NIM : A1012211018
Kelas : A/ SORE
UAS. : Hukum Adat
Soal nomor 1
1. Apa yang dimaksud Persekutuan Hukum?
Bagaimana corak dan bentuk Persekutuan Desa, sebut dan jelaskan.
1. Relegio magis
Menurut Bushar Muhammad,pengertian tentang Particeperend Kosmisch yang
bersifat komplek,artinya adalah orang Indonesia pada dasarnya berpikir,merasa dan
bertindak didorong oleh kepercayaan (Religi) kepada tenaga-tenaga gaib (Magis)
yang mengisi atau menghuni alam semesta (Kosmis) yang terdapat pada
orang,binatang,tumbuh-tumbuhan besar dan benda-benda lain yang berbentuk luar
biasa.semua itu harus dijaga agar kseimbangan alam tidak terganggu dan
mengakibatkan kerusakan pada masyarakat.
2. Kommunal
Menurut hukum adat,manusia mempunyai ikatan kemanusiaan yang kuat ,rasa
kebersamaan yang meliputi seluruh aspek kehidupannya.dengan demikian
masyarakat sebagai satu kesatuan yang memegang peranan dan
menentukan .sementara kedudukan individu tetap diakui secara intern
kelompok,sedangkan hak individu terdorong kebelakang demi kepentingan umum.
3. Kontan Alam pikiran kontan meliputi penataan yang serba konkrit .artinya dengan
suatu pernyataan nyata,suatu perbuatan simbol atau pengucapan ,maka tindakan
hukum yang dimaksud telah selesai saat itu juga.
4. Visual yaitu cara berpikir yang diwujudkan untuk hal-hal tertentu ,senantiasa
dicoba dan diusahakan supaya hal dimaksud/diinginkan ditransformasikan atau
diberi wujud suatu benda sebagai tanda atau simbol yang kelihatan.
Soal nomor 2
2. 2 (dua) unsur hukum adat. Jelaskan.
Sebutkan pula 2 (dua) unsur pembentuk hukum adat.
Untuk menyatakan hukum adat itu, dipakai istilah godsdientige wetten (undang-
undang agama), pemakaian istilah ini mencapai puncaknya pada bagian kedua abad
ke 19.
Hukum adat sesuatu golongan masyarakat adalah hukum agama yang dianut oleh
golongan masyarakat itu, disebut Godsdientige wetten (UU agama).
Pendapat Van Den Berg ini mendapat tentangan keras dari Snouck Hurgronje dan
Van Vollenhoven.
Menurut Snouck Hurgronje: tidak semua bagian hukum agama diterima dalam
hukum adat, hanya beberapa bagian tertentu saja yang sangat pribadi sifatnya, yang
hubungannya erat dengan kepercayaan dan hidup batiniah.
Bagian-bagian itu adalah: Hukum Keluarga, Hukum Perkawinan, Hukum Waris.
Jadi Menurut Snouck Hurgronje unsur hukum adat: tidak hanya unsur agama saja
tetapi ada unsur asli (adat-istiadat).
Sebagian pendapat Snouck hurgronje dibantah oleh Ter Haar, hukum waris
merupakan hukum adat asli, tidak dipengaruhi oleh hukum islam. Ter Haar
mengemukakan keadaan diminangkabau, hukum waris merupakan hukum adat asli.
Van Vollenhoven dalam hal ini mengatakan hal tesebut harus diterangkan dengan
meninjau kembali sejarah pada waktu islam masuk ke Indonesia, adat istiadat sudah
lebih dulu ada.
Kesimpulannya: Hukum Keluarga, Hukum Perkawinan, Hukum Waris, Hukum Wakaf
dipengaruhi Hukum Islam. Jadi hukum adat mempunyai unsur-unsur asli maupun
unsur-unsur agama, walaupun pengaruh agama tidak begitu besar dan terbatas
pada beberapa daerah saja.
Dengan demikian Hukum adat terdiri dari: Unsur Asli (adat-istiadat) dan Unsur
agama.
Proses pembentukan hukum adat itu apabila dibuat batasannya antara satu tahap
dengan yang lainnya sebagai berikut:
“Mula-mula orang seorang dalam berhubungan satu sama lain bertingkah laku
dengan cara tertentu dan apabila tingkah laku itu diulang dan kemudian karena
dianggab baik diikuti pula oleh orang lain maka terjadilah pola tingkah laku.
Selanjutnya apabila pola tingkah laku itu diikuti pula oleh masyarakat yang lebih luas
dan dirasakan sebagai kaidah yang mengandung perintah dan larangan, maka pola
tingkah laku itu disebut kebiasaan atau adat istiadat, dan apabila kebiasaan itu
mempunyai sanksi disebutlah kebiasaan itu sebagai “Hukum adat”.
Mengenai proses pembentukan hukum adat dari adat istiadat , dalam Ilmu Hukum
terdapat dua teori yang berpengaruh yaitu:
Teori Terhaar: Adat istiadat itu akan menjadi hukum adat, ketika kaedah-kaedah
adat istiadat itu dipergunakan oleh fungsionaris hukum adat sebagai hukum untuk
menjelesaikan kasus yang dihadapkan kepadanya baik di dalam maupun diluar
persengketaan.
Menurut teori ini, perubahan adat istiadat menjadi hukum adat diperlukan tindakan
formal dari hakim ( Beslissingen leer / teori keputusan).
Hukum adat di Indonesia memiliki beberapa karakteristik yang berkaitan erat dengan
suatu golongan masyarakat. Sifat-sifat hukum adat adalah:
1. Tradisional (bersifat turun temurun)
2. Religius (berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan dan kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa)
3. Kebersamaan (mengutamakan kepentingan bersama)
4. Konkret (nyata, berwujud, dan maknanya jelas)
Soal nomor 3
3. Sebutkan dua sifat hukum Adat ? Jelaskan.
Sebutkan 4 (empat) sifat umum alam pikiran tradisional masyarakat indonesia
menurut F D Holleman dalam pidato inagurasinya memperoleh Gelar Doktor ? Sebut
dan jelaskan secara singkat.
2. Komunal (Kebersamaan)
Menurut pandangan Hukum Adat setiap individu, anggota masyarakat merupakan
bagian integral dari masyarakat secara keseluruhan. Hubungan antara anggota
masyarakat yang satu dan yang lain didasarkan oleh rasa kebersamaan,
kekeluargaan, tolong menolong, dan gotong royong.Masyarakat Hukum Adat
meyakini bahwa setiap kepentingan individu Sewajarnya disesuaikan dengan
kepentingan masyarakat karena tidak ada Individu yang terlepas dari
masyarakatnya.
3. Konkret (Visual)
Sifat yang Konkret artinya jelas, nyata, berwujud, dan visual, artinya Dapat terlihat,
tampak, terbuka, tidak tersembunyi. Hal ini mengartikan Bahwa setiap hubungan
hukum yang terjadi dalam masyarakat tidak Dilakukan secara diam-diam. Contoh
jual beli, selalu memperlihatkan adanya Perbuatan nyata yakni dengan pemindahan
benda objek perjanjian. Berbeda Dengan halnya Hukum Barat yang mengenal
perbedaan antara benda Bergerak dengan benda tidak bergerak, di mana di dalam
perjanjian jual beli, Tanggung jawab atas suatu barang telah beralih kepada pembeli,
walaupunBarang tersebut masih ada di tangan penjual.
4. Kontan (Tunai)
Sifat ini mempunyai makna bahwa suatu perbuatan selalu diliputi oleh suasana yang
serba konkret, terutama dalam hal pemenuhan prestasi. Bahwa Setiap pemenuhan
prestasi selalu diiringi dengan kontra prestasi yang Diberikan secara serta merta.
Prestasi dan kontra prestasi dilakukan secara bersama-sama pada waktu itu juga.
Dalam Hukum Adat segala sesuatu yang terjadi sebelum dan sesudah timbang
terima secara kontan adalah di luar Akibat hukum, perbuatan hukum telah selesai
seketika itu juga.
Pada 1906, Van Vollenhoven menerbitkan jilid pertama Het adatrecht van
Nederlandsch-Indië. Melalui buku itu ia menjelaskan konsep dan skema hukum adat
di Hindia Belanda. Ia memperkenalkan 19 lingkungan hukum adat yang berlaku di
Hindia Belanda. Ia menolak asumsi kolot bahwa masyarakat tradisional di Hindia
Belanda tak mengenal hukum formal.
Van Vollenhoven, yang wafat pada 29 April 1933—tepat hari ini 86 tahun lalu, juga
menerbitkan karangan lain yang dimaksudkan untuk menggagalkan usaha
pemerintah Belanda menghapus hukum adat di Hindia Belanda. Misalnya, pada
1914, ketika pemerintah Belanda meluncurkan proyek Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata yang berlaku untuk seluruh penduduk Hindi Belanda tanpa kecuali.
Van Vollenhoven lalu menerbitkan naskah ilmiah bertajuk Strijd van het Adatrecht
(Perjuangan bagi hukum adat) untuk membantah argumen-argumen yang
mendasari program itu.
Pada 1927 Van Vollenhoven mengajukan usul perubahan haluan kebijakan hukum
kepada pemerintah Belanda. R. Soepomo dalam Bab-bab tentang Hukum Adat
(1982, hlm. 12-13) menyebut Van Vollenhoven menganjurkan konsepsi dualisme
progresif. Intinya: pertahankan hukum adat sembari melakukan pencatatan dan
penelitian sistematis terhadapnya. Dengan begitu, hakim-hakim Hindia Belanda tak
lagi gagap mengadili perkara menurut hukum adat.
“Konsepsinya Van Vollenhoven diterima dan mulai tahun itu sampai saat
pendudukan Indonesia oleh Jepang pada tahun 1942, politik kolonial Belanda
ditandai dengan suatu langkah kembali secara teratur ke arah dualisme,” tulis
Soepomo
Soal nomor 5
5. Apa yang dimaksud Delik Adat? Peraturan apa saja yang dilanggar dalam
Delik Adat sehingga menimbulkan Reaksi Adat?
Delik adat adalah suatu perbuatan sepihak dari seseorang kumpulan perseorangan,
mengancam atau mengganggu persekutuan bersifat material atau immaterial,
terhadap orang seorang atau terhadap masyarakat berupa kesatuan.
(Hilman Hadikusumah, 23 :2003 ). Jadi yang dimaksud delik adat adalah peristiwa
atau perbuatan masyarakat yang mengganggu masyarakat lain sehingga
menibulkan reaksi dari masyarakat. Peristiwa atau perbuatan yang berwujud atau
tidak berwujud adalah perbutan manusia atau perbuatan yang gaib.
Didalam prakteknya tentu saja ada orang atau warga masyarakat melakukan
perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan hukum adat, perbuatan yang
demikian
Sering disebut dengan istilah delik adat atau tindak pidana adat.
Eksistensi dari delik adat kalau kita kaitkan dengan hukum pidana positif yang
Berlaku di negara kita pada mulanya dapat dikatakan tidak mendapat tempat
didalam
Lapangan hukum pidana nasional. Hal ini dapat kita lihat sebagai mana diatur
didalam
UU No . 1 tahun 1946 yo UU 73 tahun 1958 tentang diberlakukannyan WVS voor
Nederlands Indie sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sampai
Sekarang ini, yang dalam Pasal 1 ayat 1 KUHP yang berbunyinya : tiada suatu
perbuatan yang dapat di pidana kecuali atas kekuatan aturan yang telah ada
sebelum
Perbuatan dilakukan. Dalam hal ini hukum pidana menganut secara tegas asas
Legalitas (Principle of legality) yaitu : tidak ada perbuatan yang dilarang dan
diancam
Dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam perundang-undangan.
Yang dalam bahasa laitinya dikenal nullum delictum nulla poena sine praevia lega (
Tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa peraturan lebih dulu (Moeljatno,1978 : 31).
Dari ketentuan tersebut secara tegas asas legalitas yang dianut dalam hukum
Pidana nasional mengakui hanya pada adanya hukum yang tertulis (undang-
undang)
Saja sebagai perbuatan yang dapat dipidana dan tidak mengakui delik adat (hukum
Yang tidak tertulis).
Soal nomor 6
6. Apa yang dimaksud HukumTanah Adat ? Jelaskan.Ada berapa macam Hak
atas Tanah Adat, sebutkan.
Hukum tanah adat adalah hukum yang mengatur tentang ha katas tanah yang
berlaku di tiap daerah. Seperti yang kita ketahui hukum tanah adat ini masih sering
digunakan dalam transaksi dalam jual beli tanah di Indonesia.
Soal nomor 7
7. Jelaskan tentang Transaksi tanah dan Transaksi Yang Berhubungan dengan
Tanah menurut Hukum Adat.
b. Jual lepas
Jual lepas merupakan proses pemindahan hak atas tanda yang bersifat
Terang dan tunai dimana semua ikatan antara penjual dengan tanahnya
Menjadi lepas sama sekali. Dalam jual lepas, biasanya pembeli
Memberikan tanda jadi (“panjer”). “Panjer” yang ada adalah untuk
Mengikat calon penjual tanah, namun konsekuensinya apabila jual beli
Tidak jadi dilakukan oleh calon pembeli, panjer yang dibayarkan tidak
Dapat dikembalikan lagi.
a. Riil (Konkret) : dalam hal perbuatan jual beli maka hak atas tanah yang
Menjadi objek perjanjian harus nyata-nyata sudah ada sehingga pada saat
Itu juga sudah dapat diserahkan kepemilikannya kepada pembeli;
b. Tunai : dalam hal terjadi perbuatan jual beli maka penyerahan barang yang
Dijual dan penyerahan uang pembelian harus dilakukan pada saat yang
Sama, sehingga prestasi dan kontra prestasi antara penjual dan pembeli
Dilakukan secara bersamaan; dengan demikian Akta Jual beli yang dibuat
Oleh Notaris pembayaran harganya dilakukan secara penuh atau lunas.
c. Terang : pelaksanaan jual beli itu harus dilaksakan dihadapan pejabat yang
Berwenang (PPAT)
Soal nomor 8
8. Jelaskan tentang hukum Perekonomian Adat mengenai Kempitan dan
Ngeber.
Kempitan
Semacam perjanjian dengan komisi, terdapat di Jawa
Ngeber
Transaksi ini dijumpai di jawa Barat serta merupakan transaksi menjualkan
barangnya orang lain dengan ketentuanya. Kalau tidak laku dapat
dikembalikan kepada pemilik barang. Kalau laku dengan harga yang lebih
besar dari pada harga yang ditetapakan pada penutupan transaksi, maka
selisihnya menjadi haknya orang yang menjualkan barang tersebut.
Soal nomor 9
9. Sebutkan isi dari Pepakem Cirebon bagi seorang Hakim Perdamaian Desa
Dalam memutus perkara di Peradilan Adat .
Dalam tradisi Cirebon, dikenal satu manuskrip yang acapkali menjadi acuan untuk
menentukan sejumlah pelaksanaan hal tertentu di internal dan eksternal kesultanan
beserta daerah-daerah yang berada di bawah pengaruhnya. Manuskrip yang
dimaksud adalah Naskah Pepakem Cirebon (NPC).
NPC dikenal dengan pula dengan nama lain, seperti Kitab Pepakem, Pakem
Kesultanan, Pepakem Cirebon, dan Pepakem Jaksa Pepitu. Meski memiliki banyak
nama dan sebutan, ia tetap memiliki fungsi yang tunggal yaitu menjadi pedoman
dalam bidang hukum yang ada di Cirebon dan sekitarnya.
Kitab hukum adat asal Cirebon itu disusun pada tahun 1768 dengan dorongan VOC
yang ketika itu telah menancapkan hegemoninya di Jawa. Manuskrip itu dikompilasi
dari pelbagai macam hukum yang dipakai oleh Kesultanan Kasepuhan dan
Kesultanan Kanoman dalam penyelenggaraan pemerintahannya.
Setelah kodifikasi naskah hukum masyarakat lokal itu selesai, dilakukan penyalinan
oleh masing-masing pihak yang dipercayai oleh keraton untuk kemudian disimpan
dan dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan hukum di tengah masyarakat dan
wilayah yang mereka kuasai. Satu salinan diserahkan kepada penguasa Batavia
sebagai bagian dari arsip pemerintahan.
Para ahli hukum adat menyatakan bahwa NPC adalah salah satu kitab hukum
masyarakat bumiputera paling pertama yang dikompilasi secara lengkap untuk
dijadikan sebagai pedoman dalam pemberlakuan hukum masyarakat. Kompilasi
hukum menjadi penting untuk mendorong adanya prinsip kesetaraan dalam bidang
peradilan.
Pepakem sebagai nama dari jurnal ini untuk mengingatkan kepada kita akan sebuah
kitab hukum yang dibuat oleh Mr. P.C. Hasselar (Residen Cirebon) yang bemama
“Pepakem Cirebon”. Isinya merupakan kumpulan dari hukum adat Jawa yang
bersumberkan dari kitab-kitab kuno antara lain Undang-undang Mataram,
Kutaramanawa, Jaya lengkaran dan lain-lain. Dalam Pepakem Cirebon, dimuat
gambaran seorang hakim yang dikehendaki oleh hukum adat, yaitu mempunyai sifat
Candra (bulan: yang mampu menyinari segala tempat yang gelap), Tirta (air: yang
membersihkan segala tempat yang kotor), Cakra (dewa: yang mengawasi
bedakunya segala keadaan) dan Sari (bunga yang harum baunya).
Pepakem diartikan juga sebagai landasan hukum dalam penerapan waris tabta
kesultanan atau untuk menentukan Putra Mahkota dimasyarakat adat Cirebon hanya
saja pepakem disini belum berbentuk tertulis tetapi hidup dan menjadi tradisi yang
telah diterima oleh masyarakat Cirebon sebagai hukum.
Soal nomor 10
Apa saja corak Persekutuan Desa, sebut dan jelas
Persekutuan Desa.
Merupakan suatu tempat kediaman bersama di dalam daerahnya sendiri
termasuk beberapa pedukuhan yang terletak di sekitarnya yang tunduk pada
perangkat desa yang berkediaman di pusat desa.
Masyarakat hukum Desa (Persekutuan Desa), yaitu sekumpulan orang yang
hidup bersama berasaskan pandangan hidup, cara hidup dan sistem
kepercayaan yang sama, yang menetap pada tempat bersama. Anggota
persekutuan ini tidak harus berkerabat.