Anda di halaman 1dari 9

MODELLING DALAM PENDEKATAN CTL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII

SMPN 1 GANGGA TAHUN PELAJARAN 2009/20010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendekatan kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang didasarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pemaparannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Diknas, 2002: 1). Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa belajar dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Melalui strategi CTL, siswa diharapkan belajar melalui pengalaman bukan menghafal. Berkaitan dengan hal tersebut di SMP Negeri1 Gangga belum diterapkan pendekatan CTL di dalam proses belajar mengajar dan guru hanya menggunakan metode lama yaitu guru menjelaskan, murid mendengarkan, guru mencatat dan siswa juga mencatat, sehingga motivasi belajar siswa kurang. Dengan alasan tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang modelling dalam pendekatan CTL terhadap penguasaan konsep pengertian dan ruang lingkup ilmu pendidikan kewarganegaraan. Dimana, dengan modelling pendekatan CTL ini, seorang guru di dalam menjelaskan materi menggunakan model yang bisa ditiru oleh siswa dan mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata siswa. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapatlah diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut : 1. Adanya kecenderungan untuk dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang alamiah. 2. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi gagal membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. 3. Guru hanya menggunakan metode lama yaitu ceramah sehingga motivasi belajar siswa berkurang. 4. Siswa diharapkan belajar melalui mengalami, bukan menghafal. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi hanya meneliti tentang pengaruh modelling dalam pendekatan CTL terhadap penguasaan konsep pengertian dan ruang lingkup ilmu pendidikan kewarganegaraan. 1.4 Rumusan Masalah

Seberapa besar pengaruh modelling dalam pendekatan CTL terhadap penguasaan konsep pengertian dan ruang lingkup ilmu pendidikan kewarganegaraan di kelas VIII SMPN 1 Gangga? 1.5 Tujuan Penelitian Berangkat dari rumusan masalah, maka tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modelling dalam pendekatan CTL terhadap penguasaan konsep pengertian dan ruang lingkup ilmu pendidikan kewarganegaraan di kelas VIII SMPN 1 Gangga. 1.6 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan melalui informasi yang telah diperoleh dalam penleitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan. Maka kegunaan penelitian ini dapat memperkaya khazanah ilmu pendidikan khususnya dalam meningkatkan mutu pendidikan IPS (Pendidikan kewarganegaraan). 2. Manfaat Praktis a. Melalui informasi data yang diperoleh dalam penelitian diharapkan dapat menjadi pedoman bagi guru bidang studi IPS (Pendidikan Kewarganegaraan) dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan dan pengalaman baru bagi peneliti guna dijadikan studi banding pada masa yang akan data BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Deskripsi Teoritik 1. Pendekatan Kontekstual (CTL) a. Pengertian Kontekstual (CTL) meruapkan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan suatu dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2004: 4). b. Prinsip penerapan pembelajaran kontekstual Pembelajaran kontekstual mengasumsikan bahwa secara alamiah, pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi dunia nyata lingkungan seseorang dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat. Perpaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikan. Berkaitan dengan faktor kebutuhan individu siswa, maka prinsip pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut: 1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa (developmentally appropiate). 2) Membentuk belajar yang saling bergantung (indevendent learning group). 3) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self regulated learning).

4) Mempertimbangkan keragaman siswa (diversity of student). 5) Memperhatikan multi intelegensi siswa (diversity of student). 6) Menggunakan teknik-teknik bertanya (questioning). 7) Menerapkan penilaian autentik (authentic assesment). 2. Modelling Modelling merupakan kegiatan pemberian model dengan tujuan untuk membahasakan gagasan yang akan kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar atau melakukan apa yang kita ingin agar siswa melakukannya (Muhamad, 2001: 1). 3. Pendidikan Kewarganegaraan Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005: 34) bahwa: Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berdasarkan pendapat di atas jelas bagi kita bahwa PKn bertujuan mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang berkualitas dan profesional, sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai. Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3 dimensi yaitu: 1. Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum dan moral. 2. Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 3. Dimensi Nilai-nilai Kewarganegaraan (Civics Values) mencakup antara lain percaya diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur. (Depdiknas 2003: 4) Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa dalam mata pelajaran PKn seorang siswa bukan saja menerima pelajaran berupa pengetahuan, tetapi pada diri siswa juga harus berkembang sikap, keterampilan dan nilai-nilai. Sesuai dengan Depdiknas (2005 : 33) yang menyatakan bahwa tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu mengembangkan kecerdasan warga negara yang diwujudkan melalui pemahaman, keterampilan sosial dan intelektuan, serta berprestasi dalam memecahkan masalah di lingkungannya. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, maka guru berupaya melalui kualitas pembelajaran yang dikelolanya, upaya ini bisa dicapai jika siswa mau belajar. Dalam belajar inilah guru berusaha mengarahkan dan membentuk sikap serta perilaku siswa sebagai mana yang dikehendaki dalam pembelajaran PKn.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan Hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian tentang pengaruh pendekatan CTL terhadap penguasana konsep dalam bidang studi Pendidikan Kewarganegaran sampai saat ini belum penulis temukan. Akan tetapi, sebagian acuan dalam penelitian ini, peneliti mengutip pendapat seorang ahli yang mengatakan perpaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya (Nurhadi, 2004: 6). Dengan mengacu pada pendapat di atas, peneliti berharap modelling dalam pendekatan CTL akan mempunyai pengaruh yang positif terhadap penguasaan konsep pengertian dan ruang lingkup ilmupendidikan kewarganegaraan di kelas VIII SMP Negeri 1 Gangga. 2.3 Kerangka Berpikir Permodelan adalah suatu strategi pembelajaran yang dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep dan aktivitas belajar, sedangkan CTL adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata (Mulyasa, 2005: 102). Sedangkan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005: 34) bahwa:Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Modelling dalam pendekatan CTL akan dapat mempengaruhi penguasaan siswa terhadap konsep pengertian dan ruang lingkup pendidikan kewarganegaan, karena materi yang disampaikan dengan dunia nyata siswa dimungkinkan belajar dengan tenang dan menyenangkan, alamiah dan dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa modelling dalam pendekatan CTL dapat mempengaruhi penguasaan konsep pengertian dan ruang lingkup ilmu pendidikan kewarganegaran. 2.4 Hipotesis Berdasarkan judul penelitian Modelling dalam pendekatan CTL terhadap penguasaan pengertian dan ruang lingkup ilmu pendidikan kewarganegaran di kelas VIII SMP Negeri 1 Gangga maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis alternatif (Ha), yaitu ada pengaruh modelling dalam pendekatan CTL terhadap penguasaan pengertian dan ruang lingkup ilmu pendidikan kewarganegaraan.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan suatu langkah yang penting dalam penelitian selanjutnya. Setiap penelitian harus dirancang, untuk itu diperlukan desain penelitian. Desain penelitian adalah rancangan tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian (Nasution, 2003: 23). Cara penulisan sangat ditentukan oleh tujuan itu sendiri. Apabila suatu itu dapat diukur dengan angka maka disebut penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dari hasilnya (Suharsimi, 2002: 1). Berdasakan keadaan objek yang akan menjadi variabel penelitian, maka desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain dengan pendekatan eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan suatu metode yang sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan jika sesuatu dilakukan pada kondisi dikontrol dengan teliti. Dalam hubungan ini peneliti memanipulasi stimuli atau kondisi-kondisi eksperimen, kemudian mengobservasi pengaruh atau perubahanperubahan yang diakibatkan oleh manipulasi secara sengaja dan sistematis. Untuk memperoleh pengaruh yang betul-betul bersih dari faktor yang dimanipulasi tadi, peneliti perlu mengadakan kontrol yang cermat agar tidak masuk faktor tadi pada kelompok kontrol. Penelitian eksperimen dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Penelitian eksperimental sungguhan (true experimental research) Penelitian eksperimental sungguhan bermaksud mencari hubungan kemungkinan sebab-akibat dengan memberikan perlakuan khusus terhadap kelompok coba dan membandingkan dengan kelompok banding. 2. Penelitian eksperimental semu (quasi experimental research) Penelitian eksperimental semu bermaksud mencari hubungan sebab akibat kehidupannya, dimana pengendalian ubahan sulit atau tidak mungkin dilakukan, pengelompokan secara acak mengalami kesulitan dan sebagainya (Suharsimi, 2003: 6). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen dikelompokkan menjadi penelitian eksperimen sungguhan dan penelitian eksperimen semu. Dengan demikian di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian eksperimen sungguhan dengan mengadakan perlakuan pada kelompok coba atau eksperimen. Eksperimen sejati (true experiment) adalah teknis eksperimen yang dianggap baik karena sudah memenuhi syarat (Suharsimi, 2002: 79). Yang dimaksud dengan persyaratan dalam eksperimen dan ikut mendapatkan pengamatan. Pre-test tidak dilakukan tetapi kontrol untuk semua variabel dilakukan, sehingga menjamin bahwa setiap perbedaan awal antara kelompok tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor kebetulan akan tetapi karena probabilitas.

Para subjek ditempatkan pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan modelling dalam pendekatan CTL, dan kelompok banding (kontrol) tidak diberikan perlakuan apa-apa. Subjek dari kedua kelompok tersebut diukur dalam hal variabel terikatnya. Skor-skor dibandingkan untuk menentukan efek perlakuan modelling dalam pendekatan CTL. Jika rata-rata skor yang diperoleh dari kelompok eksperimen tersebut berbeda secara signifikan, peneliti menyimpulkan bahwa kondisi eksperimen yang mengemangkan perbedaan tersebut. Desain itu dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel Desain pasca tes subjek acak dua kelompok (Sudjana, 2001: 37) Kelompok (R) RE RE Variabel bebas (Perkawinan) X Variabel Terikat (Hasil Pengukuran) X1 X2

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa E adalah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sedangkan x adalah perlakuan yang diberikan yaitu modelling dalam pendekatan CTL, serta x1 dan x2 adalah hasil pengukuran (tes) ke-2 kelompok tersebut. 3.2 Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2002: 96). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian adalah apa yang disebut variabel. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent variable (y) sedangkan variabel terikat atau dependent variable (y) (Suharsimi, 2002: 97). Dari uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dimana, yang menjadi variabel bebas modelling dalam pendekatan CTL itu sendiri, sedangkan variabel berikutnya adalah penguasaan konsep pengertian dan ruang lingkup ilmu pendidikan kewarganegaraan. 3.3 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi, 2002: 108). Senada dengan itu, pendapat lain mengatakan suatu kumpulan objek penelitian disebut populasi (Jalaludin, 2005: 78). Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa populasi adalah keseluruhan individu yang akan diteliti atau seluruh individu yang mendukung setiap gejala yang timbul. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gangga. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam penelitian, sebab data-data yang diperoleh selanjutnya akan diolah. Hasil penelitian akan dikatakan bagus apabila dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat dibuktikan dengan adanya data yang lengkap, autentik, dan akurat. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1.

Tes

Sesuai dengan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Tes digunakan setelah peneliti menggunakan pengakuan pada kelompok eksperimen. Adapun tes yang digunakan adalah tes standar yang sudah diujicobakan sehingga dianggap valid dan reliabel. Dengan metode tes ini, peneliti dapat memperoleh data berupa adanya pengaruh modelling dalam pendekatan CTL terhadap penguasaan konsep pengertian dan ruang lingkup ilmu pendidikan kewarganegaraan yang dapat dilihat dar i prestasi belajar. 2. Metode observasi Karl Weick (dikutip dari Seltiz, Wrightsman, dan Cook, 1979: 253) mendefinisikan observasi sebagai penelitian, pengubahan, pencatatan dan pengkodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme institut, sesuai dengan tujuan empiris (Jalaludin, 2005: 83). Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa observasi adalah suatu langkah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses (suasana) yang terjadi dalam situasi sebenarnya, yang diresmikan dengan tujuan. Adapun jenis observasi yang digunakan adalah observasi patisipasi. Dengan metode observasi ini, peneliti mengamati tingkah laku siswa yang menggunakan modelling dalam pendekatan CTL dalam proses pembelajaran. Maka dengan menggunakan metode ini peneliti akan memperoleh data mengenai: a. Keadaan fisik SMP Negeri 1 Gangga b. Proses belajar mengajar di dalam kelas dengan modelling dalam pendekatan CTL. 3. Metode Dokumentasi Dalam penelitian ini yang digunakan adalan dokumen primer dan dokumen sekunder. Dalam metode dokumentasi ini, peneliti mengambil data-data baik yang berbentuk buku, dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya sehingga data yang diperoleh mudah diolah. 3.5 Teknik Analisis Data Sebagiamana diketahui, bahwa keberadaan data dalam penelitian sangat vital, namun demikian data yang terkumpul dibutuhkan suatu cara untuk menganlaisis data tersebut. Hal ini data yang dianaisis akan dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Untuk kepentingan analisis data ini dapat diperlukan suatu prosedur analisis data. Adapun prosedur yang dilakukan dalam analisis data adalah : 1. Penyusunan Data Hal-hal yang perlu untuk dipertimbangkan dalam penyusunan data yaitu: Hanya memasukkan data yang penting dan benar-benar dibutuhkan antara data informasi dengan kesan pribadi responden (Margono, 2002: 1991). Jadi di sini dapat dipahami bahwa tidak semua data dapat dimasukkan akan tetapi benar-benar dipilih mana data yang penting dan benar-benda dibutuhkan. 2. Pengolahan Data Langkah-pengolahan data adalah : a. Pengklasifikasian data, yaitu menggolongkan aneka ragam jawaban itu dalam kategori-kategori yang jumlahnya terbatas.

b.

Moding yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden dengan jalan menandai masing-masing dengan kode tertentu. c. Tabulasi, yaitu usaha penyajian data tertentu terutama pengolahan data yang akan menjurus ke anlaisis kuantitatif, biasanya menggunakan tabel, baik tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang. 3. Pengajuan Hipotesis Prosedur yang memungkinkan menerima atau menolak hipotesis nol atau menentukan apakah data sampel berbeda nyata dari hasil yang diharapkan disebut pengujian hipotesis (Margono, 2002: 194) Sehubungan dengan jenis penelitian ini yang tergolong penelitian kuantitatif, maka perlu suatu teknik analisa. Berkenaan dengan hal ini, maka peneliti menggunakan analisis statistik.

DAFTAR PUSTAKA Diknas, 2002, Pendekatan Kontekstual, Diknas, Jakarta. Dimyati, Mudjiono, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta. Herawati, Susilo, 2001, Pembelajaran Kontekstual Untuk Peningkatan Pemahaman Siswa, Universitas Negeri Malang. Husaini, Usman, 2003, Metodologi Penelitian Sosial, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Jalaludin Rahkhmat, 2005, Metodologi Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Lexis J. Moleong, 2007, Metodologi Penelitian Kuantitatif , Remaja Rosdakarya, Bandung. Mulyasa, 2005, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Remaja Rosdakarya, Bandung. M. Iqbal Hasan, 2003, Pokok-Pokok Materi Statistik. PT. Bumi Aksar,A Ajarkta Nasution, 2003, Metode Research. Bumi Aksara, Jakarta. Nurhadi, Dkk, 2004, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK, Universitas Negeri Malang. Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta. Sumarna Suarpranara, 2004, Anlaisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpestasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004, Remaja Rosdakarya Bandung.

Anda mungkin juga menyukai