Anda di halaman 1dari 6

Asas – Asas Hukum

https://www.hukumonline.com/pusatdata/

Asas Hukum adalah pikiran dasar yang terdapat dalam hukum konkret atau
diluar peraturan hukum konkret.

• EQUALITY BEFORE THE LAW


“kesederajatan di mata hukum”
Bahwa semua orang dipandang sama hak, harkat dan martabatnya di mata
hukum.

• LEX SPECIALIS DEROGAT LEGI GENERALI


“ketentuan peraturan (UU) yang bersifat khusus mengenyampingkan
ketentuan yang bersifat umum”
Jika terjadi pertentangan antara ketentuan yang sifatnya khusus dan yang
sifatnya umum, maka yang diberlakukan adalah ketentuan yang sifatnya
khusus.
Contoh: KUHP M(khusus) — KUHP (umum)  Pasal 338 KUHP (pembunuhan)
• LEX SUPERIORI DEROGAT LEGI INFERIORI
“ketentuan peraturan (UU) yang mempunyai derajat lebih tinggi didahulukan
pemanfaatannya/penyebutannya daripada ketentuan yang mempunyai
derajat lebih rendah”
Jika terjadi pertentangan antara UU yang lebih tinggi dengan yang lebih
rendah, maka yang diberlakukan adalah ketentuan yang lebih tinggi.

• LEX POST TERIORI DEROGAT LEGI PRIORI


“ketentuan peraturan (UU) yang baru mengenyampingkan / menghapus
berlakunya ketentuan UU yang lama yang mengatur materi hukum yang
sama”
Jika terjadi pertentangan antara UU yang lama dengan yang baru, maka yang
diberlakukan adalah UU yang baru.
Contoh: berlakunya UU no 32 tahun 2004, menghapus berlakunya UU no 22
tahun 1999 tentang peraturan daerah.

• RES JUDICATA VERITATE PRO HABETUR


“keputusan hakim waib dianggap benar kecuali dibuktikan sebaliknya”
Jika terjadi pertentangan antara keputusan hakim dengan ketentuan UU, maka
yang diberlakukan adalah keputusan hakim/pengadilan.

• LEX DURA SECTA MENTE SCRIPTA


“ketentuan UU itu memang keras, karena sudah oleh pembuatnya seperti itu
(hukumnya sudah ditentukan seperti itu)
Contoh:
ketentuan Pasal 10 KUHP (tentang jenis-jenis hukuman)
1. hukuman pokok
– hukuman mati
– hukuman penjara
– hukuman kurungan
– hukuman denda
2. hukuman tambahan
– pencabutan hak-hak tertentu
– perampasan barang-barang hasil kejahatan

• LEX NIMINEM CODIG AD IMPOSIBILIA


“ketentuan UU tidak memaksa seseorang untuk mentaatinya, apabila orang
tersebut benar-benar tidak mampu melakukannya”
Contoh:
– Pasal 44 KUHP : orang gila
– Pasal 45 KUHP : dibawah umur
– Pasal 48, 49 KUHP : pembelaan darurat
– Pasal 50 KUHP : karena tugas

• NULLUM DELICTUM NOELA POENA SINE PRAEVIA LEGI POENALE


“Asas Legalitas” (pasal 1 ayat (1) KUHP)
Asas yang menentukan bahwa tiap-tiap perbuatan pidana harus ditentukan
sedemikian rupa oleh suatu aturan undang-undang. Tidak ada suatu
perbuatan dapat dihukum tanpa ada peraturan yang mengatur perbuatan
tersebut sebelumnya.

• DIE NORMATIEVEN KRAFT DES FAKTISCHEN


“perbuatan yang dilakukan berulang kali memiliki kekuatan normative”

• STRAFRECHT HEEFTGEEN TERUGWERKENDE KRACHT


“asas tidak berlaku surut”
Seandainya seseorang melakukan suatu tindak pidana yang baru kemudian
hari terhadap tindakan yang serupa diancam dengan pidana, pelaku tdk dapat
dipidana atas ketentuan yang baru itu. Hal ini untuk menjamin warga negara
dari tindakan sewenang-wenang dari penguasa.

• GEENSTRAF ZONDER SHCULD


“tidak dipidana jika tidak ada kesalahan”
Bahwa seseorang yang tidak melakukan kesalahan / tindak pidana tidak
dapat dibebankan sanksi pidana terhadapnya.
• PRESUMTION OF INNOCENCE
“praduga tak bersalah”
Seseorang tidak dapat dinyatakan bersalah apabila belum diputus pengadilan
atau memiliki kekuatan hukum yang sah.

• UNUS TESTIS NULLUS TESTIS


“satu orang saksi bukan saksi”
Dalam suatu pemeriksaan harus ada lebih dari seorang saksi, jika hanya ada
satu saksi saja maka kesaksiannya tidak dapat diterima.

sas Umum dalam Hukum

1. Lex specialis derogat lex generali

“Undang-Undang yang bersifat khusus dapat mengesampingkan Undang-


Undang yang bersifat umum”

Contoh: UU No. 24 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 8


Tahun 2011 Tentang Mahkamah Konstitusi dapat mengesampingkan UU No.
40 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

2. Lex superior derogat lex inferiori

“Undang-Undang yang lebih tinggi dapat mengesampingkan UU yang berada


dibawahnya”

Lihat Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan:

Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
Peraturan Pemerintah;
Peraturan Presiden;
Peraturan Daerah Provinsi; dan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
3. Lex posteori derogat lex priori
“Undang-Undang yang baru dapat mengesampingkan Undang-Undang yang
lama”

Contoh: Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 Tentang Kekuasaan Pokok-Pokok


Kehakiman dapat dikesampingkan oleh Undang-Undang No. 40 Tahun 2009
Tentang Kekuasaan Kehakiman.

4. Ex aequo et bono

“Kelayakan dan kepatutan”

5. Unus testis nullus testis

“Kesaksian satu orang, bukanlah kesaksian”

6. Pacta sunt servanda

“Perjanjian berlaku mengikat untuk ditaati para pembuatnya”

7. Pacta tertes ned norcent ned prosunt

“Perjanjian yang dibuat para pihak, tidak berlaku mengikat bagi pihak ketiga”

8. Nebis in idem

“seseorang tidak dapat diadili untuk kedua kalinya dalam perkara yang sama”

9. Res judicata pro veritate hebertur

“Putusan hakim senantiasa dianggap benar untuk sementara”

10. Ex injuria non oritus ius

“Dari hal melawan hukum tidak menimbulkan hak bagi pelaku”

11. Nullum crimen sine lege


“Perjanjian internasional dapat mengikat pihak ke tiga, apabila isi perjanjian
itu diturunkan/diwahyukan dari hukum kebiasaan internasional dan hukum
maniter internasional”

12. In dubio proreo (Pasal 182 ayat (6) KUHAP)

“Apabila hakim mengalami keraguan dalam menjatuhkan sanksi terhadap


terdakwa, maka hakim menjatuhkan sanksi yang paling meringankan
terdakwa”

13. Audiatur et altera pars / Audi alteram partern

“Pihak lain juga harus di dengar”

14. Asas legalitas (Pasal 1 ayat (1) KUHP) – nullum delictum nula poena sine
praevia lege poenali, mengandung 3 prinsip dasar :

a. Nulla poena sine lege (tiada pidana tanpa undang-undang)

b. Nulla Poena sine crimine (tiada pidana tanpa perbuatan pidana)

c. Nullum crimen sine poena legali (tiada perbuatan pidana tanpa undang-
undang pidana yang terlebih dulu ada).

15. Similia similibus

“Perkara yang sama diputus serupa pula”

16. Cogitationis nemo patitur

“Apa yang dipikir/dibatin tidak dapat dipidana”

17. Vox populi vox Dei

“Suara rakyat suara Tuhan”

18. Lex dura secta mente scripta

“UU itu keras, tetapi sudah ditentukan demikian”


19. Lex niminem cogit ad impossibilia

“UU itu tidak memaksakan seorangpun untuk melakukan sesuatu yang tidak
mungkin / tidak masuk akal untuk dilakukan”

20. Si vis pacem para bellum

“Jika kamu ingin menang bersiaplah untuk perang”

21. Lax agendi lex essendi

“Hukum berbuat adalah hukum keberadaan”

22. ignorantia legis excusat neminem

“Tidak tahu undang-undang tidak merupakan alasan pemaaf”

Anda mungkin juga menyukai