Anda di halaman 1dari 67

KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

BAB I
PPKn, ILMU, DAN PENGETAHUAN

Kemampuan Akhir Pembelajaran


Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu
menganalisis apakah PPKn ilmu atau pengetahuan.

Indikator
1. Menjelaskan istilah PPKn
2. Menjelaskan pengertian ilmu dan pengetahuan
3. Menjelaskan ciri-ciri ilmu dan pengetahuan
4. Mengidentifikasi perbedaan antara ilmu dan pengetahuan
5. Mengidentifikasi ontologi, epistemologi, dan aksiologi PPKn

Pengantar
iskursus tentang apakah PPKn sebuah ilmu atau

D bukan telah berlangsung selama ini. Ada yang


berpandangan bahwa PPKn adalah ilmu, tetapi ada
juga yang berpendapat bahwa PPKn bukanlah ilmu.
Perbedaan pendapat serupa akan terus terjadi, dan mungkin juga
terjadi pada kita. Perbedaan pandangan seperti itu sah-sah saja,
yang penting kita bisa memberikan argumentasi kuat mengapa kita
meyakini PPKn itu ilmu atau bukan.
Sama halnya dengan perdebatan yang terjadi pada nama
“PPKn”, perdebatan juga terjadi pada konsep “ilmu dan
pengetahuan”. Diskursus tentang perbedaan antara ilmu dan
pengetahuan memang tetap berlangsung dari masa ke masa. Tidak
sedikit para ilmuan yang berpendapat bahwa ilmu dan pengetahuan
itu sama, dan mereka yang menganggap sama menggunakan kedua
istilah tersebut dalam satu konsep, yaitu “ilmu pengetahuan”. Di sisi
lain banyak pula yang berpandangan bahwa ilmu dan pengetahuan
itu berbeda, dan tentu mereka tidak setuju dengan penggunaan
konsep di atas. Konsep yang mereka gunakan untuk menunjuk
penjelasan yang ilmiah adalah “ilmu”.
Untuk mendapatkan pencerahan tentang istilah dan konsep-
konsep di atas, dalam bab ini akan dibahas secara mendalam hal-hal
yang berkaitan dengan konsep-konsep tersebut. Di antara materi-
materi yang akan dibahas adalah; Istilah PPKn, Ilmu dan
Pengetahuan, Ciri-ciri Ilmu dan Pengetahuan, dan Perbedaan Ilmu
dan Pengetahuan. Dengan bahasan tersebut mahasiswa diharapkan

LALU SUMARDI Page 1


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

mendapatkan perspektif dan dapat memutuskan konsep yang akan


dipakai. Setelah membahas materi-materi di atas, bahasan
selanjutnya adalah “Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi PPKn”.
Materi tersebut ditujukan untuk memperjelas dan mempertegas
perspektif mahasiswa tentang eksistensi PPKn, apakah PPKn ilmu
atau bukan ilmu.
Dalam membahas materi-materi tersebut di atas, model
pembelajaran yang akan digunakan adalah Think Pare Share (TPS).
Dengan model pembelajaran tersebut mahasiswa akan terlatih untuk
berfikir (mencari, menemukan, dan merumuskan),
mengkomunikasikan, dan berbagi dengan orang lain tentang hasil
berfikirnya. Dengan demikian aspek yang akan berkembang dalam
diri mahasiswa tidak hanya ilmunya, akan tetapi juga cara berfikir
yang dimilikinya.

1.1. ISTILAH PPKn


Pada bagian pendahuluan penulis menggunakan dua kata
yang berbeda untuk menunjukkan dua istilah, yaitu; “nama” dan
“konsep”. Istilah “nama” digunakan ketika menyebut “PPKn” dan kata
“konsep” digunakan ketika menyebut “ilmu dan pengetahuan”. Kedua
istilah tersebut seringkali tidak dipahami dan bahkan disamakan satu
dengan yang lainnya, padahal kedua istilah tersebut berbeda.
Sebelum pembehasan dilanjutkan, saudara harus memberikan
pendapat terlebih dahulu tentang kedua istilah di atas. Pikirkan dan
rumuskan apakah perbedaan antara” nama” dan “konsep”. Saudara
bisa mulai dengan melihat konteks penggunaan kedua kata tersebut,
yaitu “nama PPKn/nama matapelajaran kita PPKn” dan “konsep ilmu
dan pengetahuan/ilmu dan pengetahuan itu konsep”. Kalau masih
kesulitan saudara bisa memulai dengan menemukan perbedaan
antara “Lalu Sumardi” sebagai nama dengan “Rinjani” sebagai
konsep. Dari sana saudara bisa menemukan apakah perbedaan
antara “nama” dan “konsep”. Setelah itu, tulislah hasil berfikir
saudara pada tabel di bawah.
Tabel 1. Tugas Perbedaan antara Nama dan Konsep
Istilah Perbedaan
Nama

LALU SUMARDI Page 2


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Konsep

Sekarang mari kita lanjutkan pembahasan tentang istilah


“nama” dan “konsep”, kemudian kita lanjutkan dengan membahas
tentang “istilah PPKn”. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, istilah
(term) “nama” dan “konsep” memiliki maksud yang berbeda.
Perbedaan kedua istilah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut;
Nama Konsep
1. Tidak bisa didefinisikan 1. Bisa didefinisikan
2. Tidak memiliki pembanding 2. Memiliki pembanding
3. Bersifat khusus 3. Bersifat umum
4. Menunjuk pada satu obyek 4. Menunjuk pada banyak obyek
dengan ciri yang sama
Perbedaan “nama” dan “konsep” seperti dikemukakan di atas
dapat dijelaskan sebagai berikut;
1. Bisa/tidak bisa didefinisikan
Konsep dapat didefinisikan artinya konsep dapat dijelaskan
dengan rinci sesuai dengan karakteristik obyek dari konsep
tersebut. Contoh konsep antara lain; gunung, manusia, binatang,
planet, tumbuh-tumbuhan, dll. Misalnya konsep “gunung” dapat
didefinisikan dengan “daratan yang menjulang tinggi yang
terbentuk karena tumbukan lempeng bumi”. Dimana saja gunung
berada memiliki ciri-ciri umum yang sama, sehingga semua orang
akan memiliki persepsi yang sama tentang gunung. Begitu pula
konsep-konsep yang lain.
Adapun “nama” tidak dapat didefinisikan, artinya tidak bisa
diberikan penjelasan. Hal ini disebabkan karena nama bersifat
personal, bukan umum (commun). Misalnya nama “Soekarno”
tidak hanya dipakai oleh satu orang, tapi lebih dari satu orang.
Antara Soekarno yang satu dengan Soekarno yang lain memiliki

LALU SUMARDI Page 3


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa dirumuskan


pengertiannya dan menjadi kebenaran umum.
2. Memiliki/tidak memiliki pembanding
Konsep memiliki pembanding artinya karena obyek konsep
secara kuantitas banyak, akan tetapi memiliki karakteristik umum
yang sama, maka antara obyek konsep yang satu bisa
dibandingkan dengan obyek konsep yang lain. Misalnya konsep
“manusia” obyeknya banyak manusia, akan tetapi semua manusia
memiliki karakteristik umum yang sama. Antara manusia yang
satu dengan manusia yang lain bisa dibandingkan untuk
mendapatkan pengertian yang diterima kebenarannya secara
umum. Jadi ada generalisasi yang dapat diambil dari keseluruhan
obyek konsep yang dapat diterima kebenarannya oleh semua
orang di mana saja.
Sedangkan nama “BJ Habibie” walaupun banyak orang yang
menggunakannya, namun tidak bisa Habibie yang satu menjadi
pembanding dari Habibie yang lain. Hal ini dikarenakan Habibie
yang satu dengan Habibie yang lain memiliki karakteristik yang
berbeda-beda atau khusus (particular). Jadi, kalau ada 100 orang
Habibie, maka akan ada 100 definisi tentang Habibie. Dengan
demikian tidak akan didapatkan kebenaran yang diterima secara
umum.
3. Bersifat umum/khusus
Konsep seperti dikemukakan pada poin 2 memiliki karakteristik
yang umum yang dipersepsi sama secara umum. Dimana saja
orang belajar tentang konsep tersebut maka dia akan
mendapatkan penjelasan yang sama tentang konsep tersebut.
Sedangkan nama bersifat khusus, yaitu menunjuk pada satu
obyek tertentu saja sehingga karakteristik dari satu orang tidak
bisa untuk menjelaskan karakteristik orang lain dengan nama
yang sama.
4. Menunjuk pada satu obyek/banyak obyek dengan ciri yang sama
Nama hanya menunjuk pada satu obyek. Nama yang sama
bisa dipakai oleh lebih dari satu orang, tetapi orang-orang yang
memiliki nama yang sama tersebut memiliki karakteristik masing-
masing. Adapun konsep walaupun satu istilah tapi menunjuk pada
banyak obyek. Konsep itulah yang mengumpulkan obyek-obyek
dengan karakteristik umum yang sama pada satu rumah besar
(konsep).
Apakah PPKn nama atau konsep? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut kita harus menimbangnya dengan kreteria yang
sudah dijelaskan di atas. Apakahah PPKn bisa didefinisikan atau

LALU SUMARDI Page 4


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

tidak, memiliki pembanding atau tidak, bersifat umum atau khusus,


dan menunjuk pada banyak obyek dengan ciri yang sama atau
menunjuk pada satu obyek saja.
Untuk pertanyaan pertama “apakah PPKn bisa didefinisikan?”.
Jawabannya “ya”, bisa didefinisikan. Setiap orang bisa memberikan
definisi sendidiri-sendiri tentang PPKn, tergantung sudut pandangnya.
Untuk pertanyaan kedua “apakah PPKn memiliki pembanding?”. Mari
kita jawab dengan melihat apakah di negara-negara yang ada di
dunia ada PPKn. Jawabannya sudah pasti “tidak ada”. PPKn hanya
ada di Indonesia dan menjadi salah satu ciri khas kurikulum kita.
Pertanyaan berikutnya “apakah PPKn bersifat umum atau khusus?”.
Karena PPKn khas Indonesia maka sudah pasti dia bersifat spesifik,
yaitu khusus Indonesia, baik dari sisi penamaan maupun dari sisi
substansi. Pertanyaan terakhir “apakah PPKn menunjuk pada banyak
obyek?”. Jawannya sudah jelas “tidak”, karena lagi-lagi PPKn bersifat
spesifik Indonesia.
Berdasarkan argumentasi tersebut maka dapat disimpulkan
(inferensi) PPKn adalah nama, bukan konsep, yaitu nama dari
matapelajaran atau matakuliah yang ada dalam kurikulum pendidikan
kita, Indonesia. Oleh karena PPKn bukanlah konsep maka
seharusnya kita tidak memberikan rumusan pengertian tentang
PPKn. Kekeliruan sering terjadi pada mahasiswa PPKn ketika
menulis tugas akhir (skripsi) dimana pada Bab II mereka menuliskan
sub kajian teori “pengertian PPKn”.

1.2. PENGERTIAN ILMU DAN PENGETAHUAN


Dalam komunikasi sehari-hari, begitu pula dalam beberapa
tulisan (buku referesi, jurnal, majalah, surat kabar, dll.) sering kita
dengar dan jumpai pernyataan atau penulisan kata “ilmu
pengetahuan”. Disebagian yang lain kita menemukan penggunaan
kata “ilmu” terpisah dengan kata “pengetahuan”. Mungkin kita
termasuk salah satu orang yang menggunakan istilah tersebut secara
bersamaan atau secara terpisah. Tetapi bukan itu inti
permasalahannya. Yang menjadi permasalahan adalah apakah kata-
kata tersebut sudah dipahami atau tidak? Sudah digunakan dengan
benar atau tidak. Dengan kata lain, apakah kata “ilmu” dan
“pengetahuan” itu memiliki kesatuan arti? Atau justru kedua kata
tersebut memiliki arti yang berbeda?. Yang mana yang kita pahami
selama ini? Lalu apakah kita sudah menggunakan kata-kata tersebut
secara tepat atau belum?.

LALU SUMARDI Page 5


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang hal tersebut,


silahkan tuliskan pemahaman saudara tentang penggunaan dan
pengertian dari kata-kata tersebut pada tabel di bawah;
Tabel 2. Tugas Merumuskan Pengertian Ilmu dan Pengetahuan
Pertanyaan Jawaban
Apakah saudara
menggunakan kata
“ilmu pengetahuan”
secara bersama-sama
atau terpisah?
Misalnya “ini adalah
ilmu pengetahuan
yang saya pelajarai”
atau “ini adalah ilmu
yang saya pelajari?”
Apakah pengertian
ilmu pengetahuan,
ilmu, dan
pengetahuan menurut
pemahaman saudara
selama ini?

Orang seringkali menggunakan kata “ilmu” dan “pengetahuan”


secara bersama-sama “ilmu pengetahuan” untuk menunjukkan
materi yang dibahas atau dipelajari. Penggunaan kata seperti itu
tidaklah tepat karena sesungguhnya kedua kata tersebut memiliki arti
dan konteks yang berbeda (perbedaan kedua kata tersebut akan
dibahas pada sub bahasan berikutnya). Apa sesungguhnya ilmu dan
pengetahuan itu?
Dalam buku Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer yang
ditulis oleh , Jujun S Suriasumantri1 dijelaskan bahwa ilmu merupakan
pengetahuan yang dinyatakan benar secara ilmiah. Penjelasan
tersebut sekaligus menegaskan ilmu dan pengetahuan itu berbeda.
Dengan demikian penulis dapat merumuskan pengertian ilmu sebagai
berikut; “Ilmu adalah sekumpulan informasi yang diperoleh melalui
cara-cara yang ilmiah dan diyakini kebenarannya”. Sedangkan
“Pengetahuan adalah sekumpulan informasi yang tidak diperoleh
melalui cara-cara yang ilmiah dan tidak bisa dipastikan
kebenarannya”.

1
Suriasumantri S, Jujun, 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. CV. Muliasari

LALU SUMARDI Page 6


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

1.3. CIRI-CIRI ILMU DAN PENGETAHUAN


Berdasarkan penjelasan yang sudah dikemukakan pada sub
bahasan sebelumnya, saya berharap saudara mendapatkan
gambaran yang jelas dan pasti tentang konsep ilmu dan
pengetahuan. Untuk membangun pengetahuan konsep yang lebih
mapan, silahkan saudara memikirkan dan merumuskan ciri-ciri ilmu
dan pengetahuan berdasarkan pemahaman saudara. Tuliskan hasil
berfikir saudara pada table di bawah;
Tabel 3. Tugas Analisis Ciri-ciri Ilmu dan Pengetahuan
No Ciri-ciri Ilmu Ciri-ciri Pengetahuan

Apakah saudara sudah merumuskan ciri-ciri ilmu dan


pengetahuan dalam kolom yang sudah disiapkan? Kalau sudah,
sekarang bacalah dengan seksama penjelasan ini.
Untuk mengetahui ciri-ciri suatu obyek atau phenomena kita
harus mampu memotret dengan baik obyek atau phenomena
tersebut. Sisi yang dipotret adalah aspek material dari objek atau
phenomena tersebut sehingga kita mendapatkan gambaran yang
tepat tentang ciri-ciri obyek tersebut. Berdasarkan bahasan
sebelumnya dapat dirumuskan ciri-ciri ilmu dan pengetahuan sebagai
berikut;
a. Ciri-ciri ilmu
1. Susunannya sistematis sesuai kaedah keilmuan (induktif)
2. Logis
3. Sumbernya jelas dan bisa dilacak

LALU SUMARDI Page 7


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

4. Informasinya terpercaya
b. Ciri-ciri pengetahuan
1. Susunannya seringkali tidak sistematis
2. Sumbernya tidak jelas dan sulit untuk dilacak
3. Informasinya tidak valid

1.4. PERBEDAAN ILMU DAN PENGETAHUAN


Seperti penjelasan sebelumnya, ilmu berbeda dengan
pengetahuan. Sekarang coba saudara temukan perbedaan antara
ilmu dan pengetahuan. Tulislah hasil berfikir saudara pada table di
bawah ini;
Tabel 4. Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan

Ada beberapa perbedaan antara ilmu dan pengetahuan, yaitu;


a. Ilmu
1. Memiliki objek/sumber yang jelas
2. Diperoleh melalui metode ilmiah
3. Sahih atau informasinya benar
4. Disusun menurut kaidah ilmiah
b. Pengetahuan
1. Tidak memiliki objek yang jelas
2. Tidak dikumpulkan dengan metode ilmiah
3. Tidak sahih atau informasinya tidak bisa dipercaya
4. Tidak disusun menurut kaedah ilmiah

1.5. ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI PPKn

LALU SUMARDI Page 8


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Sekarang mari kita membahas ontology, epistemology, dan


aksiologi PPKn. Namun sebelum kita membahas hal tersebut, terlebih
dahulu kita harus memahami dengan baik apa yang dimaksud
dengan “ontologi, epistemologi, dan aksiologi”.
1. Ontologi PPKn
Ontologi disebut juga metafisik, yaitu hakikat, esensi, nilai
tertinggi dari seseuatu yang dikaji atau objek kajian dari suatu
ilmu2. Objek itulah yang menjadi sumber infomasi yang kita sebut
sebagai ilmu, atau dengan kata lain ilmu merupakan penjelasan
lengkap tentang suatu objek. Nilai, esensi, dan hakekat juga ada
dalam setip objek. Oleh karena itu berbicara ontologi berarti
berbicara tentang objek kajian ilmu. Dalam konteks buku ajar ini,
ontologi yang dimaksud adalah objek dari PPKn.
Sekarang silahkan diskusikan dengan teman disamping
saudara “apakah ontologi PPKn?”. Kalau saudara sudah
bersepakat terhadap jawaban pertanyaan tersebut, tulislah
jawaban saudara pada tabel di bawah;
Tabel 5. Hasil Diskusi tentang Ontologi PPKn
Ontologi PPKn

Apakah saudara sudah mendapatkan dan menuliskan jawaban


pada tabel yang sudah disiapkan? Pembahasan kita di sini tidak
langsung menjawab pertanyaan “apakah ontology PPKn”. Dalam
menjawab pertanyaan tersebut harus dilihat dari pertanyaan
“apakah PPKn Ilmu atau bukan?”. Mengapa demikian? Karena
kalau PPKn bukan ilmu, berarti PPKn tidak memiliki
ontology/obyek. Kita baru mencari tahu ontologi PPKn jika kita
sudah memastikan bahwa PPKn memiliki ontology. Dalam
perspektif penulis PPKn bukanlah disiplin ilmu yang berdiri sendiri,
tetapi hanya mata pelajaran yang di dalamnya memuat materi dari

2
Jujun S Suriasumantri, 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar
Harapan.

LALU SUMARDI Page 9


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

beberapa disiplin ilmu. Oleh sebab itu, PPKn tidak memiliki


ontology.
2. Epistemologi PPKn
Epistemologi diartikan sebagai cara atau langkah-langkah
yang dilakukan dalam mendapatkan ilmu. Jadi, epistemologi sama
dengan metode. Berkaitan dengan epistemologi, PPKn tidak
memiliki metode sendiri karena sekali lagi PPKn bukanlah disiplin
ilmu sendiri yang memiliki obyek. Oleh sebab itu, kajian dalam
PPKn berbasis pada disiplin ilmu yang membentuk mata pelajaran
tersebut.
3. Aksiologi PPKn
Aksiologi adalah nilai atau manfaat dari ilmu yang sudah
dirumuskan dengan metode tertentu. Dalam konteks ini PPKn
tentu memiliki manfaat dan kegunaan bagi bangsa dan negara.
Hal tersebut bisa pula dilihat dari tujuan PPKn sebagaimana akan
dijelaskan pada bab selanjutnya. Secara garis besar PPKn
memiliki tiga manfaat, yaitu; membentuk pebelajar yang berilmu,
memiliki sikap dan moral yang sesuai dengan nilai-nilai Indonesia.

Rangkuman
Konsep dan nama merupakan dua terms yang berbeda.
Konsep adalah penjelasan lengkap tentang obyek. Sedangkan nama
adalah sebutan yang disematkan pada setiap orang sebagai penanda
dan identitas. Ilmu dan pengetahuan juga merupakan dua istilah yang
menunjuk pada hal yang berbeda. Ilmu menunjuk pada kumpulan
informasi yang bersumber dari obyek yang pasti, diperoleh dengan
metode tertentu, dan dirumuskan berdasarkan kaedah tertentu pula
(ilmiah). Sedangkan pengetahuan hanya sekedar kumpulan informasi
yang tidak diperoleh dengan cara yang ilmiah sehingga tidak bisa
diyakini kebenarannya. PPKn bukanlah ilmu yang berdiri sendiri yang
memiliki obyek sendiri, tetapi hanya mata pelajaran yang
membelajarkan materi dari disiplin ilmu yang lain.

Tugas
Temukanlah ontologi, epistemologi, dan aksiologi dari Biologi,
Sosiologi, ekonomi, dan hokum

Uji Kompetensi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan lengkap
1. Jelaskan syarat-syarat ilmu
2. Jelaskan perbedaan antara ilmu dan pengetahuan
3. Jelaskan perbedaan nama dan konsep

LALU SUMARDI Page 10


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ontologi, epistemologi, dan


aksiologi
5. Jelaskan manfaat mempelajari PPKn

BAB II.
SEJARAH MATAPELAJARAN PPKn

Kemampuan Akhir Pembelajaran


Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu
Memahami sejarah perkembangan PPKn.

Indikator
1. Menjelaskan sejarah lahirnya PPKn
2. Menjelaskan perubahan nama dan fokus kajian PPKn sejak
kurikulum 1947 sampai kurikulum 2013

Pengantar

ata pelajaran PPKn dalam perjalanan sejarah

M pendidikan Indonesia menjadi bagian penting dalam


kurikulum. Mata pelajaran PPKn merupakan mata
pelajaran wajib yang bermetamorfosisi dalam setiap
penyempurnaan kurikulum. Dengan kata lain mata pelajaran PPKn
sering kali mengalami perubahan baik dalam sisi isi maupun nama.
Karena perkembangan yang dinamis seperti itu, penting untuk
diketahui oleh semua peserta didik tentang dinamika tersebut.
Oleh sebab itu, bab ini akan membahas materi-materi tentang;
sejarah mata pelajaran PPKn dan dinamika perubahan nama dan
fokus bahasan mata pelajaran tersebut. Dengan bahasan ini
diharapkan mahasiswa akan memiliki pemahman yang baik tentang

LALU SUMARDI Page 11


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

bagaimana perkembangan mata pelajaran tersebut dalam konteks


pendidikan Indonesia.
Dalam membelajarkan materi bab ini, model pembelajaran
yang direkomendasikan untuk digunakan adalah model Cooperative
Script. Model ini akan mempermudah mahasiswa untuk menguasai
materi yang dibelajarkan dan melatih keterampilan kerjasama serta
menanamkan nilai-nilai karakter-karakter mulia.

2.1. SEJARAH PPKn


Pendidikan Kewarganegaraan telah mengalami perkembangan
yang fluktuatif, baik dalam kemasan maupun substansinya. Hal
tersebut dapat dilihat dalam substansi kurikulum PKn yang sering
berubah dan tentu saja disesuaikan dengan kepentingan negara.
Secara historis, epistemologis dan pedagogis, pendidikan
kewarganegaraan berkedudukan sebagai program kurikuler dimulai
dengan diintroduksikannya mata pelajaran Civics dalam kurikulum
SMA tahun 1962 yang berisikan materi tentang pemerintahan
Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 (Dept. P&K:
1962). Pada saat itu, mata pelajaran Civics atau kewarganegaraan,
pada dasarnya berisikan pengalaman belajar yang digali dan dipilih
dari disiplin ilmu sejarah, geografi, ekonomi, dan politik, pidato-pidato
presiden, deklarasi hak asasi manusia, dan pengetahuan tentang
Perserikatan Bangsa-Bangsa (Somantri, 1969:7).
Istilah Civics tersebut secara formal tidak dijumpai dalam Kurikulum
tahun 1957 maupun dalam Kurikulum tahun 1946. Namun secara
materiil dalam Kurikulum SMP dan SMA tahun 1957 terdapat mata
pelajaran tata negara dan tata hukum, dan dalam kurikulum 1946
terdapat mata pelajaran pengetahuan umum yang di dalamnya
memasukkan pengetahuan mengenai pemerintahan.
1. PPKn dalam Kurikulum Tahun 1968 dan 1969
Istilah Civis dan Pendidikan Kewargaan Negara digunakan
secara bertukar pakai (interchangeably). Misalnya dalam Kurikulum
SD 1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang
dipakai sebagai nama mata pelajaran, yang di dalamnya tercakup
sejarah Indonesia, geografi Indonesia, dan Civics (diterjemahkan
sebagai pengetahuan Kewargaan Negara). Dalam Kurikulum SMP
1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negaraan yang
berisikan sejarah Indonesia dan Konsititusi termasuk UUD 1945.
2. PPKn dalam Kurikulum Tahun 1973/1974
Pendidikan Kewiraan dimulai tahun 1973/1974, sebagai bagian
dari kurikulum pendidikan nasional, dengan tujuan untuk

LALU SUMARDI Page 12


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

menumbuhkan kecintaan pada tanah air dalam bentuk PPBN yang


dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap awal yang diberikan
kepada peserta didik SD sampai sekolah menengah dan pendidikan
PPBN tahap lanjut diberikan di PT dalam bentuk pendidikan
kewiraan.
3. PPKn dalam Kurikulum Tahun 1975
Istilah Pendidikan Kewargaan Negara diubah menjadi
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi Pancasila
sebagaimana diuraikan dalam Pedoman Penghayatan dan
pengamalan Pancasila atau P4. Perubahan ini sejalan dengan misi
pendidikan yang diamanatkan oleh Tap. MPR II / MPR / 1973. Mata
pelajaran PMP ini merupakan mata pelajaran wajib untuk SD, SMP,
SMA, SPG dan sekolah Kejuruan.
4. PPKn dalam Kurikulum 1994
Kurikulum ini mengorganisasikan materi pembelajarannya
bukan atas dasar rumusan butir-butir nilai P4, tetapi atas dasar
konsep nilai yang disaripatikan dari P4 dan sumber resmi lainnya
yang ditata dengan menggunakan pendekatan spiral meluas
atau Spiral of concept development (Taba, 1967). Pendekatan ini
mengartikulasikan sila-sila Pancasila dengan jabaran nilainnya untuk
setiap jenjang pendidikan dan kelas secara catur wulan dalam setiap
kelas.
5. PPKn dalam Kurikulum Tahun 2004
Dengan berlakunya Undang-undang Sistem pendidikan
Nasional No. 20 tahun 2003, diberlakukan kurikulum yang dikenal
dengan nama Kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004 dimana
Pendidikan Kewarganegaraan berubah nama menjadi
Kewarganegaraan.
6. PPKn dalam Kurikulum Tahun 2006
Namanya berubah kembali menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan, dimana secara substansi tidak terdapat
perubahan yang berarti, hanya kewenangan pengembangan
kurikulum yang diserahkan pada masing-masing satuan pendidikan,
maka kurikulum tahun 2006 ini dikenal dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP).
Berbagai perubahan yang dialami dalam pengimlementasian
PPKn sebagaimana diuraikan atas menunjukkan telah terjadinya
ketidakajekan dalam kerangka pikir, yang sekaligus mencerminkan
telah terjadinya krisis konseptual, yang berdampak pada terjadinya

LALU SUMARDI Page 13


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

krisis operasional kurikuler secara konseptual istilah Pendidikan


Kewarganegaraan dapat terangkum sebagai berikut :
a. Kewarganegaraan (1956)
b. Civics (1959)
c. Kewarganegaraan (1962)
d. Pendidikan Kewarganegaraan (1968)
e. Pendidikan Moral Pancasila (1975)
f. Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan (1994)
g. Pendidikan Kewarganegaraan (UU No. 20 Tahun 2003)
h. PPKn (Kurikulum 2013)

2.2. LATAR BELAKANG PPKn


Latar belakang lahirnya pendidikan Kewarganegaraan berawal
dari perjalanan sejarah panjang bangsa Indonesia yang dimulai sejak
dari perebutan dan mempertahankan kemerdekaan sampai pada
pengisian kemerdekaan, bahkan terus berlangsung hingga zaman
reformasi. Kondisi perebutan dan mempertahankan kemerdekaan itu
ditanggapi oleh bangsa indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai
perjuangan bangsa yang senantiasa tumbuh dan berkembang.
Kesamaan nilai-nilai tersebut dilandasi oleh jiwa, tekad dan semangat
kebangsaan. Kesemuanya itu tumbuh dan berkembang menjadi
kekuatan yang mampu mendorong proses Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pendidikan kewarganegaraan diselenggarakan untuk membekali
para mahasiswa selaku secalon pemimpian dimasa depan dengan
kesadaran bela negara serta kemampuan berpikir secara
komprehensif integral dalam rangka ketahanan nasional kesadaran
bela negara ini berwujud sebagai kerelaan dan kesadaran melakukan
kelangsungan hidup bangsa melalui profesinya kesadaran bela
negara dengan demikian kesadaran bela negara mengandung arti :
a. Kecintaan kepada tanah air,
b. Kesadaran berbangsa dan bernegara,
c. Keyakinan akan pancasila dan UUD 1945,\
d. Kerelaan berkorban bagi bangsa dan negara serta\
e. Sikap dan perilaku awal bela negara.
Negara Indonesia diproklamasikan kemerdekaannya dari
penjajahan pada tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan yang
diproklamasikan itu berangkat dari perjalanan sejarah peperangan
yang panjang yang berabad-abad lamanya melawan penjajahan
dalam suasana perpecahan tidak adanya semangat persatuan dan
kesatuan menyebabkan lamanya dibumi nusantara. Penjajahan itu
mengakibatkan kebodohan dan penderitaan yang pada awal abad ke-

LALU SUMARDI Page 14


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

20 mendorong timbulnya semangat kebangsaan kebangkitan


nasional ini ditandai dengan lahirnya gerakan Budi Utomo pada tahun
1908 peristiwa sumpah pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28
oktober 1928 merupakan tonggak sejarah yang sangat penting.
Sumpah tersebut merupakan perjuangan sikap dan tekad bangsa
Indonesia untuk bersatu dalam wadah negara bangsa dan bahasa
Indonesia. “Satu tanah air menunjukkan serta kesatuan geografis
satu bangsa menunjukkan satu kesatuan politikdan satu bahasa
menujukkan satu kesatuan sosial budaya” tekad ini mewujudkan
perjuagan yang akhirnya melahirkan proklamasi kemerdekaan
bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak
era sebelum dan selama penjajahan kemudian dilanjutkan dengan
era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan sampai hingga
era kemerdekaan menimbulkan kondisi dan menuntut yang berbeda
sesuai dengan zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda
indones ditanggapi oleh bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan
nilai-nilai perjuangan bangsa yang senantiasa tumbuh dan
berkembang. Kesamaan nilai-nilai tersebut dilandasi oleh jiwa tekad
dan semangat kebangsaan. Kesamaan itu timbul menjadi kekuatan
yang mampu mendorong proses terwujudnya negara kesatuan
Republik Indonesia dalam wadah nusantara.

2.3. PERKEMBANGAN PPKn DI INDONESIA


1. Sebelum Proklamasi Kemerdekaan
Pada jaman Hindia Belanda di kenal dengan nama “Burgerkunde”.
Pada waktu itu ada 2 buku resmi yang digunakan, yaitu :
a. Indische Burerschapkunde, yang di bicarakan dalam buku
tersebut, masalah masyarakat pribumi. Pengaruh barat, bidang
sosial, ekonomi, hukum, ketatanegaraan dan kebudayaan,
masalah pertanian, masalah perburuhan. Kaum menengah dalam
industri dan perdagangan, terbentuknya dewan rakyat, masalah
pendidikan, kesehatan masyarakat, pajak, tentara dan angkatan
laut.
b. Rech en Plich (Bambang Daroeso, 1986: 8-9) karangan J.B.
Vortman yang dibicarakan dalam buku tersebut yaitu : Badan
pribadi yang mengutarakan masyarakat dimana kita hidup, obyek
hukum dimana dib icarakan eigondom eropah dan hak-hak
atas tanah. Masalah kedaulatan raja terhadap kewajiban-
kewajiban warga negara dalam perinta Hindia Belanda. Masalah
Undang-Undang, sejarah alat pembayaran dan kesejahteraaan.

LALU SUMARDI Page 15


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Adapun tujuan dari buku tersebut, yakni: agar rakyat jajahan


lebih memahami hak dan kewajibannya terhadap pemerintah Hindia
Belanda, sehingga diharapkan tidak menganggap pemerintah
belanda sebagai musuh tetapi justru memberikan dukungan dengan
penuh kesadaran dalam jangka waktu yang panjang.
Pada tahun 1932 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan
peraturan yang disetujui Volksraad, bahwa setiap ugru harus memiliki
izin. Dalam pertimbangannya adalah banyak guru sekolah partikelir
bukanlah lulusan sekolah guru, dan yang berhak mengajar hanyalah
lulusan sekolah guru. Sedangkan lewat pendidikan non-formal
terutama dilakukan oleh para tokoh pergerakan nasional yakni bung
Karno dan Bung Hatta. Pelaksanaan pendidikan politik baik yang
dilakukan oleh guru-guru sekolah partikelir maupun yang dilakukan
para tokoh pergerakan nasional, pada prinsipnya dapat di nyatakan
sebagai “cikal bakal” pendidikan politik atau PKn di Jaman Indonesia
merdeka.
2. Sesudah Proklamasi kemerdekaan
Gambaran Nu’man Somantri (1976: 34-35), yakni :
a. Kewarganegaraan (1957)
Isi pelajaran kewarganegaraan adalah membahas cara
memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan.
b. Civics (1961)
Isi civics banyak membahas tentang sejarah kebangkitan
nasional . Uud, pidato-pidato politik kenegaraan yang terutama
diarahkan untuk “nation and character building” Bangsa Indonesia
seperti pada waktu pelaksanaan civics di America pada tahun-
tahun setelah declaration of Independence Amerika.
c. Pendidikan Kewargaan Negara (1968)
Diberlakukannya kurikulum 1975, PKn pada prinsipnya
merupakan unsur dari PMP. Lahirnya UU no.2 Tahun 1989
tentang SPN (Sistem Pendidikan Nasional). menunjuk pasal 39
ayat 2, yang menentukan bahwa PKn bersama dengan
pendidikan Pancasila dan Pendidikan Agama harus di muat dalam
kurikulum semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan maka PKn
akan mengalami perkembangan lagi.
Menurut ali emran (1976: 4) isi PKn meliputi :
a. Untuk SD : pengetahuan Kewargaan negara, sejarah Indonesia,
ilmu Bumi.
b. Untuk SMP : Sejarah kebangsaan, kejadian setelah kemerdekaan,
UUD 1945, Pancasila, Ketetapan MPRs.

LALU SUMARDI Page 16


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

c. Untuk SMA : Uraian pasal-pasal dari UUD 1945 yang


dihubungkan dengan tatanegara, sejarah, ilmu bumi dan ekonomi.
Tahun 1970 PKn difusikan ke dalam mata pelajaran IPS.
Tahun 1972, dalam seminar di Tawangmangu Surakarta,
menetapkan istlah ilmu kewargaan Negara (IKN) sebagai
pengganti CIVICS, dan pendidikan Kewargaan Negara (PKn)
sebagai istilah civic Education. Dengan demikian, IKN lebih
bersifat teoritis dan PKn lebih bersifat praktis antara keduanya
merupakan kesatuan tak terpisahkan, karna perkembangan PKn
sangat tergantung pada perkembangan IKN.
d. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Menurut
Kurikulum 1994.
Kurikulum 1994 mengintegraiskan antara pengajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan nama mata
pelajaran PPKn.

2.4. PERKEMBANGAN PPKn PADA MASA ORDE BARU


Perkembangan PPKn pada era Orde Baru, ternyata lebih
ditentukan faktor kepentingan untuk membangun negara (state
Building) ketimbang untuk membangun bangsa (Nation Building). Hal
tersebut di sebabkan karena:
1. Kemerosotan nilai estetika dan moral para penyelenggara negara
yang sudah kehilangan semangat pengabdian, pengorbanan
kejujuran dan keikhlasan.
b. Hukum lebih merupakan alat kekuasaan dari pada alat keadiland
an kebenaran.
c. Fandalisme, paternalisme dan absolutisme
d. Posisi dan peran ABRI lebih merupakan alat kekuasaan dari pada
alat negara untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat.
Kondisi di atas berpengaruh pada perubahan kurikulum PPKn
dan pelaksanaan pengajarannya di lapangan yang lebih menekankan
untuk mendukung status quo atau legitimasi dan pembenaran
(justifikasi) berbagai kebijakan rezim orba dari pada untuk
meningkatkan pemberdayaan warga Negara dalam berhubungan
dengan negara. Dalam era reformasi, tantangan PPKn semakin berat.
P4 dipermasalahkan substansinya, karena tidak memberikan
gambaran yang tepat tentang nilai Pancasila sebagai satu kesatuan.
Dengan adanya perubahan UU No. 2 tahun 1989 yang diubah
dengan UU No. 2 tahun 2003 tidak dieksplisitkan lagi nama
pendidikan Pancasila, sehingga tinggal Pendidikan
Kewarganegaraan. Begitu pula kurikulum 2004 memperkenalkan
istilah Pengganti PPKn dengan kewarganegaraan/pendidikan

LALU SUMARDI Page 17


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

kewarganegaraan. Perubahan nama ini juga diikuti dengan


perubahan isi PKn yang lebih memperjelas akar keilmuan yakni
politik, hukum dan moral.

Rangkuman
Nama mata pelajaran PPKn dari waktu ke waktu mengalami
perubahan, pada kurikulum 1956 nama PPKn disebut dengan
Kewarganegaraan, pada kurikulum 1959 berubah menjadi Civics,
berubah lagi ketika kurikulum 1962 diterapkan , yaitu menjadi
Kewarganegaraan. Setelah itu, terjadi lagi perubahan nama menjadi
Pendidikan Kewargaan Negara pada kurikulum 1968. Ketika
kurikulum 1975 lahir nama Pendidikan Kewarganegaraan berubah
lagi menjadi Pendidikan Moral Pancasila. Begitu juga ketika kurikulum
1994 dan kurikulum 2004 dilahirkan namanya berubah menjadi
Pendidkan kewarganegaraan. Dan perbuhan yang terakhir terlihat
pada K 13 dimana namanya menjadi PPKn.
Pasang surut tidak hanya terjadi pada nama, tetapi juga pada
dinamika pembelajaran dan penerapan Pancasila. Pada zaman Orde
Baru Pancasila begitu intensif dibelajarkan, melalui program yang kita
kenal dengan P4 yang berlangsung disemua instansi. Akan tetapi
ketika orde berganti menjadi Orde Reformasi kebanyakan orang
terlihat menjauh dari Pancasila, dan PPKn tidak lagi menjadi mata
pelajaran yang menarik untuk dipelajari.

Tugas
Carilah referensi yang menjelaskan tentang sejarah mata
pelajaran PPKn beserta ruanglingkup materi yang dibelajarkan.
Kemudian temukan perbedaan materi yang dibelajarkan pada setiap
kurikulum PPKn.

Uji Kompetensi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan lengkap
1. Jelaskan perbedaan PPKn dalam kurikulum 2006 dengan K. 13
2. Jelakan dinamika PPKn pada zaman Orde Baru
3. Jelaskan perkembangan PPKn pada masa Orde Reformasi
4. Jelaskan alasan logis perubahan nama PKn menjadi PPKn

LALU SUMARDI Page 18


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

BAB III.
HUBUNGAN MATAPELAJARAN PPKn DENGAN
MATAPELAJARAN LAINNYA

Kemampuan Akhir Pembelajaran


Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu
menganalisis hubungan PPKn dengan imu-ilmu lainnya.

Indikator
1. Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara PPKn dengan
ilmu-ilmu lainnya (Hukum, politik, Sosiologi, dan Antropologi)
2. Mengidentifikasi hubungan PPKn dengan imu-ilmu lainnya
(Hukum, politik, Sosiologi, dan Antropologi)

Pengantar
idak ada satupun mata pelajaran yang bisa berdiri

T sendiri. Selalu ada hubungan substantif antara mata


pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain.
Misalnya saja mata pelajarana Matematik dengan
Fisika, Kimia, dan mata pelajran eksakta lainnya. Begitu juga dengan
mata pelajaran PPKn, tidak terlepas atau memiliki hubungan
substantif dengan mata pelajaran social lainnya. PPKn bukanlah mata
pelajaran yang berdiri sendiri sebagaimana sudah dijelaskan
sebelumnya. Mata pelajaran PPKn berkaitan erat dengan sosiologi,
hokum, politik, dan nilai dan moral.

LALU SUMARDI Page 19


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Dalam bab ini akan dibahas materi-materi berkaitan dengan


hubungan PPKn dengan mata pelajaran-mata pelajaran social
lainnya. Dengan materi ini mahasiswa diharpkan memperoleh
pengetahuan yang memadai tentang bagimana hubungan
substantif/material antara mata pelajaran PPKn dengan mata
pelajaran lainnya. Model yang digunakan dalam membelajarkan
materi ini adalah Inquiry. Metode ini membangun kemampuan berfikir
saintifik mahasiswa.

3.1. HUBUNGAN PPKn DENGAN ILMU POLITIK


Sebelum kita membahas hubungan substansial mata pelajaran
PPKn dengan mata pelajaran lainnya, terlebih dahulu silahkan
saudara mendiskusikan dengan kelompok saudara tentang materi
tersebut. Hasil diskusi kelompok ditulis dalam format kolom di bawah;
Tabel 5. Tugas Analisis Hubungan PPKn dengan Mata
Pelajaran lain
Seskripsi Tugas Hasil Diskusi
Hubungan PPKn dengan
Sosiologi

Hubungan PPKn dengan


Politik

Hubungan PPKn dengan


Hukum

LALU SUMARDI Page 20


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Hubungan PPKn IPS

Kalau saudara sudah selesai mendiskusikan tugas di atas, silahkan


melanjutkan dengan mempelajari bahasan di bawah.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan praktik dari ilmu
kewarganegaraan, sedangkan ilmu kewarganegaraan adalah bagian
dari ilmu politik. Seperti yang dikemukakan oleh checter van yakni
bagian dari ilmu poltik ang membahas tentang hak dan kewajiban
warga negara terdapat di civics/ilmu kewarganegaraan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan
mengandung praktik-praktik yang diturunkan ilmu politik. Sesuai
dengan tujuan PKn yaitu menjadikan warganegara yang baik. Maka
kita harus memahami teori tentang demokrasi politik yang meliputi
konstitusi, parpol pemilu dan semuan hal itu merupakan adopsi dari
ilmu politik. Dengan memahami teori ilmu politik maka warga negara
mempunyai pengetahuan tentang kenegaraan melalui praktis dari
pendidikan kewarganegaraan maka warga negara dapat
melaksanakan kewajibannya dan mengetahui hak yang harus
diterimanya sebagai warga negaa yang baik.

3.2. HUBUNGAN PPKn DENGAN SOSIOLOGI


Sosiologi merupakan ilmu tentang masyarakat. Yang mana
yang dibahas tidak hanya keteraturan dalam msyarakat tetapi juga
penyimpangan sosial. Salah satu penyebab terjadi penyimpangan
sosial yaitu kekurangpahaman masyarakat terhadap hak dan
kewajibannya sebagai warga negara. Contoh kasus keterkaitan
sosiologi dengan pendidikan kewarganegaraan, dalam sebuah desa
mempunyai kendala dalam aksesbilitas. Seperti kurang memadainya
jalan raya untuk masyarakat desa untuk keluar dari desa dalam
rangka memenuhi kebutuhan, seperti berjualan, melanjutkan
pendidikan, dan membeli kebutuhan rumah tangga yang tidak
disediakan desa. Namun hal tersebut terkendala sehingga
menimbulkan ketergangguan pola kehidupan masyarakat, terjadinya
konflik antar masyarakat dan meresahkan kondisi desa. Bagi
masyarakat yang paham dengan haknya sebagai warganegara maka

LALU SUMARDI Page 21


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

mereka akan menuntutnya sesuai prosedur tanpa harus meresahkan


kampungnya sendiri. Kemudan jika mereka memahami tentang
kewajiban sebagai warga negara maka mereka akan berusaha
memenuhi kewajibannya seperti pajak supaya pemerintah dapat
membangun sarana umum seperti yang diinginkan dan mengelola
sumberdaya ala dengan baik. Jadi pendidikan kewarganegaraan
dapat menjad solusi permasalahan di masyarakat. Sama-sama
mengkaji masyarakat / warga negara.

3.3. HUBUNGAN PPKn DENGAN ILMU SEJARAH


Dalam mempelajari sejarah terdapat latarbelakang
mempelajari pendidikan kewarganegaraan, proses dan alasannya
pendidikan kewarganegaraan dipelajari. Kemudian dengan pada ilmu
sejarah dapat diketahui mengapa perlunya pendidikan yang bertujuan
menjadikan warga negara yang baik. Semua itu didasari oleh
sejarah/peristiwa yang terjadi diwaktu yang lalu. Dengan mempelajari
sejarah kita dapat mengetahui kekurangan apa yang akan terdapat
pada era dulu dan diperbaiki pada masa sekarang sehingga terdapat
perbaikan-perbaikan dari waktu ke waktu. Dengan mempelajari
sejarah dapat ditemukan hal positif yang dapat dipertahankan untuk
tercapanya tujuan PKn saat ini atau kedepannya.

3.4. HUBUNGAN PPKn DENGAN IPS


Keterkaitan PKn dengan IPS sangat kuat. Hal ini dikarenakan
sebelum menjadi Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan yang
menurut Kurikulum tahun 1994 diberi nama Bidang Studi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (sebagai upaya mewujudkan pesan
UU sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 khususnya Pasal
39 Ayat (2) dan (3)), Bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan
adalah bagian dari Bidang Studi IPS. Bidang Studi IPS mencakup
aspek Geografi, Ekonomi, dan Sejarah, Pancasila serta UUD 1945
yang menyangkut warga negara serta pemerintahan. Kemudian
terjadi pemisahan menjadi Bidang Studi IPS yang mencakup aspek
Geografi, Ekonomi, dan Sejarah, dan Bidang Studi Pendidikan Moral
Pancasila yang mencakup Pancasila serta UUD 1945 yang
menyangkut warga negara serta pemerintahan.

Rangkuman
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tidak bisa
dilepaskan dari disiplin ilmu yang lain, seperti Hukum, Sosiologi,

LALU SUMARDI Page 22


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Politik, dan Sejarah. Hal ini disebabkan materi PPKn diambil dari
beberapa disiplin ilmu tersebut. Misalnya materi tentang Nasionalisme
dari Sejarah, Pemilu dari Politik, Hak dan Kewajiban dari Hukum dan
Kedisiplinan, Kejakeras, dan Gotongroyong dari Sosiologi.

Tugas
Analisislah hubungan material antara mata pelajaran PPKn
dengan Ilmu politik, Ilmu Hukum, Ilmu Sosiologi, Sejarah, dan Ilmu
Tata Negara.

Uji Kompetensi
Jawblah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar
1. Jelaskan hubungan PPKn dengan Sejarah
2. Jelaskan hubungan PPKn dengan Sosiologi
3. Jelaskan Hubungan PPKn dengan Politik
4. Jelaskan hubungan PPKn dengan Tata Negara
5. Jelakan urgensi memahami hubungan PPKn dengan mata
pelajaran lainnya

LALU SUMARDI Page 23


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

BAB IV.
URGENSI DAN TUJUAN MATAPELAJARAN PPKn

Kemampuan Akhir Pembelajaran


Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu
menganalisis tujuan dan urgensi PPKn.

Indikator
1. Menjelaskan tujuan pendidikan nasional
2. Menjelaskan tujuan PPKn
3. Mengidentifikasi keterkaitan tujuan PPKn dengan tujuan nasional
Indonesia dan tujuan pendidikan nasional
3. Mengidentifikasi urgensi PPKn bagi bangsa dan Negara Indonesia

Pengantar
alam prembule UUD 1945 disebutkan ada empat

D tujuan nasional Indonesia yang dicita-citakan


tercapai. Keempat tujuan tersebut disebut sebagai
tujuan Negara Indonesia sebagai sebuah organisasi
kekuasaan (state). Salah satu dari keempat tujuan tersebut adalah
“mencerdaskan kehidupan bangsa”. Tujuan ini secara jelas
menyuratkan bahwa tujuan yang dimaksudkan adalah peningkatan
kualitas sumber daya manusia Indonesia. Aspek yang dikembangkan
dalam diri manusia adalah aspek pengetahuan, keterampilan, dan
sikap (moralitas).
Tujuan sebagaimana disebutkan di atas yang tertuang dalam
pembukaan UUD, lebih lanjut dirumuskan dalam UU Sistem
Pendidikan Nasional, UU No. 20 tahun 2003 yang memuat 9 tujuan
pendidikan nasional. Tejuan pendidikan nasional Indonesia tersebut
merupakan penjelasan rinci dari rumusan nasional Indonesia
“mencerdaskan kehidupan bangsa”. Tujuan pendidikan nasional
Indonesia selanjutnya dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan
tujuan setiap mata pelajaran yang ada dalam kurikulum, salah
satunya adalah mata pelajaran PPKn.
Dalam bab ini akan dibahas secara mendetail apa saja tujuan
pendidikan nasional Indonesia, apa saja tujuan mata pelajaran PPKn

LALU SUMARDI Page 24


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

dan bagaimana keterkaitan tujuan nasional Indonesia dengan tujuan


mata pelajaran PPKn. Untuk membelajarkan materi ini model
pembelajaran yang akan digunakan adalah model pembelajaran
Unjuk Kerja. Model ini ditujukan untuk melatih kemampuan berfikir
kritis-analitis mahasiswa, selain tentunya untuk mempercepat
penguasaan materi.

4.1. URGENSI PPKn BAGI PESERTA DIDIK


Sejak timbulnya gerakan reformasi dan demokratisaasi di
indonesia pada akhir dasawarsa 1990-an yang ternyata telah berhasil
mengakhiri secara formal tatanan dan instrumentasi demokrasi semu
di era orde baru, dan secara perlahan menapaki era baru orde
reformasi, mulai berkembang pemikiran perlunya
merekonseptualisasi dan meresponsisi pendidikan kewarganegaraan
dalam konteks pendidikan demokrasi dalam arti mendasar. Dan
sesuai dengan undang undang no. 2 tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional didalam kurikulum pendidikan tinggi telah
ditetapkan adanya mata kuliah pendidikan kewarganegaraan
(kewiraan) sebagai salah satu komponen dari kelompok mata kuliah
umum.
Sampai saat ini secara umum mata kuliah ini mencakup materi
pendidikan kewarganegaraan dengan tujuan untuk mengembangkan
mahasiswa agar mampu berperan aktif sebagai warga negara dalam
kontek bela negara. Hal ini dapat dipahami karena memang pada
awalnya, yakni sebelum ada undang-undang no. 2 tahun 1989 itu,
mata kuliah ini lebih dikenal sebagai mata kuliah kewiraan. Dan kini
telah menjadi pendidikan kewarganegaraan yang bertujuan dari jalur
pendidikan formal akan menjadi warga negara yang memiliki berbagai
kemampuan untuk melakukan perubahan dalam masyarakat dan
menjadi agent perubahan bagi masyarakatnya serta mampu
melakukan proses pembelajaran diri, proses pengewanjatahan nilai-
nilai dan pengalihan prinsip-prinsip dalam kehidupan nyata.
Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air (penjelasan pasal ayat 1 uu no.20/2003) dalam kontek
pendidikan nasional pendidikan kewarganegaraan dijadikan sebagai
wadah dan instrument untuk menwujudkan tujuan pendidikan
nasional yaitu perkembangan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Tujuan dari pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya
adalah bagaimana menjadikan warga negara yang cerdas dan baik

LALU SUMARDI Page 25


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

serta mampu mendukung keberlangsungan bangsa dan negara.


Upaya kewarganegaraan individu atau orang-orang yang hidup dalam
suatu negara merupakan tugas pokok negara. Konsep warga negara
yang cerdas dan baik tentunya tergantung dari pandangan hidup dan
sistem politik negara yang bersangkutan. Pendidikam
kewarganegaraan, khususnya sepanjang pemerintahan orde baru,
telah direkayasa sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan
melalui cara indoktrinasi, manipulasi atas demokrasi dan pancasila,
dan tindakan paradoks penguasa orde baru. Sikap paradoks orde
baru terlihat dari tidak jalannya antara program pendidikan kewiraan
dan pancasila dengan perilaku elit orde baru dalam mengelola negara
yang penuh dengan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (kkn).
Besarnya jumlah masyarakat indonesia yang awam tentang
demokrasi , maka membutuhkan sebuah model pendidikan
kewarganegaraan yang memperdayakan dan membebaskan rakyat
dari keawaman demokrasi tersebut.
Penggunaan pendidikan kewarganegaraan tidak lepas dari
realitas empiris bangsa indonesia saat ini yang masih awam tentang
demokrasi. Dengan kata lain, pendidikan kewarganegaraan (civic
education) adalah suatu program pendidikan yang berusaha
menggabungkan unsur-unsur substantif dari komponen civic
education diatas melalui model pembelajaran yang demokratis,
interaktif, dan humanis dalam lingkungan yang demokratis. Unsur-
unsur substantif civic education tersebut terangkum dalam tiga
komponen inti yang saling terkait dalam pendidikan kewarganegaraan
yaitu: demokrasi, ham, dan masyarakat madani. Dengan kata lain,
pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah suatu program
pendidikan yang berusaha menggabungkan unsur-unsur substantif
dari komponen civic education diatas melalui model pembelajaran
yang demokratis, interaktif, dan humanis dalam lingkungan yang
demokratis.
Unsur-unsur substantif civic education tersebut terangkum
dalam tiga komponen inti yang saling terkait dalam pendidikan
kewarganegaraan yaitu: demokrasi, ham, dan masyarakat madani.
Dengan kata lain, pendidikan kewarganegaraan (civic education)
adalah suatu program pendidikan yang berusaha menggabungkan
unsur-unsur substantif dari komponen civic education diatas melalui
model pembelajaran yang demokratis, interaktif, dan humanis dalam
lingkungan yang demokratis. Unsur-unsur substantif civic education
tersebut terangkum dalam tiga komponen inti yang saling terkait
dalam pendidikan kewarganegaraan yaitu: demokrasi, ham, dan
masyarakat madani.

LALU SUMARDI Page 26


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Pendidikan kewarganegaraan mengembangkan paradigma


demokratis yakni orientasi yang menekankan pada upaya
penberdayaan mahasiswa sebagai warga negara indonesia secara
demokratis. Paradigma demokratis dalam pendidikan menempatkan
peserta didik sebagai subyek aktif, pendidik sebagai mitra peserta
didik dalam proses pembelajaran.sedangkan tujuan dari paradigma
demokrasi ini adalah sebagai upaya pembelajaran yang diarahkan
agar peserta didik tidak hanya mengetahuai sesuatu melainkan dapat
belajar untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab sebagai
individu dan makhluk sosial serta belajar untuk melakukan
sesuatu yang didasari oleh pengetahuan yang memilikinya.
Sebagai output dari pendidikan yang demokratis, kedewasaan
warga negara dalam berdemokrasi di Barat bisa menjadi referensi
adanya keterkaitan antara sikap-sikap demokratis warga negara dan
program pendidikan demokrasi, populer dengan sebutan civic
education (pendidikan kewarganegaraan), yang ditempuh melalui
jalur pendidikan formal.
Bagi negara yang tengah bertransisi menuju demokrasi,
seperti Indonesia, pendidikan kewarganegaraan yang mampu
memperkuat barisan masyarakat sipil yang beradab dan demokratis
amat penting diakukan. Pendidikan kewarganegaraan bukanlah
barang baru dalam sejarah pendidikan nasional. Di era Soekarno,
misalnya, pendidikan kewarganegaraan dikenal dengan pendidikan
civic.
Secara konseptual, pendidikan kewarganegaraan adalah suatu
bentuk pendidikan yang memuat unsur-unsur pendidikan demokrasi
yang berlaku universal, di mana prinsip umum demokrasi yang
mengandung pengertian mekanisme sosial politik yang dilakukan
melalui prinsip dari, oleh, dan untuk warga negara menjadi fondasi
dan tujuannya.
Mengaca pada realitas demokrasi di Indonesia, pendidikan
demokrasi yang disubordinasikan dalam pendidikan
kewarganegaraan dengan konsep itu sudah saatnya dilakukan.
Tujuan pendidikan ini adalah untuk membangun kesadaran peserta
didik akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan mampu
menggunakannya secara demokratis dan beradab.
Orientasi lama pengajaran PPKn yang lebih menekankan
kepatuhan peserta didik kepada negara sudah saatnya diubah ke
arah pengajaran yang berorientasi pada penyiapan peserta didik
menjadi warga negara yang kritis, aktif, toleran, dan mandiri. Jika
orientasi pendidikan PPKn masa lalu telah terbukti gagal melahirkan
manusia Indonesia yang mandiri dan kreatif, karena terlalu kuatnya

LALU SUMARDI Page 27


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

muatan “pengarahan” negara atas warga negara, pendidikan


kewarganegaraan mendatang seharusnya diarahkan untuk
membangun daya kreativitas dan inovasi peserta didik melalui pola-
pola pendidikan yang demokratis dan partisipatif. Perilaku budaya
demokrasi harus terus dikembangkan dalam kehidupan demokrasi,
baik dalam suprastruktur maupun infrastruktur. Perilaku budaya
demokrasi yang dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara akan menghasilkan demokrasi yang
berbudaya dan peradaban. Kondisi demikian merupakan iklim yang
cukup mendukung terwujudnya masyarakat madani.
Untuk membentuk suatu negara yang demokratis, maka
negara tersebut harus melaksanakan prinsip demokrasi yang
didukung oleh warga negara. Prinsip demokrasi adalah perilaku yang
dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi. Nilai-nilai demokrasi tersebut
antara lain : adil, terbuka, menghargai, mengakui perbedaan, anti
kekerasan, damai, tanggung jawab ,dan kerja sama. Sistem politik
demokrasi yang berlaku di Indonesia adalah Sistem Politik Demokrasi
Pancasila. Budaya demokrasi Pancasila merupakan paham
demokrasi yang berpedoman pada asas kerakyatan yang di pimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan yang
berketuhanaan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berpersatuan Indonesia, dan bersama sama menjiwai
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keinginan rakyat dapat
tersalurkan baik dalam lembaga suprastruktur politik (lembaga
negara), maupun dalam infrastruktur politik (partai politik, organisasi
massa, dan media politik lainnya). Membiasakan diri melaksanakan
budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan di
lingkungan keluarga ,maupun lingkungan sekolah, di organisasi
masyarakat (ormas) dan partai politik (parpol), serta di DPR sebagai
lembaga pembuat Undang-Undang.
Ada banyak urgensi mata pelajaran PPKn bagi peserta didik,
yaitu;
1. Meningkatkan kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang
sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif
dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama
menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian dan
berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan
dalam sepuluh tahun terakhir ini. Definisi berpikir kritis banyak
dikemukakan para ahli.
Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan
keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses

LALU SUMARDI Page 28


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan


mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang
perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah,
merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan,
dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan
tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir
kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan
kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa
faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa
disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang
akan dituju.
Keterkaitan berpikir kritis dalam pembelajaran adalah perlunya
mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh,
pembuat keputusan yang matang, dan orang yang tak pernah
berhenti belajar. Penting bagi siswa untuk menjadi seorang pemikir
mandiri sejalan dengan meningkatnya jenis pekerjaan di masa yang
akan datang yang membutuhkan para pekerja handal yang memiliki
kemampuan berpikir kritis. Selama ini, kemampuan berpikir masih
belum merasuk ke jiwa siswa sehingga belum dapat berfungsi
maksimal di masyarakat yang serba praktis saat ini. Sebuah laporan
di Malaysia menyebutkan bahwa pembelajaran kognisi tingkat tinggi
membantu siswa untuk menjadi pembelajar mandiri,
mengembangkan keterampilan berpikir siswa lebih umum dinyatakan
sebagai tujuan pendidikan saja. Rajendran menemukan kurangnya
kemampuan siswa dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang
mereka dapatkan di sekolah dan kelas ke permasalahan yang
mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Dia menegaskan bahwa
banyak siswa tidak mampu memberikan bukti tak lebih dari
pemahaman yang dangkal tentang konsep dan hubungan yang
mendasar bagi mata pelajaran yang telah mereka pelajari, atau
ketidakmampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah
mereka peroleh ke dalam permasalahan dunia nyata.
Menurut kajian ini kebutuhan untuk mengajarkan kemampuan
berpikir sebagai bagian yang menyatu dengan kurikulum sekolah
merupakan hal yang sangat penting. Sebagian besar negara
mempedulikan kenaikan standar pendidikan melalui wajib belajar
pada pendidikan formal. Menurut Cotton, pada tatanan masyarakat
yang serba praktis ini, pendidikan anak-anak menjadi tujuan utama
pendidikan. Hal ini akan membekali anak-anak dengan pembelajaran
sepanjang hayat dan kemampuan berpikir kritis yang dibutuhkan
untuk menangkap fakta dan memproses informasi di era dunia yang
makin berkembang ini. Salah satu dari fungsi sekolah adalah

LALU SUMARDI Page 29


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

menyediakan tenaga kerja yang mumpuni dan siap dengan berbagai


masalah yang ada di masyarakat, maka penting pembelajaran
berpikir dimasukkan ke dalam proses pembelajaran. Selain perhatian
terhadap penguasaan hal-hal dasar seperti membaca, menulis, sains
dan matematika, perhatian yang sama juga terletak pada kemampuan
berpikir kritis. Pengetahuan dasar atau penguasaannya saja tidak
cukup untuk memenuhi tuntutan perkembangan dunia masa yang
akan datang.
Kunci berpikir kritis adalah mengembangkan pendekatan
impersonal yang memperhatikan argumentasi dan fakta sejalan
dengan pandangan, pendapat dan perasaan personal. Wacana
akademik didasarkan pada prinsip-prinsip berpikir kritis yang
dijelaskan oleh Northedge sebagai berikut: Debat: membantah poin-
poin yang memiliki pandangan berbeda. Keilmuan: kesadaran akan
hal lain apa yang telah ditulis, dan mengutipnya dengan tepat.
Argumen: mengembangkan poin-poin dalam urutan logis yang akan
mengarah pada kesimpulan. Kritis: mengetahui/ memperhatikan
kekuatan dan kelemahan. Analisis: menguraikan argumen yang
dikemukakan. Bukti: meyakinkan orang bahwa argumen yang dibawa
didukung oleh bukti yang valid. Objektif: tidak memihak dan
emosional serta tanpa menimbulkan daya tarik langsung pada orang
lain. Presisi: menuju ketepatan, hal-hal apapun yang tidak terkait
dengan argumen harus dihilangkan. Pemikiran kritis dan analitis
harus diaplikasikan pada semua aspek kegiatan akademik, misalnya
aktivitas memilih informasi, membaca, menulis, berbicara, dan
menyimak. Belajar membaca dan mengevaluasi informasi secara
kritis merupakan keahlian yang paling penting, apabila telah dikuasai
dapat diaplikasikan di bidang-bidang lainnya.
2. Meningkatkan Kemampuan Berfikir Analitis
Kemampuan analitis adalah kemampuan siswa untuk
menguraikan atau memisahkan suatu hal ke dalam bagian-bagiannya
dan dapat mencari keterkaitan antara bagian-bagian tersebut.
Menganalisis adalah kemampuan memisahkan materi (informasi) ke
dalam bagian-bagiannya yang perlu, mencari hubungan
antarabagian-bagiannya, mampu melihat (mengenal) komponen-
komponennya, bagaimana komponen-komponen itu berhubungan
dan terorganisasikan, membedakan fakta dari hayalan Dalam
kemampuan analisis ini juga termasuk kemampuan menyelesaikan
soal-soal yang tidak rutin, menemukan hubungan, membuktikan dan
mengomentari bukti, dan merumuskan serta menunjukkan benarnya

LALU SUMARDI Page 30


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

suatu generalisasi, tetapi baru dalam tahap analisis belum dapat


menyusun.
Pendapat lain yang sejalan, Suherman dan Sukjaya
menyatakan bahwa kemampuan analisis adalah kemampuan untuk
merinci atau menguraikan suatu masalah (soal) menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil (komponen) serta mampu untuk memahami
hubungan diantara bagian-bagian tersebut. Hal ini juga diperkuat oleh
Bloom yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir analitis
menekankan pada pemecahan materi ke dalam bagian-bagian yang
lebih khusus atau kecil dan mendeteksi hubungan-hubungan dan
bagian-bagian tersebut dan bagian-bagian itu diorganisir.
Ross mengungkapkan beberapa indikator kemampuan analitis,
yaitu:
a. Memberikan alasan mengapa sebuah jawaban atau pendekatan
suatu masalah adalah masuk akal.
b. Membuat dan mengevaluasi kesimpulan umum berdasarkan atas
penyelidikan atau penelitian.
c. Meramalkan atau menggambarkan kesimpulan atau putusan dari
informasi yang sesuai.
d. Mempertimbangkan validitas dari argumen dengan menggunakan
berpikir deduktif dan induktif.
e. Menggunakan data yang mendukung untuk menjelaskan
mengapa cara yang digunakan dalam jawaban adalah benar.
3. Meningkatkan Kemampuan Berfikir Logis (Rasional)
Rasional diambil dari kata bahasa inggris yaitu “rational” yang
mempunyai definisi yaitu dapat diterima oleh akal dan pikiran dapat
ditalar sesuai dengan kemampuan otak.Hal-hal yang rasional adalah
suatu hal yang di dalam prosesnya dapat dimengerti sesuai dengan
kenyataan dan realitas yang ada.Biasanya kata rasional ditujukan
untuk suatu hal atau kegiatan yang masuk diakal dan diterima
dengan baik oleh masyarakat . Rasional juga berarti norma norma
yang sudah baku di dalam masyarakat dan telah menjadi suatu hal
yang biasa dan permanen.
4. Meningkatkan Perilaku Positif yang Mencerminkan Nilai-nilai
Positif
Dalam kehidupan, terdapat nilai-nilai yang lahir dalam suatu
masyarakat. Nilai itu sendiri adalah sesuatu yang dianggap baik dan
benar. Nilai adalah sesuatu yang dianggap berharga oleh suatu
masyarakat. Nilai itu sendiri diwujudkan dalam bentuk norma yang
berguna untuk mengatur hidup manusia. Nilai tersebut
diimplementasikan dalam bentuk norma. Berikut adalah beberapa

LALU SUMARDI Page 31


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

nilai yang dikaitkan hubungannya dengan integrasi nasional, antara


lain :
a. Kesopanan
Bahasa dan sopan santun menunjukkan cerminan pribadi
seseorang. Sifat atau watak pribadi seseorang dapat dilihat dari
perkataan yang ia ucapkan maupun penampilan diri. Penggunaan
bahasa yang lemah lembut, sopan, santun, sistematis, teratur,
jelas, dan lugas mencerminkan pribadi yang berbudi. Bagi saya
nilai kesopanan merupakan perwujudan budi pekerti luhur yang
diperoleh melalui pendidikan dan latihan dari berbagai orang
dalam kedudukannya masing-masing, seperti: orang tua dan guru,
para pemuka agama dan masyarakat umum dan tulisan-tulisan
dan hasil karya para bijak.
Dari pendidikan dan latihan tersebut, saya mewujudkannya
dalam bentuk sikap dan perilaku yang sehat dan serasi dengan
kodrat, tempat waktu dan lingkungan dimana saya berada sehari-
hari. Perwujudan nilai sopan santun disesuaikan dengan kondisi
dan situasi secara pribadi ( individu ) maupun secara kelompok.
Secara Pribadi dapat mewujudkan tata krama dan sopan santun
dalam kehidupan sehari–hari sesuai nilai sopan santun sebagai
pencerminan kepribadian dan budi pekerti luhur.
Sebagai mahluk sosial yang memiliki norma nilai sopan
santun, berkepribadian dan berbudi pekerti luhur harus dapat
mewujudkan sikap dan perilaku kelompok sehari-hari sesuai
dengan norma nilai sopan santun dilingkungan sosialnya.
Pencerminan sikap dan perilaku bermasyarakat dan
bernegara antara lain sebagai berikut :
1) Menghormati orang yang lebih tua.
2) Menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan.
3) Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan sombong.
4) Tidak meludah di sembarang tempat.
Nilai kesopanan merupakan karakteristik masyarakat
Indonesia yang sangat menjunjung tinggi persaudaraan, saling
menghormati dan menghargai orang lainnya sangatlah kental,
bahkan kadang sering saya lihat banyak yang berbasa-basi atau
memaksakan diri untuk menegur dan bercengkrama hanya untuk
menanyakan kabar pribadi dan keluarga masing-masing,
kemudian baru dilanjutkan dengan membicarakan suatu kejadian,
masalah ataupun topik pembicaraan yang menarik perhatian
sehingga akhirnya menyatu didalam komunikasi yang hangat dan
bersahabat.

LALU SUMARDI Page 32


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Keadaan sekarang ini yang secara realita kebudayaan terus


berubah karena masuknya budaya barat akan sulit
mempertahankan kesopanan di semua keadaan ataupun di
semua tempat. Misalnya saja sopan santun dalam tutur kata. Di
barat, anak-anak yang sudah dewasa biasanya memanggil orang
tuanya dengan sebutan nama, tetapi di Indonesia sendiri
panggilan tersebut sangat tidak sopan karena orang tua umurnya
lebih tua dari kita dan kita harus memanggilnya bapak ataupun
ibu. Kemudian sopan santun dalam berpakaian, di luar negeri
orang yang berpakaian bikini di pantai bagi mereka wajar. Tapi
bagi kita berpakaian seperti itu sangat tidak sopan karena
dianggap tidak sesuai dengan norma kesopanan.
Maka dapat disimpulkan bahwa nilai kesopanan merupakan
bentuk dari jati diri bangsa. Bangsa tersebut dapat dikatakan baik
atau buruknya etika warga Negara terlihat jelas dari nilai
kesopanan. Oleh karena itu, sangat penting kita terapkan nilai
kesopanan mulai dari sekarang, terutama dalam bermasyarakat
dan bernegara karena nilai kesopanan merupakan pembentuk jati
diri bangsa. Integrasi nasional menjadi benteng kita dari dampak
negative globalisasi dan alat pemersatu nilai kesopanan dengan
menempatkan kurikulum yang memberikan pendidikan Karakter
kepada peserta didik sebagai masa depan Indonesia. Pada
tingkat dasar pendidikan karakter masuk dalam Pendidikan
Kewarganegaraan(PKn). Pendidikan karakter mengajarkan budi
pekerti yang berisi nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur
menurut kebaikan dan ke-burukannya melalui ukuran norma
agama, norma hukum, tata krama, dan sopan santun, norma
budaya/adat istiadat masyarakat. Pendidikan karakter akan
mengidentifikasi perilaku positif yang diharapkan dapat terwujud
dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, dan
kepribadian peserta didik. Budi pekerti luhur dapat menciptakan
sikap sopan santun, suatu sikap dan perbuatan menunjukkan
hormat, takzim, tertib menurut adat yang baik yang menunjukkan
tingkah laku yang beradab.
b. Nilai Ketekunan
Ketekunan merupakan sikap pantang menyerah, telaten dan
ulet yang ditunjukkan seorang manusia untuk mencapai tujuan.
Nilai ketekunan amat sangat penting bagi kehidupan manusia
karena melalui nilai itulah bisa diukur seberapa besar tekad dan
usaha seseorang untuk mencapai keinginannya.
Dalam konteks pendidikan nasional, ketekunan merupakan
salah satu pilar yang sangat penting. Terdapat sembilan pilar yang

LALU SUMARDI Page 33


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

saling berkaitan dalam system pendidikan di Indonesia,


yaitu responsibility (tanggungjawab), respect (rasahormat), fairnes
s (keadilan), courage (keberanian), honesty (kejujuran), citizenship
(kewarganegaraan), selfdiscipline (disiplindiri), caring (peduli),dan
perseverance (ketekunan).
Berkaitan dengan integrasi nasional, nilai ketekunan
memegang peranan penting bagi persatuan negara Indonesia.
Ketekunan harus diterapkan bagi masing-masing diri warga
negara Indonesia. Jika semua warga negara Indonesia memiliki
ketekunan dalam masing-masing kegiatannya, maka tidak heran
jika negara ini akan menjadi negara maju. Kemajuan suatu negara
akan sangat berpengaruh bagi integrasi/persatuan suatu negara.
Jarang sekali kita mendengar dalam negara maju terjadi
pemberontakan dari suatu kelompok masyarakat yang ingin
berlepas diri dari negara itu.
c. Disiplin
Disiplin adalah sikap/ tindakan yang sesuai dengan aturan dan
tata tertib yang berlaku. Jadi, kedisiplinan adalah suatu kondisi
yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukan nilai – nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Kedisiplinan dalam proses
pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga
kondisi suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar,
tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi peserta
didik.
Setiap orang dalam hidup bernegara pasti diatur oleh hukum
yang berlaku pada suatu negara itu. Di Indonesia, misalnya setiap
warga negara wajib membayar pajak kepada negara. Kalau
semua warga negara disiplin dalam membayar pajak maka
pembangunan negara akan berjalan lancar, ekonomi negarapun
akan jadi kuat. Jika semua warga negara sadar akan hal itu maka
negara Indonesia akan maju, tidak akan ada wilayah dari negara
Indonesia yang ingin keluar dari Indonesia karena kurang
mendapat perhatian dari pemerintah dan kehidupan rakyatnya pun
akan menjadi makmur dan sejahtera. Dengan semua itu maka
akan menyatukan semua warga Indonesia (integrasi) yang terdiri
dari berbagai suku, ras, agama, dan budaya dengan semboyan
“Walaupun berbeda-beda tetap satu juga”
d. Tenggang Rasa dan Kepedulian
Nilai tenggang rasa adalah nilai yang harus ada dan tertanam
dalam seluruh elemen masyarakat khususnya masyarakat dalam
satu kesatuan utuh sebagai bagian dari satu bangsa dan satu

LALU SUMARDI Page 34


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Negara. Adapun nilai kepedulian adalah nilai yang harus muncul


dan terwujud dalam pribadi diri seseorang kemudian nilai tersebut
di praktekan di dalam kehidupan sehari-hari dan berkesimbungan
ke masyarakat lain sebagai pihak yang saling berkaitan,
selanjutnya nilai tersebut mewujudkan kesadaran bahwa individu-
individu yang saling berkaitan itu tidak dapat hidup sendiri dan
saling membutuhkan, adanya nilai kepedulian ini sebagai tanda
dan dari nilai inilah terciptakan sebuat ikatan batin di antara
individu satu dengan individu yang lainnya.
Kedua nilai diatas sebagai perwujudan pembentuk keeratan
antara individu/kelompok satu dengan individu/kelompok lain
berkaitan erat dan membentuk rasa persatuan dan kesatuan
sebagai bagian dari satu bangsa dan satu Negara yang utuh.

e. Kerukunan
Kerukunan adalah salah satu nilai yang berkaitan erat dengan
integrasi nasional. Kerukunan di sini memiliki arti yang luas, bukan
hanya menjurus pada kerukunan beragama saja. Namun, juga
merupakan kerukunan dalam hal lain seperti kerukunan antar
suku, ras, dan lain-lain. Dalam kerukunan, haruslah kita
mengedepankan sikap toleransi yagn tinggi. Toleransi merupakan
kunci dari kerukunan tersebut. Jika kita sudah tidak dapat
toleransi, maka dapat timbul suatu konflik. Misalnya dalam
kehidupan sehari-hari, Ani dan Ana akan mengerjakan tugas
kuliah bersama, di waktu bersamaan datang waktu shalat Duhur.
Ana yang memiliki agama yang berbeda harus memiliki rasa
toleransi kepada temannya si Ani untuk mengizinkannya
melakukan kewajibannya itu.
Rendahnya empati dan kepedulian terhadap persoalan
minoritas merupakan gejala dari toleransi pasif. Ketidaktegasan
pemerintah dalam penyelesaian konflik sektarian seperti kasus
Ahmadiyah, Syiah, dan sengketa rumah ibadah mempertebal
apatisme publik. Ketidaktuntasan proses penyelesaian konflik-
konflik telah menggerus rasa kepercayaan masyarakat terhadap
komitmen pemerintah. Kondisi semacam ini memicu
ketidakpuasan kelompok masyarakat yang berujung pada
lunturnya kepercayaan mereka terhadap efektivitas penegakan
hukum. Masa depan kerukunan umat beragama menjadi
taruhannya mengingat potensi konflik sektarian menjadi bagian
tak terpisahkan dari realitas heterogenitas etnis dan agama.
Meningkatnya intensitas konflik sosial berlatar agama,
khususnya tiga tahun terakhir, telah memaksa kita memahami

LALU SUMARDI Page 35


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

kembali makna kerukunan kehidupan beragama dalam konteks


kekinian. Penelitian Lazuardi Birru menyimpulkan bahwa indeks
kerentanan radikalisme nasional di tahun 2011 sebesar 43,6
persen, masih jauh dari zona aman, yaitu 33,33 persen. Topik
kerukunan ini mengemuka dalam diskusi terbatas yang diadakan
Lembaga Ketahanan Nasional (20/3/2012) di Jakarta. Kerentanan
kerukunan antar-umat beragama akan mengancam integrasi
bangsa. Terlebih, potensi konflik sosial di Indonesia diperkirakan
semakin mengeskalasi beberapa tahun ke depan.

4.2. TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL


Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 3, dijelaskan bahwa tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan
pendidikan nasional tersebut selanjutnya dijabarkan salah satunya
dalam mata pelajaran PPKn.

4.3. TUJUAN PPKn


Terdapat 2 tujuan tentang Pendidika Pancasila dan
Kewarganegaraan, yaitu Tujuan Umum dan Tujuan khusus dari
pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum PPKn adalah untuk memberikan pengetahuan
dan kemampuan dasar kepada peserta didik mengenai hubunga
antara warga negara dengan warga Negara, dan antara warga
Negara dengan negara agar menjadi warga negara yang
diandalkan oleh bangsa dan negara.
2. Tujuan Khusus
Ada beberapa tujuan khusus mata pelajaran PPKn, yaitu;
a. Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan
kewajiban secara santun, jujur dan demokrasi serta ikhlas
sebagai Warga Negara Indonesia terdidik dan bertanggung
jawab.
b. Agar mahasiswa mmenguasai dan memahami berbagai
masalah dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara, serta dapat mengatasinya dengan pemikiran
kritis dan bertanggung jawab yang berdasarkan Pancasila,
Wawasan Nusantara, dan ketahanan nasional.

LALU SUMARDI Page 36


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

c. Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilku yang sesuai


dengan nilai-nilai perjuangan, cinta tanah air, serta rela
berkorban bagi nusa dan bangsa.

Rangkuman
Tujuan pendidikan nasional Indonesia tertuang dalam pasal 3
UU No. 20 tahun 2003, yaitu; menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan tersebut berlandaskan
pada tujuan nasional Indonesia yang ada dalam pembukaan UUD
1945 “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Adapun tujuan PPKn
adalah, civic intelligence, civic attitude, civic skill, dan civic moral. Hal
itu sekaligus menjadi urgensi PPKn.

Tugas
Berikan argumentasi saudara tentang pentingnya mata
pelajaran PPKn dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Uji Kompetensi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar
1. Jelaskan urgensi PPKn bagi mahasiswa
2. Jelaskan urgensi bagi Bangsa dan Negara Indonesia
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “mencerdaskan kehidupan
bangsa” yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.
4. Jelaskan keterkaitan (sequensi) antara tujuan nasional Indonesia
dengan tujuan pendidikan nasional, dan tujuan pendidikan PPKn
5. Jelaskan tujuan pendidikan PPKn

BAB V.
KARAKTERISTIK PPKn

Kemampuan Akhir Pembelajaran


Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu
menganalisis karakteristik PPKn

Indikator
1. Menjelaskan ruang lingkup materi PPKn

LALU SUMARDI Page 37


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

2. Menjelaskan ranah yang dikembangkan PPKn


3. Mengidentifikasi karakteristik PPKn

Pengantar
egala sesuatu memiliki ciri dan karakteristik masing-

S masing, yang dari ciri dan karakteristik itulah obyek


tersebut bisa dikenali. Ciri berbeda dengan karakter,
dimana ciri lebih ditunjukkan oleh sesuatu yang bersifat
material-fisik, sedangkan karakteristik ditunjukkan oleh sesuatu yang
bersifat substantive-non fisik. Jadi, ciri menjadi penanda fisi
sedangkan karakteristik menjadi penanda non fisi.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang khas dan memiliki karakteristik yang khas pula. PPKn
berbeda dengan matapelajaran-mata pelajaran lainnya. Perbedaan
tersebut tidak hanya berkaitan dengan materi yang dimuat tetapi titik
tekan yang dikembangkan, termasuk juga bagaimana membelajarkan
materi-materi yang ada di dalamnya. Selama ini PPKn menjadi mata
pelajaran yang kompleks dan dan berat untuk dibelajarkan terutama
yang berkaitan dengan ranah sikap dan moral. Dalam bab ini
bagaimana kekhasan karakter PPKn itulah yang akan dibahas. Dan
untuk mempelajarai pokok bahasan-pokok bahasan tersebut, model
yang digunakan adalah model Diskusi kelompok kecil.

5.1. KARAKTERISTIK PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


Sejalan dengan uraian pada hakikat bidang studi Pendidikan
Kewarganegaraan maka berikut ini akan diuraikan pula tentang
karakteristik atau ciri-ciri/sifat umum bidang studi Pendidikan
Kewarganegaraan. Melalui matapelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan menuntut lahirnya warga negara dan warga
masyarakat yang Pancasila, beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa yang mengetahui dan memahami dengan baik hak-
hak dan kewajibannya yang didasari oleh kesadaran dan
tanggungjawabnya sebagai warga negara. Dapat membuat
keputusan secara cepat dan tepat, baik bagi dirinya maupun bagi
orang lain. Warga negara yang yang dimaksud adalah warga negara
dan warga masyarakat yang juga mandiri, bertanggungjawab, mampu
berfikir kritis dan kreatif atau yang secara umum oleh Lawrence
Senesh seperti yang dikemukakan oleh Murphy (1967:57) dengan
sebutan desitable socio-civic behavior atau warga negara yang
mampu tink globally while act locally kata Rene Dubois.
Warga negara yang memiliki pandangan seperti ini memiliki
apa yang disebut cosmopolitan stance atau sikap mental/pendirian

LALU SUMARDI Page 38


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

yang bersifat cosmopolitan. Mereka adalah warga negara yang dapat


menggunakan sumber-sumber daya dunia dan mengakumulasikan
kebijakan dan kearifan dalam melahirkan tindakan bersama terhadap
masalah bersama yang dihadapi setiap orang. Warga negara dengan
pandangan global memahami saling ketergantungan, kemajemukan,
nilai-nilai dan menemukannya bukan hanya dalam budaya kelompok
mereka sendiri sebagai suatu negara-bangsa, tetapi juga masyarakat
dunia secara keseluruhan. Sehubungan dengan penggambaran
seperti dikemukakan di atas mengarahkan kita pada landasan konsep
yang mendasari Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, yaitu
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan insan sosial politik yang
terorganisasi dengan tujuan agar manusia Indonesia tersebut
memiliki kemauan dan kemampuan untuk:
1. Sadar dan patuh terhadap hukum (melek hukum)
2. Sadar dan bertanggungjawab dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara (melek politik)
3. Memahami dan berpartisipasi dalam pembangunan nasional (insan
pembangunan)
4. Cinta bangsa dan tanah air (memiliki sikap heroisme dan
patriotisme)
Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan dengan paradigma
baru, yaitu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu
bidang kajian ilmiah dan program pendidikan di sekolah dan diterima
sebagai wahana utama serta esensi pendidikan demokrasi di
Indonesia yang dilaksanakan melalui berikut ini:
1. Civic Intelligence, yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara
baik dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, maupun sosial
2. Civic Reponsibility, yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban
sebagai warga negara yang bertanggungjawab
3. Civic Participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara
atas dasar tanggungjawabnya, baik secara individual, sosisal,
maupun sebagai pemimpin hari depan
Sejalan dengan itu kompetensi-kompetensi yang hendak
diwujudkan melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu sebagai berikut :
1. Kompetensi untuk menguasai pengetahuan kewarganegaraana.
Yang termasuk dalam kompetensi ini adalah;
a. Memahami tujuan pemerintahan dan prinsip-prinsip dasar
konstitusi pemerintahan Republik Indonesia

LALU SUMARDI Page 39


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

b. Mengetahui struktur, fungsi dan tugas pemerintah daerah dan


asional sebagaimana keterlibatan warga negara membenuk
kebijaksanaan publik
c. Mengetahui hubungan negara dan bangsa Indonesia dengan
negara-negara dan bangsa-bangsa lain beserta masalah-
masalah dunia dan atau internasional
2. Kompetensi untuk menguasai keterampilan kewarganegaraan
Yang termasuk di dalam kompetensi ini adalah;
a. Mengambil atau menetapkan keputusan yang tepat melalui
proses pemecahan masalah dan inkuiri
b. Mengusasai kekuatan dan kelemahan suatu isu tertentu
c. Membela atau mempertahankan posisi bagi mengemukakan
argumen yang kritis logis dan rasional
d. Memaparkan suatu informasi yang penting pada khalayak
umum
e. Membangun koalisi, kompromi, negosiasi, dan consensus
(demokrasi)
3. Kompetensi untuk mengusai karakter kewarganegaraan
Yang termasuk di dalam kompetensi ini adalah;
a. Memberdayakan dirinya sebagai warga negara yang aktif, kritis
dan bertanggungjawab untuk berpartisipasi secara efektif dan
efisien dalam berbagai aktifitas masyarakat, politik dan
pemerintahan dalam semua tingkat (daerah dan nasional).
b. Memahami bagaimana warga negara melaksanakan peranan,
hak dan tanggung jawab personal untuk berpartisipasi dalam
kehidupan masyarakat pada semua tingkatan (daerah dan
nasional).
c. Memahami, menghayati dan menerapkan nilai-nilai budi
pekerti, demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Nasionalisme
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

5.2. RUANG LINGKUP MATERI PPKn


Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Ruang
Lingkup matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk
pendidikan dasar dan menengah secara umum meliputi aspek-aspek
sebagai berikut:
1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi hidup rukun dalam
perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia, sumpah pemuda, Keutuhan Kesatuan Republik
Indonesia, partisipasi dalam bela Negara, Sikap positif terhadap

LALU SUMARDI Page 40


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan


keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan
keluarga, sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-
peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan
peradilan internasional.
3. Hak asasi manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan
kewajiban anggota masyarakat, instrument nasional dan
internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan
HAM.
4. Kebutuhan warga negara, meliputi hidup bergotong royong, harga
diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi,
kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan
bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.
5. Konstitusi negara, meliputi Proklamasi kemerdekaan dan
konstitusa yang pertama, kostitusi yang pernah digunakan
Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.
6. Kekuasaan dan Politik, meliputi pemerintahan desa dan
kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi pemerintahan
pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya
demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers
dalam masyarakan demokrasi.
7. Pancasila, meliputi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar
negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar
negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan
internasional dan organisasi internasional dan mengevaluasi
globalisasi.

5.3. KARAKTERISTIK PPKN DILIHAT DARI RANAH YANG


DIKEMBANGKAN
Sebelum kita membahasa aspek/ranah yang dikembangkan
dalam mata pelajaran PPKn, terlebih dahulu silahkan saudara
diskusikan dengan teman duduk saudara tentang ranah apa saja
yang dikembangkan dalam mata pelajaran PPKn. Tuliskan hasil
berfikir dan diskusi saudara pada table yang disiapkan di bawah;
Tabel 6. Tugas Analisis Ranah yang Dikembangkan PPKn
Aspek yang Dikembangkan Penjelasan Ranah yang
Dikembangkan

LALU SUMARDI Page 41


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Kalau saudara sudah selesai menyelesaikan tugas di atas, mari kita


membahas ranah yang dikembangkan oleh mata pelajaran PPKn.
Secara teoritik ada tiga ranah yang dikembangkan oleh dunia
pendidikan menurut teori Bloom, yaitu; ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Taxonomi dari ketiga ranah tersebut dapat dilihat
padagambar di bawah ini;

LALU SUMARDI Page 42


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

TAXONOMI PENGETAHUAN

ACTU EVAL CREA


COMUN
ICATE ALIZE UATE TE

SINTYTYZE EVALUATE

ASSOCIATE INTERNALIZE

ANALYZE ANALYZE

EXEPERIMENT VALUE
APPLY APPLY

QUESTION RESPOND
UNDERSTAN UNDERSTAN
D D

OBSERVE ACCEPT REMEMBER REMEMBER

SKILL ATTITUDE KNOWLEDGE KNOWLEDGE


(DYERS) (KRATHWOHL) (BLOOM) (ANDERSON)

Dari ketiga ranah tersebut, ranah manakah yang


dikembangkan mata pelajaran PPKn? Dilihat dari substansi materi
yang dibelajarkan dalam mata pelajaran PPKn jelas bahwa ranah
yang dikembangkan PPKn adalah ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dari ketiga ranah tersebut, ranah psikomotorik yang
dalam konteks PPKn disebut “moral” menjadi tujuan utama dalam
PPKn. Akan tetapi untuk mengembangkan ranah moral harus
dikembangkan terlebih dahulu ranah pengetahuan (kognitif) dan sikap
(afektif). Hal ini disebabkan moralitas yang baik ditentukan oleh sikap
yang positif, dan sikap yang positif ditentukan oleh pengetahuan yang
baik (Piaget). Jadi, pengembangan harus dimulai dari pembelajaran
pengetahuan, lalu pembentukan sikap, dan pebentukan moralitas

5.4. KARAKTERISTIK PPKN DILIHAT DARI JENIS ILMU


PENGETAHUAN YANG DIBELAJARKAN
Coba berikan pendapat saudara, kalau dilihat dari jenis
materinya, jenis pengetahuan yang terdapat dalam mata pelajaran
PPKn apa saja, kemudian berikan masing-masing contoh materinya?
Diskusikan dengan teman saudara, lalu tuliskan hasil diskusi saudara
pada table di bawah.
Jenis Ilmu Contoh Materi

LALU SUMARDI Page 43


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Deklaratif

Prosedural

Fungsional

Menurut Vigotsky ada tiga jenis pengetahuan,yaitu;


pengetahuan deklaratif, procedural, dan fungsional. Pengetahuan
deklaratif merupakan kumpulan informasi yang berisi pernyataan-
pernyataan tentang suatu obyek. Contoh dari pengetahuan deklaratif
antara lain: sejarah ketatanegaraan Indonesia, fungsi bagian-bagian
tubuh manusia, dan materi-materi yang sejenis. Adapun penelitian
prosedural adalah kumpulan informasi yang berisi tentang tahapan-
tahapan bagaimana melakukan sesuati. Contoh dari pengetahuan
prosedural antara lain; langkah-langkah pemilihan umum, pencernaan
manusia (tahap-tahap pencernaan manusia). Sedangkan
pengetahuan fungsional adalah kumpulan informasi yang
menjelaskan tentang fungsi sesuatu.
Dilihat dari jenis-jenis ilmu di atas, mata pelajaran PPKn
membelajarkan semua jenis ilmu tersebut. Hal tersebut bisa dilihat
dari ruanglingkup materi yang dibelajarkan, misalnya untuk jenis ilmu
deklaratif bisa dilihat pada materi demokrasi dan Hukum. Untuk ilmu
prosedural, terlihat pada materi pemilu khususnya tentang tahapan-
tahapan pemilu, dan musyawarah. Adapun untuk materi fungsional di
antaranya termuat dalam nilai dan norma.

LALU SUMARDI Page 44


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Rangkuman
Tiga ranah yang dikembangkan pendidikan adalah; ranah
kognitif/pengetahuan, afektif/sikap, dan ranah psikomotorik/
keterampilan, moral. Mata pelajaran PPKn mengembangkan ketiga
ranah tersebut dalam pembelajarannya. Tapi tujuan akhirnya adalah
pembentukan peserta didik yang bermoral dan menjadi warga Negara
yang baik. Dilihat dari jenis ilmu, PPKn juga membelajarkan semua
jenis pengetahuan, yaitu; deklaratif, procedural dan fungsional. Hal
ini terlihat dari materi yang dibelajarkan dalam PPKn.

Tugas
Carilah kompetensi dasar PPKn dalam K. 13 kemudian
kelompokkanlah KD yang termasuk dalam pengetahuan deklaratif,
procedural dan fungsional. Buatlah tugas saudara dalam bentuk
tabel.
Uji Kompetensi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Berikan contoh materi PPKn yang membelajarkan
ketiga ranah di atas
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan civic intelligence, civic
responsibility, dan civic participation
3. Jelaskan perbedaan antara pengetahuan Deklaratif, Prosedural,
dan Fungsional
4. Jelaskan bagaimana cara PPKn bisa membentuk peserta didik
yang bisa menjadi warga Negara yang bermoral

LALU SUMARDI Page 45


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

BAB VI.
MANUSIA SEBAGAI SUBYEK DAN OBYEK NILAI,
MORAL, DAN NORMA

Kemampuan Akhir Pembelajaran


Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu
memahami manusia sebagai subjek dan objek nilai, moral, dan
norma

Indikator
1. Menjelaskan dimensi manusia sebagai mahluk individu dan sosial
2. Menjelaskan potensi yang dimiliki manusia
3. Menjelaskan pengertian nilai, moral, dan norma
4. Menjelaskan eksistensi manusia sebagai subjek dan objek nilai,
moral, dan norman

Pengantar
anusia merupakan subyek sekaligus obyek dalam

M kehidupan. Tuhan Allah menciptakan manusia


sebagai khalifah di bumi untuk mengelola dan
memanfaatkannya guna memenuhi kebutuhan
manusia itu sendiri. Pada konteks ini manusia berfungsi sebagai
subyek. Akan tetapi seringkali manusia menjadi obyek dari manusia
yang lainnya. Manusia memang memiliki sifat selain sebagai manusia
sosial yang saling membantu (homo homini socius) tetapi juga
manusia di sisi lain menjadi pemangsa bagi manusia lain (homo
homini socius). Dalam konteks inilah manusia banyak menjadi obyek.
Untuk menjaga manusia menjadi subyek, saling berinteraksi
untuk memenuhi kebutuhannya, bukan saling memangsa, maka di
sana nilai, norma, dan moral untuk mengatur perilaku manusia. Jadi,
manusia akan tetap pada fitrah manusia menjadi makhluk yang paling
baik ketika disertai dengan nilai, norma, dan moral. Manusia sama
sekali tidak bisa terlepas dari nilai, norma, dan moral karena itulah
yang mengatur dan menjaga manusia tetap mulia.
Mengingat begitu urgensnya nilai, norma, dan moral bagi
manusia baik dalam konteks individu dan sosial, maka dalam bab ini

LALU SUMARDI Page 46


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

akan dibahas materi-materi tersebut. Di antara materi yang di bahas


di sini adalah; konsep individu, social, nilai, norma, dan moral.
Hubungan manusia dan sosial dengan nilai, norma, dan moral. Untuk
membahas materi-materi tersebut model pembelajaran yang
digunakan adalah diskusi kelas.

6.1. DIMENSI MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU DAN


SOSIAL
Sebelum saudara mempelajari lebih lanjut materi ini, coba
saudara pikirkan perbedaan antara manusia sebagai mahluk individu
dan mahluk social. Tuliskan hasil berfikir saudara pada table di
bawah;
Tabel 7. Tugas Analisis Perbedaan Manusia Sebagai Mahluk
Individu dan Sosial
Hasil Berfikir
Mahluk Individu Mahluk Sosial

Pertama-tama akan dijelaskan pengertian manusia sebagai


makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai individu manusia
adalah perpaduan antara aspek-aspek yang tidak bisa di pisahkan,
seperti jasmani dan rohani. Di sisi lain manusia adalah makhluk sosial
yang tunduk pada hal-hal lain yang berada di luar dirinya, baik itu
nilai, norma, dan hukum. Manusia sebagai makhluk individu memiliki
unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan
jiwa.Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-
unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur-unsur tersebut
sudah tidak menyatu lagi, maka seseorang tidak disebut lagi sebagai
individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan rohaninya, atau
ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.

LALU SUMARDI Page 47


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

karakteristik yang khas dari seseorang ini sering kita sebut dengan
kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang membedakan
dirinya dengan orang lain. Kepribadian seseorang itu dipengaruhi
faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling
berinteraksi terus menerus.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, salah satunya
dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan
(interaksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial (social need)
untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Manusia memiliki
kebutuhan untuk mencari kawan atau teman. Kebutuhan untuk
berteman dengan orang lain, seringkali didasari oleh kesamaan ciri
atau kepentingannya masing-masing. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa, manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa
alasan, yaitu:
1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial
2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
4. Potensi manusia akan berkembang apabila ia hidup ditengah-
tengah manusia

1. Manusia Sebagai Makhluk Individu


Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam bahasa
inggris salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan
devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau
suatu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata
individium artinta tidak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan
yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling
kecil dan terbatas. Individu bukan berarti manusia sebagai satu
kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagi melainkan sebagai
kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perorangan
sehingga sering digunakan sebagai sebutan “orang-seorang” atau
“manusia perorangan”.
Individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani.
Dengan kemampuan rohaninya individu dapat berhubungan dan
berfikir, serta dengan pikirannya itu mengendalikan dan memimpin
kesanggupan akali dan kesanggupan budi untuk mengatasi
segala masalah dan kenyataan yang dialaminya.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan
rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang

LALU SUMARDI Page 48


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur


tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur-unsur tersebut sudah
tidak menyatu lagi, maka seseorang tidak disebut lagi sebagai
individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan rohaninya,
atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan
jiwanya. Jika seseorang hanya tinggal raga, fisik, dan jasmaninya
saja, maka dia tidak dikatakan sebagai individu. Jadi pengertian
manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsur
yang ada di dalam diri individu tidak terbagi, merupakan suatu
kesatuan yang tidak terpisahkan.
Jadi, sebutan individu hanya tepat bagi manusia yang memiliki
keutuhan jasmani dan rohaninya, keutuhan fisik dan psikisnya,
dan keutuhan jiwa dan raganya. Setiap manusia memiliki keunikan
atau ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari
sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki
keunikan tersendiri. Sekalipun orang tersebut terlahir kembar,
mereka tidak ada yang memiliki ciri fisik dan psikis yang persis
sama. Setiap anggota fisik manusia tidak ada yang persis sama
meskipun sama-sama terlahir kembar.
Walaupun secara umum manusia itu memiliki fisik yang sama,
tetapi kalau perhatian kita tujukan pada hal yang lebih detail, maka
akan terdapat perbedaan-perbedaan. Perbedaan ini terletak pada
bentuk, ukuran, sifat dan lain-lainnya. Kita dapat membedakan
seseorang dari lainnya berdasarkan perbedaan-perbedaan yang
ada, baik pada perbedaan fisik maupin psikis. Contohnya: sidadap
dan siwaru, karena di antaranya ada perbedaan fisik yang
gampang dikenali. Begitu pula dalam kumpulan atau kerumunan
ribuan atau jutaan manusia, kita dapat mengenali seseorang yang
sudah kita kenal karena memiliki ciri fisik yang sudah kita kenal.
2. Ciri-ciri Individu
Ciri individu tidak hanya mudah dikenali lewat ciri fisik atau
biologisnya, sifat, karakter, perangai, atau gaya dan selera orang
juga berbeda-beda. Lewat ciri-ciri fisik seseorang pertama kali kita
mudah dikenali. Ada orang yang gemuk, kurus, atau langsing, ada
yang kulit coklat, hitam, atau putih, ada yang rambut lurus dan
ikal. Dilihat dari sifat, perangai, atau karakternya, ada orang yang
periang, sabar, cerewet, atau lainnya. Seorang individu adalah
perpaduan antara faktor genotip dan fenotip. Faktor genotip dalah
faktor yang dibawa individu sejak lahir dan merupakan faktor
keturunan. Secara fisik seseorang memiliki kemiripan atau
kesamaan ciri dari orang tuanya, kemiripan atau kesamaan itu

LALU SUMARDI Page 49


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

mungkin saja terjadi pada keseluruhan penampilan fisiknya, bisa


juga pada bagian-bagian tubuh tertentunya saja. Kalau seorang
individu memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dibawa sejak
lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter yang dipengaruhi oleh
faktor lingkungan (fenotip). Faktor fenotip berperan dalam
pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang contohnya:
orang yang tinggal di daerah pantai memiliki sifat dan kebiasaan
yang berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pegunungan.
Karakteristik yang khas dari seseorang sering kita sebut
dengan kepribadian, setiap orang memiliki kepribadian yang
membedakan dirinya dengan orang lain. Kepribadian seseorang
dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan
(fenotip) yang saling berinteraksi terus menerus.
Mayor polak menjelaskan bahwa kepribadian adalah
“keseluruhan sikap, kelaziman, pikiran dan tindakan, baik biologis
maupun psikologis, yang dimiliki oleh seseorang dan berhubungan
dengan peranan dan kedudukannya dalam berbagai kelompok
dan mempengaruhi kesadaran akan dirinya”. Meskipun dalam
pengertian tersebut Mayor Polak tidak memasukan faktor
lingkungan sebagai bagian dari kepribadian, namun dalam
pembahasannya dia mengatakan bahwa pembentukan
kepribadian diantaranya dipengaruhi oleh masukan lingkungan
sosial (kelompok), dan lingkungan budaya (pendidikan).
Yinger, seperti dikutip oleh Horton dan Hunt memberikan
batasan kepribadian adalah “keseluruhan perilaku seseorang yang
merupakan interaksi antara kecenderungan-kecenderungan yang
diwariskan (secara biologis) dengan rentetan-rentetan situasi
(lingkungan).
Menurut Nursid Sumaatmadja, kepribadian adalah keseluruhan
perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-
potensi bio-psiko-fisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir
dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada
tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika
mendapat rangsangan dari lingkungan.

3. Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari pengaruh
orang lain. Selama manusia hidup ia tidak akan lepas dari
pengaruh masyarakat, di rumah, disekolah, dan dilingkungan yang

LALU SUMARDI Page 50


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

lebih besar. Oleh karena itu, manusia dikatakan sebagai makhluk


sosial, yaitu makhluk yang di dalam hidupnya tidak bisa
melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Manusia dikatakan
sebagai makhluk hidup juga dikarenakan pada diri manusia ada
dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain,
karena manusia tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau
tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Ketika bayi lahir, ia memerlukan pertolongan manusia lainnya.
Bayi sama sekali tidak berdaya ketika ia lahir, ia tidak bisa
mempertahankan hidupnya tanpa pertolongan orang lain. Berbeda
dengan hewan, jerapah misalnya, katika binatang ini lahir, hanya
dengan hitungan menit ia sudah bisa berdiri tegak dan berjalan
mengikuti induknya. Kenapa hewan bisa mempertahankan
hidupnya tanpa bantuan dari hewan lain? Karena untuk
mempertahankan hidupnya hewan dibekali dengan insting. Insting
atau naluri adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, yang diperoleh
bukan melalui proses belajar.
Manusia berbeda dengan hewan, untuk mempertahankan
hidupnya ia dibekali dengan akal. Insting yang dimiliki manusia
sangat terbatas, ketika bayi lahir ia hanya memiliki insting
menangis. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak
mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain,
manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau
berbicara dan bisa mengembangkan seluruh potensi
kemanusiannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial
2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang
lain
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang
lain
4. Potensi manusia akan berkembang apabila ia hidup ditengah-
tengah manusia

6.2. POTENSI YANG DIMILIKI MANUSIA


Manusia pada setiap langkah kehidupannya akan selalu
menemukan berbagai kejadian baik yang menggembirakan maupun
yang menyedihkan. Sunnah Allah memang menghendaki hal yang
demikian. Tidak ada seorang pun yang dapat lepas dari Sunnah
Allah. Sunnah Allah meliputi seluruh sisi kehidupan manusia bahkan
seluruh kehidupan alam raya. Demikianlah Allah menciptakan alam
raya ini lengkap dengan tata aturan yang mengikatnya.

LALU SUMARDI Page 51


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Tak seorang pun manusia, dalam kehidupan di muka bumi ini,


yang senantiasa merasakan bahagia ataupun sengsara. Bahagia
atau sengsara senantiasa bergantian mendatangi kehidupan
manusia. Dibalik kekayaan seseorang terdapat kesengsaraan begitu
juga dengan kemiskinan seseorang terdapat kebahagiaan, dengan
kata lain pada setiap kebahagiaan menempel padanya kesengsaraan
dan begitu pula sebaliknya pada kesengsaraan terdapat
kebahagiaan. Allah mengatur semua itu dengan dinamika yang pasti
mampu dijalani oleh manusia, sebagai suatu ujian dalam menempuh
kehidupan ini. Pada dinamika kehidupan yang seperti inilah manusia
diberikan tanggung jawab (amanah), yang nantinya akan diberikan
balasan berupa kebahagiaan abadi (sorga) atau kesengsaraan abadi
(neraka). Dengan demikian, bahwa kebahagiaan abadi yang menjadi
cita-cita setiap manusia, tidak hanya mungkin bagi orang kaya saja,
tapi setiap manusia berhak untuk memperolehnya, tergantung dari
seberapa besar kemampuan manusia menghadapi ujian sengsara
dan bahagia.
Untuk menghadapi ujian-ujian tersebut, Allah melengkapi diri
manusia dengan potensi yang dengannya, setiap manusia menjadi
mampu untuk menghadapi ujian dalam bentuk apapun. Dengan
potensi tersebut manusia tidak akan “gagal” dalam menghadapi ujian
kehidupan, asalkan potensi itu digunakan semaksimal mungkin. “Gagal”
di sini dalam arti: tidak pernah melakukan perbuatan yang dilarang
Allah ketika menghadapi ujianNya. Bisa saja, manusia, dalam
menghadapi ujian Allah dihadapi dengan melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan aturan-aturan normatif agama. Umpamanya,
ujian berupa kemiskinan; hendaknya dalam mengatasi ujian itu tidak
dihadapi dengan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan
ajaran agama seperti dengan mencuri, berbohong dan sebagainya
atau ujian berupa kekayaan harusnya dihadapi dengan banyak-
banyak bersedekah dan tidak menjadi orang yang pelit.
Potensi yang diberikan Allah kepada setiap manusia tersebut
terbagi dua, yaitu:
1. Yang terdapat di diri manusia berupa Roh Allah, Akal dan Nafsu
(dorongan untuk berbuat)
2. Yang berada di luar diri manusia, yaitu al-Quran, Sunnah Rasul
dan Alam Semesta.
Potensi yang pertama merupakan potensi dasar yang dengan itu
potensi kedua dapat dimanfaatkan, tanpa ada potensi pertama
potensi yang kedua menjadi tidak ada artinya.
1. ROH
Allah berfirman dalam al-Qur’an Surat as-Sajadah ayat 9:

LALU SUMARDI Page 52


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya


roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”. Ayat
ini berkisah tentang proses penciptaan awal manusia, di mana
pada saat itu sosok manusia, yang tercipta dari lumpur,
disempurnakan penciptaannya dengan “dimasukkan” roh Allah
pada tubuh manusia. Dengan demikian pada setiap manusia
terdapat “diri” Allah, sehingga sifat-sifat mulia Allah bersemayam
dalam diri manusia. Dengan roh Allah itulah manusia dapat
menemukan kebenaran dan dapat menuntun jalan kehidupan
yang dipenuhi dengan ujian dan cobaan. Roh tersebut
bersemayam dalam qalbu manusia, dan akan memancar ke luar
dalam bentuk perbuatan baik manusia (amal sholeh). Pancaran
Roh Allah akan memancar dengan terang benderang apabila
qalbu manusia tidak ditutupi oleh keinginan-keinginan duniawi. Di
sinilah makna ikhlas terwujud dengan semestinya. Maksudnya
bahwa setiap keinginan-keinginan duniawi harus dalam rangka
mendapatkan ridho Allah, tapi kalau yang kita harapkan selain
ridho Allah maka hal itulah yang akan menutupi qalbu manusia.
Maka sangat wajar terjadi bila banyak manusia yang sholat tapi
perbuatan munkar masih pula dilakukan, karena keikhlasan
sholatnya belum sepenuhnya tercapai.
Begitu juga dengan kegiatan-kegiatan ibadah lainnya harus
disertai dengan keikhlasan yang sempurna. Maka kita dapat
memahami makna ayat yang di atas, yaitu bahwa roh yang
dihembuskan Allah ke dalam tubuh manusia akan terpancar
melalui “pendengaran, “penglihatan”, dan “hati” manusia.
Pendengaran, penglihatan dan hati yang dipancari Roh Allah akan
menghasilkan suatu amal baik, sebagai bekal dalam menghadapi
ujian Allah di muka bumi. Perlu ditegaskan di sini bahwa Allah
hanya menguji manusia pada saat hidup di muka bumi tidak ada
ujian ulangan ketika sudah tidak hidup di muka bumi lagi.
Jadi, potensi Roh Allah adalah sangat strategis bagi manusia
dalam mengarungi dinamika kehidupan, hanya orang-orang bodoh
saja yang tidak mau memanfaatkan potensi ini dengan
menutupinya dengan keinginan sesat duniawi.

2. AKAL
Potensi berikutnya yang ada pada diri manusia adalah akal
yang terdapat pada otak manusia. Untuk merenungi besarnya
manfaat akal, berikut ini sabda rasulullah saw: Wahai manusia!
Mengertilah kalian tentang Tuhan kalian, saling berwasiatlah

LALU SUMARDI Page 53


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

kalian dengan akal, niscaya kalian mengetahui apa yang


diperintahkan kepada kalian dan apa yang dilarang untuk kalian.
Ketahuilah, bahwa orang yang berakal ialah orang yang berbakti
kepada Allah, meskipun ia tercela kelihatannya, hina urusannya,
rendah pangkatnya, jelek tingkahnya. Ketahuilah, bahwa orang
yang bodoh adalah orang yang mendurhakai Allah Ta’ala,
walaupun ia orang yang bagus tampaknya, besar urusannya,
mulia pangkatnya, baik tingkahnya, fasih lagi pandai berbicara.
Kera dan babi lebih berakal menurut Allah Ta’ala, daripada orang
yang mendurhakaiNya. Dan janganlah terbujuk dengan
pengagungan ahli dunia kepada kalian, sebab mereka itu
termasuk orang-orang yang “rugi”.(Ihya ‘Ulumuddin, Imam
Alghazali, disunting oleh: K.H.Misbah Zainul Musthofa, CV Bintang
Pelajar, hal 280)
Jelas sekali diterangkan oleh Nabi Muhammad saw bahwa
dengan akal manusia dapat menentukan yang mana
diperbolehkan oleh Allah, dan yang mana yang tidak
diperbolehkan. Dijelaskan pula bagi mereka yang tidak mau
menggunakan akal lebih rendah derajatnya dari babi dan kera.
Dan dengan akal pula manusia dijadikan sebagai puncak ciptaan
Allah, sebagai makhluk terbaik; akal yang dibimbing oleh roh
Allah.
Peliknya ujian yang ditimpakan Allah kepada manusia dapat
dihadapi dengan menggunakan akal, karena potensi akal sangat
luar biasa. Dengan akal manusia dapat menembus ruang
angkasa, dapat menembus kedalaman Bumi, dapat melihat benda
yang sangat kecil, dapat melihat sesuatu yang sangat jauh, dapat
mendengar suara yang sangat halus dan lain sebagainya. Hampir
tidak ada persoalan yang tidak dapat digapai oleh akal. Hanya
sedikit sekali hal yang tidak dapat ditembus oleh akal, seperti
mengenai hal-hal ghaib.
Mengingat sangat luar biasanya potensi akal tersebut, maka
tidak ada alasan bagi manusia untuk putus asa dalam
menghadapi ujian Allah. Setiap persoalan pasti bisa dijawab oleh
akal manusia, mungkin jawabannya saat ini belum terjawab tapi
pada saatnya akal akan menemukan jawabannya, kecuali untuk
sedikit hal.

3. NAFSU
Nafsu adalah keseluruhan dorongan, keinginan, kebutuhan
dan daya yang sejenis yang mengarahkan perilaku manusia.
Dengan nafsu manusia menjadi mau beraktifitas dalam kehidupan

LALU SUMARDI Page 54


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

ini, sehingga kehidupan manusia semakin hari semakin maju dan


berkembang. Tanpa nafsu kehidupan manusia akan statis dan
“mati”. Nafsulah yang mengendalikan kehidupan manusia, karena
itu nafsu harus dipelihara dari godaan-godaan syetan. Syetan
akan menggoda manusia melalui pintu nafsu. Jadi, selain bisa
membawa kemajuan, nafsu dapat juga membawa kerusakan dan
kehancuran. Pada dasarnya nafsu manusia adalah hanif
(cenderung kepada yang benar), tapi karena peran syetan yang
membuat nafsu menjadi bersifat destruktif.
Nafsu terbagi tiga, yaitu:
a. Nafsu Ammarah adalah nafsu yang cenderung pada keinginan
fisik-material dan mendorong pada prinsip-prinsip kenikmatan
(pleasure principle). Namun apabila nafsu ini bekerjasama
dengan akal dan roh Allah akan menghasilkan sesuatu yang
produktif, kreatif dan konsumtif.
b. Nafsu Lawwamah adalah nafsu yang telah memperoleh
pancaran Roh Allah, lalu ia bangkit untuk memperbaiki
kebimbangam antara yang baik dan yang buruk. Nafsu ini
apabila dipergunakan bersama dengan akal dan roh Allah
akan menghasilkan sesuatu moralitas, sosialitas (kehidupan
sosial), dan rasional (kemampuan daya pikir).
c. Nafsu Mutmainnah adalah nafsu yang telah dipancari oleh Roh
Allah dengan sempurna, sehingga dapat meninggalkan hal-hal
tercela dan tumbuh sifat-sifat baik, maka bersama akal dengan
Roh Allah nafsu ini akan menghasilkan Iman , Islam dan Ihsan.
Demikianlah tiga potensi yang terdapat pada diri manusia,
namun kesemua itu belum cukup untuk dijadikan bekal dalam
menghadapi ujian Allah, manusia masih membutuhkan potensi
lain yang berada di luar dirinya, tapi tidak akan dibahas di sini.

6.3. PENGERTIAN NILAI, MORAL, DAN NORMA


Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada
pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda
yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. Nilai
bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan
(motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem
merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping sistem sosial
dan karya.
Pandangan para ahli tentang nilai-nilai yang terdapat dalam
masyarakat :
a. Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat dalam enam macam, yaitu :

LALU SUMARDI Page 55


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

1. Nilai teori
2. Nilai ekonomi
3. Nilai estetika
4. Nilai sosial
5. Nilai politik dan
6. Nilai religi
b. Max Scheler, mengelompokkan nilai menjadi enam tingkatan,
yaitu:
1. Nilai kenikmatan
2. Nilai kehidupan
3. Nilai kejiwaan
4. Nilai kerohanian
c. Notonagoro, membedakan nilai menjadi tiga, yaitu :
1. Nilai material
2. Nilai vital
3. Nilai kerokhanian
Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan
setiap manusia. Nilai manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan
pikiran sebagai suatu keyakinan dan kepercayaan yang bersumber
pada berbagai sistem nilai.
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk
budaya, moral, religi, dan sosial. Norma merupakan suatu kesadaran
dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh
karena itu norma dalam perwujudannya norma agama, norma filsafat,
norma kesusilaan, norma hukum dan norma sosial. Norma memiliki
kekuatan untuk dipatuhi karena adanya sanksi.
Norma-norma yang terdapat dalam masyarakat antara lain :
Norma agama : adalah ketentuan hidup masyarakat yang
bersumber pada agama
Norma : adalah ketentuan hidup yang bersumber pada
kesusilaan hati nurani, moral atau filsafat hidup.
Norma hukum : adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku
dan bersumber pada UU suatu Negara tertentu
Norma sosial : adalah ketentuan hidup yang berlaku dalam
hubungan antara manusia dalam masyarakat
Pengertian moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim
dengan kesusilaan, kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang
baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan
manusia. Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-
kaidah dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya,
dianggap sesuai dan bertindak secara moral. Jika sebaliknya yang
terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral. Moral dalam

LALU SUMARDI Page 56


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang


benar, baik terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan,
kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

6.4. HUBUNGAN ANTARA MANUSIA DENGAN NILAI, MORAL,


DAN NORMA
1. Hubungan Manusia dengan Nilai
Meskipun banyak pakar yang mengemukakan pengertian nilai,
namun ada yang telah disepakati dari semua pengertian itu bahwa
nilai berhubungan dengan manusia, dan selanjutnya nilai itu penting.
Pengertian nilai yang telah dikemukakan oleh setiap pakar pada
dasarnya adalah upaya dalam memberikan pengertian secara holistik
terhadap nilai, akan tetapi setiap orang tertarik pada bagian bagian
yang “relatif belum tersentuh” oleh pemikir lain. Definisi yang
mengarah pada pereduksian nilai oleh status benda, terlihat pada
pengertian nilai yang dikemukakan oleh John Dewney yakni, Value Is
Object Of Social Interest, karena ia melihat nilai dari sudut
kepentingannya.
Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu
yang bermanfaat bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin.
Bagi manusia nilai dijadikan sebagai landasan, alasan atau motivasi
dalam bersikap dan bertingkah laku, baik disadari maupun tidak. Nilai
itu penting bagi manusia. Apakah nilai itu dipandang dapat
mendorong manusia karena dianggap berada dalam diri manusia
atau nilai itu menarik manusia karena ada di luar manusia yaitu
terdapat pada objek, sehingga nilai lebih dipandang sebagai kegiatan
menilai. Nilai itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan
harus diaplikasikan dalam perbuatan. Menilai dapat diartikan
menimbang yakni suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan
sesuatu dengan sesuatu lainnya yang kemudian dilanjutkan dengan
memberikan keputusan. Keputusan itu menyatakan apakah sesuatu
itu bernilai positif (berguna, baik, indah) atau sebaliknya bernilai
negatif. Hal ini dihubungkan dengan unsur-unsur yang ada pada diri
manusia yaitu jasmani, cipta, rasa, karsa, dan kepercayaan.
Nilai memiliki polaritas dan hirarki, antara lain:
1. Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang
sesuai polaritas seperti baik dan buruk; keindahan dan kejelekan.
2. Nilai tersusun secara hierarkis yaitu hierarki urutan pentingnya.
Nilai (value) biasanya digunakan untuk menunjuk kata benda
abstrak yang dapat diartikan sebagai keberhargaan (worth) atau

LALU SUMARDI Page 57


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

kebaikan (goodness). Notonagoro membagi hierarki nilai pokok


yaitu:
3. Nilai material yaitu sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani
manusia.
4. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
5. Nilai kerohanian yaitu sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian terbagi menjadi empat macam:
1. Nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal atau rasio
manusia
2. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur
perasaan estetis manusia
3. Nilai kebaikan moral yang bersumber pada kehendak atau karsa
manusia
4. Nilai religius yang bersumber pada kepercayaan manusia dengan
disertai penghayatan melalui akal budi dan nuraninya
Hal-hal yang mempunyai nilai tidak hanya sesuatu yang
berwujud (benda material) saja, bahkan sesuatu yang immaterial
seringkali menjadi nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi manusia
seperti nilai religius. Nilai juga berkaitan dengan cita-cita, keinginan,
harapan, dan segala sesuatu pertimbangan internal (batiniah)
manusia. Dengan demikian nilai itu tidak konkret dan pada dasarnya
bersifat subyektif. Nilai yang abstrak dan subyektif ini perlu lebih
dikonkretkan serta dibentuk menjadi lebih objektif. Wujud yang lebih
konkret dan objektif dari nilai adalah norma/kaedah. Norma berasal
dari bahasa latin yakni norma, yang berarti penyikut atau siku-siku,
suatu alat perkakas yang digunakan oleh tukang kayu. Dari sinilah
kita dapat mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran, aturan atau
kebiasaan. Jadi norma ialah sesuatu yang dipakai untuk mengatur
sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat
menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan.
Ada beberapa macam norma/kaedah dalam masyarakat, yaitu:
1. Norma kepercayaan atau keagamaan
2. Norma kesusilaan
3. Norma sopan santun/adab
4. Norma hokum
Dari norma-norma yang ada, norma hukum adalah norma yang
paling kuat karena dapat dipaksakan pelaksanaannya oleh penguasa
(kekuasaan eksternal). Nilai dan norma selanjutnya berkaitan dengan
moral. Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari
mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa
Indonesia moral diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah

LALU SUMARDI Page 58


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan


manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Istilah moral
mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Derajat
kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh moralitas yang
dimilikinya. Makna moral yang terkandung dalam kepribadian
seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Bisa
dikatakan manusia yang bermoral adalah manusia yang sikap dan
tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat.
2. Hubungan Manusia dengan Moral
Moral memiliki arti yang hampir sama dengan etika. Etika
berasal daribahasa kuno yang berarti ethos dalam bentuk tunggal
ethos memiliki banyak artiyaitu tempat tinggal biasa, padang rumput,
kebiasaan, adat, watak sikap , dan caraberfiki. Dalam bentuj jamak
ethos (ta etha) yang artinya adat kebiasaan. Moralberasal dari bahsa
latin yaitu mos (jamaknya mores) yang berarti adat, cara, dantampat
tinggal. Dengan demikian secara etismologi kedua kata tersebut
bermaknasama hannya asal uasul bahasanya yang berbeda dimana
etika dari bahasa yunanisementara moral dari bahasa latin.
Moral yang pengertiaannya sama dengan etika dalam makna
nilai-nilaidan orma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau kelompok dalammengatur tingkah lakunya. Dalam ilmu filsafat
moral banyak unsur yang dikajisecara kritis, di landasi rasionalitas
manusia seperti sifat hakiki manusia, prinsipkebaikan, pertimbangan
etis dalam pengambilan keputusan terhadap sesuatu dansebagainya.
Moral lebih kepada sifat aplikatif yaitu berupa nasehat tentang hal-
halyang baik.
Ada beberapa unsur dari kaidah moral yaitu :
1. Hati nurani merupakan fenomena moral yang sangat hakiki.
Hati nurani merupakan penghayatan tentang baik atau buruk
mengenai perilaku manusia dan hati nuraniini selalu dihubunngkan
dengan kesadaran manusia dan selalu terkait dalamdengan situasi
kongkret. Dengan hati nurani manusia akan sanggup
mererfleksikan dirinya terutama dalam mengenai dirinya sendiri
atau juga mengenal orang.
2. Kebebasan dan tanggung jawab.
Kebebasan adalah milik individu yang sangat hakiki dan
manusiawi dankarena manusia pada dasar nya adal;ah makhluk
bebas. Tetapi didalam kebebasanitu juga terbatas karena tidak
boleh bersinggungan dengan kebebasan orang lainketika mereka
melakukan interaksi. Jadi, manusia itu adalah makhluk bebas yang

LALU SUMARDI Page 59


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

dibatasi oleh lingkungannya sebagai akibat tidak mampunya ia


untuk hidupsendiri.
3. Nilai dan Norma Moral.
Nilai dan moral akan muncul ketika berada pada orang lain dan
ia akanbergabung dengan nilai lain seperti agama, hukum, dan
budaya. Nilai moralterkait dalam tanggung jawab seseorang.
Antara hukum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali. Ada
pepatah roma yang mengatakan “quid leges sine moribus?” (apa
artinya undang-undang jika tidak disertai moralitas?). Dengan
demikian hukum tidak akan berarti tanpa disertai moralitas. Oleh
karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma moral,
perundang-undangan yang immoral harus diganti. Disisi lain moral
juga membutuhkan hukum, sebab moral tanpa hukum hanya
angan-angan saja kalau tidak di undangkan atau di lembaga
kandala mmasyarakat.
Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun
hukum dan moral tetap berbeda, sebab dalam kenyataannya
‘mungkin’ ada hukum yang bertentangan dengan moral atau ada
undang-undang yang immoral, yang berarti terdapat
ketidakcocokan antara hukum dan moral. Untuk itu dalam konteks
ketatanegaraan indonesia dewasa ini. Apalagi dalam konteks
membutuhkan hukum. Kualitas hukum terletak pada bobot moral
yang menjiwainya. Tanpa moralitas hukum tampak kosong dan
hampa.

Rangkuman
Manusia memiliki dua dimensi, yaitu; dimensi fisik/materi/jasad
dan dimensi roh/jiwa. Manusia juga memiliki dua potensi, yaitu;
potensi dari dalam yang terdiri dari; akal, nurani, dan nafsu,
sedangkan potensi dari luar adalah wahyu Tuhan dan Sunnah rasul.
Selain itu dalam konteks kehidupan, manusia memiliki dua fungsi,
yaitu; sebagai mahluk individu, yaitu hidup untuk memenuhi
kebutuhan dirinya sendiri, dan sebagai mahluk social, yaitu hidup
tidak bisa terlepas dari orang lain. Karena potensi tersebut di atas
manusia butuh nilai dan norma agar menjadi orang yang bermartabat.
Nilai merupakan keberhargaan dari suatu. Nilai dalam PPKn adalah
nilai dasar. Norma adalah kumpulan peraturan yang disepakati dan
dipedomani dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan moral adalah
ajaran baik dan buruk dalam masyarakat.

Tugas

LALU SUMARDI Page 60


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Buatlah pengelompokan cirri-ciri manusi sebagai mahluk


individu dan sosial, cara mengembangkan potensi baik dan mncegah
berkembangnya potensi buruk dalam diri manusia.

Uji Kompetensi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar!
1. Jelaskan perbedaan ciri manusia sebagai mahluk individu dan
social
2. Jelaskan potensi baik dan potensi buruk yang dimiliki manusia
3. Factor apa saja yang mempengaruhi berkembangnya potensi yang
dimiliki manusia
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “homo homini socius”
5. Jelaskan perbedaan antara nilai, norma, dan moral

BAB VII.
HUBUNGAN SIMPATI, EMPATI, DAN ANTIPATI
DENGAN MORAL

Kemampuan Akhir Pembelajaran


Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu
menemukan hubungan simpati, empati, dan antipati dengan moral

Indikator
1. Menjelaskan pengertian simpati, empati, dan antipati
2. Mengidentifikasi hubungan simpati, empati, dan antipati dengan
moral Menjelaskan dimensi manusia sebagai mahluk individu dan
sosial

Pengantar
ebagaimana kita pelajari sebelumnya bahwa manusia

S memiliki potensi baik dan buruk, akal, nurani dan


nafsu. Semua potensi tersebut berkembang beriringan
dalam diri manusia dan memiliki potensi berkembang
yang sama. Yang menentukan potensi mana yang akan berkembang
dominan adalah kehendak setiap individu dan lingkungan sekitar.
Pandangan inilah yang dikemukakan oleh Willam Stern dengan
pandangan konvergensinya. Jika individu memiliki kehendak kuat

LALU SUMARDI Page 61


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

untuk mengembangkan potensi baik/hati nurani/akal dan didukung


pula oleh lingkungan yang baik maka orang tersebut akan
berkembang manjadi orang yang baik. Begitu juga sebaliknya.
Berkaitan dengan moral, aspek nurani/jiwa menjadi pintu
masuk apakah orang akan memiliki moralitas yang baik atau tidak,
karena dalam jiwa lah diputuskan tindakan apa yang akan diputuskan
dan dilakukan seseorang. Hal itulah yang disebut sikap. Dalam hati
nurani ada tiga situasi yang menentukan keputusan apa yang akan
diambil seseorang, yaitu; simpati, empati, dan antipasti. Simpati dan
empati akan mengarahkan orang untuk berperilaku moral yang baik,
sedangkan antipasti akan menyebabkan orang akan berperilaku
moral yang buruk. Materi inilah yang akan dibahas dalam bab ini
dengan menggunakan model Diskusi Kelas.

7.1. PENGERTIAN SIMPATI, EMPATI, DAN ANTIPATI


Sebelum melanjutkan ke pembahasan, silahkan saudara
pikirkan terlebih dahulu perbedaan antara simpati dan antipasti.
Tuliskan hasil berfikir saudara pada table tugas di bawah;
Tabel 8. Tugas Analisis Perbedaan Simpati dan Empati
Aspek Deskripsi Hasil Analisis
Perbedaan Simpati

Dampak simpati/empati
terhadap tindakan moral

1. Empati

LALU SUMARDI Page 62


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Empati adalah kemampuan untuk menyadari perasaan orang


lain dan bertindak (sesuai) untuk membantu. Konsep Empati terkait
erat dengan rasa iba dan kasih sayang. Empati merupakan
kemampuan mental untuk memahami dan berempati dengan orang
lain, apakah orang diempati setuju atau tidak tetapi disini memiliki niat
untuk membantu.
Dalam penelitian empati merupakan fenomena kompleks yang tidak
memiliki definisi sederhana. Empati dipelajari dalam psikologi sosial,
psikologi kognitif dan neuroscience. Empati adalah proses mental
yang kompleks yang melibatkan :
1. Apa yang dirasakan oleh orang lain (empati afektif)
2. Bagaimana menempatkan diri sebagai orang lain(empati kognitif),
dan
3. Menjadi orang lain yang merasakan (diri sendiri / lainnya) (empati
akurasi).
Ketiga mekanisme dianggap saling terkait dan tergantung satu
sama lain maka empati pun terjadi. Dalam proses empati maka ada
hubungan yang saling berinteraksi antara penularan emosi,
pengambilan perspektif dan akurasi empati satu sama lain untuk
menghasilkan respon adaptif sosial. Empati berasal dari bahasa
Yunani yaitu Emphatia yang berarti gairah atau ketertarikan fisik yang
mengacu pada kemampuan pikiran, emosi, niat dan ciri-ciri
kepribadian dari orang lain dan memahami apa yang diinginkan.
Empati mencakup respon tersendiri terhadap perasaan orang lain,
seperti rasa kasihan, kesedihan, rasa sakit. Empati memainkan
peranan penting dalam berbagai bidang ilmu, kriminologi dari
psikologi, fisiologi, pedagogi, filsafat, kedokteran dan psikiatri. Dalam
empati terdapat rasa keterlibatan emosional seseorang dalam realitas
yang mempengaruhi orang lain lain.
Beberapa studi menunjukkan adanya sifat-sifat yang
berhubungan dengan empati pada beberapa hewan bukan manusia,
seperti tikus atau primata lainnya. Dalam pengertian ini, bisa
dijelaskan bahwa empati berasal dari mekanisme saraf dasar yang
dikembangkan selama evolusi.
Keadaan empati, atau pemahaman empatik merupakan cara untuk
memahami kerangka acuan internal lain dengan memaknai
komponen emosional yang dikandungnya, seperti yang dirasakan
orang lain, dengan kata lain, menempatkan diri di tempat lain, seperti
"seolah-olah menjadi. Seseorang bisa berempati dengan orang lain
dengan cara memberikan kontribusi untuk memahami emosi orang
lain dan berkomunikasi dengan sesama manusia. Tanpa bicara
empati pun bisa dipahami satu sama lain atau dengan

LALU SUMARDI Page 63


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

ketidaksepakatan pun empati akan muncul. Empati bisa muncul dari


pesan verbal dan non-verbal dalam 'membaca' atau pemahaman dari
orang lain. Empati tidak sama dengan altruisme.
2. Simpati
Simpati adalah suatu proses seseorang merasa tertarik
terhadap pihak lain, sehingga mampu merasakan apa yang dialami,
dilakukan dan diderita orang lain. Dalam simpati, perasaan
memegang peranan penting. Simpati akan berlangsung apabila
terdapat pengertian pada kedua belah pihak. Simpati lebih banyak
terlihat dalam hubungan persahabatan, hubungan bertetangga, atau
hubungan pekerjaan. Seseorang merasa simpati dari pada orang lain
karena sikap, penampilan, wibawa, atau perbuatannya. Misalnya,
mengucapkan selamat ulang tahun pada hari ulang tahun merupakan
wujud rasa simpati seseorang.
3. Antipati
Sama halnya dengan empati dan simpati, antipasti merupakan
perasaan kejiwaan yang dirasakan seseorang terhadap orang lain.
Tetapi perasaan yang dirasakan pada antipati bersifat negatif, yaitu
tidak suka atau benci terhadap seseorang. Jadi antipasti merupakan
kebalikan dari simpati dan empati. Dalam konsep agama, antipasti
digambarkan sebagai rasa dengki dan hasad.

7.2. HUBUNGANA NTARA SIMPATI, EMPATI, DAN ANTIPATI


DENGAN MORAL
Secara teoritik moral dibedakan menjadi tiga jenis yang
sekaligus menunjukkan tingkatan moral, yaitu; konsep moral, sikap
moral, dan tindakan moral. Konsep moral merupakan kumpulan
pengetahuan moral yang dikuasai oleh seseorang dari proses belajar
yang dilakukan. Adapun sikap moral merupakan keputusan moral
yang diputuskan dan diambil oleh jiwa seseorang. Jadi, sikap masih
ada dalam jiwa seseorang berupa proses interaksi antar pikiran dan
hati nurani. Sedangkan tindakan moral merupakan perilaku yang
dilakukan seseorang dalam kehidupannya yang bisa diamati.
Simpati, empati, dan antipasti merupakan proses mental dalam
jiwa. Proses mental itulah yang menentukan tindakan apa yang akan
diambil seseorang. Hanya bedanya kalau simpati dan empati
merupakan proses/rasa mental yang bersifat positif, sedangkan
antipasti merupakan proses mental yang negatif. Tapi yang pasti
adalah ketiga jenis proses mental tersebut menentukan tindakan yang

LALU SUMARDI Page 64


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

dilakukan seseorang. Jadi dapat disimpulkan bahwa tindakan moral


sangat ditentukan oleh proses mental yang berlangsung dalam jiwa
seseorang. Jika proses mentalnya berupa simpati dan empati maka
tindakan moralnya akan baik, sebaliknya jika proses mentalnya berupa
antipati maka tindakan moralnya akan buruk. Oleh sebab itu, untuk
membentuk moralitas seseorang harus diawali dengan perbaikan
proses mentalnya, dan kualitas proses mental ditentukan oleh
pengetahuan yang dimiliki. Hal inilah yang dikemukakan oleh Piaget
dan Kohlberg bahwa membagun moralitas harus dimulai dengan
membangun pengetahuannya terlebih dahulu karena moral sangat
ditentukan oleh pengetahuan.

Rangkuman
Empati adalah kemampuan untuk menyadari perasaan orang
lain dan bertindak (sesuai) untuk membantu. Adapun Simpati adalah
suatu proses seseorang merasa tertarik terhadap pihak lain, sehingga
mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang
lain. Sedangkan antipati merupakan perasaan tidak suka atau tidak
senang terhadap orang lain. Empati dan simpati mendorong
terjadinya tindakan yang bermoral, sedangkan antipati mendorong
terjadinya perbuatan yang tidak bermoral (amoral).

Tugas
Analisislah bagaimana empati dan antipasti mempengaruhi
tindakan seseorang. Tuliskan hasil analisis anda pada table di bawah;
Aspek Hasil Analisis
Bagaimana empati dan
antipasti berpengaruh
pada tindakan seseorang

Menurut pengalaman
saudara, manakah yang
lebih dominan
mempengaruhi tindakan
seseorang

LALU SUMARDI Page 65


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

Uji Kompetensi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar dan lengkap
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan simpati, empati, dan antipati
2. Berikanlah contoh empati dan antipasti
3. Jelaskan penyebab timbulnya empati dan antipasti dalam diri
seseorang
4. Jelaskan bagaimana empati dan antipati berpengaruh terhadap
moral

LALU SUMARDI Page 66


KODE 213117 [BUKU AJAR DASAR DAN KONSEP PPKN]

DAFTAR BACAAN
1. Andi Hakim Nasution 2007. Filsafat Ilmu. Bumi Aksara
2. Sutarjo Wiramiharja, 2009. Pengantar Filsafat. Refika Aditama
3. Kohlber. 2004. Tahap Perkembangan Moral. Kanesius.
4. M. Nur. 2004. Perkembangan Moral dan Sosial. Surabaya
University Press.
5. Udin Suryapranata, 2006. Perkembangan PPKn
6. Filsafat Pancasila, 2012. Alpabeta
7. Darmadi, 2007. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Alpabeta
8. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
9. Permenristekdikti No 22 tahun 2016
10. Kamp. 2002. Desain Pembelajaran. Apabeta
11. Soekanto. 2008. Pengantar Ilmu Sosial. Bumi Aksara
12. Soepranata, 2004. Sosiologi Umum. Gramedia
13. Anderson, 2004. Taxonomi Pembelajaran, Revisi Taxonomi
Bloom.
14. Budiningsih., 2004. Pembelajaran Moral. Rineka Cipta
15. Tim DOsen KWn, 2010. Pendidikan Kewarganegaraan, Alfabeta

LALU SUMARDI Page 67

Anda mungkin juga menyukai