat yang cinta tanah air dan bangga terhadap negaranya.
Selaku warga masyarakat,warga bangsa dan negara,secara berguna dan bermakna serta
mampu mengantisipasi hari depan mereka yang selalu berunah dan selalu terkait dengan
konteks dinamika budaya,bangsa,negara dan hubungan international,maka pendidikan tinggi
tidak dapat mengabaikan realita kehidupan yang mengglobal yang digambarkan sebagai
perubahan kehidupan yang penuh dengan paradoksal dan ketidak keterdugaan.

1. Perjalanan panjang sejarah Bangsa Indonesia sejak era sebelum dan selama
penjajahan ,dilanjutkan era merebut dan mempertahankan kemerdekaan sampai
dengan mengisi kemerdekaan,menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda
sesuai dengan zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda diharap bangsa
Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nulai kejuangan bangsa yang dilandasi
jiwa,tekad dan semangat kebangsaan. Semangat perjuangan bangsa yang tidak
mengenal menyerah harus dimiliki oleh setiap warga negara Republik Indonesia.
2. Semangat perjuangan bangsa mengalami pasang surut sesuai dinamika perjalanan
kehidupan yang disebabkan antara lain pengaruh globalisasi yang ditandai dengan
pesatnya perkembangan IPTEK, khususnya dibidang informasi, Komunikasi dan
Transportasi, sehingga dunia menjadi transparan yang seolah-olah menjadi kampung
sedunia tanpa mengenal batas negara. Kondisi yang demikian menciptakan struktur
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia serta mempengaruhi
pola pikir, sikap dan tindakan masyarakat Indonesia.
3. Semangat perjuangan bangsa indonesia dalam mengisi kemerdekaan dan menghadapi
globalisasi. Warga negara Indonesia perlu memiliki wawasan dan kesadaran
bernegara,sikap dan perilaku, cinta tanah air serta mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa dalam rangka bela negara demi utuh dan tegaknya NKRI.

C.Landasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan

1. UUD 1945
2. Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat (cita-cita, tujuan dan aspirasi
Bangsa Indonesia tentang kemerdekaanya).
3. Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan Warganegara di dalam hukum dan pemerintahan.
4. Pasal 27 (3), hak dan kewajiban Warganegara dalam upaya bela negara.
5. Pasal 30 (1), hak dan kewajiban Warganegara dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
6. Pasal 31 (1), hak Warganegara mendapatkan pendidikan.
7. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
8. Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-
Rambu Pelaksanaan Kelompok Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi.

D.Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

1. Agar para mahasiswa memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya
secara santun, jujur dan demokratis serta ikhlas.
2. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan, patriotisme,
cinta tanah air dan rela berkorban bagi bangsa dan negara.
3. Menguasai pengetahuan dan memahami aneka ragam masalah dasar kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara yang akan diatasi dengan pemikiran berdasarkan
Pancasila, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional secara kritis dan betanggung
jawab.
4. Secara umum. Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian
Pendidikan Nasional, yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki kemampuan
pengetahuann dan keterampilan, kesehatan jasmani, dan rohani, kepribadian mantap
dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Serta
mewujudkan Kepribadian masyarakat yang demokratis”.
5. Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama,
perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung
kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
perseorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran pendapat ataupun
kepentingan diatasi melalui musyawarah mufakat, serta perilaku yang mendukung
upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.

E.Kompetensi Dasar Pendidikan Kewarganegaraan

1. Menjadi warga negara yang memiliki wawasan berbangsa dan bernegara.


2. Menjadi warga negara yang komit terhadap nilai-nilai Hak Asasi manusia dan
demokrasi, berpikir kritis terhadap permasalahannya.
3. Berpartisipasi dalam:
4. Upaya menghentikan budaya kekerasan dengan damai dan menghormati supremasi
hukum.
5. Menyelesaikan konflik dalam masyarakat dilandasi sistem nilai Pancasila dan
universal.
6. Berkontribusi terhadap berbagai persoalan dalampublic policy.
7. Memiliki pengertian internasional tentangcivil society dan menjadi warga negara
yang kosmopolit

https://nabillafaras.wordpress.com/2015/03/15/konsep-dasar-pendidikan-kewarganegaraan/

Selasa,27 September 2016


KONSEP DASAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN KONSEP DASAR
WARGA NEGARA INDONESIA(WNI)

3.C. Pengertian Kewarganegaraan

Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu (secara


khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.
Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara. Seorang warga negara
berhak memiliki paspor dari negara yang dianggotainya.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (citizenship). Di dalam
pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga kota atauwarga
kabupaten, karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah,
kewargaan ini menjadi penting, karena masing-masing satuan politik akan memberikan hak
(biasanya sosial) yang berbeda-beda bagi warganya.
Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan (nationality). Yang membedakan
adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memiliki
kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh, secara hukum merupakan subyek
suatu negara dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki hak berpartisipasi dalam politik).
Juga dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu
negara.
Di bawah teori kontrak sosial, status kewarganegaraan memiliki implikasi hak dan
kewajiban. Dalam filosofi “kewarganegaraan aktif”, seorang warga negara disyaratkan untuk
menyumbangkan kemampuannya bagi perbaikan komunitas melalui partisipasi ekonomi,
layanan publik, kerja sukarela, dan berbagai kegiatan serupa untuk memperbaiki penghidupan
masyarakatnya. Dari dasar pemikiran ini muncul mata pelajaran Kewarganegaraan (Civics)
yang diberikan di sekolah-sekolah.

B. Syarat Menjadi Warga Indonesia

Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai warga
negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk,
berdasarkan Kabupaten atau Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada
orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK)
apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor
diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas yang bersangkutan
dalam tata hukum internasional.
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga Negara
Indonesia (WNI) adalah :
1. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI.
2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara
asing (WNA), atau sebaliknya
4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak
memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut
5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI
6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah
WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun
atau belum kawin
8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah megara Republik Indonesia selama ayah
dan ibunya tidak diketahui
10. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya
11. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang
karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan
kepada anak yang bersangkutan
12. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia.

C.Kedudukan Warga Negara Di Negara Indonesia

Dapat dikatakan bahwa proses kewarganegaraan itu dapat diperoleh melalui tiga cara, yaitu
1. kewarganegaraan karena kelahiran atau ‘citizenship by birth’,
2. kewarganegaraan melalui pewarganegaraan atau ‘citizenship by naturalization’, dan
3. kewarganegaraan melalui registrasi biasa atau ‘citizenship by registration’.
Ketiga cara ini seyogyanya dapat sama-sama dipertimbangkan dalam rangka pengaturan
mengenai kewarganegaraan ini dalam sistem hukum Indonesia, sehingga kita tidak
membatasi pengertian mengenai cara memperoleh status kewarganegaraan itu hanya dengan
cara pertama dan kedua saja sebagaimana lazim dipahami selama ini.
Kasus-kasus kewarganegaraan di Indonesia juga banyak yang tidak sepenuhnya dapat
diselesaikan melalui cara pertama dan kedua saja. Sebagai contoh, banyak warganegara
Indonesia yang karena sesuatu, bermukim di Belanda, di Republik Rakyat Cina, ataupun di
Australia dan negara-negara lainnya dalam waktu yang lama sampai melahirkan keturunan,
tetapi tetap mempertahankan status kewarganegaraan Republik Indonesia.
D. Persamaan Kedudukan Warga Negara

 Landasan yang Menjamin Persamaan Kedudukan Warga Negara

a. Makna Persamaan
Saling menghargai dan menghormati orang lain tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras
dan antargolongan (SARA)
b. Jaminan Persamaan Hidup (Pendekatan Kultural)
Beberapa nilai cultural bangsa Indonesia yang dapat dilestarikan :
1. Nilai Religius
2. Nilai Gotong Royong
3. Nilai Ramah Tamah
4. Nilai Cinta Tanah Air
c. Jaminan Persamaan Hidup dalam Konstitusi Negara Jaminan persamaan hidup
warga Negara di dalam konstitusi negara adalah :
1. Pembukaan UUD 1945 alinea 1
2. Sila-sila Pancasila
3. UUD 1945 dan peraturan peundangan lainnya

 Berbagai Aspek Persamaan Kedudukan Sikap Warga Negara


a. Bidang Politik
Kewajiban bela negara terhadap keberadaan dan kelangsungan NKRI
Pengembangan sistem politik nasional yang demokratis, termasuk penyelenggaraan pemilu
yang berkualitas.
Meningkatkan partai politik yang mandiri dengan pendidikan kaderisasi yang intensif dan
komprehensif.
Memperketat dan menetapkan prinsip persamaan dan antidiskriminasi dalam kehidupan
masyarakat bangsa dan negara.
b. Bidang Ekonomi
1. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan dalam lapangan kerja atau perbaikan
taraf hidup ekonomi dan menikmati hasil-hasilnya secara adil sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan darma baktinya yang diberikankepada masyrakat, bangsa, dan negara
2. Persamaan kedudukan di bidang ekonomi untuk menciptakan sistem ekonomi kerakyatan
yang berkeadilan dan bersaing sehat, efisien, produktif, berday saing, serta mengembangkan
kehidupan yang layak anggota masyarakat.
c. Bidang Hukum
– Dalam pasal 27 UUD 1945 secara jelas disebutkan bahwa negara menjamin warga
negaranya tanpa membedakan ras, agama, gender, golongan, budaya, dan suku.
d. Bidang Sosial-Budaya
• Persamaan kedudukan di bidang sosial-budaya di antaranya :
– memperoleh pelayanan kesehatan
– kebebasan mengembangkan diri
– memperoleh pendidikan yang bermutu
– memelihara tatanan sosial.
2.5 Masalah Kewarganegaraan
Masalah kewarganegaraan disini meliputi :

 Apatride

Apatride adalah adanya seorang penduduk yang sama sekali tidak mempunyai
kewarganegaraan.
Contohnya : Anda warga negara A (ius soli) lahir di negara B (ius sanguinus) maka Anda
tidaklah menjadi warga negara A dan juga Anda tidak dapat menjadi warga negara B.
Dengan demikian Anda tidak mempunyai warga negara sama sekali.

 Bipatride

Bipatride adalah seorang penduduk yang mempunyai dua kewarganegaraan sekaligus


(kewarganegaraan rangkap).
Contohnya : Anda keturunan bangsa B (ius sanguinus) lahir di bangsa B maka Anda
dianggap sebagai warga negara B akan tetapi negara A juga menganggap warga negaranya
karena berdasarkan tempat lahir Anda
Untuk memahami masalah kewarganegaraan baik apatride maupun bipatride, maka perlu
juga dikaji tentang dua asas kewarganegaraan yaitu asas ius soli dan ius sanguinus. Mengapa
demikian? Karena negara yang menerapkan ius soli maupun ius sanguinus akan
menimbulkan apatride dan bipatri

http://makalahtugasmu.blogspot.co.id/2015/09/pendidikan-kewarganegaraan.html.

Selasa,27 September 2016


BAB II

KONSEP DASAR IDENTITAS NASIONAL DAN MASYARAKAT

1.A.PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL

Identitas nasional berasal dari kata "national identity" yang dapat di artikan
sebagai "kepribadian internasional" atau "jatidiri nasional". Identitasnasional adalah jatidiri
yang dimiliki oleh suatu bangsa. Identitas bangsa indonesia akan berbeda dengan identitas
bangsa Australia, bangsa Amerika dan bangsa lainnya. Identitas nasional itu terbentuk karena
bangsa indonesia mempunyai pengalaman bersama, sejarah yang yang sama, dan penderitaan
yang sama dan juga terbentuk melalui adanyta saling kerjasama antara kelompok yang satu
denga kelompok yang lain. Meskipun memiliki banyak perbedaan, namun keingina kuat
diantara mereka untuk saling merekatkan kelompoknya dengan kelompok lain dapat juga
membentuk identitas.
B. UNSUR-UNSUR IDENTITAS NASIONAL
Identitas nasional memiliki empat unsur yaitu:
a. Suku Bangsa
Suku Bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang sudah ada sejak lahir, yang sama
coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin.
b. Agama
Bangsa indonesia dikenal sebagai bangsa yang agamis. Agama yang berkembang di
Indonesia antara lain Islam, Kristen, Katholik, Budha, Kong hu cu, Agama kong hu cu pada masa
orde baru tidak diakui sebagai agama resmi indonesia namun sejak pemerintahanpresiden
Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi dihapuskan.
c. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang berisikan
perangkat- perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh
pendukung- pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yan dihadapi dan
digunakan sebagai pedoman untuk bertindak dalam bentuk kekuatan dan benda-benda
kebudayaan.
d.Bahasa
Bahasa merupakan unsur komunikasi yang dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia
dan digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.
C. PENTINGNYA IDENTITAS NASIONAL
Kita tahu bahwa identitas nasional atau jatidiri nasional itu adalah jatidiri yang dimiliki
warga negara dan suku bangsa dari suatu negara. Identitas nasional atau jatidiri nasional itu ada
dalam interaksi, maka dapatlah kita katakan bahwa jatidiri itu diperlukan dalam interaksi. Karena
didalam setiap interaksi para pelaku interaksi mengambil suatu posisi dan berdasarkan posisi
tersebut para pelaku menjalankan peranan-peranannya sesuai dengan corak interaksi yang
berlangsung. Maka dalam berinteraksi orang berpedoman pada kebudayaannya. Jika kebudayaan
kita katakan bagian dari identitas nasional, maka kebudayaan itu juga dapat dijadikan pedoman
bagi manusia untuk berbuat dan bertingkah laku. Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang
melekat pada suatu hal sehingga menunjukkan suatu keunikan serta membedakannya dengan hal-
hal lain. Nasional berasal dari kata “nation” yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan
komunitas sosio-kultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi
bersama.Jadi, Identitas Nasional adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Identitas Nasional Indonesia meliputi
segenap yang dimiliki bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain seperti
kondisi geografis, sumber kekayaan alam Indonesia, demografi atau kependudukan Indonesia,
ideologi dan agama, politik negara, ekonomi, dan pertahanan keamanan. Identitas nasional
merupakan konsep suatu bangsa mengenai dirinya sendiri. Indonesia merupakan negara yang
memiliki beraneka ragam kebudayaan yang terdiri dari berbagai macam suku dari sabang sampai
merauke dan pastinya memiliki keanekaragaman identitas nasional. Basis dari identitas nasional
diantaranya socially (yaitu identitas yang mengarah kepada peran sosial dalam masyarakat
berdasarkan proses sosialisasi dari individu yang berbeda),culturally (yaitu identitas yang
mengarah kepada atribut kebudayaan) , politically (identitas yang mengarah kepada sumber
politik dari peran sosial dalam masyarakat, contohnya sebagai pemilih dalam pemilu, atapun
sebagai warga negara).Menurut pendapat saya, identitas nasional dan jati diri suatu bangsa harus
dijaga agar bangsa tersebut tidak mudah dihancurkan oleh bangsa lain dan menjadi bangsa yang
kuat. Kita mungkin terkadang bingung mengenai apa itu identitas nasional bangsa indonesia,
oleh karena itu topik identitas nasional yang kita pelajari dalam pelajaran citizenship ini dapat
membantu kita memahami arti dari identitas nasional dan bagaimana kita bertindak sesuai
dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Topik identitas nasional dapat
menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi diantara warga negara indonesia jika setiap warga
negara menyadari dan mengimplementasikan nilai-nilai identitas nasional yang telah ada. Namun
dalam pengamatan saya, identitas nasional di negara ini mulai memudar. Kurangnya rasa
nasionalisme dan rasa “satu indonesia” membuat identitas nasional negara ini menjadi kacau atau
disebut krisis identitas nasional. Salah satu definisi nasionalisme yaitu menurut Arif Budiman
nasionalisme adalah persatuan secara kelompok dari suatu bangsa yang mempunyai sejarah yang
sama, bahasa yang sama dan pengalaman yang sama. Sejarah mengenai nasionalisme di
indonesia dimulai dari berdirinya organisasi Budi Utomo pada tahun 1908 yang menjadi tonggak
berdirinya organisasi-organisasi pemuda pada saat itu. Saat ini dapat kita lihat bahwa indonesia
telah mengalami krisis identitas nasional. Banyak penduduk indonesia telah melupakan unsur
unsur kebudayan yang merupakan basis dari identitas nasional suatu bangsa. Contohnya yaitu
budaya barat yang masuk ke indonesia melalui globalisasi telah banyak mengubah pola hidup
generasi muda saat ini, salah satunya yaitu melupakan kultur budaya bangsa indonesia sendiri.
Saat ini bangsa Indonesia telah mengalami penurunan dalam hal identitas nasional, pandangan
saya sendiri. Karena globalisasi yang ada masuk dalam budaya Indonesia sendiri. Budaya-budaya
kita mulai luntur, tergeser oleh budaya-budaya barat yang modern serba prkatis dan bisa
menggiurkan masyarakat-masyarakat Indonesia itu sendiri.

http://bitalyfiz.blogspot.co.id/2011/12/identitas-nasional.html

Selasa,27 September 2016


KONSEP DASAR IDENTITAS NASIONAL DAN MASYARAKAT MADAN

2.konsep dasar identitas nasional = identitas kebangsaan. Identitas berasal dari bahasa
Inggris “identity,” yang berarti ciri, tanda, atau jatidiri, yang melekat pada seseorang,
kelompok, atau sesuatu, yang membedakannya dengan yang lain.
1.Nasional merujuk pada konsep kebangsaan.
Jadi, identitas nasional adalah ciri, tanda, atau jatidiri bangsa yang berbeda dengan bangsa-
bangsa lain. Identitas nasional lebih merujuk pada identitas bangsa dalam pengertian politik
(political unity). Identitas nasional Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa
lain salah satu di antaranya adalah adanya ideologi Pancasila sebagai dasar filsafat,
pandangan hidup, kepribadian, dan dasar negara.

Pengertian identitas nasional yang dikemukakan oleh Koento Wibisono (2005) adalah
”manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu
bangsa (nation) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri khas tadi suatu bangsa berbeda
dengan bangsa lain dalam kehidupannya.”

Adapun indikator yang dijadikan sebagai salah satu parameter budaya untuk mencari
identitas nasional antara lain :
1. Pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas masyarakat sehari-hari. Hal ini menyangkut
adat-istiadat, tata kelakuan dan kebiasaan.
2. Lambang-lambang yang merupakan ciri dari bangsa dan secara simbolis menggambarkan
tujuan dan fungsi bangsa. Hal ini biasanya dinyatakan dalam bentuk peraturan perundang-
undangan, seperti Garuda Pancasila, bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan.
3. Alat-alat kelengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan seperti bangunan,
teknologi, dan peralatan lain. Contohnya bangunan tempat ibadah, pakaian adat, teknologi
bercocok tanam, dan teknologi lain seperti pesawat terbang, kapal laut, alat komunikasi, dll.
4. Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa yang sifatnya dinamis dan tidak tetap seperti
budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu (pertanian, olah raga, dll.).

B. FAKTOR PEMBENTUK IDENTITAS

Menurut Ramlan Surbakti (1999), proses pembentukan bangsa-negara memerlukan identitas-


identitas untuk menyatukan. Faktor-faktor yang menjadi identitas bersama suatu bangsa
meliputi primordial, sakral, tokoh, sejarah, bhinneka tunggal ika, perkembangan ekonomi,
dan kelembagaan.

1. Primordial :
Faktor ini meliputi ikatan kekerabatan (darah dan keluarga), kesamaan sukubangsa, daerah
asal (homeland), bahasa, dan adat-istiadat. Dengan faktor ini masyarakat dapat membentuk
bangsa-negara. Contoh : Bangsa Yahudi membentuk negara Israel.

2. Sakral :
Faktor ini dapat berupa agama atau ideologi yang dianut/diakui oleh masyarakat
bersangkutan. Contoh : Agama Katholik mampu membentuk beberapa negara di Amerika
Latin, Uni Soviet diikat oleh kesamaan ideologi komunisme, dll.

3. Tokoh :
Kepemimpinan para tokoh yang disegani dan dihormati masyarakat (kharismatik), dapat
menjadi faktor yang menyatukan bangsa-negara. Contoh : Mahatma Ghandi di India, Yoseph
Broz Tito di Yugoslavia, Nelson Mandela di Afrika Selatan, dan Dr.Ir. Sukarno (Bung
Karno) di Indonesia.

4. Sejarah :
Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu yang menderita akibat penjajahan
menimbulkan perasaan senasib sepenanggungan dan solidaritas warga masyarakat, sehingga
melahirkan tekad dan tujuan untuk membentuk negara. Contoh : Indonesia.

5. Bhinneka Tunggal Ika :


Kesediaan warga masyarakat untuk bersatu dalam perbedaan (unity in diversity) tanpa
menghilangkan keterikatannya pada suku bangsa, adat-istiadat, ras, dan agama, dapat
membentuk organisasi besar berupa negara. Contoh : Republik Indonesia.

6. Perkembangan Ekonomi :
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan dan profesi
sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan variasi kebutuhan
masyarakat, semakin saling bergantung di antara jenis pekerjaan, dan akan semakin besar
solidaritas dan persatuan dalam masyarakat.
Contoh : Negara-negara di Amerika utara dan Eropa barat.

7. Kelembagaan :
Kerja dan perilaku lembaga pemerintahan dan politik yang baik, yang mempertemukan dan
melayani warga tanpa membeda-bedakan asal-usul, suku, agama, ras, dll. dapat
mempersatukan orang-orang sebagai suatu bangsa.

Berdasarkan parameter sosiologi, faktor-faktor pembentuk identitas nasional menurut Srijanti


(2009:35) adalah :
1. Suku bangsa, yaitu golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif (ada sejak lahir)
yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Indonesia dikenal sebagai
bangsa yang terdiri dari banyak suku bangsa (lk. 300) dan setiap suku bangsa mempunyai
adat-istiadat, tata kelakuan, dan norma yang berbeda-beda, akan tetapi trintegrasi dalam suatu
negara Indonesia.
2. Kebudayaan, yang menurut ilmu sosiologi termasuk di dalamnya adalah ilmu pengetahuan,
teknologi, bahasa, kesenian, mata pencarian, peralatan/perkakas, kesenian, sistem
kepercayaan, adat-istiadat, dll. Kebudayaan sebagai parameter identitas nasional harus yang
merupakan milik bersama (bukan individu/pribadi).
3. Bahasa, yang merupakan kesitimewaan manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya.
Bahasa memiliki simbol yang menjadikan suatu perkataan mampu melambangkan arti apa
pun.
4. Kondisi geografis, yang menunjukkan lokasi negara dalam kerangka ruang, tempat, dan
waktu, sehingga menjadi jelas batas-batas wilayahnya di muka bumi.

C. IDENTITAS KESUKUBANGSAAN

Identitas kesukubangsaan (Cultural Unity) merujuk pada bangsa dalam pengertian


kebudayaan atau sosiologis-antroplogis, yang disatukan oleh adanya kesamaan ras, suku,
agama, adat-istiadat, keturunan (darah), dan daerah asal (homeland). Identitas yang dimiliki
oleh sebuah cultural unity bersifat askriptif (sudah ada sejak lahir), alamiah (bawaan), primer,
dan etnik. Setiap anggota memiliki kesetiaan/loyalitas pada identitasnya (pada suku, agama,
budaya, kerabat, daerah asal, dan bahasa).
Identitas ini disebut juga identitas primordial yang pada umumnya sangat kuat karena
memiliki ikatan emosional dan solidaritas erat.

D. IDENTITAS KEBANGSAAN DAN IDENTITAS NASIONAL INDONESIA

Identitas kebangsaan (political unity) merujuk pada bangsa dalam pengertian politik, yaitu
bangsa-negara. Bisa saja dalam negara hanya ada satu bangsa (homogen), tetapi umumnya
terdiri dari banyak bangsa (heterogen). Karena itu negara perlu menciptakan identitas
kebangsaan atau identitas nasional, yang merupakan kesepakatan dari banyak bangsa di
dalamnya. Identitas nasional dapat berasal dari identitas satu bangsa yang kemudian
disepakati oleh bangsa-bangsa lainnya yang ada dalam negara itu, atau juga dari identitas
beberapa bangsa yang ada kemudian disepakati untuk dijadikan identitas bersama sebagai
identitas bangsa-negara.

Kesediaan dan kesetiaan warga bangsa/negara untuk mendukung identitas nasional perlu
ditanamkan, dipupuk, dan dikembangkan terus-menerus. Mengapa? Karena warga lebih dulu
memiliki identitas kelompoknya, sehingga jangan sampai melunturkan identitas nasional. Di
sini perlu ditekankan bahwa kesetiaan pada identitas nasional akan mempersatukan warga
bangsa itu sebagai ”satu bangsa” dalam negara. Bentuk identitas kebangsaan bisa berupa
adat-istiadat, bahasa nasional, lambang nasional, bendera nasional, termasuk juga ideologi
nasional.

Proses pembentukan identitas nasional di Indonesia cukup panjang, dimulai dengan


kesadaran adanya perasaan senasib sepenanggungan ”bangsa Indonesia” akibat kekejaman
penjajah Belanda, kemudian memunculkan komitmen bangsa (tekad, dan kemudian menjadi
kesepakatan bersama) untuk berjuang dengan upaya yang lebih teratur melalui organisasi-
organisasi perjuangan (pergerakan) kemerdekaan mengusir penjajah sampai akhirnya
Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dan membentuk negara. Beberapa bentuk
identitas nasional Indonesia sebagai wujud konkrit dari hasil perjuangan bangsa dimaksud
adalah :
1. Dasar falsafah dan ideologi negara, yaitu Pancasila.
2. Bahasa nasional atau bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.
3. Lagu kebangsaan, yaitu Indonesia Raya.
4. Lambang negara, yaitu Garuda Pancasila.
5. Semboyan negara, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
6. Bendera negara, yaitu Sang Merah Putih.
7. Hukum dasar negara (konstitusi), yaitu UUD 1945.
8. Bentuk negara, yaitu NKRI dan bentuk pemerintahannya Republik.
9. Konsepsi wawasan nusantara, yaitu sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri
dan lingkungannya yang serba beragam dan memiliki nilai strategis dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa, kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara, untuk mencapai tujuan nasional.


10. Beragam kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional.

https://kewarganegaraanblog.wordpress.com/2013/10/26/identitas-nasional-indonesia

/Selasa,27 September 2016


KONSEP DASAR IDENTITAS NASIONAL DAN MASYARAKAT MADANI

3.C.Pengertian Identitas Nasional


Identitas nasional berasal dari kata "national identity" yang dapat di artikan
sebagai "kepribadian internasional" atau"jatidiri nasional".
Identitasnasional adalah jatidiri yang dimiliki oleh suatu bangsa.
Kata “nasional” merujuk pada konsep kebangsaan.
Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identiti yang memiliki pengerian harfiah ciri-ciri,
tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya
dengan yang lain. Jadi, pegertian Identitas Nasional adalah pandangan hidup bangsa,
kepribadian bangsa, filsafat pancasila dan juga sebagai Ideologi Negara sehingga mempunyai
kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk disini
adalah tatanan hukum yang berlaku di Indonesia, dalam arti lain juga sebagai Dasar Negara
yang merupakan norma peraturan yang harus dijnjung tinggi
oleh semua warga Negara tanpa kecuali “rule of law”, yang mengatur mengenai hak dan
kewajiban warga Negara, demokrasi serta hak asasi manusia yang berkembang semakin
dinamis di Indonesia. atau juga Istilah Identitas Nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.

B.Unsur-Unsur Identitas Nasional


Identitas nasional memiliki empat unsur yaitu : 1. Suku bangsa: adalah golongan sosial yang
khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur
dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis
dengan tidak kurang 300 dialeg bangsa.
2.Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yang
tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha
dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa orde baru tidak diakui sebagai agama
resmi negara. Namun sejak pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi
negara dihapuskan.
3.Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya
adalah perangkat- perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan
oleh pendukung- pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk bertindak (dalam bentuk
kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
4.Bahasa: merupakan unsure pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahasa dipahami
sebagai system perlambang yang secara arbiter dientuk atas unsure-unsur ucapan manusia
dan yang digunakan sebgai sarana berinteraksi antar manusia.

C. Identitas Nasional Indonesia

1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia


2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
3.Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
4.Lambang Negara yaitu Pancasila
5.Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
6.Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
7.Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
8.Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
9.Konsepsi Wawasan Nusantara
10.Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional.

D.Pengertian Pancasila sebagai identitas Nasional

Sebagai identitas nasional, Pancasila sebagai kepribadian bangsa harus mampu


mendorong bangsa Indonesia secara keseluruhan agar tetap berjalan dalam koridornya yang
bukan berarti menentang arus globalisasi, akan tetapi lebih cermat dan bijak dalam menjalani
dan menghadapi tantangan dan peluang yang tercipta. Bila menghubungkan kebudayaan
sebagai karakteristik bangsa dengan Pancasila sebagai kepribadian bangsa, tentunya kedua
hal ini merupakan suatu kesatuan layaknya keseluruhan sila dalam Pancasila yang mampu
menggambarkan karakteristik yang membedakan Indonesia dengan negara lain.Naskah
Pancasila .
Pancasila : 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab 3.
Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Identitas
Nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah ada padanan sebelumnya.
Perlu dirumuskan oleh suku-suku tersebut. Istilah Identitas Nasional secara terminologis
adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa
tersebut dengan bangsa lain. Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat
terutama karena pengaruh kekuasaan internasional. Menurut Berger dalam The Capitalist
Revolution, eraglobalisasi dewasa ini, ideology kapitalisme yang akan menguasai dunia.
Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu persatu dan menjadi sistem internasional yang
menentukan nasib ekonomi sebagian besar bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak langsung
juga nasib, social, politik dan kebudayaan. Perubahan global ini menurut Fakuyama
membawa perubahan suatu ideologi, yaitu dari ideologi partikular kearah ideology universal
dan dalam kondisi seperti ini kapitalismelah yang akan menguasainya. Dalam kondisi seperti
ini, negara nasional akan dikuasai oleh negara transnasional yang lazimnya didasari oleh
negara-negara dengan prinsip kapitalisme. Konsekuensinya,negara-negara kebangsaan lambat
laun akan semakin terdesak. Namun demikian, dalam menghadapi proses perubahan tersebut
sangat tergantung kepada kemampuan bangsa itu sendiri. Menurut Toyenbee, cirri khas suatu
bangsa yang merupakan local genius dalam menghadapi pengaruh budaya asing akan
menghadapi Challence dan response. Jika Challence cukup besar sementara response kecil
maka bangsa tersebut akan punah dan hal ini sebagaimana terjadi pada bangsa Aborigin di
Australia dan bangsa Indian di Amerika. Namun demikian jika Challance kecil sementara
response besar maka bangsa tersebut tidak akan berkembang menjadi bangsa yang kreatif.
Oleh karena itu agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus
tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa
Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi. Sebagaimana terjadi di
berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan penuh tantangan
yangcenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali kesadaran
nasional.

identitashttps://kewarganegaraanblog.wordpress.com/tag/identitas-nasional-2/
Selasa,27 September 2016
BAB 3
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

1.a. Pengertian Hak & Kewajiban


Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak lahir
bahkan sebelum lahir. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang
sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu
(karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas
sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat. Hak pada umumnya didapat
dengan cara diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas kewajiban .

Contoh Hak Warga Negara Indonesia :

 Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum.


 Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
 Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam
pemerintahan.
 Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan
kepercayaan masing-masing yang dipercayai.
 Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
 Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau
NKRI dari serangan musuh.
 Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku.

Kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu keharusan/kewajiban untuk
dilaksanakan oleh individu sebagai anggota warga negara guna mendapatkan hak yang pantas
untuk didapat. Kewajiban bisa kita artikan sebagai Liabilitas (bahasa Inggris: liability) adalah
Hutang yang harus dilunasi atau pelayanan yang harus dilakukan pada masa datang pada
pihak lain. Liabilitas adalah kebalikan dari aset dalam hal ini “Hak” yang merupakan sesuatu
yang dimiliki. Kewajiban pada umumnya mengarah pada suatu keharusan/kewajiban bagi
individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga negara guna mendapat pengakuan
akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan kewajiban tersebut .

Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia :

 Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara Indonesia dari serangan musuh.
 Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda).
 Setiap warga negara wajib menaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan
pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
 Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang
berlaku di wilayah negara Indonesia.
 Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa
agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik

Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa hak
warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan maupun tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang. Pasal
ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokrasi. Yang berarti seluruh Rakyat –
termasuk pejabat negara harus menjunjung bangsa Indonesia ini kepada kehidupan yang lebih
baik dan maju. Yaitu dengan menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan seimbang.

Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus
menyatu, maksudnya dikala hak-hak kita sebagai warga negara telah didapatkan, maka kita
juga harus menunaikan kewajiban kita kepada negara seperti: membela negara, ikut andil
dalam mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang positif yang bisa memajukan bangsa ini.

b. Pengertian Warga Negara


Warga negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintahannegara
tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2002), Warga negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan,
tempat kelahiran, dan sebagainya, yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai
seorang warga dari negara itu.

Pengertian tentang Warga negara jika diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 26
menyatakan “Warga negara adalah bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan
undang-undang sebagai warga negara”.

Beberapa Terdapat pada Pasal 1 UU No. 22/1958, dan dinyatakan juga dalam UU No.
12/2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, menekankan pada peraturan yang
menyatakan bahwa warga negara Republik Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan
perundang-undangan atau perjanjian-perjanjian dan atau peraturan yang berlaku sejak
proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga negara Republik Indonesia.

1. Asas Kewarganegaraan
Setiap Negara berdaulat berwenang menentukan siapa-siapa yang menjadiwarga negara.
Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal denganadanya asas
kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas kewarganegaraanberdasarkan perkawinan.

Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara.Ketentuan


tersebut tercantum dalam pasal 26 UUD 1945 sebagai berikut :

 Yang menjadi warga negara ialah orang-orang Indonesia asli dan orang-orangbangsa
lain yang disahkan undang-undang sebagai warga Negara.
 Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal
diIndonesia.
 Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.

Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan kepada sisi kelahiran dikenaldua asas yaitu
asas ius soli dan ius sanguinis . Ius artinya hukum atau dalil. Soli berasaldari kata solum yang
artinya negeri atau tanah. Sanguinis berasal dari kata sanguisyang artinya darah.

a. Asas Kelahiran (Ius Soli)


Asas kelahiran adalah penentuan status kewarganegaraan berdasarkan tempat atau daerah
kelahiran seseorang. Pada awalnya asas kewarganegaraan hanyalah ius soli saja, sebagai
suatu anggapan bahwa seseorang lahir di suatu wilayah negara, maka otomatis dan logis ia
menjadi warga negara tersebut, akan tetapi dengan tingginya mobilitas manusia maka
diperlukan asas lain yang tidak hanya berpatokan pada kelahiran sebagai realitas bahwa orang
tua yang memiliki status kewarganegaraan yang berbeda akan menjadi bermasalah jika
kemudian orang tua tersebut melahirkan di tempat salah satu orang tuanya (misalnya di
tempat ibunya). Jika asas ius soli ini tetap dipertahankan maka si anak tidak berhak untuk
mendapatkan status kewarganegaraan bapaknya. Atas dasar itulah maka muncul asas ius
sanguinis.

b. Asas Keturunan (Ius Sanguinis)


Asas keturunan adalah pedoman kewarganegaraan berdasarkan pertalian darah atau
keturunan. Jika suatu negara menganut asas ius sanguinis, maka seseorang yang lahir dari
orang tua yang memiliki kewarganegaraan suatu negara seperti Indonesia maka anak tersebut
berhak mendapat status kewarganegaraan orang tuanya, yaitu warga negara Indonesia.

c. Asas Perkawinan
Asas mencakup atas asas kesatuan hukum dan asas persamaanderajat

 Asas Persamaan Hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatuikatan
yang tidak terpecahkan sebagai inti dari masyarakat. Dalam
menyelenggarakankehidupan bersama, suami istri perlu mencerminkan suatu kesatuan
yang bulattermasuk dalam masalah kewarganegaraan. Berdasarkan asas ini
diusahakan statuskewarganegaraan suami dan istri adalah sama dan satu.
 Asas Persamaan Derajat berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan
perubahan status kewarganegaraan suami atau istri. Keduanya memiliki hak
yangsama untuk menentukan sendiri kewarganegaraan. Jadi mereka dapat
berbedakewarganegaraan seperti halnya ketika belum berkeluarga.

d. Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi)


Dalam naturalisasi ada yang bersifat aktif, yaitu seseorang yang dapat menggunakan hak opsi
untuk memilih atau mengajukan kehendak untuk menjadi warga negara dari suatu negara.
Sedangkan naturalisasi pasif, seseorang yang tidak mau diwarganegarakan oleh suatu negara
atau tidak mau diberi status warga negara suatu negara, maka yang bersangkutan
menggunakan hak repudiasi yaitu hak untuk menolak pemberian kewarganegaraan tersebut.

2. Hak & Kewajiban Warga Negara Indonesia


Hak dan kewajiban merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, untuk mencapai
keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan caramengetahui posisi diri kita sendiri.
Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dankewajibannya. Seorang pejabat atau
pemerintah pun harus tahu akan hak dankewajibannya.

Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jikahak dan
kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan amansejahtera. Hak
dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang. Apabilamasyarakat tidak
bergerak untuk merubahnya. Oleh karena itu, kita sebagaiwarga negara yang berdemokrasi
harus mampu menegakkan hukum dan berusaha untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa
melaksanakan kewajiban kitasebagai rakyat Indonesia.

a. Hak Warga Negara Indonesia


 Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
 Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup
serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
 Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah (pasal 28B ayat 1).
 Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,tumbuh,
dan Berkembang”.
 Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan
berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28Cayat
1).
 Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
 Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
 Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,
hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak.
 Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntutatas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapatdikurangi
dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).

b. Kewajiban Warga Negara Indonesia

 Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi:
“segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahandan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
pengecualiannya”.
 Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD
1945menyatakan: “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”.
 Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan:
“Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain”
 Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J
ayat 2 menyatakan: “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orangwajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang denganmaksud
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan oranglain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,nilai-nilai
agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis”.
 Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1)UUD
1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalamusaha
pertahanan dan keamanan negara”.

3. Sikap & Karakter Warga Negara


Setiap penduduk yang menjadi warga negara Indonesia, diharapkan memilikikarakteristik
yang mampu mencerminkan identitas yang mudah dikenali sebagai warganegara.

Sejumlah sifat dan karakter warga negara Indonesia adalah sebagai berikut:

Memiliki Rasa Hormat dan Tanggung Jawab


Sifat ini adalah sikap dan perilaku sopan santun, ramahtamah, dan melaksanakan semua tugas
dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bersikap Kritis
Sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarkan data dan fakta yang sah serta
argumentasi yang akurat.

Melakukan Diskusi dan Dialog


Sifat ini adalah sikap dan perilaku dalam menyelesaikan masalah hendaknya dilakukan
dengan pola diskusi dan dialog untuk mencari kesamaan pemikiran terhadap penyelesaian
masalah yang dihadapi.

Bersikap Terbuka
Sifat ini adalah sikap dan perilaku yang transparan serta terbuka, sejauh masalah tersebut
tidak bersifat rahasia.

Rasional
Sifat ini adalah pola sikap dan perilaku yang berdasarkan rasio atau akal pikiran yang sehat.

Adil
Sifat ini adalah sikap dan perilaku menghormati persamaan derajat dan martabat
kemanusiaan.

4. Hak & Kewajiban Mahasiswa Sebagai Warga Negara Indonesia


Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah
universitas atau perguruan tinggi. Mahasiswa termasuk dalam kalangan pemuda yang
menjadi harapan bangsa. Sebagai agent of change mahasiswa berperan besar membawa
perubahan dalam diri bangsa Indonesia, untuk itu diperlukan generasi mahasiswa yang
bertanggung jawab serta memiliki kesadaran dan bisa mengimplementasikan hak dan
kewajiban sebagai warga negara Indonesia.

Sebagai bagian dari Negara Indonesia mahasiswa merupakan insan yang memiliki berbagai
dimensi yaitu sebagai bagian dari civitas academica yang mempunyai hak dan kewajiban
yang sama dengan warga negara Indonesia lainnya. Hak dan kewajiban yang harus
ditanamkan dalam diri mahasiswa antara lain :

 Kebebasan akademik menuntut dan mengkaji ilmu sesuai norma dan susila yang
berlaku dalam lingkungan akademik.
 Memperoleh pengajaran dan layanan di bidang akademik sesuai dengan minat, bakat,
dan kemampuan.
 Menyelesaikan studi lebih awal.
 Memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan program studi serta hasil
belajarnya.
 Memanfaatkan sumber daya melalui perwakilan organisasi mahasiswa yang ada di
kampus.
 Mematuhi peraturan yang berlaku.

http://ariplie.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-hak-dan-kewajiban-warga.html

Selasa,28 September 2016


HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

2.B.Pengertian Bangsa dan Negara serta Hak dan Kewajiban Warga Negara

Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang dianggap memiliki identitas bersama, dan
mempunyai kesamaan bahasa, agama, ideologi, budaya, dan sejarah yang menjadi pembeda
antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain serta tumbuh dan hidup bersama dengan
seiringnya tumbuh kembangnya bnagsa. Mereka umumnya dianggap memiliki asal usul
keturunan yang sama.

Negara adalah suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang
sama-sama mendiami satu wilayah tertentu dan mengetahui adanya satu pemerintahan yang
mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia
tersebut. Yang memiliki kewajiban untuk mematuhi seluruh peraturan di negasra tersebut
tetapi juga memiliki hak masing-masing sebagai warga Negara.

B.Hak dan Kewajiban Warga Negara

Hak => adalah suatu kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh masyarakat. sifatnya tidak wajib.

Kewajiban=> suatu perintah yang harus dipenuhi masyarakat, sebagai bentuk perwujudan
sebagai warga negara yang peduli terhadap negaranya.

Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi
pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki
hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya
banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya.
Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak
daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat
akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini,
maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada
akan terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan. Untuk mencapai keseimbangan antara
hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang
warga negara harus tahu hak dan kewajibannya.

Hak Warga Negara Indonesia :

– Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak
ataspekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).– Hak
untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya”.(pasal 28A).

– Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(pasal 28B ayat 1).

– Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang”
– Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan
kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia (pasal 28C ayat 1)

– Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.(pasal 28C ayat 2).

– Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).

– Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,hak untuk
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum
yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun.(pasal 28I ayat1).

C.Kewajiban Warga Negara Indonesia :

– Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

– Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara”.

– Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :Setiap
orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain

– Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat
2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis.”

– Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD
1945.menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.”

D.Latar belakang Bangsa dan Negara dan Hak dan kewajiban Warga Negara

Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri,


manusia senantiasa membutuhkan orang lain. Pada akhirnya manusia hidup secara
berkelompok-kelompok. Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan membentuk suatu
organisasi yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan hidup yang besar.
Dimulai dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan terbesar. Pada mulanya manusia
hidup dalam kelompok keluarga. Selanjutnya mereka membentuk kelompok lebih besar lagi
sperti suku, masyarakat dan bangsa. Kemudian manusia hidup bernegara. Mereka
membentuk negara sebagai persekutuan hidupnya. Negara merupakan suatu organisasi yang
dibentuk oleh kelompok manusia yang memiliki cita-cita bersatu, hidup dalam daerah
tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang sama. Negara dan bangsa memiliki pengertian
yang berbeda. Apabila negara adalah organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia
maka bangsa lebih menunjuk pada persekutuan hidup manusia itu sendiri. Di dunia ini masih
ada bangsa yang belum bernegara. Demikian pula orang-orang yang telah bernegara yang
pada mulanya berasal dari banyak bangsa dapat menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa.
Baik bangsa maupun negara memiliki ciri khas yang membedakan bangsa atau negara
tersebut dengan bangsa atau negara lain di dunia. Ciri khas sebuah bangsa merupakan
identitas dari bangsa yang bersangkutan. Ciri khas yang dimiliki negara juga merupakan
identitas dari negara yang bersangkutan. Identitas-identitas yang disepakati dan diterima oleh
bangsa menjadi identitas nasional bangsa.
Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hakikat identitas asional kita sebagai bangsa
di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya
tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam
Pembukaan beserta UUD kita, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik, moral,
tradisi, bahasa, mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam
pergaulan, baik dalam tataran nasional maupun internasional. Perlu dikemukaikan bahwa
nilai-nilai budaya yang tercermin sebagai Identitas Nasional tadi bukanlah barang jadi yang
sudah selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka-
cenderung terus menerus bersemi sejalan dengan hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh
masyarakat pendukungnya. Konsekuensi dan implikasinyaadalahidentitas nasional juga
sesuatu yang terbuka, dinamis, dan dialektis untuk ditafsir dengan diberi makna baru agar
tetap relevan dan funsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat. Dapat
juga dikatakan bahwa warga Negara bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dengan hak yang
diperoleh sebagai warga Negara serta kewajiban yang harus dipenuhi.

E.Landasan Hukum

1. Pancasila
2. UUD 1945

F.Tujuan Bangsa dan Negara serta Hak dan Kewajiban warga negara

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;


2. Memajukan kesejahteraan umum;
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa;
4. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan social.
5. Membentuk kepribadian masyarakat yang sadar akan kewajiban-kewajiban yang
harus dipenuhi.
6. Dan berusaha untuk memdapat haknya sebagai warga Negara yang peduli terhadap
negaranya
7. Dapat mematuhi seluruh perintah yang dibuat oleh pemerintahan di Negara tersebut.
8. sesuai dengan landasan hukum yang berlaku, masyarakat dapat memuntut apabila
haknya sebagai warga Negara mengalami penimpangan.

https://nabillafaras.wordpress.com/2015/03/15/konsep-dasar-bangsa-dan-negara-serta-hak-
dan-kewajiban-warga-negara/
Selasa,27 September 2016
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

3.C.Pengertian hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang mestinya
kita terima atau bisa dikatakan sebagai hal yang selalu kita lakukan dan orang lain tidak boleh
merampasnya entah secara paksa atau tidak.Dalam hal kewarganegaraan, hak ini berarti
warga negara berhak mendapatkan penghidupan yang layak, jaminan keamanan,
perlindungan hukum dan lain sebagainya.

B.Pengertian kewajiban adalah suatu hal yang wajib kita lakukan demi mendapatkan hak
atau wewenang kita. Bisa jadi kewajiban merupakan hal yang harus kita lakukan karena
sudah mendapatkan hak. Tergantung situasinya. Sebagai warga negara kita wajib
melaksanakan peran sebagai warga negara sesuai kemampuan masing-masing supaya
mendapatkan hak kita sebagai warga negara yang baik.

Perlu temen-temen ketahui bahwa hak dan kewajiban ini merupakan hal yang tidak bisa
dipisahkan, namun dalam pemenuhannya harus seimbang. Kalau gak seimbang bisa terjadi
pertentangan dan bisa saja menempuh jalur hukum.

Selanjutnya ada beberapa contoh hak dan kewajiban warga negara dan pasal-pasalnya.

Hak dan Kewajiban Sebagai Warga Negara

Contoh hak warga negara :

1. Berhak mendapat perlindungan hukum (pasal 27 ayat (1))


2. Berhak mendapakan pekerjaan dan penghidupan yang layak. (pasal 27 ayat 2).
3. Berhak mendapatkan kedudukan yang sama di mata hukum dan dalam pemerintahan.
(pasal 28D ayat (1))
4. Bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama yang dipercayai. (pasal 29
ayat (2))
5. Berhak memperleh pendidikan dan pengajaran.
6. Memiliki hak yang sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat secara lisan dantulisan sesuai undang-undang yang berlaku.
(pasal 28)

Contoh kewajiban warga negara :

1. Wajib berperan serta dalam membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia


dari serangan musuh. (asal 30 ayat (1) UUD 1945)
2. Wajib membayar pajak dan retribusi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. (UUD 1945)
3. Wajib menaati dan menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan tanpa
terkecuali serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
4. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. (pasal 28J ayat 1)
5. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. (pasal 28J
ayat 2)
6. Tiap negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk memajukan bangsa ke arah
yang lebih baik. (pasal 28)
Dalam Undang-Undangan Dasar 1945 ada pasal yang mencantumkan mengenai hak dan
kewajiban, seperti :

 Pasal 26,

ayat (1) - yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Dan pada
ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 27, ayat (1) - segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2),
taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal 28 - kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan,
dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 30, ayat (1) - hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan
negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.
Wujud Hubungan Warga Negara dan Negara
Supaya dapat terwujudnya hubungan antara warga negara dengan negara yang baik maka
diperlukan beberapa peran. Peranan ini adalah tugas yang dilakukan sesuai kemampuan yang
dimiliki tiap individu.
Dalam UUD 1945 pasal 27 - 34 disebutkan banyak hal mengenai hak warga negara indonesia
seperti :

1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.


2. Hak membela negara
3. Hak berpendapat
4. Hak kemerdekaan memeluk agama
5. Hak mendapatkan pengajaran
6. Hak utuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia
7. Hak ekonomi untuk mendapat kan kesejahteraan sosial
8. Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial

Sedangkan kewajiban warga negara Indonesia terhadap negara Indonesia adalah :

 Kewajiban mentaati hukum dan pemerintahan


 Kewajiban membela negara
 Kewajiban dalam upaya pertahanan negara

Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya merupakan hak dan
kewajiban warga negara terhadap negara. Beberapa ketentuan tersebut, anatara lain sebagai
berikut :

1. Hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintah


2. Hak negara untuk dibela
3. Hak negara untuk menguasai bumi, air , dan kekayaan untuk kepentingan rakyat
4. Kewajiban negara untuk menajamin sistem hukum yang adil
5. Kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara
6. Kewajiban negara mengembangkan sistem pendidikan nasional untuk rakyat
7. Kewajiban negara meberi jaminan sosial
8. Kewajiban negara memberi kebebasan beribadah

Sebenarnya masih ada banyak sekali contoh dan wujud hubungan negara dengan warga
negara yang tercantum dalam UUD 1945, temen-temen bisa baca tuh buku undang-
undangnya.
Contoh Kasus
Menaati Hukum Lalu Lintas
Judul kasus diatas bener-bener kontroversial, kita bisa bertanya kepada diri sendiri apakah
kita sudah menaati peraturan lalu lintas yang ada? Kebanyakan pelajar memakai sepeda
motor demi memudahkan perjalanan hidup (cie) mereka ke sekolah. Memang terasa
kemudahannya, namun kita telaah lagi. Apakah kita sudah punya SIM?
Membayar Pajak
Coba perhatikan apakah orang-orang sekitar kita sudah membayar pajak yang sudah ada
ketentuannya dalam UUD. Setiap orang yang tertanggung harus dan wajib membayar pajak
sesuai ketentuannya. Kalau gak bayar pajak, apa kata dunia?
Perlindungan Hukum
Sebagai salah satu warga negara Indonesia kita diberi hak akan jaminan perlindungan hukum,
mungkin beberapa dari kita sudah merasakan hak tersebut dengan baik. Namun ada juga yang
belum. Seperti penanganan beberapa kasus kriminal yang tidak cepat tanggap.

http://www.eduspensa.com/2016/01/hak-dan-kewajiban-warga-negara.html

Selasa,27 September 2016


BAB 4

PENGERTIAN GEOPOLITIK

1.A.Pengertian Geopolitik Pengertian geopolitik indonesia dan wawasan nusantara–


Geopolitik berasal dari bahasa Yunani (bumi) dan (politik). Geopolitik termasuk prasyarat,
analisis praktek, penggunaan dan perkiraan kekuasaan politik ke daerah. Secara khusus,
geopolitik adalah metode analisis kebijakan luar negeri yang berusaha untuk
memahami, memprediksi dan menjelaskan perilaku politik internasional dalam variabel
geografis. Variabel geografis umumnya mengarah ke: negara atau lokasi geografis negara
yang bersangkutan, ukuran negara yang terlibat, iklim di daerah di mana negara ini, sumber
daya alam, perkembangan teknologi, topografi dan demografi.

B.Geopolitik Indonesia

“Geopolitik” kata ini berasal dari politik geo. Politik dan geo berarti bumi. Politik berarti
kesatuan masyarakat. Geopolitik bisa juga di sebut dengan wawasan nusantara.

Geopolitik secara tradisional menunjukkan hubungan antara kekuatan politik dan ruang
geografis. Konkretnya, geopolitik sering dilihat sebagai prasyarat untuk belajar pemikiran
strategis berdasarkan kepentingan relatif dari darat dan laut kekuatan dalam sejarah dunia.
Tradisi geopolitik konsisten meneliti korelasi kekuatan geopolitik dalam politik dunia,
identifikasi wilayah inti internasional, dan hubungan antara darat dan laut kemampuan.

Link : http://www.gurupendidikan.com/pengertian-geopolitik-indonesia-dan-wawasan-
nusantara-secara-lengkap/

Rabu,28 September 2016


Geopolitik

2.B. Pengertian Geopolitik


Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang berarti bumi yang
menjadi wilayah hidup. Sedangkan politik dari kata polis yang berarti kesatuan masyarakat
yang berdiri sendiri atau negara, dan teia yang berarti urusan (politik) bermakna kepentingan
umum warga negara suatu bangsa (Sunarso, 2006: 195). Sebagai acuan bersama, geopolitik
dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan
masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa. Menurut Preston E.
James, geografi mempersoalkan tata ruang, yaitu sistem dalam hal menempati suatu ruang di
permukaan Bumi. Dengan demikian geografi bersangkut-paut dengan interrelasi antara
manusia dengan lingkungan tempat hidupnya. Sedangkan politik, selalu berhubungan dengan
kekuasaan atau pemerintahan. Frederich Ratzel mengenalkan istilah ilmu bumi politik
(political geography), Rudolf Kjellen menyebut geographical politic dan disingkat geopolitik.
Dari beberapa pengertian diatas, pengertian geopolitik dapat lebih disederhanakan lagi.
Geopolitik adalah suatu studi yang mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah dan ilmu
sosial, dengan merujuk kepada politik internasional. Geopolitik mengkaji makna strategis dan
politis suatu wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah
tersebut. Geopolitik mempunyai 4 unsur yang pembangun, yaitu keadaan geografis, politik
dan strategi, hubungan timbal balik antara geografi dan politik, serta unsur kebijaksanaan.
B.Unsur utama Geopolitik
• Konsepsi ruang diperkenalkan Karl Haushofer menyimpulkan bahwa ruang merupakan
wadah dinamika politik dan militer, teori ini disebut pula teori kombinasi ruang dan
kekuatan.
• Konsepsi frontier (batas imajiner dari dua negara).
• Konsepsi politik kekuatan yag terkait dengan kepentingan nasional.
• Konsepsi keamanan negars dan bangsa sama dengan konsep ketahanan nasional.

C.Geopolitik Indonesia
Geopolitik Indonesia tiada lain adalah Wawasan Nusantara ;
• Wawasan Nusantara tidak mengandung unsur-unsur ekspansionisme maupun kekerasan
• Cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya
yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang
merdeka, berdaulat dan bermartabat serta menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaannya
dalam mencapai tujuan nasional.
• Wawasan nusantara juga sering dimaknai sebagai cara pandang, cara memahami, cara
menghayati, cara bertindak, berfikir dan bertingkah laku bagi bangsa Indonesia sebagai hasil
interaksi proses psikologis, sosiokultural dengan aspek-aspek ASTAGATRA (aspek
alamiah/tri-gatra ; letak geografis negara, kekayaan alam, keadaan dan kemampuan penduduk
serta aspek sosial/panca gatra ; ideologi, politik, ekonomi).
http://www.scribd.com/doc/38166184/Pengertian-Geopolitik
Rabu,28 September 2016
GEOPOLITIK

Geopolitik Indonesia

3.C.Pengertian Geopolitik

Geopolitik berasal dari dua kata, yaitu “geo” dan “politik“. Maka, Membicarakan pengertian
geopolitik, tidak terlepas dari pembahasan mengenai masalah geografi dan politik. “Geo”
artinya Bumi/Planet Bumi. Menurut Preston E. James, geografi mempersoalkan tata ruang,
yaitu sistem dalam hal menempati suatu ruang di permukaan Bumi. Dengan demikian
geografi bersangkut-paut dengan interrelasi antara manusia dengan lingkungan tempat
hidupnya. Sedangkan politik, selalu berhubungan dengan kekuasaan atau pemerintahan.

Dalam studi Hubungan Internasional, geopolitik merupakan suatu kajian yang melihat
masalah/hubungan internasional dari sudut pandang ruang atau geosentrik. Konteks teritorial
di mana hubungan itu terjadi bervariasi dalam fungsi wilayah dalam interaksi, lingkup
wilayah, dan hirarki aktor: dari nasional, internasional, sampai benua-kawasan, juga provinsi
atau lokal.

Dari beberapa pengertian di atas, pengertian geopolitik dapat lebih disederhanakan lagi.
Geopolitik adalah suatu studi yang mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah dan ilmu
sosial, dengan merujuk kepada percaturan politik internasional. Geopolitik mengkaji makna
strategis dan politis suatu wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya
alam wilayah tersebut. Geopolitik mempunyai 4 unsur pembangun, yaitu keadaan geografis,
politik dan strategi, hubungan timbal balik antara geografi dan politik, serta unsur
kebijaksanaan.

Negara tidak akan pernah mencapai persamaan yang sempurna dalam segala hal. Keadaan
suatu negara akan selalu sejalan dengan kondisi dari kawasan geografis yang mereka tempati.
Hal yang paling utama dalam mempengaruhi keadaan suatu negara adalah kawasan yang
berada di sekitar negara itu sendiri, atau dengan kata lain, negara-negara yang berada di
sekitar (negara tetangga) memiliki pengaruh yang besar terhadap penyelenggaraan suatu
negara.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa terdapat dua golongan negara, yaitu golongan
negara “determinis” dan golongan negara “posibilitis”. Determinis berarti semua hal yang
bersifat politis secara mutlak tergantung dari keadaan Bumi/posisi geografisnya. Negara
determinis adalah negara yang berada di antara dua negara raksasa/adikuasa, sehingga, secara
langsung maupun tidak langsung, terpengaruh oleh kebijakan politik luar negeri dua negara
raksasa itu.

Sebenarnya, faktor keberadaan dua negara raksasa, bukanlah satu-satunya faktor yang
mempengaruhi keadaan suatu negara yang berada diantaranya. Faktor lain seperti faktor
ideologi, politik, sosial, budaya dan militer, juga merupakan faktor yang mempengaruhi.
Hanya saja, karena besarnya kekuasaan dua negara besar tersebut, maka keberadaannya
menjadi faktor yang begitu dominan dalam mempengaruhi keadaan negara yang
bersangkutan.
Golongan negara yang kedua adalah golongan negara posibilitis. Golongan ini merupakan
kebalikan dari golongan determinis. Negara ini tidak mendapatkan dampak yang terlalu besar
dari keberadaan negara raksasa, karena letak geografisnya tidaklah berdekatan dengan negara
raksasa. Sehingga, faktor yang cukup dominan dalam mempengaruhi keadaan negara ini
adalah faktor-faktor seperti ideologi, politik, sosial, budaya dan militer, seperti yang telah
disebutkan sebelumnya. Tentunya, keberadaan negara-negara lain di sekitar kawasan tersebut
juga turut menjadi faktor yang berpengaruh, hanya saja tidak terlalu dominan.

Geopolitik, dibutuhkan oleh setiap negara di dunia, untuk memperkuat posisinya terhadap
negara lain, untuk memperoleh kedudukan yang penting di antara masyarakat bangsa-bangsa,
atau secara lebih tegas lagi, untuk menempatkan diri pada posisi yang sejajar di antara
negara-negara raksasa.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keadaan geografi suatu negara sangat
mempengaruhi berbagai aspek dalam penyelenggaraan negara yang bersangkutan, seperti
pengambilan keputusan, kebijakan politik luar negeri, hubungan perdagangan dll. Maka dari
itu, muncullah organisasi-organisasi internasional yang berdasarkan pada keberadaannya
dalam suatu kawasan, seperti ASEAN, Masyarakat Ekonomi Eropa, The Shanghai Six dll.
Komunitas-komunitas internasional ini berperan dalam hal kerjasama kawasan, penyelesaian
masalah bersama, usaha penciptaan perdamaian dunia, dll.

Hal ini berkaitan langsung dengan peranan-peranan geopolitik. Adapun peranan-peranan


tersebut adalah:

1. Berusaha menghubungkan kekuasaan negara dengan potensi alam yang tersedia;


2. Menghubungkan kebijaksanaan suatu pemerintahan dengan situasi dan kondisi alam;
3. Menentukan bentuk dan corak politik luar dan dalam negeri;
4. Menggariskan pokok-pokok haluan negara, misalnya pembangunan;
5. Berusaha untuk meningkatkan posisi dan kedudukan suatu negara berdasarkan teori
negara sebagai organisme, dan teori-teori geopolitik lainnya;
6. Membenarkan tindakan-tindakan ekspansi yang dijalankan oleh suatu negara.

1.2. Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia

Cara pandang suatu bangsa memandang tanah air dan beserta lingkungannya menghasilkan
wawasan nasional. Wawasan nasional itu selanjutnya menjadi pandangan atau visi bangsa
dalam menuju tuannya. Namun tidak semua bangsa memiliki wawasan nasional Inggris
adalah salah satu contoh bangsa yang memiliki wawasan nasional yang berbunyi” Britain
rules the waves”. Ini berarti tanah inggris bukan hanya sebatas pulaunya, tetapi juga lautnya.
Adapun bangsa Indonesia memiliki wawasan nasional yaitu wawasan nusantara.

Apakah wawasan Nusantara itu? Secara konsepsional wawasan nusantara (Wasantara)


merupakan wawasan nasionalnya bangsa Indonesia. Perumusan wawasan nasional bangsa
Indonesia yang selanjtnya disebut Wawasan Nusantara itu merupakan salah satu konsepsi
politik dalam ketatanegaraan Republik Indonesia.

Sebagai Wawasan nasional dari bangsa Indonesia naka wilayah Indonesia yang terdiri dari
daratan, laut dan udara diatasnya dipandang sebagai ruang hidup (lebensraum) yang satu atau
utuh. Wawasan nusantara sebagai wawasan nasionalnya bangsa Indonesia dibangunatas
pandangan geopolitik bangsa. Pandangan bangsa Indonesia didasarkan kepada konstelasi
lingkungan tempat tinggalnya yang menghasilakan konsepsi wawasan Nusantara. Jadi
wawasan nusantara merupakan penerapan dari teori geopolitik bangsa Indonesia.

Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan Nusantara. Wawasan berasal dari kata
wawas (bahasa Jawa) yang berarti pandangan, tinjauan atau penglihatan indrawi. Selanjutnya
muncul kata mawas yang berarti memandang, meninjau atau melihat. Wawasan artinya
pandangan, tujuan, penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang, cara
melihat.

Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau kesatuan kepulauan.
Antara artinya menunjukkan letak anatara dua unsur. Nusantara artinya kesatuan kepulauan
yang terletak antara dua benua, yaitu benua Asia dan Australia dan dua samudera, yaitu
Samudera Hindia dan Pasifik. Berdasarkan pengertian modern, kata “Nusantara” digunakan
sebagai pengganti nama Indonesia.

Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya
sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam. Atau cara pandang
dan sikap bangsa Indonesia menganai diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayahh dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kedudukan wawasan nusantara adalah sebagai visi bangsa. Visi adalah keadaan atau rumusan
umum mngenai keadaan yang dinginkan. Wawasan nasional merupakan visi bangsa yang
bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa Indonesia sesuaidengan konsep
wawasan Nusantara adalah menjadi bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh
pula.

Aspek Historis

Dari segi sejarah, bahwa bangsa Indonesia menginginkan menjadi bangsa yang bersatu
dengan wilayah yang utuh adalah karena dua hal yaitu :

1. Kita pernah mengalami kehidupan sebagai bangsa yang terjajah dan terpecah,
kehidupan sebagai bangsa yang terjajah adalah penederitaaan, kesengsaraan,
kemiskinan dan kebodohan. Penjajah juga menciptakan perpecahan dalam diri bangsa
Indonesia. Politik Devide et impera. Dengan adanya politik ini orang-orang Indonesia
justru melawan bangsanya sendiri. Dalam setiap perjuangan melawan penjajah selalu
ada pahlawan, tetapi juga ada pengkhianat bangsa.
2. Kita pernah memiliki wilayah yang terpisah-pisah, secara historis wilayah Indonesia
adalah wialayah bekas jajahan Belanda . Wilayah Hindia Belanda ini masih
terpisah0pisah berdasarkan ketentuan Ordonansi 1939 dimana laut territorial Hindia
Belanda adalah sejauh 3 (tiga) mil. Dengan adanya ordonansi tersebut , laut atau
perairan yang ada diluar 3 mil tersebut merupakan lautan bebas dan berlaku sebagai
perairan internasional. Sebagai bangsa yang terpecah-pecah dan terjajah, hal ini jelas
merupakan kerugian besar bagi bangsa Indonesia.Keadaan tersebut tidak mendudkung
kita dalam mewujudkan bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat.Untuk bisa
keluar dari keadaan tersebut kita membutuhkan semangat kebangsaan yang
melahirkan visi bangsa yang bersatu. Upaya untuk mewujudkan wilayah Indonesia
sebagai wilayah yang utuh tidak lagi terpisah baru terjadi 12 tahun kemudian setelah
Indonesia merdeka yaitu ketika Perdana Menteri Djuanda mengeluarkan pernyataan
yang selanjutnya disebut sebagai Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957. Isi
pokok dari deklarasi tersebut menyatakan bahwa laut territorial Indonesia tidak lagi
sejauh 3 mili melainkan selebar 12 mil dan secara resmi menggantikam Ordonansi
1939. Dekrasi Djuanda juga dikukuhkan dalam UU No.4/Prp Tahun 1960 tenatang
perairan Indonesia yang berisi :

1. Perairan Indonesia adalah laut wilayah Indonesia beserta perairan pedalaman


Indonesia
2. Laut wilayah Indonesia adalah jalur laut 12 mil laut
3. Perairan pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada sisi dalam
dari garis dasar.

Keluarnya Deklarasi Djuanda melahirkan konsepsi wawasan Nusantara dimana laut tidak lagi
sebagai pemisah, tetapi sebagai penghubung.UU mengenai perairan Indonesia diperbaharui
dengan UU No.6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia

Deklarasi Djuanda juga diperjuangkan dalam forum internasional. Melalui perjuangan


panjanag akhirnya Konferensi PBB tanggal 30 April menerima “ The United Nation
Convention On The Law Of the Sea”(UNCLOS) . Berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982
tersebut Indonesia diakui sebagai negara dengan asas Negara Kepulauan (Archipelago State).

Aspek Geografis dan Sosial Budaya

Dari segi geografis dan Sosial Budaya, Indonesia meruapakan negara bangsa dengan
wialayah dan posisi yang unik serta bangsa yang heterogen. Keunikan wilayah dan dan
heterogenitas menjadikan bangsa Indonesia perlu memilikui visi menjadi bangsa yang satu
dan utuh .

Keunikan wilayah dan heterogenitas itu anatara lain sebagai berikut :

1. Indonesia bercirikam negara kepulauan atau maritim


2. Indonesia terletak anata dua benua dan dua sameudera(posisi silang)
3. Indonesia terletak pada garis khatulistiwa
4. Indonesia berada pada iklim tropis dengan dua musim
5. Indonesia menjadi pertemuan dua jalur pegunungan yaitu sirkumpasifik dan
Mediterania
6. Wilayah subur dan dapat dihuni
7. Kaya akan flora dan fauna dan sumberdaya alam
8. Memiliki etnik yang banyak sehingga memiliki kebudayaan yang beragam
9. Memiliki jumlah penduduk dalam jumlah yang besar, sebanyak 218.868 juta jiwa

Aspek Geopolitis dan Kepentingan Nasional

Prinsip geopolitik bahwa bangsa Indonesia memanndang wikayahnya sebagai ruang


hidupnya namun bangsa Indonesia tidak ada semangat untuk memperluas wilayah sebagai
ruang hidup (lebensraum). Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah bangaimanan
menjadikan bangsa dan wilayah negara Indonesia senantiasa satu dan utuh. Kepentingan
nasional itu merupakan turunan lanjut dari cita-cita nasional, tujuan nasional maupun visi
nasional Nusantara (archipelagic) dipahami sebagai konsep kewilayahan nasional dengan
penekanan bahwa wilayah negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang dihubungkan oleh
laut. Laut yang menghubungkan dan mempersatukan pulau-pulau yang tersebar di seantero
khatulistiwa. Sedangkan Wawasan Nusantara adalah konsep politik bangsa Indonesia yang
memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut)
termasuk dasar laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan,
yang menyatukan bangsa dan negara secara utuh menyeluruh mencakup segenap bidang
kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam.
Wawasan Nusantara sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan manifestasi
pemikiran politik bangsa Indonesia telah ditegaskan dalam GBHN dengan Tap. MPR No.IV
tahun 1973. Penetapan ini merupakan tahapan akhir perkembangan konsepsi negara
kepulauan yang telah diperjuangkan sejak Dekrarasi Juanda tanggal 13 Desember 1957.

Hakekat dan tujuan wawasan nusantara adalah kesatuan dan persatuan dalam kebinekaan
yang mengandung arti :

1. Penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan kondisi posisi, dan potensi
georafi, serta kebinekaan budaya
2. Pedoman pola tindak dan pola pikir kebijakasanaan nasional
3. Hakikat wawasan nusantara : persatuan dan nkesatuan dalam kebinekaan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dirumuskan fungsi-fungsi wawasan nusantara sebagai


berikut :

1. Menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran, paham dan semangat kebangsaan


Indonesia.
2. Menanamkan dan memupukan kecintaan pada tanah air indonesia sehingga rela
berkorban untuk membelanya.
3. Menumbuhkan kesadaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung
jawab warga negara yang bangga pada negara Indonesia.
4. Mengembangkan kehidupan bersama yang multikultural dan plural berdasarkan nilai-
nilai persatuan dan kesatuan.
5. Mengembangkan keberadaan masyarakat madani sebagai pengembangan kekuasaan
pemerintah.

2.3. Indonesia Sebagai Negara Kepulauan

Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa Indonesia merupakan suatu negeri yang amat
unik. Hanya sedikit negara di dunia, yang bila dilihat dari segi geografis, memiliki kesamaan
dengan Indonesia. Negara-negara kepulauan di dunia, seperti Jepang dan Filipina, masih
kalah bila dibandingkan dengan negara kepulauan Indonesia. Indonesia adalah suatu negara,
yang terletak di sebelah tenggara benua Asia, membentang sepanjang 3,5 juta mil, atau
sebanding dengan seperdelapan panjang keliling Bumi, serta memiliki tak kurang dari 13.662
pulau.

Jika dilihat sekilas, hal tersebut merupakan suatu kebanggaan dan kekayaan, yang tidak ada
tandingannya lagi di dunia ini. Tapi bila dipikirkan lebih jauh, hal ini merupakan suatu
kerugian tersendiri bagi bangsa dan negara Indonesia. Indonesia terlihat seperti pecahan-
pecahan yang berserakan. Dan sebagai 13.000 pecahan yang tersebar sepanjang 3,5 juta mil,
Indonesia dapat dikatakan sebagai sebuah negara yang amat sulit untuk dapat dipersatukan.
Maka, untuk mempersatukan Bangsa Indonesia, diperlukan sebuah konsep Geopolitik yang
benar-benar cocok digunakan oleh negara. Sebelum menuju pembahasan tentang konsep
geopolitik Indonesia, kita akan membahas terlebih dahulu tentang kondisi serta keadaan
Indonesia ditinjau dari segi geografisnya.

Ada beberapa jenis kondisi geografis bangsa Indonesia. Yaitu kondisi fisis, serta kondisi
Indonesia ditinjau dari lokasinya.

1. Kondisi Fisis Indonesia:


1. Letak geografis;
2. Posisi Silang;
3. Iklim;
4. Sumber-Sumber Daya Alam;
5. Faktor-Faktor Sosial Politik
2. Lokasi Fisikal Indonesia; Keberadaan pada lokasi ini adalah faktor geopolitik utama
yang mempengaruhi perpolitikan di Indonesia. Berdasarkan kondisi fisikal, negara
Indonesia berada pada dua benua yang dihuni oleh berbagai bangsa yang memiliki
karakteristik masing-masing, yaitu benua Asia dan Australia. Selain itu, Indonesia
pun berada di antara dua samudera yang menjadi jalur perhubungan berbagai bangsa,
yaitu Samudera Pasifik dan Hindia.

Lokasi fisikal Indonesia, menyebabkan negara ini menjadi suatu daerah Bufferzone, atau
daerah penyangga. Hal ini bisa dilihat pada aspek-aspek di bawah ini:

1. Politik; Indonesia berada di antara dua sistem politik yang berbeda, yaitu demokrasi
Australia dan demokrasi Asia Selatan;
2. Ekonomi; Indonesia berada di antara sistem ekonomi liberal Australia dan sistem
ekonomi sentral Asia;
3. Ideologi; Indonesia berada di antara ideologi kapitalisme di Selatan dan komunis di
sebelah utara;
4. Sistem Pertahanan; Indonesia berada di ntara sistem pertahanan maritim di selatan,
dan sistem pertahanan kontinental di utara.

Selain menjadi daerah Bufferzone, Indonesia pun memperoleh beberapa keuntungan


disebabkan kondisinya yang silang tersebut. Antara lain:

1. Berpotensi menjadi jalur perdagangan Internasional;


2. Dapat lebih memainkan peranan politisnya dalam percaturan politik Internasional;
3. Lebih aman dan terlindung dari serangan-serangan negara kontinenta

https://rinastkip.wordpress.com/2012/11/21/makalah-pkn-geopolitik-indonesia/

Rabu,28 September 2016


BAB 5

PENGERTIAN KONSTITUSI

1.A.Konstitusi atau Undang-undang Dasar (bahasa Latin: constitutio) dalam negara adalah
sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara—biasanya
dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang terperinci,
melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi peraturan-peraturan
lainnya. Dalam kasus bentukan negara, konstitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas
politik dan hukum, istilah ini merujuk secara khusus untuk menetapkan konstitusi nasional
sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam bentukan
struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintahan negara pada umumnya, Konstitusi
umumnya merujuk pada penjaminan hak kepada warga masyarakatnya. Istilah konstitusi
dapat diterapkan kepada seluruh hukum yang mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.

Dalam bentukan organisasi konstitusi menjelaskan bentuk, struktur, aktivitas, karakter, dan
aturan dasar organisasi tersebut.

Jenis organisasi yang menggunakan konsep Konstitusi termasuk:

 Organisasi pemerintahan (transnasional, nasional atau regional)


 Organisasi sukarela
 Persatuan dagang
 Partai politik
 Perdagangan beras dan rempah-rempah.

Pengertian konstitusi

Konstitusi pada umumnya bersifat kodifikasi yaitu sebuah dokumen yang berisian aturan-
aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara, namun dalam pengertian ini,
konstitusi harus diartikan dalam artian tidak semuanya berupa dokumen tertulis (formal).
namun menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus diterjemahkan
termasuk kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan
distibusi maupun alokasi [1], Konstitusi bagi organisasi pemerintahan negara yang dimaksud
terdapat beragam bentuk dan kompleksitas strukturnya, terdapat konstitusi politik atau hukum
akan tetapi mengandung pula arti konstitusi ekonomi [2]

Dewasa ini, istilah konstitusi sering di identikkan dengan suatu kodifikasi atas dokumen yang
tertulis dan di Inggris memiliki konstitusi tidak dalam bentuk kodifikasi akan tetapi
berdasarkan pada yurisprudensi dalam ketatanegaraan negara Inggris dan mana pula juga.

Istilah konstitusi berasal dari bahasa inggris yaitu “Constitution” dan berasal dari bahasa
belanda “constitue” dalam bahasa latin (contitutio,constituere) dalam bahasa prancis yaitu
“constiture” dalam bahasa jerman “vertassung” dalam ketatanegaraan RI diartikan sama
dengan Undang – undang dasar. Konstitusi / UUD dapat diartikan peraturan dasar dan yang
memuat ketentuan – ketentuan pokok dan menjadi satu sumber perundang- undangan.
Konstitusi adalah keseluruhan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur secara mengikat cara suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat
negara
 Pengertian konstitusi menurut para ahli

1. K. C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu


negara yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur
/memerintah dalam pemerintahan suatu negara.
2. Herman heller, konstitusi mempunyai arti luas daripada UUD. Konstitusi tidak
hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis.
3. Lasalle, konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan yang terdapat di dalam
masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata di dalam
masyarakat misalnya kepala negara angkatan perang, partai politik, dsb.
4. L.J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun
peraturan tak tertulis.
5. Koernimanto Soetopawiro, istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cisme
yang berarti bersama dengan dan statute yang berarti membuat sesuatu agar
berdiri. Jadi konstitusi berarti menetapkan secara bersama.
6. Carl schmitt membagi konstitusi dalam 4 pengertian yaitu:

 Konstitusi dalam arti absolut mempunyai 4 sub pengertian yaitu;

1. Konstitusi sebagai kesatuan organisasi yang mencakup hukum dan semua


organisasi yang ada di dalam negara.
2. Konstitusi sebagai bentuk negara.
3. Konstitusi sebagai faktor integrasi.
4. Konstitusi sebagai sistem tertutup dari norma hukum yang tertinggi di dalam
negara .

 Konstitusi dalam arti relatif dibagi menjadi 2 pengertian yaitu konstitusi


sebagai tuntutan dari golongan borjuis agar haknya dapat dijamin oleh
penguasa dan konstitusi sebagai sebuah konstitusi dalam arti formil (konstitusi
dapat berupa tertulis) dan konstitusi dalam arti materiil (konstitusi yang dilihat
dari segi isinya).
 konstitusi dalam arti positif adalah sebagai sebuah keputusan politik yang
tertinggi sehingga mampu mengubah tatanan kehidupan kenegaraan.
 konstitusi dalam arti ideal yaitu konstitusi yang memuat adanya jaminan atas
hak asasi serta perlindungannya.

Tujuan

 Tujuan konstitusi yaitu:

1. Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang – wenang maksudnya


tanpa membatasi kekuasaan penguasa, konstitusi tidak akan berjalan dengan baik dan
bisa saja kekuasaan penguasa akan merajalela Dan bisa merugikan rakyat banyak.
2. Melindungi HAM maksudnya setiap penguasa berhak menghormati HAM orang lain
dan hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya.
3. Pedoman penyelenggaraan negara maksudnya tanpa adanya pedoman konstitusi
negara kita tidak akan berdiri dengan kokoh.

Nilai
 Nilai konstitusi yaitu:

1. Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi
mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata
berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni
dan konsekuen.
2. Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetapi tidak
sempurna. Ketidaksempurnaan itu disebabkan pasal – pasal tertentu tidak berlaku /
tidsak seluruh pasal – pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi seluruh
wilayah negara.
3. Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan
penguasa saja. Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi
sebagai alat untuk melaksanakan kekuasaan politik.

Jenis

 Macam – macam konstitusi

1. Menurut CF. Strong konstitusi terdiri dari:

 Konstitusi tertulis (documentary constitution / written constitution) adalah


aturan – aturan pokok dasar negara , bangunan negara dan tata negara,
demikian juga aturan dasar lainnya yang mengatur perikehidupan suatu bangsa
di dalam persekutuan hukum negara.
 Konstitusi tidak tertulis / konvensi (non-documentary constitution) adalah
berupa kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul.

 Adapun syarat – syarat konvensi adalah:

1. Diakui dan dipergunakan berulang – ulang dalam praktik penyelenggaraan negara.


2. Tidak bertentangan dengan UUD 1945.
3. Memperhatikan pelaksanaan UUD 1945.

Secara teoritis konstitusi dibedakan menjadi:

 Konstitusi politik adalah berisi tentang norma- norma dalam penyelenggaraan negara,
hubungan rakyat dengan pemerintah, hubungan antar lembaga negara.
 Konstitusi sosial adalah konstitusi yang mengandung cita – cita sosial bangsa,
rumusan filosofis negara, sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem politik yang ingin
dikembangkan bangsa itu.

Berdasarkan sifat dari konstitusi yaitu:

1. Fleksibel / luwes apabila konstitusi / undang undang dasar memungkinkan untuk


berubah sesuai dengan perkembangan.
2. Rigid / kaku apabila konstitusi / undang undang dasar jika sulit untuk diubah.

Unsur konstitusi

Unsur/substansi sebuah konstitusi yaitu


Menurut Sri Sumantri konstitusi berisi 3 hal pokok yaitu

 Jaminan terhadap Ham dan warga negara.


 Susunan ketatanegaraan yang bersifat fundamental.
 Pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan.

Menurut Miriam Budiarjo, konstitusi memuat tentang

 Organisasi negara.
 HAM.
 Prosedur penyelesaian masalah pelanggaran hukum.
 Cara perubahan konstitusi.

Menurut Koerniatmanto Soetopawiro, konstitusi berisi tentang

 Pernyataan ideologis.
 Pembagian kekuasaan negara.
 Jaminan HAM (Hak Asasi Manusia).
 Perubahan konstitusi.
 Larangan perubahan konstitusi.

Parameter

 Parameter terbentuknya pasal-pasal UU yaitu:

1. Agar suatu bentuk pemerintahan dapat dijalankan secara demokrasi dengan


memperhatikan kepentingan rakyat.
2. Melindungi asas demokrasi.
3. Menciptakan kedaulatan tertinggi yang berada ditangan rakyat.
4. Untuk melaksanakan dasar negara.
5. Menentukan suatu hukum yang bersifat adil.

Kedudukan

 Kedudukan konstitusi/UUD yaitu:

1. Dengan adanya UUD baik penguasa dapat mengetahui aturan / ketentuan pokok
mendasar mengenai ketatanegaraan.
2. Sebagai hukum dasar.
3. Sebagai hukum yang tertinggi.

 Perubahan konstitusi/UUD yaitu:

Secara revolusi, pemerintahan baru terbentuk sebagai hasil revolusi ini yang kadang – kadang
membuat sesuatu UUD yang kemudian mendapat persetujuan rakyat. Secara evolusi,
UUD/konstitusi berubah secara berangsur – angsur yang dapat menimbulkan suatu UUD,
secara otomatis UUD yang sama tidak berlaku lagi.
 Keterkaitan antara dasar negara dengan konstitusi yaitu:

Keterkaitan antara dasar negara dengan konstitusi nampak pada gagasan dasar, cita – cita dan
tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan UUD suatu negara. Dasar negara sebagai
pedoaman penyelenggaraan negara secara tertulis termuat dalam konstitusi suatu negara.

 Keterkaitan konstitusi dengan UUD yaitu:

Konstitusi adalah hukum dasar tertulis dan tidak tertulis sedangkan UUD adalah hukum dasar
tertulis. UUD memiliki sifat mengikat oleh karenanya makin elastik sifatnya aturan itui
makin baik, konstitusi menyangkut cara suatu pemerintahan diselenggarakan.

Referensi

1. ^ lihat: Miriam Budiardjo, Miriam B dkk. Dasar-dasar ilmu politik, Gramedia


Pustaka Utama (2003)
2. ^ lihat: makalah Prof. Jimly Asshiddiqie, Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan
Sosial Menurut UUD 1945 serta Mahkamah Konstitusi

Link : https://id.wikipedia.org/wiki/Konstitusi

Rabu,28 September 2016


2.B.Konstitusi segi bahasa
Dari segi bahasa istilah konstitusi berasal dari kata constituer (Prancis) yang berarti
membentuk. Maksudnya yaitu membentuk, menata, dan menyusun suatu negara. Demikian
pula dalam bahasa Inggris kata constitute dapat berarti mengangkat, mendirikan atau
menyusun. Dalam bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan sebutan gronwet yang
berarti undang-undang dasar.

Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan


suatu negara. Sistem itu berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau
memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan
yang berwenang dan ada yang tidak tertulis yang berupa kebiasaan dalam praktik
penyelenggaraan negara. Dengan demikian, pengertian konstitusi sampai dewasa ini dapat
menunjuk pada peraturan ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

2. Nilai Konstitusi di Indonesia


Berbicara konstitusi Indonesia tidak terlepas dari konstitusi tertulisnya yakni,
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. UUD 1945 sebelum amendemen memiliki
kecenderungan bersifat konstitusi yang bernilai semantik. Contohnya UUD 1945 pada zaman
Orde baru dan Orde lama pada waktu itu berlaku secara hukum, tetapi dalam praktiknya
keberlakuan itu semata-mata hanya untuk kepentingan penguasa saja dengan dalih untuk
melaksanakan Undang-Undang dasar 1945. Kenyataan itu dapat kita lihat dalam masa Orde
Lama ikut campur penguasa dalam hal ini eksekutif (Presiden) dalam bidang peradilan, yang
sebenarnya dalam pasal 24 dan 25 Undang-Undang Dasar 1945 harus bebas dan tidak
memihak, hal tersebut dapat terlihat dengan adanya Undang-Undang No. 19 tahun 1965.
Pada masa Orde Baru konstitusi pun menjadi arena pelanggengan kekuasaan hal tersebut
terlihat dengan adanya sifat konstitusi yang “sengaja” dibuat dengan membuat peraturan atau
prosedur perubahan demikian sulit, padahal Undang-Undang Dasar pada saat itu dibentuk
dengan tujuan sebagai Undang-Undang Dasar sementara, mengingat kondisi negara yang
pada waktu itu telah memproklamirkan kemerdekaan maka diperlukanlah suatu Undang-
Undang dasar sebagai dasar hukum tertinggi. Namun dikarenakan konstitusi tersebut masih
dimungkinkan untuk melanggengkan kekuasaan, maka konstitusi tersebut dipertahankan.
Maka timbulah adigium negatif “Konstitusi akan dipertahankan sepanjang dapat
melanggengkan kekuasaan”.
Pasca perubahan Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-4, memberikan nilai
lain pada konstitusi kita. Dalam beberapa pasal konstitusi kita memiliki nilai nominal, namun
untuk beberapa pasal memiliki nilai normatif. Misal pada pasal 28 A-J UUD 1945 tentang
Hak Asasi manusia, namun pada kenyataan masih banyak pelanggaran atas pemenuhan hak
asasi tersebut, katakanlah dalam pasal 28B ayat (2), yang berbunyi “Setiap orang berhak atas
kekeluargaan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi . Walaupun dalam ayat tersebut terdapat hak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi namun kenyataannya masih banyak diskriminasi-diskriminasi
penduduk pribumi keturunan. Terlebih pada era orde baru. Kemudian pasal 29 ayat (2), yang
berbunyi “ Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Perkataan
Negara menjamin kemerdekaan menjadi sia-sia kalau agama yang diakui di Indonesia hanya
5 dan 1 kepercayaan. Hal tersebut menjadi delematis dan tidak konsekuen, bila memang
kenyataan demikian, mengapa tidak dituliskan secara eksplisit dalam ayat tersebut. Hal lain
adalah dalam pasal 31 ayat (2), yang berbunyi “ Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Kata-kata wajib membiayainya
seharusnya pemerintah membiayai seluruh pendidikan dasar tanpa memandang apakah
sekolah tersebut swasta atau negeri, karena kata wajib disana tidak merujuk pada sekolah
dasar negeri saja, seperti yang dilaksanakan pemerintah tahun ini, tetapi seluruh sekolah
dasar. Pasal selanjutnya adalah pasal 33 ayat (3), yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”. Kata dipergunakan dalam ayat tersebut tampaknya masih jauh
dari kenyataan, betapa tidak banyak eskploitasi sumber daya alam bangsa ini yang dikuras
habis oleh perusahaan asing yang sebagian besar keuntungannya di bawa pulang ke negara
asal mereka. Kondisi demikian masih jauh dari tujuan pasal teersebut yakni kemakmuran
rakyat bukan kemakmuran investor. Selanjutnya pasal 34 ayat (1), yang berbunyi “ fakir
miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara”. Kata dipelihara disini bukan
berarti fakir miskin dan anak-anak terlantar dibiarkan “berpesta ngemis” atau bergelandang
tanpa dicari solusi dan menjamin jaminan sosial dimana sesuai dengan tujuan awal, yakni
kesemakmuran seluruh rakyat Indonesia.
Kesimpulan dari pemaparan diatas tampaknya UUD kita mempunyai nilai nominal.
Sebab walaupun secara hukum konstitusi ini berlaku dan mengikat peraturan dibawahnya,
akan tetapi dalam kenyataan tidak semua pasal dalam konstitusi berlaku secara menyeluruh,
yang hidup dalam arti sepenuhnya diperlukan dan efektif dan dijalankan secara murni dan
konsekuen.
3. Perubahan Konsititusi di Indonesia
Suatu Perubahan itu mungkin terjadi karena ketidaksempurnaan suatu konstitusi,
mungkin disebabkan oleh dua hal, pertama konstitusi itu adalah hasil karya yang bersifat
kompromi, dan kedua kemampuan para penyusunnya itu sendiri yang terbatas. bersifat
kompromi ini disebabkan karena konstituante yang dari berbagai kelompok manusia yang
mempunyai pandangan politik yang berbeda dan kepentingan berbeda pula. Jika dilihat dari
sudut pandang keterbatasan kemampuan manusia dalam hal ini konstituante maka hasil karya
yang bernama konstitusi ini tidak akan sanggup mengatur setiap masalah yang akan terjadi di
masa depan , maka dianggap tidak sempurna dan bisa saja tidak memadai lagi karena tidak
sesuai dengan perkembangan masyarakat dalam hal seperti itu maka konstitusi akan
mengalami perubahan .
Kapankah suatu konstitusi itu perlu diubah. Perubahan itu dirasakan perlu, manakala
salah satu atau beberapa pasalnya tidak lagi sesuai dengan perkembangan masyarakat, orang
sudah mersakan tidak lagi memberikan jaminan kepastian hukum. Tetapi kalau berbicara
kapan harusnya konstitusi diubah, maka persoalannya lebih terletak bidang politik .
Karena betapa pun sukarnya suatu konstitusi untuk diubah, kalau kekuatan politik
yang berkuasa menghendakinya, maka perubahan itu dapat diwujudkan begitu pun
sebaliknya.
Perubahan Konsititusi di Indonesia merupakan keharusan dalam sistem
ketatanegaraan suatu negara, karena bagaimanapun sebuah konstitusi haruslah sesuai dengan
realitas kondisi suatu bangsa dan warga negaranya. Dengan kata lain, bahwa sifat dinamis
suatu bangsa terhadap setiap peradaban harus mampu diakomodasai dalam konstitusi negara
tersebut. Karena jika tidak, maka bukan tidak mungkin bangsa dan negara tersebut akan
tergilas dengan arus perubahan peradaban tersebut.
Pertanyaannya adalah bagaimana dengan UUD 1945? Apakah UUD 1945
memberikan peluang bagi perubahan tersebut? Jika perubahan itu dimungkinkan bagaimana
mekanisme dan prosedur perubahannya?
Tidak dapat dipungkiri bahwa UUD 1945 tergolong konstitusi yang bersifat rigid,
karena selain tata cara perubahannya yang tergolong sulit, juga dibutuhkan suatu prosefur
khusus, yaitu dengan cara by the people through a referendum. Kesulitan tersebut semakin
jelas di dalam praktik ketatanegaraan Indonesia, dengan diberlakukannya ketetapan MPR No.
IV/ MPR/ 1983 jo. UU No. 5 Tahun 1985 yang mengatur tentang referendum.
Akan tetapi, kesulitan perubahan konstitusi tersebut, menurut K.C. Wheare, memiliki
motif-motif tersendiri yaitu
1) Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak, tidak secara
serampangan dan dengan sadar.
2) Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangang-pandangan sebelum
perubahan dilakukan.
3) Agar-dan ini berlaku di negara serikat- kekuasaan negara serikat dan kekuasaan negara-
negara bagian tidak diubah semata-mata oleh perbuatan-perbuatan masing-masing pihak
secara sendiri.
4) Agar hak-hak perseorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas agama atau
kebudayaannya mendapat jaminan.
Melihat realitas dan kondisi UUD 1945, sekalipun termasuk kategori konstitusi yang
sulit dilakukan perubahan, tetapi apabila dilakukan dicermati, terdapat peluang untuk
perubahan terhadap konsititusi Indonesia (UUD 1945), walaupun mekanismenya tergolong
berat. Secara yuridis terdapat satu pasal yang mengatur mekanisme perubahan terhadap UUD
1945, yaitu pasal 37 yang menyebutkan:

a. Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidang MPR apabila diajukan
oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR.
b. Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukan dengan
jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
c. Untuk mengubah pasal-pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3
dari jumlah anggota MPR.
d. Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan sekurang-
kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota MPR.
e. Khusus mengenai bentuk NKRI tidak dapat dilakukan perubahan.

Pasal 37 UUD 1945 tersebut mengandung empat norma dasar, yaitu:


1) Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai penjelmaan dan wakil
rakyat .
2) Perubahan hanya pada pasal-pasalnya saja, kecuali pasal mengenai bentuk negara.
3) Usul perubahan dilakukan secara tertulis oleh sekurang-kurangnya 1/3 jumlah anggota
MPR.
4) Untuk mengubah sekurang-kurangnya dihadiri oleh 2/3 jumlah angora MPR dan putusan
untuk perubahan dilakukan dengan persetujuan lima puluh persen ditambah satu anggota dari
seluruh anggota MPR.

Dalam sejajarah ketatanegaraan Indonesia, konstitusi atau UUD 1945 diberlakukan di


Indonesia, telah mengalami perubahan-perubahan dari masa berlakunya sejak
diproklamasikannya kemerdekaan negara Indonesia. Perubahan kostitusi sejak orde lama
hingga orde reformasi secara terperinci adalah sebagai berikut:

1) UUD 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949).


2) Konstitusi RIS (27 Desember 1949- 17 Agustus 1950).
3) UUDS 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959).
4) UUD 1945 (5 Juli 1959- 19 Oktober 1999).
5) UUD 1945 dan perubahan pertama (19 Oktober 1999-18 Agustus 2000).
6) UUD 1945 dan perubahan pertama dan kedua (18 Agustus 2000-10 November 2001).
7) UUD 1945 dan perubahan pertama. Kedua. Dan ketiga (10 November 2001-10 Agustus
2002).
8) UUD 1945 dan perubahan pertama, kedua, ketiga, dan keempat (10 Agustus 2002 –
sekarang).
http://www.pusatmakalah.com/2014/12/makalah-konstitusi.html
Rabu,28 September 2016
Konstitusi

3.C.Konstitusi dalam kosa kata bahasa Inggris constitutional, yang salah satu maknanya
adalah Undang-Undang Dasar. Konstitusi adalah sebuah aturan-aturan dasar dan ketentuan-
ketentuan hukum yang di bentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintah
termasuk dasar hubungan kerja sama antara Negara dan masyarakat dalam konteks kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Herman Heller membagi pengertian konstitusi dalam tiga cakupan, yaitu:

Konstitusi yang mencerminkan kehidupan politik didalam masyarakat sebagai suatu


kenyataan (mengandung arti politis dan sosiologis).
Konstitusi adalah suatu kaidah yang hidup dimasyarakat (mengandung arti hukum atau
yuridis).
Konstitusi adalah kaidah yang ditulis dalam suatu naskah Undang-Undang tertinggi yang
berlaku dalam suatu Negara.

Sifat konstitusi ada dua macam, yakni

Flexibel (luwes) dan rigid (kaku).

Bersifat rigid, karena untuk mengubah konstitusi perlu prosedur yang rumit. Sedang bersifat
flexible, konstitusi tersebut mudah mengikuti perkembangan jaman. Apabila diperlukan
konstitusi tidak membutuhkan prosedur yang istimewa atau rumit. Perubahan itu cukup
dilakukan oleh badan pembuat undang-undang biasa.

Formil dan materiil

Bersifat Formil berarti tertulis. Sedangkan bersifat Materiil dilihat dari segi isinya berisikan
hal-hal bersifat dasar pokok bagi rakyat dan negara. (sama dengan konstitusi dalam arti
relatif). Konstitusi yang besifat kaku tidak dapat megikuti perkembangan zaman karena tidak
hanya memuat hal-hal pokok saja, namun juga memuat hal-hal yang penting. UUD 1945
meskipun perubahannya membutuhkan prosedur istimewa, namun bersifat luwes karena
memuat ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok-pokok saja sehingga mudah mengikuti
perkembangan zaman.

Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah, sehingga penyelenggaraan


kekuaaan tidak bertindak sewenang-wenang. Dengan demikian hak-hak warga Negara akan
dilindungi.

Fungsi dan kedudukan konstitusi antara lain:

1. Membatasi kekuasaan si pengusaha dan menjamin hak warga Negara.

2. Merupakan percerminan keadaan masyarakat dan Negara bersangkutan.

3. Memberi petunjuk dan arahan kemana Negara akan di bawa.

4. Dasar dan sumberhukum bagi peraturan perundangan di bawahnya.


5. Produk politik yang tertinggi bagi suatu bangsa dalam membentuk dan menjalankan
Negara.

Konstitusi hukum dasar ada dua, yakni hukum dasar tertulis dan yang tidak tertulis.,

Hukum Dasar Tertulis (Undang-Undang dasar)

konstitusi yang tertulis yakni Undang Undang Dasar. Hukum dasar meliputi dua macam
yaitu,hukum dasar tertulis (Undang-Undang Dasar) dan hukum tidak tertulis (convensi). Oleh
karna itu sifatnya yang tertulis, maka undang-undang dasar itu rumusannya tertulis dan tidak
mudah berubah. Secara umum menurut E.C.S wade dalam bukunya Constitusional Law,
undang – Undang dasar menurut sifat dan fungsi adalah suatu naskah yang memaparkan
kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintah suatu Negara dan menentukan
pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut.

Dalam penjelasan UUD 1945 di sebutkan bahwa undang-undang dasr 1945 bersifat singkat
dan supel. Undang-undang dasar 1945 hanya memiliki 37 pasal, adapun pasal-pasal
lainyabhanya mencatat aturan peralihan dan aturan tambahan.Hal ini mengandung makna:

(1) Telah cukup jikalau uandang-uandang dasar hanya memuat aturan-aturan pokok.

(2) Sifatya yang supel (elastis) dimaksudkan bahwa kita senantia harus terus
berkembang,dinamis.

Menurut padmowahyono, seluruh kegiatan Negara dapat di kelompokan menjadi dua macam
yaitu:

(1) Penyelenggaraan kehidupan Negara.

(2) Penyelenggaraan kesejahteraan social.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka sifat-sifat Undang-undang dasar


1945 adalah sebagai berikut :

(1) Oleh karena sifatnya tertulis maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum positif
yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara Negara, maupun mengikat bagi setiap
warga Negara.

(2) Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang-undang dasar 1945 bahwa UUD 1945
bersifat singkat dan supel,memuat aturan-aturan yaitu memuat aturan-aturan pokok yang
setiap kali harus di kembangakan sesuai dengan sesui dengan perkembangan jaman, serta
memuat hak-hak asasi manusia.

(3) Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus di
laksanakan secara konstitusional.

(4) Undang-undang dasar 1945 dalam tertip hukum Indonesia merupakan peraturan-peraturan
hukum positif tertinggi,di samping itu sebagai alat control terhadap norma-norma hukum
positif yang lebih rendah dalam hierarki tertip hukum Indonesia.
Hukum Dasar yang tidak tertulis (Convesional)

Konstitusi tidak tertulis dikenal dengan nama Convesional. Convesional adalah hukum dasar
yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara meskipun sifatnya tidak tertulis. Salah satu contoh konvensi yang
berlaku di Indonesia adalah pelaksanaan pidato kenegaraan presiden menjelang peringatan
Proklamasi 17 Agustus. Convensi ini mempunyai sifat-sifat sebgai berikut :

(1) Merupakan kebiasaan yang berulangkali dan terpeelihara dalam praktek penyelenggaraan
Negara.

(2) Tidak bertentangan dengan Undang-Undang dasar dan berjalan sejajar.

(3) Di terima oleh seluruh rakyat.

(4) Bersifat sebagai pelengkap sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan dasar yang
tidak terdapat dalam Undang-undang dasar.

Contoh-contoh Convensional antara lain sebagai berikut :

(1) Peangabilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat.

(2) Pratek-praktek penyelenggaraan Negara yang sudah menjadi hukum dasar tidak tertulis
antara lain :

(a) Pidato kenegaraan presiden republic Indonesia setiap tanggal 16 agustus di dalam siding
dewan parwakilan rakyat.

(b) Pidato presiden yang di ucapkan sebagai keterangan pemerintah tentang rencana anggaran
pendapatan dan belanja negara pada minggu pertama pada minggu bulan januari setiap
tahunnya.

Ketiga hal tersebut dalam batinnya secara tidak langsung adalah merupakan realisasi dari
undang –undang dasar (merupakan pelengkap).Namun perlu di garis bawahi bila mana
convensi ingin di jadikan menjadikan rumusan yang bersifat tertulis , maka yang berwenabg
adalah MPR, dan rumusannya buukanlah merupakan suatu hukum dasar melainkan tertuang
dalam ketetapan MPR.

Jadi convensi bilamana dikehendaki untuk mrnjadi suatu aturan dasar yang tertulis , tidak
secara otomatis setingkat dengan UUD melaikan sebagai suatu keterapan MPR.

Disamping pengertian UUD, di prgunakan juga istilah lain yaitu “konstitusi”. Istilah berasal
dari bahasa inggris “constitution” atau dari bahasa belanda “constitutie”.terjamahan dari
istilah tersebut adalah Undang-Undang Dasar,dan hal ini memang sesuai dengan kebiasaan
orangbelanda Dan jerman . yang dalam percakapan sehari –hari memakai kata “grondwet’
(grond:dasar, Wet= undang-undang) yang keduanya menunjukan naskah tertulis.

Namun pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan umumnya dapat mempunyai

Arti:
Lebih luas dari pada undang-undang dasar atau
Sama dengan pengertian undang-undang dasar.

Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada pengertian undang – undang dasar ,
karena pengertian undang-undang dasar hanya meliputi konstitusi saja, dan selain itu masih
terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam undang-undang dasar.

Bagi Indonesia proses reformasi terhdap UUD 1945 adalah merupakan suatu keharusan,
karena hal itu kan mengantrkan bagsa Indonesia kearah tahapan baru melakukan penataan
terhadap ketatanegaran

Amandemen pertama UUd 1945 dilakukan dengan memberikan tambahan dan perubahan
terhadap pasal 9 UUD 1945.yang kedua di lakukan pada tahun 2000, ketiga tahun 2001,dan
yang terakhir pada tahuhun 2002 dan disahkan pada tnggal 10 agustus 2002. Dalam praktek
ketatanegaraan pengertian konstitusi adalah sama dengan pengertian Undang-Undang Dasar.
Hal ini terbukti dengan disebutnya istilah Konstitusi Rebublik Indonesia Serikat bagi
Undang-Undamg Dasar Republik Indonesia (Totopandoyo, 1981:25.26)

3. Keberadaan dan Tujuan Konstitusi

Menurut Mahfud MD (2002), secara umum konstitusi diartikan sebagai aturan dasar
ketatanegaran yang setelah disarikan dari ajaran kedaulatan rakyat Rousseau, dipandang
sebagai perjanjian masyarakat yang berisikan pemberian arah oleh masyarakat dalam
penyelenggaraaan kekuasaan pemerintah negar. Dengan kata lain konstitusi sebenarnya tidak
lain dari realisasi demokrasi dengan kesepakatan bahwa kebebasan penguasa ditentukan oleh
pengusaha. Oleh sebab itu, setiap pelanggaran atas konstitusi harus dipandang sebagai
pelanggaran atas kontrak social.

D. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar di Indonesia

1. Penetapan Undang-Undang Dasar dan Konstitusi Indonesia

2. Perubahan Konstitusi atau UUD di Indonesia

Beberapa cara perubahan UUD atau konstitusi di Indonesia dapat dilihat dari ketentuan UUD
atau Konstitusi yang pernah dan sedang berlaku di Indonesia, yaitu:

Perubahan Undang-Undang Dasar dalam UUd 1945 Proklamasi


Perubahan Konstitusi dalam Konstitusi republik Indonesia Serikat
Perubahan Undang-Undang Dassar dalam UUDS
Perubahan Undang-Undang Dasar dalam UUD 1945 pada periode Orde lama dan Orde Baru
Perubahan Undang-Undang Dasar dalam UUD 1945 Amandemen

3. Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen

Kedudukan UUD sebagai hukum dasar tertulis merupakan sumber hukum setiap produk
hukum seperti Undang-Undang, peraturan pemerintah, atau peraturan lainnya.

Pembukaan UUD 1945 Amandemen


Pembukaan UUD 1945 Amandemen, tidak mengalami perubahan sebagaimana awalnya
UUD 1945 ditetapkan. Dapat tidaknya Pembukaan UUD 1945 dilakukan perubahan terdapat
dua pandangan. Menurut Notonegoro, Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah yang
fundamental keberadaan Negara Republik Indonesia, Pembukaan merupakan suatu rangkaian
dengan proklamasi 17 agustus 1945, sehingga tidah boleh diubah oleh siapapun termasuk
MPR hasil pemilihan umum. Perubahan terhadap pembukan berarti pembukaan Negara
Proklamasi, meski masih ada Negara Indonesia tetapi Negara terebut bukan Negara
Proklamasi 17 Agustus 1945. Pendapat lain dikemukakan oleh Mahfud MD (2000), bahwa
semua hasil perbuatan manusia dapat d ubah, termasuk pembukaan UUd 1945. Semua itu
sangat tergantung kepada dinamika masyarakat Indonesia.

Pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945

Pembukaan UUD 1945, mengandung pokok-pokok pikiran yang diciptakan dan dijelmakan
dalam Batang Tubuh UUD ke dalam pasal-pasalnya. Empat pokok pikiran dalam pembukaan
UUD 1945 adalah:

Pokok pikiran I cerminan sila ke tiga


Pokok pikiran II cerminan sila ke lima
Pokok pikiran III cerminan sila ke empat
Pokok pikiran IV cerminan sila ke satu dan ke dua.

Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen 2002

Sistem pemerintahan Negara Indonesia sebelum dilakukan amandemen dibagi atas tujuh ,
secara sistematis merupakan pengejawantahan kedaulatan rakyat. Oleh karena itu, sistem ini
dikenal dengan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara. Walaupun tujuh pokok
tersebut tidak lagi sebagai dasar yuridis, namun tetap mengalami perubahan. Sistem
pemerintahan negara menurut UUD 1945 setelah amandemen secara komparatif, sebagai
berikut :

Indonesia ialah Negara yang Berdasarkan Atas Hukum (Rechtstaat)

Negara Indonesia berdasrkan atas hukum (Rechtstaat), bukan kekuasaan belaka (Machtsstaat)
memiliki makna bahwa Negara, termasuk Pemerintah beserta Lembaga-lembaga Negara
lainnya dalam melakukan tindakan apapun harus dilandasi maupun dapat dipertanggung
jawabkan secara hukum. Tekanan pada hukum (recht), harus berhadapan dengan kekuasaan
(macht), sehingga akan tampak rumusannya dalam pasal-pasal. Tetapi juga harus sejalan
dengan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 lalu diwujudkan
oleh cita-cita hukum (rechsidee) yang merupakan hukum dasar tidak tertulis.

Pengertian Negara hukum baik dalam arti formal yang melindungi seluruh bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia. Juga dalam arti material, yaitu Negara harus
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan dan kecerdasan seluruh bangsanya. Dengan
landasan material tersebut, hendaknya setiap tindakan Negara haruslah mempertimbangkan
dua kepentingan atau landasan. Dua landasan tersebut adalah kegunaanya (doelmatigheid)
dan landasan hukumnya (rechtnaigheid).

Sistem Konstitusional
Berdasarkan sifat ini pemerintah atas system konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolut
(kekuasaan tidak terbatas). Sehingga pengendalian pemerintahan dibatasi oleh ketentuan-
ketentuan konstitusi, juga oleh ketentuan-ketentuan hukum lain yang merupakan produk
konstitusional, Ketetapan MPR, Undang-Undang, dan sebagainya.

Dengan landasan keduanyanya, maka dapat diciptakan system mekanisme hubungan dan
hokum antar lembaga Negara, yang dapat menjamin terlaksananya sistem itu sendiri dan juga
dapat memperlancar pelaksanaan pencapaian cita-cita nasional.

Kekuasaan Negara yang Tertinggi di Tangan Rakyat

Sistem kekuasaan sebelum mengalami amandemen dinyatakan dalam penjelasan Undang-


Undang Dasar 1945 sebagai berikut: “Kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan, bernama
MPR, sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia (Vertretungorgatan des willens des
Statsvolkes). Majelis ini bertugas menetapkan Undang-Undang Dasar dan menetapkan Garis-
Garis Besar Haluan Negara, mengangkat Kepala Negara (Presiden) dan Wakil Kepala Negara
(Wakil Presiden), juga pemegang kekuasaan tertinggi. Sedangkan Presiden harus
menjalankan haluan Negara menurut garis-garis besar yang ditetapkan majelis, dengan begitu
Presiden tunduk dan bertanggung jawab kepada majelis dan wajib menjalankan keputusan-
keputusan majelis.

Namun menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002 kekuasaan tertinggi ditangan rakyat, dan
dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2). MPR menurut UUD 1945 hasil amandemen
2002, hanya memiliki kekuasaan melakukan perubahan UUD, melantik Presiden dan Wakil
Presiden, serta memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden sesuai masa jabatan atau jika
melanggar suatu konstitusi.

d. Presiden ialah Penyelenggara Pemerintahan Negara yang Tertinggi Di samping MPR dan
DPR.

Kekuasaan Presiden menurut UUD 1945 sebelum dilakukan amandemen , sebagai berikut :

“Di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden ialah penyelenggara pemerintahan


Negara yang tertinggi. Dalam menjalankan pemerintahan Negara, kekuasaan dan tanggung
jawab ada ditangan Presiden (Concentration of power responsibility upon the president) “.

Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, presiden merupakan penyelenggara


pemerintahan tertingggi di samping MPR dan DPR, karena Presiden dipilih langsung oleh
rakyat (UUD 1945 Pasal 6A ayat (1)).

Presiden Tidak Bertanggungjawab Kepada DPR

Menurut UUD 1945 sebelum amandemen menjelaskan :

“Di samping presiden adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden harus mendapat
persetujuan DPR untuk membentuk Undang-Undang (Gezetzgebung) pasal 5 ayat (1) dan
untuk menetapkan anggaran pendapatan anggaran pendapatan dan belanja Negara
(Staatsbergrooting) sesuai dengan pasal 23.
Menteri Negara ialah Pembantu Presiden, Menteri Negara tidak Bertanggungjawab Kepada
Dewan Perwakilan Rakyat

Sistem ini dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 maupun dalam penjelasan UUD 1945,
sebagai berikut :

“ Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahannya dibantu oleh menteri-menteri Negara


(Pasal 17 ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen). Presiden mengangkat dan memberhentikan
Menteri-Menteri Negara (Pasal 17 ayat (2) UUD 1945 Hasil Amandemen 2002).

Kekuasaan Kepala Negara Tidak Terbatas

Sistem ini dinyatakan secara tidak eksplisit dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002dan
masih sesuai dengan penjelasan UUD 1945, sebagai berikut :

Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung (UUD 1945 hasil
Amandemen 2002 pasal 6A ayat (1)). Dengan demikian dalam system kekuasaan
kelembagaan Negara Presiden tidak lagi merupakan mandataris MPR bahkan sejajar dengan
DPR dan MPR. Hanya jikalau Presiden melanggar Undang-Undang maupun Undang-Undang
Dasar, maka DPR dapat melakukan Impeachment.

4. Negara Indonesia Adalah Negara Hukum

Menurut Penjelasan UUD 1945 , Negara Indonesia adalah Negara hukum, yang berdasarkan
Pancasila dan bukan berdasarkan atas kekuasaan sifat. Sifat Negara hukum hanya dapat
ditunjukkan jika alat-alat perlengkapannya bertindak menurut dan terikat kepada aturan-
aturan yang ditentukan lebih dulu oleh alat-alat yang dikuasai untuk mengadakan aturan-
aturan itu.

Ciri-ciri suatu Negara hukum :

ü Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang menandung persamaan dalam bidang
politik, hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.

ü Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak memihak.

ü Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami dan
dilaksanakan secara aman dalam melaksanakannya.

Sifat hukum yang berdasarkan Pancasila, hukum memberikan pengayom agar cita-cita luhur
bangsa Indonesia tercapai dan terpelihara. Dalam era reformasi ini, bangsa Indonesia benar-
benar akan mengembalikan peranan hokum, aparat penegak hokum bersama seluruh sistem
peraturan perundang-undangan akan dikembalikan pada dasar-dasar Negara hukum yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 hasil amandemen 2002 yang mengemban amanat
demokrasi dan perlindungan hak-hak asasi manusia.

Adapun pembangunan hukum di Indonesia sesuai dengan tujuan Negara hukum, diarahkan
pada terwujudnya sistem hukum yang mengabdi pada kepentingan nasional terutama rakyat,
melalui penyusunan materi hokum yang bersumber pada Pancasila sebagai sumber
filosofinya dan UUD 1945 sebagai dasar konstitusinya, serta aspirasi rakyat sebagai sumber
materi.

Kaelan, Achmad Zubaidi. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.

Link : https://rumahradhen.wordpress.com/materi-kuliahku/semester-
i/kewarganegaraan/negara-dan-konstitusi/

Rabu,28 September 2016


BAB 6
PERAN PERAWAT PROFESIONAL DALAM SISTEM KESEHATAN DI
INDONESIA

1.A.PERAWAT PROFESIONAL

Secara sederhana yang dimaksud dengan perawat profesional (professional nurse)


adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal profesi keperawatan. Di
banyak negara maju, pendidikan formal profesi keperawatan telah sejak lama dibakukan.
Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, dan juga sebagai suatu pendidikan
profesi, telah disepakati pendidikan formal profesi keperawatan tersebut harus dilaksanakan
pada tingkat pendidikan tinggi. Minimal tamatan SMU ditambah tiga tahun (diploma tiga).

Sesuai dengan disiplin ilmu yang diajarkan, tugas dan tanggungjawab utama seorang
perawat profesional adalah menyelenggarakan pelayanan keperawatan (nursing services).
Pengertian pelayanan keperawatan mencakup bidang yang amat luas sekali. Secara sederhana
dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk membantu orang sakit maupun sehat, dari sejak
lahir sampai meninggal dunia, dalam bentuk meningkatkan pengetahuan, kemauan dan
kemampuan yang dimiliki, sedemikian rupa sehingga orang tersebut dapat secara optimal
melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri tanpa memerlukan bantuan dan/ataupun
tergantung pada orang lain (Henderson, 1980).

Berbeda halnya dengan seorang dokter yang pada waktu menyelenggarakan


pelayanan kedokteran lebih menitikberatkan perhatiannya pada penyembuhan penyakit, maka
perhatian utama seorang perawat profesional pada waktu menyelenggarakan pelayanan
keperawatan adalah pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Untuk ini dipelajarilah
pelbagai faktor yang melatarbelakangi dan/atau yang menjadi penyebab utama tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia tersebut, untuk kemudian dilanjutkan dengan
melaksanakan pelbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar yang dimaksud, yakni
dengan memanfaatkan pelbagai sumber yang tersedia (Konsorsium Ilmu-Ilmu Kesehatan,
DEPDIKBUD RI, 1991).

Ruang lingkup kebutuhan dasar manusia yang menjadi subjek dan objek kajian utama
seorang perawat profesional menyangkut bidang yang amat luas pula. Ruang lingkup yang
dimaksud tidak hanya yang menyangkut kebutuhan dasar biologik manusia saja, tetapi juga
kebutuhan dasar psikologis, sosial serta spiritual manusia, baik dalam keadaan sehat dan
terlebih-lebih lagi dalam keadaan sakit.

Apabila pelayanan keperawatan dapat diselenggarakan dengan baik, dalam arti dapat
dikenali serta dipenuhi semua kebutuhan dasar manusia, baik dalam keadaan sehat dan
terlebih-lebih lagi dalam keadaan sakit, akan banyak manfaat yang akan diperoleh. Bagi
orang sakit akan mempercepat kemandirian dan kesembuhan penyakit, sedangkan bagi orang
sehat akan lebih meningkatkan derajat kesehatan dan bahkan kesejahteraan hidup secara
keseluruhan.

SISTEM KESEHATAN

Menurut WHO (1984), yang dimaksud dengan sistem kesehatan (health system)
adalah kumpulan dari pelbagai faktor yang komplek dan saling berhubungan yang terdapat
dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan.
Sedangkan untuk Indonesia, seperti yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional
(1982), yang dimaksud dengan sistem kesehatan (nasional) adalah suatu tatanan yang
mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan meningkatkan
derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang
dimaksud dalam Pembukaan UU dasar 1945.

Sistem kesehatan terdiri dari banyak sub-sistem. Jika disederhanakan dapat dibedakan
atas dua macam yakni (Azwar, 1996):

1. Sub-sistem pelayanan kesehatan, yakni yang menunjuk pada jenis, bentuk dan
pengorganisasian pelayanan kesehatan.

2. Sub-sistem pembiayaan kesehatan, yakni yang menunjuk pada jenis, mekanisme dan
pengorganisasian pembiayaan kesehatan.

Suatu sistem kesehatan disebut baik, apabila kedua sub-sistem ini, yakni sub-sistem
pelayanan kesehatan serta sub-sistem pembiayaan kesehatan, berada dalam keadaan yang
baik pula.

Syarat sub-sistem pelayanan kesehatan dan sub-sistem pembiayaan kesehatan yang


baik banyak macamnya. Untuk sub-sistem pelayanan kesehatan, syarat yang dimaksud
dibedakan atas delapan macam, yakni tersedia (available), menyeluruh (comprehensive),
terpadu (integrated), berkesinambungan (countinue), wajar (appropriate), dapat diterima
(acceptable), tercapai (accesible), serta bermutu (quality) (Somers and Somers, 1970; Levey
and Loomba, 1973). Sedangkan untuk sub-sistem pembiayaan, dibedakan atas empat macam
yakni tersedia (available), terjangkau (affordable), efektif (effective) dan efisien (efficient)
(Sorkin, 1975; Feldstein; 1988)

Untuk tersedia dan terselenggaranya sistem kesehatan baik, pelbagai petugas


kesehatan, termasuk perawat profesional, berkewajiban menjaga serta memenuhi semua
persyaratan sub-sistem pelayanan kesehatan serta persyaratan sub-sistem pembiayaan
kesehatan yang baik tersebut.

PERAN PERAWAT PROFESIONAL DALAM SISTEM KESEHATAN

Dari uraian tentang perawat profesional serta sistem kesehatan sebagaimana


dikemukakan diatas, jelaslah peran perawat profesional dalam sistem kesehatan tidak lain
adalah berupaya mewujudkan sistem kesehatan yang baik, sedemikian rupa sehingga di satu
pihak penyelenggaraan pelayanan kesehatan (health services) sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan kesehatan (health needs and demands) masyarakat, serta di pihak lain biaya
pelayanan kesehatan (health cost) sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat (ability to
pay).

Di sinilah letak masalahnya, karena dalam praktek sehari-hari menyelenggarakan


pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan, yang sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan kesehatan masyarakat, tidaklah mudah. Hal yang sama ditemukan pula pada biaya
kesehatan. Tidak mengherankan jika pada saat ini banyak ditemukan keluhan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan dan/atau pelayanan keperawatan di Indonesia.
Untuk dapat terselenggaranya sistem kesehatan yang baik, yang perawat profesional
serta pelayanan keperawatan merupakan salah satu dari kunci pokoknya, semua elemen peran
perawat profesional, sebagaimana yang dikemukakan oleh Doheny, Cook dan Stopper
(1982), yakni (1) pemberiasuhan keperawatan, (2) advokat, (3) konselor, (4) pendidik, (5)
koordinator, (6) kolaborator, (7) konsultan, serta (8) pembawa perubahan, harus dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Tentu saja aplikasinya tidak terbatas hanya pada waktu
berhadapan dengan klien dikamar praktek saja (sehat atau sakit), tetapi yang terpenting lagi
adalah pada waktu menyelenggarakan sub-sistem pelayanan kesehatan serta sub-sistem
pembiayaan kesehatan secara keseluruhan.

Untuk terselenggaranya sub-sistem pelayanan kesehatan yang baik, kedelapan elemen


peran perawat profesional sebagaimana dikemukakan diatas, harus dapat diarahkan
sedemikian rupa sehingga pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang dalam hal ini
adalah pelayanan keperawatan, dapat memenuhi kedelapan syarat sub-sistem pelayanan
kesehatan yang baik, yakni tersedia (available), menyeluruh (comprehensive), terpadu
(integrated), berkesinambungan (countinue), wajar (appropriate), dapat diterima (acceptable),
tercapai (accesible), serta bermutu (quality)

Hal yang sama juga berlaku pula untuk sub-sistem pembiayaan kesehatan. Untuk
terselenggaranya sub-sistem pembiayaan kesehatan yang baik, kedelapan elemen peran
perawat profesional sebagaimana dikemukakan diatas, harus dapat diarahkan pula sedemikian
rupa sehingga biaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang dalam hal ini adalah
biaya pelayanan keperawatan, dapat memenuhi keempat syarat sub-sistem pembiayaan
kesehatan yang baik, yakni tersedia (available), terjangkau (affordable), efektif (effective)
dan efisien (efficient). Secara singkat peran perawat profesional dalam sistem kesehatan
dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

ELEMEN PERAN SUB-SISTEM PELAYANAN SUB-SISTEM PEMBIAYAAN

PERAWAT KESEHATAN KESEHATAN

1.Pemberi asuhan Tersedia keperawatan Menyeluruh Terjangkau


2.Advokat Terpadu Efektif
3.Konselor Berkesinambungan Efisien
4.Pendidik Wajar
5.Koordinator Dapat diterima
6.Kolaborator Dapat dicapai
7.Konsultan Bermutu
8.Pembawa perubahan

Jika diperhatikan sistem kesehatan sebagaimana yang ditemukan di Indonesia saat ini, secara
jujur haruslah diakui bahwa peran perawat profesional dalam turut menyempurnakan sub-
sistem pelayanan kesehatan dan sub-sistem pembiayaaan kesehatan belumlah begitu
menggembirakan. Penerapan peran perawat profesional dalam sistem kesehatan masih
terbatas hanya pada waktu berhadapan dengan klien saja. Inipun masih dalam lingkup
bangsal-bangsal rumah sakit.

Banyak faktor yang berperan sebagai penyebab masih rendahnya peran perawat
tersebut. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
1. Karena terlambatnya pengakuan body of knowledge profesi keperawatan

Untuk Indonesia pengakuan tersebut baru terjadi pada tahun 1985, yakni ketika Program
Studi Ilmu Keperawatan untuk pertama kali dibuka di Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Padahal di banyak negara maju pengakuan body of knowledge tersebut telah lama
ditemukan. Setidak-tidaknya sejak tahun 1869, yakni ketika Florence Nightingale untuk
pertama kali memperkenalkan teori keperawatan yang menekankan pentingnya faktor
lingkungan. Dalam keadaan ini tidak mengherankan jika peran perawat dalam sistem
kesehatan tampak belum menonjol.

2. Karena terlambatnya mengembangkan pendidikan keperawatan profesional

Benar bahwa untuk Indonesia pendidikan keperawatan dalam bentuk Sekolah Perawat
Kesehatan dan/ataupun Akademi Perawat telah lama dikenal. Tetapi pendidikan keperawatan
yang selama ini dilakukan tidak didasarkan pada body of knowledge profesi keperawatan.
Pendidikan keperawatan yang dilaksanakan pada waktu itu, karena desakan kebutuhan akan
tenaga medis, ternyata lebih diarahkan pada pendidikan asisten dokter. Dalam keadaan ini
tidak mengherankan jika peran perawat dalam sistem kesehatan tampak belum optimal.

3. Karena terlambatnya mengembangkan sistem pelayanan keperawatan profesional

Jika ditinjau pelbagai masalah profesi keperawatan yang ditemukan pada saat ini,
terlambatnya mengembangkan sistem pelayanan keperawatan dipandang merupakan masalah
yang amat pokok. Karena sampai saat ini harus diakui, kejelasan pelayanan keperawatan
memang belum dimiliki. Tidak hanya yang menyangkut bentuk praktek keperawatan, tetapi
juga kewenangan para penyelenggaranya. Akibatnya tidak mengherankan jika sampai saat
ini, peran perawat profesional dalam sistem kesehatan tampak belum begitu berarti.

SARAN UNTUK LEBIH MENINGKATKAN PERAN PERAWAT

Menjadari rendahnya peran perawat dalam sistem kesehatan akan berdampak negatif
tidak hanya bagi peningkatan mutu pelayanan keperawatan, tetapi juga bagi tercapainya
tujuan sistem kesehatan secara keseluruhan, maka pelbagai upaya untuk meningkatkan peran
tersebut harus dapat dilakukan. Untuk ini ada beberapa saran yang dapat diajukan. Untuk
tingkat nasional saran yang dimaksud adalah:

1. Segera lebih mengembangkan pendidikan keperawatan profesional

Pada saat ini pelbagai upaya untuk lebih mengembangkan pendidikan keperawatan
profesional memang sedang dilakukan. Untuk lebih meningkatkan mutu lulusan pendidikan
keperawatan, sedang diupayakan mengkonversi Sekolah Perawat Kesehatan menjadi
Akademi Perawat. Kecuali itu sedang diupayakan pula peningkatan mutu pendidikan
Akademi Perawat. Untuk ini, pemerintah telah menetapkan peraturan yang mewajibkan
setiap Akademi Perawat mempunyai sekurang-kurangnya enam staf pengajar dengan latar
belakang pendidikan Sarjana Keperawatan. Disamping itu, dalam rangka menambah jumlah
lulusan perawat profesional tingkat sarjana, sedang dilakukan pula upaya untuk menambah
jumlah Fakultas Ilmu Keperawatan. Diharapkan pada tahun akademik 1998/1999 yang akan
datang telah dapat didirikan sekurang-kurangnya enam sampai tujuh Fakultas Ilmu
Keperawatan yang baru. Selanjutnya, untuk lebih menyempurnakan jenjang pendidikan S-1,
sedang dilakukan pula penyempurnaan dan pengembangan sistem pendidikan yang selama ini
dilaksanakan. Dalam waktu dekat pendidikan S-1 keperawatan akan dilaksakan dalam dua
tahap. Pertama, tahap pendidikan akademik yang ditempuh selama empat tahun. Lulusan
program pendidikan akademik ini akan memperoleh gelar akademik SARJANA
KEPERAWATAN (SKp). Kedua, tahap pendidikan profesi yang akan ditempuh selama satu
tahun. Lulusan program pendidikan profesi ini akan mendapat sebutan profesi NERS. Untuk
terselenggaranya pendidikan profesi tersebut, program pendidikan magang (mastery
learning), yang pelaksanaannya dilakukan secara rotasi menurut percabangan ilmu
keperawatan klinik, akan segera dilaksanakan.

Untuk hasil yang optimal dari kedua tahap pendidikan ini, sedang disusun pula rencana
pengembangan program pendidikan pascasarjana keperawatan. Untuk menjamin
perkembangan ilmu keperawatan, akan segera dibuka program pendidikan magister dan
doktor ilmu keperawatan. Sedangkan untuk menjamin terpenuhinya tenaga perawat
profesional yang lebih spesialistik, akan segera dibuka program pendidikan spesialisasi 1 dan
spesialis 2 keperawatan.

2. Segera lebih menantapkan sistem pelayanan keperawatan profesional

Pada saat ini upaya untuk lebih memantapkan sistem pelayanan keperawatan profesional
sedang dilakukan. Untuk itu Departemen Kesehatan RI, dengan bantuan Bank Dunia, sedang
menyusun pelbagai ketentuan tentang registrasi, lisensi, serta sertifikasi praktek keperawatan.
Bersamaan dengan itu, Konsorsium Ilmu-Ilmu Kesehatan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI, dengan bantuan BAPPENAS, juga sedang mengkaji pelbagai model praktek
keperawatan. Dalam kaitan lebih memantapkan sistem pelayanan keperawatan profesional
ini, maka uji coba pelbagai model praktek keperawatan yang telah berhasil didentifikasi harus
dapat segera dilaksanakan. Disamping dipandang perlu pula untuk segera menyusun pelbagai
standar pelayanan keperawatan.

3. Segera lebih menyempurnakan organisasi profesi keperawatan

Menyadari bahwa peranan organisasi profesi sangat menentukan dalam menetapkan pelbagai
peraturan dan kebijakan profesi, maka dipandang perlu untuk dilakukan penyempurnaan
organisasi profesi keperawatan. Untuk tertipnya hidup dan kehidupan profesi, memang sangat
diperlukan peran aktif organisasi profesi dalam menetapkan pelbagai standar pendidikan dan
pelatihan profesi, pelbagai standar pelayanan profesi, serta pelbagai mekanisme pengawasan
praktek profesi. Atau jika sekiranya upaya menyempurnakan organisasi profesi keperawatan
yang ada saat ini, karena satu dan lain hal, sulit dilakukan, patut dipertimbangkan mendirikan
organisasi profesi keperawatan baru yang lebih sesuai.

Sedangkan untuk tingkat institusi pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit, saran
yang dapat diajukan antara lain:

1. Segera meningkatkan kemampuan perawat rumah sakit

Jika pendidikan tenaga perawat yang saat dimiliki baru sampai pada tingkat Sekolah Perawat
Kesehatan dianjurkan untuk lebih ditingkatkan menjadi tingkat Akademi Perawat. Sedangkan
jika pendidikan tersebut telah sampai tingkat Akademi Perawat dianjurkan untuk dapat lebih
ditingkatkan menjadi tingkat Universitas.
2. Segera menyempurnakan sistem pelayanan keperawatan rumah sakit

Untuk lebih meningkatkan peran perawat dalam sistem kesehatan, disarankan pengelolaan
pelayanan keperawatan dapat dilakukan secara terpisah dari pelayanan medis. Untuk ini
dibentuknya satuan organisasi khusus yang bertanggungjawab mengelola pelayanan
keperawatan dipandang amat penting. Disamping, untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan, terutama dalam menerapkan pelbagai standar pelayanan keperawatan,
dipandang perlu pula membentuk Komite Keperawatan Rumah Sakit.

3. Segera memantapkan sistem pengembangan karier perawat rumah sakit

Untuk lebih meningkatkan peran perawat dalam sistem kesehatan, dipandang perlu pula
untuk segera mengembangkan sistem pengembangan karier tenaga keperawatan. Pelbagai
jenjang jabatan struktural keperawatan di rumah sakit harus segera dapat diciptakan.

4. Segera mengembangkan sistem imbal jasa pelayanan keperawatan di rumah sakit

Betapapun terdididiknya tenaga keperawatan, dan/atau baiknya sistem pelayanan


keperawatan yang berlaku, tetapi jika tenaga perawat tersebut tidak mendapatkan imbal jasa
yang layak, tentu saja perawat tidak dapat memainkan perannya dengan baik, Untuk ini
disarankan besarnya gaji yang diterima perawat perlu ditinjau kembali. Atau jika mungkin
dapat diberlakukan pula sistem imbal jasa pelayanan, sebagaimana yang telah diberlakukan
pada tenaga medis.

Diakui untuk dapat terlaksananya pelbagai saran ini, terutama saran untuk tingkat
nasional, tidaklah mudah. Diperlukan dukungan dari pelbagai pihak, terutama dari
pemerintah dalam bentuk dukungan politik dan peraturan perundang-undangan.

Sesungguhnyalah pada saat ini profesi keperawatan masih merupakan profesi yang
baru di Indonesia. Untuk keberhasilan pelayanan kesehatan di Indonesia, terutama dalam
menghadapi makin ketatnya persaingan dalam era globalisasi, tidak ada pilihan lain yang
dapat dilakukan, kecuali segera meningkatkan peran perawat tersebut

http://nurauliarizki.blogspot.co.id/2015/01/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html
Rabu,28 September 2016
PERAN PERAWAT DALAM KESEHATAN MASYARAKAT

2.B.Definisi Perkesmas

Perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) adalah perpaduan antara keperawatan dan


kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan
kuratif dan rehabilitatif secara menyuluh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya masyarakat.6
Menurut WHO Perkesmas merupakan lapangan perawatan khusus yang merupakan gabungan
ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian
dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan,
penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit
dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah
dimana hal itu mempengaruhi masyrakat secara keseluruhan.7
2.2 Tujuan Perkesmas
Dalam pelaksanaan kegiatan Perkesmas tujuan yang diharapkan adalah meningkatnya
kemandirian individu, keluarga, kelompok/masyarakat (rawan kesehatan) untuk mengatasi
masalah kesehatan/keperawatannya sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.6

2.3 Dasar Hukum Perkesmas


Adapun dasar hukum pelaksanaan Perkesmas yaitu:6
1. UU no 23 th 1992 tentang kesehatan
2. UU no 32/2004 tentang pemerintahan daerah
3. Kepmenkes no 1575 /menkes/sk/xi/2005 tentang organisasi dan tata kerja Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
4. Kepmenkes no 1239/2001 tentang registrasi dan praktik perawat
5. Kepmenkes no 1457/menkes/sk/ x/ 2003 tentang standar pelayanan minimal bidang
kesehatan di kabupaten/kota
6. Kepmenkes no 128/menkes/sk/ii/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat
7. Kepmenkes 836/2005 tentang pengembangan manajemen kinerja perawatan/bidan
8. Kepmenkes no 279/2006 tentang pedoman upaya penyelenggaraan Perkesmas di
Puskesmas

2.4 Sasaran Perkesmas


Adapun yang menjadi sasaran program Perkesmas ini adalah seluruh masyarakat yang dapat
terbagi menjadi:1,6
1. Individu khususnya individu risiko tinggi (risti): menderita penyakit, balita, lanjut usia
(lansia), masalah mental/jiwa.
2. Keluarga khususnya ibu hamil (bumil), lansia, menderita penyakit, masalah mental/jiwa.
3. Kelompok/masyarakat berisiko tinggi, termasuk daerah kumuh, terisolasi, konflik, tidak
terjangkau pelayanan kesehatan.
Fokus sasaran Perkesmas adalah keluarga rawan kesehatan dengan prioritasnya adalah
keluarga rentan terhadap masalah kesehatan (Gakin), keluarga risiko tinggi (anggota keluarga
bumil, balita, lansia, menderita penyakit).
2.5 Bentuk Kegiatan Perkesmas
Adapun bentuk kegiatan Perkesmas antara lain:6
1. Asuhan keperawatan pasien (prioritas) kontak Puskesmas yang berada di poliklinik
Puskesmas, Puskesmas pembantu (pustu), Puskesmas keliling (pusling), posyandu, pos kes
desa.
a. Pengkajian keperawatan pasien sebagai deteksi dini (sasaran prioritas)
b. Penyuluhan kesehatan
c. Tindakan Keperawatan (direct care)
d. Konseling keperawatan
e. Pengobatan (sesuai kewenangan)
f. Rujukan pasien/masalah kesehatan
g. Dokumentasi keperawatan
2. Kunjugan rumah oleh perawat (home visit/home care) terencana, bertujuan untuk
pembinaan keluarga rawan kesehatan.
Home visit adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif bertujuan
memandirikan pasien dan keluarganya, pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal
pasien dengan melibatkan pasien dan keluarganya sebagai subyek yang ikut berpartisipasi
merencanakan kegiatan pelayanan, pelayanan dikelola oleh suatu unit/sarana/institusi baik
aspek administrasi maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinir berbagai kategori tenaga
profesional dibantu tenaga non profesional, di bidang kesehatan maupun non kesehatan.7
Ruang Lingkup home visit yaitu memberi asuhan keperawatan secara komprehensif,
melakukan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarganya, mengembangkan
pemberdayaan pasien dan keluarga.7
Mekanisme pelayanan home visit:7
a. Proses penerimaan kasus.
– Home visit menerima pasien dari tiap poliklinik di Puskesmas
– Koordinator program Perkesmas menunjuk perawat pelaksana Perkesmas untuk mengelola
kasus
– Perawat pelaksana Perkesmas membuat surat perjanjian dan proses pengelolaan kasus
b. Proses pelayanan home visit:
– Persiapan terdiri dari memastikan identitas pasien, bawa denah/petunjuk tempat tinggal
pasien, lengkap kartu identitas unit tempat kerja, memastikan perlengkapan pasien untuk di
rumah, menyiapkan file asuhan keperawatan, menyiapkan alat bantu media untuk pendidikan
– Pelaksanaan terdiri dari perkenalan diri dan jelaskan tujuan, observasi lingkungan yang
berkaitan dengan keamanan perawat, lengkapi data hasil pengkajian dasar pasien, membuat
rencana pelayanan, lakukan perawatan langsung, diskusikan kebutuhan rujukan, kolaborasi,
konsultasi dll, diskusikan rencana kunjungan selanjutnya dan aktifitas yang akan dilakukan,
dokumentasikan kegiatan.
– Monitoring dan evaluasi antara lain keakuratan dan kelengkapan pengkajian awal,
kesesuaian perencanaan dan ketepatan tindakan, efektifitas dan efisiensi pelaksanaan
tindakan oleh pelaksana.
– Proses penghentian pelayanan home visit, dengan kriteria : tercapai sesuai tujuan, kondisi
pasien stabil, program rehabilitasi tercapai secara maksimal, keluarga sudah mampu
melakukan perawatan pasien, pasien di rujuk, pasien menolak pelayanan lanjutan, pasien
meninggal dunia.
– Pembiayaan home visit terdiri dari
a. Prinsip penentuan tarip antara lain pemerintah/masyarakat bertanggung jawab dalam
memelihara kesehatan, disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan keadaan sosial
ekonomi, mempertimbangkan masyarakat bepenghasilan rendah/asas gotong royong,
pembayaran dengan asuransi ditetapkan atas dasar saling membantu, mencakup seluruh unsur
pelayanan secara proporsional
b. Jenis pelayanan yang kena tarip antara lain jasa pelayanan tenaga kesehatan, imbalan atas
pemakaian sarana kesehatan yang digunakan langsung oleh pasien, dana transportasi untuk
kunjungan pasien
3. Kunjungan perawat ke kelompok prioritas terencana (posyandu usila, posyandu balita,
panti asuhan dan lain-lain)
a. Pengkajian keperawatan individu di kelompok
b. Pendidikan/penyuluhan kesehatan di kelompok
c. Pengobatan (sesuai kewenangan)
d. Rujukan pasien/masalah kesehatan
e. Dokumentasi keperawatan
4. Asuhan keperawatan pasien di ruang rawat inap Puskesmas
a. Pengkajian keperawatan individu
b. Tindakan keperawatan langsung (direct care) dan tidak langsung (lingkungan)
c. Pendidikan/penyuluhan kesehatan
d. Pencegahan infeksi di ruangan
e. Pengobatan (sesuai kewenangan)
f. Penanggulangan kasus gawat darurat
g. Rujukan pasien/masalah kesehatan
h. Dokumentasi keperawatan
i.
2.6 Pelaksana Kegiatan Perkesmas
Perawat koordinator Perkesmas di Puskesmas harus mempunyai kualifikasi yaitu minimal D3
Keperawatan dan pernah mengikuti pelatihan/sertifikasi Perkesmas serta memiliki
pengalaman kerja di Puskesmas yang mempunyai tugas sebagai berikut:6,8
a. Pertemuan dengan perawat pelaksana Perkesmas/penanggung jawab daerah binaan (darbin)
untuk mengidentifikasi masalah prioritas dengan data epidemiologi, merencanakan kegiatan
Perkesmas, memfasilitasi pembahasan masalah dalam Refleksi Diskusi Kasus (RDK),
membahas masalah keuangan.
b. Kunjungan lapangan untuk melakukan bimbingan pada perawat pelaksana
c. Penyusunan laporan yang disusun berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan Perkesmas yang
merupakan bahan pertanggung jawaban kepada Kepala Puskesmas

Sertifikasi bagi perawat Perkesmas yaitu:


a. Pelatihan Perkesmas
b. Pelatihan Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis (PMKK) untuk perawat koordinator
c. Pelatihan gadar (basic)
d. Pelatihan HIV/AIDS
e. Pelatihan Keperawatan Kesehatan jiwa Masyarakat (basic)
f. Pelatihan-pelatihan lainnya (program ISPA, PHBS, gizi, flu burung,dll)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perkesmas di wilayah kerja Puskesmas6

2.7 Indikator keberhasilan Perkesmas


Indikator keberhasilan kinerja Perkesmas terdiri dari:6
a. Indikator kinerja klinik
Ada 4 indikator dalam menilai keberhasilan kinerja klinik Perkesmas yaitu:
1. Indikator input
– Persentasi perawat koordinator (D3 Keperawatan)
– Persentasi perawat terlatih keperawatan kesehatan komunitas
– Persentasi Penanggung jawab daerah binaan/desa punya PHN kit
– Persentasi Puskesmas memiliki pedoman/standar
– Tersedia dana operasional untuk pembinaan
– Tersedia standar/pedoman/SOP pelaksanaan kegiatan
– Tersedia dukungan administrasi (buku register, family folder, formulir laporan, dll)
2. Indikator proses
– Persentasi keluarga rawan mempunyai family folder
– Maping (peta) sasaran Perkemas
– Rencana kegiatan Perkesmas (POA)
– Bukti Pembagian tugas perawat
– Ada kegiatan koordinasi dengan petugas kesehatan lain
– Catatan keperawatan
– Kegiatan Refleksi Diskusi Kasus
– Hasil pemantauan dan evaluasi
3. Indikator output (key indicator)
– Persentasi keluarga rawan dibina
– Persentasi keluarga selesai dibina
– Persentasi penderita (prioritas SPM) dilakukan tindak lanjut keperawatan (follow up care)
– Persentasi kelompok dibina
– Persentasi daerah binaan di suatu wilayah
4. Indikator hasil (Outcome) yang ingin dicapai adalah terbentuknya keluarga mandiri dalam
memenuhi kesehatannya/mengatasi masalah kesehatannya yang terdiri dari 4 tingkatan
keluarga mandiri (KM), masing-masingnya mempunyai kriteria-kriteria sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kriteria Keluarga Mandiri


Perilaku KM 1 KM II KM III KM IV
Menerima petugas Puskesmas + + + +
Menerima yankes sesuai rencana + + + +
Menyatakan masalah secara benar + + +
Memanfaatkan sarana kesehatan sesuai anjuran + + +
Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran + + +
Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif + +
Melaksanakan tindakan promotif secara aktif +

b. Indikator kinerja fungsional


Indikator kinerja fungsional yaitu indikator kinerja perawat Puskesmas untuk mengukur
pencapaian angka kredit jabatan fungsionalnya yaitu jumlah angka kredit yang dicapai sama
dengan jumlah kegiatan perawat dalam mencapai indikator klinik (output) nya.

2.8 Pemantauan dan Penilaian Perkesmas


Pemantauan dilaksanakan secara periodik setiap bulan oleh kepala Puskesmas dan Perawat
koordinator Perkesmas. Hasil pemantauan terhadap pencapaian indikator kinerja menjadi
masukan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja perawat berikutnya, peningkatan cakupan
dan mutu pelayanan kesehatan. Sedangkan penilaian dilaksanakan minimal setiap akhir tahun
dan hasilnya digunakan untuk masukan dalam penyusunan perencanaan kegiatan Perkesmas
pada tahun berikutnya. Untuk memudahkan pemantauan dan penilaian kinerja Perkesmas
maka dilakukan penyajian hasil dengan menggunakan tabel, grafik balok/garis atau grafik
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Penilaian dilakukan setahun sekali meliputi semua
aspek baik input, output, outcome sebagai masukan penyusunan rencana kegiatan Perkesmas
tahun berikutnya.
A. Identifikasi Masalah.
Menurunya derajat kesehatan masyarakat dalam rangka kegiatan Perawatan Kesehatan
Masyarakat (Perkesmas} diakibatkan oleh meningkatnya angka kesakitan pada keluarga
sasaran khususnya keluarga rawan, keluarga yang rentan terhadap masalah kesehatan. Hal ini
disebabkan karena adanya beberapa faktor, antara lain :
1. Meningkatnya suatu penyakit di masyarakat.
2. Kurangnya kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat oleh petugas.
3. Kurang akuratnya data yang tersedia
4. Lingkungan yang tidak sehat dan bersih.

Selanjutnya dapat diidentifikasi masalah yang berhubungan langsung dengan masalah utama
tersebut di atas adalah kurangnya kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat oleh petugas
yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Kurangnya kerjasama lintas program terkait.
2. Kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
3. Kurangnya kemampuan/keterampilan petugas (bidan dan pada perawat)
4. Kurangnya motivasi petugas.

B. Sasaran.
Dengan adanya identifikasi masalah diatas, maka penulis dapat mengemukakan sasaran yang
ingin dicapai dalam rangka menuju pemecahan masalah . Adapun sasaran yang dimaksud
adalah seperti di bawah ini.
Terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dalam rangka kegiatan Perkesmas
diakibatkan dari tercapainya penurunan angka kesakitan pada keluarga rawan yang rentan
terhadap masalah kesehatan. Penurunan angka kesakitan tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu :
1. Tertanggulanginya suatu penyakit di masyarakat
2. Terwujudnya peningkayan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat oleh petugas (bidan
dan perawat).
3. Tersedianya keakuratan data.
4. Terwujudnya lingkungan yang sehat dan bersih Sedangkan yang menyebabkan
terwujudnya peningkatan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat oleh petugas adalah :

1. Terwujudnya peningkatan kerjasama lintas program terkait.


Dengan sudah dilaksanakannya pelatihan petugas perawatan kesehatan masyarakat. Petugas
dari perogram terkait sudah memahami dan mengerti tentang pelaksanaan dari Program
Puskesmas. Bahwa program Puskesmas sangat mendukung untuk program puskesmas
lainnya tertutama dalam pencapaian cakupan program Kesehatan Ibu dan Anak dan program
Pemberantasan Penyakit menular temasuk Imunisasi.Program KIA dan Imunsasi adalah
program primadona. Untuk program KIA dalam hal pencapaian cakupan K.1 dan K.4,
sedangkan untuk pelayanan program Imunisasi petugas Puskesmas melakukan pembinaan
pada keluarga DO (Drop Out).Dari program Gizi petugas Puskesmas membantu dalam hal
pembinaan kelarga yang mempunyai bayi, anak balita, yang berat badannya berada dibawah
garis merah (Balita BGM) dan ibu hamil /ibu nifas yang kekuranan enegi sera membantu
dalam hal pelaksanaan pemberian makanan tambahan (PMT). Untuk program pemberantasan
Penyakit Menular (P2M) petugas Puskesmas membantu memberikan bimbingan serta tindak
lanjut untuk kasus-kasus penyakit menular maupun tidak menular.
2. Tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
Dengan terpenuhinya sarana dan prasarana khususnya peralatan medis dan ruangan yang
memadai dalam melaksanakan kegiatan akan menimbulkan suasana yang nyaman dan leluasa
sehingga dapat membuat jiwa kita menjadi tenang. Adanya peralatan medis khusus untuk
kegiatan program Puskesmas yang dipunyai oleh masing-masing petugas (bidan dan perawat)
akam memudahkan kegiatan Puskesmas di masyarakat. Dan program perawatan kesehatan
masyarakat bisa berjalan dengan lancar.

3. Terwujudnya peningkatan kemampuan/keterampilan petugas (bidan dan perawat).


Seperti sudah diuraikan pada bab terdahulu bahwa kendala/hambatan yang ditemui dalam
upaya peningkatan pelaksanaan kegiatan Perkesmas adalah faktor manusia sebagai pelaksana
yang mempunyai kelemahan, yaitu kurangnya kemampuan/keterampilan petugas untuk
melaksanakan tugas keperawatan.
Sebagai pendukung kelancaran dan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan Perkesmas
bagi petugas bagi petugas khususnya perawat, bidan dan bidan-bidan didesa perlu adanya
pelatihan, pembinaan yang terus menerus oleh atasan langsung atau dari pihak yang
berkepentingan, melaksanakan petunjuk teknis pelajaran.
Dengan adanya usaha tersebut diatas diharapkan akan meningkatkan
kemampuan/keterampilan bagi petugas Perkesmas, sehingga kegiatan perkesmas dapat
dilaksanakan secara optimal dan pada akhirnya akan terjadi peningkatan, baik disegi
pelayanan terhadap masyarakat maupun disegi pelayanan terhadap masyarakat maupun disegi
pencapaian cakupan/hasil kegiatan.
4. Terwujudnya motivasi kerja petugas.
Terwujudnya motivasi kerja dalam melaksanakan kegiatan Perkesmas tidak lepas dari
kemampuan/keterampilan petugas serta tersedianya sarana dan prasarana pendukung. Hal ini
secara tidak langsung membantu memotivasi petugas untuk melaksanakan tugas dengan baik.
Motivasi kerja petugas dilihat dari keaktifan petugas dalam membina desa binaan.

C. Alternatif Pemecahan.
Selanjutnya guna mengidentifikasi pemecahan masalah dan penetuan sasaran yang ingin
dicapai, maka perlu dibuat beberapa alternatif sebagai acuan untuk menuju rangkaian
pemecahan masalah sehingga terwujudnya peningkatan kemampuan /keterampilan petugas
Perkesmas khususnya perawat, bidan, dan bidan-bidan desa melalui kegiatan-kegiatan seperti
:
1. Melaksanakan study banding ke Puskesmas teladan.
2. Melaksanakan pelatihan petugas perkesmas.
3. Melaksanakan pembinaan.
4. Melaksanakan pembuatan petunjuk teknis pelajaran.
Dari beberapa kegiatan tersebut diatas kegiatan yang bisa dilaksanakan dan berpengaruh
langsung terhadap peningkatan kemampuan/keterampilan petugas Perkesmas yaitu kegiaatan
pelatihan bagi perawat, bidan dan bidan-bidan desa selaku pelaksana kegiatan Perkesmas.
Dengan adanya peningkatan kemampuan/keterampilan petugas Perkesmas oleh petugas yang
selanjutnya akan memungkinkan tercapainya penurunan angka kesakitan pada keluarga
rawan yang rentan terhadap maslah kesehatan dan pada akhirnya memungkinkan
terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Dengan adanya strategi pemecahan masalah dari sasaran yang diharapkan, dapatlah
ditentukan sasaran umum dan sasaran khusus dari rencana kerja yang ingin dicapai. Adapun
sasaran umum dan saran khusus yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Sasaran Umum :
Terwujudnya peningkatan kemampuan /keterampilan petugas Perkesmas melalui
pelaksanaan pelatihan petugas Perkesmas.
2. Sasaran Khusus :
Terwujudnya peningkatan kemampuan /keterampilan petugas Perawatan Kesehatan
Masyarakat (bidan dan perawat) melalui pelaksanaan pelatihan petugas Perkesmas

D. Langkah-Langkah Kegiatan.
Kegiatan yang kiranya diselenggarakan guna mencapai sasaran adalah dengan
melaksanakan pelatihan petugas perawatan Kesehatan Masyarakat untuk mewujudkan
peningkatan kemampuan/keterampilan bidan perawat.
Kegiatan tersebut diatas pelaksanaannya dapat dibagi menjadi beberapa tahapan kegiatan
antara lain :
1. Persiapan yang terdiri dari pembentukan panitia, pencairan dana, pembuatan
jadwal,penyiapan perlengkapan serta pemberitahuan peserta pelatihan.
2. Pelaksanaan terdiri dari http://www.kompasiana.com/mayaa/peran-perawat-dalam-
pembangunan-kesehatan-bangsa_55107e778133115a3bbc63f2

Rabu,28 September 2016.


Peran Perawat dalam Pembangunan Kesehatan Bangsa

3.C.Peran perawat

Perawat merupakan armada terbesar dalam pelayanan keperawatan namun besarnya kuantitas
ini belum di imbangi dengan kualitas pelayanan keperawatan yang baik, potensi dan SDM
perawat tidak begitu terlihat, standarisasi kewenangan perawat yang belum tertata rapi,
lemahnya regulasi yang mengikat, belum adanyasistem penghargaaan dan pengembangan
bagi keperawatan yang jelas, minimnya pengakuan terhadap keperawatan baik dari profesi
lain maupun masyarakat. Profesionalisme perawat di Indonesia belum terbangun, padahal di
negara lain penghargaan terhadap profesi ini sangat tinggi. Apabila potensi ini dimanfaatkan
dengan baik maka perawat akan menjadi garda terdepan dalam peningkatan derajat kesehatan
di indonesia. Terlalu banyak permasalahan di dalam keperawatan yang harus dibenahi segera
oleh bangsa ini. Artikel ini akan mencoba menganalisis mengapa potensi besar perawat ini
tidak bisa di manfaatkan dengan baik dan bagaimana penyelesaiannya melalui pendekatan
kebijakan publik. Dengan harapan kompleksitas masalah keperawatan dapat di atasi.

Situasi yang berlangsung saat ini, kompetensi perawat masih diragukan oleh beberapa pihak.
Banyak perawat yang belum kompeten melakukan tugasnya, misalnya saja hanya sedikit
sekali perawat yang mampu menghafal sedikitnya 8 asuhan keperawatan di luar kepala
apalagi menerapkannya, padahal asuhan keperawatan merupakan inti dari pelayanan
keperawatan. Untuk meningkatkan kompetensi perawat ini maka perlu adanya koordinasi
antara pendidikan dengan praktik di pelayanan, sehingga ada sinkronisasi antara pendidikan
dengan kebutuhan tenaga yang dibutuhkan saat ini, kemudian Proses penarikan perawat dari
fresh graduate perlu dipertimbangkan kualitasnya. sehingga kualifikasinya sesuai dengan
tenaga yang dibutuhkan. Selain itu standar kompetensi wajib untuk menjamin lulusan agar
mempunyai kemampuan yang tepat, maka diperlukan uji kompetensi bagi perawat. Uji
kompetensi ini akan menyeleksi perawat-perawat yang kompeten dan yang tidak kompeten,
sehingga perawat yang tidak kompeten akan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya.
Standar kompetensi ini akan menjadi tanggung jawab bagi konsil maupun asosiasi yang ada
karena itu di perlukan adanya konsil keperawatan. Kompetensi ini akan menjadi
landasan/pondasi bagi lulusan untuk memberikan pelayanan yang baik.

Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan juga harus sejalan dengan adanya sistem
pendidikan berkelanjutan yaitu pendidikan berlanjut setelah pendidikan profesional pra
pelayanan. Perawat profesional harus melanjutkan pendidikan dengan sasaran menjadi
mampu memberikan asuhan keperawatan efektif yang paling baru sehingga nantinya yang
paling banyak mendominasi di pelayanan adalah perawat lulusan SI. Selain itu perawat
jugadiharapkan mempunyai skill mix kompetensi (kombinasi dengan tim kesehatan
lain).Apilkasinya adalah adanya kerja sama antara dokter, perawat, tenaga kesehatan lain dan
tenaga penunjang lainnya. Skill mix kompetensi ini belum berjalan maksimal di indonesia
sehingga perlu adanya prosedur dan peraturan yang jelas mengatur kewenangan dan
kompetensi yang dibutuhkan untuk efektifnya skill mix

Perawat adalah suatu profesi yang sangat mulia, sebuah profesi yang di tuntut harus bekerja
semaksimal mungkin untuk bangsa ini dengan regulasi seadanya alias belum adanya
regulasi/peraturan yang mengatur dengan jelas tentang profesi tersebut, padahal ciri-ciri
sebuah profesi adalah berhak mengatur profesinya sendiri. Yang terjadi di indonesia saat ini,
profesi keperawatan di atur oleh pihak-pihak yang tidak mengerti tentang keperawatan itu
sendiri, sehingga apa yang di atur tidak sesuai dengan profesi keperawatan. Selain itu
kesejahteraan perawat perlu di tingkatkan untuk memberikan pelayanan yang memuaskan
bagi masyarakat, salah satu contoh dari tidak adanya regulasi yang jelas terhadap profesi
perawat adalah banyak perawat yang melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan
wewenangnya, sehingga menjadi terlupakan dengan asuhan keperawatan yang seharusnya
dilakukan sehingga dampak dari asuhan keperawatan tidak di rasakan langsung oleh
masyarakat dan hal ini ber imbas kepada minimnya pengakuan dari masyarakat terhadap
keperawatan. Disisi lain perawat yang melakukan tindakan yang bukan menjadi
wewenangnya akan sangat berbahaya bagi masyarakat maupun perawat itu sendiri, karena itu
perlu adanya regulasi yang jelas bagi profesi tersebut. Regulasi tersebut akan mengatur dan
memacu perkembangan keperawatan (pendidikan, penelitian dan pelayanan keperawatan)
yang sangat pesat.

Pengembangan pelayanan kesehatan sangat di tentukan oleh kebijakan kesehatan yang dibuat
oleh pemerintah. Pada kenyataannya belum ada produk kebijakan kesehatan untuk tenaga
keperawatan dan perawat tidak ikut terlibat dalam membuat kebijakan tersebut padahal
jumlah perawat yang sangat besar merupakan potensi yang besar dalam pengembangan
pelayanan kesehatan di indonesia. Keterlibatan perawat dalam perumusan kebijakan dan
perencanaan program kesehatan secara nasional sangat penting karena semua kebijakan
kesehatan dan program sumber daya manusia kesehatan secara langsung akan mempengaruhi
perawat, keterlibatan perawat membantu percepatan perkembangan profesi keperawatan,
termasuk kapasitas dalam bekerjasama secara konstruktif dalam sistem kesehatan nasional.
Upaya peningkatan pelayanan kesehatan akan dimulai dari bagaimana perawat dilibatkan
dalam proses pengambilan kebijakan baik secara nasional maupun di Rumah Sakit

Inti dari semua permasalahan diatas adalah di perlukannya suatu kebijakan dan peraturan.
untuk membuat kebijakan maka yang di perlukan pertama sekali adalah data/bukti (evidence
base). Bukti akan menjadi alat yang penting untuk melakukan atau mengambil sebuah
keputusan yang diperlukan dalam penyelesaian masalah, selanjutnya agar kebijakan ini
semakin mudah untuk di realisasikan maka perlu adanya pendekatan elit yang merujuk
kepada suatu kenyataan bahwa kelompok atas yang relatif sedikit akan selalu memiliki
kekuasaan lebih untuk mengatur kelompok bawah yang relatif banyak yang akan
mencerminkan kehendak dan nilai-nilai, misalnya nilai politik, kelompok, golongan, partai,
nilai-nilai organisasi,birokrat,nilai-nilai pribadi dan lain-lain. selanjutnya pendekatan
kelembagaan dimana dalam model kelembagaan sebuah kebijakan publik diambil,
dilaksanakan, dan dipaksakan secara otoritatif oleh lembaga yang ada dalam pemerintahan,
misalnya parlemen, kepresidenan, pemerintah daerah dan sebagainya yang memiliki beberapa
karakteristik yaitu pemerintah mampu memberikan legitimasi atas kebijakan yang
dikeluarkan, kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah mampu bersifat universal terakhir
adalah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah mampu memonopoli paksa semua masyarakat
dalam artian mampu menjatuhkan sanksi bagi pelanggar kebijakan. Hal lain yang perlu
dilakukan adalah membangun jejaring kebijakan dengan melakukan pendekatan advokasi
agar kebijakan publik dapat di terima dan di dukung kuat oleh berbagai pihak caranya dengan
melakukan pemahaman dan pengetahuan yang mendalam tentang pihak-pihak yang
berkaitan, kemudian pendekatan negosiasi dimana pengambilan kebijakan publik harus
mampu berkomunikasi dan melakukan bergaining dengan aktor-aktor lain dalam proses
pembuatan keputusan, pendekatan deliberasi publik, pendekatan ini meyakini dan
menyarankan perlunya perlibatan publik yang lebih luas baik struktur formal maupun di luar
struktur formal.
Keperawatan adalah sebuah profesi yang apabila di optimalkan maka akan membawa
pengaruh yang besar terhadap peningkatan derajat kesehatan bangsa. untuk mengoptimalkan
tenaga keperawatan ini di perlukan suatu peraturan ataupun kebijakan yang jelas tentang
profesi keperawatan dan perlu melibatkan perawat dalam membuat kebijakan itu sendiri.
sehingga kebijakan itu sendiri dapat di jadikan sebagai dasar dalam pengembangan
keperawatan yang akan berdampak pada perkembangan kesehatan di indonesia. karena itu
pemerintah perlu melakukan evaluasi terhadap kebijakan sejauh mana kebijakan tersebut
dapat membawa perubahan terhadap masyarat dan keperawatan, melibatkan perawat dalam
membuat kebijakan kesehatan dan segera mengesahkan UU keperawatan dimana UU
keperawatan ini tidak hanya penting bagi perawat tetapi juga bagi masyarakat banyak.

http://www.kompasiana.com/mayaa/peran-perawat-dalam-pembangunan-kesehatan-
bangsa_55107e778133115a3bbc63f2
Rabu,28 September 2016
BAB 7

OTONOMI DAERAH

1.A.Pengertian Geostrategi dan Konsep Astagatra

Strategi diartikan suatu upaya memanfaatkan kondisi geografi Negara dalam menentukan
kebijakan, tujuan, sarana untuk mencapai tujuan nasional (pemanfaatan kondisi lingkungan
dalam mewujudkan tujuan politik). Geostrategi Indonesia diartikan pula sebagai metode
untuk mewujudkan cita-cita proklamasi sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan
dan UUD 1945.

Geostrategi merupakan upaya untuk mencapai tujuan atau sasaran ditetapkan sesuai dengan
keinginan politik. Karena strategi sendiri merupakan upaya pelaksanaan, maka strategi pada
hakekatnya merupakan suatu seni yang implementasinya didasari oleh intuisi, perasaan dan
hasil pengalaman. Strategi juga merupakan ilmu yang langkah-langkahnya selalu berkaitan
dengan data dan fakta yang ada. Seni dan ilmu digunakan sekaligus untuk membina atau
mengelola sumber daya yang dimiliki dalam suatu rencana dan tindakan.[2]

Geostrategi untuk negara dan bangsa Indonesia adalah kenyataan posisi silang Indonesia dari
berbagai aspek antara lain : aspek geografi, aspek demografi, ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya dan hankam.

Geostrategi Indonesia berawal dari kesadaran bahwa bangsa dan negara ini mengandung
sekian banyak anasir-anasir pemecah belah l 1 yang setiap saat dapat meledak dan mencabik-
cabik persatuan dan kesatuan bangsa. Hal itu tampak jelas pada tahun 1998 dimana timur-
timur lepas dari Negara kesatuan Rebublik Indonesia. Tidak hanya itu saja, tatkala bangsa
kita lemah karena sedang berada dalam suasana tercabik-cabik maka serentak pulalah harga
diri dan kehormatan dengan mudah menjadi bahan tertawaan di forum
internasional. Disitulah ketidakberdayaan kita menjadi tontonan masyarakat internasional,
yang sekaligus, apabila kita sekalian sadar, seharusnya menjadi pelajaran berharga.

Pada perkembangannya geostrategi indonesia bagi menjadi empat periode yaitu yang pertama
tahun 1962-an geopolitik indonesia disebut SESKOAD. Hal ini ditujukan terhadap adanya
kekhawatiran mengenai komunis, yang kedua Tahun 1965 (Tanas) menyatakan bahwa
geostrategi Indonesia harus berupa sebuah konsep strategi untuk mengembangkan keuletan
dan daya tahan, pengembangan kekuatan nsional untuk menghadapi dan menangkal ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan baik bersifat internal maupun eksternal. Yang ketiga
Tahun 1972 juga dikenal dengan istilah Tanas tetapi dengan pendekatan keamanan dan
kesejahteraan guna menjaga identitas kelangsungan serta integritas nasional sehingga dan
tujuan nasional dapat tercapai. Yang keempat Tahun 1978 disebutkan bahwa geostrategi
Indonesia ditegaskan wujudnya dalam bentuk rumusan ketahanan nasional sebagai kondisi,
metode, dan doktrin dalam pemmbangunan nasional.

Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis yang harus diwujudkan oleh suatu Negara
dan harus dibina secara dini terus menerus dan sinergi dengan aspek-aspek kehidupan bangsa
lain. Pemikiran konseptual tentang ketahanan nasional inididasarkan atas konsep geostrategi
yang merupakan konsep yang dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan kondisi
bangsa dan kondisi stelasi geografi Indonesia yang disebut dengan konsep ketahanan
nasional.

Konsepsi ketahanan nasional merupakan suatu konsepsi di dalam pengaturan dan


penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang mencangkup segenap kehidupan bangsa
yang dinamakan ASTAGATRA yang meliputi aspek Alamiah (TRIGATRA), dan aspek
Sosial (PANCAGATRA).

Yang dimaksud dengan aspek alamiah (trigatra) yaitu :

a. posisi dan lokasi geografi negara

posisi dan lokasi Negara kesatuan republik Indonesia memberikan gambaran tentang bentuk
kedalam (menampakkan corak wujud dan tata susunan tertentu), dan bentuk keluar (situasi
dan kondisi lingkungan serta hubungan timbale balik antara Negara dan lingkungan) dari
Negara kita. Posisi dan lokasi ini merupakan wadah bagi bangsa yang mendiaminya serta
saling mempengaruhi satu sama lain, dan dengan batas nasional tertentu membedakan Negara
Indonesia dengan bangsa lain.

Negara Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dikelilingi oleh lautan. Posisi dan
lokasi Negara Indonesia berada dalam posisi silang di jalan silang dunia yaitu antara benua
asia dan benua Australia serta samudra pasifik dan samudra hindia. Kondisi yang demikian
tidak hanya bersifat fisik tetapi juga terbuka terhadap segala pengaruh dan aliran sosial.

b. keadaan dan kekayaan alam

sebagai makhluk tuhan, untuk hidup berkembang biak dan mempertahankan diri, mereka
memanfaatkan alam dan kekayaan yang terkandung di dalamnya. Tentu dalam pemanfaatan
itu harus seimbang dan seirama dengan perkembangan penduduk.

Kekayaan alam terbagai menjadi tiga golongan yaitu hewani (fauna), nabati (flora) dan
mineral (ada yang dapat diperbaharui dan ada yang tidak dapat diperbaharui). Kekayaan alam
di atas terbagi menjadi tiga lingkungan yaitu di atmosfir, di permukaan bumi dan di dalam
bumi. Setiap bangsa wajib mengelola sumber daya alam untuk kepentingan kesejahteraan
maupun keamanan. Hal tersebut menjadi penting untuk menjaga agar tidak terjadi
ketimpangan antara perkembangan potensi alam dengan jumlah penduduk, baik secara
nasional maupun di dalam konteks dunia (global). Karena hal tersebut dapat membahayakan
ketahanan nasional.

c. keadaan dan kemampuan penduduk

penduduk merupakan manusia yang tinggal di suatu tempat atau wilayah. Yang termasuk di
dalam masalah penduduk antara lain : jumlah penduduk, komposisi penduduk, dan distribusi
penduduk. Masalah penduduk ini pada umumnya dikaitkan dengan pencapaian tingkat
kemakmuran (kesejahteraan dan keamanannya). Ada faktor positif dan negatif dari keadaan
dan kemampuan penduduk yang langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi ketahanan
nasional.

sedangkan aspek sosial (pancagatra) meliputi :


a. Ideologi

Suatu bangsa memerlukan landasan falsafah bagi kelangsungan hidupnya yang sekaligus
berfungsi sebgai dasar dan cita-cita nasional yang hendak dicapai. Bangsa Indonesia memiliki
falsafah Negara yang kita kenal dengan pancasila yang lahir dari nilai-nilai yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat Indonesia. Makin tinggi kesadaran dan ketaatan suatu bangsa
mengamalkan ideologi negaranya, maka semakin tinggi pula tingkat ketahanan nasional
dibidang ideologinya.

b. Politik

Masalah politik yang kita maksudkan di sini dalam konteksnya dengan Negara. Pusat
kekuasaan suatu Negara berada pada pemerintahannya, maka perjuangan memperoleh
kekuatan berubah menjadi perjuangan mengurusi pemerintah.

Jika dianaligikan dengan ketahanan nasional, maka ketahanan nasional dibidang politik
berarti suatu kondisi dinamik suatu bangsa, yang berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan baik yang datang dari luar
maupun dari dalam yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan
hidup politik bangsa dan Negara.

Bagi Negara berkembang seperti Indonesia, maka bidang politikmasih banyak masalah yang
harus dihadapi. Kesadaran nasional yang masih perlu ditingkatkan, kwalitas pertisipasi rakyat
yang masih belum bersifat nasional, serta dibutuhkan inisiatif pemerintah yang memadai,
agar terjadi keseimbangan dan keserasian. Maka tingkat ketahanan politik dapat diukur
dengan kemampuan suatu sistem politik dalam menghadapi dan menanggulangi problemnya.

c. Ekonomi

Ketahanan nasional dibidang ekonomi merupaka suatu kondisi dinamik suatu bangsa yang
berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional didalam menghadapi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang
membahayakan kehidupan ekonomi bangsa dan Negara.

Oleh karena itu untuk ketahanan nasional dibidang ekonomi ini diperlukan pembinaan
ekonomi yang pada dasarnya adalah menentukan kebijaksanaan ekonomi dan pembinaan
faktor produksi serta pengolahannya di dalam produksi dan distribusi serta pengelolaanya di
dalam distribusi barang dan jasa, baik di dalam negeri maupun didalam hubungannya dengan
luar negeri.

d. Sosial budaya

Faktor yang mempengaruhi ketahanan nasioanl dibidang sosial budaya adalah tradisi. Tradisi
bangsa adalah seluruh kepercayaan, anggapan dan tingkah laku yang terlembagakan yang
diwariskan dan diteruskan dari generasi kegenerasi serta memberikan suatu bengsa sistem
nilai dan sistem norma untuk menjawab tantangan setiap tahap perkembangan sosial. Tradisi
berisfat dinamis dapat membantu ketahanan nasional, tetapi tradisionalisme yang sikap atau
pandangan memuji secara berlebihan masa kehendaknya dapat kita tinggalkan.
e. Militer HANKAM

Pertahanan kemanan adalah daya upaya rakyat dengan angkatan bersenjata sebagai inti dan
merupakan salah satu fungsi utama pemerintah Negara dalam menegakkan ketahanan
nasional dengan tujuan mencapai keamanan bangsa dan Negara, serta kemampuan
perjuangannya dilaksanakan dengan menyusun, mengerahkan dan menggerakkan seluruh
potensi dan kekuatan masyarakat dalam seluruh bidang kehidupan nasional secara terintegrasi
dan terkoordinasi.

Ketahanan nasioanal dibidang HANKAM merupakan suatu kondisi dinamis suatu bangsa
yang berisi kemampuan mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang membahayakan
pertahanan dan keamanan bangsa dan Negara.

2. 2Upaya Indonesia dalam Mencapai Perdamaian Dunia

Sejak dahulu Indonesia selalu aktif dalam upaya mencapai suatu perdamaian dunia,
geostrategi Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia terbentuk dalam sistem poltik
luar negeri yang diterapkan di Indonesia. Dasar hukum pelaksanaan politik luar negeri
Republik Indonesia tergambarkan secara jelas di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 alinea I dan alinea IV. Alinea I menyatakan “bahwa kemerdekaan ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan”. Pada alinea IV dinyatakan bahwa “dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial”.

Dari dua kutipan di atas, jelaslah bahwa politik luar negeri RI mempunyai landasan atau
dasar hukum yang sangat kuat, karena diatur di dalam Pembukaan UUD 1945. Selain dalam
pembukaan terdapat juga dalam beberapa pasal contohnya pasal 11 ayat 1, 2,3 dan pasal 13
ayat 1,2,3.

a. Pasal 11 UUD 1945

1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat


perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.

2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat


yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara,
dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang.

b. Pasal 13 UUD 1945

1) Presiden mengangkat duta dan konsul.

2) Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan


Rakyat.
3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat.

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa rumusan yang ada pada alinea I dan alinea IV
Pembukaan UUD 1945 merupakan dasar hukum yang sangat kuat bagi politik luar negeri
Republik Indonesia. Dari rumusan tersebut, kita belum mendapatkan gambaran mengenai
makna politik luar negeri yang bebas aktif. Karena itu dalam uraian ini akan dikutip beberapa
pendapat mengenai pengertian bebas dan aktif. Menurut A.W Wijaya Bebas artinya tidak
terikat oleh suatu ideologi atau oleh suatu politik negara asing atau oleh blok negara-negara
tertentu, atau negara-negara adikuasa (super power). Aktif artinya dengan sumbangan
realistis giat mengembangkan kebebasan persahabatan dan kerjasama internasional dengan
menghormati kedaulatan negara lain.

Dalam konteks pada masa sekarang pengertian bebas aktif seperti yang dijelaskan di atas
sudah tidak relevan lagi mengingat pada masa sekarang sudah tidak ada lagi blok barat
maupun blok timur. Namun system politik luar negeri tetap menganut system politik luar
negeri bebas aktif artinya apa bahwa Indonesia selalu mau bekerja sama dengan Negara
manapun serta Indonesia tetap aktif dalam usaha mewujudkan perdamaian dunia.

Berbagai usaha dilakukan oleh Indonesia dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia antara
lain : Indonesia sebagai anggota OIC (Organization Islamic Conference) menjadi pendorong
bagi perdamaian di Timur Tengah khususnya mendukung Palestina sebagai negara merdeka
dari pendudukan zionisme Israel. Indonesia juga menjadi tuan rumah dan pemrakarsa
Konferensi Internasional Ulama sedunia pada bulan April 2007 di Bogor.

Disini para ulama sedunia menyuarakan penghentian kekerasan di Irak, Lebanon dan
Palestina. Pertemuan itu mengeluarkan pernyataan agar Amerika Serikat tidak menjadi
pemecah-belah umat Islam di Timur Tengah yang ditenggarai para ulama sebagai alasan
tidak terselesaikannya perdamaian di dunia Arab. Indonesia juga mempromosikan Islam yang
moderat, toleran, solidaritas, serta meningkatan dialog lintas budaya dan peradaban, karena
pada saat ini masyarakat internasional salah persepsi bahwa penyerangan yang dilakukan
oleh segelintir orang muslim terhadap kepentingan barat dalam bentuk teror dipahami sebagai
benturan antar peradaban, tapi melainkan terjadi karena ketidakadilan dan ketimpangan sosial
di dunia.

Peran Indonesia dalam hal HAM yaitu, telah meratifikasi Konvenan Internasional tentang
Hak ekonomi sosial dan budaya dan Konvenan internasional tentang hak Sipil dan politik.
Kemudian, kepercayaan Internasional kepada Indonesia menjadikan Indonesia sebagai ketua
Komisi HAM tahun 2006 dan terpilih kembali menjadi Dewan HAM dalam periode satu
tahun 2006-2007. tetapi sangat disayangkan karena Indonesia sendiri belum menegakkan
HAM secara tegas. Hal itu terkait dengan belum terungkapnya kasus-kasus seperti, Tragedi
Tanjung Priok, Talangsari, kerusuhan Mei 1998, tragedi Semanggi dan kematian aktivis
HAM (Munir).

Di badan PBB Indonesia terpilih bersama Qatar dari kawasan Asia menjadi DK tidak tetap di
PBB, namun Indonesia tidak menunjukkan Independensinya dengan ikut menyetujui sanksi
terhadap Iran yang dituduh Amerika Serikat (AS) mengoperasikan reaktor nuklir untuk
membuat senjata nuklir yang dirasa AS akan mengancam keamanan negerinya. Saya
berpendapat Indonesia melakukan itu karena mendapat tekanan dari AS dimana kepentingan
nasional Indonesia banyak bergantung kepada AS. Sebagai anggota PBB Indonesia juga telah
banyak ikut serta dalam Peace Keeping Operation salah satunya di Lebanon setelah
penyerangan Israel baru-baru ini. Dibidang pertahanan Indonesia telah menjajaki kerjasama
dalam bidang produksi senjata dengan India dalam pertemuan Komite Bersama Kerja Sama
Pertahanan RI-India di Jakarta, 12-14 Juni 2007, yang diharapkan Indonesia mampu
menciptakan alat utama sistem persenjataan secara mandiri yang diperlukan dalam menjaga
kedaulatan negara dari ancaman pihak luar. Pembelian pesawat tempur dan kapal selam
Rusia juga ditempuh agar tidak tergantung dengan negara Barat khususnya Amerika Serikat

Semua peran internasional Indonesia diatas merupakan poin penting untuk meningkatkan
kepercayaan kepada masyarakat internasional dalam ikut menyelesaikan masalah
internasional. Bila masyarakat internasional telah hormat dan segan kepada Indonesia,
diyakini pihak-pihak luar enggan mengusik Indonesia. Dengan modal kepercayaan itulah
Indonesia akan mempunyai nilai tawar yang tinggi untuk mencapai kepentingan nasional
dalam hubungannya dengan negara lain dan bangsa Indonesia dapat menentukan nasibnya
sendiri tanpa didikte pihak lain. Peran Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia
merupakan amanah dari pembukaan UUD 1945, yaitu ikut mewujudkan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

https://chachaecca14.wordpress.com/2014/05/14/makalah-geostrategi-indonesia-mata-kuliah-
kewarganegaraan/

Rabu,28 September 2016


OTONOMI DAERAH

2.B.Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata
otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos.
Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat diartikan
sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna
mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah.[1]

Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai
implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah
kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur,
memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerah masing-masing.

Dasar hukum

 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 18 Ayat 1 - 7,


Pasal 18A ayat 1 dan 2 , Pasal 18B ayat 1 dan 2.
 Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah,
Pengaturan, pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yg Berkeadilan,
serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka NKRI.
 Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
 UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
 UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah (Revisi UU No.32 Tahun 2004)

Pelaksanaan

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang penting dalam rangka memperbaiki
kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah
dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing.

Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999


tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839). Pada tahun 2004, Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dianggap tidak sesuai lagi
dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi
daerah[2] sehingga digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437). Selanjutnya, Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah hingga saat ini telah mengalami
beberapa kali perubahan, terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844).
Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan
kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau
tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan
yaitu pemerintah daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka
membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan perundang-undangan.[3]

Tujuan

Adapun tujuan pemberian otonomi daerah adalah sebagai berikut

 Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.


 Pengembangan kehidupan demokrasi.
 Keadilan nasional.
 Pemerataan wilayah daerah.
 Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam
rangka keutuhan NKRI.
 Mendorong pemberdayaaan masyarakat.
 Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat,
mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Secara konseptual, Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yang meliputi: tujuan politik,
tujuan administratif dan tujuan ekonomi. Hal yang ingin diwujudkan melalui tujuan politik
dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik
melalui partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Perwujudan tujuan administratif
yang ingin dicapai melalui pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya pembagian urusan
pemerintahan antara pusat dan daerah, termasuk sumber keuangan, serta pembaharuan
manajemen birokrasi pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan ekonomi yang ingin dicapai
dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah terwujudnya peningkatan indeks
pembangunan manusia sebagai indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.[4]

Di era reformasi ini, banyak orang membicarakan tentang otonomi daerah. Tetapi apakah
sebenarnya otonomi daerah itu? Pada bagian ini saya ingin mengupas sedikit tentang konsep
dasar otonomi daerah.

Ada banyak definisi tentang otonomi daerah yang dikemukakan para ahli. Tetapi saya ingin
mengawalinya dengan definisi yang diadopsi oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah. Menurut undang-undang ini, yang dimaksud dengan otonomi
daerah adalah “hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia“.

Definisi tersebut mengisyaratkan tiga hal. Pertama, otonomi daerah bukan hanya soal hak dan
wewenang, namun juga soal kewajiban. Yakni, kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri. Kedua, hak, wewenang, dan tanggung jawab
tersebut terkait dengan urusan pemerintah sekaligus kepentingan masyarakat. Artinya,
otonomi daerah dilaksanakan demi kepentingan administrasi pemerintahan sekaligus
kepentingan pelayanan publik. Ketiga, pelaksanaan otonomi daerah tersebut dilakukan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Artinya, betapapun suatu daerah memiliki
otonomi untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri, pelaksanaannya tidak boleh
bertentangan dengan aturan dan kebijakan yang telah digariskan pemerintah pusat.

Dari definisi tersebut, kita dapat menggarisbawahi bahwa substansi otonomi daerah adalah
peningkatan kualitas administrasi pemerintahan dan pelayanan publik. Itulah mengapa,
otonomi daerah pada hakikatnya adalah otonomi masyarakat daerah, bukan sekedar otonomi
pemerintah daerah (Harris, 2007). Bahwa berkat otonomi daerah aparatur pemerintahan
daerah memiliki hak dan wewenang yang baru, namun hak dan wewenang tersebut bukanlah
untuk kepentingan pemerintah semata, namun untuk kepentingan masyarakat.

Hal ini tersebut digarisbawahi sebab kadang-kadang pelaksanaan otonomi daerah justru
menciptakan “raja-raja kecil” di daerah, yang tiba-tiba memiliki privilege khusus untuk
mengelola sendiri rumah tangga daerahnya demi kepentingan pribadi atau kelompoknya.
Otonomi daerah pada hakikatnya adalah hak daerah untuk “menikmati” kebebasannya
mengelola rumah tangganya dan untuk mensejahterakan dirinya. Bukan hak kepala daerah
yang dengan semena-mena mengelola rumah tangganya untuk kepentingan dirinya sendiri.

Karena itu, saya setuju dengan pendapat Syamsuddin Harris (2007) bahwa dalam
pelaksanaan otonomi daerah, masyarakat harus menjadi subyek , bukan obyek otonomi
daerah. Sebagai subyek otonomi artinya masyarakat harus bertindak sebagai “pelaku” utama,
bersama pemerintah dalam mewujudkan cita-cita otonomi daerah. Dengan kata lain,
masyarakat harus didengar pendapatnya baik dalam proses dalam penyusunan kebijakan,
pengambilan keputusan, implemenyasi kebijakan, serta evaluasi kebijakan otonomi daerah.
Tanpa partisipasi masyarakat yang demikian, menurut saya, praktik otonomi daerah akan
kehilangan maksud dan substansinya. Anda setuju?

p, Asas, dan Tujuan Otonomi Daerah

Indonesia merupakan salah satu negera dari berbagai negara di dunia yang menganut sistem
otonomi daerah dalam pelaksanaan pemerintahannya. Pelaksanaan otonomi daerah sudah
mulai diberlakukan pada tahun 1999 yang diharapkan dapat membantu serta mempermudah
dalam berbagai urusan penyelenggaraan negara. Dengan adanya otonomi daerah, daerah
memiliki hak guna untuk mengatur daerahnya sendiri namun masih tetap dikontrol oleh
pemerintah pusat serta undang-undang. Otonomi daerah adalah bagian dari desentralisasi.
Berikut pengertian otonomi daerah.

Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, serta kewajiban daerah otonom guna untuk
mengatur serta mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat daerah
tersebut yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara harfiah, kata otonomi
daerah berasal dari otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, kata otonomi berasal dari
autos dan namos. Autos yang memiliki arti "sendiri" serta namos yang berarti "aturan" atau
"undang-undang". Sehingga otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewenangan untuk
mengatur sendiri atau kewenangan guna untuk membuat aturan untuk mengurus daerahnya
sendiri. Sedangkan daerah merupakan kesatuan masyarakat hukum dan mempunyai batas-
batas wilayah.

Pelaksanaan otonomi daerah selain memiliki landasan pada acuan hukum, juga sebagai suatu
implementasi tuntutan globalisasi yang diberdayakan dengan cara memberikan daerah
tersebut kewenangan yang luas, nyata dan memiliki tanggung jawab, terutam dalam hal
mengatur, memanfaatkan, serta menggali berbagai sumber-sumber potensi yang terdapat di
daerahnya masing-masing.

Pengertian Otonomi Daerah Menurut Para Ahli

1. F. Sugeng Istianto

Otonomi daerah merupakan sebuah Hhk dan wewenang guna untuk mengatur serta
mengurus rumah tangga daerah.

2. Ateng Syarifuddin

Otonomi memiliki makna kebebasan atau kemandirian namun bukan kemerdekaan


melainkan hanya sebuah kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu terwujud
sebagai suatu pemberian kesempatan yang harus mampu dipertanggungjawabkan.

3. Syarif Saleh

Otonomi daerah merupakan hak mengatur serta memerintah daerah sendiri dimana
hak tersebut adalah hak yang diperoleh dari pemerintah pusat.

4. Kansil

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, serta kewajiban daerah guna untuk mengatur
serta mengurus rumah tangganya atau daerahnya sendiri sesuai perundang-undangan
yang masih berlaku.
5. Widjaja

Otonomi daerah merupakan salah satu bentuk dari desentralisasi pemerintahan yang
dasarnya ditujukan guna untuk memenuhi kepentingan bangsa secara menyeluruh,
merupakan suatu upaya yang lebih mendekatkan berbagai tujuan penyelenggaraan
pemerintahan sehingga dapat mewujudkan cita-cita masyarakat yang adil dan
makmur.

6. MahwoodOtonomi daerah adalah hak dari masyarakat sipil guna untuk mendapatkan
kesempatan serta perlakuan yang sama, baik dalam hal mengekspresikan serta
memperjuangkan kepentingan mereka masing-masing, dan ikut mengontrol
penyelenggaraan kinerja pemerintahan daerah.
7. Benyamin HoeseinMenurut Benyamin Hoesein, otonomi daerah adalah pemerintahan
oleh serta untuk rakyat di bagian wilayah nasional Negara secara informal berada
diluar pemerintah pusat.
8. MariunOtonomi daerah adalah suatu kebebasan atau kewenangan yang dimiliki
pemerintah daerah sehingga memungkinkan mereka dalam membuat inisiatif sendiri
untuk mengelola serta mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki daerahnya.
Otonomi daerah adalah kebebasan atau kewenangan untuk dapat bertindak sesuai
dengan kebutuhan masyarakat pada daerah setempat.
9. Vincent LemiusOtonomi daerah merupakan kebebasan atau kewenangan dalam
membuat keputusan politik maupun administasi yang sesuai dengan peraturan
perundang- undangan. Di dalam otonomi daerah terdapat kewenangan yang dimiliki
oleh pemerintah daerah dalam menentukan apa yang menjadi kebutuhan daerahnya
namun kebutuhan daerah setempat masih senantiasa harus disesuaikan dengan
kepentingan nasional sebagaimana diatur peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi.

Dasar Hukum Otonomi Daerah

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


2. Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 mengenai Penyelenggaraan Otonomi
Daerah, Pengaturan, pembagian, serta Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yangg
Berkeadilan, dan perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 mengenai Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
4. UU No. 31 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah.
5. UU No. 33 Tahun 2004 mengenai Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah.

Pelaksanaan Otonomi Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah adalah titik fokus penting guna


memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah disesuaikan oleh pemerintah
daerah itu sendiri dengan potensi yang ada serta ciri khas dari daerahnya masing-masing.

Otonomi daerah sudah diberlakukan di Indonesia dengan melalui Undang-Undang Nomor 22


Tahun 1999 mengenai Pemerintahan Daerah. Pada tahun 2004, Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 mengenai Pemerintahan Daerah sudah dianggap tidak sesuai dengan adanya
perkembangan keadaan dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, sehingga sudah
digantikan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sampai saat ini sudah banyak mengalami perubahan,
terakhir kali adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 mengenai Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah.

Hal ini dapat dijadikan kesempatan yang baik bagi pemerintah daerah guna membuktikan
kemampuannya untuk melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah masing-masing.
Maju dan tidaknya suatu daerah ditentukan oleh kemampuan serta kemauan dalam
melaksanakannya. Pemerintah daerah dapat bebas berkreasi dalam rangka membangun
daerahnya masing-masing, tentu saja masih tidak melanggar dengan perundang-undangan
yang berlaku.

Tujuan Otonomi Daerah


Berikut ini tujuan otonomi daerah :

1. Peningkatan terhadap pelayanan masyarakat yang semakin lebih baik.


2. Pengembangan kehidupan yang lebih demokrasi.
3. Keadilan nasional.
4. Pemerataan wilayah daerah.
5. Pemeliharaan hubungan antara pusat dengan daerah serta antar daerah dalam rangka
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
6. Mendorong pemberdayaaan masyarakat.
7. Menumbuhkan prakarsa serta kreativitas, meningkatkan peran serta keterlibatan
masyarakat, mengembangkan peran serta fungsi dari DPRD.

Secara konseptual, negara Indonesia dilandasi oleh 3 tujuan utama antara lain : tujuan politik,
tujuan administratif, serta tujuan ekonomi.

Hal yang ingin dicapai melalui tujuan politik adalah upaya dalam mewujudkan demokratisasi
politik dengan cara melalui partai politik dan DPRD.

Hal yang ingin dicapai melalui tujuan administratif adalah


adanya pembagian antara urusan pemerintahan pusat dengan pemerintah daerah, termasuk
sumber keuangan, pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan daerah.

Sedangkan tujuan ekonomi adalah terwujudnya peningkatan indeks pembangunan manusia


yang digunakan sebagai indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Prinsip Otonomi Daerah

Prinsip otonomi daerah yaitu menggunakan prinsip otonomi yang nyata, prinsip otonomi
yang seluas-luasnya, serta berprinsip otonomi yang dapat bertanggung jawab. Kebebasan
otonomi yang diberikan terhadap pemerintah daerah merupakan kewenangan otonomi yang
luas, nyata, dan dapat bertanggung jawab. Berikut prinsip otonomi daerah :

1. Prinsip otonomi seluas-luasnya

Daerah diberikan kebebasan dalam mengurus serta mengatur berbagai urusan


pemerintahan yang mencakup kewenangan pada semua bidang pemerintahan, kecuali
kebebasan terhadap bidang politik luar negeri, agama, keamanan, moneter, peradilan,
keamanan, serta fiskal nasional.
2. Prinsip otonomi nyata

Daerah diberikan kebebasan dalam menangani berbagai urusan pemerintahan dengan


berdasarkan tugas, wewenang, serta kewajiban yang senyatanya telah ada dan
berpotensi dapat tumbuh, hidup, berkembang dan sesuai dengan potensi yang ada dan
ciri khas daerah.

3. Prinsip otonomi yang bertanggung jawab

Prinsip otonomi yang dalam sistem penyelenggaraannya harus sejalan dengan tujuan
yang ada dan maksud dari pemberian otonomi, yang pada dasarnya guna untuk
memberdayakan daerahnya masing-masing termasuk dalam meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Asas Otonomi Daerah

Pedoman pemerintahan diatur Pasal 20 UU No. 32 Tahun 2004. Penyelenggaraan


pemerintahan yang berpedoman pada asas umum dalam penyelenggaraan negara yang terdiri
sebagai berikut :

1. Asas kepastian hukum

Asas yang lebih mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan


dalam kebijakan penyelenggara negara.

2. Asas tertib penyelenggara

Asas yang menjadi landasan keteraturan, keseimbangan, serta keserasian dalam


pengendalian penyelenggara negara.

3. Asas kepentingan umum

Asas yang lebih mengutamakan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif,
akomodatif, serta selektif.

4. Asas keterbukaan

Asas yang membuka diri terhadap hak-hak masyarakat guna memperoleh berbagai
informasi yang benar, nyata, jujur, serta tidak diskriminatif mengenai penyelenggara
negara dan masih tetap memperhatikan perlindungan hak asasi pribadi, golongan,
serta rahasia negara.

5. Asas proporsinalitas

Asas yang lebih mementingkan keseimbangan hak dan kewajiban

6. Asas profesionalitas

Asas yang lebih mengutamakan keadilan berlandaskan kode etik serta berbagai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang masih berlaku.

7. Asas akuntabilitas

Asas yang menentukan setiap kegiatan serta hasil akhir dari suatu kegiatan
penyelenggara negara harus dapat untuk dipertanggungjawabkan kepada rakyat
sebagai pemegang kedaulatan yang tertinggi negara sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

8. Asas efisiensi dan efektifitas

Asas yang dapat menjamin terselenggaranya kepada masyarakat menggunakan


sumber daya yang tersedia secara optimal serta bertanggung jawab.
Penyelenggaraan otonomi daerah menggunakan 3 asas sebagai berikut :

1. Asas desentralisasi

Penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah dan kepada daerah otonom


dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Asas dekosentrasi

Pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada gubernur yang dijadikan sebagai


wakil pemerintah atau perangkat pusat daerah.

3. Asas tugas pembantuan

Penugasan dari pemerintah kepada daerah serta desa dan dari daerah ke desa guna
melaksanakan berbagai tugas tertentu yang disertai dengan pembiayaan, sarana, serta
prasarana dan sumber daya manusia dengan kewajiban dalam melaporkan
pelaksanaannya dan dapat mempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskan
tugas tersebut
http://blog.unnes.ac.id/otoda/2016/03/05/konsep-dasar-otonomi-daerah/
Read more: http://woocara.blogspot.com/2015/10/pengertian-otonomi-daerah-dasar-hukum-
prinsip-asas-dan-tujuan-otonomi-daerah.html#ixzz4LoXsH3sm
Rabu,28 September 2016
OTONOMI DAERAH

3.C.Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata
otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos.
Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat diartikan
sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna
mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah.[1]

Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai
implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah
kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur,
memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerah masing-masing.

Dasar hukum

 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 18 Ayat 1 - 7,


Pasal 18A ayat 1 dan 2 , Pasal 18B ayat 1 dan 2.
 Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah,
Pengaturan, pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yg Berkeadilan,
serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka NKRI.
 Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
 UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
 UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah (Revisi UU No.32 Tahun
2004Pelaksanaan

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang penting dalam rangka memperbaiki
kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah
dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing.

Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999


tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839). Pada tahun 2004, Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dianggap tidak sesuai lagi
dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi
daerah[2] sehingga digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437). Selanjutnya, Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah hingga saat ini telah mengalami
beberapa kali perubahan, terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844).
Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan
kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau
tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan
yaitu pemerintah daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka
membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan perundang-undangan.[3]

dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah terwujudnya peningkatan indeks


pembangunan manusia sebagai indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.[4]

https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah
Rabu,28 September 2016
BAB 8
1.A. Pengertian Geostrategi
Geostrategi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan strategi diartikan sebagai usaha
dengan menggunakan segala kemampuan atau sumber daya baik SDM maupun SDA untuk
melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam kaitannya dengan kehidupan suatu
negara, geostrategi diartikan sebagai metode atau aturan-aturan untuk mewujdkan cita-cita
dan tujuan melalui proses pembangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana
membuat strategi pembangunan dan keputusan yang terukur dan terimajinasi guna
mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman dan bermartabat.
Geostrategi merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara untuk
menentukan kebijakan, tujuan, serta sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional.
Geostrategi dapat pula dikatakan sebagai pemanfaatan kondisi lingkungan dalam upaya
mewujudkan tujuan politik. Suatu strategi memanfaatkan kondisi geografi Negara dalam
menentukan kebijakan, tujuan, sarana utk mencapai tujuan nasional (pemanfaatan kondisi
lingkungan dalam mewujudkan tujuan politik). Geostrategi Indonesia diartikan pula sebagai
metode untuk mewujudkan cita-cita proklamasi sebagaimana yang diamanatkan dalam
pembukaan dan UUD 1945. Ini diperlukan utk mewujudkan dan mempertahankan integrasi
bangsa dalam masyarakst majemuk dan heterogen berdasarkan Pembukaan dan UUD 1945.
Pada awalnya geostrategi diartikan sebagai geopolitik untuk kepentingan militer atau
perang. Di Indonesia geostrategi diartikan sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita
proklamasi, sebagaimana tercantum dalam Mukadimah UUD 1945, melalui proses
pembangunan nasional. Karena tujuan itulah maka ia menjadi doktrin pembangunan dan
diberi nama Ketahanan Nasional. Mengingat geostrategi Indonesia memberikan arahan
tentang bagaimana membuat strategi pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih
baik, lebih aman.
Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam wujud Ketahanan Nasional
Geostrategi Indonesia tiada lain adalah ketahanan nasional. Ketahanan Nasional
merupakan kondisi dinamik suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, di dalam menghadapi dan
mengatasi segala ancaman, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung
maupun tidak langsug membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan
Negara serta perjuangan mengejar tujuan nasional. Tannas diperlukan bukan hanya konsepsi
politik saja melainkan sebagai kebutuhan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok
pemerintah, seperti Law and order, Welfare and prosperity, Defence and security, Juridical
justice and social justice, freedom of the people.
B. Metode Astagatra
Metode ini merupakan perangkat hubungan bidang-bidang kehidupan manusia dan budaya
yang berlangsung di atas bumi ini dengan memanfaatkan segala kekayaan alam yang dapat
dicapai dengan menggunakan kemampuannya. Model yang dikembangkan oleh Lemhanas ini
menyimpulkan adanya 8 unsur aspek kehidupan nasional, yaitu:

 1. TRI GATRA: (tangible) bersifat kehidupan alamiah

a) Letak geografi Negara


b) Keadaan dan kekayaan alam (flora, fauna, dan mineral baik yang di atmosfer, muka
maupun perut bumi) dikelola denga dasar 3 asas: asas maksimal, lestari, dan daya saing.
c) Keadaan dan kemampuan penduduk (jumlah, komposisi, dan distribusi)

 2.Pancagatra (itanggible) kehidupan sosial

a) IDEOLOGI → Value system


b) POLITIK → Penetapan alokasi nilai di sektor pemerintahan dan kehidupan pololitik
masyarakat. sistem politik harus mampu memenuhi lima fungsi utama :
Usaha mempertahankan pola, struktur, proses politik
Pengaturan & penyelesaian pertentangan / konflik
Penyesuaian dengan perubahan dalam masyarakat
Pencapaian tujuan
Usaha integrasi
c) EKONOMI (SDA, Tenaga kerja, Modal, Teknologi)
d) SOSBUD (Tradisi, Pendidikan, Kepemimpinan nas, Kepribadian nas)
e) HANKAM, meliputi faktor-faktor :
Doktrin
Wawasan Nasional
Sistem pertahanan keamanan
Geografi
Manusia
Integrasi angkatan bersenjata dan rakyat
Material
 Ilmu pengetahuan dan teknologi
Kepemimpinan
 Pengaruh luar negeri
Terdapat hubungan korelatif dan interdependency diantara ke-8 gatra secara
komprehensif dan integral.
Hubungan Geopolitik Dan Geostrategi
Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, secara konseptual, geopolitik Indonesia
dituangkan dalam salah satu doktrin nasional yang disebut Wawasan Nusantara dan politik
luar negeri bebas aktif. sedangkan geostrategi Indonesia diwujudkan melalui konsep
Ketahanan Nasional yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya dan pertahanan keamanan. Dengan mengacu pada kondisi geografi bercirikan
maritim, maka diperlukan strategi besar (grand strategy) maritim sejalan dengan doktrin
pertahanan defensif aktif dan fakta bahwa bagian terluar wilayah yang harus dipertahankan
adalah laut. Implementasi dari strategi maritim adalah mewujudkan kekuatan maritim
(maritime power) yang dapat menjamin kedaulatan dan integritas wilayah dari berbagai
ancaman. Selain itu hubungan geopolitik dan geostrategi terdapat dalam astra gatra.
C. Perkembangan Konsep Geostrategi Indonesia
Konsep geostrategi Indonesia pertama kali dilontarkan oleh Bung Karno pada tanggal 10 Juni
1948 di Kotaraja. Namun sayangnya gagasan ini kurang dikembangkan oleh para pejabat
bawahan, karena seperti yang kita ketahui wilayah NKRI diduduki oleh Belanda pada akhir
Desember 1948, sehingga kurang berpengaruh. Dan akhirnya, setelah pengakuan
kemerdekaan 1950 garis pembangunan politik berupa “ Nation and character and building “
yang merupakan wujud tidak langsung dari geostrategi Indonesia yakni sebagai
pembangunan jiwa bangsa. Berikut beberapa tahapan geostrategi Indonesia dari awal
pembentukan hingga sekarang.

1. Pada awalnya pengembangan awal geostrategi Indonesia digagas. Sekolah Staf dan
Komando Angkatan Darat (SESKOAD) Bandung tahun 1962. Isi konsep geostrategi
Indonesia yang tenimus adalah pentingnya pengkajian terhadap perkembangan
lingkungan strategi di kawasan Indonesia yang ditandai dengan meluasnya pengaruh
Komunis. Geostrategi Indonesia pada waktu itu dimaknai sebagai strategi untuk
mengembangkan dan membangun kemampuan teritorial dan kemampuan gerilya
untuk menghadapi ancaman komunis di Indocina.
2. Pada tahun 1965-an lembaga ketahanan nasional mengembangkan konsep
geostrategi Indonesia yang lebih maju dengan rumusan sebagai berikut: Bahwa
geostrategi Indonesia harus berupa sebuah konsep strategi untuk mengembangkan
keuletan dan daya tahan, juga mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi
dan menangkal ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan, baik bersifat internal
maupun eksternal. Gagasan ini agak lebih progresif, tapi tetap terlihat konsep
geostrategi Indonesia baru sekadar membangun kemampuan nasional sebagai faktor
kekuatan penangkal bahaya.
3. Sejak tahun 1972 Lembaga Ketahanan Nasional terus melakukan pengkajian tentang
geostrategi Indonesia yang lebih sesuai dengan konstelasi Indonesia. Pada era itu
konsepsi geostrategi Indonesia dibatasi sebagai metode untuk mengembangkan
potensi ketahanan nasional dengan pendekatan keamanan dan kesejahteraan untuk
menjaga identitas kelangsungan serta integritas nasional sehingga tujuan nasional
dapat tercapai.
4. Terhitung mulai tahun 1974 geostrategi Indonesia ditegaskan wujudnya dalam bentuk
rumusan ketahanan nasional sebagai kondisi, metode, dan doktrin dalam
pembangunan nasional. Pengembangan konsep geostrategi Indonesia bahkan juga
dikembangkan oleh negara-negara yang lain dengan bertujuan:

a. Menyusun dan mengembangkan potensi kekuatan nasional, baik yang berbasis pada aspek
ideologi, politik, sosial budaya, dan hankam maupun aspek-aspek alamiah. Hal ini untuk
upaya kelestarian dan eksistensi hidup negara dan bangsa dalam mewujudkan cita-cita
proklamasi dan tujuan nasional.
b. Menunjang tugas pokok pemerintahan Indonesia dalam:
Menegakkan hukum dan ketertiban (law and order),
Terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran (welfare and prosperity),
Terselenggaranya pertahanan dan keamanan (defense and prospety),
Terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial (yuridical justice and social justice),
Tersedianya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri (freedom of the people).
Geostrategi Indonesia sebagai pelaksana geopolitik Indonesia memiliki dua sifat
pokok sebagai berikut:

 Bersifat daya tangkal. Dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan,


geostrategi Indonesia ditujukan menangkal segala bentuk ancaman, gangguan,
hambatan, dan tantangan terhadap identitas, integritas, serta eksistensi bangsa dan
negara Indonesia.

 Bersifat development/pengembangan, yaitu pengemabangan potensi kekuatan bangsa


dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam sehingga tercapai
kesejahteraan rakyat.

D. Urgensi Ketahanan Nasional terhadap Eksistensi Negara


Ketahanan Nasional ditinjau secara antropologis mengandung arti kemampuan manusia
atau suatu kesatuan kemampuan manusia untuk tetap memperjuangkan kehidupannya.
Rumusan ketahanan nasional sebagaimana disusun oleh Lemhamnas adalah: Ketahanan
Nasional Idonesia adalah kondisi dinamis Bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek,
kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi
segala ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan, baik yang datang dari luar maupun dari
dalam untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta
perjuangan mencapai tujuan nasional.
E. Ketahanan Nasional sebagai Perwujudan Geostrategi Indonesia
a. Perkembangan Konsep Pengertian Tannas
1. Gagasan Tannas oleh Seskoad tahun 1960-an. Tannas adalah pertahanan wilayah oleh
seluruh rakyat.
2. Gagasan Tannas oleh Lemhanas tahun 1963-an. Tannas adalah keuletan dan daya tahan
nasional dalam menghadapi segala kekuatan, baik yang datang dari luar maupun dan dalam
yang langsung ataupun tidak langsung membahayakan kelangsungan negara dan bangsa
Indonesia.
3. Gagasan Tannas oleh Lemhanas tahun 1969-an. Tannas adalah keuletan dan daya tahan
nasional dalam menghadapi segala ancaman, baik yang datang dari luar maupun dari dalam
yang langsung ataupun tidak langsung membahayakan kelangsungan negara dan bangsa
Indonesia.
4. Gagasan Tannas berdasar SK Menhankam/Pangab No. SKEP/1382/XG/1974. Ketahanan
Nasional adalah merupakan kondisi dinamis suatu bangsa berisi keuletan dan ketangguhan
yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan
mengatasi segala ancaman, gangguan, dan tantangan, baik yang datang dari dalam maupun
dari luar yang langsung ataupun tidak langsung , membahayakan integritas, identitas,
kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta perjuangan nasional.
5. Gagasan Tannas menurut GBHN 1978-1997. Tannas adalah kondisi dinamis yang
merupakan integritasi dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara.
b. Hakikat Ketahanan Nasional
Pada hakikatnya Ketahanan Nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu
bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara.
Ketahanan nasional ini bergantung pada kemampuan bangsa dan seluruh warga negara dalam
membina aspek alamiah serta sosial sebagai landasan penyelenggaraan kehidupan nasional di
segala bidang. Ketahanan Nasional mengandung makna keutuhan semua potensi yang
terdapat dalam wilayah nasional, baik fisik maupun sosial, serta memiliki hubungan erat
antargatra di dalamnya secara komprehensif integral. Kelemahan salah satu bidang akan
mengakibatkan kelemahan bidang yang lain, yang dapat memengaruhi kondisi keseluruhan.
F. Hubungan antar gatra dalam Trigatra dan Pancagatra
Komponen strategi Astagatra merupakan perangkat hubungan bidang-bidang kehidupan
manusia dan budaya yang berlangsung di atas bumi ini. Dengan memanfaatkan dan
menggunakan secara memadai segala komponen strategi tersebut, dapat dicapai peningkatan
dan pengembangan kemampuan nasional.

 1) Trigatra

Komponen strategi trigatra ialah gatra geografi, sumber kekayaan alam, dan penduduk.
Trigatra merupakan kelompok gatra yang tangible atau bersifat kehidupan alamiah. Trigatra
(aspek kehidupan alamiah) :
a. Gatra Letak Geografis Negara Indonesia
Letak geogragis negara Indonesia dikelompokkan dalam 4 gugusan yaitu:
Gugusan Papua dan pulau-pulau kecil di sekitarnya
Gugusan Kepulauan Maluku, terdiri dari halmahera, Ternate, Tidore, Seram Buru,
dan pulau-pulau di sekitarnya.
Gugusan Kepulauan Sunda Kecil meliputi pulau Bali, Lombok, Sumbawa, dan
sekitarnya
Gugusan Kepulauan Sunda Besar meliputi Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi dan pulau- pulau kecil di sekitarnya.
b. Gatra Keadaan dan Kekayaan Alam
Kekayaan alam merupakan potensi yang mampu mendukung dinamika ketahanan
naasional. Pemanfaatan kekayaan alam yang baik dan maksimal sangat diperlukan untuk
kelangsungan generasi berikutnya.
c. Gatra Keadaan dan Kemampuan Penduduk
Penduduk merupakan faktor dominan terwujudnya ketahanan nasional yang tangguh,
karena gatra lain sangat tergantung pada kualitas penduduk.

 2) Pancagtra

Komponen strategi pancagatra adalah gatra ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan. Pancagatra merupakan kelompok gatra yang intagible atau bersifat
kehidupan sosial. Aspek Pancagatra (Kehidupan Sosial) :
Gatra Ideologi
Pancasila yang kita yakini kebenarannya akan mampu mengantar bangsa Indonesia
mewujudkan cita-cita maupun tujuan nasional bangsa Indonesia
Gatra Politik
Pemerintahan dan kebijakan di dalamnya hendaknya tetap berpihak pada kepentingan
nasional dengan mengutamakan kepentingan kelompok serta individu. Semua harus
dilaksanakan secara transparan dan demokratis.
Gatra Ekonomi
Amanat UUD 1945 telah jelas menggariskan perekonomian rakyat, seperti pada pasal 33
UUD 1945 menyebutkan Perekonomian disusun bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Cabang- cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara.
Gatra Sosial Budaya
Pada hakekatnya sosial adalah pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat yang memiliki
nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas sebagai alat pemersatu. Budaya pada hakekatnya
adalah sistem nilai sebagai hasi cipta, rasa, dan karsa manusia. Masyarakat budaya akan
membentuk pola budaya, serta fokus budaya.
Gatra Pertahanan dan Keamanan
Pertahanan dan keamanan NKRI bertujuan untuk menjamin tetap tegaknya NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dari segala macam ancaman, gangguan, hambatan,
atau juga tantangan baik dari dalam maupun dari luar.
Hubungan komponen strategi antargatra dalam trigatra dan pancagatra serta antargatra
itu sendiri terdapat hubungan timbal balik yang erat dan lazim disebut hubungan (korelasi)
dan ketergantungan (interdepency). Oleh karena itu, hubungan komponen strategi dalam
trigatra dan pancagatra tersusun secara utuh menyeluruh (komprehensif integral) di dalam
komponen strategi astagatra.
G. Ancaman yang Dihadapi Trigatra dan Pancagatra Indonesia
Beberapa ancaman yang dihadapi oleh Trigatra dan Pancagatra Indonesia, antara lain
sebagai berikut :
1. Di dalam era globalisasi sekarang ini dan di masa yang akan datang, tidak tertutup
kemungkinan campur tangan asing dengan alasan mengakkan nilai-nilai HAM, demokrasi,
penegakan hukum, dan lingkungan hidup di balik kepentingan nasional mereka. Situasi
seperti ini kemungkinan besar dapat terjadi apabila unsusr-unsur utama kekuatan Hankam
dan komponen bangsa yang lain tidak mampu mengatasi permasalahan dalam negeri. Untuk
itu anacaman yang paling realsistik adalah adanya hubungan antara kekuatan dalam negeri
dan kekuatan luar negeri.
2. Sistem free fight liberalisme yang hanya menguntungkan pelaku ekonomi yang bermodal
tinggi dan tidak memungkinkan berkembangnya ekonomi kerakyatan.
3. Sistem etatisme, dalam artian negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat dominan.
4. Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli yang
merugikan masyarakat.
5. Kedaulatan NKRI yang dua pertiga wilayahnya yang terdiri atas laut menempatkan laut
dan udara di atasnya sebagai mandala perang yang pertama kali akan terancam karena
keduanya merupakan initial point, untuk memasuki kedaulatan RI di darat. Ancaman dari luar
senantiasa akan menggunakan media laut dan udara di atasnya karena Indonesia merupakan
negara kepulauan. Dengan demikian pembangunan postur kekuatan Hankam masa depan
perlu diarahkan ke pembangunan kekuatan secara proporsional dan seimbang antara unsur-
unsur utama kekuatan pertahanan, yaitu TNI AD, TNI AL dan TNI AU serta unsur utama
keamanan, yaitu POLRI. Pesatnya kemajuan iptek membawa implikasi meningkatnya
kemampuan tempur, termasuk daya hancur dan jarak jangkau. Dengan demikian ancaman
masa depan yang perlu diwaspadai adalah serangan langsung lewat udara dari laut oleh
kekuatan asing yang memiliki kepentingan terhadap Indonesia.
6. Keberadaan Indonesia dipersilangan jalur pelayaran strategis, memang selain membawa
keberuntungan juga mengandung ancaman. Sebab pasti dilirik banyak negara. Karena itu
sangat beralasan bila beberapa negara memperhatikan dengan cermat setiap perkembangan
yang terjadi di Indonesia. Australia misalnya, sangat kuatir bila Indonesia mengembangkan
kekuatan angkatan laut, yang pada gilirannya dapat memperketat pengendalian efektif semua
jalur pelayaran di perairan nusantara.Penetapan sepihak selat Sunda dan selat Lombok
sebagai perairan internasional oleh Indonesia secara bersama-sama ditolak oleh Amerika
Serikat, Australia, Canada, Jerman, Jepang, Inggris dan Selandia Baru. Tentu apabila dua
selat ini menjadi perairan teritorial Indonesia, maka semua negara yang melintas di wilayah
perairan ini harus tunduk kepada hukum nasional Indonesia, tanpa mengabaikan kepentingan
internasional.
http://kutukuliah.blogspot.co.id/2012/06/makalah-geostrategi.html
Rabu,28 september 2016
2.B.Pengertian Geostrategi Indonesia
Geostragi Indonesia adalah strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara
Indonesia untuk menentukan kebijakan, tujuan nasional bangsa Indonesia. Geostrategi
Indonesia memberikan arahan tentang cara merancang strategi pembangunan dalam rangka
mewujudkan masa depan negara Indonesia yang lebih baik, aman, dan bermartabat sesuai
dengan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945.
Oleh karena itu, geostrategi Indonesia tidak termasuk geopolitik yang bertujuan untuk
kepentingan politik dan perang, melainkan untuk kepentingan kesejahteraan dan keamanan
rakyat Indonesia.

2.3 Konsep Geostrategi Indonesia


Konsepsi geostrategi Indonesia pertama kali dilontarkan oleh Bung Karno pada
tanggal 16 Juni 1948 di Kotaraja (kini Banda Aceh) setelah menerima defile Angkatan
Perang (militer) dalam rangka kunjungan kerja ke daerah Sumatra yang belum atau tidak
diduduki Belanda (Basry, 1995: 50-51). Namun sayangnya gagasan beliau kurang atau tidak
dikembangkan oleh para pejabat Macam-macam IDEOLOGI dan Pengertiannya

Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt de
Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan “sains tentang ide“. Ideologi dapat
dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu. Secara
umum bisa diartikan sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh
anggota masyarakat. Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan
melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya
sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat konsep
ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi
walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.(definisi ideologi
Marxisme).
http://kutukuliah.blogspot.co.id/2012/06/makalah-geostrategi.html
Rabu,28 september 2016
3.C. Pengertian Geostrategi Indonesia
Geostrategi diartikan sebagai metode atau aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita
dan tujuan melalui proses pembangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana
membuat strategi pembangunan dan keputusan yang terukur dan terimajinasi guna
mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman, dan bermartabat.
Geostrategi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan strategi diartikan sebagai usaha
dengan menggunakan segala kemampuan atau sumber daya baik SDM maupun SDA untuk
melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu geostrategi Indonesia sebagai suatu cara atau metode dalam memanfaatkan
segenap konstelasi geografi negara Indonesia dalam menentukan kebijakan, arahan serta
sarana-sarana dalam mencapai tujuan seluruh bangsa dengan berdasar asas kemanusiaan dan
keadilan sosial.
B. konsepsi Geostrategi Indonesia
Konsep geostrategi Indonesia pada hakekatnya bukan mengembangkan kekuatan untuk
penguasaan terhadap wilayah di luar Indonesia atau untuk ekspansi terhadap negara lain,
tetapi konsep strategi yang didasarkan pada kondisi metode, atau cara untuk mengembangkan
potensi kekuatan nasional yang ditujukan untuk pengamanan dan menjaga keutuhan
kedaulatan Negara Indonesia dan pembangunan nasional dari kemungkinan gangguan yang
datang dari dalam maupun dari luar negeri. Untuk mewujudkan geostrategis Indonesia
akhirnya dirumuskan Bangsa Indonesia dengan Ketahanan Nasional Republik Indonesia.
C. Perkembangan Konsep Geostrategi Indonesia
Konsep geostrategi Indonesia pertama kali dilontarkan oleh Bung Karno pada tanggal
10 Juni 1948 di Kotaraja. Namun sayangnya gagasan ini kurang dikembangkan oleh para
pejabat bawahan, karena seperti yang kita ketahui wilayah NKRI diduduki oleh Belanda pada
akhir Desember 1948, sehingga kurang berpengaruh. Dan akhirnya, setelah pengakuan
kemerdekaan 1950 garis pembangunan politik berupa “ Nation and character and building “
yang merupakan wujud tidak langsung dari geostrategi Indonesia yakni sebagai
pembangunan jiwa bangsa.
D. Tujuan Geostrategi Indonesia
Berbagai konsep dasar serta pengembangan geostrategi Indonesia pada dasarnya
bertujuan untuk:
1. Menyusun dan mengembangkan potensi kekuatan nasional baik yang berbasis pada aspek
ideologi, politik, sosial budaya, bahkan aspek-aspek alamiah. Hal ini untuk upaya kelestarian
dan eksistansi hidup Negara dan Bangsa dalam mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan
nasional. [1]
2. Menunjang tugas pokok pemerintah Indonesia dalam :
a. Menegakkan hukum dan ketertiban (law and order)
b. Terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran (welfare and prosperity)
c. Terselenggaranya pertahanan dan keamanan (defense and prosperity)
d. Terwujudnya keadilan hukum & keadilan sosial ( yuridical justice & social justice)
e. Tersedianya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri (freedom of the people)
Geostrategi Indonesia berawal dari kesadaran bahwa bangsa dan negara ini mengandung
sekian banyak anasir-anasir pemecah belah yang setiap saat dapat meledak dan mencabik-
cabik persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam era kepemimpinan Habibie dapat disaksikan
dengan jelas bagaimana hal itu terjadi beserta akibatnya. Tidak hanya itu saja, tatkala bangsa
kita lemah karena sedang berada dalam suasana tercabik-cabik maka serentak pulalah harga
diri dan kehormatan dengan mudah menjadi bahan tertawaan di forum internasional.
Disitulah ketidakberdayaan kita menjadi tontonan masyarakat internasional, yang sekaligus,
apabila kita sekalian sadar, seharusnya menjadi pelajaran berharga.
E. Ketahanan Nasional
Negara Indonesia sebagai suatu negara memiliki letak geografis yang sangat strategis
di Asia Tenggara. Oleh karena itu di kawasan Asia Tenggara Indonesia memiliki posisi yang
sangat penting, sehingga tidak menutup kemungkinan di era global dewasa ini menjadi
perhatian banyak negara di dunia. Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu
bangsa, yang berisi keuletan dari ketangguhan, yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan rasional dalam menghadapi dan mengatsi segala ancaman,
gangguan, hambatan dan tantangan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri,
yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan
hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mengejar tujuan Nasional Indonesia.
Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan untuk mewujudkan
cita-cita dan tujuan nasionalnya harus memiliki suatu ketahanan nasioanal. Dalam hubungan
ini cara mengembangkan dan mewujudkan ketahanan nsional, setiap bangsa berbeda-beda,
sesuai dengan falsafah, budaya dan pengalaman sejarah masing-masing. Oleh karena itu bagi
bangsa Indonesia Ketahanan Nasional di atas dasar falsafah bangsa dan negara Indonesia
yaitu Pancasila. Sebagai dasar falsafah bangsa dan negara, pancasila tidak hanya merupakan
hasil pemikiran seseorang saja, melainkan nilai-nilai Pancasila telah hidup dan berkembang
dalam kehidupan objektif bangsa Indonesia sebelum membentuk suatu persekutuan hidup
yang disebut negara hal inilah yang menurut Notonagaro disebut sebagai kuasa materialis
Pancasila. Kemudian dalam proses pembentukan negara, nilai-nilai Pancasila dirumuskan
oleh para pendiri negara Indonesia ( founding fathers ), dan secara formal yudiris Pancasila
ditetapkan sebagai dasar falsafah bangsa dan negara Indonesia, dan tercantum dalam
pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu dalam pengertian ini pancasila sebagai suatu dasar
filsafat dan sekaligus sebagai landasan ideologis ketahanan nasional Indonesia.
F. Konsepsi Ketahanan Nasional
Secara konseptual, ketahanan Nasional suatu bangsa dilatar belakangi oleh:
a. Kekuatan apa yang ada pada suatu bangsa dan negara sehingga ia mampu mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
b. Kekuatan apa yang harus dimiliki oleh suatu bangsa dan negara sehingga ia selalu mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya, meskipun mengalami berbagai gangguan,
hambatan dan ancaman baik dari dalam maupun dari luar.
c. Ketahanan atau kemampuan bangsa untuk tetap jaya, mengandung makna keteraturan (
regular ) dan stabilitas, yang di dalamnya terkandung potensi untuk terjadinya perubahan (
the stability idea of changes) ( Usman, 2003:5: ).
Berdasarkan konsep pengertiannya maka yang dimaksud dengan Ketahanan adalah suatu
kekuatan yang membuat suatu bangsa dan negara dapat bertahan, kuat menghadapi ancaman,
gangguan, hambatan dan tantangan. Konsekuensinya suatu ketahanan harus disertai dengan
keuletan, yaitu suatu usaha secara terus-menerus secara giat dan kemauan keras
menggunakan segala kemampuan dan kecakapan untuk mencapai tujuan dan cita-cita
nasional. Identitas merupakan ciri khas suatu negara dilihat sebagai suatu totalitas, yaitu suatu
negara yang dibatasi oleh wilayah, penduduk, sejarah, pemerintahan dan tujuan nasionalnya,
serta peranan yang dimainkan di dunia internasional. Adapun pengertian lain yang berkaitan
dengan integritas adalah kesatuan yang menyeluruh dalam kehidupan bangsa, baik sosial
maupun alamiah, potensial ataupun tidak potensial. Tantangan adalah merupakan suatu usaha
yang bersifat menggugah kemampuan, adapun ancaman adalah suatu usaha untuk mengubah
dan merombak kebijaksanaan atau keadaan secara konsepsional dari sudut kriminal maupun
politis. Adapun hambatan adalah suatu kendala yang bersifat atau bertujuan melemahkan
yang bersifat konseptual yang berasal dari dalam sendiri. Apabila hal tersebut berasal dari
luar maka dapat disebut sebagai kategori gangguan.
Berdasarkan pengertian sifat-sifat dasarnya maka ketahanan nasional adalah:
a. Integratif
Hal itu mengandung pengertian segenap aspek kehidupan kebangsaan dalam hubungannya
dengan lingkungan sosialnya, lingkungan alam dan suasana ke dalam saling mengadakan
penyesuaian yang selaras dan serasi.
b. Mawas ke dalam
Ketahanan nasional terutama diarahkan kepada diri bangsa dan negara itu sendiri, untuk
mewujudkan hakikat dan sifat nasionalnya. Pengaruh luarnya adalah hasil yang wajar dari
hubungan internasional dengn bangsa lain.
c. Menciptakan kewibawaan
Ketahanan nasional sebagai hasil pandangan yang bersifat integratif mewujudkan suatu
kewibawaan nasional serta memiliki deterrent effect , yang harus diperhitungkan pihak lain.
d. Berubah menurut waktu
Ketahanan nasional suatu bangsa pada hakikatnya tidak bersifat tetap, melainkan sangat
dinamis. Ketahanan nasional dapat meningkat atau bahkan dapat menurun, dan hal itu sangat
tergantung kepada situasi dan kondisi.
G. Ketahanan Nasional di Indonesia
Letak kepulauan Indonesia yang strategis sejak dulu kala, memberikan kemudahan
sarana untuk berperan dalam percaturan hubungan antar bangsa di sekitar Indonesia.
Kedatangan Bangsa Eropa yang saling berebut pengaruh mulai bangsa Portugis, Spanyol,
Belanda, Inggris, sampai bangsa Asia seperti Jepang menunjukkan bahwa wilayah Nusantara
banyak memberikan aspirasi kepada berbagai bangsa di dunia untuk memperebutkan dan
menguasainya. Disamping keinginan bangsa lain untuk menguasai Indonesia, bukan sesuatu
yang mudah untuk meyakinkan bangsa Indonesia secara menyeluruh, bahwa negara yang di-
Proklamasikan mampu mengantar cita-cita dan tujuan perjuangan bangsa Indonesia. Hal ini
terbukti adanya pemberontakan PKI madiun 1948, serta pergolakan lain untuk memisahkan
diri dari NKRI, seperti adanya gerakan Aceh Merdeka, atau keinginanan mendirikan Papua
Merdeka menunjukkan bahwa ancaman dari dalam terhadap keutuhan NKRI ternyata masih
terjadi fluktuasi, yang sampai saat ini masih terjadi.
Kenyataan geografis yang strategis serta pengalaman sejarah mulai sebelum dan sesudah
proklamasi 1945, memberikan aspirasi kepada Bangsa Indonesia untuk membangun
ketahanan nasional di masa kini dan masa yang akan datang. Ketangguhan dan keuletan dari
SDM bangsa Indonesia, SDA yang ada, serta kondisi alamiah membentuk ketahanan
nasional. Ditempat awalnya geostrategi diartikan sebagai geopolitik untuk kepentingan
militer atau perang. Di Indonesia geostrategi diartikan sebagai metode untuk mewujudkan
cita-cita proklamasi, sebagaimana tercantum dalam Mukadimah UUD 1945, melalui proses
pembangunan nasional. Karena tujuan itulah maka ia menjadi doktrin pembangunan dan
diberi nama Ketahanan Nasional. Mengingat geostrategi Indonesia memberikan arahan
tentang bagaimana membuat strategi pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih
baik, lebih aman, dan sebagainya, maka ia menjadi amat berbeda wajahnya dengan yang
digagaskan oleh Haushofer, Ratzel, Kjellen dan sebagainya. Oleh karena itu berkaitan dengan
kondisi ketahanan nasional Indonesia, adalah kondisi dinamis bangsa dan negara Indonesia.
Sesuai dengan konsepsi ketahanan nasional, maka kondisi tersebut mengandung suatu
kemampuan untuk menyusun kekuatan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kekuatan ini
diperlukan untuk mengatasi dan mengulangi berbagai bentuk ancaman yang ditujukan
terhedapat berbangsa dan negara Indonesia.
H. Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional Terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
1. Pengaruh Aspek Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata ‘ Idea ‘ yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar dan ‘
logos ’ yang berarti Ilmu. Kata ‘ idea ‘ berasal dari bahasa Yunani ‘ eidos ‘ yang berarti
Bentuk. Maka secara harfiah , ideologi berarti ilmu tentang pengertian-pengertian dasar.
Dalam pengertian sehari-hari, kata ‘ idea ‘ disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang
dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan suatu dasar, pandangan
atau faham. Memang pada hakikatnya, antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya dapat
merupakan satu kesatuan. Dasar ditetapkan karena atas suatu landasan, asas atau dasar yang
telah ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi mencakup pengertian tentang idea-idea,
pengertian dasar, gagasan dan cita-cita.
Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan-gagasan, ide-
ide, keyakinan-keyakinan,kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang
menyangkut :
a.Bidang politik
b.Bidang sosial
c.Bidang kebudayaan
d.Bidang keagamaan
Maka ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi basis
bagi sautu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan
pada hakikatnya merupakan asas kerohanian yang antara lain memiliki ciri sebagai berikut :
a.Mempunyai derajad yang tertingi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
b.Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan hidup,
pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan dan dilestarikan kepada
generasi berikutnya. Dalam panggung politik dunia terdapat berbagai macam ideologi namun
yang sangat besar peranannya dewasa ini adalah ideologi Liberalisme, Komunisme serta
ideologi Keagamaan. Dalam masalah inilah bangsa Indonesia menghadapi berbagai benturan
kepentingan ideologis yang saling tarik menarik sehingga agar bangsa Indonesia memiliki
visi yang jelas bagi masa depan bangsa maka harus membangun ketahanan ideologi yang
berbasis pada falsafah bangsa sendiri yaitu ideologi Pancasila yang bersifat demokratis,
nasionalistis, religiusitas, humanistis dan berkeadilan sosial. Pada era reformasi ini yang
sekaligus era global tarik-menarik kepentingan ideologi akan sangat mempengaruhi postur
ketahanan nasionaldalam bidang bangsa Indonesia, terutama banyak kalangan aktivis politik
yang justru menjadi budak ideologi asing, sehingga berbagai aktivitasnya akan berpengaruh
bahkan sering melakukan tekanan terhadap ketahanan ideologi bangsa Indonesia.
2.Pengaruh Aspek Politik
Dalam kehidupan bernegara, istilah politik memiliki makna bermacam-macam, dan
kesemuanya itu dapatdikelompokan menjadi dua macam yaitu :
Pertama : politik sebagai sarana atau usaha untuk memperoleh kekuasaan dan dukungan dari
masyarakat dalam melakukan kehidupan bersama. Dengan demikian politik dapat dikatakan
menyangkut kekuatan hubungan (power relationship). Dengan kata lain, polotik mengandung
makna usaha dalam memperoleh, memperbesar, memperluas serta mempertahankan
kekuasaan yang dalam bahasa inggris dikenal dengan isltilah politics.
Kedua : politik dipergunakan untuk menunjuk kepada suatu rangkaian kegiatan atau cara-cara
yang dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan yang dianggap baik. Secara singkat politik
dapat diartikan sebagai suatu kebijakan yang dalam bahasa inggrisnya dengan istilah policy.
Dalam proses reformasi mekanisme lima tahuna yang tertuang dalam proses politik selama
masa Orde baru kurang memberikan ruang kepada terwujudnya proses demokrasi. Hal ini
dilakukan oleh kalangan eksekutif maupun legislatif dengan melakukan reformasi pada
bidang politik, dan yang paling esensial adalah melakukan reformasi terhadap Undang-
Undang politik tahun 1985, dan diganti dengan Undang-Undang Politik no. 4 tahun 1999.
Sesuai dengan sistematisasi aspek kehidupan politik tersebut satu dengan lainnya saling
mempengaruhi secara menyeluruh. Oleh karena itu adanya konotasi negatif terhadap
pengertian politik,perlu diluruskan.
Berikut beberapa hal-hal yang m,enyangkut ketahanan nasional dibidang politik, antara lain :
1.Menempatkan secara proporsional kedaulatan rakyat didalam kehidupan negara, dalam arti
kesempatan, kebebasan yang menempatkan hak dan kewajiban, partisipasi rakyat yang
menentukan kebijaksanaan nasional.
2.Memfungsikan lembaga-lembaga negara, sesuai dengan ketentuan konstitusi yaitu
kedudukan, peran, hubungan kerja, kewenangan dan produktivitas.
3.Menegakkan keadilan sosial dan keadilan hukum.
4.Menciptakan situasi yang kondusif, dalam arti memelihara dan mengembangkan budaya
politik.
5.Meningkatkan budaya politik dalam arti luas, sehingga kekuatan sosial politik sebagai pilar
demokrasi dapat melaksanakan hak dan kewajiban dengan semestinya.
6.Memberikan kesempatan yang optimal kepada saluran-saluran politik untuk
memperjuangkan aspirasinya secara proporsional. Saluran-saluran politik itu antara lain :
partai politik, media massa, kelompok moral, kelompok kepentingan agar tumbuh rasa
memiliki, partisipasi dari seluruh rakyat.
7.Melaksanakan pemilihan umum, secara demokratis secara langsung, bebas, rahasia, jujur
dan adil.
8.Melaksanakan sosial control yang bertanggung jawab kepada jalannya pemerintahan
negara, walaupun tidak harus menjadi partai oposisi.
9.Menegakkan hukum dan menyelenggarakan keamanan dan ketertiban masyarakat.
10.Mengupayakan pertahanan dan keamanan nasional.
11.Mengupayakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Unsur-unsur tersebut sangat penting direalisasikan demi terwujudnya ketahanan nasional


dalam bidang politik. Namun dalam era reformasi dewasa ini terdapat berbagai macam
perbenturan kepentingan politik dengan alas an kebebasan, demokrasi, HAM serta
pemberantasan KKN, sehingga tidak menumbuhkan kesadaran bernegara yang positif.
Akibatnya kepentingan nasional sebagai kepentingan rakyat bersama terabaikan, dan
sebagaimana kita lihat sendiri yang menjadi korban adalah rakyat. Kebijaksanaan negara
tidak diarahkan kepada perbaikan kondisi dan nasib rakyat melainkan sentiment dan
persaingan politik yang tidak sehat. Oleh karena itu untuk terwujudnnya ketahanan politik
dalam era reformasi dewasa ini seluruh lapisan kekuatan sosial politik harus memiliki
kesadaran akan pentingnya bernegara demi terwujudnya kesejahteraan rakyat.

3.Ketahanan pada Aspek Ekonomi


Ketahanan ekonomi adalah merupakan suatu kondisi dinamis kehidupan perekonomian
bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan, kekuatan nasional dalam menghadapi serta
mengatasi segala tantangan dan dinamika perekonomian baik yang datang dari dalam
maupun dari luar negara Indonesia, dan secara langsung maupun tidak langsung menjamin
kelangsungan dan peningkatan perekonomian bangsa dan negara republic Indonesia yang
telah diatur berdasarkan UUD 1945.

Wujud ketahanan ekonomi tercermin dalam kondisi kehidupan perekonomian bangsa yang
mampu memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis, mencipatakan kemandirian
ekonomi nasional yang berdaya saaing tinggi, dan mewujuidkan kemakmuran rakyat yang
secara adil dan merata. Dengan demikian, pembangunan ekonomi diarahklan kepada
menetapnya ketahanan ekonomi melalui suatu iklim usaha yang sehat serta pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi, tersedianya barang dan jasa, terpeliharanya fungsi lingkungan
hidup serta meningkatnya daya saing dalam lingkup perekonomian global.

Pencapaian tingkat ketahanan ekonomi yang diinginkan memerlukan pembinaan berbagai


hal, yaitu antara lain:
1)Sistem ekonomi Indonesia diarahkan untuk dapat mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan yang adil dan merata di seluruh wilayah negara Indonesia, melaalui ekonomi
kerakyatan serta menjamin kesinambungan pembangunan nasional dan kelangsungan hidup
bangsa dan negara yang berdasarkan UUD 1945.
2)Ekonomi kerakyatan harus menghinddarkan diri dari :
a). sistem free fight liberalism yang hanya menguntungkan pelaku ekonomi yang
bermodal tinggi dan tidak memungkinkan berkembangnya ekonomi kerakyatan.
b). sistem etatisme, dalam arti negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat dominan serta
mendesak dan mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit eekonomi di luar sektor negara.
c). pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli yang
merugikan masyarakat dan bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial.
3)Struktur ekonomi dimantapkan secara seimbang dan saling menguntungkan dalam
keselarasan dan keterpaduan antara sector pertanian perindustrian serta jasa.
4)Pembangunan ekonomi, yang merupakan usaha bersama atas dasar asas kekeluargaan
dibawah penngawasan anggota masyarakat, memotivasi dan mendorong peran seerta
masyarakat secara aktif. Keterkaitan dan kemitraan antar para pelaku dalam wadah kegiatan
ekonomi, yaitu pemerintah, badan uasaha milik negara, koperasi badan usaha swasta, dan
sector informal harus di usahakan demi mewujudkan pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas
ekonomi.
5)Pemerataan pembangunan dan pemanfaatan hasil-hasilnya senantiasa dilaksanakan dengan
memperhatikan keseimbangan dan keserasian pembangunan antar wilayah dan antar sector.
6)Kemampuan bersaing harus ditumbuhkan secara sehat dan dinamis untuk mempertahankan
serta meningkatkan eksistensi dan kemandirian perekonomian nasional. Upaya ini dilakukan
dengan memanfaatkan sumber daya nasional secra optimal serta sarana iptek yang tepat guna
dalam menghadapi setiap permasalahan, dengan tetap memperhatikan kesempatan kerja
(Lemhanas, 2000).

Demikianlah ketahan ekonomi yang hakikatnya merupakan suatu kondisi kehidupan


perekonomian bangsa berlandaskan UUD 1945 dan dasar filosofi pancasila, yang
menekankan kesejahteran bersama, dan mampu memelihara stabilitas ekonomi yang sehat
dan dinamis serta menciptakan kemandirian perekonomian nasional dengan daya saing yang
tinggi.
4.Ketahanan Pada Aspek Sosial Budaya
Wujud ketahanan bidang sosial budaya tercermin dalam kehidupan sosial budaya bangsa
yang mampu membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan
masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, rukun,
bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju, dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras,
serasi dan seimbang serta mampu menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai
denngan kebudayaan nasional. Esensi pengaturan dan penyelenggaraan kehidupan sosial
budaya bangsa Indonesia dengan demikian adalah pengembangan kondis sosial budaya
dimana setiap warga masyarakat dapat merealisasikan pribadi dan segenap potensi
manusiawinya berdasarkan pandangan hidup, filsafat hidup dan dasar nilai yang telah ada
dan dimilikinya sejak zaman dahulu kala, yang tertuang dalam filsafat negara pancasila.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang
merupakan pedoman sikap bagi setian tingkah laku setiap bangsa dan kehidupan kenegaraan
Indonesia dan sekaligus akan merupakan sumber semangat, motivasi serta jiwa bagi
akselerasi dalam setiap praktik kenegaraan, kemasyarakatan dan kebangsaan.
Jikalau kita tinjau kondisi bangsa indoneia pada era reformasi dewasa ini kondisi
ketahanan sosial budaya kita sangat memprihatinkan. Hal ini dapat kita lihat pada berbagai
macam peristiwa yang terjadi di seluruh wilayah tanah air tercinta ini selama reformasi. Kita
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa bangsa Indonesia dapat mengenyam
kebebasan melalui reformasi. Namun dalam kenyataannya euphoria kebebasan itu justru
berkembang kearah perpecahan bangsa, berbagai tragedi penderutaan menimpa bangsa,
komplek horizontal, serta penderitaan anak-anak bangsa semakin bertambah. Misalnya akibat
kebebasan yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya bangsa itu berbagai peristiwa
seperti tragedy komplek di Ambon, Poso, Sampit, Kalimantan Barat dan lain sebagainya
mengakibatkan penderitaan rakyat. Sampai saat ini beberapa rakyat kita hidup di kampong
pengungsian, segala harapan musnah, masa depannya tidak jelas, pekerjaan- pekerjaan dan
harta bendanya hilang dirampas oleh kelompok bangsa kita sendiri, dikejar- kejar dan
dibantai, namun pemerintah negara hanya asyik berebut kekuasaan dan mengembangkan
sentimen polotik dengan alasan pemberantasan KKN. Komnas HAM maupun kalangan LSM
sering bertindak tidak adil yaitu tidak pernah menindak pelanggaran HAM berat yang di
lakukan oleh kelompok masyarakat. Mereka hanya curiga terhadap aparat dan penguasa
negara, hukum tidak diterapkan dengan tegas, kalangan elit politik hanya berdiskusi penting
atau tidak penerapan hukum darurat namun setiap menit, setiap jam banyak nyawa dibantai
dengan tidak berperikemanusiaan.

Hal itu sebagai bukti pada era reformasi saat ini kita tidak memperhatikan ketahanan bidang
sosial budaya, sehingga penafsiran yang keliru akan kebebasan mengakibatkan konflik dan
dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat yang ingin menindas kelompok lainnya, bahkan
pada reformasi dewasa ini telah meledak kasus SARA, yang tatkala zaman Orde Baru dahulu
sering dikritik oleh kalangan elit politik serta LSM, namun dalam kenyataannya pada saat
reformasi dewasa ini benar-benar meledak dan terjadi. Anehnya sampai saat ini sulit
mengatasinya, dan korban terus berjatuhan.

Dalam hubungan ketahanan bidang sosial budaya harus diingat bahwa demokrasi harus
menyentuh seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat, tidak hanya politik saja melainkan
juga dengan sosial, budaya, ekonomi bahkan umat beragama. Oleh karena itu, sudah saaatnya
kalangan intelektual kampus mengembangkan ketahanan nasional bukannya untuk
kekuasaan, ideology atau sekelompok penguasa atau bahkan bukan untuk reformasi
melainkan untuk kesejahteraan dan kebersamaan seluruh elemen bangsa untuk hidup aman,
tenteram, damai yang Berketuhanan Yang Maha Esa dan berkemanusiaan yang adil dan
beradab.
5. Ketahanan pada Aspek Pertahanan dan Keamanan
a) Pertahanan dan keamanan harus dapat mewujudkan kesiap siagaan serta upaya bela
negara, yang berii ketangguhan, kemampuan dan kekuatan melalui penyelenggaraan
Siskamnas (Sishamkamrata) untuk menjamin kesinambungan Pembangunan Nasional dan
kelangsungan hidup bangsa dan negara Republik Indonesia yang berdasarkan filsafat
Pancasila dan landasan konstitusional UUD 1945.
b) Bangsa Indonesia cinta damai akan tetapi lebih cinta kemerdekaan dan kedaulatan.
c) Pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan dimanfaatkan untuk
menjamin perdamaian dan stabilitas keamanan demi kesinambungan pembangunan nasional
dan kelangsungan hidup bangsa dan negara.
d) Potensi nasional dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai harus dilindungi dari
segala ancaman dan gangguan agar dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan
lahir dan batin segenap lapisan masyarakat Indonesia.
e) Perlengkapan dan peralatan untuk mendukung pembangunan kekuatan dan kemampuan
pertahanan dan keamanan sedapat mungkin dihasilkan oleh industry dalam negri.
f) Pembangunan dan penggunaan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan
harus di selenggarakam oleh manusia-manusia yang berbudi luhur, arif, bijaksana,
menghormati HAM, dan menghayati makna nilai dan hakikat perang dan
damai.kelangsungan hidup dan perkembangan hidup bangsa memerlukan dukungan manusia-
manusia yang bermutu tinggi, tanggap, tangguh, bertanggung jawab, rela berjuang, dan
berkorban demi kepentingan bangsa dan negara di atas golongan dan pribadi.
g) Sebagai tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional, TNI berpedoman pada
sapta marga yang merupakan penjabaran dari asas kerohanian negara pancasila. Dalam
keadaan damai TNI dikembangkan dengan kekuatan kecil, profesional, efektif, efisien, dan
modern bersama segenap kekuatan perlawanan bersenjata dalam wadah Siskamnas (
Sishankamrata) yang strateginya adalah penangkalan. Sebagai kekuatan inti Kamtibnas, Polri
bepedoaman kepada Tri Brata dan Catur Prasetiya dan dikembangkan sebagai kekuatan yang
mampu melaksanakan penegakan hukum, pemeliharaan keamanan dan penciptaan ketertiban
masyarakat.
h) Kesadaran dan ketaatan masyarakat kepada hukum perlu terus menerus ditingkatkan.
6. Keberhasilan Ketahanan Nasional Indonesia
Kondisi kehidupan nasional merupakan suatu pencerminan ketahanan nasional yang
mencakup aspek ideology, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamaanan.
Kondisi ini harus ada dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan ideal pancasila dan
konstitusional UUD 1945, dan landasan visional wawasan nusantara. Untuk mewujudkan
keberhasilan ketahanan nasional setiap warga negara Indonesia perlu :
1) Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjuangan non fisik yang disertai
keuletan dan ketangguhan tanpa kenal menyerah dan mampu mengembangkan kekuatan
nasional dalam rangka menghadapi segala tantangan, ancaman, gangguan dan hambatan yang
datang dari luar maupun dari dalam untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara serta pencapaian tujuan nasional.
2) Sadar dan peduli dan pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek ideology, politik,
ekonomi, soaial budaya dan pertahanan keamanan sehingga setiap warga negara Indonesia
dapat mengeliminir pengeruh tersebut.
Apabila setiap warga negara Indonesia memiliki semangat perjuangan bangsa, sadar serta
peduli terhadap pengaruh yang timbul serta mengeliminir pengaruh tersebut, Ketahanan
Nasional Indonesia akan berhasil. Perwujudan Ketahanan Nasional memerlukan satu
kebijakan umum dan pengambilan kebijakan yang disebut politik dan strategi nasional (
Polstranas) (Lemhanas, 2000).
Deminkianlah letak pentingnya pengaruh aspek pertahanan dan keamanan nasional dalam
mewujudkan cita-cita nasional, terutama kearah terwujudnya masyarakat yang berkeadilan
dan berkemakmuran. Hal ini menjadi sangat penting sekali terutama pada kondisi bangsa
Indonesia yang sedang melakukan reformasi diberbagai bidang dan kondisi bangsa yang
sedang mengalami krisis multidimensional dewasa ini. Hakikat tujuan reformasi pada
akhirnya adalah perbaikan nasib bangsa agar menjadi lebih sejahtera, makmur, tenteram,
aman dan damai. Hal yang demikian ini dapat tercapai manakala pertahanan dan keamanan
dapat terwujud dengan proporsional
http://noorjannahgambir.blogspot.co.id/2015/06/makalah-geostrategi-indonesia.html
kamis,29 september 2016
BAB 9

1.A.Pengertian, Unsur, dan Fungsi Ideologi|

Dalam pengertian ideologi, unsur-unsur ideologi dan fungsi-fungsi ideologi. Pengertian


Ideologi menurut para ahli dimana sebelumnya telah dibahas yang di rangkum dan
disimpulakan bahwa pengertian Ideologi terbagi dua yakni pengertian ideologi dalam arti
luas dan pengertian ideologi dalam arti sempit, Dalam pengertian ideologi arti luas adalah
sebagian kelompok cita-cita, nilai dasar, dan keyakinan yang dujunjung tinggi sebagian
normatif. sedangkan pengertian ideologi dalam arti sempit adalah gagasan atau teori yang
menyeluruh tentang makna hidup dan nilai-nilai yang menentukan dengan mutlak bagaimana
manusia harus hidup dan bertindak. sedangkan pengertian ideologi secara umum adalah ilmu
tentang pengertian dasar atau ide, cita-cita, pandanga, atau paham yang bersifat tetap yang
harus dicapai. Untuk mengetahui unsur-unsur ideologi dan fungsi dari ideologi dapat
dilihat dibawah ini..
A. Unsur-Unsur Ideologi
Unsur-unsur yang ada dalam ideologi seperti dibawah ini..
1. Seperangkat gagasan yang disusun secara sistematis
2. Pedoman tentang cara hidup.
3. Tatanan yang hendak dituju oleh suatu kelompok.
4. Dipegang teguh oleh kelompok yang meyakininya.

B. Fungsi Ideologi
Fungsi yang ada pada ideologi, antara lain sebagai berikut.
1. Struktur kognitif, ialah keseluruhan pengetahuan yang merupakan landasan untuk
memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian di alam sekitar.
2. Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan
tujuan dalam kehidupan manusia
3. Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seorang untuk melangkah dan
bertindak
4. Bekal dan jalan bagi seseorangu untuk menemukan identitasnya.
5. Kekuatannya yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan
kegiatan dan mencapai tujuan
6. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati, serta
memolakan tingkah-lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung di
dalamnya.
Macam-macam Ideologi di Dunia dan Negara Penganutnya.
1 . Komunisme

Komunisme adalah paham yang mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan


pribadi dan golongan, paham komunis juga menyatakan semua hal dan sesuatu yang ada di
suatu negara dikuasai secara mutlak oleh negara tersebutPenganut faham ini berasal dari
Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah
manifes politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis
sebuah analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi
kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh
dalam dunia politik.
Negara yang masih menganut komunisme adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan
Laos.
2. Liberalisme

Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh
kebebasaPengertian, Unsur, dan Fungsi Ideologi| Dalam pengertian ideologi, unsur-unsur
ideologi dan fungsi-fungsi ideologi. Pengertian Ideologi menurut para ahli dimana
sebelumnya telah dibahas yang di rangkum dan disimpulakan bahwa pengertian Ideologi
terbagi dua yakni pengertian ideologi dalam arti luas dan pengertian ideologi dalam arti
sempit, Dalam pengertian ideologi arti luas adalah sebagian kelompok cita-cita, nilai dasar,
dan keyakinan yang dujunjung tinggi sebagian normatif. sedangkan pengertian ideologi
dalam arti sempit adalah gagasan atau teori yang menyeluruh tentang makna hidup dan nilai-
nilai yang menentukan dengan mutlak bagaimana manusia harus hidup dan bertindak.
sedangkan pengertian ideologi secara umum adalah ilmu tentang pengertian dasar atau ide,
cita-cita, pandanga, atau paham yang bersifat tetap yang harus dicapai. Untuk mengetahui
unsur-unsur ideologi dan fungsi dari ideologi dapat dilihat dibawah ini..

A. Unsur-Unsur Ideologi
Unsur-unsur yang ada dalam ideologi seperti dibawah ini..
1. Seperangkat gagasan yang disusun secara sistematis
2. Pedoman tentang cara hidup.
3. Tatanan yang hendak dituju oleh suatu kelompok.
4. Dipegang teguh oleh kelompok yang meyakininya.
B. Fungsi Ideologi
Fungsi yang ada pada ideologi, antara lain sebagai berikut.
1. Struktur kognitif, ialah keseluruhan pengetahuan yang merupakan landasan untuk
memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian di alam sekitar.
2. Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan
tujuan dalam kehidupan manusia
3. Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seorang untuk melangkah dan
bertindak
4. Bekal dan jalan bagi seseorangu untuk menemukan identitasnya.
5. Kekuatannya yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan
kegiatan dan mencapai tujuan
6. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati, serta
memolakan tingkah-lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung di
dalamnyah berpikir bagi para individu. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan
yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif
bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan
terhadap pemilikan individu
Negara penganut Liberalisme yaitu:
Amerika Serikat, Argentina, YUnani, Rusia, Zimbawe, Australia, Jerman, Spanyol, Swedia
dll.
4. Kapitalisme

Kapitalisme atau Kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa
melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Kapitalisme memiliki
sejarah yang panjang, yaitu sejak ditemukannya sistem perniagaan yang dilakukan oleh pihak
swasta. Di Eropa, hal ini dikenal dengan sebutan guild sebagai cikal bakal kapitalisme. Adam
Smith adalah tokoh ekonomi kapitalis klasik yang menyerang merkantilisme yang
dianggapnya kurang mendukung ekonomi masyarakat. Ia menyerang para psiokrat yang
menganggap tanah adalah sesuatu yang paling penting dalam pola produksi. Gerakan
produksi haruslah bergerak sesuai konsep MCM (Modal-Comodity-Money, modal-
komoditas-uang), yang menjadi suatu hal yang tidak akan berhenti karena uang akan beralih
menjadi modal lagi dan akan berputar lagi bila diinvestasikan. Adam Smith memandang
bahwa ada sebuah kekuatan tersembunyi yang akan mengatur pasar (invisible hand), maka
pasar harus memiliki laissez-faire atau kebebasan dari intervensi pemerintah. Pemerintah
hanya bertugas sebagai pengawas dari semua pekerjaan yang dilakukan oleh rakyatnya.
Negara yang menganut paham kapitalisme adalah Inggris, Belada, Spanyol, Australia,
Portugis, dan Perancis.
4.Fasisme

Fasisme merupakan sebuah paham politik yang mengangungkan kekuasaan absolut tanpa
demokrasi. Dalam paham ini, nasionalisme yang sangat fanatik dan juga otoriter sangat
kentara.
Kata fasisme diambil dari bahasa Italia, fascio, sendirinya dari bahasa Latin, fascis, yang
berarti seikat tangkai-tangkai kayu. Ikatan kayu ini lalu tengahnya ada kapaknya dan pada
zaman Kekaisaran Romawi dibawa di depan pejabat tinggi. Fascis ini merupakan simbol
daripada kekuasaan pejabat pemerintah.
Negara yang menganut paham faiisme adalah Italia, Jerman .
. 5. Sosialisme

Sosialisme atau sosialis adalah paham yang bertujuan membentuk negara kemakmuran
dengan usaha kolektif yang produktif dan membatasi milik perseorangan. Sosialisme dapat
mengacu ke beberapa hal yang berhubungan dengan ideologi atau kelompok ideologi, sistem
ekonomi, dan negara. Istilah ini mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Dalam bahasa
Inggris, istilah ini digunakan pertama kali untuk menyebut pengikut Robert Owen pada tahun
1827. Di Perancis, istilah ini mengacu pada para pengikut doktrin Saint-Simon pada tahun
1832 yang dipopulerkan oleh Pierre Leroux dan J. Regnaud dalam l'Encyclopédie
Nouvelle[1]. Penggunaan istilah sosialisme sering digunakan dalam berbagai konteks yang
berbeda-beda oleh berbagai kelompok, tetapi hampir semua sepakat bahwa istilah ini berawal
dari pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20
berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan masyarakat egalitarian yang dengan
sistem ekonomi menurut mereka dapat melayani masyarakat banyak daripada hanya
segelintir elite. Negara yang menganut paham sosialisme adalah Kuba dan Venezuela.
6. Anarkisme

Anarkisme yaitu suatu paham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan,
dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuhsuburkan penindasan
terhadap kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus
dihilangkan/dihancurkan.
Secara spesifik pada sektor ekonomi, politik, dan administratif, Anarki berarti koordinasi dan
pengelolaan, tanpa aturan birokrasi yang didefinisikan secara luas sebagai pihak yang
superior dalam wilayah ekonomi, politik dan administratif (baik pada ranah publik maupun
privat).
7. Konservatisme

Hal atau unsure yang terkandung di dalamnya, antara lain:


1. inti pemikiran : memelihara kondisi yang ada, mempertahankan kestabilan, baik berupa
kestabilan yang dinamis maupun kestabilan yang statis. Tidak jarang pula bahwa pola
pemikiran ini dilandasi oleh kenangan manis mengenai kondisi kini dan masa lampau
2. filsafatnya adalah bahwa perubahan tidak selalu berarti kemajuan. Oleh karena itu,
sebaiknya perubahan berlangsung tahap demi tahap, tanpa menggoncang struktur social
politik dalam negara atau masyarakat yang bersangkutan.
3. landasan pemikirannya adalah bahwa pada dasarnya manusia lemah dan terdapat “evil
instinct and desires” dalam dirinya. oleh karena itu perlu pola-pola pengendalian melalui
peraturan yang ketat
4. system pemerintahan (boleh): demokrasi, otoriter.
9. Pancasila

Pancasila terdiri dari dua kata dari Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau
asas. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia berisi:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Pancasila adalah IDEOLOGI Negara Indonesia.
10.Demokrasi

Demokrasi artinya hukum untuk rakyat oleh rakyat. kata ini merupakan himpunan dari dua
kata : demos yang berarti rakyat, dan kratos berarti kekuasaan. Jadi artinya kekuasaan
ditangan rakyat.Sebenarnya pemikiran untuk melibatkan rakyat dalam kekuasaan sudah
muncul sejak zaman dahulu. Di beberapa kota Yunani didapatkan bukti nyata yang
menguatkan hal ini, seperti di Athena dan Sparta. Hal ini pernah diungkapkan Plato, bahwa
sumber kepemimpinan ialah kehendak yang bersatu milik rakyat. dalam suatu kesempatan
Aristoteles menjelaskan macam-macam pemerintahan, dengan berkata,“ada tiga mcam
pemerintahan: kerajaan, aristokrasi, republik, atau rakyat memagang sendiri kendali
urusannya.”
1. inti pemikiran: kedaulatan ditangan rakyat
2. filsafat : menurut Dr. M. Kamil Lailah menetapkan tiga macam justifikasi ilmiah dari
prinsip demokrasi, yaitu: a. ditilik dari pangkal tolak dan perimabngan yang benar, bahwa
system ini dimaksudkan untuk kepentingan social dan bukan untuk kepentingan individu, b.
unjustifikasi berbagai macam teori yang bersebrangan dengan prinsip demokrasi, c. opini
umum dan pengaruhnya
3. landasan pemikiran. Rakyat membuat ketetapan hukum bagi dirinya sendiri lewat dewan
perwakilan, yang kemudian dilaksanakan oleh pihak pemerintah atau eksekutif.
4. system pemerintahan (harus) : domokrasi. Negara Penganutnya adalah Inggris, Norwegia,
Denmark, Swedia, Belanda, Belgia, Australia, Selandia Baru, Israel, dan Venezuela.
11. Marxisme

Marxisme, dalam batas-batas tertentu bisa dipandang sebagai jembatan antara revolusi
Prancis dan revolusi Proletar Rusia tahun 1917. Untuk memahami Marxisme sebagai satu
ajaran filsafat dan doktrin revolusioner, serta kaitannya dengan gerakan komunisme di Uni
Soviet maupun di bagian dunia lainnya, barangkali perlu mengetahui terlebih dahulu
kerangka histories Marxisme itu sendiri.
Berbicara masalah Marxisme, memang tidak bisa lepas dari nama-nama tokoh seperti Karl
Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895). Kedua tokoh inilah yang mulai
mengembangkan akar-akar komunisme dalam pengertiannya yang sekarang ini. Transisi dari
kondisi masyarakat agraris ke arah industrialisasi menjadi landasan kedua tokoh diatas dalam
mengembangkan pemikirannya. Dimana eropa barat telah menjdai pusat ekonomi dunia, dan
adanya kenyataan di mana Inggris Raya berhasil menciptakan model perkembangan ekonomi
dan demokrasi politik.Tiga hal yang merupakan komponen dasar dari Marxisme adalah :
1. filsafat dialectical and historical materialism
2. sikap terhadap masyarakat kapitalis yang bertumpu pada teori nilai tenaga kerja dari David
Ricardo (1772) dan Adam Smith (1723-1790)
3. menyangkut teori negara dan teori revolusi yang dikembangkan atas dasar konsep
perjuangan kelas. Konsep ini dipandang mampu membawa masyarakat ke arah komunitas
kelas.
Dalam teori yang dikembangkannya, Marx memang meminjam metode dialektika Hegel.
Menurut metode tersebut, perubahan-perubahan dalam pemikiran, sifat dan bahkan
perubahan masyarakat itu sendiri berlangsung melalui tiga tahap, yaitu tesis (affirmation),
antitesis (negation), dan sintesisI (unification). Dalam hubungan ini Marx cendrung
mendasarkan pemikiran kepada argumentasi Hegel yang menandaskan bahwa kontradiksi
dan konflik dari berbagai hal yang saling berlawanan satu sama lain sebenarnya bisa
membawa pergeseran kehidupan social-politik dari tingkat yang sebelumnya ke tingkat yang
lebih tinggi. Selain dari itu, suatu tingkat kemajuan akan bisa dicapai dengan jalan
menghancurkan hal-hal yang lama dan sekaligus memunculkan hal-hal yang baru.
bawahan karena seperti kita ketahui wilayah NKRI diduduki oleh Belanda pada akhir
Desember 1948. Setelah pengakuan kemerdekaan pada tahun 1950 garis besar pembangunan
politik kita adalah “nation and character building”, yang sebenarnya merupakan
pembangunan jiwa bangsa.
2.4 Sifat-sifat Geostrategi Indonesia
1. Daya Tangkal
Dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan, geostratagi Indonesia ditujukan
untuk menangkal segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan terhadap
indentitas, integritas, dan eksistensi bangsa dan negara Indonesia.
2. Pengembangan ( Development )
Mengembangkan kekuatan bangsa dalam ideologi, ekonomi, sosial-budaya,
pertahanan dan keamanan sehingga tercapai kesejahteraan rakyat.

2.5 Pengaruh Konsep Ketahanan Nasional dalam Aspek Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara
Berbagai konsep dasar serta pengembangan geostragi Indonesia pada dasarnya
bertujuan untuk :
I . Menyusun dan mengembangkan potensi kekuatan nasional yang berbasis pada aspek
ideologi, politik, sosial-budaya, dan aspek-aspek ilmiah. Hal tersebut sebagai upaya
kelestarian dan eksistensi hidup berbangsa dan bernegara dalam rangka mewujudkan cita-cita
proklamasi dan tujuan nasional.
II. Menunjang tugas pokok pemerintah Indonesia :
i. – Menegakkan hukum dan ketertiban ( law and order )
ii. – Terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran ( welfare and prosperity )
iii. – Terselenggaranya pertahanan dan keamanan ( defense and prosperity )
iv. – Terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial ( yuridical justice and social justice )
v– Tersedianya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri ( freedom of the people )

2.4.1 Ketahanan Nasional pada Aspek – Aspek Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
1. Aspek Ideologi
Ideologi adalah suatu sistem nilai yang merupakan kebulatan ajaran yang
menciptakan motivasi. Ideologi mengandung konsep dasar tentang kehidupan yang menjadi
tujuan dan cita-cita suatu negara.Indonesia menganut ideologi Pancasila.
Ideologi Pancasila merupakan tatanan nilai yang dikrisatalisasikan dari nilai-nilai
dasar budaya bangsa Indonesia yang telah ada sejak ratusan tahun, yang kemudian tumbuh
berkembang dan melekat dalam diri masyarakat Indonesia. 5 sila yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia merupakan suatu kesatuan pemahaman dan pengamalan yang bulat dan utuh
mengenai dasarfilsafat hidup bangsa Indonesia
Ketahanan pada aspek ideologi diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan
ideologi bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan menghadapi dan mengatasi segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan, dan
tantangan yang berasal dari dalam atau luar negeri, yang langsung atau tidak langsung, dalam
rangka menjamin kelangsungan kehidupan ideologi bangsa Indonesia.
2. Aspek Politik
Politik berasal dari kata politics, policy yang berarti kekuasaan (pemerintah) atau
kebijaksanaan. Negara Indonesia adalah negara yang berdaulat ke dalam dan ke luar negeri,
sehingga memiliki kebijaksanaan ketahanan politik ke dalam dan ke luar negeri.
1. Ketahanan Politik Dalam Negeri
Ketahanan politik dalam negeri Indonesia adalah kehidupan politik dan kenegaraan yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang mampu menyerap aspirasi dan dapat mendorong
partisipasi masyarakat Indonesia dalam unsur-unsur sistem politik Indonesia.
2. Ketahanan Politik Luar Negeri
Politik luar negeri Indonesia adalah bebas dan aktif. Bebas adalah Indonesia tidak memihak
kekuatan antara blok Barat atau blok Timur. Aktif adalah Indonesia berkegiatan dalam
kegiatan Internasional sebagai bentuk implementasi tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia.

3. Aspek Ekonomi
Sistem perekonomian Indonesia disesuaikan dengan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia,
yaitu mewujudkan perekonomian masyarakat yang adil dan makmur (UUD 1945 pasal 33).
Prinsip keadilan berkaitan dengan pembagian hasil produksi, pendapatan, dan kesempatan
antara masyarakat. Keadilan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan masyarakat, tanpa
membedakan kekayaan dan diskrimanasi jenis kelamin, keluarga, suku, agama, dan ras.
Prinsip kemakmuran menunjukkan usaha dalam berekonomi untuk mengutamakan
kemakmuran masyarakat di atas kemakmuran individu atau sekelompok orang.
Wujud ketahanan ekonomi nasional tercermin dalam kondisi kehidupan perekonomian
bangsa yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan
dinamis, serta kemampuan menciptakan kemandirian ekonomi nasional dengan daya saing
tinggi dan mewujudkan perekonomi rakyat yang adil dan makmur.

4.Aspek Sosial Budaya


Kebudayaan Indonesia merupakan hasil interaksi dari seluruh budaya dalam negeri dan
budaya asing yang kemudian diterima sebagai nilai seluruh bangsa. Interaksi budaya harus
berjalan secara wajar dan alamiah tanpa unsur paksaan dan dominasi budaya lain ( UUD
1945 pasal 32 )
Wujud ketahanan sosial-budaya nasional tercermin dalam kondisi kehidupan sosial-budaya
bangsa yang dijiwai kepribadian nasional, yang mengandung kemampuan membentuk dan
mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju dan
sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta kemampuan
menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.
5. Aspek Pertahanan dan Keamanan
Ketahanan nasional di bidang pertahanan dan kemanan ( Hankam ) yang dicita-citakan adalah
kondisi daya tangkal nasional yang dilandasi oleh kesadaran bela negara seluruh rakyat dan
mengandung kemampuan memelihara stabilitas pertahanan dan keamanan ( UUD 1945
Pasal 30 )
Sifat ketahanan Nasional dalam aspek pertahanan dan keamanan :
- Mandiri : percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dan tidak mudah
menyerah.
- Dinamis : tidak kaku, ketahanan nasional disesuaikan dengan situasi dan kondisi
bangsa dan negara serta lingkungan strategisnya.
- Wibawa : kewibawaan negara dan pemerintahan dalam menyelenggarakan
kehidupan nasiohttp://www.artikelsiana.com/2014/11/pengertian-unsur-fungsi-
ideologi.htmlnal akan meningkat jika ketahanan nasional dalam bidang pertahanan dan
keamanan meningkat.
- Konsultasi dan Kerjasama : adanya kegiatan saling menghargai dengan
mengandalkan kepribadian bangsa dan kekuatan moral
http://www.artikelsiana.com/2014/11/pengertian-unsur-fungsi-ideologi.html
http://blognurulfitriyah.blogspot.co.id/2015/02/makalah-geostrategi-pendidikan.html
http://luckyrncyber.blogspot.co.id/2013/09/macam-macam-ideologi-dan-pengertiannya.htm
kamis,29 September 2016
2.B.Ideologi di Dunia Dan Ciri-Cirinya Lengkap

Antara negara satu dengan negara lain ideologinya tidak sama. Perbedaan ini karena setiap
negara memiliki perbedaan pandangan dalam menilai suatu kebenaran serta latar belakang
sejarah yang tidak sama. Pancasila yang oleh bangsa Indonesia dipandang sebagai sesuatu
yang baik dan benar belum tentu dinilai sama oleh bangsa lain. Demikian juga ideologi
bangsa lain tidak mungkin sesuai bila diterapkan di Indonesia.

Berikut ini seputarpengetahuan.com akan menjelaskan tentang macam-macam ideologi yakni


kapitalisme, sosialisme, komunisme dan fasisme yang berlaku di dunia berikut ciri-cirinya.

Macam-Macam Ideologi

Ada beberapa macam ideologi di dunia ini, antara lain;

Kapitalisme

Kapitalisme yakni berasal dari bahasa Latin yang akar katanya “caput” yang berarti kepala.
Pada abad 12 dan 13 kata tersebut diartikan dengan dana, persediaan barang, sejumlah uang,
atau uang bunga pinjaman. Dalam abad 18 istilah tersebut diartikan sebagai kapital produktif.
Karl Marx menyatakan istilah tersebut menjadi suatu konsep sentral yang disebut dengan
“cara produksi”. Adapun Max Weber menganggap kapitalisasi sebagai suatu kegiatan
ekonomi yang ditujukan pada suatu pasar dan dipacu untuk menghasilkan laba dengan
adanya pertukaran pasar.

Sejarah perkembangan kapitalisme dibagi menjadi 3 fase yaitu sebagai berikut:

 Kapitalisme awal (1500-1750)


 Kapitalisme klasik ( 1750-1914)
 Kapitalisme lanjut (1914-sekarang)

Berawal dari kapitalisme liberal akhirnya berkembang menjadi ideologi liberal. Ideologi ini
banyak dianut oleh negara-negara Eropa dan Amerika, seperti Inggris, Spanyol, Italia,
Belanda, Amerika Serikat dan Kanada. Adapun ciri-ciri negara penganut ideologi
kapitalisme adalah sebagai berikut.

 Kebebasan warga negara dijunjung tinggi. Warga negara bebas melakukan apa saja
asalkan tidak melanggar tertib hukum.
 Negara hanya bertindak sebagai pengawas jalannya tertib hukum.
 Pada kapitalis monopolis mengesampingkan nilai-nilai agama sehingga melahirkan
sekulerisme (paham yang memisahkan agama dengan negara).

Sosialisme

Sosialisme merupakan doktrin atau ajaran ekonomi yang berdasarkan pada ekonomi
kolektivisme. Doktrin ini menentang kepemilikan pribadi dan mendukung pemakaian milik
tersebut untuk kesejahteraan umum. Adapun yang menjadi dasar dari sosialisme adalah:
 Kontrol kolektivitas atas sekurang-kurangnya alat-alat produksi, dan
 Perluasan dari fungsi dan aktivitas negara

Menurut ideologi sosialisme bahwa suatu komunitas atau kelompok yang terorganisir
memiliki kewenangan atau hak dalam mengelola modal, tanah, mekanisme produksi,
pendistribusian barang-barang, dan hal-hal yang dianggap perlu bagi kesejahteraan umum
secara mandiri. Intinya ekonomi yang bersifat kolektif lebih mampu bersikap adil. Produksi
secara bebas dan kompetitif harus dihilangkan.

Adapun ciri-ciri ideologi sosialisme adalah sebagai berikut:

 Menolak kapitalisme dan berusaha menghapuskannya lewat perjuangan kaum buruh,


tetapi menerima demokrasi parlementer.
 Merencanakan masyarakat berdasarkan dorongan kerja sama dan tidak ada hak milik
perseorangan. Tidak ada kelas kaya dan miskin, ataupun kelas majikan dan buruh,
sebab semua sama.
 Mencita-citakan masyarakat yang didalamnya dapat bekerja sama dan solidaritas
dengan hak-hak yang sama.
 Penentuan nasib sendiri bagi semua orang hanya dapat dicapai melalui solidaritas
 Menolak kebebasan yang cenderung berpihak bagi kepentingan hak milik.
 Demokrasi tidak akan berjalan karena penguasa menekan kebebasan individu.

Komunisme

Pada awalnya sosialisme dan komunisme mempunyai arti yang sama. Namun komunisme
lebih bersifat radikal. Komunisme berdasarkan pada teori Marxis. Menurut Marxis bahwa
pengawasan alat produksi tidak saja sebagai kunci kekuasaan ekonomi tetapi juga kunci
kekuasaan politik dalam negara. Negara dipandang sebagai alat pemaksa yang diciptakan
oleh pengawas masyarakat kapitalis untuk kepentingan mereka sendiri.

Dalam memindahkan alat-alat produksi ke tangan negara, dilakukan dengan cara


kediktatoran.
Ideologi komunisme memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut:

 Menghapus hak milik pribadi atas alat-alat produksi, dan beralih ke tangan negara.
 Hak milik seperti mobil, rumah dan tanah tidak di akui negara.
 Mendirikan masyarakat tanpa perbedaan kelas apapun.
 Kepentingan warga nomor dua setelah kepentingan negara.
 Bersifat materialistis.
 Menyangkal adanya jiwa, roh dan Tuhan, serta menindas kebebasan pribadi dan
agama.
 Menyangkal semua nilai-nilai dan kebutuhan rohani.

Fasisme

Fasisme mempunyai konsep dasar bahwa negara memiliki suatu kehidupan, kesatuan dan
kewenangan yang tidak selalu sama seperti yang diinginkan individu. Orang dibuat seragam
dan menjalani disiplin tertentu dalam rangka meraih tujuan moral. Pemerintah atas nama
negara diberi wewenang untuk mengendalikan kegiatan warga negaranya.

Buruh dan pemilik modal harus dapat bekerja samadan dalam pengawasanserta tekanan dari
negara. Rakyat sebagai kekuatan bagi tentara modern dan industri. Tujuan akhir adalah
terwujudnya masyarakat yang bertingkat dengan golongan elite sebagai pemimpin yang
memimpin secara bebas dari segala tekanan.

Adapun ciri-ciri ideologi fasisme adalah sebagai berikut:

 Pemerintahan bersifat otoriter dan totaliter.


 Sistem pemerintahan satu partai.
 Negara dijadikan alat permanen untuk mencapai tujuan negara.
 Mempercayai adanya perbedaan antara orang yang memerintah dan yang diperintah,
antara elite dan massa.
 Membenci kemerdekaan berbicara dan berkumpul

http://www.seputarpengetahuan.com/2015/08/macam-macam-ideologi-di-dunia-dan-ciri-
cirinya.html
Kamis,29 September 2016
3.C. Pengertian Ideologi

Ideologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu idea berarti raut muka,
perawakan, gagasan dan buah pikiran dan logia yang berarti ajaran. Dengan demikian
ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran. Pengertian ideologi secara
umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat
sistematis yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam berbagai bidang kehidupan.

Maka ideologi negara dalam arti cita-cita negara menjadi dasar bagi sistem kenegaraan untuk
seluruh rakyatdan bangsa yang bersangkutan pada hakekatnya merupakan asas kerohanian
yang antara lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mempunyai derajat yang tinggi sebagi nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.

2. Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan unia, pandangan hidup, pedoman hidup,
pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi
berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankandengan kesediaan berkoban.

Ideologi secara praktis diartikan sebagai sistem dasar seseorang tentang nilai – nilai dan
tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya. Jika diterapkan oleh Negara
maka ideologi diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun secara
sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya, baik sebagai
individu, social, maupun dalam kehidupan bernegara.

Pancasila sebagai Ideologi Terbuka, Pancasila jika dilihat dari nilai – nilai dasarnya, dapat
dikatakan sebagai ideologi terbuka. Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai
yang mendasar, bersifat tetap dan tidak berubah. Oleh kareanya ideology tersebut tidak
langsung bersifat operasional, masih harus dieksplisitkan, dijabarkan melalui penafsiran yang
sesuai dengan konteks jaman. Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki ideologi – ideologi
idealitas, normatif dan realitis.

b. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa

Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah Pancasila sebagai cita-cita negara atau cita-cita
yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa
Indonesia, serta menjadi tujuan hidup berbangsa dan bernegara Indonesia. Berdasarkan Tap.
MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan MPR tentang P4, ditegaskan
bahwa Pancasila adalah dasar NKRI yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu segala agenda dalam proses reformasi,
yang meliputi berbagai bidang selain berdasarkan pada kenyataan aspirasi rakyat juga harus
mendasar pada nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila. Karena reformasi tidak
mungkin menyimpan dari nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta
Keadilan.

Pancasila pada hakekatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran
seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi – ideologi lain didunia, namun
Pancasila diangkat dari nilai – nilai adat istiadat, nilai – nilai kebudayaan serta nilai religious
yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebeum membentuk suatu
negara. Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat sendiri, sehingga
bangsa ini merupakan Kuasa Materialis (asal bahan) Pancasila.

Unsur – unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri
negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagi dasar negara dan ideologi bangsa dan negara
Indonesia. Dengan demikian pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia berakar pada
pandangan hidup dan budaya bansa, bukannya mengambil ideologi bangsa lain. Pancasila
pada hakekatnyapun untuk seluruh lapisan serta unsure – unsure bangsa secara komprehensif.
Maka dari itu ciri khas Pancasila memiliki hubungan dan kesesuaian yang erat dengan bangsa
Indonesia.

Masalah aktualisasi nilai-nilai dasar ideologi Pancasila ke dalam kehidupan praksis


kemasyarakatan dan kenegaraan bukanlah masalah yang sederhana. Terdapat beberapa
kekeliruan yang mendasar dalam cara orang memahami dan menghayati Negara Pancasila
dalam berbagai seginya. Kiranya tidak tepat membuat “sakral” dan tabu, berbagai konsep dan
pengertian, seakan-akan sudah jelas betul dan pasti benar, tuntas dan sempurna, sehingga
tidak boleh dipersoalkan lagi. Sikap seperti itu membuat berbagai konsep dan pengertian
menjadi statik, kaku dan tidak berkembang, dan mengandung resiko ketinggalan zaman,
meskipun mungkin benar bahwa beberapa prinsip dasar memang mempunyai nilai yang tetap
dan abadi. Belum teraktualisasinya nilai dasar Pancasila secara konsisten dalam tataran
praksis perlu terus menerus diadakan perubahan, baik dalam arti konseptual maupun
operasional.

Banyak hal harus ditinjau kembali dan dikaji ulang. Beberapa mungkin perlu dirubah,
beberapa lagi mungkin perlu dikembangkan lebih lanjut dan dijelaskan atau diperjelas dan
beberapa lagi mungkin perlu ditinggalkan. Aktualisasi nilai Pancasila dituntut selalu
mengalami pembaharuan. Hakikat pembaharuan adalah perbaikan dari dalam dan melalui
sistem yang ada. Atau dengan kata lain, pembaharuan mengandaikan adanya dinamika
internal dalam diri Pancasila. Di dalam diri Pancasila sebagai realitas mengandung potensi,
yaitu dasar kemungkinan. Potensi dalam pengertian ini adalah kemampuan real subjek (dalam
hal ini Pancasila) untuk dapat berubah. Subjek sendiri yang berubah dari dalam. Setiap satuan
aktual (sebagai aktus, termasuk Pancasila) terkandung daya kemungkinan untuk berubah.
Bukan kemungkinan murni logis atau kemungkinan objektif, seperti batu yang dapat
dipindahkan atau pohon yang dapat dipotong. Setiap satuan aktual sebagai realitas merupakan
sumber daya untuk proses ke-menjadi-an yang selanjutnya. Jika dikaitkan dengan aktualisasi
nilai Pancasila, maka pada dasarnya setiap ketentuan hukum dan perundang-undangan pada
segala tingkatan, sebagai aktualisasi nilai Pancasila (transformasi kategori tematis menjadi
kategori imperatif), harus terbuka terhadap peninjauan dan penilaian atau pengkajian tentang
keterkaitan dengan nilai dasar Pancasila.

c. Perbedaan antara Ideologi Liberalisme, Komunisme, dan Pancasila

a. Ideologi Liberalisme

Jika dibandingkan dengan ideologi Pancasila yang secara khusus norma-normanya terdapat
di dalam Undang-Undang Dasar 1945, maka dapat dikatakan bahwa hal-hal yang terdapat di
dalam liberalisme terdapat di dalam pasal-pasal UUD 1945, tetapi Pancasila menolak
liberalisme sebagai ideology yang bersifat absolutisasi dan determinisme.

b.Ideologi Komunisme
Ideologi komunisme bersifat absolutisasi dan determinisme, karena memberi perhatian yang
sangat besar kepada kolektivitas atau masyarakat, kebebasan individu, hak milik pribadi tidak
diberi tempat dalam Negara komunis. Manusia dianggap sebagai “sekrup” dalam sebuah
kolektivitas.

c.Ideologi Pancasila

Pancasila sebagai Ideologi memberi kedudukan yang seimbang kepada manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Pancasila bertitik tolak dari pandangan bahwa secara
kodrati bersifat monopluralis, yaitu manusia yang satu tetapi dapat dilihat dari berbagai
dimensi dalam aktualisasinya.

Pengarang: Cahyono: Konsep Ideologi Pancasila, 1986

Tanggal copy:kamis.29 September 2016

Link: https://yustiariri.wordpress.com/2012/10/06/ideologi-pancasila/
BAB 10
IDEOLOGI PANCASILA
1.A.Pengertian ideologi pancasil

Ideologi pancasila adalah ideologi terbuka.Artinya, ideologi Pancasila dapat mengikuti


perkembangan yang terjadi pada negara lain yang memiliki ideologi yang berbeda dengan
Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan karen ideologi
Pancasila memiliki nilai-nilai yang meliputi; nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.
Selain itu, Pancasila bukan merupakan ide baru atau perenungan suatu kelompok atau
golongan tertentu, melainkan Pancasila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa.
Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya berlaku untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur
bangsa secara keseluruhan. Oleh karena itu, ciri khas Pancasila memiliki kesesuaian dengan
bangsa Indonesia.

Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara, Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat,
nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat
Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan kata lain, unsur-unsur yang merupakan materi
Pancasila diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri. Sebagai contoh,
kebiasayaan gotong royong dan bermusyawarah adalah nilai-nilai luhur budaya bangsa yang
terdapat dalam Pancasila. Pancasila sebagai Ideologi berarti Pancasila dijadikan sebagai
pandangan hidup bagi bangsa Indonesia.

1. Pengertian Pancasila
Selengkapnya: Pengertian Pancasila (Artikel Lengkap)
Pancasila adalah ideologi dan dasar negara Indonesia yang mengandung lima dasar. Kelima dasar
tersebut adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila
merupakan bahasa Sansekerta pañca yang berarti “lima” dan sīla yang berarti “dasar” atau “azas”.
2. Pengertian Ideologi
Selengkapnya: Pengertian Ideologi (Artikel Lengkap)
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan yang disampaikan oleh seseorang untuk mengatur
jalannya pemerintahan. Ideologi berasal dari bahasa Yunani edios yang berarti “gagasan” atau
“konsep” dan logos yang berarti “ilmu”. Ideologi sangat dibutuhkan oleh sebuah negara karena
ideologi mencakup nilai-nilai masyarakat di suatu negara.
3. Sejarah Singkat Perumusan Pancasila
Pancasila merupakan hasil rumusan di luar sidang BPUPKI pada tanggal 22 Juni 1945 oleh panitia
kecil yang beranggotakan 9 orang. Rumusan Pancasila termuat dalam Piagam Jakarta (Jakarta
Charter) yang merupakan rancangan Pembukaan UUD. Adapun sembilan anggota panitia kecil
tersebut adalah Soekarno, Drs. Moch. Hatta, Mr. A. A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso,
Abdoelkahar Muzakir, Haji Agus Salim, Mr. Achmad Soebardjo, K.H. Wachid Hasjim, dan Moch.
Yamin. Rumusan Pancasila diterima oleh BPUPKI sebagai ideologi negara saat sidang kedua
BPUPKI pada tanggal 10 Juli 1945.
Sebelumnya pada sidang pertama BPUPKI sudah diajukan berbagai rumusan dasar negara oleh
beberapa tokoh seperti Mr. Mohammad Yamin, Prof, Soepomo, dan Ir. Soekarno. Rancangan
Pancasila pertama kali dirumuskan oleh Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 dengan isi:
kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan.
Dalam rumusan dasar negara yang tertuang dalam Piagam Jakarta, sila pertama berisi “Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi
“Ketuhanan yang Maha Esa” di Pancasila. Hal ini dikarenakan rakyat Indonesia bagian timur lebih
baik memisahkan diri dari Republik Indonesia jika sila pertama tidak diubah. Ini dilakukan demi
menjaga kesatuan dan persatuan di Indonesia.
4. Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Pancasila telah ditetapkan sebagai ideologi Indonesia. Pancasila ditetapkan sebagai ideologi
Indonesia karena sila-sila dalam Pancasila telah mencakup keseluruhan nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila
yaitu: Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan, kenyataannya telah dimiliki
oleh bangsa Indonesia sejak jaman dahulu kala sebelum mendirikan negara. Nilai-nilai tersebut
telah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup.
Menurut Soekarno, Pancasila adalah filosofi hidup masyarakat Indonesia, yang terinspirasi dari
filosofi budaya dalam sejarah Indonesia, termasuk budaya Hindu, Kristen, dan Islam. Sila pertama
menunjukan bahwa bangsa Indonesia, baik pada zaman dahulu maupun masa kini, percaya
dengan Tuhan melalui agama dan kepercayaannya masing-masing. Sila kedua terinspirasi dari
ajaran Hindu Tat Twam Asi, ajaran Islam fardhukifayah, dan ajaran Kristen Hebt Uw naasten lief
gelijk U zelve, God boven alles. Sila kelima terinspirasi dari Ratu Adil (Pemimpin yang Adil) dari
Jawa. Filosofi politik Soekarno kebanyakan merupakan kombinasi dari sosialisme, nasionalisme,
dan monotheisme.
http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2015/03/pancasila-sebagai-ideologi-negara.html
Selasa,28 September 2016

2.B. Pengertian Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah Ideologi yang dapat menyesuaikan diri
dari perkembangan zaman tanpa mengubah nilai dasar pancasila. Makna pancasila sebagai
ideologi terbuka adalah Pancasila dapat menyesuaikan dan diterapkan dari dinamika di Indonesia
dan didunia. Tetapi tidak merubah nilai-nilai dasar Pancasila itu sendiri. Sehinga pancasila dapat
digunakan dan diterapkan dalam berbagai zaman.
A. Syarat- Syarat Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka - Pancasila dikatakan sebagai ideologi
terbuka, karena telah memenuhi syarat-syarat sebagai Ideologi terbuka antara lain sebagai
berikut...
• Nilai Dasar, adalah nilai dasar yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 yang tidak
berubah
• Nilai Instrumen, ialah nila-nilai dari nilai dasar yang dijabarkan lebih kreatif dan dinamis ke
bentuk UUD 1945, ketetapan MPR, dan peraturan perundang-undangan lainnya
• Nilai Praktis, adalah nilai-nilai yang dilaksanakan di kehidupan sehari-hari, baik di
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai praktif bersifat abstrak, seperti mengormati, kerja
sama, dan kerukunan. Hal ini dapat dioperasionalkan ke bentuk sikap, perbuatan, dan tingkah
laku sehari-hari.
B. Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka - Ideologi Pancasila memiliki 3 dimensi penting
yaitu sebagai berikut...
1. Dimensi Realitas adalah mencerminkan kemampuan ideologi untuk mengadaptasika nilai-nilai
hidup dan berkembang dalam masyarakat
2. Dimensi Idealisme adalah idealisme yang ada dalam ideologi mampu menggugah harapan para
pendukugnya
3. Dimensi Pendukung adalah mencerminkan atau menggambarkan kemampuan suatu ideologi
untuk memengaruhi dan menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat.

C. Ciri-Ciri Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka - Dalam fungsinya sebagai Ideologi, pancasila
menjadi dasar seluruh aktivitas bangsa Indonesia. Sehingga pancasila tercermin dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Ciri-ciri pancasila sebagai Ideologi terbuka adalah sebagai berikut...
• Pancasila mempunyai pandangan hidup, tujuan dan cita-cita masyarakat Indonesia yang
berasal dari kepribadian masyarakat Indonesia sendiri.
• Pancasila memiliki tekat dalam mengembangkan kreatifitas dan dinamis untuk mencapai
tujuan nasional
• Pengalaman sejarah bangsa Indonesia
• Terjadi atas dasar keinginan bangsa (masyarakat) Indonesia sendiri tanpa dengan campur
tangan atau paksaan dari sekelompok orang.
• Isinya tidak operasional
• Dapat menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab sesuai nilai-nilai Pancasila
• Menghargai pluralitas, sehingga diterima oleh semua masyarakat yang berlatakng
belakang dan budaya yang berbeda.
D. Faktor Pendorong Pemikiran Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka - Menurut Moerdiono bahwa
terdapat faktor-faktor atau bukti yang mendorong pemikiran Pancasila sebagai ideologi terbuka
antara lain sebagai berikut...
• Proses pembagunan nasional berencana, dinamika mayarakat indonesia yang berkembang
sangat cepat. Sehingga tidak semua permasalahan kehidupan dapat ditemukan jawabannya
secara ideologis.
• Runtuhnya Ideologi tertutup, seperti marxisme-leninisme/komunisme.
• Pengalaman sejarah politik terhadap pengaruh komunisme sangat penting, karena dari
pengaruh ideologi komunisme yang bersifat tertutup, Pancasila pernah merosot dan kaku.
Pancasila tidak tampil sebagai pedoman, tetapi sebagai senjata konseptual untuk menyerang
lawan-lawan politik. Kebijaksanaan pemerintah disaat itu menjadi absolute. Akibatnya,
perbedaan-perbedaan menjadi alasan untuk secara langsung dicap sebagai anti Pancasila.
• Tekad untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara

http://www.artikelsiana.com/2015/07/pancasila-sebagai-ideologi-terbuka-pengertian-makna-
ciri.html
Rabu,28 September 2016
IDEOLOGI NEGARA
3.C. Pengertian Pancasila
Ditinjau dari asal-usulnya, kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sanskerta yang mengandung dua
suku kata, yaitu panca dan syila. Panca berarti lima dan syila dengan huruf i yang dibaca pendek
mempu-nyai arti 5atu sendi, dasar, alas atau asas. Sedangkan syila dengan peng-ucapan i panjang
(syi:la) berarti peraturan tingkah laku yang baik, utama atau yang penting. Dengan demikian
Pancasila dapat diartikan berbatu sendi lima, atau lima tingkah laku utama, atau pelaksanaan lima
kesusilaan Pancasyila Krama).
Apabila ditinjau dari segi kesejarahan (historis), istilah Pancasila pertama kali ditemukan dalam
agama Budha. Dalam Kitab Tri Pitaka Pancasila diartikan sebagai lima aturan kesusilaan yang
dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh penganut agama Buddha. Dalam Kitab Vinaya Pitaka, yang
merupakan salah satu bagian dari Kitab Tri Pitaka, disebut ada lima pantangan atau lima larangan
yang wajib dihindari oleh setiap pemeluk Budha, yaitu: menghindari pembunuhan, menghindari
pencurian, menghindari perzinaan, menghindari kebohongan, menghindari makanan dan
minuman yang memabukkan yang menyebabkan ketagihan.
Masuknya agama Buddha ke Indonesia turut membawa ajaran Pancasila tersebut. Pada masa
kejayaan Kerajaan Majapahit di bawah Raja Hayam Wuruk istilah Pancasila dimasukkan dalam
kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca. Dalam buku tersebut dituliskan “Yatnanggegwani
Pancasyiila Kertasangskarbhisekaka Krama” yang artinya Raja menjalankan ke lima pantangan
(Pancasila) dengan setia. Istilah Pancasila juga dapat kita jumpai dalam sebuah kitab Sutasoma
karya Empu Tantular. Dalam buku itu terdapat istilah Pancasila yang diartikan sebagai
pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama), yaitu:
• Tidak boleh melakukan kekerasan
• Tidak boleh mencuri
• Tidak boleh berwatak dengki
• Tidak boleh berbohong
• Tidak boleh mabuk minuman keras.

Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, istilah Pancasila kembali mencuat ke permukaan.


Pada sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang
pertama tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno dalam pidatonya mengatakan “ ... namanya bukan
Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa,
namanya Pancasila. Sila artinya asas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan
negara Indonesia, kekal dan abadi.” Setelah berakhirnya sidang BPUPKI tersebut dibentuklah
Panitia Sembilan yang pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil merumuskan “Piagam Jakarta”. Pada
tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah Indonesia merdeka, PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) menetapkan rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia sebagaimana
terdapat Pembukaan UUD 1945, alinea IV dengan urutan sebagai berikut:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
2. Sejarah Perumusan Pancasila
Perumusan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia tidak terlepas dari sejarah
perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Pada masa pendudukan Jepang tahun
1942, awalnya bangsa Indonesia menyambut baik kedatangan Jepang. Rupanya kedatangan
Jepang tidak mengubah nasib bangsa ke arah yang lebih baik, bahkan sebaliknya, ternyata lebih
kejam daripada pemerintah Hindia Belanda. Maka di daerah-daerah muncul perlawanan terhadap
Jepang
Pada tahun 1943 posisi Jepang semakin genting karena menghadapi gempuran tentara Sekutu. Di
samping itu, mereka juga menghadapi perlawanan di setiap daerah. Kondisi semacam ini
dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia untuk mendesak Jepang agar bersedia memberikan
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Desakan tersebut ternyata mendapatkan respon dari
pemerintah Jepang. Pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Koyso menjanjikan
kemerdekaan kelak di kemudian hari. Untuk meyakinkan bangsa Indonesia terhadap janji
tersebut. dibentuklah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
atau Dokuritsu Zyunbi Tyoshakai pada 1 Maret 1945. Anggota BPUPKI ini terdiri dari 60 anggota
berasal dari Indonesia, 4 anggota keturunan Cina, satu anggota keturunan Belanda dan satu
anggota dari keturunan Arab. Dalam salah satu sidang BPUPKI, tepatnya tanggal 1 Joni 1945, telah
diadakan pembicaraan mengenai dasar negara Indonesia.
Dalam sidang tersebut Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya dan mengemukakan lima prinsip
yang sebaiknya dijadikan dasar negara Indonesia Merdeka, yaitu:
a. Kebangsaan Indonesia
b. Internasionalisme atau perikemanusiaan
c. Mufakat atau demokrasi
d. Kesejahteraan sosial
e. Ketuhanan
Ir. Soekarno kemudian menegaskan bahwa kelima alas itu dinamakan Pancasila. Setelah Sidang I
BPUPKI berakhir dibentuklah Panitia Kecil atau Panitia Sembilan untuk merumuskan ide dasar
negara dengan bahan utama yang telah dibi.carakan dalam sidang BPUPKI. Pada tanggal 22 Juni
1945 panitia kecil bersidang dan berhasil merumuskan Piagam Jakarta, yaitu:
a. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perw akilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Setelah BPUPKI dibubarkan, sebagai gantinya dibentuklah PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) atau Dokuritsu Zyunbi Inkai pada tanggal 7 Agustus 1945. Tugas semula dari panitia ini
adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan serah terima
kemerdekaan yang direncanakan pada tanggal 24 Agustus 1945. Namun dengan takluknya Jepang
kepada Sekutu. maka pada tanggal 14 Agustus terjadi kekosongan kekuasaan di Indonesia.
Kesempatan yang baik dan sempit itu akhirnya dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia untuk
melakukan langkah besar dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus
1945. Sehari setelah kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945, PPKI bersidang dan berhasil
menetapkan:
a. Memilih Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
b. Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam UUD 1945 inilah rumusan Pancasila yang sah sebagai dasar negara dapat kita temui, yaitu
dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV dengan rumusan sebagai berikut.
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dasar negara dapat berupa suatu falsafah yang dapat merangkum atau menyimpulkan kehidupan
dan cita-cita bangsa dan negara Indonesia yang merdeka. Dasar negara merupakan fondasi atau
landasan yang kuat dan kokoh serta tahan terhadap segala gangguan, hambatan maupun
rintangan dari dalam maupun dari luar, sehingga bangunan gedung di atasnya dapat berdiri
dengan kokoh dan kuat. Bangunan itu ialah negara Republik Indonesia yang ingin mewujudkan
suatu masyarakat yang adil dan makmur.
Tujuan dirumuskannya Pancasila oleh para pendiri negara adalah sebagai dasar negara Republik
Indonesia. Hal ini sesuai apa yang dikatakan oleh Radjiman Widyodiningrat bahwa hakikat
Pancasila adalah sebagai dasar negara. Demikian pula Muhammad Yamin, Mr. Soepomo dan Ir.
Soekarno juga menyebutkan perlu adanya dasar negara Indonesia yang merdeka yaitu Pancasila.
Dengan demikian, para pelaku sejarah memang berniat merumuskan Pancasila sebagai landasan
negara, sebagai falsafah negara dan ideologi negara dan tidak ada niatan lainnya.
Pancasila sebagai dasar negara berarti Pancasila menjadi dasar atau pedoman dalam
penyelenggaraan negara. Seandainya negara adalah sebuah bangunan, maka Pancasila sebagai
fondasi yang nantinya akan dijadikan tempat berpijak bangunan-bangunan berikutnya. Dengan
demikian, Pancasila dijadikan dasar dan tonggak dalam pembuatan segala peraturan perundang-
undangan negara serta berbagai peraturan lainnya yang mengatur di berbagai bidang kehidupan
baik politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, maupun pertahanan dan keamanan. Di samping
Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila juga sebagai cumber hukum yang paling utama bagi
segala perundang-undangan yang akan dibuat dan digali. Oleh sebab itu, Pancasila di samping
memerankan diri sebagai dasar negara juga memerankan diri sebagai sumber tertib hukum bagi
Republik Indonesia.
Pada zaman Orde Baru, fungsi Pancasila sebagai sumber hukum diperkuat melalui UU Keormasan
Tahun 1985, yaitu UU No. 5 Tandn 1985 tentang keharusan semua kekuatan politik
mencantumkan Pane asila sebagai satu-satunya asas dalam anggaran dasarnya. Selain itu. L-1.
No.8 Tahun 1985 juga mengharuskan semua organisasi sosial kemasyarakatan mencantumkan
Pancasila sebagai satu-satunya asas.
Maka pada kedua Undang-undang tersebut, Pancasila tidak hang a dianggap sebagai dasar negara,
tetapi juga sebagai Anggaran Dasar (AD) bagi seluruh organisasi politik, kemasyarakatan maupun
sosial keagamaan. Hal ini menyebabkan perluasan makna Pancasila yang tidal; sesuai dengan Tap.
MPRS No.XX/MPRS/1966. jo. Tap. MPR No.V MPR/1973, jo. Tap MPR No.IX/MPR/1978 dan
dipertegas lagi dalam Tap. MPR No.XVIII/MPR/1998 yang berisi tentang pengembalian kedudukan
dan fungsi Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.
4. Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Ideologi berasal dari kata idea yang artinya pemikiran, khayalan. konsep, keyakinan, dan kata
logos yang artinya logika, ilmu atau pengetahuan. Jadi, ideologi dapat diartikan ilmu tentang
keyakinankeyakinan atau gagasan-gagasan. Ada beberapa pengertian ideologi menurut para
tokoh seperti berikut.
a. Menurut Destutt de Tracy, ideologi diartikan sebagai Science of Ideas, di dalamnya ideologi
dijabarkan sebagai sejumlah program yang diharapkan membawa perubahan lembaga dalam
suatu masyarakat.
b. Kirdi Dipoyuda membatasi pengertian ideologi sebagai suatu kesatuan gagasan-gagasan dasar
yang sistematis dan menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya baik individual maupun
sosial termasuk kehidupan negara.
c. Menurut Ali Syariati, ideologi adalah keyakinan-keyakinan dan gagasan-gagasan yang ditaati
oleh suatu kelompok, suatu kelas sosial, suatu bangsa, atau suatu ras tertentu.
d. Menurut Sastrapratedja, ideologi adalah suatu kompleks gagasan atau pemikiran yang
berorientasi pada tindakan yang diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur.

Ideologi umumnya dirumuskan dari pandangan hidup, baik pandangan yang bersumber dari
ajaran agama maupun dari falsafah hidup. Ideologi yang berasal dari ajaran agama seperti Islam,
Kristen, Hindu, Buddha, maupun agama lainnya, ideologi ini biasanya bersifat umum dan
universal, artinya berlaku untuk semua umat manusia.
Sedangkan ideologi yang berdasarkan falsafah hidup biasanya berlaku untuk partai, kelas maupun
bangsa bersangkutan, sehingga herlaku lokal atau untuk kelompok atau bangsa itu sendiri. Dari
pengertianpengertian ideologi di atas, maka dapat dikaji lebih lanjut mengenai unsurunsur suatu
ideologi.
Menurut Koento Wibisono ada tiga unsur penting dalam suatu ideologi, yaitu:
a. Keyakinan, yaitu setiap ideologi selalu menunjukkan gagasan vital yang sudah diyakini
kebenarannya untuk dijadikan dasar dan arch strategic bagi tercapainya tujuan yang telah
ditentukan.
b. Mitos, yaitu konsep ideologi selalu memitoskan suatu ajaran yang secara optimal dan pasti,
yang menjamin tercapainya tujuan melalui cara-cara yang telah ditentukan.
c. Loyalitas, yaitu setiap ideologi menuntut keterlibatan optimal atas dasar loyalitas dari
pendukungnya.
Sedangkan Sastrapatedja mengemukakan tiga unsur yang ada dalam pengertian ideologi, yaitu:
a. Interpretasi, yaitu adanya suatu penafsiran terhadap kenyataan dan realitas.
b. Preskripsi, yaitu setiap ideologi memuat seperangkat nilai atau suatu ketentuan moral.
c. Program Aksi, yaitu ideologi memuat suatu orientasi pada tindakan.

Dengan memperhatikan pengertian dan unsur-unsur ideologi, dapat dikatakan bahwa semua
komponen itu adalah pandangan hidup yang sudah disertai dengan cara-cara yang digunakan
untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan, dan sudah menjadi milik kelompok atau bangsa
tertentu. Nlisalnya ideologi yang dimiliki bangsa Indonesia. Dalam suatu ideologi harus
terkandung tiga komponen dasar, yaitu:
• Keyakinan hidup, yaitu konsepsi yang menyeluruh tentang alam semesta (kosmos). Dalam
konsepsi ini akan dihadapkan antara keyakinan hidup dengan alam semesta, yang di dalamnya
tercermin tiga keyakinan dasar, yaitu hal yang menyangkut hakikat diri pribadi, hakikat yang
menyangkut hubungannya dengan sesama, serta hubungan antara pribadi dengan Tuhan.
• Tujuan hidup, yaitu konsepsi tentang cita-cita hidup yang diinginkan.
• Cara-cara yang dipilih untuk mencapai tujuan hidup, termasuk juga di dalamnya berbagai macam
institusi (lembaga), program aksi, dan lain sebagainya.
Pancasila telah memenuhi unsur-unsur tersebut, sehingga Pancasila dapat dikatakan sebagai
suatu ideologi. Unsur keyakinan hidup dalam Pancasila tercermin pada sila Ketuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab dan persatuan Indonesia. Bangsa Indonesia merumuskan
tujuan hidupnya dalam sila kelima, yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan
hidup yang sangat mulia itu tentunya harus diperjuangkan dengan segala pengorbanan dengan
cara-cara yang efektif . Cara-cara yang digunakan untuk mewujudkan sila kelima adalah melalui
sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Dalam sila inilah tercermin makna demokrasi. Dengan prinsip demokrasi, tujuan hidup bangsa dan
negara akan diupayakan untuk diwujudkan dengan sebaik-baiknya.
5. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Suatu ideologi harus mampu menghadapi segala bentuk tantangan dan hambatan serta
perkembangan dari dalam negeri maupun perkembangan global. Pancasila sebagai suatu ideologi
tidak akan menutup rapatrapat terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada era
globalisasi dan era informasi. Oleh sebab itu, Pancasila harus menjadi ideologi terbuka, artinya
Pancasila harus membuka diri terhadap perubahan dan tuntutan perkembangan zaman. Pancasila
sebagai ideologi terbuka dapat ditunjukkan dengan memenuhi persyaratan tiga dimensi, yaitu:

a. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi tersebut harus
bersumber dari kenyataan hidup yang ada di masyarakat, sehingga masyarakat merasakan dan
menghayati ideologi tersebut, karena digali dan dirumuskan dari budaya sendiri. Pada
gilirannya nanti akan merasa memiliki dan berusaha mempertahankannya. Ideologi Pancasila
benar-benar mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia.
Pancasila digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Nilai-nilai luhur tersebut merupakan
kenyataan yang ada dan hidup dalam masyarakat. Dengan demikian bangsa Indonesia betul-betul
merasakan dan menghayati nilai-nilai tersebut dan tentunya akan berusaha untuk
mempertahankannya.
b. Dimensi idealisme, mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalamberbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan cita-cita tersebut suatu bangsa akan
mengetahui ke arah mana tujuan akan dicapai. Pancasila adalah suatu ideologi yang mengandung
cita-cita yang akan dicapai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Cita-cita
tersebut akan mampu menggugah harapan dan memberikan optimisme Berta motivasi kepada
bangsa Indonesia. Maka semua itu harus diwujudkan secara nyata dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
c. Dimensi fleksibilitas, yaitu suatu dimensi yang mencerminkan kemampuan suatu ideologi dalam
mempengaruhi sekaligus menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan
masyarakat. Mempengaruhi berarti ikut memberikan warna dalam perkembangan masyarakat,
sedangkan menyesuaikan diri berarti masyarakat berhasil menemukan pemikiran-pemikiran baru
terhadap nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya. Ideologi Pancasila memiliki sifat yang
fleksibel, luwes, terbuka terhadap pemikiran-pemikiran baru tanpa menghilangkan hakikat yang
terkandung di dalamnya. Dengan sifat fleksibel tersebut ideologi Pancasila akan tetapaktual dan
mampu mengantisipasi tuntutan perkembangan zaman.

Kamu Perlu Tahu!


Gambar 1.1 Garuda Pancasila, lambang negara RI. Badannya dilindungi dengan perisai yang
memuat lambang kelima sila Pancasila.
- Bintang bersudut lima, lambang sila pertama
- Rantai bermata bulatan dan persegi, lambang sila kedua
- Pohon beringin, lambang sila ketiga
- Kepala banteng, lambang sila keempat
- Padi dan kapas, lambang sila kelima.
Tokoh yang mengajukan rumusan
awal Pancasila adalah Prof. Dr.
Supomo dan Ir. Soekarno.
Kamu Perlu Tahu!
Dari berbagai rumusan Pancasila yang ada, rumusan Pancasila yang sah dan benar terdapat dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, alinea IV.
Kamu PerluTahu!
Mohamad Hatta, selain dikenal sebagai proklamator kemerdekaan Republik Indonesia, juga
dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Hatta sangat berperan dalam upaya memperoleh
pengakuan kedaulatan RI pada Konferensi Meja Bundar (KMB).
Kamu Perlu Tahu!
Ideologi Pancasila merupakan salah satu bentuk ideologi yang berkembang di tengah-tengah
ideologi dunia. Contoh-contoh ideologi lain ada dalam sejarah bangsa-bangsa adalah: komunisme,
sosialisme, kapitalisme, komunitarianisme, liberalisme, konservatisme, nazisme, monarkisme,
fasisme dan liberalisme. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa merupakan contoh
keyakinan hidup Bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung tiga dimensi:
– realita
– idealisme
– fleksibilitas
Read more: http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/pancasila-sebagai-dasar-negara-
dan.html#ixzz4LuOaD1Ae
http://hitamandbiru.blogspot.co.id/2012/07/hubungan-warga-negara-dengan-negara.html
Rabu,28 September 2016
BAB 11
1.A.PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI

Prinsip-Prinsip Demokrasi - Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah
terakomodosi dalam konstitusi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Prinsip-rinsip demokrasi
jika ditinjau dari pendapat Almadudi yang dikenal dengan "soko guru demokrasi". Menurut
Almadudui, prinsip-prinsip demokrasi adalah sebagai berikut...

 Kedaulatan rakyat
 Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah
 Kekuasaan mayoritas
 Hak-hak minoritas
 Jaminan hak asasi manusia
 Pemilihan yang bebas, adil dan jujur
 Persamaan di depan hukum
 Proses hukum yang wajar
 Pembatasan pemerintah secara konstitusional
 Pluralisme sosial, ekonomi dan politik
 Nilai-nilai toleransi, pramatisme, kerja sama, dan mufakat

B.Nilai-Nilai Demokrasi
Nilai-Nilai Demokrasi - Demokrasi memiliki nilai-nilai antara lain sebagai berikut...

Menjamin tegaknya keadilan

 Menekan adanya penggunaan kebebasan seminimal mungkin


 Adanya pergantian kepemimpinan dengan teratur
 Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga
 Menjamin terselenggaranya perubahan yang terjadi di masyarakat dengan damai atau
tampa adanya gejolak
 Mengakui dan menganggap wajar adanya perbedaan atau keanekaragaman.

Pengarang: Abdulkarim, Aim.

Tanggal:28 September 2016

Link: http://www.artikelsiana.com/2015/08/demokrasi-pengertian-ciri-ciri-macam.htm
2.b.PENGERTIAN DEMOKRASI

Pengertian Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari kata Demokratia yang
berarti “kekuasaan rakyat”. Demokratia sendiri terdiri dari dua kata yakni demos yang
mempunyai arti “rakyat” dan kratos yang mempunyai arti “kekuasaan atau kekuatan”.

Demokrasi mencakup kondisi budaya, ekonomi dan sosial yang memungkinkan dalam
terjadinya praktik kebebasan politik baik secara bebas ataupun setara.

Secara umum pengertian demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang setiap warga negara
mempunyai hak yang setara dalam pengambilan suatu keputusan yang akan memberikan efek
dalam kehidupan mereka. Demokrasi juga bisa diartikan sebagai bentuk kekuasaan tertinggi
berada ditangan rakyat.

Dalam demokrasi, warga negara bisa diizinkan untuk berpartisipasi aktif secara langsung atau
juga melalui perwakilan dalam melakukan perumusan, pengembangan serta pembuatan
hukum.

Untuk lebih jelasnya, dibawah ini kita sajikan paparan singkat mengenai seluk beluk sistem
demokrasi. Semoga bermanfaat.

B.Prinsip demokrasi

Prinsip umum sistem demokrasi antara lain sebagai berikut.

1. Kebebasan diakui dan diterima oleh warga negara.


2. Keterlibatan warga negara mengenai pembuatan keputusan politik .
3. Kesamaan diantara setiap warga negara,
4. Setiap warga negara mempunyai kesamaan dan kesetaraan dalam hak praktik politik.

Pengarang: Sofyan Hadi

Tanggal:28 September 2016

Read more http://www.satujam.com/pengertian-demokrasi/


DEMOKRASI DAN RUANG LINGKUPNYA
3.c Pengertian demokrasi
Dari makna harfiahnya, “demokrasi” sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti
rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Ada beberapa pendapat lain mengenai pengertian demokrasi, yakni;
- Menurut Internasional Commision of Jurits, Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan oleh
rakyat dimana kekuasaan tertinggi di tangan rakyat dan di jalankan langsung oleh mereka atau oleh
wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan yang bebas. Jadi, yang di utamakan dalam
pemerintahan demokrasi adalah rakyat.
- Menurut Lincoln, Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
(government of the people, by the people, and for the people).
- Menurut C.F Strong, Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewasa dari
masyarakat politik ikut serta atas dasar sistem perwakilan yang menjamin bahwa pemerintahan
akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada mayoritas itu.

- Secara umum, Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk
dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu negara
(umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica) dengan kekuasaan negara yang diperoleh
dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Prinsip semacam
trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat
kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk
masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah sering kali menimbulkan
pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Maka dari itu banyak kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan
berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-
anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat.
Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada
mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini
mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara
tersebut.
b. Ciri-Ciri Pemerintahan Yang Demokrasi
Bahasa kata demokrasi pertama diperkenalkan kali oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk
pemerintahan, yaitu suatu pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan
banyak orang (rakyat). Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima
dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah
sebagai berikut.
1. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik
langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
2. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
3. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
4. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan
rakyat
c.Prinsip-Prinsip Demokrasi
Prinsip-prinsip demokrasi, dapat ditinjau dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal dengan
"soko guru demokrasi." Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi adalah sebagai berikut:
1.Kedaulatan rakyat;
2.Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;
3.Kekuasaan mayoritas;
4.Hak-hak minoritas;
5.Jaminan hak asasi manusia;
6.Pemilihan yang bebas dan jujur;
7.Persamaan di depan hukum;
8.Proses hukum yang wajar;
9.Pembatasan pemerintah secara konstitusional;
10.Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik;
11.Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.
d. Asas Pokok Demokrasi
Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah pengakuan hakikat
manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang sama dalam hubungan sosial.
Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat 2 (dua) asas pokok demokrasi, yaitu:
1.Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-wakil rakyat untuk
lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas, dan rahasia serta adil; dan
2.Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan pemerintah untuk
melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama.

B.PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA

Selama 50 tahun berdirinya republik Indonesia masalah pokok yang dihadapi adalah bagaimana
masyarakat yang beraneka ragam pola budayanya mempertinggi tingkat ekonominya, membina
kehidupan sosial, dan politik yang demokratis. Masalah ini berkisar pada cara menyusun suatu
sistem politik dengan kepemimpinan cukup kuat untuk melaksanakan pembangunan bangsa dengan
partisipasi rakyat serta menghindari timbulnya pemerintahan totaliter.
a.Demokrasi diawal masa kemerdekaan
Praktek demokrasi sebenarnya sudah dilakukan menjelang proklamasi kemerdekaan RI atau bahkan
jauh sebelum itu, hal ini terlihat dalam;
•Rembuk desa dimasyarakat pedesaan
• Sidang BPUPKI dalam rangka menyusun dasar Negara dan UUD 1945, melalui musyawarah dengan
prinsip demokrasi.
• Sidang PPKI yang memutuskan UUD serta memilih presiden dan wakilnya.
b.Demokrasi dari tanggal 18 agustus 1945 dampai 27 desember 1949
Setelah terbentuknya pemerintahan tanggal 18 agustus 1945, pemerintahan diatur berdasarkan
hukum nasional, terlihat dalam pasal 1 ayat 2 dinyatakan “kedaulatan adalah ditangan rakyat dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR”. Namun karena MPR belum terbentuk maka, dalam aturan
peralihan pasal IV ditegaskan “sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD, segala
kekuasaanya dijalankan oleh presiden dengan bantuan komite nasional”. Dilihat dari dasar Negara
dan UUD 1945 tersebut Negara Indonesia antara tahun 1945-1949 adalah Negara demokrasi,
walaupun pelaksanaanya belum sesuai dengan prinsip-prinsip yang diharapkan dalam UUD 1945. Hal
ini terlihat kekuasaan presiden terlalu luas. Untuk mengembalikan prinsip demokrasi maka dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut
-KNIP diberi wewenang menjalankan fungsi legislative (didasarkan maklumat wakil presiden no X
tanggal 5 november).
-Rakyat diberi kebebasan untuk mendirikan partai politik (dasar maklumat pemerintah tanggal 3
november 1945)
-Maklumat presiden tanggal 14 november 1945 tentang perubahan sistem perubahan presidensil
menjadi parlementer.

c.Pelaksanaan demokrasi liberal


Pelaksanaan demokrasi liberal di Indonesia terjadi antara kurun waktu 27 desember 1949 sampai
dengan 5 juli 1959. Pada tahun1950 bentuk Negara mengalami perubahan yaitu dari serikat menjadi
Negara kesatuan RI. UUD yang berlaku adalah UUDS 1950. Pelaksanaan UUD RIS sampai UUDS
cenderung kearah kebebasan yang tak terbatas, maka dapat dikatakan bahwa sistem demokrasi
liberal yaitu sistem demokrasi yang mengagungkan kebebasan individu secara mutlak. Karena
adanya kebebasan yang mutlak tersebut menyebabkan tidak adanya kesetabilan pemerintah
sehingga kurun waktu 1950-1959 tidak kurang 6 kali ganti cabinet. Terpaksa presiden pada tanggal 5
juli 1959 mengeluarkan dekrit presiden yang isinya;
1.Bubarkan konstituante
2.Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlaku UUDS 1950
3. Segera dibentuk MPRS dan DPAS

d.Pelaksanaan demokrasi terpimpin pada kurun waktu 5 juli 1959- 11 maret 1966
Menurut Ir. Soekarno demokrasi terpimpin adalah “demokrasi yang terpimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaraatan atau perwakilan”. Konsep demokrasi terpimpin sebenarnya
baik karena didasarkan pada pancasila. Demokrasi terpimpin sebenarnya untuk mengoreksi praktik
demokrasi liberal yang terlalu mengutamakan kebebasan individu ternyata tidak cocok dengan
kepribadian Indonesia. Akan tetapi pelaksanaan demokrasi terpimpin ternyata menyimpang dari
Pancasila maupun UUD 1945 hal ini karena yang ditonjolkan bukan nilai-nilai demokrasi tetapi
terpimpinnya, terlihat setiap pengambilan keputusan bila tidak dapat ditempuh mufakat maka
keputusan diserahkan pada presiden.

e. Demokrasi pancasila pada masa orde baru (11 maret 1966 – 21 mei 1998)
Dengan terjadinya penyimpangan yang menonjol terhadap pancasila dan UUd 1945 menyebabkan
terjadinya kekacauan dari seluruh lapisan masyarakat, bangsa dan Negara yang meliputi segala
aspek kehidupan bahkan hampir saja menghancurkan Negara proklamasi atau NKRI. Hal ini yang
mendorong munculnya TRITURA yang akhirnya melandasi lahirnya orde baru yang tertekat
melaksanakan pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dengan semangat itu seluruh
kegiatan penyelenggaraan Negara diupayakan dengan ketentuan yang bersumber pada pancasila
dan UUD 1945 (disebut demokrasi pancasila).
Pada masa ini terjadi perubahan yang mendasar, partai politik mengalami penyederhanan sehingga
peran partai politik dalam Negara dpat dimaksimalkan. Bagi kepentingan rakyat, pemilu dapat
diselenggarakan secara periodik tiap 5 tahun, pembangunan berencana dapat berjalan dengan
lancar yang desebut PELITA, kestabilan pemerintah terjamin bahkan pertumbuhan ekonomi pun
sangat menggembirakan. Kelemahan yang terjadi pada masa orde baru adalah dalam menafsirkan
dan menerapkan UUD 1945.
Demokrasi pancasila pada masa orde baru memilki cirri-ciri sebagai berikut;
1.Pelaksanaan UUD 1945 secara formalitas sedangkan substansinya atau makna sebenarnya untuk
menjamin kepentingan penguasa. Hal ini sulit bila dikatakan sebagai penyimpangan secara formal
atau konstitusional.
2.Pemilu berjalan secara periodic dan lancar. Namun dalam draft real terjadi ketidakseimbangan
kesempatan untuk berkembang dari setiap parpol karena adanya single mayority.
3. Control sosial dari masyarakat kurang berjalan lancar karena adanya penerapan manajemen
tertutup sehingga budaya ABS (asal bapak senang)
4.Pada masa orde baru stabilitas politik dan keamanan terjamin sebab memang pemerintah
cenderung menerapkan pendekatan keamanan.
5.Munculnya praktek-praktek KKN (korupsi, Kolusi, dan nepotisme) dalam tubuh pemerintahan.

f.Pelaksanaan demokrasi pada masa reformasi


Reformasi merupakan istilah periode pemerintahan paska orde baru yang dartikan sebagai suatu
gerakan untuk menata kembali kehidupan pemerintahan berdasarkan sandi-sandi kehidupan yang
dicita-citakan demi terwujudnya masyarakat madani, yaitu tata kehidupan masyarkat sipil yang
tentram, damai, aman, dan demokratis serta terjaminnya HAM.
Selama masa yang singkat itu bangsa Indonesia berhasil menetapkan berbagai peraturan perundang-
undangan yang penting bagi pengembangan demokrasi. Perkembangan yang pesat dalam sendi-
sendi demokrasi antara lain;
a. Adanya jaminan kebebasan pers
b. Adanya jaminan tata cara penyampaian pendapat dimuka umum (kebebasan mimbar) yang diatur
dalam UU. Seperti aksi unjuk rasa, pawai, mogok kerja dan sebagainya.
c.Kebebasan berpolitik dibuka seluas-luasnya
d.Terbukanya kontrol sosial dari masyarkat terhadap pemerintah seperti LSM, perorangan,
organisasi/lembaga maupun dari DPR
e. Terselenggaranya pemilu yang transparan untuk memilih anggota legislatif, presiden dan wakil
presiden langsung oleh rakyat.

C. PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM


a. Pengertian pemilu
Pemilihan umum merupakan suatu cara untuk memilih wakil rakyat yang duduk dalam lembaga
perwakilan dan sekaligus perwujudan Negara demokrasi. Jadi pemilu merupakan sarana untuk
mewujudkan demokrasi disamping sarana yang lain.
b.Asas pemilu
Asas pemilu menurut UU No. 12 tahun 2003, tentang pemilu antara lain;
1. Jujur, artinya setiap pemilih yang terkait dengan pelaksanaan pemilu harus bersikap jujur sesuai
aturan permainan.
2. Adil, artinya setiap pemilih dan parpol mendapat perlakuan yang sama
3. Langsung, setiap pemilih dapat langsung memberikan suara tanpa perwakilan
4. Umum, artinya pemilihan itu berlaku menyeluruh bagi semua warga Negara yang memenuhi
syarat dan diskriminatif.
5.Bebas, artinya setiap warga Negara yang berhak memilih memilih dapat menggunakan haknya
berdasarkan hati nuraninya tanpa adanya paksaan pengaruh dari manapun.
6. Rahasia, setiap pemilih dijamin tak akan diketahui apapun pilihannya.
c. Tujuan dari fungsi pemilu
1. Tujuan pemilu
a. Melaksanakan kedaulatan rakyat
b. Sebagai perwujudan hak asasi politik
c. Untuk memilih wakil-wakil rakyat
d. Melaksanakan mekanisme pemerintah dengan konstitusional.
e. Menjamin kesinambungan pembangunan nasional.
2.Fungsi pemilu
a.Mempertahankan dan mengembangkan sendi-sendi demokrasi di Indonesia
b. Mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila
c.Menjamin suksesnya perjuangan Indonesia
d.Pelaksanaan/penyelenggaraan pemilu di Indonesia
Agar pelaksanaan pemilu berjalan lancar , tertib, aman maka sesuai UU no 12 tahun 2003
dibentuklah organisasi penyelenggaraan pemilu mulai dari tingkat pusat sampai ketempat
pemungutan suara yaitu KPU, PPI, PPD I, PPD II, PPK, dan PPS dilihat dari pengertian asas tujuan dan
fungsi serta penyelenggaraan pemilu tersebut, maka nampak dengan jelas bahwa pemilu merupakan
suatu perwujudan dari Negara demokrasi.

D.PENERAPAN BUDAYA DEMOKRASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


1.Di Lingkungan Keluarga
Penerapan Budaya demokrasi di lingkungan keluarga dapat diwujudkan dalam bentuk sebagai
berikut:
• Kesediaan untuk menerima kehadiran sanak saudara;
• Menghargai pendapat anggota keluarga lainya;
• Senantiasa musyawarah untuk pembagian kerja;
• Terbuka terhadap suatu masalah yang dihadapi bersama.
2. Di Lingkungan Masyarakat
Penerapan Budaya demokrasi di lingkungan masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk sebagai
berikut:
• Bersedia mengakui kesalahan yang telah dibuatnya;
• Kesediaan hidup bersama dengan warga masyarakat tanpa diskriminasi;
• Menghormati pendapat orang lain yang berbeda dengannya;
• Menyelesaikan masalah dengan mengutamakan kompromi;
• Tidak terasa benar atau menang sendiri dalam berbicara dengan warga lain.
3. Di Lingkungan Sekolah
Penerapan Budaya demokrasi di lingkungan sekolah dapat diwujudkan dalam bentuk sebagai
berikut:
•Bersedia bergaul dengan teman sekolah tanpa membeda-bedakan;
•Menerima teman-teman yang berbeda latar belakang budaya, ras dan agama;
•Menghargai pendapat teman meskipun pendapat itu berbeda dengan kita;
-Mengutamakan musyawarah, membuat kesepakatan untuk menyelesaikan masalah;
•Sikap anti kekerasan.
4.Di Lingkungan Kehidupan Bernegara
Penerapan Budaya demokrasi di lingkungan kehidupan bernegara dapat diwujudkan dalam bentuk
sebagai berikut:
• Besedia menerima kesalahan atau kekalahan secara dewasa dan ikhlas;
• Kesediaan para pemimpin untuk senantiasa mendengar dan menghargai pendapat warganya;
• Memiliki kejujuran dan integritas;
• Memiliki rasa malu dan bertanggung jawab kepada publik;
• Menghargai hak-hak kaum minoritas;
• Menghargai perbedaan yang ada pada rakyat;
• Mengutamakan musyawarah untuk kesepakatan berrsama untuk menyelesaikan masalah-masalah
kenegaraan.
http://sattoksugianto.blogspot.co.id/2012/11/contoh-makalah-konsep-demokrasi-dan.html
Rabu,29 September 2016
Konsep Demokrasi
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan
bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat.
Demokrasi adalah sebuah bentuk kekuasaan (kratein) dari, oleh, dan untuk rakyat (demos). Menurut
konsep demokrasi, kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintahan, sedangkan rakyat beserta
warga masyarakat didefinisikan sebagai warga negara. Demos menyiratkan makna diskriminatif atau
bukan rakyat keseluruhan, tetapi hanya populus tertentu, yaitu mereka yang berdasarkan tradisi
atau kesepakatan formal mengontrol akses ke sumber–sumber kekuasaan dan bisa mengklaim
kepemilikan atas hak–hak prerogratif dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
urusan publik atau pemerintahan.
• Bentuk Demokrasi Dalam Pengertian Sistem Pemerintahan Negara
Ada dua bentuk demokrasi dalam pemerintahan negara, antara lain :
1. Pemerintahan Monarki (monarki mutlak, monarki konstitusional, dan monarki parlementer)
2. Pemerintahan Republik : berasal dari bahasa latin, RES yang artinya pemerintahan dan PUBLICA
yang berarti rakyat. Dengan demikian dapat diartikan sebagai pemerintahan yang dijalankan oleh
dan untuk kepentingan orang banyak.
• Klasifikasi Sistem Pemerintahan
Dalam sistem kepartaian dikenal adanya tiga sistem kepartaian, yaitu sistem multi partai (poliparty
system), sistem dua partai (biparty system), dan sistem 1 partai (monoparty system).
– Sistem pengisian jabatan pemegang kekuasaan negara.
– Hubungan antar pemegang kekuasaan negara, terutama antara eksekutif dan legislatif.
Mengenai model sistem pemerintahan negara, ada empat macam, yaitu :
– Sistem pemerintahan diktator (borjuis dan proletar)
– Sistem pemerintahan parlementer
– Sistem pemrintahan presidential
– Sistem pemerintahan campuran
• Prinsip-prinsip demokrasi
Prinsip-prinsip demokrasi, dapat ditinjau dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal dengan
“soko guru demokrasi.” Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi adalah.
1. Kedaulatan rakyat;
2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;
3. Kekuasaan mayoritas;
4. Hak-hak minoritas;
5. Jaminan hak asasi manusia;
6. Pemilihan yang bebas dan jujur;
7. Persamaan di depan hukum;
8. Proses hukum yang wajar;
9. Pembatasan pemerintah secara konstitusional;
10. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik;
11. Nilai-nilai tolerensi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.
• Ciri-ciri Pemerintahan Demokratis
Istilah demokrasi diperkenalkan kali pertama oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk pemerintahan,
yaitu suatu pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan banyak orang
(rakyat). Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan dipakai oleh
hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:
1. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik
langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
2. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
3. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
4. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan
rakyat
https://aditnanda.wordpress.com/2012/03/20/konsep-demokrasi-bentuk-demokrasi-dalam-sistem-
pemerintahan-negara/

Rabu,28 september 2016


BAB 12
A.Pengertian wawasan nusantara
Pengertian Wawasan Nusantara adalah cara pandang terhadap kesatuan kepulauan yang terletak
antara dua benua yaitu asia dan australia dan dua samudra yaitu samura hindia dan samudra pasifik.
Istilah wawasan nusantara berasal dari kata Wawas (Bahasa Jawa) yang artinya "pandangan,
tinjauan atau penglihatan indrawi", dan kemudian ditambahkan akhiran an , sehingga arti wawasan
adalah cara pandang, cara tinjau, cara melihat. Sedangkan kata Nusantara terdiri dari dua kata yaitu
nusa yang berarti "pulau atau kesatuan kepulauan" dan antara yang berarti "letak antara dua unsur
yaitu dua benua dan dua samudra". Sehingga arti dari kata nusantara adalah kesatuan kepulauan
yang terletak dari dua benua yaitu asia dan australia dan dua samudra yaitu samudra hindia dan
pasifik.

B.Tujuan Wawasan Nusantara

Tujuan wawasan nusantara adalah mewujudkan nasionalisme yang tinggi dari segala aspek
kehidupan rakyat indonesia yang mengutamakan kepentingan nasional dari pada kepentingan
perorangan, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah. Kepentingan tersebut tetap
dihargai agar tidak bertentangan dari kepentingan nasional.

Pengarang: Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayama,2008.

Tanggal:29 September 2016

Link:http://www.artikelsiana.com/2015/04/wawasan-nusantara-pengertian-fungsi-tujuan.html
2.B.Pengertian wawasan

Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesai adalah ajaran yang diyakini
kebenarannya oleh seluruh rakyat Indonesia agar tidak terjadi penyimpangan dan penyesatan
dalam perjuangan menggapai dan mewujudkan tujuan dan cita-cita nasional. Oleh karena itu,
wawasan nusantara menjadi landasan visional dalam menyelenggarakan kehidupan nasional.
Dalam Paradigma Nasional, kedudukan atau stratifikasi wawasan nusantara dapat anda lihat
dibawah ini:

 Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa, dan dasar negara berkedudukan sebagai
landasan idiil
 Undang undang dasar 1945 (UUD) sebagai landasan konstitusi negara berkedudukan
sebagai landasan konstitusional
 Wawasan nusantara sebagai visi nasional berkedudukan sebagai landasan visional.
 Ketahanan Nasional sebagai konsepsi nasional berkedudukan sebagai landasan
konsepsional
 GBHN sebagai politik dan strategi nasional atau kebijakan dasar nasional
berkedudukan sebagai landasan operasional

B.Tujuan Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara bertujuan mewujudukan nasionalisme yang tinggi di segala aspek


kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentikan nasional daripada
kepentingan individu, kelompok, suku bangsa, daerah, dan golongan. Ini bukanlah berarti
menghilangkan kepentingan kepentingan individu, kelompok, suku bangsa, ataupun daerah.
Kepentingan kepentingan tersebut akan selalu dihormati, diakui dan dipenuhi selama tidak
bertentangan dengan kepentingan masyarakat banyak atau kepentingan nasional.
Nasionalisme yang tinggi di berbagai bidang atau segi kehidupan demi terwujudnya tujuan
nasional tersebut adalah pancaran dari makin bertambahnya rasa, semangat dan paham
kebangsaan dalam jiwa bangsa Indonesia sebagai hasil pemahaman dan penghayatan
Wawasan Nusantara.

Pengarang: A.Fathoni
Tanggal copy:29 September 2016
Link: https://geraktangan.wordpress.com/2014/10/16/konsep-kewilayahan-wawasan-nusantara/
2.B..Pengertian konsep wawasan nusantara

Dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip wawasan nusantara itu, bangsa Indonesia akan
mampu menegakkan kebenaran dan keadilan. Pada dasarnya, wawasan nusantara berusaha
untuk memperlakukan segenap manusia Indonesia secara adil dan benar. Hal ini ditunjukan
oleh wawasan nusantara yang memandang bahwa Indonesia adalah satu kesatuan dalam
bidang wilayah, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hankam. Pernyataan tersebut
dijelaskan sebagai berikut.

1. Kesatuan wilayah, artinya wilayah Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar
dan kecil yang dihubungkan oleh lautan harus dijaga dan diusahakan tetap menjadi
satu kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya.
2. Kesatuan bangsa, artinya bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku
bangsa, bahasa, dan agama harus diusahakan terwujud dalam satu kesatuan bangsa
yang bulat dan utuh.
3. Kesatuan ideologi, artinya bangsa Indonesia yang berBhineka Tunggal Ika dituntut
untuk memiliki dan menganut satu ideologi bangsa, yaitu Pancasila. Artinya,
Pancasila merupakan satu-satunya ideologi bangsa dan negara yang melandasi,
membimbing, dan mengarahkan bangsa menuju tercapainya cita-cita nasional.
4. Kesatuan dalam bidang hukum, artinya seluruh kepulauan nusantara merupakan
kesatuan hukum dalam arti hanya ada satu hukum nasional yang mengabdi pada
kepentingan nasional.
5. Kesatuan dalam bidang ekonomi, artinya kekayaan wilayah Indonesia, baik yang
potensial maupun yang efektif adalah modal bersama milik bangsa. Segala keperluan
sehari-hari harus tersedia diseluruh wilayah tanah air, tingkat perkembangan ekonomi
pun harus sama, setidak-tidaknya berimbang diseluruh daerah.
6. Kesatuan dalam bidang sosial, artinya bahwa masyarakat Indonesia adalah satu. Oleh
karena itu, perikehidupan bangsa harus merupakan satu kehidupan dengan tingkat
kemajuan masyarakat yang seimbang dan merata serta keselarasan hidup sesuai
dengan kemajuan bangsa.
7. Kesatuan dalam bidang budaya, artinya bahwa kebudayaan Indonesia adalah satu
corak ragam budaya yang menggambarkan kekayaan budaya bangsa.
8. Kesatuan dalam bidang hukum, artinya bahwa ancaman dan gangguan terhadap salah
satu pulau atau daerah, hakikatnya merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan
negara.
9. Kesatuan dalam bidang psikologi, artinya bahwa secara psikologis bangsa Indonesia
merasa dirinya satu, senasib sepenanggungan, sebangsa, dan setanah air, serta
mempunyai satu tekad didalam usaha mencapai cita-cita bangsa

B.Konsep Kewilayahan

Wawasan nusantara sebagai konsep kewilayahan adalah wawasan yang dicetuskan dalam
Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957. Pokok –pokok pengertian tentang perairan yang
disebutkan dalam deklarasi itu kemudian disempurnakan dalam Peraturan Pemerintah
pengganti Undang-Undang No. 4 Tahun 1960 (18 februari 1960) tentang perairan Indonesia.
Menurut ketentuan ini dinyatakan bahwa lautan Republik Indonesia adalah selain “ laut-laut
dalam ” dan “selat-selat dalam “ (maksudnya lautan dan diantara pulau-pulau), juga termasuk
lautan territorial sepanjang 12 mil, yang dihitung mulai dari suatu “ garis dasar ” yang telah
ditetapkan ke lautan (bebas). Adapun yang dimaksud dengan “ garis dasar ” tersebut adalah
garis dalam peta yang dibuat disekeliling seluruh kepulauan Indonesia dan terdiri atas garis-
garis lurus yang menghubungkan pulau-pulau yang terujung di sekitar kepulauan Republik
Indonesia.

Setelah melalui perjuangan panjang dan sangat rumit di forum internasional, akhirnya
konferensi PBB tentang Hukum Laut III di New York pada 30 April 1940 telah menghasilkan
United Nations Convention on the Law of the Sea (Konvensi PBB tentang Hukum Laut).
Konvensi ini kemudian ditandatangani di Montego Bay, Jamaica, pada 10 Desember 1982
oleh 117 negara peserta termasuk Republik Indonesia. Konvensi ini antar lain mengakui
tentang asas Negara kepulauan (Archipelago State Principle) dan ZEE (Zona Ekonomi
Ekslusif). Pada 18 Oktober 1983, pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan
Undang-Undang No. 17 Tahun 1985 tentang pengesahan UN Convention on the Law of the
Sea.
Wawasan nusantara

1.A.Pengertian Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
bentuk geografinya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Dalam pelaksanannya, wawasan
nusantara mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai kebhinekaan untuk mencapai
tujuan nasional.

Menurut ketetapan MPR tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN, wawasan nusantara
merupakan wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan UUD 1945
yang berarti cara pandang dan sikap Bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai
tujuan nasional.

Landasan Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara memiliki dua landasan, yaitu landasan Idiil

berupa Pancasila danlandasan konstitusional berupa konstitusional.

Unsur Dasar Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara memiliki beberapa unsur dasar, yaitu:

Wadah (Contour)

Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara meliputi seluruhwilayah


Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam danpenduduk serta
aneka ragam budaya. Bangsa Indonesia memiliki organisasikenegaraan yang merupakan
wadah berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujudsupra struktur politik dan wadah dalam
kehidupan bermasyarakat adalah berbagaikelembagaan dalam wujud infra struktur politik.

Isi (Content)Aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan
nasional.

Tata laku (Conduct)


Hasil interaksi antara wadah dan isi wawasan nusantara yang terdiri dari
*Tata laku batiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik daribangsa
Indonesia.
*Tata laku lahiriah yaitu tercermin dalam tindakan, perbuatan dan perilaku daribangsa
Indonesia.Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas jati diri atau kepribadian
bangsaberdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan
cintaterhadap bangsa dan tanah air sehingga menimbulkan rasa nasionalisme yang
tinggidalam semua aspek kehidupan nasional
Fungsi

1. Wawasan nusantara sebagai konsepsi ketahanan nasional, yaitu wawasan nusantara


dijadikan konsep dalam pembangunan nasional, pertahanan keamanan, dan
kewilayahan.
2. Wawasan nusantara sebagai wawasan pembangunan mempunyai cakupan kesatuan
politik, kesatuan ekonomi, kesatuan sosial dan ekonomi, kesatuan sosial dan politik,
dan kesatuan pertahanan dan keamanan.
3. Wawasan nusantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan negara merupakan
pandangan geopolitik Indonesia dalam lingkup tanah air Indonesia sebagai satu
kesatuan yang meliputi seluruh wilayah dan segenap kekuatan negara.
4. Wawasan nusantara sebagai wawasan kewilayahan, sehingga berfungsi dalam
pembatasan negara, agar tidak terjadi sengketa dengan negara tetangga.Batasan dan
tantangan negara Republik Indonesia adalah:

 Risalah sidang BPUPKI tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 tentang negara Republik
Indonesia dari beberapa pendapat para pejuang nasional. Dr. Soepomo menyatakan
Indonesia meliputi batas Hindia Belanda, Muh. Yamin menyatakan Indonesia
meliputi Sumatera, Jawa, Sunda Kecil, Borneo, Selebes, Maluku–Ambon,
Semenanjung Melayu, Timor, Papua, Ir. Soekarno menyatakan bahwa kepulauan
Indonesia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
 Ordonantie (UU Belanda) 1939, yaitu penentuan lebar laut sepanjang 3 mil laut
dengan cara menarik garis pangkal berdasarkan garis air pasang surut atau countour
pulau/darat. Ketentuan ini membuat Indonesia bukan sebagai negara kesatuan, karena
pada setiap wilayah laut terdapat laut bebas yang berada di luar wilayah yurisdiksi
nasional.
 Deklarasi Juanda, 13 Desember 1957 merupakan pengumuman pemerintah RI tentang
wilayah perairan negara RI, yang isinya:

1. Cara penarikan batas laut wilayah tidak lagi berdasarkan garis pasang surut (low
water line), tetapi pada sistem penarikan garis lurus (straight base line) yang diukur
dari garis yang menghubungkan titik – titik ujung yang terluar dari pulau-pulau yang
termasuk dalam wilayah RI.
2. Penentuan wilayah lebar laut dari 3 mil laut menjadi 12 mil laut.
3. Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sebagai rezim Hukum Internasional, di mana batasan
nusantara 200 mil yang diukur dari garis pangkal wilayah laut Indonesia. Dengan
adanya Deklarasi Juanda, secara yuridis formal, Indonesia menjadi utuh dan tidak
terpecah lagi.

Tujuan

Tujuan wawasan nusantara terdiri dari dua, yaitu:

1. Tujuan nasional, dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 1945, dijelaskan bahwa tujuan
kemerdekaan Indonesia adalah “untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial“.
2. Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan baik alamiah
maupun sosial, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah
menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta kepentingan kawasan untuk
menyelenggarakan dan membina kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta
martabat manusia di seluruh dunia

Implementasi Wawasan Nusantara

Penerapan wawasan nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan polatindak
yang senantiasa mendahulukan kepentingan negara. Dengan kata lain, wawasan
nusantaramenjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka
menghadapiberbagai masalah menyangkut kehidupan bermayarakat, berbangsa dan
bernegara.Implementasi wawasan nusantara senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat
dan wilayahtanah air secara utuh dan menyeluruh sebagai beriku

Prinsip-prinsip implementasi wawasan nusantara dalam bidang ekonomi yaitu :

1) Kekayaan di wilayah nusantara, baik potensial maupun efektif, adalah modal dan milik
bersama bangsa untuk memenuhi kebutuhan di seluruh wilayah Indonesia secara merata.

2) Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah tanpa
meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah masing-masing dalam pengembangan
kehidupan ekonominya.

3) Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara diselenggarakan sebagai usaha


bersama dengan asas kekeluargaan dalam sistem ekonomi kerakyatan untuk kemakmuran
rakyat yang sebesar-besarnya.

Contoh implementasi wawasan nusantara dalam bidang ekonomi

diantaranya dengan menyeimbangkan Keuangan Pusat dan Daerah dengan keluarnya


Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan
Daerah. Pembagian keuangan yang semula hampir 80% anggaran daerah harus menunggu
didatangkan dari pusat, padahal 90% hasil-hasil daerah diserahkan pada pemerintahan pusat,
kini pada UU tersebut diubah menjadi :

1) Hasil Pajak Bumi dan Bangunan, 10% untuk pemerintah pusat dan 90% untuk daerah.

2) Hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, 20% untuk pusat, 80% untuk daerah.

3) Hasil kehutanan, pertambangan umum dan perikanan, 20% untuk pusat dan 80% untuk
daerah.

4) Hasil minyak bumi, 85% untuk pusat, 15% untuk daerah dan gas alam, 70% untuk pusat
dan 30% untuk daerah.

Bahkan, porsi daerah ditambah lagi dengan adanya “Dana Alokasi Umum” yang dialokasikan
untuk daerah-daerah dengan perimbangan tertentu, yang jumlah totalnya adalah 25% dari
penerimaan dalam negeri APBN, sebagai perimbangan.

Contoh Implementasi dalam bidang kehidupan:


Kehidupan sosial
Tari pendet dari Bali merupakan budaya Indonesia yang harus dilestarikan sebagai
implementasi dalam kehidupan sosial.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kehidupan sosial, yaitu :[5]
Mengembangkan kehidupan bangsa yang serasi antara masyarakat yang berbeda, dari segi
budaya, status sosial, maupun daerah. Contohnya dengan pemerataan pendidikan di semua
daerah dan program wajib belajar harus diprioritaskan bagi daerah tertinggal.
Pengembangan budaya Indonesia, untuk melestarikan kekayaan Indonesia, serta dapat
dijadikan kegiatan pariwisata yang memberikan sumber pendapatan nasional maupun daerah.
Contohnya dengan pelestarian budaya, pengembangan museum, dan cagar budaya.

Kehidupan politik

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan wawasan nusantara,
yaitu:
Pelaksanaan kehidupan politik yang diatur dalam undang-undang, seperti UU Partai Politik,
UU Pemilihan Umum, dan UU Pemilihan Presiden. Pelaksanaan undang-undang tersebut
harus sesuai hukum dan mementingkan persatuan bangsa.Contohnya seperti dalam pemilihan
presiden, anggota DPR, dan kepala daerah harus menjalankan prinsip demokratis dan
keadilan, sehingga tidak menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia harus sesuai denga hukum
yang berlaku. Seluruh bangsa Indonesia harus mempunyai dasar hukum yang sama bagi
setiap warga negara, tanpa pengecualian. Di Indonesia terdapat banyak produk hukum yang
dapat diterbitkan oleh provinsi dan kabupaten dalam bentuk peraturan daerah (perda) yang
tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku secara nasional.
Mengembagkan sikap hak asasi manusia dan sikap pluralisme untuk mempersatukan berbagai
suku, agama, dan bahasa yamg berbeda, sehingga menumbuhkan sikap toleransi.
Memperkuat komitmen politik terhadap partai politik dan lembaga pemerintahan untuk
menigkatkan semangat kebangsaan dan kesatuan.
Meningkatkan peran Indonesia dalam kancah internasional dan memperkuat korps diplomatik
ebagai upaya penjagaan wilayah Indonesia terutama pulau-pulau terluar dan pulau kosong.

Kedudukan
Kedudukan merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak
terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita – cita dan
tujuan nasional.
Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari stratifikasinya sebagai
berikut :
Pancasila sebagai falsafah, ideology bangsa dan dasar negara berkedudukan sebagai landasan
idiil.
Undang – Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusi negara, berkedudukan sebagai
landasan konstitusional.
Wawasan Nusantara sebagai visi nasional, berkedudukan sebagai landasan Visional.
Ketahanan Nasional sebagai konsepsi nasional, berkedudukan sebagai landasan konsepsional.
GBHN sebgai politik dan strategi nasional atau sebagai kebijaksanaan dasar Nasional,
berkedudukan sebagai landasan operasional.

Tantangan implementasi Wawasan Nusantara.

Aspek Ideologi
Secara ideologis-konstitusional, bangsa Indonesia berdasarkan pada nilainilai Pancasila dan
UUD 1945, yang secara subtantif (isinya), dapat memberi arah pandang kemajemukan
bangsa Indonesia pada prinsip persatuan dan kesatuan bangsa.

Aspek Politik

Satu kesatuan politik, dalam arti satu UUD dan politik pelaksanaannya serta satu ideologi dan
identitas nasional.

Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik, yang

meliputi:

a. Kebulatan wilayah dengan segala isinya merupakan modal dan milik bersama bangsa
Indonesia.

b. Keanekaragaman suku, budaya, dan bahasa daerah, serta agama yang dianutnya tetap
dalam kesatuan bangsa Indonesia.

c. Secara psikologis, bangsa Indonesia merasa satu persaudaraan, senasib dan


seperjuangan, sebangsa dan setanah air dalam mencapai cita-cita bangsa.

d. Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideology yang dapat mempersatukan bangsa
Indonesia menuju tercapainya suatu cita-cita nasional.

Aspek Ekonomi

Satu kesatuan ekonomi dengan berdasarkan atas asas usaha bersama dan asas kekeluargaan
dalam satu sistem ekonomi kerakyatan.

Perwujkudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi yang

meliputi;

a. Kekayaan di wilayah nusantara secara potensial dan efektif menjadi modal dan milik
bersama bangsa Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pembangunan bangsa secara merata.

b. Tingkat perkembangan ekonomi harus seimbang dan serasi diseluruh daerah dalam
wilayah Indonesia.

c. Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara diselenggarakan sebagai usaha


bersama dengan asas kekeluargaan dalam system ekonomi kerakyatan untuk sebesar-
besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Aspek Sosial Budaya

Untuk mempercepat tercapainya tujuan wawasan Nusantara, disamping implementasi seperti


yang telah disebutkan diatas, perlu juga dilakukan pemasyarakatan materi Wawasan
Nusantara kepada seluruh masyarakat Indonesia. Pemasyarakatan Wawasan Nusantara
tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut
1. Menurut sifat atau cara penyampaian, yang dapat dilaksanakan sebagai berikut:

a. Langsung yang terdiri dari ceramah, diskusi, dialog, tatap muka

b. Tidak langsung, yang terdiri dari media elektronik dan media cetak

2. Menurut metode penyampaian yang berupa :

a. Keteladanan. Melalui metode penularan keteladanan dalam sikap perilaku kehidupan


sehari-hari kepada lingkungannya serutama dengan memberikan contoh-contoh berpikir,
bersikap dan bertindak mementingkan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
golongan sehingga timbul semangat kebangsaan yang selalu cinta tanah air.

b. Edukasi, yakni melalui metode pendekatan formal dan informal. Pendidikan formal ini
dimulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, pendidikan karier di semua
strata dan bidang profesi, penataran, kursus dan sebagainya. Sedangkan pendidikan non-
formal dapat dilaksanakan di lingkungan keluarga, pemukiman, pekerjaan, dan organisasi
kemasyarakatan.

c. Komunikasi. Tujuan yang ingin dicapai dari sosialisasi wawasan nusantara melalui
metode komunikasi adalah tercapainya hubungan komunikatif secara baik yang akan mampu
menciptakn iklim saling menghargai, menghormati, mawas diri, dan tenggang rasa sehingga
terciptanya kesatuan bahasa dan tujuan tentang wawasan nusantara.

d. Integrasi.tujuan yang ingin dicapai dari pemasyarakatan/sosialisasi wawasan nusantara


melalui metode ini adalah terjalinnya pemahaman tentang wawasan nusantara akan
membatasi sumber konflik di dalam tubuh bangsa Indonesia baik pada saat ini maupun di
masa mendatang dan akan memantapkan kesadaran untuk mengutamakan kepentingan
nasional dan cita-cita tujuan nasional.

e. Dalam melaksanakan pemasyarakatan, lingkup materi wawasan nusantara yang


disampaikan hendaknya disesuaikan dengan tingkat, jenis, serta lingkungan pendidikan agar
materi yang disampaikan tersebut dapat mengerti dan dipahami.

Aspek Pertahanan Keamanan

Wawasan Nasional bangsa Indonesia adalah Wawasan Nusantara yang merupakan pedoman
bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional. Sedangkan ketahanan nasional
merupakan kondisi yang harus diwujudkan agar proses pencapaian tujuan nasional tersebut
dapat berjalan dengan sukses. Oleh karena itu diperlukan suatu konsepsi Ketahanan Nasional
yang sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia. Dan dapat dikatakan bahwa Wawasan
Nusantara dan ketahanan nasional merupakan dua konsepsi dasar yang saling mendukung
sebagai pedoman bagi penyelenggaraan kehidupan barbangsa dan bernegara agar tetap jaya
dan berkembang seterusnya.

https://sherlynurman.wordpress.com/2012/06/15/artikel-pknwawasan-nusantara/
Rabu,28 September 2016
2.B.Pengertian, Fungsi, Tujuan Wawasan Nusantara|
Seperti topik kita kali ini yaitu pengertian, fungsi, dan wawasan nusantara dimana tidak
hanya itu kami akan melengkapi dengan menyajikan juga latar belakang, implementasi dan
kedudukannya serta masih banyak lagi. Pertama-tama pembahasan kita mengenai Pengertian
Wawasan Nusantara. Secara umum, Pengertian Wawasan Nusantara adalah cara
pandang dan sikap bangsa indonesia mengenai diri dan bentuk geografisnya menurut
Pancasila dan UUD 1945 dalam mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai
kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional.
Pengertian Wawasan Nusantara Secara Etimologis - Secara Etimologis, Pengertian
Wawasan Nusantara adalah cara pandang terhadap kesatuan kepulauan yang terletak antara
dua benua yaitu asia dan australia dan dua samudra yaitu samura hindia dan samudra pasifik.
Istilah wawasan nusantara berasal dari kata Wawas (Bahasa Jawa) yang artinya "pandangan,
tinjauan atau penglihatan indrawi", dan kemudian ditambahkan akhiran an , sehingga arti
wawasan adalah cara pandang, cara tinjau, cara melihat. Sedangkan kata Nusantara terdiri
dari dua kata yaitu nusa yang berarti "pulau atau kesatuan kepulauan" dan antara yang berarti
"letak antara dua unsur yaitu dua benua dan dua samudra". Sehingga arti dari kata nusantara
adalah kesatuan kepulauan yang terletak dari dua benua yaitu asia dan australia dan dua
samudra yaitu samudra hindia dan pasifik.

1. Pengertian Wawasan Nusantara Menurut Definisi Para Ahli - Setelah arti umum dan
etimologis wawasan nusantara, jika ditinjau dari pengertian wawasan nusantara menurut para
ahli antara lain sebagai berikut...

 Prof. Dr. Wan Usman, Pengertian wawasan nusantara menurut definisi prof. Dr.
Wan Usman adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya
sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.
 Kel. Kerja LEMHANAS, Pengertian wawasan nusantara menurut definisi Kel. Kerja
LEMHANAS (Lembaga Pertahanan Nasional) 1999 adalah cara pandang dan sikap
bangsa indonesia mengenai diri dan lingkungan yang beragam dan bernilai startegis
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan kesatuan wilayah dalam
menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk
mencapai tujuan nasional.
 Tap MPR Tahun 1993 dan 1998 Tentang GBHN, Pengertian wawasan nusantara
menurut definisi Tap MPR tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN adalah cara pandang
dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungan dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan
kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

2. Fungsi Wawasan Nusantara - Terdapat berbagai fungsi wawasan nusantara yang baik
secara umum, menurut pendapat para ahli dan pembagiannya antara lain sebagai berikut..
a. Fungsi Wawasan Nusantara Secara umum - Wawasan nusantara berfungsi sebagai
pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan,
keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi penyelenggaraan Negara di pusat dan daerah
maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara.
b. Fungsi Wawasan Nusantara Menurut Cristine S.T. Kansil, S.H., MH dkk yang
mengutarakan pendapatnya dalam bukunya pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi
antara lain sebagai berikut..

 Membentuk dan membina persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia
 Merupakan ajaran dasar nasional yang melandasi kebijakan dan strategi pembagunan
nasional

c. Fungsi Wawasan Nusantara dibedakan dalam beberapa pandangan antara lain sebagai
berikut..

 Fungsi wawasan nusantara sebagai konsepsi ketahanan nasional adalah sebagai


konsep dalam pembangunan, pertahanan keamanan dan kewilahayan
 Fungsi wawasan nusantara sebagai pembangunan nasional adalah mencakup kesatuan
politik, sosial dan ekonomi, sosial dan politik, dan kesatuan pertahanan dan
keamanan.
 Fungsi wawasan nusantara sebagai pertahanan dan keamanan adalah pandangan
geopolitik Indonesia sebagai satu kesatuan pada seluruh wilayah dan segenap
kekuatan negara.
 Fungsi wawasan nusantara sebagai wawasan kewilayahan adalah pembatasan negara
untuk menghindari adanya sengketa antarnegara tetangga.

3. Tujuan Wawasan Nusantara - Tujuan wawasan nusantara adalah mewujudkan


nasionalisme yang tinggi dari segala aspek kehidupan rakyat indonesia yang mengutamakan
kepentingan nasional dari pada kepentingan perorangan, kelompok, golongan, suku bangsa
atau daerah. Kepentingan tersebut tetap dihargai agar tidak bertentangan dari kepentingan
nasional.

4. Latar Belakang Wawasan Nusantara - Wawasan nusantara dilatar belakang dalam


beberapa aspek antara lain sebagai berikut..

a. Falsafah Pancasila, Pancasila merupakan dasar dalam terjadinya wawasan nusantara dari
nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila. Nilai-nilai tersebut antara lain sebagai berikut..

 Penerapan HAM (Hak Asasi Manusia). misalnya pemberian kesempatan dalam


menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya.
 Mengutamakan pada kepentingan masyarakat dari pada kepentingan indivud dan
golongan
 Pengambilan keputusan berdasarkan dalam musyawarah mufakat.

b. Aspek Kewiilayahan Nusantara, aspek kewilayahan nusantara dalam hal ini pada
pengaruh geografi karena indonesia kaya akan SDA dan suku bangsa
c. Aspek Sosial Budaya, aspek sosial budaya dimana dalam hal ini dapat terjadi karena
indonesia terdapat ratusan suku bangsa yang keseluruhan memiliki adat istiadat, bahasa,
agama dan kepercayaan yang berbeda-beda, yang menjadikan tata kehidupan nasional
memiliki hubungan interaksi antara golongan karena dapat menyebabkan konflik yang besar
dari keberagaman budaya.
d. Aspek Sejarah, Dapat mengacuh kepada aspek sejarah karena indonesia memiliki banyak
pengalaman sejarah yang tidak ingin terulangnya perpecahan dalam bangsa dan negara
Indonesia. Dimana kemerdekaan yang didapatkan merupakan hasil semangat persatuan dan
kesatuan bangsa indonesia, sehingga harus dipertahankan untuk persatuan bangsa dan
menjaga wilayah kesatuan indonesia
5. Penerapan/Implementasi Wawasan Nusantara - Dalam implementasi wawasan
nusantara, perlunya memperhatikan hal-hal berikut..

a. Kehidupan Politik

 Pelaksanaan politik diatur dalam UU partai politik, pemilihan umum, pemilihan


presiden dimana pelaksanaannya sesuai hukum dan mementingkan persatuan bangsa.
Misalnya dalam pemilihan presiden, DPR, dan kepala daerah harus menjalankan
prinsip demokratis dan keadilan, agar tidak menghancurkan persatuan dan kesatuan
bangsa indonesia.
 Pelaksanaan kehidupa bermasyarakat dan bernegara harus sesuai dengan hukum yang
berlaku di Indonesia tanpa pengecualian.
 Mengembangkan sikap HAM dan pluralisme dalam mempersatukan dan
mempertahankan berbagai suku, agama, dan bahasa, sehingga terciptanya dan
menumbuhkan rasa toleransi.
 Memperkuat komitmen politik dalam partai politik dan pada lembaga pemerintahan
untuk meningkatkan kebangsaan, persatuan dan kesatuan.
 Meningkatkan peran indonesia dalam dunia internasional dan memperkuat korps
diplomatik dalam upaya penjagaan wilayah Indonesia khususnya pulau terluar dan
pulau kosong.

b. Kehidupan Ekonomi

 Harus sesuai berorientasi pada sektor pemerintahan, perindustrian, dan pertanian


 Pembangunan ekonomi harus memperhatikan keadilan dan keseimbangan antara
daerah, sehingga dari adanya otonomi daerah dapat menciptakan upaya dalam
keadilan ekonomi.
 Pembangunan ekonomi harus melibatkan partisipasi rakyat, seperti dengan
memberikan fasilitas kredit mikro dalam pengembangan usaha kecil.

c. Kehidupan Sosial

 Mengembangkan kehidupan bangsa yang serasi antara masyarakat yang berbeda, dari
segi budaya, status sosial, maupun daerah.
 Pengembangan budaya Indonesia untuk melestarikan kekayaan Indonesia, serta dapat
dijadikan kegiatan pariwisata yang memberikan sumber pendapatan nasional maupun
daerah.
d. Kehidupan Pertahanan dan Keamanan

 Memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk beperan aktif karena
merupakan kewajiban setiap warga negara seperti meningkatkan kemampuan disiplin,
memelihara lingkungan, dan melaporkan hal-hal yang mengganggu kepada aparat dan
belajar kemiliteran.
 Membangun rasa persatuan dengan membangun rasa solidaritas dan hubungan erat
antara warga negara berbeda daerah dengan kekuatan keamanan agar ancaman suatu
daerah atau pulau menjadi ancaman bagi daerah lain untuk membantu daerah yang
diancam tersebut.
 Membangun TNI profesional dan menyediakan sarana dan prasarana bagi kegiatan
pengamanan wilayah indonesia, khususnya pulau dan wilayah terluar Indonesia.

6. Kedudukan Wawasan Nusantara - Dalam paradigma nasional, kedudukan wawasan


nusantara adalah sebagai berikut...

 Pancasila sebagai falsaah, ideologi bangsa dan dasar negara berkedudukan sebagai
landasan idil
 UUD 1945 adalah landasan konstitusi negara yang berkedudukan sebagai landasan
konstitusional.
 Sebagai visi nasional yang berkedudukan sebagai landasan visional
 Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional yang berkedudukan sebagai landasan
konsepsional
 GBHN (garis-garis besar haluan negara) sebagai politik dan strategi nasional atau
sebagai kebijakan dasar nasional yang berkedudukan sebagai landasan operasioal.

7. Landasan Wawasan Nusantara - Wawasan nusantara dilandasi dengan dua landasan


antara lain sebagai berikut..

 Landasan Idil adalah pancasila


 Landasan Konstitusional adalah UUD 1945

8. Asas Wawasan Nusantara - Asas wawasan nusantara adalah ketentuan dasar yang harus
dipatuhi, ditaati, dipelihara demi mewujudkan ketaatan dan kesetiaan kepada setiap
komponen atau unsur pembentuk bangsa Indonesia (golongan/suku) terhadap kesepakatan
(commitmen) bersama. Macam-macam asas wawasan nusantara adalah sebagai berikut...

 Kepentingan/tujuan yang sama


 Keadilan
 Kejujuran
 Solidaritas
 Kerja sama
 Kesetiaan terhadap kesepakatan

10. Hakikat Wawasan Nusantara - Hakikat wawasan nusantara adalah hakikat yang
selalu utuh dengan menyeluruh dalam lingkup nusantara untuk kepentingan nasional,
tanpa menghilangkan kepentingan lainnya sepert kepentingan daerah, golongan, dan
perorangan.
10. Dasar Hukum Wawasan Nusantara - Dasar hukum wawasan nusantara diterima
sebagai konsepsi politik kewarganegaraan yang tercantum dalam dasar-dasar hukum
antara lain sebagai berikut..
Tap MPR. No. IV/MPR/1973 pada tanggal 22 maret 1973
Tap MPR. No IV/1978/22/Maret/1978/ tentang GBHN
Tap MPR. No. II/MPR/1983/12/Maret/1983

http://www.artikelsiana.com/2015/04/wawasan-nusantara-pengertian-fungsi-tujuan.html
Rabu,28 September 2016
3.C.Pengertian Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara adalah sebuah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia dimulai dari
lingkungannya dan mengutamakan persatuan serta kesatuan wilayah dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Wawasan nusantara adalah sikap dan cara pandang warga negara Indonesia yang didasarkan
pada UUD 1945 dan Pancasila. Dalam menjalankan wawasan nusantara, diutamakan untuk
memenuhi kesatuan wilayah dan menghargai perbedaan yang ada untuk mencapai tujuan
nasional. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak daerah bahkan pulau
yang masih belum berpenghuni. Banyaknya suku bangsa dan kebudayaan yang berbeda
membuat negara Indonesia kaya dengan beragam asetnya. Perbedaan ini menjadikan
Indonesia sebagai negara yang luas dan memiliki banyak keragaman dari ujung Aceh hingga
Papua.

Meskipun berbeda, Indonesia bsia bersatu karena memiliki Pancasila dan dan UUD yang bisa
menyatukan perbedaan tersebut sehingga sikap bangsa Indonesia bisa menghargai satu sama
lain. Dengan begitu kita harus memiliki sikap dengan toleransi yang cukup tinggi dan
menghargai setiap perbedaan yang ada.

Aspek Wawasan Nusantara

Berikut ini kami sajikan beberapa aspek wawasan nusantara.

1. Aspek kewilayahan nusantara


Aspek ini memperhatikan daerah, wilayah nusantara dimana Indonesia memiliki kekayaan
sumber daya alam dan keanekaragaman jenis flora dan fauna.
2. Aspek sosial budaya
Yang kedua dari aspek wawasan nusantara adalah sosial budaya dimana kita harus
menghargai setiap budaya yang berbeda yang dimiliki oelh berbagai daerah di Indonesia.
Dengan begitu mencegah adanya konflik intern antar warga negara. Jadi perbedaan yang ada
di Indonesia harus menjadi senjata untuk membuat negara ini semakin maju dan bersatu
sehingga Indonesia semakin kuat dan kokoh.

Hakikat Wawasan Nusantara

Hakikat wawasan nusantara adalah keutuhan nusantara dimana cara pandang yang ada dalam
nusantara untuk mencapai keutuhan nasional. Jadi hakikat wawasan nusantara adalah dimana
sikap dan tidak kita menunjukkan bahwa kita adalah warga negara Indonesia yang memiliki
peran penting untuk memajukan Indonesia. Dengan begitu setiap orang bisa berpartisipasi
dalam kesatuan negara Indonesia. Hal ini bisa mencegah perpecahan antar warga negara yang
sering menimbulkan masalah dalam negara. Oleh karena itu dengan berpedoman pada
wawasan nusantara kita bisa menjaga keutuhan bangsa dengan mendukung pembangunan
nasional yang sesuai dengan tujuan nasional. Kondisi ini diwujudkan untuk mencapai tujuan
nasional yang berhasil.

Fungsi Wawasan Nusantara


Berikut ini adalah fungsi dari wawasan nusantara.

1. Mampu menjaga konsepsi ketahanan nasional dimana konsep pembangunan nasional,


pertahanan kemanan dan kewilayahan.
2. Wawasan pembangunan yang memiliki cakupan politik, kesatuan ekonomi bahkan
kesatuan sosial dan politik yang berdampak pada kesatuan pertahanan dan keamanan.
3. Wawasan pertahanan keamanan dimana wawasan nusantara bisa menjaga keutuhan dan
kemananan negara yang menjadi kekuatan negara.
4. Dan yang terakhir adalah wawasan wilayah yang berkaitan dengan perbatasan negara.

http://genggaminternet.com/wawasan-nusantara-dan-pengertian-wawasan-nusantara/

Rabu,28 September 2016


BAB 13
1.A.Klasifikasi Konstitusi

Konstitusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Konstitusi tertulis dan tidak tertulis


1) Konstitusi tertulis merupakan suatu instrument atau dokumen yang dapat dijumpai pada
sejumlah hokum dasar yang diadopsi atau dirancang oleh para penyusun konstitusi dengan
tujuan untuk memberikan ruang lingkup seluas mungkin bagi proses undang-undang biasa
untuk mengembangkan konstitusi itu sendiri dalam aturan-aturang yang sudah disiapkan.
2) Konstitusi tidak tertulis dalam perumusannya tidak membutuhkan proses yang panjang
misalnya dalam penentuan Qourum, Amandemen, Referendum dan konvensi.

b) Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku


1) Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu
a. Elastic
b. Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama.
2) Cirri-ciri konstitusi yang kaku
a. Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan peraturan undang-undang yang
lain.
b. Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan persyaratan yang berat.

c) Konstitusi derajat tinggi dan komstitusi derajat tidak tinggi


1) Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai derajat kedudukan yang paling
tinggi dalam Negara dan berada diatas peraturan perundang-undang yang lain.
2) Konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan serta
derajat.

d) Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan


1) Jika bentuk Negara itu serikat maka akan didapatkan system pembagian kekuasaan antara
pemerintah Negara serikat dengan pemerintah Negara bagian.
2) Dalam Negara kesatuan, pembagian kekuasaan tidak dijumpai karena seluruh
kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat sebagaimana diatur dalam konstitusi.

e) Konstitusi system pemerintahan presidensial dan konstitusi system pemerintahan


parlementer.
Konstitusi yang mengatur beberapa ciri-ciri system pemerintrahan presidensial dapat
diklasifikasikan kedalam konstitusi system pemerintah presidensial begitu pula sebaliknya.

C. Sejarah Perkembangan Konstitusi Dinegara Indonesia


Konstitusi sebagai satu kerangka kehidupan politik telah lama dikenal yaitu sejak zaman
yunani yang memiliki beberapa kumpulan hokum (semacam kitab hokum pada 624 – 404
SM) sehingga, sebagai Negara hokum Indonesia memiliki konstitusi yang dikenal sebagai
UUD 1945 yang telah dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juli 1945 oleh badan
penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKU) yang mana tugas
pokok badan ini sebenarnya menyusun rancangan UUD. Namun dalam praktik
persidangannya berjalan berkepanjangan khususnya pada saat membahas masalah dasar
Negara.diakhir siding I BPUPKIberhasil membentuk panitia kecil yang disebut panitia
sembilang, panitia ini pada tanggal 22 juni 1945 berhasil mencapai kompromi untuk
menyetujui sebuah naskah mukhodimah UUD yang kemudian diterima dalam siding II
BPUPKI tanggal 11 Julu 1945. Setelah itu Ir. Soekarno membentuk panitia kecil pada tanggal
16 juli 1945 yang diketuai oleh Soepomo dengan tugas menyusun rancangan UUD dan
membentuk panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang beranggotakan 21 orang.
Sehingga UUD atau konstitusi Negara republic Indonesia diatukan ditetapkan oleh PPKI
pada hari sabtu tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian sejak itu Indonesia telah menjadi
suatu Negara modern karena telah memiliki suatu system ketatanegaraan yaitu dalam UUD
1945.
Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian
baik nama maupun subtansi materi yang dikandungnya, yaitu :
1) UUD 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949.
2) Konstitusi republic Indonesia serikat yang lazim dikenal dengan sebutan konstitusi RIS (17
Desember 1949 – 17 Agustus 1950).
3) UUD 1950 (17 Agustus 1950 – 05 Juli 1959).
4) UUD 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi pertama Indonesia dengan
masa berlakunya sejak dekrit presiden 05 Juli 1959 – Sekarang.

D. Konstitusi Sebagai Piranti Kehidupan Negara Yang Demokrasi


Sebagaimana dijelaskan diawal, bahwa konstitusi berpesan sebagai sebuah aturan dasar yang
mengatur kehidupan dalam bernegara dan berbangsa maka aepatutnya konstitusi dibuat atas
dasar kesepakatan bersama antara negra dan warga Negara .
Kontitusi merupakan bagian dan terciptanya kehidupan yang demokratis bagi seluruh warga
Negara. Jika Negara yang memilih demokrasi, maka konstitusi demokratis merupakan aturan
yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi dinegara tersebut. Setiap konstitusi yang
digolongkan sebagai konstitusi demokratis haruslah memiliki prinsip-prinsip dasar demokrasi
itu sendiri.

PENUTUP

A. Kesimpulan

a) Konsep dasar konstitusi


1) Pengertian
Konstitusi adalah kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintahan, hak-hak
pihak yang diperintah (rakyat), dan hubungan diantaranya.
2) Tujuan
Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah, menjamin hak
rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang bertahap.
3) Fungsi
Fungsi konstitusi adalah sebagai dokumen nasional dan alat untuk membentuk system politik
dan system hokum Negara.

b) Klasifikasi Konstitusi
Konstitusi dikalsifikasikan menjadi :
1) Konstitusi tertulis dan tidak tertulis.
2) Konstitusi fleksibel dan kaku.
3) Konstitusi derajat tinggi dan tidak derajat tinggi.
4) Konstitusi serikat dan kesatuan.
5) Konstitusi pemerintah presidensil dan parlementer.
c) Sejarah Perkembangan Konstitusi
1) UUD 1945 (18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949).
2) Konstitusi republic Indonesia serikat / RIS (17 Desember 1949 – 17 Agustus 1950).
3) UUD 1950 (17 Agustus 1950 – 05 Juli 1959).
4) UUD 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi pertama Indonesia dengan
masa berlakunya sejak dekrit presiden 05 Juli 1959 – Sekarang.

d) Konstitusi Sebagai Piranti Kehidupan Negara Yang Demokrasi


Bahwa ketahanan dan praktek kehidupan kenegaraan mencerminkan suasana yang
demokratis apabila konstitusi dan UUD menurut tentang rumusan tentang pengelolahan
kenegaraan secara demokratis dan pengakuan tentang hak asasi manusia secara memadai.
Oleh karena itu konstitusi menjadi piranti yang sangat penting bagi sebuah Negara demokrasi
seperti Indonesia.
http://up-date09.blogspot.co.id/2012/11/makalah-konsepdasar-konstitusi.html
Rabu,29 September 2016
2.B.Konsep Dasar Hak Asasi Manusia
Konsep atau pengertian dasar hak asasi manusia (HAM) beraneka ragam antara lain dapat
ditemukan dari penglihatan dimensi visi, perkembangan, Deklarasi Hak Asasi Universal/PBB
(Universal Declaration of Human Right/UDHR), dan menurut UU No. 39 Tahun 1999.
Konsep hak asasi manusia dilihat dari dimensi visi, mencakup visi filsafati, visi
yuridis - konstitusional dan visi politik ( Saafroedin Bahar,1994:82). Visi filsafati sebagian
besar berasal dari teologi agama-agama, yang menempatkan jati diri manusia pada tempat
yang tinggi sebagai makhluk Tuhan. Visi yuridis konstitusional, mengaitkan pemahaman hak
asasi manusia itu dengan tugas, hak,wewenang dan tanggungjawab negara sebagai suatu
nation-state. Sedangkan visi politik memahami hak asasi manusia dalam kenyataan hidup
sehari-hari, yang umumnya berwujud pelanggaran hak asasi manusia, baik oleh sesama
warga masyarakat yang lebih kuat maupun oleh oknum-oknum pejabat pemerintah.
Dilihat dari perkembangan hak asasi manusia, maka konsep hak asasi manusia mencakup
generasi I, generasi II, generasi III, dan pendekatan struktural (T.Mulya Lubis,1987: 3-6).
Generasi I konsep HAM , sarat dengan hak-hak yuridis, seperti tidak disiksa dan ditahan, hak
akan equality before the law (persamaan dihadapan hukum), hak akan fair trial (peradilan
yang jujur), praduga tak bersalah dan sebagainya. Generasi I ini merupakan reaksi terhadap
kehidupan kenegaraan yang totaliter dan fasistis yang mewarnai tahun-tahun sebelum Perang
Dunia II.
Generasi II konsep HAM, merupakan perluasan secara horizontal generasi I, sehingga konsep
HAM mencakup juga bidang sosial, ekonomi, politik dan budaya. Generasi II, merupakan
terutama sebagai reaksi bagi negara dunia ketiga yang telah memperoleh kemerdekaan dalam
rangka mengisi kemerdekaananya setelah Perang Dunia II.
Generasi III konsep HAM, merupakan ramuan dari hak hukum, sosial, ekonomi, politik dan
budaya menjadi apa yang disebut hak akan pembangunan (the right to development). Hak
asasi manusia di nilai sebagai totalitas yang tidak boleh dipisah-pisahkan. Dengan demikian,
hak asasi manusia sekaligus menjadi satu masalah antar disiplin yang harus didekati secara
interdisipliner.
Pendekatan struktural (melihat akibat kebijakan pemerintah yang diterapkan) dalam hak asasi
manusia. seharusnya merupakan generasi IV dari konsep HAM. Karena dalam realitas
masalah-masalah pelanggaran hak asasi manusia cenderung merupakan akibat kebijakan
yang tidak berpihak pada hak asasi manusia. Misalnya, berkembangnya sistem sosial yang
memihak ke atas dan memelaratkan mereka yang dibawah, suatu pola hubungan yang
"repressive". Sebab jika konsep ini tidak dikembangkan, maka yang kita lakukan hanya
memperbaiki gejala, bukan penyakit. Dan perjuangan hak asasi manusia akan berhenti
sebagai pelampiasan emosi (emotional outlet).
Pengertian hak asasi manusia menurut UDHR dapat ditemukan dalam Mukaddimah yang
pada prinsipnya dinyatakan bahwa hak asasi manusia merupakan pengakuan akan martabat
yang terpadu dalam diri setiap orang akan hak - hak yang sama dan tak teralihkan dari semua
anggota keluarga manusia ialah dasar dari kebebasan, keadilan dan perdamaian dunia
(Maurice Cranston, 1972 : 127).
UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM , mengartikan hak asasi manusia adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anuaerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan
martabat manusia. UU No.39 Tahun 1999 juga mendefinisikan kewajiban dasar manusia
adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan tidak memungkinkan
terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia.
Pengertian hak asasi manusia menurut UDHR sering dinilai masih pada tahap Generasi I
Konsep HAM, yaitu isinya sarat dengan hak-hak yuridik dan politik. Sedangkan jika
memperhatikan pengertian hak asasi manusia menurut UU No. 39 Tahun 1999, tampak
mengandung visi filsafati dan visi yuridis konstitusional. Kemudian pengertian hak- asasi
manusia menurut visi politik dapat diidentikkan dengan pendekatan strutural, karena
keduanya lebih menonjolkan pengertian hak asasi manusia dalam kehidupan sehari - hari
yang cenderung banyak pelanggaran.

Hak Asasi Manusia Dalam UUD 1945 Pasca Amandemen


Hak asasi manusia macam apa saja yang dikandung dalam UUD 1945 pasca amandemen ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, diperlukan memahami lebih dahulu mengenai konsep
dan teori tentang macam - macam hak asasi manusia, sebagai alat untuk mengidentifikasi hak
asasi manusia dalam UUD 1945 pasca amandemen.
Tentang macam - macam, hak asasi manusia ada berbagai pandangan. Thomas Hobbes
berpendapat bahwa satu - satunya hak asasi adalah hak hidup. Bagi John Locke dan
Liberalisme klasik, hak asasi meliputi hak hidup (the right to life), kemerdekaan (the right to
liberty) dan hak milik (the right to property) (Rodee & Anderson, 1989 : 194). Pendapat John
Locke ini sangat dipengaruhi oleh gagasan hukum alam (natural law) ketika dalam keadaan
alamiah (state of nature), yaitu suatu keadaan di mana belum terdapat kekuasaan dan otorita
apa-apa, semua orang sama sekali bebas dan sama derajatnya.
Dalam UDHR yang memuat 30 pasal, 31 ayat apabila ditelaah lebih lanjut secara garis besar
macam - macam hak asasi manusia dapat dikelompokan ke dalam tiga bagian yaitu : (1)
hak - hak politik dan yuridik, (2) hak - hak atas martabat dan integritas manusia, dan (31)
hak - hak sosial, ekonomi dan budaya (Baut & Harman, 1988 :9).
Perbedaan hak politik dengan hak sipil dapat dikemukakan bahwa hak politik merupakan hak
yang didapat oleh seseorang dalam hubungan sebagai seorang anggota di dalam lembaga
politik, seperti: hak memilih, hak dipilih, hak mencalonkan diri untuk menduduki
jabatan-jabatan politik, hak memegang jabatan-jabatan umum dalam negara atau hak yang
menjadikan seseorang ikut serta di dalam mengatur kepentingan negara atau pemerintahan
(Abdul Karim Zaidan,1983-19)- Dengankata
lain lapangan hak-hak politik sangat luas sekali, mencakup asas-asas masyarakat, dasar-dasar
negara, tata hukum, partisipasi rakyat didalamnya, pembagaian kekuasaan dan batas-batas
kewenangan penguasa terhadap warga negaranya. (Subhi Mahmassani,1993:54). Sedangkan
yang dimaksud hak-hak sipil dalam pengertian yang luas, mencakup hak-hak ekonomi, sosial
dan kebudayaan merupakan hak yang dinikmati oleh manusia dalam hubungannya dengan
warga negara yang lainnya, dan tidak ada hubungannya dengan penyelengaraan kekuasaan
negara, salah satu jabatan dan kegiatannya (Subhi,1993:236).
Dalam Perjanjian tentang, Hak-hak- Sipil dan Politik dan Perjanjian tentang hak- hak Sosial,
Ekonomi dan Budaya , macam - macam hak asasi manusia dapat di dikemukakan sebagai
berikut. Hak- - hak- sipil dan politik antara lain:
1. hak atas hidup.
2. hak atas kebebasan dan keamanan dirinya.
3. hak atas keamanan di muka badan-badan peradilan.
4.hak atas kebebasan berpikir, mempunyai keyakinan (conscience), beragama.
5. hak untulk mempunyai pendapat tanpa mengalami gangguan.
6. hak atas kebebasan berkumpul secara damai.
7. hak untuk berserikat.

Hak asasi, manusia menurut Pejanjian tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
mencakup antara lain:
1. hak atas pekerjaan.
2. hak untuk membentuk serikat kerja.
3. hak atas pensiun.
4.hak atas tingkat kehidupan yang layak bagi dirinya serta keluarganya,termasuk makanan,
pakaian dan perumahan yang layak.
5. hak atas pendidikan (Miriam Budiaidjo, 1972 : 126-127).
Pembagian hak asasi manusia yang agak mirip dengan kedua covenant tersebut di atas,
adalah yang mengikuti pembedaan sebagai berikut
1. Hak - hak asasi pribadi atau " personal rights" yang meliputi kebebasan menyatakan
pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak dan sebagainya.
2. Hak - hak asasi ekonomi atau "property rights", yaitu hak untuk memiliki sesuatu, membeli
dan menjualnya serta memanfaatkannya.
3, Hak- - hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
atau yang biasa disebut "rights of legal equality ".
4. Hak - hak asasi politik atau "political rights", yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (memilih dan dipilih dalam pemilihan umum), hak mendirikan partai
politik, dan sebagainva.
5. Hak - hak asasi sosial dan kebudayaan atau "social and culture rights misalnya hak untuk
memilih pendidikan, mengembangkan kebudayaan dan sebagainya.
6. Hak- - hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan atau
"procedural rights", misalnya peraturan dalam hal penangkapan, penggeledahan, peradilan,
dan sebagainya ( Kansil, 108" 91).

Pendapat lain tentang macam - macam hak asasi manusia dikemukakan Franz Magnis Suseno
(1987: 125 - 130) yang mengelompokanva menjadi empat Kelompok yaitu hak asasi negatif
atau liberal, hak asasi aktif atau demokratis, hak asasi positif dan hak- asasi sosial.

1. Hak Asasi Negatif atau Liberal.


Kelompok hak asasi pertama ini diperjuangkan oleh liberalisme dan pada hakekatnva mau
melindungi kehidupan pribadi manusia terhadap campur tangan negara dan
kekuatan - kekuatan sosial lain. Hak- asasi ini didasarkan pada kebebasan dan hak individu
untuk mengurus diri sendiri - dan oleh karena itu juga disebut hak – hak kebebasan (liberal).
Sedangkan dikatakan negatif, karena prinsip yang dianutnya bahwa kehidupan saya (pribadi)
tidak boleh dicampuri pihak luar. Kehidupan pribadi merupakan otonomi setiap orang, yang
harus dihormati. Otonomi ini merupakan kedaulatan asasinya sendiri merupakan dasar segala
usaha lain, maka hak asasi negatif ini tetap merupakan inti hak asasi manusia.
Macam - macam hak asasi manusia negatif antara lain :
a. hak atas hidup.
b. hak keutuhan jasmani
c. kebebasan bergerak.
d. kebebasan untuk memilih jodoh.
e. perlindungan terhadap hak milik.
f. hak untuk mengurus kerumahtanggaan sendiri.
g. hak untuk memilih pekerjaan dan tempat tinggal.
h. kebebasan beragarna.
i. kebebasan untuk mengikuti suara hati sejauh tidak mengurangi kebebasan serupa orang
lain.
j. kebebasan berpikir.
k. kebebasan untuk berkumpul dan berserikat.
l. hak untuk tidak ditahan secara sewenang - wenang.
2. Hak Asasi Aktif atau Demokratis
Dasar hak- ini adalah keyakinan akan kedaulatan rakyat yang menuntut agar rakyat
memerintah dirinya sendiri dan setiap pemerintah di bawah kekuasaan rakyat. Hak ini disebut
aktif karena merupakan hak atas suatu aktivitas manusia untuk ikut menentukan arah
perkembangan masyarakat /negaranya. Yang termasuk hak asasi aktif, yaitu:
a. hak untuk memilih wakil dalam badan pembuat undang-undang
b. hak untuk mengangkat dan mengontrol pemerintah
c. hak untuk menyatakan pendapat
d. hak atas kebebasan pers
e. hak untuk membentuk perkumpulan politik.

3. Hak Asasi Positif


Kalau hak-hak- negatif menghalau campur tangan negara dalam urusan pribadi manusia,
maka sebaliknya hak - hak positif justru menuntut prestasi-prestasi tertentu dari negara.
Paham hak asasi positif berdasarkan anggapan bahwa negara bukan tujuan pada dirinya
sendiri,melainkan merupakan lembaga yang diciptakan dan dipelihara oleh masyarakat untuk
memberikan pelayanan - pelayanan tertentu (pelayanan publik), Oleh karena itu tidak boleh
ada anggota masyarakat yang tidak mendapat pelayanan itu hanya karena ia terlalu miskin
untuk membayar biayanya. Hak asasi positif antara lain:
a. hak atas perlindungan hukum (misalnya : hak atas perlakuan Yang sama di depan hukum,
hak atas keadilan);
b. hak warga masyarakat atas kewarganegaraan.
4. Hak Asasi Sosial
Hak asasi sosial ini merupakan paham tentang kewajiban negara untuk menjamin hasil kerja
kaum buruh yang wajar dan merupakan hasil kesadaran kaum buruh melawan kaum burjuasi.
Hak asasi sosial mencerminkan kesadaran bahwa setiap anggota masyarakat berhak atas
bagian yang adil dari harta benda material dan cultural bangsanya dan atas bagian yang wajar
dari hasil nilai ekonomis. Hak ini harus dijamin dengan tindakan negara. Hak- asasi sosial
antara lain
a. hak atas jaminan sosial
b. hak atas pekerjaan;
c. hak membentuk serikat kerja;
d. hak atas pendidikann;
e. hak ikut serta dalam kehidupan kultural masyarakatnya.

Jaminan hak asasi manusia dalam Undang - undang Dasar 1945 (UUD 1945 sebelum
perubahan/amandemen) dipandang oleh Kuntjoro Porboprawto belum disusun secara
sistematis. Selain itu, dalam UUD 1945 hanya empat pasal yang memuat
ketentuan - ketentuan tentang hak asasi, yakni pasal 27, 28, 29 dan 31. Meskipun dmnikian
bukan berarti HAM kurang mendapat perhatian. Jaminan HAM dalam UUD 1945 adalah
merupakan Inti-inti dasar kenegaraan.
Dari keempat pasal tersebut, terdapat lima pokok mengenai hak- hak asasi manusia yang
terdapat dalam batang tubuh UUD 1945. Pertama, tentang kesamaan kedudukan dan
kewajiban warga negara di dalam hukum dan di muka pemerintahan(Pasal 27 ayat 1). Kedua,
hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27 ayat 2).
Ketiga,kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang – undang (Pasal 28). Keempat, kebebasan
asasi untuk memeluk agama bagi penduduk di jamin oleh Negara (Pasal 29 ayat 2). Kelima,
hak atas pengajaran (Pasal 3 1 ayat 1).
Sedangkan Pasca amandemen jaminan hak asasi manusia tampak lebih dipertegas
(dieksplisitkan) dan lebih terici. Hal ini dapat di lihat dalam UUD 1945 pasca amandemen
jaminan hak asasi manusia dibuatkan bab tersendiri yakni Bab X A yang
terdiri atas pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J. Macam - macam hak asasi manusia yang
dijamin dalarn UUD 1945 pasca arnandemen yaitu
1. hak hidup (pasal 28A)
2. hak membentuk keluarga (pasal 28B)
3. hak mengembangkan diri (pasal 28C)
4. hak atas hukum, hak bekerja, hak atas pemerintahan, dan hak atas status kewarganegaraan
(pasal 28D);
5. hak beragama, hak atas kepercayaan, hak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat (pasal 28E)
6. hak. untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi (pasal 28F)
7. hak atas perlindungan pribadi dan keluarga (pasal 28G)
8. hak atas kesejahteraan lahir bathin (pasal 28H)
9. jaminan pemenuhan/tidak dapat dikurangi hak asasi manusia dalam keadaan apapun (yaitu
hak hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak diakui
sebagai pribadi di depan hukum, dan hak tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut);
-hak bebas dari perlakuan diskriminatif
-hak atas identitas budaya
-hak atas masyarakat tradisional
-kewajiban pemerintah untuk melakukan perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
pemenuhan hak asasi manusia (pasal 281)
10. kewajiban bagi setiap orang untuk menghormati hak asasi orang lain (pasal 28J)

http://koesjreng.blogspot.co.id/2008/11/konsep-dasar-ham.html
kamis,29 September 2016
3.C.Rule of law

DAFTAR ISTILAH KUNCI


· DGHE = Directorate General of Higher Education (Direktorat jenderal dari/tentang
pendidikan lebih tinggi)
· Rule of Law = Penegakan hukum
· Doktrin = Ajaran dari suatu rezim yang dianggap benar sehingga harus dipatuhi
· HELTS = Higher Education Long Term Strategy (Pendidikan lebih tinggi strategi
jangka panjang)
· Isu = Berita yang belum tentu kebenarannya sehingga harus dibuktikan
· Kompetensi = Seperangkat tindakan cerdas yang harus dimiliki peserta didik
· Visi = Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai
· Misi = Penjabaran operasional dari visi
· Premis = Pernyataan awal dari suatu fakta

A. Latar Belakang Rule of Law


Latar belakang kelahiran rule of law:
1. Diawali oleh adanya gagasan untuk melakukan pembatasan kekuasaan pemerintahan
Negara.
2. Sarana yang dipilih untuk maksud tersebut yaitu Demokrasi Konstitusional.
3. Perumusan yuridis dari Demokrasi Konstitusional adalah konsepsi negara hukum.
Rule of law adalah doktrin hukum yang muncul pada abad ke 19, seiring degan negara
konstitusi dan demokrasi. Rule of law adalah konsep tentang common law yaitu seluruh
aspek negara menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan
egalitarian. Rule of law adalah rule by the law bukan rule by the man.
Unsure-unsur rule of law menurut A.V. Dicey terdiri dari:
– Supremasi aturan-aturan hukum.
– Kedudukan yang sama didalam menghadapi hukum.
– Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang serta keputusan-keputusan
pengadilan.
Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokrasi menurut rule of
law adalah:
5. Adanya perlindungan konstitusional.
6. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
7. Pemilihan umum yang bebas.
8. Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
9. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi.
10. Pendidikan kewarganegaraan.
Ada tidaknya rule of law pada suatu negara ditentukan oleh “kenyataan”, apakah rakyat
menikmati keadilan, dalam arti perlakuan adil, baik sesame warga Negara maupun
pemerintah.
Untuk membangun kesadaran di masyarakat maka perlu memasukan materi instruksional rule
of law sebagai salah satu materi di dalam mata kuliah Pendidikan Kewareganegaraan (PKn).
PKn adalah desain baru kurikulum inti di PTU yang menjunjung pencapaian Visi Indonesia
2020 (Tap. MPR No. VII/MPR/2001) dan Visi Pendidikan Tinggi 2010 (HELTS 2003-2010-
DGHE). Materinya merupakan bentuk penjabaran UU No. 2 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
B. Pengertian Rule of Lau
Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi dua yaitu:
Pertama, pengertian secara formal (in the formal sence) diartikan sebagai kekuasaan umum
yang terorganisasi (organized public power), misalnya nrgara. Kedua, secara hakiki/materiil
(ideological sense), lebih menekankan pada cara penegakannya karena menyangkut ukuran
hukum yang baik dan buruk (just and unjust law). Rule of law terkait erat dengan keadilan
sehingga harus menjamin keadilan yang dirasakan oleh masyarakat.
Rule of law merupakan suatu legalisme sehingga mengandung gagasan bahwa keadilan dapat
dilayani melalui pembuatan system peraturan dan prosedur yang objektif, tidak memihak,
tidak personal dan otonom.
C. Prinsip-prinsip Rule of Law di Indonesia
● Prinsip-prinsip rule of law secara formal tertera dalam pembukaan UUD 1945 yang
menyatakan:
a. bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa,…karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan “eri keadilan”;
b. …kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, “adil” dan makmur;
c. …untuk memajukan “kesejahteraan umum”,…dan “keadilan social”;
d. …disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu “Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia”;
e. “…kemanusiaan yang adil dan beradab”;
f. …serta dengan mewujudkan suatu “eadilan social” bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan demikian inti rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakat terutama
keadilan social.
Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat didalam pasal-pasal UUD 1945,
yaitu a. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3), b. Kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggaraakan peradilan guna menegakan
hokum dan keadilan (pasal 24 ayat 1), c. Segala warga Negara bersamaan kedudukanya
didalam hokum dan pemerintahan, serta menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat 1), d. Dalam Bab X A Tentang Hak Asasi Manusia,
memuat 10 pasal, antara lain bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama dihadapan hokum
(pasal 28 D ayat 1), dan e. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28 D ayat 2).

● Prinsip-prinsip rule of law secara hakiki (materiil) erat kaitannya dengan (penyelenggaraan
menyangkut ketentuan-ketentuan hukum) “the enforcement of the rules of law” dalam
penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam penegakan hukum dan implementasi prinsip-
prinsip rule of law.
Berdasarkan pengalaman berbagai Negara dan hasil kajian, menunjukan keberhasilan “the
enforcement of the rules of law” bergantung pada kepribadian nasional setiap bangsa
(Sunarjati Hartono: 1982). Hal ini didukung kenyataan bahwa rule of law merupakan institusi
social yang memiliki struktur sosiologis yang khas dan mempunyai akar budayanya yang
khas pula. Karena bersifat legalisme maka mengandung gagasan bahwa keadilan dapat
dilayani dengan pembuatan system peraturan dan prosedur yang sengaja bersufat objektif,
tidak memihak, tidak personal dan otonom.
Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang terkait rule of law telah banyak
dihasilkan di Indonesia, tetapi implementasinya belum mencapai hasil yang optimal sehingga
rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan rule of law belum dirasakan dimasyarakat.
D. Strategi Pelaksanaan (Pengembangan) Rule of Law
Agar pelaksanaan rule of law bias berjalan dengan yang diharapkan, maka:
a. Keberhasilan “the enforcement of the rules of law” harus didasarkan pada corak
masyarakat hukum yang bersangkutan dan kepribadian masing-masing setiap bangsa.
b. Rule of law yang merupakan intitusi sosial harus didasarkan pada budaya yang tumbuh
dan berkembang pada bangsa.
c. Rule of law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan social, gagasan tentang
hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus ditegakan secara adil juga memihak
pada keadilan.
Untuk mewujudkannya perlu hukum progresif (Setjipto Raharjo: 2004), yang memihak hanya
pada keadilan itu sendiri, bukan sebagai alat politik atau keperluan lain. Asumsi dasar hokum
progresif bahwa ”hukum adalah untuk manusia”, bukan sebaliknya. Hukum
progresif memuat kandungan moral yang kuat.
Arah dan watak hukum yang dibangun harus dalam hubungan yang sinergis dengan kekayaan
yang dimiliki bangsa yang bersangkutan atau “back to law and order”, kembali pada hukum
dan ketaatan hukum negara yang bersangkutan itu.
Adapun negara yang merupakan negara hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ada pengakuan dan perlindungan hak asasi.
2. Ada peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak terpengaruh oleh kekuasaan
atau kekuatan apapun.
3. Legalitas terwujud dalam segala bentuk.
Contoh: Indonesia adalah salah satu Negara terkorup di dunia (Masyarakat Transparansi
Internasional: 2005).
Beberapa kasus dan ilustrasi dalam penegakan rule of law antara lain:
o Kasus korupsi KPU dan KPUD;
o Kasus illegal logging;
o Kasus dan reboisasi hutan yang melibatkan pejabat Mahkamah Agung (MA);
o Kasus-kasus perdagangan narkoba dan psikotripika ;
o Kasus perdagangan wanita dan anak.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rule of law sangat diperlukan untuk Negara seperti Indonesia karena akan mewujudkan
keadilan. Tetapi harus mengacu pada orang yang ada di dalamnya yaitu oranr-orang yang
jujur tidak memihak dan hanya memikirkan keadilan tidak terkotori hal yang buruk.
Ada tidaknya rule of law pada suatu negara ditentukan oleh “kenyataan”, apakah rakyat
menikmati keadilan, dalam arti perlakuan adil, baik sesame warga Negara maupun
pemerintah.
Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi dua yaitu:
Pertama, pengertian secara formal (in the formal sence) diartikan sebagai kekuasaan umum
yang terorganisasi (organized public power), misalnya nrgara. Kedua, secara hakiki/materiil
(ideological sense), lebih menekankan pada cara penegakannya karena menyangkut ukuran
hukum yang baik dan buruk (just and unjust law).
Prinsip-prinsip rule of law secara formal tertera dalam pembukaan UUD 1945.
Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat didalam pasal-pasal UUD 1945.
Agar kita dapat menikmati keadilan maka seluruh aspek Negara harus bersih, jujur, mentaati
undang-undang, juga bertanggung jawab, dan menjalankan UU 1945 dengan baik.

https://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/29/rule-of-law/

Rabu, September 2016


BAB 14
KETAHANAN NASIONAL
1.A.Pengertian Ketahanan Nasional
Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang
berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman baik
yang datang dari dalam maupun dari luar. Juga secara langsung ataupun tidak langsung yang
dapat membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Ketahanan nasional juga diartikan sebagai kondisi yang harus diwujudkan agar
proses pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan sukses. Oleh karena itu
diperlukan suatu konsepsi ketahanan nasional yang sesuai dengan karakteristik bangsa
Indonesia.

Konsepsi ketahanan Nasional (Tannas) Indonesia adalah konsepsi pengembangan


kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan
yang seimbang, serasi, dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan
menyeluruh dan terpadu berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nusantara.
Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam menumbuhkan
dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya untuk melindungi nilai-nilai nasionalnya
terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam negeri.
Ketahanan nasional Indonesia adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang
meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi.

Berdasarkan rumusan pemgertian ketahanan nasional(Tannas) dan kondisi


kehidupan nasional Indonesia,ketahanan nasional (Tannas) sesungguhnya merupakan
gambaran dari kondisi sistem kehidupan nasional dalam berbagai aspek pada saat tertentu.
Tiap-tiap aspek, terutama aspek-aspek dinamis, di dalam tata kehidupan nasional relatif
berubah menurut waktu,ruang, dan lingkungan sehingga interaksinya menciptakan kondisi
umum yang sangat komplek dan amat sulit dipantau.

B. Hakikat Tannas dan Konsepsi Tannas Indonesia


1. Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasional.
2. Hakikat konsepsi Ketahana Nasional Indonesia adalah pengaturan dan penyelenggaraan
kesejahteraan dan keamanan secara seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek
kehidupan nasional.
C. Asas-asas Ketahanan Nasional Indonesia
Asas Ketahanan Indonesia adalah tata laku berdasarkan nilai-nilai Pancasila, UUD
1945, dan Wawasan Nusantara, yang terdiri dari:
1. Asas Kesejahteraan dan Keamanan
2. Asas Komprehensif Integral atau Menyeluruh Terpadu
3. Asas Mawas ke Dalam dan Mawas ke Luar
4. Asas Kekeluargaan

D. Sifat Ketahanan Nasional Indonesia


1. Mandiri
Ketahanan Nasional percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri serta pada
keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah dengan tumpuan
pada identitas, integritas dan kepribadian bangsa. Kemandirian ini merupakan prasyarat untuk
menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dalam perkembangan global.
2. Dinamis
Ketahanan Nasional tidaklah tetap. Ia dapat meningkat atau menurun, tergantung
pada situasi dan kondisi bangsa, negara, serta lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan
hakikat bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa berubah dan perubahan itu senantiasa
berubah pula, karena itu upaya peningkatan Ketahanan Nasional harus senantiasa
diorientasikan ke masa depan dan dinamikanya diarahkan untuk pencapaian kondisi
kehidupan nasional yang lebih baik.
3. Wibawa
Keberhasilan pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia serta berlanjut dan
berkesinambungan akan meningkatnya kemampuan dan kekuatan bangsa. Makin tinggi
tingkat Ketahanan Nasional Indonesia makin tinggi pula nilai kewibawaan dan tingkat daya
tangkal yang dimiliki oleh bangsa dab negara Indonesia.
4. Konsultasi dan Kerjasama
Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan
antagonistis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih
mengutamakan sikap konsultatif, kerjasama, setra saling menghargai dengan mengandalkan
kekuatan moral dan kepribadian bangsa.
2.2 PENGARUH KETAHANAN NASIONAL DALAM BERBAGAI ASPEK

A. Pengaruh Ketahanan Nasional dalam Aspek Ideologi

Ideologi adalah suatu sistem nilai sekaligus kebulatan ajaran yang memberikan
motivasi. ldeologi juga mengandung konsep dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh
suatu bangsa. Secara teoretis, suatu ideologi bersumber dari stuatu falsafah dan meruakan
pelaksanaan dari sistem falsafah itu sendiri.
a. Ideologi Dunia
1. Liberalisme
Aliran pikiran perseorangan atau individualistik. Aliran pemikiran ini mengajarkan bahwa
negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak semua individu
dalam masyarakat itu (kontrak sosial).
Liberalisme bertitik tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia sejak ia lahir dan tidak
dapat diganggu gugat oleh siapa pun termasuk penguasa kecuali atas persetujuan yang
bersangkutan. Paham Liberalisme mempunyai dasar-dasar kebabasan dan kepentingan
pribadi yang menuntut kebebasan individu secara mutlak, yaitu kebebasan mengejar
kebahagiaan hidup di tengah-tengah kekayaan materil yang melimpah dan dicapai dengan
bebas.
2. Komunisme
Aliran pikiran golongan (class theory) yang diajarkan oleh Karl Marx, Engels dan Lenin pada
mulanya merupakan kritik Kark Marx atas kehidupan sosial ekonomi masyarakat pada awal
revolusi industri.
Aliran pemikiran ini beranggapan bahwa negara adalah susunan golongan (kelas) untuk
menindas kelas lain. Golongan ekonomi kuat menindas ekonomi lemah. Golongan borjuis
menindas golongan proletar (kaum buruh). Karena itu Marx menganjurkan agar kaum buruh
mengadakan revolusi politik untuk merebut kekuasaan negara dari golongan kaya kapitalis
dan borjuis agar kaum buruh dapat ganti berkuasa dan mengatur negara.
Sesuai dengan aliran pikiran yang melandasi komunisme, dalam upaya merebut atau
mempertahankan kekuasaan kominisme dalam upaya merebut atau mempertahankan
kekuasaan komunisme akan :
Menciptakan situas konflik untuk mengadu golongan-golongan, tertentu serta
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
Ajaran komunis bersifat atheis, tidak percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, dan
didasarkan pada kebendaan (materialistis). Bahkan agama dinyatakan sebagai racun bagi
kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat komunis bercorak Internasional. Masyarakat yang dicita-citakan oleh komunis
adalah masyarakat komunis dunia yang tidak dibatasi oleh kesadaran nasiona1. Hal ini
tercermin dalam seruan Marx yang terkenal”Kaum buruh diseluruh dunia bersatulah!”
Komunisme menghendaki masyarakat tanpa nasionalisme.
Masyarakat komunisme yang dicita-citakan adalah masyarakat tanpa kelas. Masyarakat
tanpa kelas dianggap masyarakat yang dapat memberikan suasana hidup yang aman dan
tentram, tanpa pertentangan, tanpa hak milik pribadi atas alat produksi dan tanpa pembagian
kerja.
3. Faham Agama
Ideologi bersumber dari falsafah agama yang termuat dalam kitab Agama.

b. Ideologi Pancasila
Pancasila merupakan tatanan nilai yang digali dari nilai-nilai dassar budaya bangsa
Indonesia yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu tumbuh berkembang di Indonesia (Ir.
Soekarno 1 Juni 1945).
Kelima sila dalam Pancasila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga
pemahaman dan pengalamannya harus mencakup semua nilai yang berkembang di dalamnya.

1. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA


Mengandung nilai spiritual, memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
semua pemeluk agama dan penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk
berkembang di Indonesia.
Nilai ini sebagai kekuatan mental dan spiritual dan landasan etik dalam ketahanan
nasional. Dengan demikian Atheisme tidak berkah hidup dalam kerukunan dan kedamaian
hidup beragama di bumi Indonesia.
2. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
Mengandung nilai kesamaan derajat, maupun kewajiban dan hak, cinta mencintai,
hormat menghormati, keberanian membela kebenaran dan keadilan, toleransi dan gotong
royong.
3. SILA PERSATUAN INDONESIA
Dalam masyarakat Indonesia mengandung nilai persatuan bangsa dan kesatuan
wilayah yang merupakan faktor pengikat yang menjamin keutuhan nasional atas dasar
Bhineka Tunggal Ika.

4. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN


DALAM PERMUSYAWARATAN /PERWAKILAN
Menunjukkan kedaulatan berada di tangan rakyat yang diwujudkan oleh persatuan
nasional yang real dan wajar.
5. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
Mengandung nilai keadilan keseimbangan antara hak dan kewajiban penghargaan
terhadap hak orang, gotong royong dalam suasana kekeluargaan.

c. Ketahanan Nasional pada Aspek Ideologi


1. Konsepsi tentang Ketahanan Ideologi
Ketahanan ini mengandung keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan dari luar
maupun dari dalam secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka menjamin
kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara Republik Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara Republlik Indonesia terdapat dalam alinea 4
pembukaan UUD 1945, ketetapan MPR RI No. 2 XVIII/MPR/1998. Pancasila sebagai
ideologi nasional terhadap dalam ketetapan MPR RI no.2 XVIII/MPR/1998. Pancasila
sebagai pandangan hidup dan sumber hukum terhadap ketetapan MPR RI no.2
XX/MPRS/1966 yo ketetapan MPR RI no.2 IX/MPR/1978.
2. Pembinaan Ketahanan Ideologi
Upaya memperkuat ketahanan Ideologi memerlukan langkah pembinaan berikut :
a) Pengamalan Pacasila secara obyektif dan subyektif terus dikembangkan serta
ditingkatkan.
- Pelaksanaan obyektif adalah pelaksanaan nilai-nilai yang secara surat terkandung dalam
ideologi atau paling tidak secara tersirat dalam UUD 1945 serta secara peraturan perundang-
undangan dibawahnya dan segala kegiatan penyelenggaraan negara.
- Pelaksanaan subyektif adalah pelaksanaan nilai-nilai tersebut oleh masing-masing
individu dalam kehidupan sehari-hari, sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga
negara. Pancasila mengandung sipat idealistik, realistik dan pleksibel, serhingga terbuka
terhadap perkembangan yang terjadi.
b) Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu terus direlefansikan dan di aktualisasikan nilai
instrumentalnya agar tetap mampu membimbing dan mengarahkan kehidupan dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, selaras dengan peradaban dunia yang berubah
dengan cepat tanpa kehilangan jati diri bangsa Indonesia.
c) Sesanti Bhineka Tunggal Ika dan konsep wawasan Nusantara yang bersumber dari
Pancasila harus terus di kembangkan dan ditanamkan dalam masyarakat yang majemuk
sebagai upaya untuk selalu menjaga persatuan bangsa dan kesatuan wilayah serta moralitas
yang royal dan bangga terhadap bangsa dan negara. Disamping itu anggota masyarakat dan
pemerintah perlu bersikap wajar terhadap kebhinekaan.
d) Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia harus
dihayati dan diamalkan serta nyata oleh setiap penyelenggaraan negara, lembaga kenegaraan,
lembaga kemasyarakatan, serta setiap warga negara Indonesia, agar kelestarian dak
keampuhannnya terjaga dan tujuan nasional serta cita-cita bangsa Indonesia terwujud, dalam
hal ini suri tauladan para pemimpin panyelenggara negara dan pemimpin tokoh masyarakat
merupakan hal yang sangat mendasar.
e) Pembangunan, sebagai pengamalan Pancasila, harus menunjukan keseimbangan antara
Fisik material dcngan mental spiritual untuk menghindari tubuhnya materialisme dan
skuarisme. Dengan memperhatikan kondisi geografi Indonesia, pembangunan harus adil dan
merata di seluruh wilayahuntuk memupuk rasa persatuan bangsa dan kesatuan wilayah.
f) Pendidikan moral Pancasila ditanamkan pada diri anak didik dengan cara
mengintegrasikannya. Ke dalam mata pelajaran lain seperti pendidikan budi pekerti,
pendidikan sejara perjuangan bangsa, bahasa Indonesia dan kepramukaan. Pendidikan Moral
Pancasila juga perlu diberikan kepada masyarakat luas secara non formal.

B. Pengaruh Ketahanan Nasional dalam Aspek Politik


a. Politik Secara Umum
Politik berasal dari kata politik yang mengandung makna kekuasaan (pemerintahan) dan atau
politik yang berarti kebijaksanaan. Di Indonesia, kita tidak memisahkan politik dari policik.
Hubungan ini tercermin pada pemerintahan negara yang berfungsi sebagai penentu ke-
bijaksanaan dan ingin mewujudkan aspirasi semi tuntutan masyarakat. Karena itu,
kebijaksanaan pemerintahan negana tersebut harus serasi dan selaras dengan keinginan dan
aspirasi masyarakat.
b. Politik di Indonesia
Politik di Indonesia yang harus dilihat dalam konteks Ketahanan Nasional, meliputi dua
bagian utama, yaitu Politik Dalam Negeri dan Politik Luar Negeri.
1. Politik Dalam Negeri
Politik dalam negeri adalah kehidupan politik dan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 yang mampu menyerap aspirsi, dan dapat mendorong partisipasi masyarakat
dalam satu sistem. Unsur-unsurnya terdiri dari struktur politik, proses politik, budaya politik,
komunikasi politik, dan partisipasi politik.
Struktur Politik merupakan wadah penyaluran kepentingan masyarakat dan sekaligus wadah
pengkaderan pimpinan nasional.
Proses Politik merupakan suatu rangkaian pengambilan keputusan tentang berbagai
kepentingan politik maupun kepentingan umum yang bersifat nasional dan penentuan dalam
pemilihan kepemimpinan yang puncaknya terselenggara dalam Pemilu.
Budaya Politik merupakan pencerminan dari aktualisasi hak dan kewajiban rakyat dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, yang dilaksanakan secara dasar dan
rasional melalui pendidikan politik maupun kegiatan politik yang sesuai dengan disiplin
nasional.
Komunikasi Politik merupakan suatu hubungan timbal balik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dimanan rakyat merupakan sumber aspirasi dan
sumber pimpinan nasional.

2. Politik Luar Negeri


Politik luar negeri adalah salah satu sarana pencapaian kepantingan nasional dalam pergaulan
antarbangsa. Politik luar negeri Indonesia yang berlandaskan pada Pembukaan UUD 1945
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, keadilan sosial,
serta anti penjajahan karena tidak sesuai dcngan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Sebagai Bagian Integral dari Strategi Nasional
Politik luar negeri merupakan proyeksi kepentingan nasional dalam kehidupan antar bangsa.
Dijiwai oleh falsafah negara Pancasila se bagai tuntutan moral dan etika, politik luar negeri
Indonesia di tujukan pada kepentingan nasional terutama pembangunan nasional. Dengan
demikian, politik luar negeri merupakan bagian integral dari strategi nasional dan secara
keseluruhan merupakan salah satu sarana pencapaian tujuan nasional.
Garis Politik Luar Negeri
Politik luar negeri Indonesia adalah bebas dan aktif. Bebas, dalam pengertian bahwa
Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa. Aktif, dalam pengertian peran Indonesia dalam percaturan internasional tidak bersifat
reaktif dan lndonesia tidak menjadi obyek percaturan internasional.
c. Ketahanan Nasional pada Aspek Politik
Ketahanan pada aspek politik diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan politik bangsa
yang berisi keuletan, ketangguhan dalam menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman,
hambatan serta gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam secara langsung maupun
tidak langsung untuk menjamin kelangsungan hidup politik bangsa dan negara Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
1. Ketahanan pada Aspek Politik Dalam Negeri
Sistem pemerintahan yang berdasarkan hukum, tidak berdasarkan kekuasaan yang bersifat
absolut, dimana kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR
sebagai penjelmaan seluruh rakyat.
Mekanisme politik yang memungkinkan adanya perbedaan pendapat. Namun perbedaan
tersebut tidak menyangkut nilai dasar, sehingga tidak menjurus pada konflik fisik. Di
samping itu, timbulnya diktator mayoritas dan tirankaminoritas harus dicegah.
Kepemimpinan Nasional mampu mengakomodasikan aspirasi yang hidup dalam
masyarakat dan tetap berada dalam lingkup Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara.
Terjalin komunikasi politik timbal balik antara pemerintah dan masyarakat dan anata
kelompok / golongan dalam masyarakat dalam rangka mencapai tujuan nasioanal dan
kepentingan nasional.
2. Ketahanan pada Aspek Politik Luar Negeri
Hubungan luar negeri ditujukan untuk meningkatkan kerjasama internasional di berbagai
bidang atas dasar sikap saling menguntungkan, meningkatkan citra positif Indonesia di luar
negeri, dan menantapkan persatuan bangsa serta keutuhan NKRI.
Politik luar negeri terus dikembangkan menurut prioritas dalam rangka meningkatkan
persahabatan dan kerjasama antarnegara berkembang serta negara berkembang dan negara
maju sesuai kemampuan demi kepentingan nasional. Peran lndonesia dalam membina dan
mempererat persabahatan dan kerjasama arntarbangsa yang saling menguntungkan perlu
terus diperluas dan ditingkatkan. Kerjasama dengan negara-negara anggota ASEAN,
terutama di bidang ekonomi, Iptek dan sosial budaya terus dilanjutkan dan dikembangkan.
Peran aktif Indonesia dalam Gerakan Non Blok dan OKI serta mengembangkan huhungan
demi kerjasama antarnegara di kawasan Asia Pasifik perlu terus ditingkatkan.
Citra positif Indonesia teru dikembangkan dan diperluas.
Perkembangan, perubahan, dan gejolak dunia terus dikuti dan dikaji dengan seksama agar
terjadinya dampak negatif yang dapat mempengaruhi stabilitas nasional dan menghambat
kelancaran pembangunan dan pencapaian tujuan nasional dapat diperkirakan secara dini.
Langkah kerjasama negara berkemhang dengan negara industri maju untuk memperkecil
ketimpangan dan mengurangi ketidakadilan perlu ditingkatkan melalui perjanjian
perdagangan inter-nasional serta kerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan internasional.
Perjuangan mewujudkan tatanan dunia baru dan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perda-maian abadi dan keadilan sosial melalui penggalang-an, pemupukan solidaritas,
kesamaan sikap, serta kerjasama internsional dalam berbagai forum regio-nal dan global.
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia perlu dilakasanakan dengan pembenahan
sistem pendidik-an, pelatihan dan penyuluhan calon diplomat secara menyeluruh.
Perjuangan bangsa Indonesia yang menyangkut kepentingan nasional, seperti melindungi
kepenting-an Indonesia dari kegiatan diplomasi negatif negara lain dan melindungi hak-hak
warga negara Republik Indonesia di luar negeri perlu ditingkatkan.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Nasional di Bidang Politik


Telah dikemukakan bahwa Ketahanan Nasional dibidang politik terkait pada dan
terhubung dengan ketahanan-ketahanan dibidang lain, misalnya ideology, ekonomi dan
sebagainya. Dengan kata lain ketahanan Nasional dibidang Politik terpengaruh oleh
ketahanan-ketahanan dibidang-bidang lain. Lain daripada itu masih terdapat beberapa faktor
penting yang menentukan tingkat Ketahanan Nasional dibidang politik, yaitu :
1. Adanya ideologi Nasional yang dapat mewujudkan suatru realitas politik dan memiliki
fleksibilitas yang dapat menyesuaikan dan mengisi kebutuhan dan tuntunan zaman.
2. Adanya pimpinan Nasional yang kuat, berwibawa disamping mengerti dan mampu
mengisi aspirasi dan cita-cita rakyat.
3. Adanya pemerintah yang bersih, efesien dan efektif, mampu menyelenggarakan
pemerintahan yang demokratis dan menyelenggarakan pembangunan dalam peningkatan taraf
hidup rakyat.
4. Adanya masyarakat yang mempunyai kesadaran politik, disiplin nasional dan dinamika
sosial yang tinggi sehingga tumbuh motivasi dan aktivitas konstruktif yang membangkitkan
partisipasi aktif dalam pembangunan nasional.
Dengan memahami faktor-faktor tersebut dapat dilakukan usaha-usaha untuk
meningkatkan ketahanan Nasional dibidang politik dengan menciptakan dan pemeliharaan
faktor-faktor tersebut.

C. Pengaruh Ketahanan Nasional dalam Aspek Ekonomi


a. Perekonomian Secara Umum
Perekonomian adalah salah satu aspek kehidupan nasional yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan masyarakat, yang meliputi produksi, distribusi, serta konsumsi barang dan jasa,
dan dengan usaha untuk meningkatkan, taraf hidup masyarakat.
b. Perekonmnian Indonesia
Sistem perekonomian bangsa Indonesia mengacu pada pasal 33 UUD 1945, yang
menyebutkan bahwa sistem perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan asas ke-keluargaan.
Secara makro, sistem perekonomian Indonesia dapat disebut sebagai sistem perekonomian
kerakyatan.
c. Ketahanan Nasional pada Aspek Ekonomi
Ketahanan ekonomi diartikan sebagai kondiosi dinamis kehidupan perekonomian bangsa
yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan nasioanl dalam menghadapi serta mengatasi
segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang datang dari luar maupun ancaman
dalam negeri secara langsung maupun tidak langsung untuk menjamin kelangsungan
perekonomian bangsa dan negara Republik Indonesia berdasar-kan Pancasila dan UUD 1945.
Pencapaian tingkat ketahanan ekonomi yang diinginkan memerlukan pembinaan berbagai
hal, yaitu antara lain :
1. Sistem ekonomi Indonesia diarahkan untuk dapat mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan yang adil dan merata di seluruh wilayah Nusantara melalui ekonomi
kerakyatan serta untuk menjamin kesinambungan pembangunan nasional berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
2. Ekonomi Kerakyatan
Sistem free fight liberalism yang hanya menguntungkan pelaku ekonomi kuat dan tidak
memungkinkan berkembang-nya ekonomi kerakyatan.
Sistem etatisme, dalam arti negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat dominan serta
mendesak dan mematikan potensi dari daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara.
Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan
masyarakat dan bcrten-tangan dengan cita-cita keadilan sosial.
Struktur ekonomi dimantapkan secara seimbang dan saling menguntungkan dalam
keselarasan dan keterpaduan antara. sektor pertanian dan perindustrian serta jasa.
Pembangunan ekonomi, yang merupakan usaha bersama atas dasar asas kekeluargaan di
bawah pengawasan anggota masyarakat, memotivasi dan mendorong peran serta masyara-kat
secara aktif.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketahanan di Bidang Ekonomi
Negara berkembang seperti Indonesia dalam pengelolaan factor produksi menjadi
barang dan jasa mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Bumi dan sumber alam
Belum ada kemampuan sepenuhnya untuk memanfaatkan kekayaan alam, yaitu karena,
kurang modal, belum memiliki keterampilan teknologi yang memadai dan tingkat manajemen
yang belum memenuhi harapan.
Bencana alam seperti banjir dan musim kering yang hanya dikuasai dengan pengendalian
sungai dan banjir.
Struktur ekonomi agraris merupakan tekanan berat atas areal tanah dan lingkungan dengan
konsekuensi social yang amat luas.
Negara yang tidak mempunyai kekayaan alam sangat tergantung kepada impor bahan baku
yang banyak memerlukan devisa sehingga perkembangan industrinya lamban.
2. Tenaga kerja
Pertambahan penduduk yang cepat bisa menguntungkan, karena persediaan
tenaga kerja yang cukup, namun harus disertai dengan peningkatan keterampilan teknologis
dan perluasan kesempatan kerja. Apabila kebijaksanaan ini ditempuh maka akan
menimbulkan pengangguran kelihatan atau tak kelihatan. Untuk jangka panjang perlu
ditempuh penanggulangan sebagai berikut:
Peningkatan keterampilan teknologi
Transmigrasi
Keluarga berencana
Distribusi penduduk secara ekonomi geografis yang dipadukan dengan masalah keamanan
nasional.
3. Faktor modal
Modal dapat diperoleh dari tabungan, pajak, reinvestasi perusahaan, pendapatan
ekspor dan modal asing. Negara berkembang menghadapi kekurangan modal dan pemupukan
modal dalam negeri terbatas, misalnya disebabkan:
Pendapatan masyarakat rendah, sehingga tidak memungkinkan adanya tabungan,
Dasar tarif pajak dan aparatur pemungutan pajak masih terbatas,
Kemampuan investasi modal perusahaan masih kurang.
Untuk mengurangi masalah ekonomi dalam bidang modal perlu ditempuh
strategi pembangunan yang bertujuan:
Memberikan pendidikan keterampilan secara masal dan terarah,
Industrialisasi untuk perluasan lapangan pekerjaan,
Peningkatan produksi barang dan jasa untuk konsumsi dalam negeri dan untuk ekspor
barang setengah jadi dan barang jadi,
Pembinaan permodalan bagi pengusaha golongan ekonomi lemah.
4. Faktor teknologi
Penggunaan teknologi memerlukan pertimbangan-pertimbangan, misalnya:
Labour intensive (Padat karya)
Teknologi intermediate atau teknologi Elektra.
Teknologi mutakhir atau technocratium.
5. Hubungan dengan ekonomi luar negeri
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh Negara-negara berkembang di bidang
hubungan ekonomi luar negeri adalah sebagai berikut:
Melebarnya jurang pemisah antara Negara maju dengan Negara berkembang, kerena
pertumbuhan ekonomi yang tidak sama.
Akibat perkembangan tersebut ialah berupa kemerosotan harga bahan ekspor tradisional
dan menurunkan hasil produksi Negara berkembang.
Makin tinggi kapasitas produksi dan volume ekspor Negara industri, makin mudah keadaan
tersebut dipengaruhi oleh perkembangan pasaran internasional.
Adanya pengelompokan Negara maju menjadi masyarakat ekonomi.
6. Prasarana atau infrastruktur
Prasarana merupakan segal sesuatu yang diperlukan untuk menunjang produksi
barang dan jasa. Prasarana adalah factor utama bagi pertumbuhan dan kelangsungan ekonomi
Negara. Usaha subversip dan infiltrasi baik dalam suasana damai, apalagi dalam keadaan
perang selalu menjadikan prasarana sebagai sasaran utama dari pihak lawan.
7. Faktor manajemen
Manajemen adalah tata cara mengelola perusahaan. Public administration adalah
manajemen atau tatacara perusahaan oleh aparatur Negara, sedangkan business managemen
adalah tatacara perusahaanoleh pihak swasta.
D. Pengaruh Ketahanan Nasional dalam Aspek Sosial Budaya
Yang disebut “sosial” di sini pada hakikatnya adalah pergaulan hidup dalam
bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, senasib, sepenanggungjawaban
dan soliadritas yang merupakan unsur pemersatu. Semetara “budaya” adalah sistem nilai
yang merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang menumbuhkan gagasan-gagasan
utama dan menjadi kekuatan pendukung dalam menggerakan kehidupan.
a. Struktur Sosial di Indonesia
Dalam masyarakat, manusia hidup secara berkelompok sesuai fungsi, peran dan profesinya.
Kehidupan masyarakat terstruktur berdasarkan peran dan fungsi masing-masing anggota.
b. Kondisi Budaya di Indonesia
a. Kebudayaan Daerah
Dalam setiap kebudayaan daerah terdapat nilai-nilai budaya yang tidak dapat dipengaruhi
oleh budaya asing, yang sering disebut sebagai local genius. Local genius ialah pangkal
segala kemampuan budaya daerah untuk menetralisir pengaruh negatif budaya asing.
b. Kebudayaan Nosional
Bersitat religious
Bersiiat kekeluargaan
Bersifat serba selaras
Bersifat kerakyatan
c. Integrasi Nasional
Komunikasi dan interaksi suku-suku bangsa yang mendiami bumi Nusantara ini pada tahun
1928 telah menghasilkan aspirasi bersama untuk hidup bersama sebagai satu bangsa di satu
tanah air. Aspirasi ini terwujud secara sah dan diakui oleh bangsa-bangsa lain di dunia
melalui Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Kenyataan sejarah menunjukkan
bahwa keanekaragaman budaya justru merupakan hikmah bagi bangsa Indonesia dan di masa
lalu telah mampu memunculkan faktor-faktor perekat persatuan atau inregrasi bangsa. Di
masa depan, upaya untuk melestarikan keberadaan faktor perekat persatuan bangsa, yaitu
keinginan dan semangat untuk hidup dan meraih cIta-cita bersama, akan menjadi tugas
seluruh warga bangsa.

d. Kebudayaan dan Alam Lingkungan


Sejak jaman dahulu, suku-suku bangsa yang mendiami kepulauan Nusantara ini
sudah terbiasa hidup dekat dengan alam, entah sebagai petani, peladaug atau pelaut. Namun
kedekatan ini terbatas hanya sampai pada pemanfaatan alam beserta kekayaannya dengan
pengetahuan yang terbatas. Pemanfaatan alam belum dibarengi dengan budaya untuk
melestarikan alam demi kepentingan masa depan. Kebiasaan untuk membuka hutan tanpa
pemikiran untuh penghijauan dan menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan limbah
manusia merupakan budaya yang tidak ramah terhadap lingkungan. Demi kepentingan masa
depan, budaya melestarikan alam harus ditumbuhan.
Bangsa Indonesia harus disadarkan bahwa mereka adalah bagian dari alam dan
mereka tidak boleh memanfaatkan alam tanpa batas. Apabila alam lingkungan rusak, manusia
Indonesia pun akan rusak.
c. Ketahanan Nasional pada Aspek Sosial Budaya
Ketahanan di bidang sosial budaya atau ketahanan sosial budaya diartikan sebagai
koudisi dinamis budaya bangsa Indonesia yang berisi keuletan, ketangguhan, dan
kemampuan untuk nengembangkan kekuatan nasional dalam mengahadapi dan mengatasi
segala tantangan ancaman, hambatan serta gangguan dari luar maupun dari dalam yang
langsung mauapun tidak langsung membahayakan kelangsungan kehidupan sosial budaya
bangasa dan negara Republik Indonesia.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kokohnya ketahanan sosial budaya
Suatu ketahanan sosial budaya pada hakekatnya diciptakan dan dibentuk serta
dipelihara oleh suatu kelompok masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi
dipertahankannya ketahan sosial budaya suatu masyarakat adalah:
1. Struktur Sosial
Struktur sosial atau pengelompokan masyarakat, dilakukan untuk memudahkan pelaksanaan
tugas-tugas dalam kemasyarakatan. Pengelompokkan dapat dilakukan berdasarkan status
sosial, kedudukan, dan bidang kerjanya. Dari Struktur sosial tersebut, maka fungsi masing-
masing dalam mewujudkan ketahan untuk tetap eksisnya suatu masyarakat akan lebih
terjamin. Ada dua kajian khusus dalam faktor Struktur tersebut, sebagaimana diungkapkan
oleh Jusdistira Garna ( 1999:54) yang mengarah kepada Struktur dan fungsi masyarakat.
Dengan demikian status sosial seseorang bukan hanya akan menempatkan dirinya pada
tingkat Struktur tertentu, akan tetapi ia akan mempunyai fungsi tetentu dalam lingkungan
masyarakat, yang dalam hal ini berfungsi dalam memperkuat ketahanan sosial masyarakat di
mana mereka berada.Begitu pula dengan kedudukan dan bidang kerja anggota sosial
masyarakat lainnya akan menentukan pula fungsinya dalam memperkuat ketahanan
sosialnya.
2. Pengawasan Sosial
Pengawasan sosial atau sosial kontrol, merupakan sistem dan prosedur yang mengatur
kegiatan dan tindak-tindakan anggota masyarakat. Dalam praktek kehidupan masyarakat
tertentu kontrol sosial ini dijadikan pula sebagai suatu sistem ilmu pengetahuan dan
pengalaman teknik empiris yang digunakan sebagai penangkal ATM (Ancaman Tantangan
Halangan) pada lingkungan sosialnya. Dalam kondisi tertentu juga bisa digunakan dalam
mengontrol sikap dan perilaku anggota masyarakat yang berkaitan dengan aspek kehidupan
beragama, idiologi, sitem hukum, yang berlaku/ dianut.
3. Media sosial
Media sosial atau perantara interelasi antar angggota masyarakat dalam upaya mewujudkan
ketahanan sosial bersama yang dilakukan oleh struktur sosial tertentu dalam kondisi yang
terintegrasi. Secara faktual media sosial juga dapat dipandang sebagai alat, materiil maupun
spritual yang mampu membentuk bahasa dan isyarat dalam rangka komunikasi antar anggota
masyarakat.
4. Standar Sosial
Standar sosial yaitu menunjukan kepada suatu ukuran dalam meneliti, menyeleksi sikap dan
cara hidup yang mengandung sistem nilai. Sistem nilai tersebut menyangkut kualitas suatu
obyek yang dipandang berguna dalam memanfaatkan cara untuk mencapai tujuan dalam
kehidupan bermasyarakat. Faktor-faktor tersebut secara bersama-sama akan dijalankan oleh
semua anggota masyarakat menurut struktur dan fungsinya masing- masing dalam rangka
membentuk kesatuan kebudayaan tertentu. Tidak menutup kemungkinan faktor- faktor di
atas, walaupun kedudukkannya bergeser fungsinya secara ganda menjadi fungsi dasar dalam
membentuk kebudayaan.

E. Pengaruh Ketahanan Nasional dalam Aspek Pertahanan dan Keamanan


a. Pokok-pokok Pengetahuaan Pertahanan dan Keamanan
Pertahanan dan keamanan Indonesia adalah kesemestaan daya upaya seluruh rakyat Indonesia
dalam mempertahankan dan mengamankan negara demi kelangsungan hidup bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuannya adalah untuk menciptakan keamanan bangsa dan negara dalam rangka me-
wujudkan Ketahanan Nasional Indonesia.
Ketahanan pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan
pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia yang mengandung keuletan, ketangguhan, dan
kemampuan dalam mengembangkan menghadapi dan mengatasi segala tantangan dan
hambatan yang datang dari luar maupun dari dalam, yang secara. langsung maupun tidak
langsung membahayakan identitas, integritas, dan kelangsungan hidup bangsa dan Negara
Kesatuan Iaepuhlik Indonesia.
b. Postur Kekuatan Pertahanan Dan Keamaman
Postur kekuatan Hankam mencakup struktur kekuatan, tingkat kemampuan, dan gelar
kekuatan. Terdapat empat pendekatan yang digunakan untuk membangun postur kekuatan
Hankam, yaitu pendekatan ancaman, misi, kewilayahan dan politik. Pembangunan Kekuatan
Hankam. Konsepi Hankam perlu mengacu pada konsep Wawasan Nusantara di mana
Hankam mengarah pada upaya pertahanan seluruh wilayah kedaulatan negara kesatuan RI
yang meliputi wilayah laut, udara, dan darat, termasuk pulau-pulau besar dan kecil.
Gejolak Dalam Negeri. Di dalam era globalisasi saat ini dan di masa mendatangf tidak
tertutup kemungkinan munculnya campur tangan asing dengan alasan menegakkan nilai-nilai
HAM, demokrasi, penegak hukum dan lingkungan hidup di balik kepentingan nasional
mereka.
Geopolitik ke arah Geoekonomi. Kondisi ini mengimplikasi-kan semakin canggihnya upaya
diplomasi guna mencapai tujuan politik dan ekonomi.
Perkembangan Lingkungan Strategis. Perkembangan ini mengisyaratkan bahwa pergeseran
geopolitik ke arah geoekonomi membawa perubahan dalam penerapan kebijaksanaan dan
strategis negara–negara di dunia dalam mewujudkan kepentingan nasional-nya masing-
masing. Penerapan cara-cara baru telah meningkatkan eskalasi konflik regional dan konflik
dalam negeri yang mendorong keterlibatan negara super power. Dalam menyikapi dinamika
perkembangan seeprti ini, kita perlu membangun postur kekuatan. Hankam yang dimiliki
profesionalisme yang tinggi untuk melaksanakan : pertama, kegiatan intel strategis dalam
semua aspek kehidupan nasional; kedua, upaya pertahanan darat laut dan udara; ketiga,
pemeliharaan dan penegakan keamanan dalam negeri secara berlanjut dalam semua aspek
kehidupan nasional; keempat, pembinaan potensi dan kekuatan wilayah dalam semua aspek.
kehidupan nasional untuk meningkatkan Tannas; serta kelima, pemeliharaan stabilitas
nasional dan Tannas secara menyeluruh dan berlanjut.
Mewujudkan Postur Kekuatan Hankam. Dengan mengacu pada negara-negara lain yang
hanya untuk melindungi diri sendiri dan tidak untuk kepentingan invasi, barangkali konsep
standing armed forces secara proposional dan seimbang perlu dikembangkan. Pengembangan
konsep dengan susunan kekuatan Hankamneg ini meliputi : pertama, perlawanan bersenjata
yang terdiri atas bala nyata yang dibina sebagai kekuatan-kekuatan TNI yang selalu siap dan
yang dibina sebagai kekuatan cadangan serta bala potensial, yaitu Polri dan Rapih yang
fungsinya adalah Wanra;, kedua, perlawanan tidak bersenjata yang terdiri atas Ratih yang
berfungsi sebagai Tibum, Linra, Kamra dan Linmas; ketiga komponen pendukung
perlawanan bersenjara dan tidak bersenjata sesuai bidang profesi masing-masing dengan
pemanfaatan semua sumber daya nasional, sarana, dan prasarana serta perlindungan
masyarakat terhadap bencana perang dan bencana lainnya.
c. Ketahanan Nasional pada Aspek Pertahanan dan Keamanan
Pertahanan dan Keamanan harus dapat mewujudkan kesiapsiagaan serta upaya bela negara,
yang berisi ketangguhan, kemampuan dan kekuatan melalui penyelengaraan Siskamnas
(Sishankamrata) untuk menjanlin kesinambungan Pembangunan Nasional dan kelangsungan
hidup bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
d. Keberhasilan Ketahanan Nasional Indonesia
Untuk mewujudkan keberhasilan Ketahanan Nasional, setiap warganegara Indonesia perlu :
1. Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk Perjuangan Non Fisik yang disertai
keuletan dan ketangguhan tanpa kenal menyerah dan mampu mengembang-kan kekuatan
nasional dalam rangka meng-hadapi segala tantangan, ancaman, hambatan dan ganguan yang
datang dari luar maupun dari dalam untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara serta pencapaian tujuan nasional.
2. Sadar dan peduli akan pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek ideologi, politik,
ekonomi, soasial budaya dan pertahanan keamanan sehingga setiap warga neraga Indonesia
dapat mengeliminir pengaruh tersebut.
e. Sistem pertahanan republik indonesia
Pertahanan NKRI merupakan masalah bangsa Indonesia yang akan dilakukan
dengan cara (Indonesia) sendiri (yang spesifik), dirancang dan dikembangkan sesuai dengan
kondisi obyektif bangsa dan negara Indonesia, pandangan hidup bangsa dan budaya bangsa.
1. Umum
Pertahanan NKRI merupakan masalah bangsa Indonesia yang akan dilakukan
dengan cara (Indonesia) sendiri (yang spesifik), dirancang dan dikembangkan sesuai dengan
kondisi obyektif bangsa dan negara Indonesia, pandangan hidup bangsa dan budaya bangsa.
Pertahanan Negara Indonesia merupakan instrumen dari politik nasional, terutama politik
keamanan nasional.
Perjuangan Bangsa Indonesia dalam merebut, mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan, memberikan pengalaman sejarah yang sangat berharga bagi bangsa Indone sia
dalam melaksanakan perjuangan selanjutnya. Pengalaman sejarah perjuangan tersebut
khususnya selama perang kemerdekaan telah mewujudkan tradisi yang selanjutnya menjadi
nilai penting sebagai dasar penyelenggaraan pertahanan dan keamanan untuk melindungi
segenap bangsa dari berbagai kemungkinan ancaman baik yang bersifat kasar (ancaman
militer) maupun yang halus (ancaman terhadap pemikiran dan persepsi). Salah satu nilai tadi
adalah "Perang Wilayah/Perang Rakyat Semesta" (Perata) yang dirumuskan dalam Seminar
Seskoad II pada Januari 1962 dan ditetapkan pada Agustus 1966 dalam Seminar AD II
sebagai Doktrin Perang Wilayah/Perang Rakyat Semesta.
Di era reformasi berdasarkan UUD RI 1945 (Amandemen) Bab III Pasal 10, 11,
12 dan Bab XII Pasal 30 telah ditetapkan UU No. 3 tahun 2002. Sishankamrata diubah
menjadi Sistem Pertahanan Semesta (Sishanta). Selanjutnya mengacu pada UU No. 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan dan UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI Doktrin Perjuangan TNI
ABRI Cadek diubah menjadi Doktrin TNI "Tri Dharma Eka Karma" (Tridek).
Beberapa isu lain yang sering dikemukakan para pemikir di bidang pertahanan
NKRI antara lain adalah:
Adanya kekhawatiran bahwa Komando Teritorial yang mendampingi Pemerintahan Sipil
akan digunakan tidak hanya untuk maksud penyelenggaraan pertahanan, tetapi juga sebagai
tumpuan untuk memperkuat pemerintahan yang berkuasa
Apakah Sishankamrata dapat diimplementasikan? Padahal dalam jangka panjang kondisi
TNI sebagai kekuatan inti Sishankamrata jumlah dan kualitas pasukannya yang dapat
dikatagorikan profesional serta anggaran latihan, sistem senjata yang tergolong modern masih
terbatas dan tidak memadai dihadapkan pada luasnya posisi-posisi strategis yang harus
dipertahankan di seluruh Nusantara.
Apakah Sishankamrata masih relevan untuk dipertahankan sebagai konsep pertahanan
NKRI? Atau diambil konsep lain seperti yang dikehendaki oleh mereka yang terobsesi oleh
sistem pertahanan negara asing (adikuasa).
Menghadapi berbagai isu tersebut, dewasa ini diperlukan kejelasan bagaimana kehendak
bangsa dalam menjalankan pertahanan negara.

2. Landasan Filosofis dan Landasan Hukum


Indonesia merupakan negara hukum, oleh sebab itu untuk memenuhi aspek
legalitas, sistem pertahanan keamanan yang merupakan bagian dari sistem pemerintahan
negara diselenggarakan berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Doktrin Hankamrata
sebagai strategi dari Hankamnas yang merupakan penjabaran dari Pancasila sebagai falsafah
bangsa adalah doktrin dasar yang digali, dikembangkan oleh TNI(AD) dari hasil
pengalamannya dalam memperjuangkan, merebut dan mengisi kemerdekaan NKRI yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebagai ajaran, asas, prinsip serta konsep
yang mendasar dan diyakini kebenarannya, berdasarkan hasil pemikiran terbaik, doktrin ini
mengalir dari pandangan hidup bangsa dan dikembangkan secara nalar dan dinamis dengan
pengalaman dan teori sehingga kebenarannya bersifat relatif hakiki dan berjangka panjang.
Oleh karena itu Doktrin Hankamrata harus menjiwai ketentuan perundang-undangan
penyelenggaraan pertahanan negara.
Di era reformasi ‘pesta-pora’ demokrasi yang kebablasan telah menghasilkan
berbagai ketentuan perundang-undangan di bidang Hankam yang mengalir dari Batang
Tubuh UUD 1945 yang sudah diamandemen sehingga mengandung pasal-pasal yang rawan
distorsi terhadap nilai-nilai dasar/falsafi yang terkandung dalam Pembukaannya. Di pihak
lain, doktrin dasar dan doktrin induk pertahanan dikembangkan dan dijabarkan oleh TNI
berdasarkan nilai-nilai yang mendasari jatidiri bangsa yang terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945. Sebagai akibatnya ruang gerak TNI dalam upayanya untuk
mengimplementasikan Hankamrata akan selalu terkendala oleh berbagai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku yang disusun berdasarkan nilai-nilai yang tidak sesuai
dengan jatidiri bangsa, terutama yang mengarah pada demokrasi liberal, individualisme dan
kapitalisme.
Ketentuan perundang-undangan di bidang Hankam yang diberlakukan di era
reformasi adalah:
UUD RI 1945 (Amandemen) BAB III Pasal 10, 11, 12 dan Bab XII Pasal 30
UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
UU No. 34 tahun 2004 tentang TNI
Keputusan Panglima TNI No. KEP/2/I/2007 tgl. 12 Januari 2007 tentang Tri Dharma Eka
Karma (Tridek).

3. Relevansi Sishankamrata Saat Ini


Beberapa contoh perang terkini yang menjadi bukti keberhasilan Sishanrata
antara lain adalah:
Serangan masif yang dilakukan oleh tentara AS yang dilakukan untuk menangkap
pemimpin pemberontak Somalia ternyata gagal, bahkan tentara AS yang unggul dalam
persenjataan dan profesionalisme itu harus ditarik mundur karena besarnya korban dan
kerugian yang dialami.
Pasukan AS tidak dapat mentuntaskan hasil serangannya ke Irak, bahkan korban besar terus
berjatuhan. Korban tentara AS yang tewas dalam perang Irak dewasa ini telah mendekati
angka 3000 orang sebagian besar justru terjadi setelah Saddam Hussein tertangkap. Bahkan
dewasa ini Pemerintah AS dibayangi kegagalan tujuan invasinya ke Irak karena
ketidaksanggupannya mengatasi kekacauan yang terus terjadi.
Meskipun pasukan NATO berhasil meruntuhkan pemerintahan Taliban di Afghanistan
namun sisa-sisa pasukan Taliban masih tetap aktif dan merupakan ancaman aktual bagi
pasukan NATO di Afganistan. Bahkan Afganistan berpotensi untuk perang saudara kembali
apabila pasukan NATO ditarik dari Afganistan.
Meskipun politis Rusia tetap menguasai Chechnya tetapi gangguan dari gerilyawan
Chechnya yang mengakibatkan korban-korban yang besar di pihak pasukan Rusia terus
terjadi.
Kekuatan bersenjata Palestina dari segi persenjataan dan profesionalisme militer (Sistek),
kalah jauh dari kekuatan bersenjata Israel, namun perlawanan rakyat semesta Palestina yang
berupa gerakan Intifada (Sissos) masih menyulitkan Israel dalam mengendalikan wilayah
Palestina di West Bank dan Gaza Strip. Di samping korban fisik, dari aspek ekonomi,
gerakan intifada yang berupa ketidakpatuhan masyarakat terhadap hukum penjajah,
pemogokan umum, grafitti, barikade di jalanan, dan pelemparan batu dalam demonstrasi oleh
para pemuda serta boikot terhadap industri mikro, industri jasa dan pariwisata telah
menimbulkan kerugian dalam jumlah yang besar di pihak Israel.
Contoh-contoh tersebut di atas membuktikan bahwa keunggulan persenjataan
dan profesionalisme bukan satu-satunya faktor penentu kemenangan. Pengalaman
menunjukkan bahwa ternyata keunggulan teknologi persenjataan dan profesionalisme dapat
diimbangi oleh strategi perlawanan rakyat semesta yang dilengkapi dengan patriotisme, daya
juang dan semangat tidak mengenal menyerah serta taktik dan strategi yang tepat dan cerdik.
Menghadapi kenyataan tersebut di atas, bagi Indonesia yang dalam jangka pendek masih
belum mampu mengembangkan sistek yang modern mengungguli negara-negara adidaya,
bahkan negara-negara jiran, doktrin Hankamrata bukan hanya relevan, tetapi telah diyakini
oleh TNI kebenarannya.

Sishankamrata erat kaitannya dengan jatidiri TNI sebagai kekuatan


utama. Bahwa pengalaman TNI dengan ke-khas-an jatidirinya dalam merebut,
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan secara bersamaan telah melahirkan suatu sistem
pertahanan yang sesuai dengan kondisi geografi, demografi dan budaya bangsa Indonesia
yang dikenal dengan Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Hankamrata). Dengan demikian
maka pada dasarnya antara jatidiri TNI dengan doktrin Hankamrata terdapat kaitan timbal
balik yang erat, karena doktrin Hankamrata disusun dengan memperhatikan jatidiri TNI
sebagai komponen utama sistem, dan sebaliknya keberhasilan doktrin Hankamrata tergantung
kepada kadar komitmen TNI terhadap jatidirinya sebagai tentara rakyat, tentara pejuang,
tentara nasional dan tentara profesional.

Oleh sebab itu maka Sishankamrata yang dilaksanakan melalui Sistem Perang
Berlarut yang mengkombinasikan penggunaan Sistem Senjata Teknologi (Sistek) didukung
oleh sikap politik seluruh rakyat yang anti agressor sebagai Sissos, diyakini mempunyai
prospek untuk dapat digunakan menghadapi musuh yang kuat yang berhasil menduduki
bagian-bagian tertentu dari wilayah darat NKRI.

http://pamungkas67.blogspot.co.id/2014/02/makalah-ketahanan-nasional.html

Rabu,29 September 2016


2.B. Pengertian Ketahanan Nasional Indonesia

Ketahanan Nasional pastinya mempunyai rumusan dengan pengertian yang baku dalam
upayanya menghadapi dinamika perkembangan dunia dari masa ke masa. Kepastian
itu menjadi keharusan karena dipakai sebagai titik dasar atau titik tolak untuk gerak
implemetasi/penerapan di dalam hidup dan kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.
Pengertian baku Ketahanan Nasional bangsa Indonesia adalah kondisi dinamik
bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan
gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam untuk menjamin identitas ,
integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan
nasionalnya.
Ketahanan nasional hanya dapat terwujud kalau meliputi seluruh segi kehidupan
bangsa yang biasanya kita namakan aspek social kehidupan, meliputi Ideologi, Politik,
Ekonomi, Sosial, Budaya dan Hankam. Juga meliputi aspek alam, yaitu Geografi, Penduduk
dan Kekayaan Alam. Di lingkungan Lembaga Ketahanan Nasioanal seluruh segi kehidupan
bangsa dinamakan Astra Gatra, terdiri dari Panca Gatra (social) dan Tri Gatra (Alam).
Seluruhnya itu harus selalu diusahakan untuk memberikan peranannya dalam perwujudan
Kesejahteraan dan Keamanan.
Oleh karena itu, Ketahanan Nasional adalah kondisi hidup dan kehidupan nasional
yang harus senantiasa diwujudkan dan dibina secara terus-menerus serta sinergik. Hal
demikian itu, dimulai dari lingkungan terkecil yaitu diri pribadi, keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara dengan modal dasar keuletan dan ketangguhan yang mampu
mengembangkan kekuatan nasional. Proses berkelanjutan itu harus selalu didasari oleh
pemikiran geopolitik dan geostrategi sebagai sebuah konsepsi yang dirancang dan
dirumuskan dengan memperhatikan konstelasi yang ada disekitar Indonesia.
Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional
melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi
dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh, menyeluruh dan terpadu
berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara. Dengan kata lain, konsepsi
Ketahanan Nasional Indonesia merupakan pedoman (sarana) untuk meningkatkan (metode)
keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional, dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan.
Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam
menumbuhkembangkan nilai-nilai nasionalnya, demi sebesar-besar kemakmuran yang adil
dan merata, rohaniah dan jasmaniah. Sementara itu, keamanan adalah kemampuan bangsa
dan negara untuk melindungi nilai-nilai nasionalnya terhadap ancaman dari luar maupun dari
dalam.
Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang
mengandung kemampuan mengambangkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasional.
Hakikat konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia adalah pengaturan dan
penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara seimbang , serasi dan selaras dalam
aspek hidup dan kehidupan nasional.
Salah satu pengaruh yang dapat mengancam ketahanan nasional yaitu kekayaan alam
seperti sumber daya energi. Bila kita mencermati kelangkaan energi yang terjadi saat ini
dapat menjadi sebuah ancaman yang serius bagi Negara kesatuan republik Indonesia di masa
yang akan datang. Dikatakan demikian karena hal tersebut akan dapat mengganggu jalannya
pembangunan Nasional yang berkelanjutan dan pada akhirnya nanti mengancam ketahanan
nasional.Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, tujuan
pembangunan Nasional adalah: Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan.
Keamanan nasional yang mendukung suasana kondusif dalam mewujudkan tujuan
pembangunan nasional sangat diperlukan, dimana sistem keamanan nasional meliputi
keamanan individu,kebebasan,jiwa dan harta individu dan keluarganya; keamanan publik
yang berkaitan dengan pemeliharaan keamanan penyelenggaraan pemerintah
Negara,pelayanan dan pengayoman terhadap rakyat dan masyarakat; keamanan internal yang
menyangkut pemeliharaan keamanan dalam negeri meliputi seluruh perikehidupan rakyat,
masyarakat, bangsa dan Negara; pertahanan nasional yang meliputi pemeliharaan keamanan
kemerdekaan bangsa, kedaulatan Negara, keutuhan wilayah Negara dan keamanan vital
national interest pada umumnya.
Pada masa akhir pemerintahan presiden Suharto Mei 1998 dimana stabilitas politik
dan ekonomi di dalam negeri yang sempat terganggu yang di akibatkan antara lain karena
kasus kelangkaan BBM (Bahan bakar minyak),mungkin dapat terulang kembali kepada masa
pemerintahan SBY dengan diperlihatkan tanda-tanda berupa kecemasan para pelaku ekonomi
akan prospek perekonomian Indonesia di masa yang akan datang akibat naiknya harga
minyak dunia; kepastian penanganan kasus-kasus hukum; kondisi politik dan keamanan
dalam Negara; sehingga mulai munculnya keraguan sebagian masyarakat terhadap kinerja
lembaga-lembaga pemerintahan atau kemampuan pemerintah SBY mengantisipasi kondisi
yang ada ini.
Hal lain yang perlu juga mendapat perhatian dalam mewujudkan tujuan pembangunan
Nasional adalah Lingkungan hidup. Dalam era globalisasi dan pengalaman buruk yang terjadi
seperti “efek rumah kaca” akibat pembakaran yang melepaskan karbon dioksida(CO2)
menipisnya lapisan ozon akibat gas CFC (clorofluorocarbon) yang terlepas ke udara,
terlepasnya logam berat pada penambangan emas, dan ion-ion menyebabkan kita harus lebih
sadar akan resiko yang membbahayakan kelangsungan kehidupan di bumi ini. Lebih-lebih
lagi,kecepatan berlangsungnya perubahan dalam penggunaan sumber daya meninggalkan
sedikit waktu untuk mengantisipasi dan mencegah dampak yang tidak diharapkan.
2.2 Asas-Asas Ketahanan Nasional Indonesia

Asas Ketahanan Nasional Indonesia adalah tata laku yang didasari nilai-nilai yang tersusun
berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nasional yang terdiri dari :
1. Asas Kesejahteraan dan Keamanan

Kesejahteraan dan keamanan dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dan
merupakan kebutuhan manusia yang mendasar dan esensial, baik sebagai perorangan maupun
kelompok dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan demikian
kesejahteraan dan keamanan merupakan asas dalam sistem kehidupan nasional dan
merupakan nilai intrinsik yang ada padanya. Dalam realisasinya kondisi kesejahteraan dan
keamanan dapat dicapai dengan menitikberatkan pada kesejahteraan tetapi tidak
mengabaikan keamanan. Sebaliknya memberikan prioritas pada keamanan tidak boleh
mengabaikan kesejahteraan. Oleh karena itu, keduanya harus selalu ada, berdampingan pada
kondisi apapun sebab keduanya merupakan salah satu parameter tingkat ketahanan nasional
sebuah bangsa dan negara.
2. Asas komprehensif intergral atau menyeluruh terpadu

Sistem kehidupan nasional mencakup segenap aspek kehidupan bangsa secara utuh
menyeluruh dan terpadu dalam bentuk perwujudan persatuan dan perpaduan yang seimbang,
serasi dan selaras dari seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dengan demikian, ketahanan nasional mencakup ketahanan segenap aspek kehidupan bangsa
secara utuh, menyeluruh dan terpadu (komprehensif integral)
3. Asas mawas ke dalam dan mawas ke luar

Sistem kehidupan nasional merupakan perpaduan segenap aspek kehidupan bangsa yang
saling berinteraksi. Disamping itu, sistem kehidupan nasional juga berinteraksi dengan
lingkungan sekelilingnya. Dalam prosesnya dapat timbul berbagai dampak baik yang bersifat
positif maupun negatif. Untuk itu diperlukan sikap mawas ke dalam dan ke luar.
4. Asas kekeluargaan

Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, kesamaan, gotong-


royong, tenggang rasa dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dalam asas ini diakui adanya perbedaan yang harus dikembangkan secara serasi
dalam hubungan kemitraan serta dijaga agar tidak berkembang menjadi konflik yang bersifat
antagonistik yang saling menghancurkan.
2.3 Sifat Ketahanan Nasional Indonesia

Ketahanan nasional memiliki sifat yang terbentuk dari nilai-nilai yang terkandung dalam
landasan dan asas-asasnya, yaitu :
1. Mandiri
Ketahanan nasional bersifat percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dengan
keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu
pada identitas , integritas dan kepribadian bangsa. Kemandirian (independent) ini merupakan
prasyarat untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dalam perkembangan global
(interdependent).
2. Dinamis
Ketahanan nasional tidaklah tetap melainkan dapat meningkat dan atau menurun
tergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara serta kondisi lingkungan strategisnya.
Hal ini sesuai dengan hakikat dan pengertian bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa
berubah dan perubahan itu senantiasa berubah pula. Oleh karena itu, upaya peningkatan
ketahanan nasional harus selalu diorientasikan ke masa depan dan dinamikanya diarahkan
untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih baik
3. Wibawa
Keberhasilan pembinaan ketahanan nasional Indonesia secara berlanjut dan
berkesinambungan akan meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa yang dapat
menjadi faktor yang diperhatikan pihak lain. Makin tinggi tingkat ketahanan nasional
Indonesia makin tinggi pula nilai kewibawaan nasonal yang berarti makin tinggi tingkat
daya tangkal yang dimiliki bangsa dan negara Indoesia.
4. Konsultasi dan kerjasama
Konsepsi ketahanan nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan
antagonistis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata tetapi lebih pada sikap
konsultatif dan kerjasama serta saling menghargai dengan mengandalkan pada kekuatan
moral dan kepribadian bangsa.
2.4 Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional Pada Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Berdasarkan rumusan pengertian ketahanan nasional dan kondisi kehidupan nasional


Indonesia sesungguhnya ketahanan nasional merupakan gambaran dari kondisi sistem (tata)
kehidupan nasional dalam berbagai aspek pada saat tertentu. Tiap aspek didalam tata
kehidupan nasional relatif berubah menurut waktu, ruang dan lingkungan terutama pada
aspek-aspek dinamis sehingga interaksinya menciptakan kondisi umum yang amat sulit
dipantau, karena sangat kompleks. Dalam rangka pemahaman dan pembinaan tata kehidupan
nasional itu diperlukan penyederhanaan tertentu dari berbagai aspek kehidupan nasional
dalam bentuk model yang merupakan hasil pemetaan dari keadaan nyata, melalui suatu
kesepakatan dari hasil analisa mendalam yang dilandasi teori hubungan antara manusia
dengan Tuhan, dengan manusia/masyarakat dan dengan lingkungan.
Berdasarkan pemahaman tentang hubungan tersebut diperoleh gambaran bahwa
konsepsi ketahanan nasional akan menyangkut hubungan antar aspek yang mendukung
kehidupan yaitu :
1. aspek yang berkaitan dengan alamiah bersifat statis meliputi aspek geografi, kependudukan,
dan sumber daya alam
2. aspek yang berkaitan dengan sosial bersifat dinamis meliputi aspek ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan hankam.
1. Pengaruh Aspek Ideologi
Ideologi adalah suatu sistem nilai yang merupakan kebulatan ajaran yang memberikan
motivasi. Dalam ideologi juga terkandung konsep dasar tentang kehidupan yang dicita-
citakan oleh suatu bangsa. Keampuhan suatu ideologi tergantung kepada rangkaian nilai
yang dikandungnya yang dapat memenuhi serta menjamin segala aspirasi hidup dan
kehidupan manusia baik sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat. Secara
teori suatu ideologi bersumber dari suatu aliran pikiran/falsafah dan merupakan pelaksanaan
dari sistem falsafah itu sendiri.
Ideologi besar yang ada di dunia adalah :
a. Liberalisme
Aliran pikiran perseorangan atau individualistik. Aliran pikiran ini mengajarkan bahwa
negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak semua orang
(individu) dalam masyarakat itu (kontrak sosial). Menurut aliran ini, kepentingan harkat dan
martabat manusia (individu) dijunjung tinggi sehingga masyarakat tiada lebih dari jumlah
para anggotanya saja tanpa ikatan nilai tersendiri. Hak dan kebebasan orang seorang dibatasi
hanya oleh hak yang sama yang dimiliki orang lain bukan oleh kepentingan mastarakat
seluruhnya.
Liberalisme bertitik tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia sejak lahir dan tdak
dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk penguasa, terkecuali atas persetujuan yang
bersangkutan. Faham ini mempunyai nilai-nilai dasar (intrinsik) yaitu kebebasan dan
kepentingan pribadi yang menuntut kebebasan individu secara mutlak yaitu kebebasan
mengejar kebahagiaan hidup ditengah-tangah kekayaan materiil yang melimpah dan dicapai
dengan bebas. Faham ini juga selalu mengaitkan aliran pikirannya dengan hak asasi manusia
yang menarik minat/daya tarik yang kuat untuk kalangan masyarakat tertentu. Aliran ini
diajarkan oleh Thomas Hobbes, John Locke, Jean Jaques Rousseau, Herbert Spencer dan
Harold J.Laski.
b. Komunisme
Aliran pikiran teori golongan (class theory) yang diajarkan oleh Karl Marx, Engels, Lenin.
Bermula merupakan kritikan Marx terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat pada awal
revolusi industri. Aliran ini beranggapan bahwa negara adalah susunan golongan (kelas)
untuk menindas kelas lain. Kelas atau golongan ekonomi kuat menidas ekonomi lemah.
Golongan borjuis menindas golongan proletar (kaum buruh). Oleh karena itu, Marx
menganjurkan agar kaum buruh mengadakan revolusi politik untuk merebut kekuasaan
negara dari kaum golongan kaya kapitalis dan borjuis agar kaum buruh dapat ganti berkuasa
dan mengatur negara. Aliran ini erat hubungannya dengan aliran material dialiktis atau
materialistik. Aliran ini juga menonjolkan adanya kelas/penggolongan, pertentangan amtar
golongan, konflik dan jalan kekerasan/revolusi dan perebutan kekuasaan negara.
Pikiran-pikiran Karl Marx tentang sosial, ekonomi, politik yang kemudian
disistematisasikan oleh Frederick Engels ditambah dengan pikiran Lenin terutama dalam
pengorganisasian, dan operasionalisasinya menjadi landasan dari paham komunisme. Sesuai
dengan aliran pikiran yang melandasi komunisme maka dalam upaya merebut kekuasaan
ataupun mempertahankan kekuasaannya maka komunisme akan :

1. menciptakan situasi konflik untuk mengadu golongan-golongan tertentu serta menghalalkan


segala cara untuk mencapai tujuan
2. ajaran komunisme adalah atheis dan didasarkan pada kebendaan (materialistis) dan tidak
percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, bahkan agama dinyatakan sebagai racun bagi
kehidupan masyarakat.
3. Masyarakat komunis bercorak internasional. Masyarakat yang dicita-citakan komunis adalah
masyarakat komunis dunia yang tidak dibatasi oleh kesadaran nasional. Hal ini tercermin
dalam seruan Marx yang terkenal “kaum buruh di seluruh dunia bersatulah !”. Komunisme
menghendaki masyarakat tanpa nasionalisme.
4. Masyarakat komunis yang dicita-citakan adalah masyarakat tanpa kelas. Masyarakat tanpa
kelas dianggap masyarakat yang dapat memberikan suasana hidup yang aman dan tenteram,
tidak ada pertentangan, tidak adanya hak milik pribadi atas alat produksi dan hapusnya
pembagian kerja.
Perombakan masyarakat hanya dapat dilaksanakan melalui jalan revolusi. Setelah revolusi
berhasil maka kaum proletar akan memegang tampuk pimpinan kekuasaan negara dan
menjalankan pemerintahan secara ditaktur mutlak (diktator proletariat).
c. Faham Agama
Ideologi bersumber pada falsafah agama yang termuat dalam kitab suci agama.
Negara membina kehidupan keagamaan umat dengan sifat spiritual religius. Dalam bentuk
lain negara melaksanakan hukum/ketentuan agama dalam kehidupan dunia, negara
berdasarkan agama.
d. Ideologi Pancasila
Pancasila merupakan tatanan nilai yang digali/dikristalisasikan dari nilai-nilai dasar
budaya bangsa Indonesia yang sudah sejak ratusan tahun lalu tumbuh berkembang dalam
masyarakat di Indonesia. Kelima sila Pancasila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh
sehingga pemahaman dan pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung
didalamnya.

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung arti spiritual, memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada semua pemeluk agama dan penganut kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa untuk berkembang di Indonesia. Nilai ini berfungsi sebagai kekuatan
mental spiritual dan landasan etik dalam ketahanan nasional, dengan demikian atheisme tidak
berhak hidup di bumi Indonesia dalam kerukunan dan kedamaian hidup beragama.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, mengandung nilai sama derajat, sama kewajiban
dan hak, cinta-mencintai, hormat-menghormati, keberanian membela kebenaran dan keadilan,
toleransi dan nilai gotong royong.
3. Sila Persatuan Indonesia, mengandung arti bahwa pluralisme masyarakat Indonesia memiliki
nilai persatuan bangsa dan kesatuan wilayah yang merupakan faktor pengikat, dan menjamin
keutuhan nasional atas dasar Bhineka Tunggal Ika. Nilai ini menempatkan kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan, sebaliknya
kepentingan pribadi dan golongan diserasikan dalam rangka kepentingan bangsa dan negara.
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, mengandung nilai kedaulatan berada di tangan rakyat
(demokrasi) yang dijelmakan oleh persatuan nasional yang riil dan wajar. Nilai ini
mengutamakan kepentingan negara dan bangsa dengan tetap menghargai kepentingan pribadi
dan golongan, musyawarah untuk mufakat dan menjunjung tunggi harkat dan martabat serta
nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, mengandung nilai sikap adil, menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak orang dan sikap gotong
royong,dalam suasana kekeluargaan, suka memberi pertolongan kepada orang, suka bekerja
keras dan bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

a. Ketahanan Pada Aspek Ideologi

Ketahanan ideologi diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan ideologi bangsa


Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan
gangguan dari luar negeri maupun dari dalam negeri, yang langsung maupun tidak langsung
dalam rangka menjamin kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara Republik
Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan kondisi mental bangsa yang berlandaskan pada
keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara serta
pengamalannya yang konsisten dan berlanjut.
Pancasila merupakan ideologi nasional, dasar negara, sumber hukum dan pandangan
hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, untuk mencapai ketahanan ideologi maka
diperlukan aplikasi nyata Pancasila secara murni dan konsekuen baik objektif maupun
subjektif. Pelaksanaan objektif adalah bagaimana pelaksanaan nilai-nilai yang terkandung
dalam ideologi tersurat atau paling tidak tersirat dalam UUD 1945 dan segala
peraturan perundang-undangan dubawahnya, serta segala kegiatan penyelenggaraan negara.
Pelaksanaan subjektif adalah bagaimana nilai-nilai tersebut dilaksanakan oleh pribadi
masing-masing dalam kehidupan sehari-hari secara pribadi, anggota masyarakat dan negara.
Pancasila mengandung sifat idealistik, realistik dan fleksibilitas sehingga terbuka terhadap
perkembangan yang terjadi sesuai realitas perkembangan kehidupan tetapi sesuai dengan
idealisme yang terkandung didalamnya.
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia terdapat dalam Alinea IV
Pembukaan UUD 1945, Pancasila sebagai ideologi nasional diatur dalam Ketetapan MPR RI
No.:XVIII/MPR/1998. Pancasila sebagai pandangan hidup dan sumber hukum diatur dalam
Tap. MPRS RI No.: XX/MPRS1966 jo. Tap. MPR RI No.:IX/MPR/1976.
b. Pembinaan Ketahanan Ideologi
Untuk memperkuat ketahanan ideologi diperlukan langkah pembinaan sebagai berikut :
A. Pengamalan Pancasila secara objektif dan subjektif ditumbuhkembangkan secara konsisten
B. Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu teru direlevansikan dan diaktualisasikan nilai
instrumentalnya agar tetap mampu membimbing dan mengarahkan kehidupan dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, selaras dengan peradaban dunia yang berubah
dengan cepat tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia.
C. Sesanti Bhineka Tunggal Ika dan konsep Wawasan Nusantara bersumber dari Pancasila
harus terus dikembangkan dan ditanamkan di masyarakat yang majemuk sebagai
upaya untuk selalu menjaga persatuan bangsa dan kesatuan wilayah serta moralitas yang
loyal utuh dan bangga terhadap bangsa dan negara. Di samping itu perlu dituntut sikap yang
wajar dari anggota masyarakat dan pemerintah terhadap adanya keanekaragaman. Untuk
itu setiap anggota masyarakat dan pemerintah memberikan penghormatan dan penghargaan
yang wajar terhadap kebhinekaan.
D. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia harus
dihayati dan diamalkan secara nyata untuk menjaga kelestarian dan keampuhannya demi
terwujudnya tujuan nasional serta cita-cita bangsa Indonesia, khususnya oleh setiap
penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan serta
setiap warga negara Indonesia. Dalam hal ini teladan para pemimpin penyelenggara negara
dan tokoh-tokoh masyarakat merupakan hal yang sangat mendasar.
E. Pembangunan sebagai pengamalan Pancasila harus menunjukkan keseimbangan fisik
material dengan pembangunan mental spiritual untuk menghindari tumbuhnya materialisme
dan sekulerisme. Dengan memperhatikan kondisi geografi Indonesia, maka strategi
pembangunan harus adil dan merata di seluruh wilayah untuk memupuk rasa persatuan
bangsa dan kesatuan wilayah.
F. Pendidikan Moral Pancasila ditanamkan pada diri anak didik dengan cara
mengintegrasikannya dalam mata pelajaran lain, juga diberikan kepada masyarakat.
2. Pengaruh Aspek Politik

Politik berasal dari kata politics dan atau policy artinya berbicara politik akan
mengandung makna kekuasaan (pemerintahan) atau juga kebijaksanaan. Pemahaman itu
berlaku di Indonesia dengan tidak memisahkan antara politics dan policy sehingga kita
menganut satu paham yaitu politik.
Hubungan tersebut tercermin dalam fungsi pemerintahan negara sebagai penentu
kebijaksanaan serta aspirasi dan tuntutan masyarakat sebagai tujuan yang ingin diwujudkan
sehingga kebijaksanaan pemerintahan negara itu haruslah serasi dan selaras dengan keinginan
dan aspirasi masyarakat.
Politics di Indonesia harus dapat dilihat dalam konteks Ketahanan Nasional ini yang
meliputi dua bagian utama yaitu politik dalam negeri dan politik luar negeri.
1. Politik Dalam Negeri
Politik dalam negeri adalah kehidupan politik dan kenegaraan berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 yang mampu menyerap aspirasi dan dapat mendorong partisipasi masyarakat
dalam satu sistem, yang unsur-unsurnya terdiri dari :

a. Struktur Politik. Merupakan wadah penyaluran pengambilan berupa kepentingan


masyarakat dan sekaligus wadah dalam menjaring/pengkaderan pimpinan nasional.
b. Proses Politik. Merupakan suatu rangkaian pengambilan keputusan tentang berbagai
kepentingan politik maupun kepentingan umum yang bersifat nasional dan penentuan
dalam pemilihan kepemimpinan, yang puncaknya terselenggara dalam pemilu.
c. Budaya Politik. Merupakan pencerminan dari aktualisasi hak dan kewajiban rakyat
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dilaksanakan secara
sadar dan rasional baik melalui pendidikan politik maupun kegiatan-kegiatan politik
yang sesuai dengan disiplin nasional.

d. Komunikasi Politik. Merupakan suatu hubungan timbal balik antar berbagai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara baik rakyat sebagai sumber aspirasi maupun sumber
pimpinan-pimpinan nasional.
2. Politik Luar Negeri
Politik luar negeri adalah salah satu sarana pencapaian kepentingan nasional dalam
pergaulan antar bangsa. Politik luar negeri Indonesia berlandaskan pada Pembukaan UUD
1945 yakni melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial serta anti penjajahan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan
dan perikeadilan.
Politik luar negari merupakan proyeksi kepentingan nasional kedalam kehidupan
antar bangsa. Dijiwai oleh falsafah negara Pancasila sebagai tuntutan moral dan etika, politik
luar negeri Indonesia diabadikan kepada kepentingan nasional terutama untuk pembangunan
nasional. Dengan demikian politik luar negeri merupakan bagian intergral dari strategi
nasional dan secara keseluruhan merupakan salah satu sarana pencapaian tujuan nasional.
Politik luar negeri Indonesia adalah bebas dan aktif. Bebas dalam pengertian bahwa
Indonesia tidak memihak kepada kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa. Aktif dalam pengertian tidak bersifat reaktif dan tidak menjadi objek
percaturan internasional, tetapi berperan serta atas dasar cita-cita bangsa yang tercermin
dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. heterogenitas kepentingan bangsa-bangsa di
dunia maka politik luar negeri harus bersifat kenyal dalam arti bersikap moderat dalam hal
yang kurang prinsipil maupun tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar seperti yang
ditentukan dalam Pembukaan UUD 1945. Dinamika perubahan-perubahan hubungan antar
bangsa yang cepat dan tidak menentu di dunia maka dibutuhkan kelincahan dalam
arti kemampuan penyesuaian yang tinggi dan cepat untuk menanggapi dan menghadapinya
demi kepentingan nasional.

 · Ketahanan Pada Aspek Politik

Ketahanan pada aspek politik diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan politik
bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi tantangan, gangguan,
ancaman dan hambatan yang datang dari luar maupun dari dalam negeri yang langsung
maupun tidak langsung untuk menjamin kelangsungan hidup politik bangsa dan negara
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.
a. Ketahanan Pada Aspek Politik Dalam Negeri
1. Sistem pemerintahan yang berdasarkan hukum, tidak berdasarkan kekuasaan yang bersifat
absolut, kedaulatan ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR sebagai penjelmaan
seluruh rakyat
2. Mekanisme politik yang memungkinkan adanya perbedaan pendapat, namun perbedaaan itu
tidak menyangkut nilai dasar sehingga tidak antagonistis yang dapat menjurus pada konflik
fisik. Disamping itu harus dicegah timbulnya diktator mayoritas dan tirani minoritas.
3. Kepemimpinan nasional mampu mengakomodasikan aspirasi yang hidup dalam masyarakat,
dengan tetap dalam lingkup Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara.
4. Terjalin komunikasi dua arah antara pemerintah dengan masyarakat dan antar
kelompok/golongan dalam masyarakat dalam rangka mencapai tujuan nasional dan
kepentingan nasional.
b. Ketahanan Pada Aspek Politik Luar Negeri

1) Hubungan luar negeri ditujukan untuk lebih meningkatkan kerjasama internasional di


berbagai bidang atas dasar saling menguntungkan, meningkatkan citra positif Indonesia di
luar negeri, memantapkan persatuan bangsa dan keutuhan NKRI.
2) Politik luar negeri terus dikembangkan menurut prioritas dalam rangka meningkatkan
persahabatan dan kerjasama antar negara berkembang dan atau dengan negara maju sesuai
dengan kemampuan dan demi kepentingan nasional. Peranan Indonesia dalam membina dan
mempererat persahabatan dan kerjasama antar bangsa yang saling menguntungkan perlu terus
diperluas dan ditingkatkan.
3) Citra positif Indonesia terus ditingkatkan dan diperluas antara lain melalui promosi,
peningkatan diplomasi dan lobi internasional, pertukaran pemuda, pelajar dan mahasiswa
serta kegiatan olah raga.
4) Perkembangan, perubahan dan gejolak dunia terus diikuti dan dikaji denga seksama
agar secara dini dapat diperkirakan terjadinya dampak negatif yang dapat mempengaruhi
stabitlitas nasional serta menghambat kelancaran pembangunan dan pencapaian tujuan
nasional
5) Langkah bersama negara berkembang untuk memperkecil ketimpangan dan ketidakadilan
dengan negara industri maju perlu ditingkatkan dengan melaksanakan perjanjian
perdagangan internasioal serta kerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan internasional.
6) Perjuangan mewujudkan tatanan dunia baru dan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial melalui penggalangan dan pemupukan
solidaritas dan kesamaan sikap serta kerjasama internasional dengan memanfaatkan berbagai
forum regional dan global.
7) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia perlu dilaksanakan dengan pembenahan secara
menyeluruh terhadap sistem pendidikan, pelatihan dan penyuluhan calon diplomat agar dapat
menjawab tantangan tugas yang dihadapinya. Disamping itu, perlu ditingkatkan aspek-aspek
kelembagaan dan sarana penunjang lainnya
8) Perjuangan bangsa Indoesia di dunia yang menyangkut kepentingan nasional seperti
melindungi kepentingan Indonesia dari kegiatan diplomasi negatif negara lain dan hak-hak
warga negara Indonesia di luar negeri perlu ditingkatkan.
3. Pengaruh Pada Aspek Ekonomi

Perekonomian adalah salah satu aspek kehidupan nasional yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat , meliputi produksi, distribusi serta konsumsi barang
dan jasa. Usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara individu maupun
kelompok serta cara-cara yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi
kebutuhan.
Sistem perekonomian yang dianut oleh suatu negara akan memberi corak dan warna
terhadap kehidupan perekonomian dari negara itu. Sistem perekonomian liberal dengan
orientasi pasar secara murni akan sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh yang datang dari
luar. Di sisi lain, sistem perekonomian sosialis dengan sifat perencanaan dan pengendalian
penuh oleh pemerintah, kurang peka terhadap pengaruh dari luar. Kini tidak ada lagi sistem
perekonomian liberal murni dan atau sistem perekonomian sosialis murni karena keduanya
sudah saling melengkapi dengan beberapa modifikasi didalamnya.
Sistem perekonomian yang dianut oleh bangsa Indonesia mengacu kepada pasal 33
UUD 1945. Didalamnya menjelaskan bahwa sistem perekonomian adalah usaha bersama
berarti setiap warga negara mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam menjalankan
roda perekonomian dengan tujuan untuk mensejahterakan bangsa. Dengan demikian,
perekonomian tidak hanya dijalankan oleh pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk
kegiatan badan-badan usaha negara, namun masyarakat dapat turut serta dalam kegiatan
perekonomian dalam bentuk usaha-usaha swasta yang sangat luas bidang usahanya. Koperasi
adalah salah satu bentuk usaha yang mungkin untuk dikembangkan yaitu suatu bentuk usaha
yang dilaksanakan atas dasar kekeluargaan. Di dalam perekonomian Indonesia tidak dikenal
adanya usaha monopoli dan monopsoni baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.
Secara makro sistem perkonomian Indonesia dengan menggunakan terminologi
nasional dapat disebut sebagai sistem perekonian kerakyatan. Merujuk pasal 33 UUD 1945
maka kemakmuran yang dituju adalah kemakmuran rakyat Indonesia seluruhnya, termasuk
mereka yang ada di pulau-pulau terpencil dan puncak-puncak gunung melalu pemanfaatan
sumber-sumber kekayaan alam yang ada.
Era globalisasi menuntut negara untuk senantiasa mewaspadai dan tidak mungkin
menutup diri dari perkembangan dan perubahan sistem ekonomi yang mengglobal pula. Oleh
karena itu, negara harus mampu mengintegrasi ekonomi nasional dengan ekonomi global
secara adaptif dan dinamis sehingga diperoleh hasil optimal bagi kepentingan nasional dan
tujuan nasional.

 · Ketahanan Pada Aspek Ekonomi

Ketahanan ekonomi diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan perekonomian


bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi serta mengatasi segala ancaman,
gangguan, hambatan dan tantangan yang datang dari luar maupun dari dalam negeri baik
yang langsung maupun tidak langsung untuk menjamin kelangsungan hidup
pereokonomian bangsa dan negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
Wujud ketahanan ekonomi tercermin dalam kondisi kehidupan perekonomian bangsa,
yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta
kemampuan menciptakan kemandirian ekonomi nasional dengan daya saing tinggi dan
mewujudkan kemakmuran rakyat yang adil dan merata. Dengan demikian, pembangunan
ekonomi diarahkan kepada mantapnya ketahanan ekonomi melalui terciptanya iklim usaha
yang sehat serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, tersedianya barang dan jasa,
terpeliharanya fungsi lingkungan hidup serta meningkatkan daya saing dalam lingkup
persaingan global.
Usaha untuk mencapai ketahanan ekonomi yang diinginkan perlu upaya pembinaan
terhadap berbagai hal yang dapat menunjangnya antara lain yaitu :
a. Sistem ekonomi Indonesia diarahkan untuk dapat mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan yang adil dan merata di seluruh wilayah nusantara melalui ekonomi kerakyatan
untuk menjamin kesinambungan pembangunan nasional kelangsungan hidup bangsa dan
negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Ekonomi kerakyatan harus menghindarkan :
1) Sistem free fight liberalism yang hanya menguntungkan pelaku ekonomi kuat dan tidak
memungkinkan ekonomi kerakyatan berkembang.
2) Sistem etatisme dalam arti bahwa negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat
dominan serta mendesak dan mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi diluar
sektor negara.
3) Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan
masuarakat dan bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial.
c. Strukttur ekonomi dimantapkan secara seimbang dan saling menguntungkan dalam
keselarasan dan keterpaduan antar sektor pertanian dengan perindustrian dan jasa.
d. Pembangunan ekonomi dilaksanakan sebagai usaha bersama atas dasar asas kekeluargaan
dibawah pengawasan anggota masyarakat, serta memotivasi dan mendorong peran serta
masyarakat secara aktif. Harus diusahakan keterkaitan dan kemitraan antara para pelaku
dalam wadah kegiatan ekonomi yaitu Pemerintah, BUMN, Koperasi, Badan Usaha Swasta,
dan sektor informal untuk mewujudkan pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas ekonomi.
e. Pemerataan pembangunan dan pemfaatan hasil-hasilnya senantiasa dilaksanakan melalui
keseimbangan dan keserasian pembangunan antar wilayah dan antar sektor.
f. Kemampuan bersaing harus ditumbuhkan secara sehat dan dinamis dalam
mempertahankan serta meningkatkan eksistensi kemandirian perekonomian nasional,
dengam memanfaatkan sumber daya nasional secara optimal dengan sarana iptek tepat guna
dalam menghadapi setiap permasalahan serta dengan tetap memperhatikan kesempatan kerja.
4. Pengaruh Pada aspek Sosial Budaya

Istilah sosial budaya mencakup dua segi utama kehidupan bersama manusia yaitu segi
sosial dimana manusia demi kelangsungan hidupnya harus mengadakan kerjasama dengan
manusia lainnya. Sementara itu, segi budaya merupakan keseluruhan tata nilai dan cara hidup
yang manifestasinya tampak dalam tingkah laku dan hasil tingkah laku yang terlembagakan.
Pengertian sosial pada hakekatnya adalah pergaulan hidup manusia dalam
bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, senasib, sepenanggungan dan
solidaritas yang merupakan unsur pemersatu. Adapun hakekat budaya adalah sistem
nilai yang merupakan hasil hubungan manusia dengan cipta, rasa dan karsa yang
menumbuhkan gagasan-gagasan utama serta merupakan kekuatan pendukung penggerak
kehidupan. Dengan demikian, kebudayaan merupakan seluruh cara hidup suatu masyarakat
yang manifestasinya dalam tingkah laku dan hasil dari tingkah laku yang dipelajari dari
berbagai sumber. Kebudayaan diciptakan oleh faktor organobiologis manusia, lingkungan
alam, lingkungan psikologis dan lingkungan sejarah.
Masyarakat budaya membentuk pola budaya sekitar satu atau beberapa fokus budaya.
Fokus budaya dapat berupa nilai dan norma religius, ekonomis atau nilai sosial kultural lain,
seperti misalnya ideologi modern, ilmu pengetahuan dan teknologi.
a.Struktur Sosial di Indonesia
Dalam masyarakat, manusia hidup secara berkelompok sesuai dengan fungsi, peran
dan profesinya dengan maksud untuk memudahkan kegiatan menjalankan tugas dalam
keterkaitan, dengan kata lain, kehidupan masyarakat terstruktur berdasarkan peran dan fungsi
masing-masing anggota masyarakat. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini
menghasilkan struktur sosial masyarakat yang cukup beragam. Sejalan dengan modernisasi
dan perkembangan iptek maka fragmentasi kelompok dalam masyarakat semakin
berkembang baik secara horisontal sesuai bidang pekerjaan dan keahlian maupun vertikal
sesuai dengan tingkat pekerjaan dan keahlian.
Kehidupan masyarakat berdasarkan struktur peran dan profesi melahirkan bentuk
hubungan dan ikatan antar manusia yang dapat mengagantikan hubungan keluarga.
Hubungan antar teman satu profesi terkadang lebih erat dibanding hubungan antar saudara
sekandung. Di sisi lain, melebarnya struktur sosial secara horisontal menimbulkan
keanekaragaman aspirasi yang tidak mudah untuk diakomodasikan bersama.

b.Kondisi Sosial di Indonesia


· Kebudayaan Daerah
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan sub-etnis, yang masing-masing
memiliki kebudayaannya sendiri karena mereka biasanya hidup di daerah/wilayah tertentu
sehingga disebut kebudayaan daerah. Dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan daerah
sebagai suatu sistem nilai yang menuntun sikap, perilaku dan gaya hidup, merupakan
identitas dan menjadi kebanggan dari suku bangsa yang bersangkutan. Local genius adalah
nilai-nilai budaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh budaya asing. Oleh karena itu, local
genius biasanya menjadi titik pangkal kemampuan budaya daerah untuk menangkal dan atau
menetralisir pengaruh negatif budaya asing.
Kebudayaan yang ada di nusantara telah lama saling berkomunikasi dan berintegrasi
dalam kesetaraan. Dalam kehidupan bernegara saat ini, dapat dikatakan bahwa kebudayaan
daerah merupakan kerangka dari kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia. Dengan
demikian, perkembangan kehidupan sosial budaya bangsa tidak akan terlepas dari
perkembangan sosial budaya daerah.
· Kebudayaan Nasional
Kebudayaan bangsa Indonesia (kebudayaan nasional) merupakan hasil (resultante)
interaksi dari budaya daerah yang kemudian diterima sebagai nilai bersama seluruh bangsa.
Kebudyaan nasional juga bisa merupakan interaksi antara budaya yang ada dengan budaya
asing yang diterima bersama seluruh bangsa. Hal yang penting dari interaksi itu adalah
inetraksi budaya harus berjalan wajar dan alamiah tanpa paksaan dan dominasi budaya satu
daerah terhadap budaya lainnya.
Kebudayaan nasional merupakan identitas dan menjadi kebanggaan Indonesia.
Pancasila adalah falsafah bangsa Indonesia maka nilai-nilai yang terkandung didalamnya
menjadi tuntunan dasar dari segenap sikap, perilaku dan gaya hidup bangsa Indonesia. Secara
umum, gambaran masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut :
1) bersifat religius
2) bersifat kekeluargaan
3) bersifat hidup serba selaras
4) bersifat kerakyatan
· Integrasi Nasional
Komunikasi dan interaksi yang dilakukan oleh suku-suku bangsa yang mendiami bumi
nusantara ini, pada tahun 1928 menghasilkan aspirasi bersama untuk hidup bersama sebagai
satu bangsa satu tanah air yang menjunjung bahasa persatuan. Secara yuridis, aspirasi itu
terwujud pada 17 Agustus 1945 yaitu dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kenyataan tersebut diatas menjadi faktor-faktor perekat persatuan dan integrasi suku-
suku bangsa yang ada di nusantara menjadi satu bangsa Indonesia. Di masa depan, upaya
melestarikan sebagai satu bangsa harus dijadikan semangat untuk keinginan hidup bersama
guna meraih cita-cita nasional.
· Kebudayaan dan Alam Lingkungan
Bangsa Indonesia sebagian besar sebenarnya terbiasa hidup dekat dan dengan alam,
yaitu sebagai petani, pelaut dan pedagang antar pulau. Namun demikian, kedekatan itu baru
sebatas pemanfaatan sumber daya alam yang tidak dibarengi dengan budaya untuk
melestarikan alam demi kepentingan masa depan. Oleh karena itu, sudah seharusnya
diwajibkan dengan sejumlah sangsi hukum kepada para pengusaha eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya alam untuk senantiasa menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem yang
ada.
Ketahanan Pada Aspek Sosial Budaya
Ketahanan di bidang sosial budaya diartikan sebagai kondisi dinamik yang berisi
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional didalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan baik yang datang dari dalam maupun dari luar yang langsung maupun tidak
langsung membahayakan kelangsungan kehidupan sosial budaya bangsa dan negara Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Wujud ketahanan sosial budaya nasional tercermin dalam kehidupan sosial
budaya bangsa yang dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasila, yang mengandung
kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan
masyarakat Indonesia. Esensi pengaturan dan penyelenggaran kehidupan sosial budaya
bangsa Indonesia adalah pengembangan kondisi sosial budaya dimana setiap warga
masyarakat dapat merealisasikan pribadi dan segenap potensi manusiawinya yang dilandasi
nilai-nilai Pancasila
5. Pengaruh Pada Aspek Pertahanan dan Keamanan

Pertahanan dan keamanan Indonesia adalah kesemestaan daya upaya seluruh


rakyat Indonesia sebagai satu sistem pertahanan dan keamanan dalam mempertahankan dan
mengamankan negara demi kelangsungan hidup dan kehidupan bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pertahanan dan keamanan dilaksanakan dengan menyusun, mengerahkan dan
mengerakkan seluruh potensi nasional termasuk kekuatan masyarakat di seluruh bidang
kehidupan nasional secara terintegasi dan terkoordinasi, yang diadakan oleh pemerintah dan
negara Indonesia dengan TNI dan Polri sebagai inti pelaksana.
Ketahanan pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi dinamik
kehidupan pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional didalam
menghadapi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang datang dari luar maupun dari
dalam baik langsung maupun tidak langsung yang membahayakan identitas, integritas dan
kelangsungan hidup bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
Wujud ketahanan pertahanan dan keamanan tercermin dalam kondisi daya tangkal
bangsa yang dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan
memelihara stabilitas pertahanan dan keamanan yang dinamis, mengamankan pembangunan
dan hasil-hasilnya, serta kemampuan mempertahankan kedaulatan negara. Dengan kata lain,
adalah keuletan dan ketangguhan bangsa dalam mewujudkan kesiapsiagaan serta upaya bela
negara, suatu perjuangan rakyat semesta, dalam mana seluruh potensi dan kekuatan ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, militer dan kepolisian disusun dan dikerahkan secara
terpimpin , terintegrasi dan terkoordinasi, untuk menjamin kelangsungan sistem keamanan
nasional (dulu dikenal dengan sishankamrata) yang ditandai dengan :

a. Pandangan Bangsa Indonesia Tentang Perang dan Damai. Bangsa Indonesia cinta damai dan
ingin bersahabat dengan semua bangsa di dunia serta tidak menghendaki terjadinya sengketa
bersenjata ataupun perang. Oleh karena itu, bangsa Indonesia berhasrat dalam setiap
penyelesaian pertikaian baik nasional mauoun internasional selalu mengutamakan cara-cara
damai. Walaupun cinta damai, namun lebih cinta kemerdekaan dan kedaulatannya. Bagi
bangsa Indonesia, perang adalah jalan terakhir yang terpaksa harus ditempuh untuk
mempertahankan ideologi dan dasar negara Pancasila, kemerdekaan dan kedaulatan negara
Republik Indonesia serta keutuhan bangsa.
b. Penyelenggaraan Pertahanan dan Keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Landasan idiilnya adalah Pancasila, landasan konstitusionalnya adalah UUD 1945, dan
landasan visionalnya adalah wawasan nusantara. Pertahanan dan keamanan adalah hak dan
kewajiban bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, keutuhan
bangsa dan wilayah, terpeliharanya keamanan nasional dan tercapainya tujuan nasional.
c. Petahanan dan Keamanan Negara Merupakan Upaya Nasional Terpadu.
Hal itu berarti melibatkan seluruh potensi dan kekuatan nasional. Setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara yang dilaksanakan dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab, kerelaan berjuang dan berkorban dalam pengabdian kepada
bangsa dan negara tanpa mengenal menyerah. Upaya itu dirumuskan dalam doktrin yang
disebut Doktrin Pertahanan dan Kemanan Negara Republik Indonesia.
d. Pertahanan dan Keamanan Negara Republik Indonesia Diselenggarakan dengan Sistem
Keamanan Nasional (sishankamrata).
Hal itu berarti bersifat total, kerakyatan dan kewilayahan. Pendayagunaan potensi nasional
dalam pengelolaan pertahanan dan keamanan nagara dilakukan secara optimal dan
terkoordinasi untuk mewujudkan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan negara
dalam keseimbangan dan keserasian antara kepentingan kesejahteraan dan keamanan.
e. Segenap Kekuatan dan Kemampuan Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta.
Diorganisasikan kedalam satu wadah tunggal yang dinamakan TNI dan Polri.
Postur kekuatan hankam mencakup struktur kekuatan, tingkat kemampuan dan gelar
kekuatan. Untuk membangun postur kekuatan terdapat empat pendekatan yang digunakan
yaitu ancaman, misi, kewilayahan, dan politik. Dalam konteks itu perlu ada pembagian
tugas dan fungsi yang jelas antara masalah pertahanan dan masalah keamanan.
Pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman dari luarnegeri dan menjadi
tanggung jawab TNI.
Keamanan diarahkan untuk menghadapi ancaman dari dalam negeri dan menjadi
tanggung jawab Polri dengan kemungkinan TNI dilibatkan apabila eskalasi
ancaman meningkat ke keadaan darurat.
Konsepsi pembangunan kekuatan hankam perlu mengacu kepada konsep wawasan
nusantara, dimana hankam diarahkan kepada upaya pertahanan seluruh wilayah kedaulatan
NKRI. Di samping itu, kekuatan hankam perlu antisipasif terhadap prediksi ancaman dari
luar sejalan dengan pesatnya perkembangan iptek militer yang telah menghasilkan daya
gempur yang tinggi dan jarak jangkau yang jauh.
Hakekat ancaman akan mempengaruhi kebijaksanaan dan strategi pembangunan
kekuatan hankam. Kekeliruan dalam merumuskan hakekat ancaman akan mengakibatkan
postur kekuatan hankam yang kurang efektif dalam menghadapi berbagai gejolak dalam
negeri, bahkan tidak akan mampu untuk melakukan perang konvensional. Untuk itu perlu
dipertimbangkan pula konstelasi geografi Indonesia dan kemajuan iptek. Kedaulatan NKRI
yang dua pertiga wilayahnya terdiri dari laut, menempatkan laut dan udara diatasnya sebagai
mandala perang yang pertama kali akan terancam karena digunakan sebagai ”initial point”
untuk memasuki kedaulatan Indonesia di darat. Ancaman dari luar senantiasa akan
menggunakan media laut dan udara diatasnya karena kondisi geografi Indonesia sebagai
negara kepulauan. Dengan demikian, pembangunan postur kekuatan hankam secara
proporsional dan seimbang antar unsur utama kekuatan pertahanan yaitu, TNI AD, TNI
AL dan TNI AU serta unsur utama keamanan yaitu POLRI. Pesatnya kemajuan iptek
membawa implikasi meningkatnya kemampuan tempur termasuk daya hancur dan jarak
jangkau. Oleh karena itu, ancaman masa depan yang perlu diwaspadai adalah serangan
langsung lewat udara dan laut oleh kekuatan asing yang memiliki kepentingan terhadap
Indonesia.
Di era globalisasi saat ini dan di masa mendatang tidak menutup kemungkinan akan
mengundang campur tangan asing, dengan alasan menegakkan nilai-nilai HAM, demokrasi,
penegakan hukum dan lingkungan hidup, di balik kepentingan nasional. Situasi seperti
ini kemungkinan besar dapat terjadi apabila unsur-unsur utama kekuatan hankam dan
komponen bangsa yang lain tidak mampu mengatasi permasalahan dalam negeri. Untuk itu
ancaman yang paling realistik adalah adanya “link-up” antara kekuatan dalam negeri dengan
luar negeri.
Geopolitik yang berubah kearah geoekonomi mengandung implikasi semakin
canggihnya upaya diplomasi guna mencapai tujuan politik dan ekonomi. Pergeseran ini
seolah-olah tidak akan menimbulkan ancaman dari luar negeri yang serius. Namun bila dikaji
secara mendalam, justru ancaman yang dihasilkan dari aktivitasnya sangat
membahayakan integritas bangsa dan NKRI. Para pihak yang berkepentingan dengan
Indonesia akan menggunakan wahana diplomasi dan membangun opini untuk mencari
dukungan internasional agar membenarkan tindakannya. Kemajuan iptek informasi sangat
memungkinkan untuk melakukan itu, terlebih saat dunia internasional sedang dalam situasi
“unbalance of power”
Perkembangan lingkungan strategis.mengisyaratkan bahwa pergeseran geopolitik
kearah geoekonomi membawa perubahan besar dalam penerapan kebijaksanaan dan strategi
negara di dunia didalam mewujudkan kepentingan nasional masing-masing. Penerapan cara-
cara baru telah meningkatkan eskalasi konflik regional dan konflik dalam negeri yang
mendorong keterlibatan kekuatan super power didalamnya. Menyikapi dinamika
perkembangan seperti itu, kita perlu membangun postur kekuatan hankam yang memiliki
profesionalisme yang tinggi untuk melaksanakan : pertama, kegiatan intel strategi dalam
semua aspek kehidupan nasional. Kedua, melaksanakan upaya pertahanan darat, laut dan
udara. Ketiga : memelihara dan menegakkan keamanan dalam negeri dan secara berlanjut
dalam semua aspek kehidupan nasional untuk. Keempat, membina potensi dan kekuatan
wilayah dalam semua aspek kehidupan nasional untuk meningkatkan ketahanan nasional.
Serta kelima, memelihara stabilitas nasional dan ketahanan nasional secara menyeluruh dan
berlanjut.
Dalam rangka mewujudkan postur kekuatan hankam yang memiliki kemampuan daya
bendung dan daya tangkal yang tinggi terhadap kemungkinan ancaman dari luar dibutuhkan
anggaran yang sangat besar, di sisi lain kita dihadapkan kepada berbagai keterbatasan.
Dengan mengacu kepada negara-negara lain yang membangun kekuatan hankam melalui
pendekatan misi yaitu hanya untuk melindungi diri sendiri dan tidak untuk kepentingan
invasi, barangkali konsep ”standing armed forces” secara proporsional dan seimbang perlu
dikembangkan dengan susunan kekuatan pertahanan keamanan negara (hankamneg) yang
meliputi :

1) Perlawanan bersenjata yang terdiri atas bala nyata yang merupakan kekuatan TNI yang
selalu siap dan yang dibina sebagai kekuatan cadangan serta bala potensial yang terdiri atas
Polri dan rakyat terlatih (Ratih) sebagai fungsi perlawanan rakyat (Wanra).
2) Perlawanan tidak bersenjata yang terdiri atas rakyat terlatih (Ratih) dengan fungsi ketertiban
umum (Tibum), perlindungan rakyat (Linra) keamanan rakyat (Kamra) dan perlindungan
masyarakat (Linmas).
3) Komponen pendukung perlawanan bersenjata dan tidak bersenjata sesuai dengan bidang
profesinya dengan pemanfaatan semua sumber daya nasional, sarana dan prasarana serta
perlindungan masyarakat terhadap bencana perang dan bencana lainnya.
Ketahanan Pada Aspek Pertahanan dan Keamanan

a. Pertahanan dan Keamanan harus dapat mewujudkan kesiapsiagaan serta upaya bela negara ,
yang berisi ketangguhan, kemampuan dan kekuatan melalui penyelenggaraan Siskamnas
(Sishankarata) untuk menjamin kesinambungan Pembangunan Nasional dan kelangsungan
hidup bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan dan kedaulatannya.
Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan mengamankan kedaulatan negara yang
mencakup wilayah tanah air beserta segenap isinya merupakan suatu kehormatan demi
martabat bangsa dan negara. Oleh karena itu, haruslah diselenggarakan dengan
mengandalkan pada kekuatan dan kemampuan sendiri.
c. Pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan dimanfaatkan untuk
menjamin perdamaian dan stabilitas keamanan yang diabdikan untuk kesinambungan
Pembangunan Nasional dan kelangsungan hidup bangsa dan negara.
d. Potensi nasional dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai harus dilindungi dari segala
ancaman dan gangguan, agar dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir
dan bathin segenap lapisan masyarakat bangsa Indonesia.
e. Perlengkapan dan peralatan untuk mendukung pembangunan kekuatan dan kemampuan
pertahanan dan keamanan sedapat mungkin harus dihasilkan oleh industri dalam negeri,
pengadaan dari luar negeri dilakukan karena terpaksa dimana indutri dalam negeri masih
terbatas kemampuannya. Oleh karena itu, iptek militer dalam negeri senantiasa harus
ditingkatkan kemampuannya.
f. Pembangunan dan penggunaan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan haruslah
diselenggarakan oleh manusia-manusia yang berbudi luhur, arif bijaksana, menghormati Hak
Asasi Manusia (HAM) dan menghayati makna nilai dan hakikat perang dan damai.
Kelangsungan hidup dan perkembangan hidup bangsa, memerlukan dukungan manusia-
manusia yang bermutu tinggi, tanggap dan tangguh serta bertanggung jawab, kerelaan
berjuang dan berkorban demi kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan golongan
dan pribadi.
g. Sebagai tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional, TNI berpedoman pada Sapta
Marga yang merupakan penjabaran Pancasila. Sebagai kekuatan pertahanan, dalam keadaan
damai TNI dikembangkan dengan kekuatan kecil, profesional, efektif, efisien dan modern
bersama segenap kekuatan perlawanan bersenjata dalam wadah tunggal TNI disusun dalam
Siskamnas (Sishankamrata) dengan strategi penangkalan.
h. Sebagai kekuatan inti Kamtibnas, Polri berpedoman kepada Tri Brata dan Catur Prasetya dan
dikembangkan sebagai kekuatan yang mampu melaksanakan penegakkan hukum,
memelihara dan mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat.
i. Masyarakat secara terus menerus perlu ditingkatkan kesadaran dan ketaatanya kapada
hukum.

Dengan demikian ketahanan pertahanan dan keamanan yang diinginkan adalah


kondisi daya tangkal bangsa dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang
mengandung kemampuan memelihara stabilitas pertahanan dan keamanan negara yang
dinamis, mengamankan pembangunan dan hasil-hasilnya serta kemampuan mempertahankan
kedaulatan negara dan menangkal segala bentuk ancaman.
2.5 Keberhasilan Ketahanan Nasional Indonesia

Kondisi kehidupan nasional merupakan pencerminan ketahanan nasional yang


mencakup aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan,
sehingga ketahanan nasional adalah kondisi yang harus dimiliki dalam semua aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah NKRI yang dilandasi oleh
landasan idiil Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, dan landasan visional Wawasan
Nasional. Utnuk mewujudkan keberhasilan ketahanan nasional diperlukan kesadaran setiap
warga negara Indonesia, yaitu :

1. Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjuangan non fisik yang berupa
keuletan dan ketangguhan yang tidak mengenal menyerah yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam rangka menghadapi segala ancaman, gangguan,
tantangan dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, untuk menjamin
identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan
nasional.
2. Sadar dan peduli terhadap pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan, sehingga setiap warga negara Indonesia
baik secara individu maupun kelompok dapat mengeliminir pengaruh tersebut, karena bangsa
Indonesia cinta damai akan tetapi lebih cinta kemerdekaan. Hal itu tercermin akan adanya
kesadaran bela negara dan cinta tanah air.
Apabila setiap warga negara Indonesia memiliki semangat perjuangan bangsa dan
sadar serta peduli terhadap pengaruh yang timbul dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara serta dapat mengeliminir pengaruh-pengaruh tersebut, maka akan tercermin
keberhasilan ketahanan nasional Indonesia. Untuk mewujudkan ketahanan nasional
diperlukan suatu kebijakan umum dari pengambil kebijakan yang disebut Politik dan Strategi
Nasional (Polstranas).
2.6 Dasar Pikiran Ketahanan Nasional

Upaya pencapaian ketahanan nasional sebagai pijakan tujuan nasional yang disepakati
bersama didasarkan pada pokok-pokok pikiran berikut :

1. Manusia Berbudaya

Manusia adalah mahluk Tuhan yang pertama-tama berusaha menjaga,


mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, manusia berusaha
memenuhi kebutuhan hidupnya dari yang paling pokok sampai yang paling mutakhir baik
yang bersifat materi maupun kejiwaan.
Manusia dikatakan mahluk Tuhan yang sempurna karena memiliki naluri,
kemampuan berpikir, akal dan berbagai ketrampilan, senantiasa berjuang. Untuk keperluan
itu maka manusia hidup berkelompok (homo socius) dan menghuni suatu wilayah tertentu
yang dibinanya dengan kemampuan dan kekuasaannya (zoon politicon). Oleh karena itu,
manusia berbudaya senantiasa selalu mengadakan hubungan-hubungan sebagai berikut :
a. Manusia dengan Tuhan dinamakan Agama/Kepercayaan
b. Manusia dengan cita-cita dinamakan Ideologi
c. Manusia dengan kekuatan/kekuasaan dinamakan Politik
d. Manusia dengan pemenuhan kebutuhan dinamakan Ekonomi
e. Manusia dengan penguasaan/pemanfaatan alam dinamakan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
f. Manusia dengan manusia dinamakan Sosial
g. Manusia dengan rasa Keindahan dinamakan Seni/Budaya
h. Manusia dengan rasa aman dinamakan Pertahanan dan Keamanan

Dari uraian tersebut di atas diperoleh suatu kesimpulan bahwa manusia


bermasyarakat untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya yaitu kesejahteraan, keselamatan
dan keamanan. Ketiga hal itu adalah hakekat dari ketahanan nasional yang mencakup dan
meliputi kehidupan nasional yaitu aspek alamiah dan aspek sosial/kemasyarakatan sebagai
berikut :
· Aspek alamiah adalah :
a. Posisi dan lokasi geografi negara
b. Keadaan dan kekayaan alam
c. Keadaan dan kemampuan penduduk
· Aspek sosial/kemasyarakatan adalah :
a. Ideologi
b. Politik
c. Sosial
d. Budaya
e. Pertahanan dan Keamanan
Aspek alamiah bersifat statis dan sering disebut dengan istilah Trigatra, sedangkan
aspek sosial/kemasyarakatan bersifat dinamis disebut juga dengan istilah Pancagatra. Kedua
aspek itu biasanya disebut dengan Astagatra. Aspek-aspek di atas mempunyai hubungan
timbal balik antargatra yang sangat erat yang disebut dengan istilah keterhubungan (korelasi)
dan ketergantungan (interdependensi).
2. Tujuan Nasional, Falsafah Bangsa dan Ideologi Negara

Tujuan nasional menjadi pokok pikiran dalam ketahanan nasional karena suatu
organisasi apapun bentuknya dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkannya akan selalu berhadapan dengan masalah-masalah yang internal dan ekternal,
demikian pula dengan negara dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
situasi dan kondisi yang siap untuk menghadapinya.
Untuk Indonesia, falsafah dan ideologi menjadi pokok pikiran ketahanan nasional diperoleh
dari Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut :

a. Alinea Pertama, menyebutkan bahwa ”sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala bangsa dan
oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan” mempunyai makna : ”merdeka adalah hak semua
bangsa”, ”penjajahan bertentangan dengan hak asasi manusia”.
b. Alinea Kedua, menyebutkan ”dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke
depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat adil dan
makmur” mempunyai makna : ”adanya masa depan yang harus diraih (cita-cita).
c. Alinea Ketiga, menyebutkan ”atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan
didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya” mempunyai makna :”bila negara ingin
mencapai cita-cita maka kehidupan berbangsa dan bernegara harus mendapat ridho Allah
yang merupakan dorongan spiritual”
d. Alinea Keempat, menyebutkan ”kemerdekaan dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawatan/perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia”. Alinea itu mempunyai makna yaitu mempertegas cita-cita
yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia melalui wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
https://kumpulansebuahskripsi.blogspot.co.id/2014/11/contoh-makalah-pkn-tentang-
ketahanan.html

Rabu,29 September 2016


3.C.Pengertian Ketahanan Nasional Indonesia

Ketahanan Nasional (Tannas) Indonesia adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang
meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegritas. Tannas berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan baik yang
datang dari luar maupun dari dalam negeri.

Ketahanan Nasional juga disebut kondisi kehidupan yang harus diwujudkan. Kondisi
kehidupan tersebut sejak dini dibina secara terus-menerus dan sinergis. Proses berkelanjutan
untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan berdasarkan pemikiran geostrategi berupa
konsepsi yang dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan kondisi bangsa dan
konstelasi geografi Indonesia. Konsepsi tersebut dinamakan Konsepsi Ketahanan Nasional
Indonesia.[1]

Pembukaan UUD 1945 memberikan amanat kepada para penyelenggara negara agar dalam
hidup berbangsa dan negara dalam lingkup nasional diarahkan untuk mewujudkan upaya
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Selain itu, untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial. [2]

1. Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia

Konsepsi Ketahanan Nasional (Tannas) Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan


nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang
seimbang, serasi, dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh dan
terpadu berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nusantara. Dengan kata lain,
Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia merupakan pedoman (sarana) untuk meningkatkan
(metode) keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan.

Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan


mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat secara
adil dan merata. Sedangkan keamanan adalah kemampuan bangsa untuk melindungi nilai-
nilai nasionalnya terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam negeri.

1. Hakikat Tannas dan Konsepsi Tannas Indonesia


2. Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasional.
3. Hakikat konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia adalah pengaturan dan
penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara seimbang, serasi, dan selaras
dalam seluruh aspek kehidupan nasional.

1. Asas- Asas Ketahanan Nasional Indonesia


Asas-asas Ketahanan Nasional Indonesia adalah tata laku yang didasari nilai-
nilai yang tersusun berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan
Nusantara yang terdiri dari :
2. Asas Kesejahteraan dan Keamanan
3. Asas Komprehensif Integral atau Menyeluruh Terpadu
4. Asas Mawas ke Dalam dan Mawas ke Luar
5. Asas Kekeluargaan

1. Sifat Ketahanan Nasional Indonesia

Ketahanan Nasional memiliki sifat yang terbentuk dari nilai-nilai yang terkandung dalam
landasan dan asas-asasnya, yaitu :

1. Mandiri

Ketahanan nasional percaya pada kemampuan dan kekutan sendiri.

2. Dinamis

Ketahanan nasional tidaklah tetap. Ia dapat meningkat dan menurun, tergantung pada situasi
dan kondisi bangsa, negara, serta lingkungan strategisnya.
3. Wibawa

Makin tinggi tingkat ketahan nasional Indonesia, makin tinggi pula nilai kewibawaan dan
tingkat daya tangkal yang dimiliki oleh bangsa dan negara Indonesia.

4. Konsultasi dan Kerjasama

Konsep Ketahanan Nasional Indonesia tidak mengutamakan sifat konfrontatif dan


antagonistis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih
mengutamakan sikap konsultatif, kerjasama, serta saling menghargai dengan mengandalkan
kekuatan moral dan kepribadian bangsa.

1. Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional terhadap Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara

Berdasarkan rumusan pengertian Tannas dan kondisi kehidupan nasional Indonesia, Tannas
sesungguhnya merupakan gambaran dari kondisi system (tata) kehidupan nasional dalam
berbagai aspek pada saat tertentu. Tiap-tiap aspek, terutama aspek-aspek dinamis, di dalam
tata kehidupan nasional relatif berubah menurut waktu, ruang, dan lingkungan
sehingga interaksinya menciptakan kondisi umum yang sangat kompleks dan amat sulit
dipantau. Dalam rangka pemahaman dan pembinaan tata kehidupan nasional tersebut,
diperlukan penyederhanaan tertentu dari berbagai aspek kehidupan nasional.
Penyerderhanaan tersebut berbentuk model dari hasil pemetaan keadaan nyata melalui
analisis mendalam yang dilandasi oleh teori hubungan antara manusia

dan Tuhan, manusia dan manusia atau masyarakat, dan antara manusia dan lingkungan.

Dari pemahaman tentang hubungan tersebut timbul gambaran bahwa Konsepsi Ketahanan
Nasional akan menyangkut hubungan antaraspek yang mendukung kehidupan, yaitu :

1. Aspek yang berkaitan dengan alam bersifat statis, yang meliputi aspek Geografi,
aspek Kependudukan, dan aspek Sumber Kekayaan Alam.
2. Aspek yang berkaitan dengan sosial bersifat dinamis, yang meliputi aspek Ideologi,
aspek Ekonomi, aspek Politik, aspek Sosial Budaya dan aspek Pertahanan dan
Keamanan. [3]

1. Implementasi Ketahanan Nasional/ Tannas

Implementasi Konsepsi Tannas, pada hakekatnya terletak pada pembinaan Tannas, baik
secara ”Buttom Up” maupun secara ”Top Down”. ;

1. Pembinaan Tannas secara buttom up dilaksanakan sejak dini, mulai dari pribadi,
keluarga, lingkungan, daerah sampai pada tingkat nasional. Suatu pembinaan yang
menekankan pada pribahasa ;

Dari keluarga kita berasal,


Diiringi kasih sayang kita berawal,
Tanpa budi dan akal,
Ketahanan diri tidak akan kekal.
Diharapkan melalui pembinaan ini, tercipta pemimpin-pemimpin Bangsa yang memiliki
kematangan moral, intelektual, emosional dan kematangan sosial. Terutama bagi pemimpin
yang diberi kewenangan dalam melaksanakan “Pemerintahan Negara” yang dapat
mewujudkan tercapainya Tujuan Nasional.

1. Pembinaan Tannas secara top down, diharapkan dapat dilaksanakan oleh


Pemerintahan Negara yang bersih (Clean Government), jujur, berani dan berwibawa,
beriman, bertaqwa, berakhlak, dan bermoral, yang mampu mengatur dan
menyelenggarakan keamanan dan kesejahteraan secara seimbang, serasi dan selaras,
sehingga tercipta suatu kondisi kehidupan nasional yang berisikan keuletan dan
ketangguhan dalam bentuk ;
2. Kondisi kehidupan Idiologi yang mantap.
3. Kondisi kehidupan Politik yang siap.
4. Kondisi kehidupan Ekonomi yang kuat.
5. Kondisi kehidupan Sosbud yang maju.
6. Kondisi kehidupan Hankam yang siaga. [4]

https://vibrasayekti.wordpress.com/2016/01/13/contoh-makalah-pendidikan-
kewarganegaraan-geostrategi-ketahanan-nasional-dan-implementasinya/

Rabu,29 September 2016

BAB 15
1.A.Globalisme

Konsep ini terwujud dari hasil studi tentang bumi sebagai suatu bentuk “sphaira”
atau bola,
bumi sebagai bagian dari tata-surya. Bentuk bumi seperti itu (speroid), peredarannya,
dan
hubungannya dengan matahari, menghasilkan kejadian-kejadian penting bagi
kehidupan manusia dan makhluk hidup yang lain. Inklinasi sumbu-sumbu dan revolusi
bumi mengelilingi matahari menghasilkan musim dan zona iklim; rotasi bumi
menimbulkan gejala siang-malam, mempengaruhi gerakan air dan udara. Studi
tentang globe sebagai model (miniatur) dari bumi memberikan dasar pengertian
tentang grid-paralel dan meridian, yang selanjutnya memberikan pengertian tentang
waktu, letak geografis, hakikat skala, distorsi peta.
Pengetahuan tentang hubungan bumi-matahari, grid, skala, distorsi peta itu sangat
mendasar bagi geografi.

2. Diversitas dan Variabilitas

Gejala-gejala permukaan bumi tidak sama dan tidak tersebar merata, menimbulkan
kebedaan atau diversitas dari tempat ke tempat. Ada tiga buah konsep penting yang
berkaitan dengan pengertian diversitas tersebut, yaitu pola, kebedaan areal, dan
regionalisasi.

A. Pola

Gejala-gejala alam yang tersebar tidak merata pada permukaan bumi membentuk
aneka ragam pola yang digambarkan pada peta dalam berbagai ragam skala.
Contohnya : pola iklim dunia, pola persebaran gunung-api, pola pengaliran sungai
Jeneberang, pola okupasi manusia (berladang, bertani, berdagang, industri), pola
pemukiman, pola lalu-lintas, dsb. Pola-pola dari berbagai ragam gejala tersebut dapat
digolong-golongkan dan dipelajari secara sistematis. Gabungan dari berbagai macam
pola di suatu tempat atau wilayah akan menentukan ciri-ciri tertentu dan memberikan
corak khas dari berbagai area. Keadaan areal yang berbeda-beda tersebut menjadi
perhatian para ahli geografi.

B. Kebedaan Areal

Kebedaan areal merupakan konsep dasar geografi. Pada umumnya kebedaan areal
tersebut mengacu kepada variabilitas dari permukaan bumi. Tidak ada dua tempat
atau kawasan di dunia ini yang identik sama.
Geografi terwujud karena hasrat manusia untuk mengerti tentang kebedaan
(diversitas) dari permukaan bumi, yaitu kebedaan areal. Dunia ini terdiri dari tempat-
tempat dan kawasan yang berbeda satu sama lain sebagai akibat dari kejadian paduan
(konfigurasi) gejala-gejala yang berada di atasnya.

C. Regionalisasi
Sungguhpun tidak ada dua tempat yang persis sama, namun ada wilayah-wilayah
geografis yang sedikit-banyak memiliki kesamaan. Wilayah yang relatif sama atau
homogen itu disebut kawasan atau region.
Lingkup kawasan (region) ditentukan oleh dasar alasan yang berbeda-beda, tergantung
tujuan penyelidikan. Ada yang dasarnya kesamaan tunggal, misalnya penduduk; ada
yang berdasarkan kesamaan jamak seperti iklim, vegetasi serta pertanian. Kawasan
juga dapat disatukan berdasarkan intensitas hubungan. Kawasan fungsional demikian
itu, contohnya sebuah pusat perdagangan di sebuah kota. Batas-batas kawasan
merupakan zona yang relatif sempit (jadi bukan garis), dimana beberapa gejala atau
kombinasi beberapa gejala menandai batas tersebut. Kedudukan batas-batas kawasan
dapat berubah-ubah dari tempat ke tempat. Regionalisasi merupakan alat untuk dapat
melakukan deskripsi dan memiliki pengertian tentang aneka-ragam kawasan dalam
kurun waktu tertentu. Adapun geografi yang mempelajari kawasan atau region
tersebut diberi nama Geografi Wilayah atau Geografi Regional.

3. Lokasi Keruangan dan Areal

a. Ruang-bumi

Aristoteles percaya bahwa ruang merupakan kondisi logis bagi tercapainya gejala-
gejala. Newton menganggap ruang sebagai “wadah” dari obyek. Berkley melihat ruang
sebagai konsep mental berdasarkan koordinasi penglihatan dan pendengaran kita.
Leibniz mengartikan nilai sebagai suatu gagasan yang kita ciptakan agar dapat
menstruktur hubungan di antara obyek-obyek yang kita pelajari. Bila obyek
ditiadakan, maka ruang akan lenyap. Jadi menurut Leibniz, ruang bersifat subyektif
dan relatif. Pernyataan kita tentang ruang sangat berbeda-beda berdasarkan latar-
belakang ilmu pengetahuan yang kita miliki.
Bagi geografi, yang dimaksud dengan ruang ialah ruang bumi, dan yang diartikan
sebagai “wadah” dari gejala-gejala maupun sebagai ciri dari obyek atau gejala-gejala
yang secara subyektif kita ciptakan. Ruang bumi diisi oleh segala macam benda, obyek,
atau gejala material dan non material yang terwujud pada permukaan bumi. Asosiasi
yang kompleks dari perwujudan berbagai gejala material dan non material itu
merupakan hasil dari proses perubahan yang kontinyu (berkelanjutan) merupakan
hasil proses dari urutan-urutan kejadian. Ada proses fisik, proses biotik, dan juga
proses budaya. Proses-proses tersebut saling berinteraksi membentuk aneka ragam
paduan (konfigurasi) gejala pada permukaan bumi, merupakan sistem manusia-
lingkungan (men-environment system) yang disebut juga sebagai sistem keruangan
(spatial system).

b. Situs

Situs (site) erat hubungannya dengan suatu gejala pada suatu letak fisis (physical
setting) pada areal yang ditempatinya. Karena itu untuk mengerti tentang situs perlu
pula mengerti tentang gejala-gejala fisis yang terdapat pada setiap kawasan atau
region.
Gejala-gejala yang biasanya diselidiki oleh geografer dalam menguraikan dan menilai
suatu situs ialah:

1) Bentuk-bentyuk permukaan (dataran rendah, pebukitan, pegunungan, lembah,


plato, pulau, semenanjung, dsb.).

2) Perairan (perairan air sungai dan air laut, drainage, sungai, danau, rawa, lautan,
dsb.).

3) Iklim (suhu, kelembaban, angin, curah hujan).

4) Tanah dan materi tanah.

5) Vegetasi (hutan, padang rumput, sabana, mangrove, dsb.).

6) Mineral (minyak bumi, batubara, emas, dsb.).

7) Situasi (situation), menjelaskan gejala dalam hubungannya dengan gejala lain.


Misalnya
hubungan tempat dengan tempat. Dalam hal ini diperlukan konsep jarak dan arah,
juga hubungan fungsional antar tempat atau wilayah.
Isi lokasi bukanlah sekedar posisi atau kondisi atau situasi arah dan jarak yang
menyangkut tempat atau wilayah, tetapi juga menyangkut persebaran dari gejala-
gejala pada permukaan bumi.

C. Ketersangkutpautan (interelatedness)

Para ahli geografi percaya akan adanya kebersangkut-pautan di antara tempat-


tempat pada permukaan bumi dan gejala-gejala pada suatu area. Istilah-istilah seperti
interdependensi, interkoneksi, interaksi keruangan, dan assosiasi areal menguraikan
dan menjelaskan saling hubungan antar tempat dan antar gejala pada permukaan
bumi.

1) Assosiasi areal

Assosiasi areal menyatakan identifikasi kepada hubungan sebab akibat (kausalitas)


antara gejala manusia dengan lingkungan fisiknya, yang menimbulkan ciri-ciri yang
berbeda-beda pada berbagai tempat dan wilayah. Preston James menganggap konsep
ini sebagai inti dari mana teori-teori geografi terbentuk. Penekanan dari konsep
assosiasi ialah menunjuk kepada adanya kombinasi atau paduan (konfigurasi) dari
gejala-gejala yang dapat menimbulkan kebedaan dari tempat ke tempat. Contoh
sederhana dari peristiwa ini ialah hubungan antara persebaran penduduk dengan
faktor kelembaban lingkungan.
2) Interaksi keruangan

Merupakan saling hubungan antara gejala-gejala pada tempat-tempat dan area-area


yang berbeda-beda di dunia. Semua tempat pada permukaaan bumi itu diikat oleh
kekuatan alam dan manusia (sumberdaya alam dan sumberdaya manusia). Terjadi
gerak dari gejala-gejala tersebut dari tempat ke tempat; udara, air laut, tumbuhan dan
hewan, serta manusia. Setiap kejadian berkenaan dengan hal itu akan mencerminkan
adanya interaksi antar tempat. Manusia sebagai “pencipta” ilmu dan teknologi
mampu berinteraksi dan bergerak dalam ruang secara leluasa melalui komunikasi dan
transportasi. Migrasi dan bentuk-bentuknya misalnya terjadi di mana-mana dan
menimbulkan dampak baik positif maupun negatif terhadap kehidupan sosio-budaya
manusia. Semua itu menimbulkan peredaran/sirkulasi gejala-gejala secara intensif di
seluruh ruang di dunia.

(a) Peredaran atau sirkulasi : menyangkut gerak dari gejala fisik, manusia, barang, dan
gagasan (ide) ke seluruh penjuru dunia. Meliputi antara lain difusi kebudayaan,
distribusi, perdagangan, migrasi, komunikasi dan lain sebagainya.

(b) Interdependensi : Merupakan bentuk saling-hubungan karena peredaran gejala-


gejala. Dalam interdependensi, kadar ikatannya lebih kuat dan lebih nyata daripada
peristiwa interrelasi. Dunia sekarang sebenarnya merupakan masyarakat-masyarakat
dunia dengan saling ketergantungan yang kuat di antara negara-negara (Asean, MEE,
PBB).

(c) Perubahan : Salah satu aspek paling penting di dalam geografi dunia ialah ciri
dinamika dari gejala-gejala. “Panta Rhei” kata Heraklites, yang artinya “semua
mengalir”. Memang di dunia ini tidak ada yang diam mutlak; apakah itu gejala alami
maupun gejala buatan manusia. Manusia bersama alam mengubah ciri-ciri dari bumi.
Geografi merupakan studi tentang masa kini. Tetapi untuk mengetahui masa sekarang,
perlu mengetahui pula masa lalu (sejarah). Dalam hal ini geografi melakukan
rekonstruksi kejadian-kejadian. Perubahan yang tercantum pada peta menunjuk
kepada perubahan tempat dan wilayah pada permukaan bumi.
Erat hubungannya dengan konsep perubahan, ialah konsep proses. Proses ialah
kejadian yang berurutan yang menimbulkan perubahan, dalam batas waktu tertentu.
Permukaan bumi ini menjadi begitu kompleks karena adanya proses-proses dalam
berbagai tingkat dan tempo (Preston James). Ada tiga macam proses, yaitu proses fisik,
proses biotik, dan proses sosial. Di dalam geografi ketiga macam proses tersebut dalam
kenyataannya adalah satu proses utuh; penggolongan tersebut (analisis kategori) hanya
berlaku dalam penyelidikan dan kajian saja.

e. Wilayah Kebudayaan
Salah satu konsep dari Geografi modern ialah menyangkut penyesuaian dan
pengawasan manusia (kontrol) terhadap lingkungan fisiknya. Keputusan yang diambil
manusia tentang penyesuaian dan pengawasan terhadap lingkungan fisis tersebut
sangat ditentukan oleh pola kebudayaan yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat.
Kebudayaan dapat diartikan secara sempit dan secara luas. Secara sempit sebagai
aspek yang menarik seperti kesenian, tata-krama, ilmu dan teknologi. Secara luas
kebudayaan diartikan sebagai hasil dari daya akal atau daya budi manusia yang
merupakan keseluruhan yang kompleks menyangkut pengetahuan, kepercayaan, seni,
moral, adat, hukum dan lain-lain. Kemampuan atau kebiasaan yang dipelajari manusia
sebagai anggota masyarakat (E.B.Taylor).
Di dalam Geografi, kebudayaan diartikan secara luas. Herskovits mengartikannya
sebagai “man-made part of the environment”, sedang C.Kluckhohn sebagai “way of
live”. P.V. de la Blache menyebutnya sebagai “genre de vie”, yaitu tipe-tipe proses
produksi yang dipilih manusia dari kemungkinan-kemungkinan yang diberikan oleh
tanah, iklim, dan ruang yang terdapat pada suatu wilayah atau kawasan, serta tingkat
kebudayaan (dalam arti sempit) di wilayah tersebut.
(buta geografi). Bahwa semua cabang ilmu pengetahuan empiris yang masing-masing
mempelajari gejala (phenomena) di permukaan bumi tanpa memahami dan peduli
sistem interrelasi, interaksi, dan interdependensi bagian permukaan bumi (space, area,
wilayah, kawasan) itu dengan manusia pasti akan membuat kerusakan di muka bumi.
Geografi tetap konsisten dengan obyek studinya yaitu melihat satu kesatuan komponen
alamiah dengan komponen insaniah pada ruang tertentu di permukaan bumi, mengkaji
faktor alam dan faktor manusia yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang
bersangkutan. Geografi pun mengajarkan kearifan teknologi dalam mengelola alam
lingkungan hidupnya manusia.

KONSEP ESENSIAL GEOGRAFI


Konsep esensial merupakan konsep-konsep penting yang perlu diketahui dan dikuasai
peserta didik sesuai dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan di setiap jenjang
pendidikan. Dalam mengkaji objek geografi di kenal sepuluh konsep dasar yaitu
sebagai berikut:

a. Konsep Lokasi
Secara pokok dapat dibedakan antara pengertian lokasi absolut dan lokasi relatif .
Lokasi Absolut menunjukan letak yang tetap terhadap system grid (kisi-kisi) atau
koordinat. Sedangkan lokasi relatif artinya lokasi yang berubah-berubah berkaitan
dengan keadaan sekitarnya.
b. Konsep Jarak
Jarak merupakan faktor pembatas yang bersifat alami. Jarak berkaitan dengan
lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan.
c. Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan (accessibility) tidak selalu berkaitan dengan jarak, tetapi lebih
berkaitan dengan kondisi medan atau ada tidaknya sarana angkutan dan komunikasi
yang dapat dipakai.
d. Konsep Pola
Pola berkaitan dengan susunan, bentuk, atau persebaran fenomena dalam ruang
muka bumi, baik fenomena yang bersifat alami maupun fenomena social budaya.
e. Konsep Morfologi
Morfologi menyangkut bentuk lahan yang berkaitan dengan erosi dan pengendapan,
penggunaan lahan, tebal tanah, ketersediaan air, serta jenis vegetasi yang dominan.
f. Konsep Aglomerasi (menggerombol)
Aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang bersifat menggelompok
pada suatu wilayah yang relatif sempit karena paling menguntungkan.
g. Konsep Kegunaan
Nilai kegunaan fenomena atau sumber-sumber di muka bumi bersifat relatif, artinya
tidak sama bagi setiap orang atau golongan penduduk.
h. Konsep Interaksi dan Interdependensi
Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi objek atau tempat satu dengan
yang lain.Oleh karena itu, senantiasa terjadi interaksi atau bahkan interdependensi
antara yang satu dan yang lain.
i. Konsep Diferensiasi Areal
Di setiap tempat atau wilayah, terwujud hasil integrasi berbagai unsure atau
fenomena lingkungan baik bersifat alam maupun kehidupan.
j. Konsep Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan keruangan atau asosiasi keruangan menunjukan derajat keterkaitan
persebaran suatu fenomena dengan fenomena yang lain di suatu tempat atau ruangan,
baik yang menyangkut fenomena alam, tumbuh-tumbuhan, maupun sosial.
Geografi dalam Konsep
Konsep merupakan pola dalam bentuk pengertian abstraksi. Pola abstrak itu sendiri,
terdapat dalam gejala geografi, yang akan kita pelajari. Selain itu, selain pola abstrak
yang terdapat dalam gejala geografi, juga terdapat pula gejala nyata.
Gejala geografi itu sendiri, gelaja geografi yang ada disekitar kita merupakan hasil
keselurahan interrelasi keruangan antara faktor fisik dan non-fisisk.
Di dalam mempelajari konsep georgrafi terdapat istilah Konsep Esensial Geografi.
Konsep Esensial tersebut ada 10 macam konsep.

10 Macam Konsep Esensial Geografi tersebut, yaitu sebagai berikut dan akan diubahas
secara satu persatu.

1.Konsep Lokasi
Konsep Lokasi dalam geografi, menganalisis aspek positif dan aspek negatif suatu
tempat yang ada di permukaan bumi.
Konsep lokasi biasanya digunakan untuk menjawab pertanyaan “Where” (dimana)
lokasi suatu tempat.
Konsep lokasi dalam geografi dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :

1)Lokasi Absolut, yaitu lokasi suatu wilayah yang didasarkan pada garis lintang dan
garis bujur.
Contoh : Secara Astronomis lokasi negara Indonesia terletak antara 60 LU – 110 LS
dan 950 BT – 1410 BT.
2)Lokasi Relatif, yaitu suatu lokasi wilayah di permukaan bumi yang sifatnya dapat
berubah-ubah, karena dipengaruhi oleh daerah-daerah yang ada di sekitarnya.
Contoh : Tanah yang ada di lokasi daerah perkotaan biasanya mempunyai harga lebih
mahal, daripada di desa.

2.Konsep Jarak
Jarak merupakan pembatas yang mempunyai sifat alamiah
Jarak mempunyai kaitan dengan lokasi dan upaya dalam pemenuhan kebutuhan pokok
kehidupan manusia.
Contoh :
1)Tanah yang jaraknya jauh dari jalan raya, harganya lebih murah.
2)Jarak tempuh untuk menyangkut bahan baku ke pabrik, mempengaruhi besar
biaya angkut.
3)Rumah yang jaraknya dekat dengan pusat kota, harganya lebih mahal, dan
seterusnya.

3.Konsep Keterjangkauan

Keterjangkauan mempunyai kaitaan dengan kondisi yang ada di permukaan bumi


ini. Misalnya, suatu daerah tradisonal karena kondisi permukaan buminya
menyebabkan suatu daerah tersebut sulit untuk dijangkau.
Keterjangkauan pada umumnya, tergantung pada kondisi permukaan buminya suatu
daerah tersebut.
Dan pada umumnya pula, keterjangkauan tersebut akan berubah perlahan sejalan
dengan berkembangnya perkembangan ilmu-ilmu, seperti Ilmu Ekonomi, Ilmu
Komunikasi, Teknologi (IPTEK), dan Transportasi.
Contoh :
1)Desa yang dikelilingi rawa-rawa dan hutan-hutan, biasanya sulit untuk dijangkau
daripada desa yang terletak di tepian pantai-pantai.
2)Suatu penduduk yang tinggal hidup di dalam hutan-hutan belantara yang besar,
akan sulit untuk dijangkau.
3)Kota-kota yang berada pada dataran tanah (bumi) yang strategis akan mudah
sekali untuk dijangkau.

4.Konsep Pola

Pola mempunyai kaitan dengan ketergantungan pada bentuk-bentuk fenomena


geografi yang telah ada di bumi (permukaan bumi).
Di dalam mempelajari ilmu Geografi, terdapat mempelejari pola-pola bentuk dan pola-
pola persebaran fenomena geografi.
Contohnya :
1)Pola persebaran pemukiman di daerah pegunungan telah didominasi oleh pola
yang menyebar (memencar).
2)Pola sungai-sungai yang ada pada daerah lipatan-lipatan pada umumnya berpola
trellis.
3)Pola persebaran penduduk di daerah perkotaan di dominasi oleh pola mengumpul
(menyatu).

5.Konsep Morfologi

Konsep morfologi mempunyai kaitan dengan bantuk muka (permukaan) bumi,


sebagai hasil dari adanya tenaga-tenaga endogen dan eksogen.
Contohnya :
1)Dataran rendah sepanjang pantai utara Jawa telah didominasi oleh perkebunan-
perkebunan tebu.
2)Dataran tinggi di daerah puncak Bogor, lahannya banyak telah dimanfaatkan
untuk perkebunan teh.
3)Dataran sedang di provinsi-provinsi Jawa, banyak digunakan sebagai kota-kota
besar.

6.Konsep Anglomerasi

Anglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang mempunyai sifat


mengelompok pada suatu wilayah tertentu, yang relatif sempit, tetapi juga yang paling
menguntungkan.
Contoh :
1)Di pulau Kalimantan, penduduknya umumnya mengelompok-ngelompok
sepanjang aliran sungai.
2)Di pulau Irian Jaya, penduduknya umumnya mengelompok-ngelompok di daerah
perhutanan.
3)Di pulau Jawa, penduduknya umumnya mengelompok-ngelompok di daerah
pusat-pusat kota (perkotaan)

7.Konsep Nilai Kegunaan

Nilai Kegunaan merupakan fenomena geografi atau sumber daya yang ada di
permukaan bumi ini yang mempunyai sifat relatif antara wilayah yang satu dengan
wilayah yang lainnya.
Contoh :
1)Hutan memiliki nilai kegunaan bagi pecinta alam, dibandingkan pelajar.
2)Laut memiliki nilai kegunaan bagi para nelayan, dibandingkan dengan petani.
3)Pegunungan memiliki nilai kegunaan bagi para petani, dibandingkan nelayan.

8.Konsep Interaksi

Interaksi merupakan hubungan timbal balik antara dua wilayah atau lebih yang dapat
menimbulkan gejala-gejala, kenapakan, dan permasalahan baru.
Dalam Konsep Interaksi ini, gejala-gejala yang satu dengan gejala-gejala yang lainnya,
saling tergantung satu sama lain.
Contoh :Interaksi kota-desa terjadi, karena adanya perbedaan potensi alam. Misalnya,
desa menghasilkan bahan baku, sedangkan kota menghasilkan barang industri. Karena
kedua wilayah saling membutuhkan, maka terjadilah interaksi.

9.Konsep Diferensiasi Area Diferensiasi Area berkaitan dengan perbedaan corak antar
wilayah di permukaan bumi.

Konsep Diferensiasi Area ini, digunakan untuk mempelajari perbedaan gejala


geografi antara wilayah yang satu dengan yang lain di permukaan bumi.
Contoh :Jenis tanaman yang di budidayakan, antara dataran tinggi akan berbeda
dengan jenis tanaman di dataran rendah. Contoh yang rinci, terdapat pada klasifikasi
iklim Junghuhn, yaitu :
a)Zona dengan ketinggian 0 – 700 m, jenis tanaman yang dibudidayakan yaitu tebu,
kelapa, jagung, dan padi.
b)Zona ketinggian 700 –1.500 m, jenis tanaman yang dibudidayakan yaitu, teh, kopi,
ckolat, tembakau, dan kina.
c)Zona dengan ketinggian 1.500 – 2.500 m, jenis tanaman yang dibudidayakan, yaitu
pinus, dan cemara.
d)Zona dengan ketinggian lebih dari 2.500 m, jenis tanaman didominasi oleh lumut.
Selain itu, Konsep Diferensiasi Area dapat juga digunakan untuk melihat jenis mata
pencaharian penduduk, misalnya penduduk yang tinggal di daerah pantai dominan
bermata pencaharian nelayan, berbeda dengan penduduk yang tinggal di dataran
rendah cenderang bermata pencaharian sebagai petani.

10.Konsep Keterkaitan Ruang Keterkaitan ruang

menunjukkan derajat keterkaitan persebaran antara fenomena yang satu dengan


yang lain, baik yang menyangkut fenomena fisik maupun non-fisik.
Contoh : Wilayah pedesaan dengan perkotaan. Misalnya, penduduk kota memerlukan
bahan pangan dari desa, sebaliknya penduduk desa perlu memasarkan hasil alamnya
ke kota.

1. Konsep Esensial Geografi

Konsep adalah pengertian dari sekelompok fenomena/gejala-gejala, sehingga dapat


dipakai untuk menggambarkan berbagai gejala/fenomena yang sama. Ada 10 konsep
esensial (dasar) geografi, yaitu:

a. Konsep Lokasi; yaitu letak di permukaan bumi, misalnya Gunung Bromo ada/
terletak di Jawa Timur.

b. Konsep Jarak; yaitu jarak dari satu tempat ke tempat lain. Jarak dibagi menjadi
jarak absolut dan jarak relatif. Jarak absolut merupakan jarak yang ditarik garis
lurus antara dua titik. Dengan demikian jarak absolut adalah jarak yang
sesungguhnya. Jarak relatif adalah jarak atas pertimbangan tertentu misalnya
rute, waktu, biaya, kenyamanan dsb. Misalnya jarak Jakarta ke Bandung 180 km
atau Jakarta – Bandung dapat ditempuh dalam waktu 3 jam melewati Puncak.
Kedua hal ini merupakan contoh jarak relatif berdasarkan pertimbangan rute
dan waktu.

c. Konsep Keterjangkauan; yaitu mudah dijangkau atau tidaknya suatu tempat,


misalnya dari Jakarta ke Kota Cirebon lebih mudah dijangkau dibandingkan
dengan dari Jakarta ke Pulau Kelapa (di kepulauan Seribu) karena kendaraan
Jakarta – Cirebon lebih mudah didapat dibandingkan dengan Jakarta – Pulau
Kelapa.

d. Konsep Pola; yaitu persebaran fenomena antara lain misalnya pola pemukiman
yang menyebar, yang berbentuk garis dan sebagainya.
e. Konsep Morfologi; yaitu bentuk lahan, misalnya dalam kaitannya dengan erosi
dan sedimentasi.

f. Konsep Aglomerasi; yaitu pola-pola pengelompokan/konsentrasi. Misalnya


sekelompok penduduk asal daerah sama, masyarakat di kota cenderung
mengelompok seperti permukiman elit, pengelompokan pedagang dan
sebagainya. Di desa masyarakat rumahnya menggerombol/mengelompok di
tanah datar yang subur.

g. Konsep Nilai Kegunaan; yaitu nilai suatu tempat mempunyai kegunaan yang
berbeda-beda dilihat dari fungsinya. Misalnya daerah wisata mempunyai
kegunaan dan nilai yang berlainan bagi setiap orang. Tempat wisata tersebut
belum tentu bernilai untuk pertanian atau fungsi lainnya.

h. Konsep Interaksi dan Interdependensi; yaitu keterkaitan dan ketergantungan


satu tempat dengan tempat lainnya. Misalnya antara kota dan desa sekitarnya
terjadi saling membutuhkan.

i. Konsep Deferensiasi Areal; yaitu fenomena yang berbeda antara satu tempat
dengan tempat lainnya atau kekhasan suatu tempat.

j. Konsep Keterkaitan Keruangan (Asosiasi); yaitu menunjukkan derajad


keterkaitan antar wilayah, baik mengenai alam atau sosialnya.
Berikut ini contoh pengembangan konsep geografi dalam uraian yang lebih lengkap,
dengan mengambil salah satu konsep yaitu aglomerasi pemukiman.
Pola persebaran pemukiman berbeda-beda, hal ini disebabkan keadaan wilayah yang
berbeda-beda pula. Persebaran pemukiman itu antara lain disebabkan oleh adanya
sungai atau jalan raya, pusat kegiatan ekonomi, adanya daerah tambang, pola
penggunaan tanah, alasan keamanan dan sebagainya.
Pola persebaran pemukiman dapat ditinjau dari dua aspek yaitu kejarangannya dan
bentuknya. Kejarangannya terdiri dari menggerombol (clustered), menyebar tak
teratur
(random) dan teratur (regulair).
Pengertian Konsep Geografi
Konsep geografi(Nursid Sumaatmadja) adalah pola abstrak yang berkenaan dengan
gejala-gejala konkret tentang Geografi. Pada dasarnya konsep geografi terbagi ke
dalam dua bagian, yaitu sebagai berikut

1.Konsep Geografi secara Denotatif

Konsep Geografi secara denotative dapat menjelaskan berbagai pengertian gejala


Geografi berdasarkan definisi atau kamus. Contoh : Erosi merupakan proses pelepasan
dan pemindahan massa batuan secara alami dari suatu tempat ke tempat lain oleh
suatu zat pengangkut yang bergerak di atas permukaan bumi.

2. Konsep Geografi secara Konotatif


Konsep Geografi konotatif memiliki arti yang lebih luas dibandingkan dengan arti
secara harfiah. Di dalamnya menyangkut semua aspek yang berhubungan dengan
konsep yang dibahas antara lain persebarannya, faktor pendorongnya, jenisnya, dan
proses pembentukannya. Konsep Geografi bermanfaat untuk membimbing kita dalam
berfikir dari sudut pandang Geografi. Berikut ini akan dijelaskan tiga pendapat yang
mengungkapkan tentang konsep Geografi :
Konsep Geografi Menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI)
Konsep Lokasi adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui
fenomena geosfer dan konsep yang digunakan untuk menjawab pertannyaan
where(dimana) terjadinya fenomena. Konsep lokasi dibagi atas : – Lokasi Absolut
Lokasi berdasarkan garis lintang dan garis bujur, dan sifatnya tetap. Contoh :
Indonesia terletak di 6˚LU – 11˚LS dan 95˚BT – 141˚ BT – Lokasi Relatif Lokasi yang
artinya berubah-ubah karena dipengaruhi daerah sekitar. Contoh : Bagi seseorang
yang tinggal di kec. Kepanjen, lokasi Stadion Kanjuruhan tidaklah jauh. Namun
menurut orang yang tinggal di kec. Batu lokasi Stadion kanjuruhan cukup jauh.
Konsep Jarak yaitu panjang antara dua tempat. Terdiri antara atas : – Jarak absolute :
satuan panjang yang diukur dengan kilometer. -Jarak Relatif : jarak tempuh yang
menggunakan satuan waktu.

Konsep jarak berkaitan dengan lokasi, kehidupan social, ekonomi, dan bersifat relative.
Jarak juga berpengaruh terhadap harga dan nilai barang. Contoh : o Harga tanah
akan semakin mahal jika jaraknya berdekatan dengan jalan raya o Harga produksi
pertanian akan lebih mahal di pasar yang letaknya jauh dari dari pusat produksi dari
pada pasar yang letaknya lebih dekat dengan tempat produksi

Konsep Keterjangkauan Menyangkut ketercapaian untuk menjangkau suatu tempat,


sarana apa yang digunakan, atau alat komunikasi apa yang digunakan dan sebagainya.
Contoh: Daerah yang terletak dipedalaman hutanyang lebat akan terisolir dari daerah
luar karena tidak adanya akses untuk menuju kesana.

Konsep Pola Pola adalah sesuatu yang berulang sehingga menampakkan suatu bentuk
yang konsisten. Konsep pola berkaitan dengan persebaran fenomena geosfer di
permukaan bumi. seperti pola aliran sungai, pola pemukiman, lipatan patahan dan
lain-lain. Contoh: Pola permukiaman penduduk biasanya terkait dengan ketersediaan
SDA, sungai, jalan, dan bentuk lahan.\

Konsep Morfologi Menunjukkan bentuk muka bumi sebagai hasil tenaga endogen dan
eksogen yang membentuk dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Dengan
konsep morfolofi, orang akan mudah memperkirakan potensi lahan tertentu. Contoh :
Daerah pegunungan cocok digunakan untuk pertanian dan perkebunan

Konsep Aglomerasi atau Konsep Mengelompok Berkaitan dengan kecenderungan


penyebaran obyek geografi di permukaan bumi. Pengelompokan fenomena di suatu
kawasan biasanya karena adanya unsur-unsur yang lebih memberi dampak positif
Contoh : – Adanya daerah kumuh dan daerah elit – Pengelompokan industry disuatu
tempat (aglomerasi industri) – Didaerah pedesaan, pemukiman akan mengelompok di
dekat lahan pertanian atau dekat dengan sumber air.
Konsep Nilai Guna Konsep nilai guna, yaitu nilai sesuatu yang ditentukan atau
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lokasi, jarak, dan keterjangkauan. Manfaat
yang diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi pada makhluk hidup, tidak akan
sama pada semua orang.
Konsep Interaksi atau Interdependensi Menyatakan bahwa sesuatu yang ada di
permukaan bumi terkait dengan objek lain dan tidak dapat berdiri sendiri. Contoh :
interaksi antara desa dengan kota, orang kota membutuhkan bahan pangan dari desa
dan sebaliknya orang desa membutuhkan alat-alat elektronik dan alat-alat produksi
dari kota. i) Konsep Diferensiasi Areal Konsep diferensiasi areal, yaitu konsep yang
memandang bahwa tidak ada suatu ruang di permukaan bumi yang sama. Pasti suatu
daerah berbeda dengan daerah lainnya. daerah-daerah yang terdapat di muka bumi
berbeda satu sama lain. Dapat dicermati dari corak yang dimiliki oleh suatu wilayah
dengan wilayah yang lainnya.

Konsep Keterkaitan Ruang Memandang bahwa setiap kehidupan di suatu ruang tidak
terlepas dari kehidupan di ruang sekitarnya. Konsep ini hampir sama dengan konsep
interaksi, perbedaannya pada lingkup yang lebih luas. Jadi dapat diartikan sebagai,
hubungan antara penyebaran suatu unsur dengan unsur yang lain pada suatu tempat.
Contoh: Daerah pantai penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan, karena
dekat laut. Ruang Kota Jakarta terkait dengan ruang Kota Bandung. Setiap akhir
pekan, jalur atau jalan sekitar Puncak-Bogor selalu macet karena banyak orang
Jakarta yang ingin berlibur di Bandung.
Konsep Geografi Menurut Henry J.Warman

Henry J.Warman mengemukakan 15 konsep Geografi yang dapat dipergunakan


sebagai landasan untuk mengungkapkan gejala-gejala yang terrdapat di permukaan
bumi. Dengan demikian, dapat dipahami adanya hubungan sebab-akibat, hubungan
fungsi, proses terjadinya gejala, dan masalah-masalah Geografi yang terrdapat dalam
kehidupan sehari-hari.
Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut :

1) Konsep Regional (Regional concept).

2) Konsep Ruang Kehidupan (Life layer concept).

3) Konsep manusia sebagai makhluk yang paling dominan (Man ecological dominant
concept).

4) Konsep Global (Globalism concept).

5) Konsep Interaksi Keruangan (Spatial interaction concept).

6) Konsep Hubungan Antartempat (Areal relationship concept).


7) Konsep tempat yang sama (Areal likenesses concept).

8) Konsep perbedaan tempat (Areal differences concept).

9) Konsep keunikan tempat (Areal uniquenesses concept).

10) Konsep persebaran lokasi (Areal distribution concept).

11) Konsep lokasi relative (Relative location concept).

12) Konsep perbandingan keuntungan (Comperative advantage concept).

13) Konsep perubahan yang terus-menerus (Perpetual transformation concept).

14) Konsep penetapan sumber budaya (Culturally defined resources concept).

15) Konsep Bumi bulat pada bidang datar (Round Earth on flat paper concept).

Konsep Geografi Menurut Getrude WippleGetrude Wipple kemudian


menyederhanakan 15 konsep tersebut menjadi lima konsep utama,
yaitu sebagai berikut :

a. Bumi sebagai sebuah planet (The Earth as a planet).

b. Keragaman cara hidup (Varied ways of living).

c. Keragaman region alam (Varied natural regions).

d. Arti manfaat region bagi manusia (Significance of region to man).

e. Peranan lokasi dalam memahami berbagai kejadian didunia (The importance of


location in understanding world
affairs)
http://agungriyanto26.blogspot.co.id/2012/08/konsep-globalisasi-1.html

Rabu,29 September 2016


2.B.Pengertian Era Globalisasi
Secara etimologi, menurut kamus besar bahasa Indonesia “era” diartikan sejumlah
tahun dalam jangka waktu antara beberapa peristiwa penting dalam sejarah atau masa.
Sedangkan menurut kamus ilmiah popular era berarti zaman, masa atau kurun waktu.
Sedangkan kata “globalisasi” berasal dari kata dasar global, yang artinya menyeluruh,
seluruhnya, garis besar, secara utuh, dan kesejagatan. Jadi globalisasi dapat diartikan
sebagai pengglobalan seluruh aspek kehidupan, perwujudan (perubahan) secara menyeluruh
aspek kehidupan. Dan perubahan merupakan suatu proses actual yang tidak pernah hilang
selama manusia hidup di muka bumi ini. Keharusan ini dimungkinkan karena manusia pada
dasarnya adalah makhluk kreatif sebagai sunnatullah atas rasa, cipta, dan karsa yang
diberikan maha pencipta kepadanya.
Era globalisasi dalam arti terminologi adalah sebuah perubahan sosial, berupa
bertambahnya keterkaitan diantara masyarakat dan elemen-elemen yang terjadi akibat
transkulturasi dan perkembangan teknologi dibidang transportasi dan komunikasi yang
memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasional. Globalisasi juga dimaknai
dengan gerakan mendunia, yaitu suatu perkembangan pembentukan sistem dan nilai-nilai
kehidupan yang bersifat global. Era globalisasi memberikan perubahan besar pada tatanan
dunia secara menyeluruh dan perubahan itu dihadapi bersama sebagai suatu perubahan yang
wajar. Sebab mau tidak mau, siap tidak siap perubahan itu akan terjadi. Era ini di tandai
dengan proses kehidupan mendunia, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama
dalam bidang tranformasi dan komunikasi serta terjadinya lintas budaya.
Istilah globalisasi menurut Akbar S. Ahmad dan Hasting Donnan yang memberikan
batasan bahwa globalisasi pada prinsipnya mengacu pada perkembangan-perkembangan yang
cepat didalam teknologi komunikasi, transformasi, informasi yang bisa membawa bagian-
bagian dunia yang jauh ( menjadi hal-hal ) yang bisa dijangkau dengan mudah.[1].
Globalisasi adalah bagian dari perubahan ruang, gerak dan waktu dari nilai-nilai manusia
secara universal menuju sebuah spectrum keluarga besar masyarakat dunia ( Global Citizen
)[2].

B. Globalisasi Sebagai Ancaman atau Tantangan


Istilah “globalisasi”yang sangat populer ini, dapat pula berarti ideologi. Alat , oleh karena
itu merupakan wujud keberhasilan ilmu teknologi, terutama sekali dibidang komunikasi.
Ketika globalisasi berarti alat, maka globalisasi sangatlah netral. Artinya, ia berarti dan
sekaligus mengandung hal-hal yang positif, ketika dimanfaatkan untuk tujuan yang baik.
Sebaliknya, globalisasi akan dapat berakibat negative jika digunakan untuk tujuan yang tidak
baik. Dengan demikian globalisasi akan bergantung kepada siapa saja yang menggunakannya
dan untuk keperluan apa serta tujuan kemana ia dipergunakan.
Keika globalisasi sebagai ideology, sudah mempunyai arti sendiri dan netralitasnya
sangat berkurang. Oleh karena itu, tidak aneh kalau kemudian tidak sedikit akan terjadi
benturan nilai, antara nilai yang dianggap sebagai ideology globalisasi dan nilai agama,
termasuk agama Islam. Ketika bermakna ideology itulah, globalisasi atau juga pergaulan
hidup global baru ada respon dari agama-agama, termasuk Islam. Baik sebagai alat maupun
sebagai ideology.
Menurut Syamsul, salah satu senior lecturer di Monash University dulu, ada dua hal yang
menjadi tantangan terbesar bagi dunia pendidikan di Indonesia menghadapi era globalisasi
dunia sekarang.
Yang pertama, adalah Teknologi. Minimnya pengetahuan teknologi sangat mempengaruhi
kemampuan para edukator. Saya yakin bahwa banyak guru-guru yang tidak mengetahui
adanya internet sedangkan para murid sudah technology-aware.
Yang kedua, masuknya sekolah plus dengan overseas syllabus. Tantangan ini bisa berdampak
positif dan berdampak negatif, tergantung dari perspektif mana kita melihatnya.
Pertama, Sebagai Ancaman
Akhir-akhir ini, banyak kita ketahui, bermunculan gaya pergaulan dikalangan anak muda.
Seperti, kelompok ABG gedongan, kelompok eksekutif, kelompok anak muda sukses,
kelompok anak orang kaya, dan masih banyak contoh kelompok yang dibangun atas dasar
gengsi. Yang semuanya itu tidak lepas dari gaya hidup global.
Dalam pendefinisian itu, disana banyak ancaman budaya berupa kebebasan yang datang
dari dunia sekuler yang umumnya Barat. Dan ketika kebebasan ini berlebihan, maka nilai-
nilai dan norma budaya lokal dan nasional, terlebih lagi nilai agama. Akan terasa terancam
olehnya. Tentu saja kebebasan disini tidak dalam pengertian yang positif seperti kebebasan
menyampaikan pendapat kritik sosial dan semacamnya. Namun, ia adalah kebebasan yang
menjurus pada kepuasan lahiriah (pleasure), egoisme, dan hedonisme. Akibat negative dari
kebebasan penyalahgunaan narkoba, kebebasan seks, kebebasan makan dan minum barang
haram, dan sejenisnya. Yang demikian itu akan mengancam pada masyarakat yang terlalu
mudah hanyut untuk berimitasi globalisasi atau akan menjadi lingkaran setan bagi mereka.[3]
Kedua, Sebagai Tantangan
Di pihak lain, jika globalisasi itu memberi pengaruh hal-hal, nilai dan praktek, yang
positif, maka seharusnya menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mampu
menyerapnya, terutama sekali hal-hal yang tidak mengalai benturan dengan budaya lokal
maupun nasional, terutama sekali nilai agama. Dengan kata lain, bagaimana agar nilai-nilai
positif yang ada di Barat atau bahkan di belahan Negara lain, dapat masuk ke bangsa kita dan
dapat pula dipraktekan di tengah-tengah masyarakat kita, seperti budaya disiplin, kebersihan,
tanggungjawab, egalitarisme, kompetisi, kerja keras, penghargaan untuk orang lain, dan
sejenisnya. Disinilah seharusnya agama mampu menyaring, yang baik dapat diikuti dan yang
jelek harus dihindari.
Lebih dari itu, bagaimana kita mampu memberi pendidikan kepada anak-anak kita dan
bangsa kita agar ketika mereka mengetahui nilai yang negative, mereka akan
menghindarinya, bukan malah menirunya. Dan sebaliknya, ketika anak-anak mengetahui nilai
–nilai yang positif dan memberikan manfaat untuk bangsanya, mereka akan senantiasa
menirunya dan akan mengadopsinya, bukan malah menghindarinya. Ini berarti berkaitan
dengn banyak aspek, termasuk pendidikan, kemauan politik, praktek hukum dan tidak
ketinggalan adalah contoh dari pimpinan kita.
C. Persiapan Sumber Daya Manusia dalam Menghadapi Globalisasi
1. Perlunya landasan
Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan kompetisi, yang harus dilakukan
adalah penyediaan sumber daya manusia yang memiliki kesiapan mental sekaligus kesiapan
skill atau manusia professional, namun demikian untuk menjadi manusia professional
haruslah mempunyai landasan yaitu ajaran agama Islam, landasan motivasi, inspirasi dan
aqidah. Agar mampu menjawab tantangan dan menghadapi ancaman ajaran islam
memberikan petunjuk sebagai berikut:
Menumbuhkan kesadaran kembali tentang tujuan hidup menurut islam. Baik manusia sebagai
hamba Allah, maupun kholifah Allah. Seperti yang dijelaskan pada QS. Al-Baqarah : 30 yang
berbunyi :
ً۬
ۖ ‫ض ٱ فِى جَا ِع ً۬ل إِنِى ِل أل َملَـٰٓ ِٕٮ َك ِة َربُّكَ قَا َل َوإِ أذ‬
ِ ‫َخ ِليفَة أۡل َ أر‬
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’…
Disini iman dan taqwa sangatlah penting untuk dijadikan sebagai landasan hidup. Kita sadar
bahwa kepuasan lahiriyah yang pernah dinikmati oleh manusia hanyalah sebatas sementara.
Dengan begitu kita akan sanggup mengatur diri kita, dan pada akhirnya mampu merasakan
kenikmatan yang hakiki ketika kita berbuat baik, hal ini baik untuk hal-hal yang
hubungannya dengan khaliq maupun antar sesama umat manusia. Dengan demikian, ketika
kita akan terbawa arus globalisasi, maka kita akan selalu ingat kesadaran keberagaman kita,
yang mempunyai aturan main didunia dan diakhirat.
Mempertanggung jawabkan apa yang diperbuat didunia, baik formalitas administrative sesuai
ketentuan yang ada didunia sendiri maupun hakiki yang menceburkan diri dalam kehidupan
globalisasi., maka seharusnya kita sadar akan tanggungjawab kita sendiri terhadap apa yang
kita perbuat. Setitik apapun yang dilakukan oleh seseorang, ia akan dimintai
pertanggungjawabannya[4]. Sebagaimana disebutkan dalam surat Az-Zalzalah ayat 7-8 yang
berbunyi :
(٨)‫( ش ًَ۬را ذَ َّر ً۬ة ِم أث َقا َل يَ أع َم أل َو َمن يَ َره ۥ‬٧) ‫َخ أي ً۬را ذَ َّرة ِم أثقَا َل يَ أع َم أل فَ َمن يَ َره ۥ‬
Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrahpun, niscaya dia akan
melihat [balasan] nya. (7) Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun,
niscaya dia akan melihat [balasan]nya pula. (8)
Disini, pendidikan Agama Islam yang diharapkan dapat berperan sebagai filter
terhadap kemungkinan timbulnya dampak negative dari akibat kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berkembang cepat, serta sekaligus dapat menghilangkan pandangan
dikotomi antara ilmu pengetahuan dan agama.[5]
2. Persiapan sumber daya manusia dengan kriteria pribadi berkualitas
a) Aspek Intelektual
Kemampuan Analisis
Kemampuan Fokus
Kemampuan Organisasi
Kemampuan Teknis Praktis
Kemampuan penguasaan multi bahasa, dasar : Indonesia dan Inggris ; Pilihan tambahan :
Mandarin, Perancis, Jepang ( salah satu ).
Menyenangi bukti, music, kesenian, filsafat, dan Ilmu pengetahuan.
Bekerja keras untuk mendapatkan nilai/hasil yang baik
Memiliki wawasan nasional dan internasional
Sistematika kerja, kecepatan kerja dan ketelitian kerja.
b) Aspek Ketrampilan
c) Aspek Kepribadian ; 16 Nilai Dasar ( Basic Values )
Integritas Tinngi
Terbuka
Konsisten
Berorientasi hasil
Rajin
Disiplin
Kontrol Diri
Keberanian
Kesederhanaan
Pendengar yang baik
Bisa dipercaya
Mempunyai tujuan jelas
Memikirkan orang
Jujur
Memiliki prinsip
Memanfaatkan peluang
Mengakui kesalahan
Kemandirian
Kreatif
Berani mengambil resiko
Humor
Daya tahan
Rasa hormat
Suka menolong
Kerjasama
Semangat belajar seumur hidup
Pemberdayaan
Kepemimpinan
Komitmen
Kebanggaan
Keadilan
Kesabaran.[6]
http://viecenut.blogspot.co.id/2012/06/pendidikan-di-era-globalisasi.html

3.C.Pengertian Definisi Globalisasi


. Anda mungkin telah sering mendengar kata "globalisasi". Namun, apakah sesungguhnya
globalisasi itu? Globalisasi berasal dari kata "globe" yang artinya dunia. Globalisasi artinya
proses mendunia atau menuju satu dunia. Dalam globalisasi, orang-orang, wilayah-wilayah,
dan negara-negara saling berhubungan erat dan menjadi lebih saling tergantung.
Dalam kamus Bahasa Inggris Longman Dictionary of Contempory English, global diartikan
sebagai concerning the whole earth; maksudnya, sesuatu yang berkaitan dengan dunia
internasiona, atau seluruh dunia.
Konsep globalisasi menurut Prijono Tjiptoherijanto adalah suatu pengertian ketiadaan
batas antar negara (stateless). Konsep ini merujuk pada pengertian bahwa suatu negara (state)
tidak dapat membendung "sesuatu" yang terjadi di negara lain. Pengertian "sesuatu" tersebut
dikaitkan dengan banyak hal seperti pola prilaku, tatanan kehidupan, dan sistem perdagangan.
Kesimpulan bahwa "Globalisasi" merupakan suatu proses pengintergrasian manusia dengan
segala macam aspek kehidupan ke dalam satu kesatuan masyarakat yang utuh dan yang lebih
besar dalam kehidupan internasional.
Globalisasi terjadi karena perkembangan yang pesat dalam bidang komunikasi, teknologi
informasi, dan transportasi.

Sejarah Globalisasi
Istilah globalisasi berasal dari kata “Globalize” yang mengacu pada munculnya jaringan
sistem skala besar sosial dan ekonomi internasional. Istilah ini pertama digunakan sebagai
kata benda dalam artikel berjudul Towards New Education, kata “Globalisasi” di sini
menunjukkan tampilan pengalaman manusia secara keseluruhan di lapangan pendidikan.
istilah yang sama, perusahaan raksasa (giant), dipicu oleh Charles Taze Russell pada tahun
1897 untuk mengacu pada perusahaan besar nasional pada waktu itu.
Pada tahun 1960, istilah yang kedua telah mulai digunakan sebagai sinonim oleh para
ekonom dan ilmuwan sosial lainnya. ekonom Theodore Levitt secara luas diakui sebagai
pencipta istilah kata “Globalisasi” melalui artikel berjudul “Globalization of Markets”.

Artikel ini diterbitkan dalam Harvard Business Review isu Mei-Juni 1983. Namun, kata
“Globalisasi” sebelumnya telah banyak digunakan setidaknya sejak tahun 1944 dan
digunakan oleh beberapa pengamat sejak tahun 1981. Levitt dapat dianggap sebagai orang
yang mempopulerkan kata ini dan diperkenalkan ke bisnis utama di paruh kedua tahun 1980-
an.

Sejak dirumuskan, Konsep globalisasi telah menginspirasi sejumlah definisi dan interpretasi,
mulai dari lingkup perdagangan dan kerajaan di Asia dan Samudera Hindia pada abad ke-15
sampai seterusnya. Karena konsep ini sangat rumit, banyak proyek penelitian, artikel, dan
diskusi tetap terfokus pada satu aspek globalisasi.
Baca juga >>
Pengertian dan Definisi Etika
Pengertian Dan Definisi Sosiologi

Pengertian globalisasi menurut para ahli


Pengertian globalisasi menurut para ahli dapat memiliki banyak versi namun pada dasarnya
mengandung makna yang sama. Kamus bahasa sendiri mendefinisikan globalisasi sebagai
fenomena yang menjadikan dunia mengecil (menjadi kecil) dari segi hungan antar manusia.
Nah, hal ini dimungkinkan karena perkembangan teknologi yang sangat cepat (Nurdiaman,
2009). Bayangkan saja, melalui teknologi modern kita yang berada di Indonesia bisa
melakukan komunikasi dengan orang yang berada di benua Eropa dengan cepat. Hal ini bisa
kita lakukan melalui saluran telepon, internet, televisi dan sebagainya.
Berikut pengertian globalisasi menurut para ahli:

1. Albrow ( Yaya, 1998) berpendapat bahwa globalisasi adalah keseluruhan proses


dimana manusia di bumi ini (dimasukkan) diinkoporasikan ke dalam masyarakat
dunia tunggal yakni masyarakat global.
2. John Huckle (Miriam Steiner, 1996 ) berpendapat bahwa globalisasi adalah suatu
proses dengan mana (dimana) kejadian, keputusan dan kegiatan (yang dilakukan) di
salah satu bagian dunia menjadi konsekuensi yang signifikan bagi individu dan
masyarakat yang jauh.
3. Selo Soemardjan (Nurdiaman,2009) berpendapat bahwa globalisasi merupakan
terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia
untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah yang sama.

Nah, dari pendapat para ahli ini kita dapat menyimpulkan bahwa globalisasi adalah suatu
proses yang menjadikan sesuatu bersifat mendunia. Pengaruh globalisasi membuat
masyarakat menyatu dengan dunia terutama di bidang ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi
dan media komunikasi massa.

Ciri-ciri globalisasi
Dewi (2009) mengutarakan bahwa tidak semua kejadian, kegiatan atau suatu keputusan bisa
dikatakan sebagai globalisasi. Jika bukan globalisasi, maka itu hanyalah suatu kejadian biasa
saja.

Hamijoyo (Mimbar, 1990) mengutarakan bahwa ciri-ciri globalisasi meliputi empat hal
yakni:
a. Didukung oleh kecepatan informasi, teknologi canggih, transportasi serta komunikasi yang
diperkuat oleh tatanan dan manajemen yang tangguh.
b. Telah melampaui batas tradisional geopolitik dimana batas tersebut saat ini harus tunduk
kepada kekuatan teknologi, ekonomi, sosial, politik dan mempertemukan tatanan yang
sebelumnya sulit dipertemukan.
c. Adanya saling ketergantungan antara negara.
d. Pendidikan merupakan bagian dari globalisasi.

Tilaar (Dewi,2009) juga berpendapat bahwa ciri-ciri era globalisasi ialah ditandai dengan
adanya era masyarakat terbuka. Masyarakat terbuka ini dapat dilihat dari adanya hubungan
dagang yang menghubungkan sektor ekonomi antara masyarakat disuatu negara dengan
masyarakat di negara lain. Selain itu, hubungan diplomasi politik antar negara juga dapat
dikategorikan sebagai ciri dari adanya globalisasi.

Dalam bukunya, M.S Faridy (2009) mengutarakan bahwa ciri-ciri utama globalisasi ialah
prosesnya serba cepat, dampaknya bersifat massal atau meluas dan bersifat mendunia. Pelaku
atau penggerak globalisasi pada umumnya memanfaatkan teknologi informasi dan
telekomunikasi sebagai medianya.
Nah, darisini kita bisa menyimpulkan bahwa ciri-ciri globalisasi ditandai dengan adanya:
1. Kemajuan teknologi dan komuniskasi yang mendunia,
2. Hubungan politik dan ekonomi antar masyarakat dunia,
3. Penyebaran pemikiran terutama dibidang pendidikan,
4. Penyebaran mode, style dan gaya hidup yang menuntut adanya kesamaan dengan
kemajuan zaman.

Dampak Globalisasi
Dampak positif globalisasi:
a. Masyarakat semakin maju
b. Semangat kerja meningkat
c. Ruang sosial semakin terbuka
d. Pertukaran budaya
e. Pasar semakin luar

Dampak negatif globalisasi:


a. Membanjirnya produk luar negeri
b. Ketergantungan terhadap negara maju
c. Lapangan kerja semakin sempit
d. Kerusakan lingkungan hidup
e. Nilai-nilai sosial dalam masyarakat luntur
http://www.medrec07.com/2015/03/pengertian-definisi-globalisasi-dan.html
Rabu,29 September 2016

BAB 16
1.A.Pengertian Good Governance
Dari segi administrasi pembangunan, good governance didefinisikan sebagai berikut:
An overall institutional framework within wich its citizens are allowed to interact and
transact freely, at difference levels, to fulfil its political, economic and social apirations.
Basically, good governance has three aspect:
(i) The ability of citizens to express views and acces decision making freely;
(ii) The capacity of the government agencies (both political and bureaucratic) to translate these
views into realistic plans and to implement them cost effectively; and
(iii) The ability of citizens and institutions to compare what has been asked for with what has been
planned, and to compare what has been planned with what has been implemented".
Sedangkan dari segi teori pembangunan, good governance diartikan sebagai berikut:
" ........ a plitical and bureaucratic framework wich provides an enabling macra-economic
environment for investment and growth, which pursues distributional and equity related
policies; which makes entrepreneurial interventions when and where required and which
practices honest and afficient management principles. A commited and imaginative political
leadership accompanied by an efficient and accountable bureaucracy does seem to be the key
to the establishment of good governance in a country."
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa good governance mensyaratkan adanya
hubungan yang harmonis antara negara (state), masyarakat (civil siciety) dan pasar (market).
Jika mengacu pada World Bank dan UNDP, orientasi pembangunan sektor publik
(public sector) adalah menciptakan good governance. Pengertian good governance adalah
kepemerintahan yang baik, menurut UNDP (United Nation Develepment Program) dapat
diartikan sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi, pencegahan korupsi baik secara politik maupun
administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework
bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

2. Latar Belakang Good Governance


Jika ditarik lebih jauh, lahirnya wacana good governance berakar dari penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi pada praktik pemerintahan, seperti Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN). Penyelenggaraan urusan publik yang bersifat sentralistis, non-partisipatif
serta tidak akomodatif terhadap kepentingan publik, telah menumbuhkan rasa tidak percaya
dan bahkan antipati kepada rezim pemerintahan yang ada. Masyarakat tidak puas dengan
kinerja pemerintah yng selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan publik. Beragam
kekecewaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan tersebut pada akhirnya melahirkan
tuntutan untuk mengembalikan fungsi-fungsi pemerintahan yang ideal. Good governance
tampil sebagai upaya untuk memuaskan dahaga publik atas kinerja birokrasi yang
sesungguhnya.
B. Prinsip dan Konsepsi Good Governance
1. Prinsip Good Governance
Berdasarkan pengertian Good Governance oleh Mardiasmo dan Bank Dunia yang
disebutkan diatas dan sejalan dengan tuntutan reformasi yang berkaitan dengan aparatur
Negara termasuk daerah aadlah perlunya mewujudkan administrasi Negara yang mampu
mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas, dan fungsi penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan maka menuntut penggunaan konsep Good Governance
sebagai kepemerintahan yang baik, relevan dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Ide
dasarnya sebagaimana disebutkan Tingkilisan (2005:116) adalah bahwa Negara merupakan
institusi yang legal formal dan konstitusional yang menyelenggarakan pemerintahan dengan
fungsi sebagai regulator maupun sebagai Agent of Change.
Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa Good Governance awalnya digunakan
dalam dunia usaha (corporate) dan adanya desakan untuk menyusun sebuah konsep dalam
menciptakan pengendalian yang melekat pada korporasi dan manajemen professionalnya,
maka ditetapkan Good Corporate Governance. Sehingga dikenal prinsip-prinsip utama dalam
Governance korporat adalah: transparansi, akuntabilitas, fairness,responsibilitas, dan
responsivitas. (Nugroho,2004:216)
Transparansi merupakan keterbukaan, yakni adanya sebuah system yang
memungkinkan terselenggaranya komunikasi internal dan eksternal dari korporasi.
Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban secara bertingkat keatas, dari organisasi
manajemen paling bawah hingga dewan direksi, dan dari dewan direksi kepada dewan
komisaris. Akuntabilitas secara luas diberikan oleh dewn komisaris kepada masyarakat.
Sedangkan akuntabilitas secara sempit dapat diartikan secara financial. Fairness agak sulit
diterjemahkan karena menyangkut keadilan dalam konteksmoral. Fairness lebih menyangkut
moralitas dari organisasi bisnis dalam menjalankan hubungan bisnisnya, baik secara internal
maupun eksternal.
Responsibilitas adalah pertanggungjawaban korporat secara kebijakan. Dalam konteks
ini, penilaian pertanggungjawaban lebih mengacu kepada etika korporat, termasuk dalam hal
etika professional dan etika manajerial. Sementara itu komite governansi korporat di Negara-
negara maju menjabarkan prinsip governansi korporat menjadi lima kategori, yaitu: (1) hak
pemegang saham, (2) perlakuan yang fair bagi semua pemegang saham, (3) peranan
konstituen dalam governansi korporat, (4) pengungkapan dan transparansi dan (5)
tanggungjawab komisaris dan direksi.
UNDP memberikan beberapa karekteristik pelaksanaan good governance, meliputi:
· Participation, keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya.
Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta
berpartisipasi secara konstruktif.
· Rule of law, kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.
· Tranparancy, transparansi dibangun atas dasar kebebbasan memperoleh informasi.
Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh
mereka yang membutuhkan.
· Responsiveness, lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani stake
holders.
· Concensus orientation, berorientasi pada kepentingan masyarakat luas
· Equity, setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperleh kesejahteraan
dan keadilian.
· Efficiency dan effectiveness, pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya
guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).
· Accountbility, pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan.
· Strategic vision, penyelenggaraan pemerintahan dan masyarakat memiliki visi jauh ke
depan.
C. Karakteristik Dasar Good Governance
Ada tiga karakteristik dasar good governance :
1. Diakuinya semangat pluralisme. Artinya, pluralitas telah menjadi sebuah keniscayaan yang
tidak dapat dielakkan sehingga mau tidak mau pluralitas telah menjadi suatu kaidah yang
abadi. Dengan kata lain pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati (given) dalam kehidupan.
Pluralisme bertujuan mencerdaskan umat melalui perbedaan konstruktif dan dinamis, dan
merupakan sumber dan motivator terwujudnya kreativitas yang terancam keberadaannya jika
tidak terdapat perbedaan. Satu hal yang menjadi catatan penting bagi kita adalah sebuah
peradaban yang kosmopolit akan tercipta apabila manusia memiliki sikap inklusif dan
kemampuan (ability) menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Namun, dengan catatan,
identitas sejati atas parameter-parameter otentik agama tetap terjaga.
2. Tingginya sikap toleransi, baik terhadap saudara sesame agama maupun terhadap umat
agama lain. Secara sederhana, toleransi dapat diartikan sebagai sikap suka mendengar dan
menghargai pendapat dan pendirian orang lain. Senada dengan hal itu, Quraish Shihab (2000)
menyatakan bahwa tujuan agama tidak semata-mata mempertahankan kelestariannya sebagai
sebuah agama, namun juga mengakui eksistensi agama lain dengan memberinya hak hidup,
berdampingan, dan saling menghormati.
3. Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekedar kebebasan dan persaingan,
demokrasi juga merupakan suatu pilihan untuk bersama-sama membangun dan
memperjuangkan perikehidupan warga dan masyarakat yang semakin sejahtera.

Masyarakat madani mempunyai ciri-ciri ketakwaan yang tinggi kepada Tuhan, hidup
berdasarkan sains dan teknologi, berpendidikan tinggi, mengamalkan nilai hidup modern dan
progresif, mengamalkan nilai kewarganegaraan, akhlak, dan moral yang baik, mempunyai
pengaruh yang luas dalam proses membuat keputusan, serta menentukan nasib masa depan
yang baik melalui kegiatan sosial, politik, dan lembaga masyarakat.

D. Penerapan Prinsip Good Governance pada Sektor Publik

Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara krisis ekonomi, krisis
finansial dan krisis yang berkepanjangan di berbagai negara dengan lemahya corporate
governance.
Corporate governance adalah seperangkat tata hubungan diantara manajemen, direksi,
dewan komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya
yang mengatur dan mengarahkan kegiatan perusahaan (OECD, 2004).
Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup
perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan. Di tahun 2007 Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan PT Multi Utama Indojasa melaksanakan kegiatan
studi Implementasi Good Corporate Governance (GCG) di Sektor swasta, BUMN dan
BUMD. Studi ini ditujukan untuk memperoleh gambaran awal (baseline) yang komprehensif
tentang pelaksanaan prinsip-prinsip GCG di Sektor swasta, BUMN dan BUMD di Indonesia
yang dari waktu ke waktu bisa digunakan sebagai data pembanding dengan kondisi di masa
depan.
Studi dilakukan dengan 3 (tiga) metode, yaitu (1) penyebaran kuesioner kepada
responden, (2) wawancara mendalam dengan pimpinan perusahaan yang menangani
implementasi GCG, dan (3) penelusuran dokumen perusahaan. Perusahaan yang terlibat
dalam studi ini adalah 66 perusahaan, yang terdiri dari 37 perusahaan swasta yang sudah go
public, 17 perusahaan BUMN (12 diantaranya sudah go public), dan 12 perusahaan BUMD.
Dari setiap perusahaan, diambil sekitar 27 responden, mulai dari Preskom hingga karyawan
non-manajerial, serta pihak-pihak eksternal dari perusahaan seperti pelanggan, pemasok,
perusahaan asuransi, auditor eksternal, investor institusi, lembaga pembiayaan dan
perusahaan afiliasi.
Data dari kuesioner diolah dan dianalisis secara kuantitatif, sedangkan hasil
wawancara mendalam dan penelusuran dokumen diolah dan dianalisis secara kualitatif.
Analisis implementasi GCG dilakukan dengan mengukur implementasi berdasarkan prinsip-
prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan fairness,
serta berdasarkan kerangka kerja GCG yaitu compliance, conformance, dan performance.
Selain itu, secara khusus dilihat aspek code of conduct, pencegahan korupsi dan disclosure.
Dari hasil studi diketahui bahwa secara umum implementasi GCG pada perusahaan-
perusahaan yang menjadi responden sudah sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari Indeks GCG
yang didapat, baik berdasarkan prinsip-prinsip GCG yang mencapai angka 88,89 maupun
berdasarkan kerangka kerja implementasi GCG (compliance, conformance dan performance)
yang mencapai 90,41. Demikian juga untuk aspek code of conduct, pencegahan korupsi, dan
disclosure.
Hal ini berarti secara rata-rata, hampir 90% dari prinsip-prinsip GCG sudah
dilaksanakan oleh perusahaan responden. Dari prinsip-prinsip GCG, ada satu prinsip yang
relatif lemah yaitu responsibilitas. Lemahnya implementasi prinsip ini berkenaan dengan
masih lemahnya implementasi dalam pembentukan komite-komite fungsional di bawah
Komisaris. Sebagian perusahaan responden hanya memiliki Komite Audit, Komite Nominasi
dan Remunerasi serta Komite Manajemen Resiko, sedangkan komite-komite lainnya seperti
Komite Asuransi, Komite Kepatuhan, Komite Eksekutif, dan Komite GCG, masih banyak
yang belum memilikinya. Adapun prinsip yang sudah relatif kuat adalah prinsip transparansi
dan fairness.
Ini menunjukkan perusahaan telah berupaya untuk lebih transparan dan fair kepada
stakeholder. Jika dilihat berdasarkan kerangka kerja GCG, aspek yang masih lemah adalah
aspek compliance pada sisi Board dan conformance pada sisi Karyawan. Pada sisi Board,
kelemahannya selain pada pembentukan komite-komite, juga pada implementasi pencegahan
benturan kepentingan, dan peningkatan kerjasama dengan penegak hukum. Sedangkan pada
sisi karyawan, berkaitan dengan penandatanganan pernyataan kepatuhan kepada Pedoman
Perilaku dan Peraturan Perusahaan. Indeks code of conduct adalah 88,77. Artinya secara
umum perusahaan telah memiliki code of conduct dan telah memuat beberapa hal yang
berkaitan dengan implementasi prinsip-prinsip GCG. Namun yang masih perlu diperbaiki
dalam code of conduct ini adalah sosialisasi kepada pihak eksternal seperti pelanggan,
pemasok dan perusahaan asuransi.
Indeks pencegahan korupsi adalah 89,39, yang berarti sudah cukup baik. Namun
beberapa hal yang perlu didorong adalah pengawasan terhadap pelaksanaan dari tindakan
yang berpotensi terhadap terjadinya benturan kepentingan. Selain itu, masih belum adanya
kerjasama antara perusahaan dengan lembaga penegak hukum dalam mengembangkan sistem
pencegahan korupsi. Indeks untuk disclosure ini adalah 92,42. Aspek ini termasuk yang
menonjol dan menjadi perhatian utama dari responden, terutama bagi perusahaan yang sudah
go public. Aspek ini menjadi sangat diprioritaskan oleh perusahaan karena kinerja pada aspek
ini dapat dinilai dan dirasakan oleh pihak luar. Untuk analisis, perusahaan responden dibagi
dalam 4 (empat) kelompok, yaitu BUMN/BUMD Lembaga Keuangan, BUMN/BUMD Non
Lembaga Keuangan, Swasta Lembaga Keuangan, dan Swasta Non Lembaga Keuangan.
Pembagian ini untuk memudahkan analisis serta agar perbandingan antar perusahaan
dapat dilakukan lebih fair. Hasil studi menunjukkan bahwa swasta lembaga keuangan
memiliki indeks yang paling tinggi dibanding kelompok yang lain, baik berdasarkan prinsip-
prinsip GCG maupun berdasarkan compliance, conformance, dan performance. Selain itu,
kelompok ini juga memiliki indeks yang paling tinggi untuk code of conduct dan pencegahan
korupsi.
Namun untuk disclosure, indeks tertinggi diraih kelompok swasta non lembaga
keuangan. Secara umum implementasi di perusahaan yang bergerak di sektor keuangan, baik
perusahaan swasta BUMN/BUMD lebih baik dibanding perusahaan non lembaga keuangan.
Selain itu, implementasi di perusahaan yang swasta lebih baik dibanding BUMN/BUMD.
Demikian pula, perusahaan yang sudah terbuka (go public) lebih baik dibanding perusahaan
yang belum go public. Berdasarkan kerangka kerja GCG, aspek compliance cukup lemah
pada kelompok perusahaan non lembaga keuangan. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya
perusahaan yang belum melengkapi komite-komite fungsionalnya. Selain itu, masih
kurangnya tindakan komisaris terhadap (potensi) benturan kepentingan yang menyangkut
dirinya. Sebaliknya, aspek-aspek tersebut sangat diperhatikan oleh perusahaan-perusahaan
yang bergerak di sektor keuangan, sehingga lembaga keuangan lebih patuh dibanding
perusahaan non lembaga keuangan. Sebagai rekomendasi, untuk meningkatkan kualitas
implementasi GCG, perusahaan-perusahaan perlu didorong untuk lebih patuh dalam
membentuk berbagai komite fungsional yang diperlukan dalam penerapan GCG. Lembaga-
lembaga yang berfungsi mengawasi dan membina seperti Bank Indonesia, Menneg BUMN
dan Bapepam LK agar lebih proaktif dalam mengawasi implementasi GCG terutama
berkaitan dengan potensi terjadinya benturan kepentingan.
Selain itu, perlu diterbitkan peraturan yang dapat memaksa perusahaan sawsta yang
belum terbuka dan BUMD untuk menerapkan GCG. Implementasi Good Goverment dan
Clean Goverment pada institusi pemerintah terutama yang berkaitan dengan pelayanan publik
seperti Ditjen Pajak, Bea Cukai, Imigrasi, BPN, Institusi yang mengeluarkan perizinan, dan
institusi penegak hukum. Hal ini untuk mendorong badan usaha lebih konsisten dalam
menerapkan GCG serta untuk menciptakan iklam usaha yang lebih sehat, kondusif dan
kompetitif. Dalam rangka meningkatkan kerjasama perusahaan dengan lembaga penegak
hukum dalam upaya pencegahan korupsi, diperlukan rumusan bentuk dan metode kerjasama
yang dapat dilakukan dan mendorong perusahaan untuk melakukan kerjasama dengan
lembaga penegak hukum.
Perlu adanya sosialisasi yang intensif tentang pedoman umum GCG, penyusunan
code of conduct, kaitan GCG dengan pencegahan korupsi, dan best practises dalam
penerapan GCG melalui berbagai media.

E. Struktur Organisasi dan Manajemen Perubahan dalam Good Governance

Menurut Lukman Hakim Saifuddin, (2004) good governance (G) di Indonesia adalah
penyelenggaraan peerintahan yang baik yang dapat diartikan sebagai suatu mekanisme
pengelolaan sumber daya dengan substansi dan implementasi yang diarahkan untuk mencapai
pembangunan yang efisien dan efektif secara adil. Oleh karena itu, good governance akan
tercipta di antara unsur-unsur negara dan institusi kemasyarakatan (ormas, LSM, pers,
lembaga profesi, lembaga usaha swasta, dan lain-lain) memiliki keseimbangan dalam proses
checks and balances dan tidak boleh satu pun di antara mereka yang memiliki kontrol
absolute.
Pengembangan publil good governance di Indonesia akan menunjuk pada
sekumpulan nilai (cluster of values), yang notabane sudah lama hidup dan berkembang di
masyarakat Indonesia. Sekumpulan nilai yang dimaksud tersebut adalah 11 (sebelas) nilai
good governance yakni (1) check and balances, (2) decentralization; (3) effectiveness; (4)
efficiency, (5) equity, (6) human rights protection, (7) integrity, (8) participation, (9)
pluralism, (10) predictability, (11) rule of law, dan (12) transparency.
Pertanyaan yang muncul kemudian dalam implementasinya adalah bagaimana
mendekati, mengidentifikasi, mengurai, dan mengupayakan pemecahan persoalan penegakan
good governance. Menurut Lukman Hakim, ada tiga faktor determinan pencapaian good
governance, yakni lembaga atau pranata (institutions/system), sumber daya manusia (human
factor), dan budaya (cultures).
Terkait dengan tiga faktor determinan tersebut, pada subbab ini akan dibahas tentang
lembaga atau pranata, budaya dan sumber daya manusia dalam dua bagian, yaitu struktur
organisasi dalam good governance dan manajemen perubahan yang diperlukan oleh
organisasi.
1. Struktur Organisasi dalam Good Governance
Globalisasi dan perkambangan informasi akan mempercepat perubahan organisasi. Menurut
Tulis (2000), perubahan terhadap sumber daya manusia sebesar 10 persen saja dapat
mengubah struktur organisasi, selain perubahan ang disebabkan faktor teknologi, ekonomi,
politik, dan sosial. Praktik manajemen yang lama baik menyangkut struktur organisasi,
personel, dan tugas pokok, akan menyebabkan resistensi terhadap perubahan dan
menyebabkan sulitnya melakukan restrukturisasi organisasi dalam rangka mencapai efisiensi.
Dalam rangka menghadapi perubahan yang begitu cepat, maka beberapa hal yang penting
dilakukan adalah :
a. Memelihara kesadaran yang tinggi akan urgensi
Perubahan besar dalam organisasi, baik struktur dan budaya tidak akan pernah sukses bila
organisasi tersebut cepat puas. Kesadaran tinggi akan tingkat urgensi yaitu memahami hak
yang mendesak dan menempatkannya sebagai prioritas dalam menghadapinya, sangat
membantu proses mengatasi masalah dan langkah perubahan yang besar. Peningkatan fungsi
organisasi akan menyebabkan tingginya tingkat organisasi. Untuk memelihara urgensi tingkat
tinggi maka diperlukan sistem informasi manajemen yang menyangkut sistem informasi
akuntansi, untuk keuangan, sistem informasi sumber daya manusia (SDM) untuk mengukur
kinerja SDM, dan sistem informasi lain yang diperlukan oleh organisasi. Sistem informasi ini
akan menjamin kecermatan dan kejelian data, sehingga data yang digunakan untuk
pengambilan keputusan yang valid.
b. Penyusunan pranata organisasi
Misi dan tujuan setiap organisasi sektor publik adalah memuaskan para pihak yang
berkepentingan dengan pelayanan publik serta melestarikan tingkat kepuasan masyarakat.
Tanangan untuk mencapai kepuasan adalah melalui mutu pelayanan yang prima atas
pelayanan dan kepercayaan publik. Permasalahan dalam peningkatan mutu ini pada birokrasi
terkendala dengan sumber informasi yang terbatas, tingkat pengetahuan aparat yang tidak
memadai, budaya birokrasi, dan pengambilan keputusan yang tidak efektif karena delegasi
wewenang yang tidak optimal serta tidak adanya insentif dan berkorelasi dengan sistem
penggajian.
Permasalahan dalam penyusunan pranata organisasi adalah masalah keagenan, yaitu
kebijaksanaan yang salah dan berjalan terus-menrus, program yang tidak sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, serta pekerjaan yang tidak berkonstruksi terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Singkatnya, tantangan utama dalam mendesain dan pengembangan pranata
organisasi pemerintah dan sistem nasional adalah mengoptimalkan informasi pengambilan
keputusan serta menciptakan sistem penggajian yang sepadan dengan kinerja. Perbaikan
sistem informasi dan sistem penggajian berbasis kinerja ini akan meningkatkan mutu layanan
dan kepercayaan publik.
c. Perubahan Struktur Organisasi
Perubahan kondisi pasar, teknologi, sistem sosial, regulasi, dan pelaksanaan Good
Governance dapat memengaruhi struktur pengembangan organisasi. Untuk perubahan
struktur organisasi perlu dilakukan analisis biaya dan manfaat terhadap pengaruh pelayanan
public terhadap organisasi melalui perubahan yang bersifat strategis.
Perubahan struktur organisasi mencakup tiga unsur sebagai determinan, yaitu: (a) sistem
pendapatan wewenang, tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab, (b) sistem balas jasa yang
sepadan, dan (c) sistem evaluasi indikator atau pengukuran kinerja untuk individu dan unit
organisasi.
Masalah utama dalam perubahan struktur organisasi adalah meyakinkan diri bahwa
pengambilan keputusan dan akuntabilitas semua pihak yang berkepentingan terhadap
organisasi mempunyai informasi dan pengetahuan yang relevan mengambil keputusan yang
baik dan benar serta adanya insentif sepadan yang menggunakan informasi secara produktif
dan terpercaya. Perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap perubahan struktur
organisasi, biaya, dan manfaat langsung maupun tidak langsung harus dianalisis secara
cermat dan hati-hati.

Perubahan struktur organisasi sebelum GG dan sesudah GG


Sebelum GG Sesudah GG
Struktur bersifat : Struktur bersifat :
1. Birokratik, 1. Nonbirokratik, sedikit aturan
2. Multilevel 2. Lebih sedikit level
3. Disorganisasi dengan 3. Manajemen berfungsi baik
manajemen 4. Kebijakan, program dan
4. Kebijakan, program, dan prosedur sederhana, tidak
prosedur ruwet menimbulkan ketergantungan
Sistem : Sistem :
1. Tergantung pada beberapa 1. Tergantung pada sistem
sistem informasi kinerja informasi kinerja
2. Distribusi informasi terbatas 2. Distribusi informasi luas,
pada eksekutif 3. Memberikan pelatihan kepada
3. Pelatihan manajemen hanya karyawan yang membutuhkan
pada karyawan senior
Budaya Organisasi : Budaya Organisasi :
1. Orientasi ke dalam 1. Orientasi ke luar
2. Tersentralisasi 2. Memberdayakan sumber daya
3. Lambat dalam pengambilan 3. Pengambilan keputusan cepat
keputusan 4. Terbuka dan berintegrasi
4. Realistis-idiologi 5. Berani mengambil risiko
5. Kurang berani mengambil
keputusan

Dalam rangka pelaksanaan GG, makia organisasi modern dapat melakukan :


1. Kesadaran yang tinggi terhadap tingkat urgensi
2. Kerja sama tim yang baik dalam tatanan staf dan manajemen
3. Bisa menciptakan dan mengomunikasikan visi, misi, dan program dengan baik
4. Pemberdayaan semua karyawan dengan memerhatikan minat dan bakat
5. Memberikan delegasi wewenang dengan efektif
6. Mengurangi ketergantungan yang tidak perlu, dan
7. Mengembangkan budaya organisasi yang adaptif dan penggunaan analisis kinerja
2. Manajemen Perubahan
Sesuai dengan pertimbangan TAP MPR RI Nomor II/MPR/1999, masalah krisis
multidimensi yang melanda negara Indonesia merupakan penghambat perwujudan cita-cita
dan tujuan nasional. Reformasi di segala bidang, diharapkan dapat menjadi suatu langkah
penyelamatan, pemulihan, pemantapan dan pengembangan pembangunan serta penguatan
kepercayaan diri
Kemampuan para pemimpin penyelenggara pemerintahan dan masyarakat yang
mengelola perubahan menjadi sangat krisis dan strategis, terutama sensitifitas dan
responsibilitas terhadap tanda dan waktu perubahan tersebut diperlukan, khususnya dalam
langkah penyelamatan, pemulihan, dan pengembangan. Ada dua hal yang perlu ditekankan
dalam manajemen perubahan, yaitu mengapa ada perubahan yang berhasil dan ada yang
gagal?
Perubahan yang gagal disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
a. Terlalu cepat puas
b. Team work yang gagal
c. Merumuskan visi, misi, dan program dengan kurang tepat
d. Gagal menciptakan harapan sukses kepada seluruh anggota organisasi
e. Menganggap perubahan sudah selesai dan hanya sekali memerlukan perubahan
f. Tidak bisa mengubah symbol, nilai, sikap dan norma organisasi dari yang lama menjadi
budaya yang baru dalam organisasi.
Untuk mengurangi kegagalan dalam perubahan budaya organisasi, maka harus
dihilangkan atau dikurangi dampak negatif dari perubahan seperti bubarnya organisasi,
kehilangan pasar dan kepuasaan pelanggan, penurunan gaji dan harus dikikis dengan
menjelaskan mengapa organisasi perlu mengadakan perubahan, bagaimana tahap perubahan,
bagaimana hasil akhir dari perubahan, dan bagaimana peran serta dari setiap anggota
organisasi dalam perubahan. Untuk mencapai keberhasilan dalam perubahan, ada beberapa
hal yang diperlukan, yaitu :
1. Menetapkan strategi, pentingnya, dan tahapan perubahan
2. Mengembangkan semangat kerja sama tim yang tinggi
3. Mengembangkan strategi komunikasi untuk menyampaikan visi, misi, program perubahan,
sehingga anggota dapat termotivasi, dan
4. Memberdayakan setiap anggota organisasi sesuai dengan kompetensi minat, dan bakat.
F. Good Governance dalam Kerangka Otonomi Daerah
Upaya pelaksanaan tata pemerintahan yang baik, UU No 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah merupakan salah salu instrumen yang merefleksikan keinginan
Pemerintah unluk melaksanakan tata pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Hal ini dapat dilihat dari indikator upaya penegakan hukum,
transparansi dan penciptaan partisipasi. Dalam hal penegakan hukum, UU No. 32 Tahun
2004 telah mengatur secara tegas upaya hukum bagi para penyelenggara pemerintahan daerah
yang diindikasikan melakukan penyimpangan.
Dari sistem penyelenggaraan pemerintahan sekurang-kurangnya terdapat 7 elemen
penyelenggaraan pemerintahan yang saling mendukung tergantung dari bersinergi satu sarna
lainnya, yaitu :
1. Urusan Pemerintahan;
2. Kelembagaan;
3 Personil;
4. Keuangan;
5. Perwakilan;
6. Pelayanan Publik dari
7. Pengawasan.
Ketujuh elemen di atas merupakan elemen dasar yang akan ditata dari dikembangkan
serta direvitalisasi dalam koridor UU No. 32 Tahun 2004. Namun disamping penataan
terhadap tujuan elemen dasar diatas, terdapat juga hal-hal yang bersifat kondisional yang
akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari grand strategi yang merupakan kebutuhan
nyata dalam rangka penataan otonomi daerah di Indonesia secara keseluruhan yaitu penataan
Otonomi Khusus NAD
dari Papua, penataan daerah dari wilayah perbatasan , serta pemberdayaan masyarakat.
Setiap elemen tersebut disusun penataannya dengan langkah-langkah menyusun target
ideal yang harus dicapai, memotret kondisi senyatanya dari mengidentifikasi gap yang ada
antara target yang ingin dicapai dibandingkan kondisi rill yang ada saat ini.
Meskipun dalam pencapaian Good Governance rakyat sangat berperan, dalam
pembentukan peraturan rakyat mempunyai hak untuk menyampaikan aspirasi, namun peran
negara sebagai organisasi yang bertujuan mensejahterakan rakyat tetap menjadi prioritas.
Untuk menghindari kesenjangan didalam masyarakat pemerinah mempunyai peran yang
sangat penting. Kebijakan publik banyak dibuat dengan menafikan faktor rakyat yang
menjadi dasar absahnya sebuahnegara. UU no 32 tahun 2004 yang memberikan hak otonami
kepada daerah juga menjadi salah satu bentuk bahwa rakyat diberi kewenangan untuk
mengatur dan menentukan arah perkembangan daerahnya sendiri. Dari pemilihan kepala
daerah, perimbangan keuangan pusat dan daerah (UU no 25 tahun 1999). Peraturan daerah
pun telah masuk dalam Tata urutan peraturan perundang - undangan nasional (UU no 10
tahun 2004), Pengawasan oleh masyarakat.
Sementara itu dalam upaya mewujudkan transparansi dalam penyelenggaran
pemerintahan diatur dalam Pasa127 ayat (2), yang menegaskan bahwa sistem akuntabilitas
dilaksanakan dengan kewajiban Kepala Daerah untuk memberikan laporan penyelenggaraan
pemerintahan daerah kepada Pemerintahan, dan memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan
pemerintahan daerah kepada masyarakat.
Sistem akuntabilitas semacam ini maka terdapat keuntungan yang dapat diperoleh
yakni, akuntabilitas lebih dapat terukur tidak hanya dilihat dari sudut pandang politis semata.
Hal ini merupakan antitesis sistem akuntabilitas dalam UU No. 22 Tahun 1999 dimana
penilaian terhadap laporan pertanggungjawaban kepala daerah oleh DPRD seringkali tidak
berdasarkan pada indikator-indikator yang tidak jelas. Karena akuntabilitas didasarkan pada
indikator kinerja yang terukur,maka laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan
daerah tidak mempunyai
dampak politis ditolak atau diterima. Dengan demikian maka stabilitas
penyelenggaraanpemerintahan daerah dapat lebih terjaga.
Masyarakat memiliki hak untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Pelaksanaan pengawasan oleh masyarakat dapat dilakukan oleh
masyarakat sebagai perorangan, kelompok maupun organisasi dengan cara: Pemberian
informasi adanya indikasi terjadinya korupsi, kolusi atau nepotisme di lingkungan pemerintah
daerah maupun DPRD. Penyampaian pendapat dan saran mengenai perbaikan,
penyempurnaan baik preventif maupun represif atas masalah.
Informasi dan pendapat tersebut disampaikan kepada pejabat yang berwenang dan
atau instansi yang terkait. Menurut Pasal 16 Keppres No. 74 Tahun 2001, masyarakat berhak
memperoleh informasi perkembangan penyelesaian masalah yang diadukan kepada pejabat
yang berwenang. Pasal tersebut berusaha untuk memberikan kekuatan kepada masyarakat
dalam menjalankan pengawasan.
http://dewishobich.blogspot.co.id/2014/01/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html
Rabu,29 September 2016
2.B. Indonesia dalam Misi Perdamaian Dunia

Peran aktif Indonesia di dunia Internasional dalam upaya pemeliharaan


perdamaian dunia dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan politik, bantuan
kemanusiaan maupun peranannya baik dalam bentuk sebagai pengamat militer,
staf militer atau Kontingen Satgas operasi pemeliharaan perdamaian sebagai duta
bangsa di bawah bendera PBB. Peranan TNI dalam operasi pemeliharaan
perdamaian peran aktif Indonesia, dimulai sejak tanggal 8 Januari 1957, yaitu
pengiriman Kontingen Garuda pertama ke Sinai, Mesir dalam misi United Nation
Emergency Force - UNEF Keberhasilan Kontingen Garuda dalam melaksanakan
tugas misi pemeliharaan perdamaian di Mesir menimbulkan kepercayaan dunia
Internasional, khususnya PBB terhadap Indonesia, sehingga kontribusi Indonesia
untuk berpartisipasi dan mengirim kontingennya selalu diharapkan dalam misi
perdamaian PBB.
Seiring dengan meningkatnya kepercayaan PBB terhadap peranan
Kontingen Garuda dalam operasi pemeliharaan perdamaian, perundang-undangan
nasional telah mengakomodasi operasi pemeliharaan perdamaian sebagai salah
satu tugas pokok TNI sebagai salah satu bentuk dalam operasi militer selain
perang. Secara eksplisit, hal tersebut tertuang dalam UU no. 34 Tahun 2004
Tentang TNI. Untuk itu, penggunaan kekuatan TNI dalam rangka tugas
perdamaian dunia dilakukan sesuai dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia
dan ketentuan hukum nasional (Indonesia, Undang-Undang Tentang TNI , UU No
34 Tahun 2004, pasal 7 ayat (2) dan pasal 20 ayat(3)).
Selain legitimasi dalam perundang-undangan nasional, peranan TNI dalam
operasi pemeliharaan perdamaian telah mendapat dukungan secara politik dari
Presiden RI , Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Sebagaimana pernyataan
politik Presiden di depan Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia pada tanggal 14 Agustus 2009 dalam rangka peringatan Hari Ulang
Tahun ke 64 Kemerdekaan Republik Indonesia, diantaranya menyatakan bahwa:
"Dengan berakhirnya konllik dan operasi mililer di berbagai wilayah tanah
air, maka penugasan untuk menjaga perdamaian inlernasional adalah juga medan
latihan bagi para prajurit TNI untuk meningkatkan profesionalitas mereka sesuai
standar militer internasional" .
Realitas di atas semakin meneguhkan komitmen TNI untuk senantiasa berperan
aktif mengirimkan prajurit-prajuritnya dalam operasi perdamaian dunia di bawah
bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perwujudan komitmen TNI dalam
mengirimkan prajurit-prajurit TNI tersebut ialah dengan menyiapkan dan
mendidik prajurit-prajurit TNI secara profesional sesuai dengan tuntutan standar
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Puncak prestasi dari semakin banyaknya permintaan keterlibatan TNI
dalam setiap konflik yang ditangani PBB dan untuk mengantisipasi tantangan
tugas dalam operasi pemeliharaan perdamaian ke depan yang semakin komplek,
maka Panglima TNI kemudian membentuk suatu badan tersendiri yang khusus
menangani operasi pemeliharaan perdamaian, yang dinamakan PUSAT MISI
PEMELIHARAAN PERDAMAIAN TNI (PMPP TNI) melalui Kep Panglima
TNI No : Kep / 4 / I / 2007 dan No : Kep / 5 / I / 2007 tanggal 29 Januari 2007 (di
mana sebelum terbentuknya PMPP TNI , operasi pemeliharaan perdamaian TNI
dilaksanakan oleh Staf Operasi Panglima TNI)
Berdasarkan Keputusan Panglima TNI tersebut, PMPP TN I memiliki
tugas untuk menyelenggarakan pembekalan dan pelatihan bagi personel TNI yang
dipersiapkan sebagai Milobs , kontingen dan penugasan luar negeri untuk tugas
operasi perdamaian dunia. Dengan demikian, hasil yang diharapkan adalah
membentuk prajurit TNI yang profesional, sesuai dengan standar PBB yang dapat
mengemban tugas misi perdamaian tersebut.
B. Indonesia Punya Peran dalam Perdamaian Palestina
Duta besar Indonesia untuk Palestina yang baru dilantik, Zainulbahar Noor
melihat adanya perkembangan baru yang memberikan harapan baru untuk
perdamaian di Palestina.
“Kelihatan ada perkembangan-perkembangan baru yang bisa memberikan
harapan-harapan baru,” ujarnya usai dilantik oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Jumat (30/1).
Peran serta Indonesia di Palestina memiliki peranan yang mutlak. “Kita
ada citizen service disana, yang sangat memperhatikan hal itu,” ujar Zainulbahar
yang mengaku baru mengetahui tentang kondisi Palestina baru dari media massa.
Zainulbahar juga mengatakan Indonesia memiliki peran dalam upaya perdamaian
dunia.
“Indonesia memiliki diplomasi untuk berperan dalam perdamaian dunia yang
disampaikan oleh menteri luar negeri,” tuturnya.
Selain melantik dubes RI untuk Palestina, Presiden juga melantik14 duta
besar (dubes) luar biasa dan berkuasa penuh (LBBP) Republik Indonesia (RI)
lainnya. Dalam pelantikan itu, Presiden di dampingi oleh wakil presiden Jussuf
Kalla. Serta sejumlah meneri yang hadir ialah Menkokesra Aburizal Bakrie,
Menkopolkam Widodo AS, Menlu Hassan Wirajuda, Mensesneg Hatta Rajasa,
Menteri budaya dan pariwisata Jerowacik, dan jajaran menteri kabinet bersatu
lainnya.
Para duta besar yang dilantik ialah Ahmad Rusdi sebagai dubes LBBP RI
untuk negara Republik Yunani berkedudukan di Athena. Dian Triansyah Djani
sebagai perutusan tetap RI di PBB, WTO dan organisasi internasional lainnya di
Jenewa berkedudukan di Jenewa. Eddy Pratomo sebagai dubes LBBP RI untuk
negara Republik Demokratik Timor Leste berkedudukan di Dili.Harsha Edwana
Joesoef sebagai dubes LBBP RI untuk negara Republik Slovakia berkedudukan di
Bratislava.
Yudhistiranto Sungadi sebagai dubes LBBP RI untuk negara Republik Tanzania
berkedudukan di Dar Es Salam. I Gede Ngurah Swajaya sebagai dubes LBBP RI
untuk negara Kerajaan Kamboja berkedudukan di Phnom Penh. Ishak
Latuconsina sebagai dubes LBBP RI untuk negara Republik Islam Pakistan
berkedudukan di Islamabad.
Mohamad Oemar sebagai dubes LBBP RI untuk negara Republik Italia
merangkap negara Republik Malta, neg rep. syprus, FAO, IFAD dan WFP
berkedudukan di Roma.
Muhammad Ibnu Said sebagai dubes LBBP RI untuk negara Republik Tunisia
berkedudukan di Tunis. Nicholas Tandi Dammen sebagai dubes LBBP RI untuk
negara Republik Korea berkedudukan di Seoul.
Nining Suningsih Rochadiat sebagai dubes LBBP RI untuk negara Republik
Ukrania merangkap negara Republik Georgia dan negara republik Armenia
berkedudukan di Kyiv. Primo Alui Joelianto sebagai dubes LBBP RI untuk
negara Australia berkedudukan di Canberra.
Zainulbahar Noor sebagai dubes LBBP RI untuk negara kerajaan Yordania
Hasyimiah, merangkap otoritas nasional Palestina berkedudukan di Amman. Zet
Mirzal Zainuddin sebagai dubes LBBP RI untuk Negara republik rakyat
Bangladesh merangkap negara republik Nepal Berkedudukan di Dhaka.
C. Tugas Pemeliharaan Perdamaian Dunia Penting Bagi Indonesia
Tugas pemeliharaan perdamaian dunia penting bagi bangsa Indonesia.
"Tugas ini penting karena konstitusi kita mengamanahkan agar kita ikut
melaksanakan ketertiban dunia, world order, berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial," kata Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dalam pidatonya saat meresmikan Fasdiklat Pusat Misi Pemeliharaan
Perdamaian (PMPP) di Bukit Merah Putih, Citereup, Sentul, Kabupaten Bogor,
Senin (19/12) pagi.
Menurut Presiden SBY, situasi keamanan dan perdamaian dunia hingga saat ini
belum pernah baik, sehingga pemeliharaan perdamaian internasional adalah tugas
yang akan terus dilakukan Indonesia sampai dunia betul-betul aman dan damai
sesuai dengan Piagam PBB. "Kita ingin membekali dan meningkatkan
kemampuan dan pengalaman TNI, dan dalam batas tertentu Polri, untuk tugas-
tugas pemeliharaan perdamaian ini," ujar SBY.
Menjawab pertanyaan mengapa Indonesia harus memiliki pusat pemeliharaan
perdamaian, Presiden SBY menjelaskan karena intensitas, partisipasi, dan
kontribusi Indonesia dalam berbagai tugas-tugas pemeliharaan perdamaian itu
sangat tinggi. "Indonesia adalah negara yang sangat aktif untuk berkonstribusi
pada misi pemeliharan perdamaian dunia," Presiden SBY menerangkan.
"Dunia juga menilai bahwa kontingen Indonesia di manapun mereka mengemban
tugas memiliki prestasi yang baik. Tentu saja penilaian ini wajib kita pertahankan
dan bahkan terus kita tingkatkan," jelasnya.
Presiden mencontohkan ketika kontingen Indonesia mengemban misi perdamaian
di bekas negara Yugoslavia. "Indonesia mendapatkan penghargaan yang tinggi
karena disiplin kita, can do spirit kita, kinerja kita, bahkan hubungan peace
keepers Indonesia dengan masyarakat lokal. Kita dinilai sebagai good guys," SBY
menambahkan.
Namun Indonesia kehilangan beberapa kesempatan baik untuk meningkatkan
perannya dalam misi-misi ini, misalnya dalam jumlah perwira yang memimpin.
"Jumlah perwira-perwira Indonesia yang menjadi leaders tidak terlalu banyak
karena hambatan bahasa dan pengetahuan tentang peace keeping mission itu
sendiri," kata Presiden.
Kesempatan lain yang terlewatkan adalah ketika Indonesia diberi kesempatan
untuk menambah 1 batalyon mekanis untuk kekuatan misi perdamaian di Bosnia
dan menempatkan seorang jenderal bintang dua untuk menjadi force commander
atau komandan pasukan. "Ternyata kita tidak siap," ujar SBY.
Oleh karena itu Presiden SBY sudah memikirkan untuk membangun sebuah pusat
pelatihan dan pendidikan pasukan pemelihara perdamaian bersama dengan
perwira TNI lainnya sejak ia selesai bertugas di Bosnia tahun 1996. "Karena
pertimbangan tertentu, sayang sekali waktu itu belum bisa dibangun, dan
alhamdulillah sekaranglah bisa kita wujudkan," SBY menjelaskan.
D. Kontribusi Indonesia dalam Perdamaian Dunia
Konflik negara adalah isu yang terus menggelinding setiap waktu dan
penyelesaiannya sangatlah alot. Setiap tahun selalu ada persengketaan antara dua
negara. Indonesia pernah memanas dengan Malaysia di Sipadan wilayah perairan
Kalimantan, Cina sekarang berseteru dengan Filipina di perairan Laut Cina
Selatan, Serbia dengan Bosnia, dan perseteruan yang tak pernah berakhir antara
Israel dan Palestina.Masih banyak catatan persengketaan bilateral dua negara
yang terpaksa harus diselesaikan dengan angkat senjata.
Antrean problematika konflik bilateral –yang kerap memicu konflik multilateral
—menuntut para pihak untuk menyelesaikannya secara damai. PBB sebagai
organisasi perdamaian dunia dituntut untuk mengatasi perselisihan dengan cara
damai, konsisten berada di tengah-tengah tanpa diintervensi oleh kekuatan
negara-negara super power. Itulah sebabnya PBB kemudian membentuk pasukan
pemelihara perdamaian (peacekeeper) pada 29 Mei 60 tahun silam.
Pasukan pemelihara perdamaian adalah alat yang terdapat dalam tubuh PBB yang
memiliki hak legitimasi, kemampuan untuk membatasi ruang gerak tentara dan
polisi di seluruh dunia, serta mengintegrasi tentara dan polisi dengan pasukan
penjaga perdamaian dalam operasi multidimensi.
Menurut data yang dihimpun dari United Nations Blog
(http://www.un.org/en/peacekeeping/ operations/history.shtml) hingga bulan Mei
2010, pasukan pemelihara perdamaian PBB memiliki lebih dari 124.000 personel
militer, polisi dan staf sipil yang berasal lebih dari 110 negara di dunia, dan
jumlah tersebut terus meningkat hingga saat ini, terbukti dengan bertambahnya
kuota staf sipil resmi PBB hingga tembus angka 1.009 pada Februari 2012.
Tantangan Pasukan pemelihara perdamaian yang telah eksis lebih dari 60
tahunsemakin hari semakin mendapat tantangan yang luar biasa beratnya.
Pasukan ini harus menjalankan misi sebagai kontigen perdamaian, mendukung
dan menyuplai institusi negara pascakonflik yang masih lemah selama transisi
politik sehingga mampu bangkit dan menata kembali negaranya sendiri bertahap
mulai dari alas fundamental, serta memberdayakan dan melindungi warga sipil
korban konflik sesuai prosedur hukum dan peradilan untuk menekan sikap
introvert.
Di satu sisi pasukan ini harus bersikap netral, tidak berpihak kepada negara
manapun, dan tidak boleh diintervensi oleh kekuatan mana pun; di sisi lain dalam
situasi tertentu pasukan pemelihara perdamaian pun harus tetap tegas dan siap
“menghukum” negara-negara pembangkang yang melanggar kesepakatan. Oleh
karena itu, mau tidak mau anggota pasukan ini mesti memiliki kemampuan militer
dan berstrategi.
Kontigen Garuda Indonesia sebagai anggota perdamaian dunia
mengimplementasikannya dengan berpartisipasi di tubuh Pasukan Pemelihara
Perdamaian PBB sejak 1957. TNI dengan standar manuver terbaik yang
tergabung dalam Kontigen Garuda merupakan unsur vital di dalamnya.
Dalam kurun waktu 55 tahun, Indonesia telah mengirimkan 26 kontigen
untuk mengintervensi negara konflik dalam upaya perdamaian. Kontingen Garuda
I, dengan 559 personel yang merupakan gabungan dari Resimen Infanteri-15
Tentara Territorium IV/Diponegoro dengan Resimen Infanteri-18 Tentara
Territorium V/Brawijaya Malang, dikirim pada 8 Januari 1957 ke Mesir, ketika
Majelis Umum PBB memutuskan untuk menarik mundur pasukan Inggris, Prancis
dan Israel dari wilayah Mesir. Saat ini, sekitar 2000 Pasukan Perdamaian
Indonesia dioperasikan di 7 negara konflik, dengan rincian (halonusantara.com)
Lebanon (1.455orang), Kongo (192), Haiti (170), Darfur (146), Sudan Selatan (8)
dan Liberia (1orang).
Eksistensi Indonesia dalam upaya memproteksi negara konflik dengan
aktif mengirimkan pasukan pemelihara perdamaian diapresiasi secara positif. Poin
terpenting, kebudayaan Indonesia yang mendoktrin warganya untuk menjadi
masyarakat berbudi, ramah, dan hangat, di refleksikan dengan baik oleh Kontigen
Garuda secara lebih fleksibel, hal itu merupakan tindakan preventif terhadap
penolakan warga sipil negara konflik, seperti di Sudan. Keramahan sebagai
langkah diplomatik agar ketegangan tidak berlarut.
Pasukan pemelihara perdamaian, memerlukan kecermatan dalam menjalin
hubungan baik dengan pihak yang terkait konflik, sehingga tidak melakukan
kegiatan yang melanggar marjin dan tidak akan menurunkan citra independensi
dan netralitas.
Kontigen Garuda telah memberikan warna tersendiri dalam pasukan
pemelihara perdamaian. Kontigen Garuda lebih menggunakan pendekatan
preventif dan persuasif agar dicapai perdamaian yang sesungguhnya. Kontigen
Garuda berpegang pada prinsip-prinsip perdamaian sebagaimana yang
dikumandangkan PBB. United Nations Blog menyatakan, ada beberapa hal yang
perlu dilakukan agar operasi pemelihara perdamaian dapat berjalan sukses dan
singkron.
1. Pasukan pemelihara perdamaian harus mengikuti prinsip-prinsip
persetujuan, ketidakberpihakan, dan menghindari penggunaan kekuatan
kecuali untuk membela diri dan melaksanakan mandat.
2. Menunjukan kredibilitas terutama di mata penduduk setempat.
3. Membuat komitmen politik dengan pihak terkait menuju perdamaian.
4. Menunjukan kepekaan tinggi terhadap penduduk setempat dan menetapkan
standar profesionalisme tinggi dalam berperilaku, karena pasukan perdamaian
harus menghindarkan diri menjadi bagian dari konflik.
E.Kesungguhan Indonesia
Saat ini, TNI menempatkan pasukan penjaga perdamaian Indonesia
dengan jumlah personel terbesar di Lebanon, kemudian di Haiti, dan Kongo.
Sedangkan military observer, personel yang terlatih dan dibekali ilmu dalam misi
PBB serta mempunyai kecakapan khusus sebagai pengamat militer, ditempatkan
di beberapa negara seperti Sudan, Sudan Selatan, Liberia, dan Suriah.
Untuk memenuhi klasifikasi sebagai sepuluh besar negara pengirim pasukan
perdamaian PBB, Indonesia tengah meningkatkan personel TNI yang siap dikirim
hingga 4000 personel dengan salah satu kualifikasi memiliki kecakapan berbahasa
Inggris.
Indonesia membuka Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pasukan Misi
Perdamaian di Sentul seluas 261 hektar untuk melatih tentara yang berkapasitas
lebih. Karena kapasitas yang dibutuhkan tidak hanya berperang, melainkan upaya
mengatasi terorisme, menangani korban bencana, dan memahami kebudayaan
negara yang dilanda konflik. (Pikiran Rakyat, 20 Maret 2012).
Tugas Kontingen Garuda XXII/H yang terhitung mulai 23 Agustus 2008 - 22
Agustus 2009, memikul tugas pokok untuk monitoring, verifikasi, dan
implementasi Perjanjian Damai Komprehensif (Comprehensive Peace
Agreement/CPA). Tujuannya adalah terlaksananya proses gencatan senjata, proses
DDR, sensus, pemilu, dan referendum. Ini berarti bukan hanya mengutamakan
kekuatan fisik, melainkan juga intelektual, abilitas, dan integritas.
Akhirnya damai Indonesia, damailah dunia
http://dokumen.tips/documents/indonesia-dan-perdamaian-dunia.html
Rabu,29 September 2016
3.C.Indonesia dan perdamaian dunia
Sebagai suatu pendekatan, kondisi dan sebuah doktrin dasar nasional, ketahanan
nasional merupakan strategi pengembangan kemampuan nasional melalui penyelenggaraan
kesejahteraan dan keamanan yang seimbang pada seluruh aspek pendidikan. Kemampuan
nasional yang dikembangkan diharapkan mampu menghadapi ancaman yang dapat
membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Dalam membahas ketahanan nasional, sekarang ini kita tidak dapat melepaskan diri
dari pengaruh seluruh serta perkembangan kehidupan internasional. Hal ini karena globalisasi
dan perkembangan diluar negara turut mempengaruhi kelangsungan hidup bangsa dan
negara. Globalisasi adalah proses sosial yang muncul sebagai akibat dari kemajuan dan
inovasi tekhnologi serta perkembangan informasi dan komunikasi.
Namun, sebagai sebuah proses, globalisasi memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) Terkait erat dengan kemajuan teknologi, arus informasi, dan komunikasi lintas batas
negara.
2) Tidak dapat dilepaskan dari adanya akumulasi kapital, tingginya arus investasi, keuangan,
dan perdagangan global.
3) Berkaitan dengan semakin tingginya intesitas perpindahan manusia, barang, jasa, dan
pertukaran budaya yang lintas batas negara.
4) Ditandai dengan semakin meningkatnya tingkat keterkaitan dan ketergantungan tidak
hanya antar bangsa / negara tetapi juga antar masyarakat.

Globalisasi abad XXI diyakini berpengaruh besar terhadap kehidupan suatu bangsa.
Globalisasi akan menimbulkan ancaman dan tantangan yang ditengarai bisa berdampak
negatif bagi bangsa dan negara. Namun, disisi lain globalisasi memberikan peluang yang
akan berdampak positif bagi kemajuan suatu bangsa.
Oleh karena itu, dalam era seluruh ini perlu kita ketahui macam-macam ancaman atau
tantangan apa yang diperkirakan dapat melemahkan posisi negara-bangsa. Perlu disadari
bersama bahwa globalisasi menghadirkan fenomena-fenomena baru yang sebelumnya belum
pernah dihadapi oleh negara-bangsa. Fenomena baru itu misalnya hadirnya perusahaan
multinasional, semakin luasnya perdagangan seluruh, dan persoalan lingkungan hidup.
Dalam mengahadapi globalisasi ini, bangsa-bangsa di dunia memberi respons atau
tanggapan yang dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Sebagian bangsa menyambut positif globalisasi karena dianggap sebagai jalan keluar baru
untuk perbaikan nasib umat manusia.
b. Sebagian masyarakat yang kritis menolak globalisasi karena dianggap sebagai bentuk baru
penjajahan (kolonialisme) melalui cara-cara baru yang bersifat transnasional dibidang politik,
ekonomi, dan budaya.
c. Sebagian yang lain tetap menerima globalisasi sebagai sebuah keniscayaan akibat
perkembangan teknologi informasi dan transportasi, tetapi tetap kritis terhadap akibat negatif
globalisasi.
Tampaknya bagi negara-negara Indonesia, globalisasi merupakan sesuatu yang tidak
bisa ditolak. Berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah Indonesia menyiratkan bahwa
Indonesia ikut serta dalam arus global. Misalnya dengan ikut serta dalam forum WTO,
APEC, dan AFTA. Globalisasi perlu diwaspadai dan dihadapi dengan sikap arif bijaksana.
Salah satu sisi negatif dari globalisasi adalah semakin menguatnya nilai-nilai materialistik
pada masyarakat Indonesia. Disisi lain nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan,
keramahtamahan sosial dan rasa cinta tanah air yang pernah dianggap sebagai kekuatan
kekuatan pemersatu dan ciri khas bangsa Indonesia, makin pudar. Sisi negatif ini
dimungkinkan karena masuknya nilai-nilai global. Inilah yang menyebabkan krisis pada jati
diri bangsa.

Dalam naskah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-


2009 telah dimunculkan Program Pengembangan Nilai Budaya. Program ini bertujuan
untuk memperkuat jati diri bangsa ( identitas nasional ) dan memantapkan budaya nasional.
Tujuan tersebut dicapai antara lain melalui upaya memperkokoh ketahanan budaya nasional
sehingga mampu menangkal penetrasi budaya asing yang bernilai negatif dan memfasilitasi
proses adopsi dan adaptasi budaya asing yang bernilai positif dan produktif.

Disamping itu, diupayakan pula pembangunan moral bangsa yang mengedepankan


nilai-nilai kejujuran, amanah, keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, gotong royong,
kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, dan tanggung jawab. Tujuan tersebut dilaksanakan
pula melalui pengarusutamaan nilai-nilai budaya pada setiap aspek pembangunan. Kegiatan
pokok yang akan ditempuh antara lain adalah :

1) Aktualisasi nilai moral dan agama.


2) Revitalisasi dan reaktualisasi budaya lokal yang bernilai luhur termasuk didalamnya
pengembangan budaya maritim.
3) Transformasi budaya melalui adopsi dan adaptasi nilai-nilai baru yang positif untuk
memperkaya dan memperkokoh khazanah budaya bangsa, seperti orientasi pada peningkatan
kinerja, budaya kritis, akuntabilitas dan penerapan iptek.

B. Pengertian Perdamaian Dunia

Dalam studi perdamaian, perdamaian dipahami dalam dua pengertian. Pertama,


perdamaian adalah kondisi tidak adanya atau berkurangnya segala jenis kekerasan. Kedua,
perdamaian adalah transformasi konflik kreatif non-kekerasan. Dari dua definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa perdamaian adalah apa yang kita miliki ketika transformasi konflik yang
kreatif berlangsung secara tanpa kekerasan. Perdamaian selain merupakan sebuah keadaan,
juga merupakan suatu proses kreatif tanpa kekerasan yang dialami dalam transformasi (fase
perkembangan) suatu konflik. Umumnya pemahaman tentang kekerasan hanya merujuk pada
tindakan yang dilakukan secara fisik dan mempunyai akibat secara langsung. Batasan seperti
ini terlalu minimalistis karena rujukannya berfokus pada peniadaan atau perusakan fisik
semata.

Kendati pun demikian, pengertian perdamaian tidak berhenti di situ. Perdamaian


bukan sekedar soal ketiadaan kekerasan atau pun situasi yang anti kekerasan. Lebih jauh dari
itu perdamaian seharusnya mengandung pengertian keadilan dan kemajuan. Perdamaian
dunia tidak akan dicapai bila tingkat penyebaran penyakit, ketidakadilan, kemiskinan dan
keadaan putus harapan tidak diminimalisir. Perdamaian bukan soal penggunaan metode
kreatif non-kekerasan terhadap setiap bentuk kekerasan, tapi semestinya dapat menciptakan
sebuah situasi yang seimbang dan harmoni, yang tidak berat sebelah bagi pihak yang kuat
tetapi sama-sama sederajat dan seimbang bagi semua pihak. Jadi perdamaian dunia
merupakan tiadanya kekerasan, kesenjangan, terjadinya konflik antar negara di seluruh dunia.

C. Mewujudkan Perdamaian Dunia

Ketika ada seseorang ataupun Negara yang lebih suka menyerukan peperangan,
mungkin saja hati nuraninya telah mati. Sebab semua yang hati nuraninya masih berfungsi
tentu akan memilih perdamaian. Bukankah perdamaian itu tidak sulit dan lebih memberikan
harapan? Mengapa harus kita persulit? Sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan, andai
saja semua orang dan seluruh Negara di dunia ini mau bersama-sama “saling bergandengan
tangan” dan berkomitmen untuk terus menyerukan dan mewujudkan perdamaian dunia.
Sudah saatnya kini kita hapuskan paradigma bahwa mewujudkan sebuah perdamaian
itu sulit. Paradigma bahwa mewujudkan perdamaian itu sulit hanya akan terus membelenggu
fikiran kita dan menjadi batu sandungan yang menjegal segala upaya perdamaian itu sendiri.
Penulis terkadang merasa miris, mengapa begitu mudahnya kita serukan konflik dan
peperangan? Sementara itu begitu sulit hanya untuk sebuah perdamaian yang mana demi
kehidupan bangsa juga seluruh Negara yang lebih baik. Ini tentu menjadi PR untuk bangsa
Indonesia khususnya dan seluruh Negara di dunia yang masih bernurani tentunya.

Kita bersama harus yakin bahwa suatu saat nanti perdamaian dunia akan benar-benar
terwujudkan. Tentu yakin saja tidak cukup dan tidak akan pernah mengubah keadaan. Harus
ada upaya-upaya nyata yang kita lakukan bersama Negara-negara di seluruh penjuru dunia.
Selama ini memang sering ada upaya-upaya diplomasi dan pertemuan antar Negara guna
menciptakan perdamaian dunia. Pada akhirnya yang dihasilkan seperti biasa yaitu butir-butir
kesepakatan atau semacam perjanjian bersama yang selama ini belum banyak mampu
merubah keadaan.

Ada beberapa solusi atau upaya menurut Cipto Wardoyo yang harus dilakukan demi
mewujudkan perdamaian dunia, antara lain:

1. Melalui Pendekatan Cultural (Budaya)

Untuk mewujudkan perdamaian kita harus mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat


ataupun sebuah Negara. Jika tidak akan percuma saja segala upaya kita. Dengan mengetahui
budaya tiap-tiap masyarakat atau sebuah Negara maka kita bisa memahami karakteristik dari
masyarakat atau Negara tersebut. Atas dasar budaya dan karakteristik masyarakat atau suatu
Negara, kita bisa mengambil langkah-langkah yang tepat dan efektif dalam mewujudkan
perdamaian disana. Pendekatan budaya ini merupakan cara yang paling efektif dalam
mewujudkan perdamaian di masyarakat Indonesia serta dunia.

2. Melalui Pendekatan Sosial dan Ekonomi

Dalam hal ini pendekatan sosial dan ekonomi yang dimaksudkan terkait masalah
kesejahteraan dan faktor-faktor sosial di masyarakat yang turut berpengaruh terhadap upaya
perwujudan perdamaian dunia. Ketika masyarakatnya kurang sejahtera tentu saja lebih rawan
konflik dan kekerasan di dalamnya. Masyarakat atau Negara yang kurang sejahtera biasanya
akan “tidak perduli” atas isu dan seruan perdamaian. “Jangankan memikirkan perdamaian
dunia, buat makan untuk hidup sehari-hari saja sangat susah”, begitu fikir mereka yang
kurang sejahtera. Maka untuk mendukung upaya perwujudan perdamaian dunia yang harus
dilakukan terlebih dahulu adalah meningkatkan pemerataan kesejahteraan seluruh masyarakat
dan Negara di dunia ini.

3. Melalui Pendekatan Politik

Melalui pendekatan budaya dan sosial ekonomi saja belum cukup efektif untuk
mewujudkan perdamaian dunia. Perlu adanya campur tangan politik, dalam artian ada agenda
politik yang menekankan dan menyerukan terwujudnya perdamaian dunia. Terlebih lagi bagi
Negara-negara maju dan adidaya yang memiliki power atau pengaruh dimata dunia. Negara-
negara maju pada saat-saat tertentu harus berani menggunakan power-nya untuk “melakukan
sedikit penekanan” pada Negara-negara yang saling berkonflik agar bersedia berdamai
kembali. Bukan justru membuat situasi semakin panas, dengan niatan agar persenjataan
mereka terus dibeli.

4. Melalui Pendekatan Religius (Agama)

Pada hakikatnya seluruh umat beragama di dunia ini pasti menginginkan adanya
perdamaian. Sebab saya kira tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan, kekerasan
ataupun peperangan. Semua Negara mengajarkan kebaikan, yang diantaranaya kepedulian
dan perdamaian. Maka dari itu setiap kita yang mengaku beragama dan ber-Tuhan tentu harus
memiliki kepedulian dalam turut serta mewujudkan perdamaian di masyarakat maupun di
kancah dunia. Para tokoh agama yang dianggap memiliki karisma dan pengaruh besar di
masyarakat harus ikut serta aktif menyerukan perdamaian.

Di lingkungan masyarakat sekarang ini banyak kita telah menemukan masalah-masalah


yang terjadi dan sering menimbulkan masalah di tengah tengah masyarakat yang kurang
memahami satu dengan yang lainnya. Sebaiknya agar terjadi perdamaian dunia adalah
kesadaran dari diri sendiri dan pemikiran, perbuatan yang tidak semena-mena agar tidak
terjadi kesalahpahaman dan konflik atau keributan di tengah masyarakat.

Kita harus memiliki suatu tujuan yang sama dengan orang lain untuk bersatu dan
berjuang demi mewujudkan perdamaian dunia. Kita juga harus saling mengalah, tidak egois
dan selalu menghargai orang lain. Jika kita hanya berpikir untuk kepentingan kita sendiri
tanpa memikirkan dampaknya terhadap orang lain, kebersamaan pun tentu tidak akan
terbentuk dengan baik. Dari kebersamaan tersebut, akan menjadi awal mula bisa
terbentuknya perdamaian. Setelah terbentuknya kebersamaan juga diiperlukan kesadaran.
Maksud dari kesadaran itu adalah kita dituntut untuk sadar terhadap situasi sekitar kita.
Contohnya dengan :

Sadar dibentuknya peraturan, kita patut dan wajib mematuhi peraturan.


Sadar terhadap kekurangan dan kelebihan orang lain.
Sadar bahwa kita memiliki perbedaan dengan orang lain seperti suku, adat-istiadat, agama,
ras, dan status sosial.
Sadar untuk mengendalikan diri dan menempatkan diri
Jadi dengan semua cara itu, kita dituntut untuk menjalin hubungan sesama dengan baik,
sehingga perdamaian dunia akan cepat terwujud.

D. Partisipasi Indonesia bagi Perdamaian Dunia

Tidak hanya lembaga yang membantu dalam perwujudan perdamaian dunia antara lain
ASEAN, EEC, BENELUX, APEC, IBRD, IMF, UNDP, IDA dan masih banyak yang
lainnya, Indonesia juga peran serta Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian
merupakan amanat Pembukaan UUD 1945, yaitu dalam rangka mewujudkan perdamaian
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Disisi lain,
konstelasi perubahan dunia akan selalu berpengaruh terhadap kelangsungan bangsa negara
Indonesia. Dunia yang aman dan damai tentu saja menjadi harapan semua umat manusia
termasuk bangsa Indonesia. Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang termasuk lima
besar dunia, sudah sepantasnya bangsa Indonesia turut memberikan kontribusi nyata bagi
perdamaian dunia. Peran serta Indonesia dalam kancah pemeliharaan perdamaian dunia
memang sudah bukan hal yang baru. Sesuai amanat konstitusi, sejak dekade awal
kemerdekaan, Indonesia sudah mengirimkan personelnya untuk terlibat aktif melaksanakan
ketertiban dunia melalui berbagai misi perdamaian dibawah bendera Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB). Keseriusan Indonesia untuk terlibat dalam misi perdamaian dunia telah
mengalami transformasi yang signifikan seiring dengan perkembangan lingkungan strategis
serta komitmen bangsa untuk lebih proaktif dalam menyikapi konflik yang terjadi. Kiprah
dan profesionalitas para pejuang perdamaian baik yang tergabung dalam Kontingen Garuda
maupun civilian experts telah menjadi bukti nyata bahwa bangsa Indonesia telah
mendapatkan kepercayaan dalam mengemban misi mulia tersebut. Dengan tidak mengurangi
apresiasi yang tinggi terhadap civilian experts Indonesia yang saat ini bertugas di misi PBB,
tulisan ini hanya memberikan gambaran tentang kiprah TNI dalam keterlibatan dan
dedikasinya memelihara perdamaian dunia, serta roadmap menuju peacekeeper kelas dunia.

Harapan untuk hidup damai tampaknya masih menjadi impian yang sulit bagi sebagian
bangsa di berbagai kawasan. Berakhirnya Perang Dunia II dan perang dingin yang ditandai
pembubaran Uni Sovyet tahun 1991, ternyata tidak membuat dunia bebas dari konflik
bersenjata. Perang besar antara kedua negara raksasa – AS dengan US – memang tidak
terjadi, namun perang kecil dan konflik justru berkecamuk dimana-mana. Di wilayah Balkan,
Baltik dan bekas Uni Sovyet, Afrika, Timur Tengah, perang dan berbagai jenis konflik lain
terus berkecamuk.
Berdasarkan hal diatas, maka perdamaian menjadi impian sekaligus upaya yang serius
diharapkan oleh banyak negara. Oleh karena itulah PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa),
sebagai organisasi internasional terbesar saat ini memiliki alat kelengkapan yang dinamakan
Dewan Keamanan. Dewan Keamanan PBB adalah badan terkuat di PBB. Tugasnya adalah
menjaga perdamaian dan keamanan antar negara.
Untuk menjaga perdamaian dikawasan konflik, PBB membentuk pasukan perdamaian
dalam rangka Operasi Pemeliharaan Perdamaian (OPP). Beberapa contoh pasukan
perdamaian tersebut, sebagai berikut :
a. ICCS (International Commission For Control and Supervision), yaitu pasukan perdamaian
PBB untuk perdamaian Vietnam Selatan.
b. UNDOF (United Nations Disengagement Observer Force), yaitu pasukan perdamaian PBB
sebagai pengawas pertikaian senjata.
c. UNEF (United Nations Emergency Force), yaitu pasukan perdamaian PBB untuk Timur
Tengah, Korea Utara, dan Korsel.
d. UNFICYP (United Nations Peace Keeping Force in Cyprus), yaitu pasukan perdamaian
PBB untuk perdamaian di Cyprus.
e. UNMOGIP (United Nations Military Observer Group in India and Pakistan), yaitu pasukan
perdamaian PBB untuk perdamaian India dan Pakistan.
f. UNOC (United Nastions Operations for Congo), yaitu pasukan perdamaian PBB untuk
Kongo.
g. UNTSO (United Nations Truce Supervision Organization In Palestine), yaitu pasukan
perdamaian PBB untuk Palestina.
h. UNCRO (United Nations Confidence Restorations Operation), yaitu pasukan perdamaian
PBB di Kroasia.
i. UNPROFOR (United Nations Protection Forces), yaitu pasukan perdamaian PBB di
Bosnia Herzegovina.
j. UNPREDEF (United Preventive Deployment Force), yaitu pasukan perdamaian PBB di
FYROM (Macedonia).
k. UNMIL (United Nations Mission in Liberia), yaitu pasukan perdamaian PBB di Liberia.

Peran aktif Indonesia di dunia Internasional dalam upaya pemeliharaan perdamaian


dunia dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan politik, bantuan kemanusiaan maupun
peranannya baik dalam bentuk sebagai pengamat militer, staf militer atau Kontingen Satgas
operasi pemeliharaan perdamaian sebagai duta bangsa di bawah bendera PBB. Keikutsertaan
Indonesia dalam upaya perdamaian dunia adalah dengan menjadi anggota pasukan
perdamaian. Keikutsertaan Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian sudah dimulai
sejak tahun 1957. Pasukan perdamaian dari Indonesia dikenal dengan nama Kontigen Garuda
atau Konga. Sejak tahun 1967 sampai saat ini Garuda Indonesia telah diterjunkan keberbagai
kawasan konflik bergabung dengan pasukan perdamaian PBB.
Kontigen Garuda 1 diterjunkan ke Mesir pada tanggal 8 Januari 1957. Adapun samapai
sekarang ini Kontigen Garuda XIIA terakhir kali diterjunkan ke Libanon sebagai bagian dari
UNFIL ( Pasukan Perdamaian PBB di Libanon ) pada September 2006.
Selain keikutsertaan melalui Kontingen Garuda dalam operasi pemeliharaan PBB,
Indonesia tercatat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Sampai saat ini,
Indonesia sudah 3 (tiga) kali menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu :
1. Keanggotaan Pertama Periode 1973 – 1974.
2. Keanggotaan Kedua Periode 1995 – 1996.
3. Keanggotaan Ketiga Periode 2007 – 2008.
Dukungan yang luas terhadap keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan ini
merupakan cerminan pengakuan masyarakat internasional terhadap peran dan sumbangan
Indonesia selama ini dalam upaya menciptakan keamanan dan perdamaian baik pada tingkat
kawasan maupun global. Peran dan kontribusi Indonesia tersebut mencakup antara lain
keterlibatan pasukan Indonesia di berbagai misi penjagaan perdamaian PBB sejak tahun
1957, upaya perdamaian di kawasan seperti Kamboja dan Filipina Selatan, dalam konteks
ASEAN ikut serta menciptakan tatanan kawasan dibidang perdamaian dan keamanan, serta
peran aktif diberbagai forum pembahasan isu perlucutan senjata dan non-proliferi nuklir.
Dengan terpilih menjadi anggota, berarti Indonesia akan mengemban kepercayaan
masyarakat internasional untuk berpatisipasi menjadi Dewan Keamanan sebagai badan yang
efektif untuk menghadapi tantangan – tantangan global dibidang perdamaian dan keamanan
saat ini.
Keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan merupakan wujud dari upaya dibidang
diplomasi untuk melaksanakan amanat Pembukaan UUD 1945 Alenia IV, yang
memandatkan Indonesia untuk turut serta secara aktif dalam upaya menciptakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kebebasan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

E. Keamanan dan Pertahanan Negara


Sistem Pertahanan dan Keamanan negara adalah suatu sistem pertahanan dan
keamanan yang komponennya terdiri dari seluruh potensi, kemampuan, dan kekuatan
nasional untuk mewujudkan kemampuan dalam upaya pertahanan dan keamanan negara
dalam mencapai tujuan nasional. Komponen kekuatannya terdiri dari berikut ini:

1. Komponen utama, yaitu ABRI dan cadangan TNI.


2. Komponen Perlindungan Masyarakat (Linmas).
3. Komponen pendukung, yaitu sumber daya dan prasarana nasional.
Undang-Undang Dasar 1945 Bab XII berjudul "Pertahanan dan Keamanan Negara".
Dalam bab itu, Pasal 30 Ayat (1) menyebut tentang hak dan kewajiban tiap warga negara ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Ayat (2) menyebut "usaha pertahanan
dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai
kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung".

Keterlibatan pasukan TNI dalam misi pemeliharaan perdamaian dunia sesuai dengan
ketentuan hukum nasional. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
menyebutkan bahwa salah satu tugas TNI adalah melaksanakan kebijakan pertahanan negara
yang salah satunya ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan
internasional. Selanjutnya, Undang-Undang No.34 Tahun 2004 tentang TNI lebih
mempertegas lagi dimana disebutkan bahwa salah satu tugas pokok TNI dalam Operasi
Militer.

Selain Perang adalah Operasi Pemeliharaan Perdamaian Dunia. Tentunya pelaksanaan


dari penugasan tersebut selalu dilakukan sesuai dengan kebijakan politik luar negeri
Indonesia serta ketentuan yang berlaku dalam hukum nasional.
Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta, yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta
keyakinan pada kekuatan sendiri. Penyelenggaraan Pertahanan dan Keamanan Negara
berdasarkan prinsip-prinsip seperti berikut:

1. Bangsa Indonesia berhak dan wajib membela serta mempertahankan kemerdekaan negara.
2. Bahwa upaya pembelaan negara tersebut merupakan tanggung jawab dan kehormatan
setiap warga negara yang dilandasi asas:
a. keyakinan akan kekuatan dan kemampuan sendiri
b. keyakinan akan kemenangan dan tidak kenal menyerah (keuletan)
c. tidak mengandalkan bantuan atau perlindungan negara atau kekuatan asing.
3. Pertentangan yang timbul antara Indonesia dengan bangsa lain akan selalu diusahakan
dengan cara-cara damai. Perang adalah jalan terakhir yang dilakukan dalam keadaan
terpaksa.
4. Pertahanan dan keamanan keluar bersifat defensif-aktif yang mengandung pengertian tidak
agresif dan tidak ekspansif. Ke dalam bersifat preventif-aktif yang mengandung pengertian
sedini mungkin mengambil langkah dan tindakan guna mencegah dan mengatasi setiap
kemungkinan timbulnya ancaman.
5. Bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam membela serta mempertahankan kemerdekaan
bersifat kerakyatan dan kesemestaan.
http://irmayunittaa.blogspot.co.id/2013/01/makalah-indonesia-dan-perdamaian-dunia.html
Rabu,29 September 2016

Anda mungkin juga menyukai