(interpretation of constitutions)
I Dewa Gede Albert H Y Chen
Atamadja (2015) (2000)
Penafsiran
terhadap
Upaya untuk
ketentuan-
memberikan arti
ketentuan dalam
yang dipandang
konstitusi atau
tepat terhadap
undang-undang
pasalpasal dari
dasar, atau
Konstitusi.
interpretation of
the Basic Law.
PENGERTIAN PENAFSIRAN KONSTITUSI
Bagaimana konstitusi
dapat diterapkan dalam Interpretasi konstitusi
perkebangan adalah subyek bagi
ketatanegaran, utamanya
dalam memberikan mereka yang
jawaban mengenai
makna konstitusi dalam
mempelajari
penerapannya apabila bagaimana konstitusi
terjadi perbedaan dalam
memaknai konstutusi
dapat diterapkan.
DIMENSI PENAFSIRAN KONSTITUSI
1. Teks dan Struktur Konstitusi
2. Maksud Perancang atau Pembuat
Konstitusi.
3. Putusan Hakim Terdahulu
4. Konsekwensi Sosial, Politik, dan Ekonomi
dari Suatu Penafsiran Alternatif.
5. Hukum Alam Dipandang sebagai Hukum
Teretinggi yang bersumber dari Hukum
Tuhan.
ALIRAN PENAFSIRAN KONSTITUSI
1. Penafsiran Penafsiran
Gramatikal (bahasa). Gramatikal (bahasa).
2. Penafsiran Historis Memberi arti suatu aturan
(sejarah). hukum dari kata-katanya,
3. Penafsiran berdasarkan pemakaian
Sistematis, dan bahasa sehari-hari, atau
4. Penafsiran pemakaian bahasa secara
Teleologis/Sosiologis. teknis yuridis.
METODE PENAFSIRAN KONSTITUSI
Menurut I Dewa Gede Atamadja (2015)
Penafsiran Penafsiran Sejarah UU.
Sejarah Hukum Hakim mengartikan pasal UU
Hakim memberi melalui risalah pembahasan
arti aturan hukum dan perdebatan saat
menyusun UU tersebut. Misal
dari perkembangan : Pembahasan dan
lembaga hukum perdebatannya di DPR serta
dan figur hukum keterangan dan pandangan
(pranata hukum. pemerintah.
METODE PENAFSIRAN KONSTITUSI
Menurut I Dewa Gede Atamadja (2015)
Penafsiran Penafsiran
Teleologis/Sosiologis
Sistematis
Hakim memberi arti
Hakim suatu aturan hukum
mengartikan satu berdasar tujuan
pasal prundang- kemasyarakatan yang
undangan dengan ditetapkan pembentuk
mengaitkannya UU dengan
memperhatikan keadaan
pasal-pasal lain masyarakat ketika
dalam kerangka pearaturan itu
satu tata hukum. ditetapkan.
METODE INTERPRETASI HUKUM
Menurut SIDHARTA (dalam Atmadja, 2015)
Mengenukakan Metode Interpretasi
berdasarkan Perkembangan Penalaran
Hukum. Teori ini Bisa Pula untuk Kajian
Teori Interpretasi atau Penafsiran
Konstitusi.
1. Interpretasi 5.Interpretasi Historis
Gramatikal (Obyektif). (Subyektif).
2. Interpretas Otentik 6.Interpretasi Kompa-
3. Interpretasi ratif
Teleologis/Sosiologis. 7.Interpretasi Futuristik
4. Interpretasi Sistematis 8.Interpretasi Restriktif
(Logis). 9.Interpretasi Ekstensif
METODE INTERPRETASI HUKUM
Menurut SIDHARTA (dalam Atmadja, 2015)
Interpretasi Gramatikal (Obyektif)
Penafsiran menurut bahasa dengan melihat definisi
leksikalnya. Misal: “Menggelapkan barang” (KUHP).
Diartikan menghilangkan atau mencuri barang yang
diamantakan padanya.
Interpretasi
Interpretas Otentik Teleologis
Penafsiran berdasarkan
batasan yang diatur dalam (Sosiologis)
peraturan itu sendiri. Biasanya Penafsiran berdasarkan tujuan
dimuat dalam penjelasan pasal kemasyarakatan/ Misal: KUHP
atau ketentuan umum. Misal: mengenai mempertunjukkan
“penidik” (KUHAP), polisi serta alat kontrasepsi (Pasal 534),
PNS yang diberi kewenangan. mengalami dekriminalis demi
tujuan sosiologi KB.
METODE INTERPRETASI HUKUM
Menurut SIDHARTA (dalam Atmadja, 2015)
Interpretasi Sistematis (Logis)
Penafsiran dengan mengaitkan satu partauran
dengan peraturan lainnya. Misal: Ketentuan
pengakuan anak dalam HUH Perdata dimaknai sejalan
dengan Pasal 278 KUHP.
Interpretasi Historis Interpretasi
(Subyektif) Komparatif
Penafsiran dengan melihat latar Penafsiran dengan cara
membandingkan peaturan pada
belakang sejarah kukum
suatu sistem hukum dengan sistem
perumusan peraturan dimaksud.
hukum lainnya. Misal: Syarat
Misalnya: Kata Indonesia asli gugagatan kelompok pada UU.
dalam UUD 1945 sebelemu Perlindunga Konsumen (Pasal 46),
amandemen, mengacu pada dengan syarat-syarat class actin
pemikiran dalam Sidang BPUPKI menurut US Federal Rule of Civil
dan PPKI pada tahun 1945. Procedur.
METODE INTERPRETASI HUKUM
Menurut SIDHARTA (dalam Atmadja, 2015)
Interpretasi Futuristis (Antisipatif)
Fenafsiran mengacu pada rumusan RUU (yang dicita-
citakan). Misal: Delik “pencurian” atas informasi
elektronik/internet yang masih berupa rumusan RUU
dijadikan sebagai sumber hukum.
Interpretasi Interpretasi
Restriktif Ekstensif
Penafsiran dengan membatasi Penafsiran dengan memperluas
cakupan suatu ketentuan. cakupan suatu ketentuan.
Misal: Istilah “tetangga” (Pasal Misal: Istilah “tetangga” (Pasal
666 KUH Perdata), harus 666 KUH Perdata), tidak harus
bersatus pemilik rumah di bersatus pemilik, bisa
sebelah tempat tinggal penyewa, rumah di sebelah
seseorang. tempat tinggal seseorang.
METODE PENAFSIRAN KONSTITUSI
Penafsiran
MENURUT EDGER Dibedakan secara
BODENHEIMER (1970)
Dikotomis:
1. Teori Penafsiran Historis (Theory of
historical interpretation), dan 2. Teori
Penafsiran Kontemporer
Teori Penafsiran Teori Penafsiran
(Contemporaneus interpretation).
Kontemporer
Historis
(Theory of historical (Contemporaneus
interpretation). Penafsiran
interpretation)
ketentuan konstitusi mengikuti
Penafsiran ketentuan konstitusi perkembangan kontemporer sosial
berdasarkan makna atau arti saat ekonomi dalam masyarakat, agar
konstitusi tersebut dibuat/ditetapkan. konstitusinya tetap bertahan
Misal : Negro di AS (1787) tidak mengikiti perkembangan jaman.
dianggap sebaga Warganegara
(imperior), meski kemudian opini
berubah, namun hakim tidak boleh
Penafsiran:
penafsirannya menjadi liberal. ORGANIS & NON
METODE PENAFSIRAN
KONSTITUSI
MENURUT JIMLY ASSHIDDIQIE (1998)
Teori dan atau Aliran Penafsiran Teori Realisme Hukum
Konstitusi Berdasarkan
Penafsiran disesuaikan dengan
Pengalaman Konstitusi Amerika
tujuan hukum, yaitu keadilan,
Serikat:
kepastian hukum, dan
1. Teori Formalisme kemanfaatan hukum. Sesuai
(Instrumentalisme) dengan penafsiran
2. Teori Realisme Hukum Teleleologis.
3. Teori Post Realis
Teori Post Realis
Penafsiran konstitusi
Teori Formalisme menurut ata disesuaikan
(Instrumentalisme) dengan perkembangan ilmu
Penafsiran menurut bunyi dan teknologi. Sesuai dengan
teks konstitusi. Sama dengan penafsiran Non Formal
penafsiran legalistik formal Legalistik.