Anda di halaman 1dari 9

Nama : Riski Wahyu Maesharoh

Nim : 3301418031
Prodi/Rombel : PPKn/1
Mata Kuliah : Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia
Dosen Pengampu : Drs. Slamet Sumarto, M. Pd.
Giri Harto Wiratomo, M. Hum.

UJIAN TENGAH SEMESTER

1. Sahkah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945? Apa buktinya? Dasar hukumnya


apa? Apa dampak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 bagi ketatanegaraan RI?
Jelaskan, buktinya apa?

Jawaban :

Proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 sah. Karena pada tanggal
17 Agustus 1945 proklamasi kemerdekaaan telah dibacakan oleh Ir. Soekarno di Gedung
Proklamasi Jalan Pengangasaan Timur 56, Jakarta. Peristiwa itu terkenal dalam sejarah
bangsa Indonesia sebagai Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Seperti yang sudah
diterangkan bahwa kemerdekaan Indonesia di Proklamirkan pada tangggal 17 Agustus
1945. Proklamasi itu merupakan suatu “Proclamation of Independence” yang
memberitahukan secara resmi baik kepada Bangsa Indonesia maupun kepada dunia luar,
bahwa rakyat Indonesia telah menjadi satu bangsa yang merdeka.

Dasar Hukum : Pemerintahan berpendapat, bahawa berdirinya negara republik


indonesia adalah tanggal 17 agustus 1945. Pendapat ini diakui baik oleh pemerintah RI
Proklamasi, perintah RIS, maupun pemerintahan RI kesatuan pada masa UUD 1945.
Pendapat pemerintah RI proklamasi dapat diketahui dari PP No. 2/1945 tentang peraturan
peralihan, yang dalam pasal 1dinyatakan : “segala badan-badan negara dan peraturan-
peraturan yang ada sampai berdirinya negara republik indonesia pada tanggal 17 agustus
1945”. Pemerintahan RIS pendapatnya dapat diketahui misalnya dalam UU federal No.
7/1950 , tentang perubahan konstitusi RIS menjadi UUDS. Dalam bagian konsiderans,
disebutkan : “negara yang bentuk republik kesatuan, sesungguhnya tidak lain daripada
negara indonesia yang kemerdekaannya oleh rakyat diproklamasikan pada hari 17
agustus 1945”. Pendapat pemerintahan RI kesatuan pada masa UUDS 1950, dapat
diketahui dalam undang-undang No. 62/1957, tentang kewarganegaraan RI, yang dalam
pasal ia ditentukan : Warganegara RI ialah orang-orang yang bedasar perundsang-
undangan dan / atau perjanjian-perjanjian dan/ atau peraturan-peraturan yang bderlaku
sejak proklamasi 17 agustus 1945.

Dampak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 bagi ketatanegaraan RI

Ini berarti bahwa dalam hal kehidupan ketatanegaraan, bangsa Indonesia dapat
menyusun negara sendiri sedangkan dalam tata hukum, bangsa Indonesia akan menyusun
tata hukumnya sendiri. Pernyataan kemerdekaan mempunyai arti pula bahwa pada saat
itu telah berdiri negara baru ialah negara Republik Indonesia. Karena Indonesia adalah
negara yang baru lahir, dapat dimengerti bahwa tata hukum dan tata negaranya masih
sangat sederhana tetapi hal ini tidak mengurangi hakekat berdirinya negara beserta tata
hukum dan tata negaranya. Negara beserta tata hukum dan tata negaranya itu, bukanlah
merupakan tujuan terakhir, melainkan alat saja yang akan dipergunakan untuk
mewujudkan tercapainya tujuan revolusi bangsa Indonesia. Pernyaataan kemerdekaan
bangsa Indonesia, dipertegas dengan telah ditetapkan UUD 1945 dan telah dipilihan
Presiden dan Wakil Presiden, dilihat dari segi hukum, berarti bangsa Indonesja telah
memutuskan ikatan dengan tatanan hukum sebelimnya. Pemutusan ini baik dengan
tatanan hukum Hindia Belanda maupun tatanan hukum Pemerintah Militer Jepang. Oleh
karena itu, sejak pernyataan Kemerdekaan Indinesia diikrarkan, mulai saat jtu telah
berdiri tatahukum Indonesia terlepas dan terpisah dari tatanan Indonesia sebelumnya
(Hindia Belaanda, Pemerintah Militer Jepang).

Dasar hukum dari tatanan hukum baru

Yoeniarto S.H menerangkan bahwa yang menjadi dasar hukum dari tatanan
hukum Indonesia ialah “Proklamasi Kemerdekaan itu sendiri. Proklamasi merupakan
“norma pertama” dari tatanan hukum Indonesia”. Selanjutnya Yoeniarto, S.H.
menerangkan: Norma Pertama atau norma dasar ialah sebuah norma atau ketentuan
hukum pertama pada tatanan hukum yang bersangkutan dengan demikian, ia menjadi
dasar bagi berlakunya sebagai macam norma aturan lainnya.

Sumber :

Buku Ajar Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Penulis : Drs. Slamet


Sumarto, M.Pd.

2. Jelaskan apa yang dimaksud Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai norma
pertama sekaligus norma dasar ketatanegaraan? Apa buktinya? Dasar hukumnya apa?

Jawaban :

Peranan proklamasi sebagai dasar hukum bagi berlakunya segala aturan,


ketentuan, dan hukum yang berlaku di Indonesia terlihat jelas dan terbukti. Oleh karena
itu wajar bila Proklamasi Kemerdekaan Indonesia merupakan norma pertama daripada
tata-hukum Indonesia. Dalam hal ini yang dimaksudkan sebagai norma dasar adalah
norma/aturan/ketentuan hukum yang pertama adanya pada tata-hukum yang
bersangkutan, oleh karena itu norma/aturan/ ketentuan ini menjadi dasar bagi berlakunya
segala macam norma/aturan/ketentuan hukum yang lainnya. Dengan dasar pemikiran itu,
maka dapat dikatakan bahwa norma pertama menjadi dasar bagi segala sumber hukum,
atau ketentuan/ peraturan hukum lainnya. Segala macam ketentuan atau peraturan hukum
yang terdapat dalam tata-hukum yang bersangkutan harus dapat dikembalikan kepada
norma pertamanya. Dengan demikian, norma pertama ini tidak dapat dicari dasar
hukumnya, karena dia sendiri sudah merupakan dasar hukum bagi segala macam norma
atau aturan hukum yang berlaku dalam tata-hukum yang bersangkutan.

Sumber :

Buku Ajar Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Penulis : Drs. Slamet


Sumarto, M.Pd

Rinardi, Haryono. 2017. “PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945: REVOLUSI


POLITIK BANGSA INDONESIA’ : Jurnal Sejarah Citra Lekha. 2 (1) : .143-150

3. Sahkah Maklumat Wakil Presiden No. X 16 Oktober 1945? Apa dampak Maklumat
Wakil Presiden No. X 16 Oktober 1945 dan Maklumat Pemerintah 14 November 1945
bagi ketatanegaraan RI? Apakah kedua maklumat tersebut bertentangan dengan UUD
1945? Apa yang dimaksud No. X?sahkan penomoran X tersebut? Buktinya apa? Dasar
hukumnya apa?

Jawaban :

Maklumat Wakil Presiden No. X 16 Oktober 1945 adalah sah. Dampak yang
ditimbulkan dari adanya Maklumat Pemerintah no X adalah kekuasaan presiden hanya
terbatas dalam bidang eksekutif. Yang menjalankan bidang legislatif negara adalah KNIP
sebagai badan pembantu Presiden dan sebagai lembaga pengganti DPR dan MPR
sebelum terbentuk. Sedangkan Dampak dikeluarkannya maklumat 14 November 1945
oleh Pemerintah Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Sistem pemerintahan Republik Indonesia yang sebelumnya adalah sistem


presidensial berubah menjadi sistem pemerintahan parlementer.

b. Presiden hanya menjabat sebagai kepala negara, sedangkan kepala pemerintahan


dijabat oleh Perdana Menteri.

c. Para menteri sebagai pembantu Presiden dalam urusan pemerintahan yang pada
sistem pemerintahan presidensial sebelumnya diangkat oleh Presiden juga berubah
sehingga para menteri diangkat oleh partai politik.

d. Tanggung jawab menteri yang pada sistem pemerintahan presidensil sebelumnya


bertanggung jawab kepada Presiden berubah menjadi bertanggung jawab kepada
Komite Nasional Indonesi Pusat (KNIP) sebagai lembaga legislatif.

e. Terbentuknya kabinet Sjahrir,

Kedua maklumat tersebut bertentangan dengan UUD 1945. Sistem ketatanegaraan


RI, menurut UUD 1945 menyebutkan bahwa pemerintah berada ditangan Presiden,
sedang Menteri-menteri hanya sekadar pembantu Presiden. Sedangkan menurut
Maklumat 14 Nopember 1945 itu pertanggung jawab pemerintahan diletakkan di tangan
menteri-menteri kepada KNIP. Dengan lain perkataan lahirlah sistem pemerintahan
parlementer.
Beberapa penulis ketatanegaraan memberikan dasar hukum terhadap Maklumat
Pemerintah 14 Nopember 1945 kekuasaan Presiden berdasar pasal IV dan aturan
Peralihan UUD 1945. Tetapi tidak ada kesatuan pendapat. Demikian pula dengan
Maklmumat pemerintah 14 Nopember 1945, sejak dikeluarkannya Maklumat Wakil
Presiden tugas merubah UUD telah dilakukan oleh Presiden dengan bantuan Badan
pekerja KNIP. Sehubungan dengan itu, dikeluarkannya Maklumat Pemerintah 14
Nopember 1945 yang membawa perubahan sistem kabinet Presidensiil menjadi Kabinet
Parlementer adalah sah, karena syarat pasal IV AP UUD 1945 telah dipenuhi.
Sumber :

Buku Ajar Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Penulis : Drs. Slamet


Sumarto, M.Pd

4. Mengapa terjadi perubahan sistem pemerintahan dari presidensiil ke kabinet parlementer


pada tahun 1945? Jelaskan? Apakah perubahan ini secara konstitusional bertentangan
dengan UUD 1945 yang sistem pemerintahannya menganut presidensiil? Jelaskan,
buktinya apa? Dasar hukumnya apa?

Jawaban :

Pemerintah Indonesia pernah mengalami perubahan kabinet Presidensil menjadi


Kabinet Parlementer untuk pertamakalinya dengan maklumat Pemerintah tanggal 14
November 1945. Penggantian ini disebabkan karena adanya usulan dari Badan Pekerja
Komite nasional Pusat yang mengusulkan kepada Presiden tentang pertanggungjawaban
menteri-menteri kepada Badan Perwakilan Rakyat dalam hal ini Komite Nasional Pusat
sehingga melalui maklumat ini, kabinet presidensil yang dipimpin oleh Presiden
Soekarno akhirnya meletakkan jabatan dan diganti dengan kabinet Parlementer. Kabinet
Parlementer yang pertama ini dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir dan
pertanggungjawaban menteri menteri kabinet ini tidak bertanggungjawab kepada
presiden melainkan kepada Komite Naional Indonesia Pusat (KNIP).

Bukti : pada saat itu MPR ddan DPR belum dibentuk dan perubahan tersebut
tidak mengubah ketentuan UUD 1945 maka hal itu perlu untuk menyesuaikan kondisi
Indonesia yang sedang dalam tahap berbenah setelah merdeka.
Dasar Hukum : Karena pada saat itu Indonesia masih dalam tahap berbenah dan
lembaga hukum belum dibentuk jadi dasar hukumnya tidak ada.

Sumber:

Buku Ajar Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Penulis : Drs. Slamet


Sumarto, M.Pd

Kabinet-Kabinet Republik Indonesia Dari awal kemerdekaan sampai reformasi;


P.N.H. Simanjuntak, SH;  Penerbit Djambatan;  2003; hal.22-23

5. Sahkah Konstitusti RIS 1949? Apakah Konstitusi RIS 1949 secara konstitusional
bertentangan dengan UUD 1945? Jelaskan, dan sahkah perubahan konstitusi dari
Konstitusi RIS 1949 ke UUDS 1950? Apa dasar hukumnya? Buktinya apa ? dan apa
dampaknya bagi ketatanegaraan RI? Jelaskan?

Jawaban :

Konstitusi RIS 1949 sah, karena Konstitusi Republik Indonesia Serikat disahkan
sebagai undang-undang dasar negara berkaitan dengan pembentukan Republik Indonesia
Serikat oleh hasil Konferensi Meja Bundar, sejak 27 Desember 1949 berdasarkan poin
pertama dan kedua. Pemberlakuan Konstitusi RIS tidak serta merta mencabut Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 karena perbedaan ruang lingkup penerapan. Konstitusi
Republik Indonesia berlaku sampai dengan tangggal 17 Agustus 1950 di Indonesia
berlaku UUDS 1950 berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 pada Perubahan
Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar
Sementara Republik Indonesia. Konstitusi RIS 1949 secara konstitusional bertentangan
dengan UUD 1945 dikarenakan :

a. Konstitusi RIS yang membentuk negara federal menimbulkan perpecahan bangsa

b. Sebagian besar pemimpin negara bagian tidak memperjuangkan rakyat, tetapi lebih
memihak kepada Belanda.

c. Bentuk negara federal di Indonesia adalah bentukan kolonial Belanda yang tidak
sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945
d. Pembentukan negara-negara bagian (federal) di Indonesia tidak berdasarkan
konsepsional, tetapi berdasarkan kepada usaha Belanda untuk menghancurkan
NKRI.

UUDS 1950 ditetapkan berdasarkan Undanng-Undang Nomor 7 tahun 1950 tentang


perubahan Konstitusi SementaraRepublik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang
Dasar Sementara Republik Indonesia, dalam sidang pertama babak ke-3 Rapat ke-71
DPR RIS tanggal 14 Agustus 1950 di Jakarta. Konstitusi ini dinamakan “sementara”,
karena memang hanya bersifat sementara, menunggu terpilihnya konstituante hasil
pemilihan umum yang akan menyusun konstitusi baru. Pemilihan umum 1955 berhasil
memilih konstituante secara demokratis, tetapi kontituante gagal membentuk konstitusi
baru hinggga berlarut-larut. Pada tanggal 5 juli 1959, presiden Soekarno mengeluarkan
Dekrit Presiden 5 juli 1959, yang antara lain berisi kembali berlakunya UUD 1945.

Sumber :

Buku Ajar Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Penulis : Drs. Slamet


Sumarto, M.Pd

6. Sahkah UUDS 1950? Apakah UUDS 1950 secara konstitusional bertentangan dengan
UUD 1945? Jelaskan, dan apa yang dimaksud kesementaraan itu?jelaskan, buktinya apa?
dasar hukumnya apa? Dan apa dampaknya bagi ketatanegaraan RI?jelaskan

Jawaban :

Sahkah UUDS 1950 : UUDS 1950 sah karena UUDS 1950 ditetapkan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi
Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara
Republik Indonesia, dalam Sidang Pertama Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR RIS tanggal 14
Agustus 1950 di Jakarta.

Maksud Kesementaraan :Kesementaraan itu berarti UUDS 1950 hanya bersifat


sementara tidak diberlakukan untuk seterusnya hanya menunggu
terpilihnya Konstituante hasil pemilihan umum yang akan menyusun konstitusi
baru. Pemilihan Umum 1955 berhasil memilih Konstituante secara demokratis, tetapi
Konstituante gagal membentuk konstitusi baru hingga berlarut-larut. Pada tanggal 5
Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekret Presiden 5 Juli 1959, yang antara lain
berisi kembali berlakunya UUD 1945.

Dampak UUDS 1950 bagi Ketatanegaraan RI :Menurut UUDS 1950 bentuk


negara Indonesia ialah kesatuan. Sedangkan bentuk pemerintahannya adalah Republik.
Adapun sistem pemerintahannya menganut sistem kabinet parlementer. UUDS 1950
menetapkan bahwa kedaulatan Republik Indonesia adalah di tangan rakyat dan dilakukan
oleh pemerintah bersama-sama dengan DPR.

a. Pasal 45 ayat1 UUDS 1950 "Presiden adalah kepala negara"


b. Pasal 83 ayat1 UUDS 1950 "Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu
gugat"
c. Pasal 83 ayat 2 UUDS 1950 "Menteri-menteri beitanggungjawab atas keseluruhan
kebijaksanaan pemerintah baik bersama-sama untuk seluruhnya, maupun masing-
masing untuk bagiannya sendiri-sendiri"
d. Pasal 84 UUDS 1950 . "Presiden berhak membubarkan DPR, keputusan presiden
yang menyatakan pembubaran itu, memerintahkan pula untuk mengadakan
pemilihan DPR dalam 30 hari"

Namun sistem pemerintahan yang dianut UUDS 1950, tidak jauh berbeda dengan
yang dianut oleh Konstitusi RIS 1949 yaitu sistem parlementer semu (Quasi
parlementer).

Sumber :

Buku Ajar Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Penulis : Drs. Slamet


Sumarto, M.Pd

7. Sahkah Dekrit Presiden 5 Juli 1959? Mengapa? Dasar hukumnya apa?

Jawaban :

Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 melalui Konstituante dan rentetan
peristiwa politik selama masa demokrasi liberal mencapai klimaksnya pada tanggal 5 Juli
1959. Presiden Soekarno di Istana Merdeka mengumumkan Dekrit Presiden mengenai
pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 dalam kerangka
Demokrasi Terpimpin. Terdapat perbedaan pendapat para ahli mengenai legalitas Dekrit
Presiden tersebut. Beberapa ahli menyebutkan Dekrit adalah suatu cara yang tidak
konstitusional yang ditempuh pemerintahan Soekarno setelah melihat gagalnya
Konstituante. Sedangkan pendapat yang lain menyebutkan dasar hukum Dekrit 5 Juli
1959 adalah Staatsnoodrechtyang merujuk pada keadaan darurat negara. Meski awalnya
mendapat dukungan penuh DPR, berdasarkan sidang tanggal 22 Juli 1959, dan dukungan
berupa pendapat hukum 11 Juli 1959 dari Ketua MA Profesor Wirjono Prodjodikoro
yang diikuti dengan keluarnya Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 150 Tahun 1959
tentang Kembali Kepada Undang-Undang Dasar 1945, sejarah akhirnya membuktikan,
lahirnya dekrit itu sekaligus merupakan kelahiran Soekarno sebagai diktator baru dengan
konsep Demokrasi Terpimpinnya. Meskipun Dekrit itu sah secara hukum, karena
didasarkan pada Hukum Darurat Negara subjektif, tetapi legalitasnya masih harus
menunggu penetapan hukum secara konstitusional. Dekrit Presiden adalah produk politik
oleh sebab itu pengaruhnya sangat besar bagi demokrasi di suatu negara sehingga rawan
untuk disalahgunakan oleh pihak yang berkepentingan. Dasar hukum Dekrit Presiden
adalah hukum darurat negara, meski Dekrit 5 Juli 1959 merupakan suatu tindakan
darurat, namun kekuatan hukumnya bersumber pada dukungan seluruh rakyat Indonesia.
Ini terbukti dari persetujuan DPR hasil pemilihan umum tahun 1955 secara aklamasi pada
22 Juli 1959.

Sumber :

Risdiarto, Danang. 2018. “LEGALITAS DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 DAN


PENGARUHNYA BAGI PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA” : Jurnal
Legalitas Indonesia. 15 (01) : 59-68.

000

Anda mungkin juga menyukai