Anda di halaman 1dari 11

“HUKUM ACARA PIDANA DAN HUKUM PERDATA”

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

TATA HUKUM INDONESIA

Dosen Pengampu

HABIB LUQMAN HAKIM, M.H.I

Disusun Oleh Kolompok 5 :

1. Isma Yanuar Qori’ Fitriadi (126101202111)


2. Jesi Intan Saputri (126101202114)
3. Maria Rike Dwi Anatasya (126101202126)
4. Muhammad Bagus EkoW (126101202131)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) TULUNGAGUNG

MARET 2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul :

“Hukum Acara Pidana Dan Hukum Acara Perdata”

Shalawat serta salam senantiasa kami ucapkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya kelak di yaumul qiyamah. Ungkapan
rasa terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada semua yang telah memberikan dukungan
serta arahan atas terselesaikannya makalah ini, ungkapan rasa terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Maftukhin , M. Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberi
kesempatan kepada kami untuk menempuh pendidikan di IAIN Tulungagung.
2. Dr. Ahmad Muhtadi Ansor, M.Ag. selaku Dekan FASIH IAIN Tulungagung.
3. Dr. Zulfatun Ni’mah, S.H.I.,M.Hum, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah
IAIN Tulungagung.
4. Habib Luqman Hakim, M.H.I Selaku Dosen Mata Kuliah Tata Hukum Indonesia
5. Teman-teman Mahasiswa IAIN Tulungagung khususnya jurusan Hukum Ekonomi
Syariah.

Terkait penulisan makalah ini, kemungkinan saja ada kesalahan dan kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Kirannya cukup
sekian, semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Tulungagung, 03 April 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Pengertian Hukum Acara Pidana................................................................................5
B. Kedudukan Hukum Acara Pidana..............................................................................6
C. FUNGSI DAN TUJUAN HUKUM ACARA PIDANA..............................................7
D. PENGERTIAN HUKUM ACARA PERDATA..........................................................8
E. SUMBER HUKUM ACARA PERDATA...................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
Kesimpulan.........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukum Acara Pidana memiliki ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu mulai
padamencari kebenaran, penyelidikan, penyidikan dan berakhir pada proses
pelaksanaan putusan pengadilan oleh jaksa. Selain itu juga terdapat hal-hal yang perlu
disesuaikan dengan perkembangan zaman, misalnya dalam hal pembuktian.
Hukum Acara Pidana dengan tujuan agar peserta Pendidikan dan Pelatihan
pendahuluan mengerti dan memahami teori maupun asas yang berlaku dalam hukum
acara pidana yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
sebagai jaksa nantinya.

hukum bukanlah sekadar sebagai pedoman untuk dibaca, dilihat, atau


diketahui, melainkan untuk dilaksanakan atau ditaati. Bahkan, tidak jarang orang
tanpa sadar telah melaksanakan hukum.Oleh karena itu, dapatlah dikatakan bahwa
pelaksanaan hukum bukan monopoli dari orang-orang tertentu saja.Namun, sering
kali terjadi hukum materiil perdata itu dilanggar sehingga ada pihak yang merasa
dirugikan, lalu terjadilah gangguan keseimbangan kepentingan dalam masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hukum acara pidana?
2. Bagaimana kedudukan hukum acara pidana?
3. Apa fungsi dan tujuan hukum acara pidana?
4. Apa pengertian hukum acara perdata ?
5. Sebutkan sumber hukum acara perdata!
6. Jelaskan asas-asas hukum acara perdata?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian hukum acara perdata
2. Untuk mengetahui kedudukan hukum acara pidana
3. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan hukum acara pidana
4. Untuk mengetahui pengertian hukum acara perdata
5. Untuk mengetahui sumber hukum acara perdata
6. Untuk mengetahui asas-asas hukum acara perdata
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Acara Pidana


Menurut Simons, hukum acara pidana Hukum Acara Pidana mengatur tentang
bagaimana negara melalui alat-alatnya melaksanakan haknya untuk memidana dan
menjatuhkan pidana.Menurut Andi Hamzah definisi dari JM van Bemmelen lebih tepat dan
lengkap yang mendefinisikan: “Hukum acara pidana mempelajari peraturan-peraturan yang
diciptakan oleh negara, karena adanya terjadi pelanggaran undang-undang pidana :

1. Negara melalui alat-alatnya menyidik kebenaran.


2. Sedapat mungkin menyidik pelaku perbuatan itu.
3. Mengambil tindakan-tindakan yang perlu guna menangkap si pembuat dan kalau
perlu menahannya.
4. Mengumpulkan bahan-bahan bukti (bewijs materiaal) yang telah diperoleh pada
penyidikan kebenaran guna dilimpahkan kepada hakim dan membawa terdakwa ke
depan hakim tersebut
5. Hakim memberi keputusan tentang terbukti tidaknya perbuatan yang dituduhkan
kepada terdakwa dan untuk itu menjatuhkan pidana atau tindakan tata tertib.
6. Upaya hukum untuk melawan keputusan tersebut.
7. Akhirnya melaksanakan keputusan tentang pidana dan tindakan tata tertib.

Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro mantan Ketua Mahkamah Agung RI mendefinisikan


hukum acara pidana sebagai ”suatu rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana
badanbadan pemerintah yang berkuasa yaitu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan harus
bertindak guna mencapai tujuan Negara dengan menegakkan hukum pidana”.6 Seluruh
definisi yang diberikan oleh para ahli Hukum Pidana, seperti diuraikan di atas pada dasarnya
adalah sama, yaitu mendefinisikan Hukum Acara Pidana merupakan:

1. Serangkaian peraturan.
2. Dibuat oleh negara (undang-undang)
3. Yang memberikan wewenang kepada aparat penegak hukum.
4. Untuk melakukan tindakan penyidikan penuntutan dan menjatuhkan pidana.
5. Terhadap pelaku tindak pidana

B. Kedudukan Hukum Acara Pidana


Dalam materi pengantar ilmu hukum, diketahui bahwa hukum dibagi atas hukum
publik dan hukum privat. Hukum publik merupakan hukum yang mengatur hubungan antara
masyarakat dengan negara dan hukum privat mengatur tentang hubungan antara sesama
anggota masyarakat. Hukum pidana sendiri terbagi atas hukum pidana materiil dan hukum
pidana formil. Menurut Prof Moeljatno Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum
yg berlaku di suatu negara, yg mengadakan dasar-dasar dan aturan untuk :

1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang,


dengan disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barangsiapa yang
melanggar larangan tersebut (Criminal Act)
2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar
laranganlarangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah
diancamkan dalam ketentuan pidana (Criminal Liability/ Criminal Responsibility)

Bagian ke-1 dan ke-2 masuk dalam lingkup Substantive Criminal Law/Hukum Pidana
Materiil. Selanjutnya untuk menentukan dengan Cara bagaimana pengenaan pidana itu
dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tsb kita
menggunakan Criminal Procedure / Hukum Acara Pidana Hukum acara pidana yang juga
dikenal dengan hukum pidana fomil termasuk dalam hukum public yang disebutkan
dibawah ini:

HUKUM

HUKUM PUBLIK HUKUM PRIVAT


HUKUM LAINYA
HUKUM PIDANA

HUKUM MATERIIL HUKUM FORMAL

Hukum pidana materiil mengatur syarat yang menimbulkan hak penuntutan atau
menghapuskan hak itu. Begitu pula hukumannya, dengan kata lain mengatur terhadap
siapa, bilamana dan bagaimana hukuman harus dijatuhkan. Sedangkan hukum pidana
formil mengatur Cara menjalankan hak penuntutan; dengan kata lain menetapkan tata cara
mengadili perkara pidana.1 Sifat publik hukum acara pidana terlihat pada saat suatu tindak
pidana terjadi pihak yang bertindak ialah negara melalui alat-alatnya, lebih nyata lagi di
Indonesia dan Belanda karena penuntutan pidana dimonopoli oleh negara (dalam hal ini
jaksa sebagai [perwakilan dari negara)

C. Fungsi dan Tujuan Hukum Acara Pidana


1. Fungsi Penegakan Hukum Usaha untuk menciptakan tata tertib keamanan dan
ketenteraman dalam masyarakat, baik merupakan usaha penegakan maupun
pemberantasan atau penindakan setelah terjadinya pelanggaran hukum.
2. Tujuan Mencari dan Mendapatkan Kebenaran Materiil Yaitu kebenaran yang
selengkaplengkapnya dari suatu perkara pidana, dengan menerapkan ketentuan
hukum acara pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan mencari siapa pelakunya
yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya
meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menentukan apakah terbukti
suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat
dipersalahkan.
3. Melaksanakan Putusan Pengadilan Setelah upaya hukum dilakukan putusan
pengadilan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, maka jaksa melaksanakan
putusan pengadilan.
4. Tujuan Melindungi Hak Asasi Manusia
Di samping bertujuan menegakkan ketertiban hukum dalam masyarakat, hukum acara
pidana juga bertujuan melindungi hak asasi tiap individu baik yang menjadi korban,
maupun si pelanggar hukum.
Tujuan hukum acara pidana seperti dikemukakan dalam Pedoman Pelaksana KUHAP
seperti dikutip di atas dapat dirumuskan menjadi tiga fungsi menurut van Bemmelen
yaitu :
a. Mencari dan menemukan kebenaran.
b. Pemberian keputusan oleh hakim.
c. Melaksanakan keputusan.

D. Pengertian Hukum Acara Perdata

Hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana cara
mentaati hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim. Dengan kata lain, hukum
acara perdata adalah peraturan hukum yang menentukan bagaimana cara pelaksanaan
hukum perdata materiil. Dapat dikatakan bahwa hukum acara perdata mengatur cara
mengajukan tuntutan hak,memeriksa serta memutuskannya dan pelaksanaan dari
putusan.
Perkataan “acara” disini berarti penyelesaian perkara lewat proses hakim
(pengadilan). Tujuan penyelesaian lewat hakim adalah untuk memulihkan hak
seseorang yang mersa terganggu atau dirugikan,mengembalikan suasana dalam
keadaan seperti semula bahwa sesungguhnya setiap orang harus mematuhi peraturan
hukum perdata supaya peraturan ini berjalan sebagaimana mestinya. Dalam peraturan
hukum perdata seseorang diatur bagaimana cara mengajukan perkara kepada hakim
(pengadilan), bagaimana pihak mempertahankan diri, bagaimana hakim bertindak
terhadap pihak yang berperkara, bagaimana cara hakim meemeriksa dan memutuskan
perkara secara adil, bagimana hakim melaksanakan putusan dan sehingga hak dan
kewajiban orang sebagaimana telah diatur dalam hukum perdata itu berjalan
sebagaimana mestinya. Wirjono Prodjokiro merumuskan hukum acara perdata itu
peraturan-peraturan yang memuat cara orang bertindak di muka pengadilan dan
bagaimana cara pengadilan bertindak satu sama lain untuk melaksanakan peraturan-
peraturan hukum perdata (Prodjokiro, 1975).
Orang dapat memulihkan haknya kembali yang telah dirugikan dengan adanya
peraturan hukum acara perdata lewat hakim dan berusaha menghindarkan dari
tindakan main hakim sendiri. Melalui hakim,orang mendapat kepastian akan haknya
yang harus dihormati oleh setiap orang, misalnya hak ahli waris, hak pemilik barang,
dan lain lain. Dengan adanya ini diharapkan ada ketentraman dan damai dalam
kehidupan bermasyarakat. Agar perkara yang dihadapi dapat diperiksa pengadilan
sesorang harus melalui hukum acara perdata. Selain itu hukum acara perdata dapat
menunjukkan cara pemeriksaan suatu perkara dilakukan, cara bagaimana agar putusan
pengadilan dapat dijalankan sehingga maksud orang yang mengajukan perkara ke
pengadilan dapat tercapai.
Retno Wulan S dan Iskandar O menberi pengertian Hukum acara perdata
sebagai kaidah hukum yang menentukan dan mengatur cara bagimana melaksanakan
hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata sebagimana diatur dalam hukum perdata
materil (Retno Wulan S dan Iskandar O, 1983: 1-2)
Dalam bukunya Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri Soepomo
menjelaskan tugas hakim dalam peradilan perdata ialah mempertahankan tata hukum
perdata (buegerlijke rechts orde) dan menetapkan apa yang ditentukan oleh hukum
dalam suatu perkara (Soepomo,1993).

E. Sumber Hukum Acara Perdata

1. Berdasarkan Pasal 5 Ayat 1 UUDar 1/1951


Hukum acara perdata pada pengadilan negeri dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan Undang-Undang Darurat 1951-1 tersebut menurut peraturan-peraturan
Republik Indonesia dahulu yang telah ada dan berlaku untuk pengadilan negeri dalam
daerah Republik Indonesia. Adapun yang dimaksud oleh Undang-Undang Darurat
tersebut tidak lain adalah Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR atau reglemen
Indonesia yang diperbarui: S. 1848 Nomor 16, S. 1941 Nomor 44) untuk daerah Jawa
dan Madura serta Rechtsglement voor de Buitengewesten (RBg atau reglemen daerah
seberang: S. 1927 Nomor 227) untuk daerah luar Jawa dan Madura.
2. UU Nomor 48 Tahun 2009
Tidak boleh dilupakan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157) tentang Kekuasaan Kehakiman yang
diundangkan pada 29 Oktober 2009 yang memuat beberapa ketentuan tentang hukum
acara perdata.
3. UU Nomor 3 Tahun 2009
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung. Undangundang tersebut mengatur
susunan Mahkamah Agung; kekuasaan Mahkamah Agung; serta hukum acara
Mahkamah Agung, termasuk pemeriksaan kasasi, pemeriksaan tentang sengketa
kewenangan mengadili, dan peninjauan kembali. Undang-undang ini memuat
ketentuan hukum acara perdata.
4. UU Nomor 49 Tahun 2009
Kiranya perlu juga diketahui bahwa Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang
Peradilan Umum yang mengatur susunan serta kekuasaan pengadilan di lingkungan
peradilan umum juga sebagai sumber hukum acara perdata.
5. Yurisprudensi
Sebagai perbandingan, perlu diketahui juga Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
(Lembaran Negara 77) tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang penerapannya
selambat-lambatnya lima tahun sesudah diundangkannya. Yurisprudensi21
merupakan sumber pula dari pada hukum acara perdata, antara lain dapat disebutkan
putusan Mahakamh Agung tertanggal 14 April 1971 Nomor 99 K/Sip/197122 yang
menyeragamkan hukum acara dalam perceraian bagi mereka yang tunduk pada BW
dengan tidak membedakan antara permohonan untuk mendapatkan izin guna
mengajukan gugat perceraian dan gugatan perceraian itu sendiri yang berarti bahwa
hakim harus mengusahakan perdamaian di dalam persidangan, sebagaimana diatur
dalam Pasal 53 HOCI.

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Menurut Simons, hukum acara pidana Hukum Acara Pidana mengatur tentang
bagaimana negara melalui alat-alatnya melaksanakan haknya untuk memidana dan
menjatuhkan pidana.Hukum untuk melawan keputusan tersebut. Dr. Wirjono Prodjodikoro
mantan Ketua Mahkamah Agung RI mendefinisikan hukum acara pidana sebagai "suatu
rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana badan badan pemerintah yang berkuasa
yaitu kepolisian, kejaksaan dan pengadilan harus bertindak guna mencapai tujuan Negara
dengan menegakkan hukum pidana".Memberikan wewenang kepada aparat penegak hukum.

Di samping bertujuan menegakkan ketertiban hukum dalam masyarakat, hukum acara


pidana juga bertujuan melindungi hak asasi tiap individu baik yang menjadi korban, maupun
si pelanggar hukum. Mencari dan menemukan kebenaran. Pemberian keputusan oleh hakim.

Hukum acara perdata pada pengadilan negeri dilakukan dengan memperhatikan


ketentuan Undang-Undang Darurat 1951-1 tersebut menurut peraturan-peraturan Republik
Indonesia dahulu yang telah ada dan berlaku untuk pengadilan negeri dalam daerah Republik
Indonesia. Tidak boleh dilupakan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman yang diundangkan pada 29 Oktober 2009 yang memuat beberapa ketentuan
tentang hukum acara perdata. Undang-undang ini memuat ketentuan hukum acara
perdata. Kiranya perlu juga diketahui bahwa Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang
Peradilan Umum yang mengatur susunan serta kekuasaan pengadilan di lingkungan peradilan
umum juga sebagai sumber hukum acara perdata.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai