1. Negara Kesatuan
Negara Kesatuan, dapat pula disebut Negara Untaristis. Negara ini ditinjau
dari segi susunannya, memanglah susunannya bersifat tunggal, maksudnya Negara
Kesatuan itu adalah negara yang tidak tersusun dari beberapa negara, melainkan
hanya terdiri atas satu negara, sehingga tidak ada negara di dalam negara. Dengan
demikian, dalam Negara Kesatuan hanya ada satu pemerintah, yaitu pemerintah
pusat yang mempunyai kekuasaan serta wewenang tertinggi dalam bidang
pemerintahan negara, menetapkan kebijaksanaan pemerintahan dan melaksanakan
pemerintahan negara baik di pusat, maupun di daerah - daerah. Kekuasaan
pemerintah pusat merupakan kekuasaan yang menonjol dalam negara dan tidak ada
saingan dari badan legislatif pusat dalam membentuk Undang - Undang.
Kekuasaan pemerintah yang di daerah bersifat derivative (tidak langsung)
dan sering dalam bentuk otonom yang luas. Dengan demikian, dalam Negara
Kesatuan tidak dikenal adanya badan legislatif pusat dan daerah yang sederajat,
melainkan sebaliknya. Menurut C. F. Strong, ciri dari Negara Kesatuan adalah
bahwa “kedaulatan tidak terbagi atau dengan perkataan lain kekuasaan pemerintah
pusat tidak terbatasi, karena konstitusi Negara Kesatuan tidak mengakui adanya
badan legislatif lain, selain dari badan legislatif pusat.” Ia menyebutkan kemudian
bahwa ada dua ciri yang mutlak melekat pada suatu Negara Kesatuan yaitu:
1. Sentralisasi, yaitu ciri yang menghendaki bahwa segala kekuasaan serta
urusan pemerintahan itu milik pemerintah pusat.
2. Konsentrasi, yaitu ciri yang menghendaki bahwa segala kekuasaan serta
urusan pemerintahan itu dilaksanakan sendiri oleh pemerintah pusat, baik
yang ada di pusat pemerintahan maupun yang ada di daerah - daerah.
Negara - negara di dunia ini mengalami perkembangan yang sedemikian
pesat, wilayah negara menjadi semakin luas, urusan pemerintahannya menjadi
semakin kompleks serta warga negaranya menjadi semakin banyak dan heterogen.
Maka, di beberapa negara telah dilaksanakan asas dekonsentrasi dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan di daerah, yaitu pelimpahan wewenag dari
pemerintah pusat kepada pejabat - pejabatnya di daerah untuk melaksanakan
urusan - urusan pemerintahan pemerintah pusat yang ada di daerah - daerah.
Dalam perkembangannya sampai saat ini pelaksanaan asas dekonsentrasi
tersebut melahirkan pembagian wilayah negara dalam wilayah - wilayah administratif
beserta pemerintahan wilayahnya.
Dalam perkembangannya lebih lanjut, di beberapa negara di samping telah
dilaksanakan asas dekonsentrasi, juga telah dilaksanakan asas desentralisasi, yaitu
penyerahan urusan pemerintahan dari pemrintah pusat atau daerah otonom tingkat
atasnya kepada daerah otonom menjadi urusan rumah tangganya.
Pelaksanaan asas desentralisasi inilah yang melahirkan atau dibentuknya
derah – daerah otonom, yaitu suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan demikian, daerah otonom itu memiliki
otonomi daerah, yaitu hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sesuai dengan peraturan
perundang – undangan yang berlaku.
Ciri pokok daerah otonom ialah dibentuknya Badan Perwakilan Rakyat yang
representatif yang dapat pula disebut Parlemen atau Dewan Perwakilan Daerah atau
Bundesrat.
Penyelenggaraan sendi dekonsentrasi menghasilkan wilayah - wilayah
administratif, yang di Indonesia dikenal sebagai propinsi, kabupaten, kotamadya dan
kecamatan. Penyelenggaraan desentralisasi menghasilkan daerah otonom tingkat I
yang wilayahnya sama dengan propinsi atau daerah tingkat II, yang wilayahnya
sama dengan kabupaten atau kotamadya.
Disebutkan demikian, karena UU No. 5 Tahun 1974 tentang pemerintahan di
daerah, desentralisasi dilaksanakan bersamaan dengan dekonsentrasi. Moh. Yamin,
dalam rapat Badan Usaha Penyelidik Kemerdekaan Indonesia pernah menyebutkan
bahwa syarat – syarat dekonsentrasi dan desentralisasi dapat dijalankan dalam
Negara Kesatuan (Een Heids Staat). Contoh negara yang menganut unitarisme
adalah Indonesia, Selandia Baru, Perancis, Inggris dan Jepang.
2. Negara Federasi
Negara Federasi adalah negara yang bersusunan jamak, maksudnya adalah
negara ini tersusun dari beberapa negara yang semula telah berdiri sendiri sebagai
negara yang merdeka dan berdaulat, mempunyai Undang – Undang Dasar sendiri
serta pemerintahan sendiri. Tetapi kemudian karena sesuatu kepentingan, entah
kepentingan politik, ekonomi atau kepentingan lainnya, negara – negara tersebut
saling menggabungkan diri untuk membentuk suatu ikatan kerja sama yang efektif.
Namun, di samping itu, negara - negara saling menggabungkan diri tersebut
yang kemudian disebut negara bagian, masih ingin mempunyai urusan – urusan
pemerintahan yang wenang dan dapat diatur dan diurus sendiri, di samping urusan –
urusan pemerintahan yang akan diatur dan diurus bersama – sama oleh ikatan kerja
samanya tersebut. Ikatan kerja sama negara - negara tersebut, yang kemudian
disebut Negara Federasi memiliki Undang - Undang Dasar dan pemerintah pusat
yang disebut pemerintah gabungan atau pemerintah federasi.