Anda di halaman 1dari 9

Ruang Lingkup dan Hukum Adat sebagai Hukum Dasar Hukum

Tanah Indonesia
Zulfa Rizqiyah (A220180070)
FKIP PPKn UMS
@zlfrzqyh280200@gmail.com

Abstrak

Memperhatikan ketentuan Pasal 5 UUPA dan Penjelasan Umum angka III (1) UUPA
dapat ditarik kesimpulan bahwa : Hukum Agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang
angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional
dan negara. Hukum Adat yang dijadikan Dasar Hukum Tanah Nasional adalah hukum
aslinya golongan rakyat pribumi. Adapun nilai-nilai kearifan lokal hukum adat yang
dijadikan dasar dalam pembangunan Hukum Tanah Nasional, meliputi : konsepsi
hukum adat tentang tanah, asas-asas hukum adat atas tanah, dan lembaga-lembaga
hukum adat yang berkaitan dengan perbuatan hukum di mana tanah sebagai obyeknya.
Kata Kunci : Hukum Agraria, Hukum Tanah, Hukum Adat

a. Penjelasan Umum angka III (1)


b. Pasal 5
A.PENDAHULUAN
c. Penjelasan Pasal 5
Hukum Tanah Nasional disusun
d. Penjelasan Pasal 16;
berdasarkan Hukum Adat tentang tanah
e. Pasal 56 dan secara tidak langsung dalam
dinyatakan dalam konsideran/berpendapat
pasal 58.
Undang-Undang Pokok Agraria (UU Nomor
Dalam Penjelasan Umum angka
5 Tahun 1960). Pernyataan mengenai hukum
III (1) UUPA dinyatakan, bahwa :
adat dalam UUPA dapat kita jumpai dalam:
“Dengan sendirinya Hukum Agraria yang
baru itu harus sesuai dengan dengan mengindahkan unsur-unsur
kesadaranhukum daripada rakyat yang bersandar pada hukum agraria”.
banyak. Oleh karena rakyat Indonesia Dalam Penjelasan Pasal 5 UUPA
sebagian besar tunduk pada hukum dinyatakan, bahwa: “Penegasan bahwa
adat, maka Hukum Agraria baru hukum adat dijadikan dasar dari Hukum
tersebut akan didasarkan pula pada Agraria yang baru. Selanjutnya lihat
ketentuan-ketentuan hukum adat itu. Penjelasan Umum III angka 1”.
Sebagai hukum yang asli, yang Dalam Penjelasan Pasal 16 UUPA
disempurnakan dan disesuaikan dengan dinyatakan, bahwa :”Pasal ini adalah
kepentingan masyarakat dalam negara pelaksanaan daripada ketentuan dalam
yang modern dan dalam hubungannya Pasal 4. Sesuai dengan asas yang
dengan dunia internasional serta diletakkan dalam Pasal 5, bahwa
disesuaikan dengan sosialisme Hukum Pertanahan yang Nasional
Indonesia. Sebagaimana dimaklumi didasarkan atas Hukum Adat, maka
maka hukum adat dalam penentuan hak-hak atas tanah dan air
pertumbuhannya tidak terlepas pula dari dalam pasal ini didasarkan pula asas
pengaruh politik dan masyarakat sistematik dari Hukum Adat. Dalam
kolonial yang kapitalis dan masyarakat pada itu Hak Guna Usaha dan Hak
swapraja yang feudal”. Guna Bangunan diadakan untuk
Dalam Pasal 5 UUPA dinyatakan, memenuhi keperluan masyarakat
bahwa: “Hukum Agraria yang berlaku modern dewasa ini. Perlu kiranya
atas bumi, air dan ruang angkasa ialah ditegaskan, bahwa Hak Guna Usaha
hukum adat, sepanjang tidak bukan hak erfpacht dari Kitab
bertentangan dengan kepentingan UndangUndang Hukum Perdata. Hak Guna
nasional dan negara, yang berdasarkan Bangunan bukan hak opstal. Sejak
atas persatuan bangsa, dengan berlakunya UU Nomor 5 Tahun 1960
sosialisme Indonesia serta dengan tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
peraturan-peraturan yang tercantum Agraria (UUPA) Lembaga erfpacht dan
dalam undang-undang ini (maksudnya : opstal ditiadakan dengan dicabutnya
UUPA) dan dengan peraturan ketentuan-ketentuan dalam Buku II
perundangan lainnya, segala sesuatu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Ketentuan Undang-Undang ini adat yang kemudian diadopsi ke dalam
(Pasal 7 dan 10) tetapi berhubung hukum tanah nasional sebagaimana
dengan keadaan masyarakat sekarang yang diatur menurut UUPA .
ini belum dapat dihapuskan, diberi sifat
sementara dan akan diatur (ayat 1 huruf B.PERMASALAHAN
h jo Pasal 5). Berangkat dari paparan
Dalam Pasal 56 UUPA pendahuluan tersebut di atas, penulis
dinyatakan, bahwa : “Selama Undang- mencoba mengemukakan permasalahan
Undang mengenai Hak Milik sebagai dalam tulisan ini yang akan dibahas
tersebut dalam Pasal 50 ayat (1) belum lebih lanjut, sebagai berikut :
terbentuk, maka yang berlaku adalah 1. Hukum Adat mana yang dijadikan
ketentuan-ketentuan hukum adat Dasar Hukum Tanah Nasional ?
setempat sepanjang tidak bertentangan 2. Apa saja nilai kearifan lokal
dengan jiwa dan hukum adat yang dijadikan Dasar
ketentuan-ketentuan Undang-Undang Hukum Tanah Nasional ?
ini” (maksudnya :UUPA), Dalam Pasal 58
UUPA, tidak menyebut Hukum Adat secara PEMBAHASAN
langsung. Tetapi apa yang disebut peraturan 1. Hukum Adat Yang Dijadikan Dasar
yang tidak tertulis mencakup juga Hukum Hukum Tanah Nasional
Adat. Di dalam lingkungan hukum adat
Sehubungan dengan ketentuan memang terdapat hak-hak subyektif atas
sebagaimana yang tersurat dalam Pasal tanah dari para anggota masyarakat
56 dan 58 UUPA tersebut diatas, persekutuan hukum adat. Hak subyektif
tentunya memunculkan persepsi yang itu bermacam-macam isinya, sampai di
multi tafsir seperti hukum adat yang mana jauh bekerjanya hak subyektif itu
mana dan bagaimana sebagai ketentuan sangat bergantung kepada intensitas
yang mengatur tentang hak-hak atas hubungan antara orang yang
tanah pasca berlakunya UUPA. Oleh bersangkutan dengan tanahnya.
karena itu penulis merasa tertarik untuk Semakin intensif hubungan itu, semakin
menuangkan sebuah tulisan nilai-nilai lemahlah campur tangan hak ulayat
apa saja yang terkandung dalam hokum terhadapnya, tetapi semakin kurang
hubungan itu, maka semakin kuatlah hukumhukum adat setempat, yang diberikan
bekerjanya hak ulayat terhadap tanah oleh penguasa-penguasa pribumi
itu. setempat maupun yang diciptakan oleh
Jadi pada hakekatnya hak ulayat penguasa Hindia Belanda bagi
merupakan kepunyaan bersama para penduduk asli dan orang-orang Timur
warga masyarakat persekutuan hukum Asing. “Hak Milik Adat” itu
adat yang bersangkutan. Tanah ulayat sendiri merupakan terjemahan dari
merupakan peninggalan nenek moyang istilah “Inlands Bezitrecht
atau karunia suatu yang ghaib kepada diperjuangkan oleh Van Vollenhoven
para warga masyarakat persekutuan dalam rangka menghargai adanya
hukum adat sebagai pendukung konsep hak milik yang dikenal di
kehidupan generasi terdahulu, sekarang kalangan kelompok-kelompok
dan yang akan datang. Oleh karena itu penduduk asli di tanah Hindia Belanda.
tanah ulayat wajib dikelola dan Konsepsi Hukum adat atas tanah
dimanfaatkan untuk memenuhi dirumuskan sebagai konsep yang
kebutuhan bersama para warga “Komunalistik Religius” yang
masingmasing dan keluarganya. memungkinkan penguasaan tanah
Untuk itu ada bagian tanah ulayat secara individual dengan hak-hak atas
yang digunakan bersama ada pula tanah yang bersifat pribadi sekaligus
dimungkinkan para warga menguasai mengandung unsur kebersamaan.Sifat
dan menggunakannya bagi pemenuhan komunalisitik menunjuk kepada adanya
kebutuhan masing-masing secara hak bersama para anggota masyarakat
individual. Penggunaan tanah oleh para persekutuan hukum adat atas tanah,
warga tersebut dilandasi berbagai yang dalam kepustakaan hukum disebut
penguasaan yang dalam ilmu hukum hak ulayat. Tanah ulayat merupakan
agraria disebut hak-hak atas tanah. tanah kepunyaan bersama, yang
Istilah Hak Milik Adat diyakini sebagai karunia suatu kekuatan
digunakan untuk menyebut bermacam- ghaib atau peninggalan nenek moyang
macam hak milik atas tanah baik yang kepada kelompok yang merupakan
timbul dari tindakan membuka hutan masyarakat persekutuan hukum adat,
yang diakui dan dijamin dalam sebagai unsur pendukung utama bagi
kehidupan dan penghidupan kelompok hukum yang lain. Tetapi UUPA dalam
tersebut sepanjang masa. Di sinilah Penjelasan Umum III angka 1 di atas
tampak sifat religius atau unsur menghubungkan “Hukum Adat”, yang
keagamaan hubungan hukum antara dalam Konsideran/Berpendapat huruf c
warga masyarakat hukum adat bersama disebut sebagai dasar Hukum Tanah
dengan tanah ulayatnya. Nasional itu, dengan sebagian terbesar
Dengan memperhatikan rakyat Indonesia. Jelas kiranya, bahwa
banyaknya persekutuan masyarakat Hukum Adat yang oleh UUPA
hukum adat yang tersebar di wilayah dijadikan dasar Hukum Tanah Nasional
negara kesatuan Republik Indonesia tersebut bukanlah hukum adatnya
dengan keanekaragamanan budaya dan golongan Timur Asing menurut
tradisinya, sudah barang tentu banyak pengertian Van Vollenhoven juga
pula hukum adat yang berlaku di bumi bukan hukum adat menurut pengertian
persada nusantara ini. Sehingga Kusumadi Pudjosewoyo, melainkan
memunculkan satu pertanyaan urgen, hukum aslinya golongan pribumi.
dari sekian banyak hukum adat yang Sehingga tidak ada alasan untuk
ada di Indonesia maka hukum adat yang meragukan bahwa yang dimaksudkan
mana yang dijadikan dasar Hukum UUPA dengan hukum adat adalah :
Tanah Nasional ? Pertanyaan ini timbul “Hukum aslinya golongan rakyat
karena sebutan Hukum Adat tidak pribumi, yang merupakan hukum yang
selalu dipakai dalam pengertian yang hidup dalam bentuk tidak tertulis dan
sama. C. Van Vollenhoven misalnya mengandung unsur-unsur nasional yang
menyebutkan adanya hukum adat asli, yaitu sifat kemasyarakatan dan
golongan pribumi dan hukum adat kekeluargaan, yang berasaskan serta
golongan Timur Asing diliputi oleh suasana keagamaan”.
Kusumadi Pudjosewojo Mengingat dalam perkembangannya
menggunakan “Hukum adat” Hukum Adat tidaka terbebas dari
sebagai keseluruhan aturanhukum tidak pengaruh-pengaruh dari luar, yaitu
tertulis. Hukum adat dalam pengertian pemikiran-pemikiran masyarakat Barat
ini bukan merupakan bidang hukum yang individualistik-liberal dan
tersendiri di samping bidang-bidang pengaruh masyarakat feodal, yang tidak
sesuai dengan asas-asas tata susunan diadopsi ke dalam hukum tanah
dan semangat masyarakat, maka nasional kita sebagaimana yang diatur
normanorma Hukum Adat yang akan dalam UUPA.
digunakan sebagai dasar pembentukan Dalam rangka membangun
Hukum Tanah Nasional harus Hukum Tanah Nasional, Hukum Adat
dibersihkan dari unsur-unsurnya yang merupakan sumber utama untuk
“asing” harus “sanear” terlebih memperoleh bahan-bahannya, yaitu
dahulu, hingga menjadi murni kembali. berupa : konsepsi, asas-asas, dan
lembaga-lembaga hukumnya, untuk
2. Nilai Kearifan Lokal Hukum Adat dirumuskan menjadi norma-norma
Yang Dijadikan Dasar Hukum Tanah hukum yang tertulis, yang disusun
Nasional menurut sistem Hukum Adat. Hukum
Kearifan lokal adalah segala Tanah baru yang dibentuk dengan
bentuk kebijaksanaan yang didasari menggunakan bahan-bahan dari Hukum
oleh nilai-nilai kebaikan yang Adat, berupa norma-norma hukum yang
dipercaya, diterapkan dan senantiasa dituangkan dalam peraturan ±peraturan
dijaga keberlangsungannya dalam kurun perundang-undangan sebagai hukum
waktu yang cukup lama (secara turun yang tertulis, merupakan Hukum tanah
temurun) oleh sekelompok orang dalam Nasional positif yang tertulis, dan
lingkungan atau wilayah tertentun yang UUPA merupakan hasil yang pertama.
menjadi tempat tinggal mereka. a. Konsepsi Hukum Adat Dalam
Sehubungan dengan kearifan lokal yang Hukum Tanah Nasional
terkandung hukum adat yang berkaitan Konsepsi yang mendasari Hukum
dengan hak-hak atas tanah bagi suatu tanah Nasional adalah konsepsinya
masyarakat hukum adat ternyata Hukum Adat, yaitu konsepsi yang
memiliki nilai yang sama bagi hukum komunalistik religius, yang
adat dari masyarakat adat yang lainnya memungkinkan penguasaan tanah
dalam wilayah Negara kesatuan secara individual, dengan hak-hak atas
Republik Indonesia. Nilai-nilai kearifan tanah yang bersifat pribadi, sekaligus
lokal yang terkandung dalam hukum mengandung unsur kebersamaan. Sifat
adat-hukum adat itulah yang kemudian komunalisitk religius dari konsepsi
Hukum Tanah Nasional ditunjukkan pribadi, sekaligus mengandung unsur
oleh Pasal 1 ayat (2) UUPA, yang kebersamaan.
menyatakan bahwa: “Seluruh bumi, air Unsur kebersamaan tersebut
dan ruang angkasa, termasuk kekayaan dalam Pasal 6 UUPA dirumuskan
alam yang terkandung di dalamnya dengan kata-kata “semua ha katas tanah
dalam wilayah Republik Indonesia, mempunyai fungsi social.
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa,
adalah bumi, air, dan ruang angkasa b. Asas-Asas Hukum Adat Dalam
bangsa Indonesia dan merupakan Hukum Tanah Nasional
kekayaan nasional”. Asas-asas Hukum Adat yang
Apabila dalam Hukum Adat digunakan dalam Hukum Tanah
Tanah Ulayat merupakan tanah bersama Nasional antara lain adalah asas
para warga masyarakat hukum adat religiusitas (Pasal 1 UUPA), asas
yang bersangkutan, maka dalam rangka kebangsaan (Pasal 1, 2, dan 9 UUPA),
Hukum Tanah Nasional semua tanah asas demokrasi (Pasal 9 UUPA), asas
dalam wilayah negara kita adalah tanah kemasyarakatan, pemerataan dan
bersama rakyat Indonesia, yang telah keadilan sosial (Pasal 6, 7, 10, 11 dan
bersatu menjadi bangsa Indonesia. 13 UUPA), asas penggunaan dan
Unsur religius dari konsepsi ini pemeliharaan tanah secara berencana
ditunjukkan oleh pernyataan, bahwa : (Pasal 14 dan 15 UUPA), serta asas
“bumi, air, dan ruang angkasa pemisahan horizontal tanah dengan
Indonesia, termasuk kekayaan alam bangunan dan tanaman yang ada di
yang terkandung di dalamnya, atasnya.
merupakan karunia Tuhan Yang Maha Adapun salah satu lembaga
Esa kepada bangsa Indonesia”. hukum adat yang dimaksud adalah
Dalam rangka Hukum Tanah lembaga jual beli tanah. Dalam
Nasional, dimungkinkan para warga perkembangannya lembaga jual beli
negara Indonesia masing-masing tanah mengalami modernisasi dan
menguasai bagian-bagian dari tanah penyesuaian, tanpa mengubah
bersama tersebut secara individual hakekatnya sebagai perbuatan hukum
dengan hak-hak atas tanah yang bersifat pemindahan hak atas tanah dengan
pembayaran harganya secara tunai, serta kepribadian Indonesia dari
sifat dan cirinya sebagai perbuatan yang lembagalembaga hukum yang
riil danterang, jual beli tersebut harus bersangkutan.
dibuktikan dengan suatu akta yang
dibuat oleh seorang Pejabat Pembuat D. KESIMPULAN
Akta tanah (PPAT). Sutau perubahan Bahwa Hukum Adat yang
yang bertujuan untuk meningkatkan dijadikan Dasar Hukum Tanah Nasional
mutu alat bukti perbuatan hukum yang adalah hukum aslinya golongan rakyat
dilakukan, yang menurut Hukum pribumi yang merupakan hukum yang
Adatnya masyarakat yang terbatas pada hidup dalam bentuk tidak tertulis dan
lingkup personal dan teritorialnya, mengandung unsur-unsur nasional yang
cukup dibuatkan aktanya oleh penjual asli, yaitu sifat kemasyarakatan dan
sendiri dan diketahui oleh Kepadal kekeluargaan, yang berasaskan serta
Desa/Adat. diliputi oleh suasana keagamaan, yang
c. Lembaga-Lembaga Hukum telah dibersihkan dari unsur-unsur yang
Adat Dalam Hukum Tanah “asing” dan di “saneer” terlebih dahulu.
Nasional Adapun nilai-nilai kearifan lokal
Lembaga-lembaga hukum yang hukum adat yang dijadikan dasar dalam
dikenal dalam Hukum Adat umumnya pembangunan Hukum Tanah Nasional,
adalah lembaga-lembaga yang meliputi : konsepsi hukum adat tentang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tanah, asas-asas hukum adat atas tanah,
masyarakat yang masih sederhana. Oleh dan lembaga-lembaga hukum adat yang
karena itu lembaga-lembaga yang berkaitan dengan perbuatan hukum di
diambil dalam membangun Hukum mana tanah sebagai obyeknya.
Tanah Nasional kalau perlu
disempurnakan dan disesuaikan dengan
kebutuhan zaman dan perubahan DAFTAR PUSTAKA
masyarakat yang akan dilayaninya.
Tetapi penyempurnaan dan penyesuaian Dijk, van(1964)., Pengantar Hukum Adat
tersebut tidak mengubah hakekat serta Indonesia, Terjemahan Soehardi,
tanpa menghilangkan sifat dan ciri Sumur, bandung.
Haar, B. Ter (1999)., Asas-Asas Dan
Susunan Hukum Adat, Diterjemahkan
oleh K. Ng. Soebakti Poesponoto,
Pradna Paramita, Jakarta.
Pelaksanaannya, Jilid 1 Hukum Tanah
Nasional, Djambatan, Jakarta
Rajagukguk, Maria r (1998)., Penghancuran
Hak Masyarakat Adat Atas Tanah,
Sistem Penguasaan tanah, Sengketa
Dan Politik Hukum Agraria,
Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)
Bekerja sama dengan INPICT-Bandung
Ruchiyat, Eddy (1986), Politik Pertanahan
Sebelum dan Sesudah Berlakunya
Undang-Undang Pokok Agraria,
Alumni Bandung.
Soetiknjo, Iman (1994)., Politik Agraroria
Nasional : Hubungan Manusia dengan
Tanah yang berdasarkan Pancasila,
Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai