Anda di halaman 1dari 18

PENAFSIRAN KONSTITUSI

(interpretation of constitutions)

MK TEORI & HUKUM KOSTITUSI


Pengampu : Achmad Muthali’in
PROGDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) SEMESTER IV
FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PENGERTIAN PENAFSIRAN KONSTITUSI

I Dewa Gede  Albert H Y Chen 
Atamadja (2015) (2000)
Penafsiran
terhadap
Upaya untuk 
ketentuan-
memberikan arti 
ketentuan dalam
yang dipandang 
konstitusi atau
tepat terhadap 
undang-undang
pasal­pasal dari 
dasar, atau
Konstitusi.
interpretation of
the Basic Law.
PENGERTIAN PENAFSIRAN KONSTITUSI

C. F. STRONG PHILIP BOBITT

Bagaimana konstitusi
dapat diterapkan dalam Interpretasi konstitusi
perkebangan adalah subyek bagi
ketatanegaran, utamanya
dalam memberikan mereka yang
jawaban mengenai
makna konstitusi dalam
mempelajari
penerapannya apabila bagaimana konstitusi
terjadi perbedaan dalam
memaknai konstutusi
dapat diterapkan.
DIMENSI PENAFSIRAN KONSTITUSI

PHILIP BOBITT TERENCE BALL


Dimensi atau tugas
Dimensi Penafsiran
pada Penerapan
penafsiran
konstitusi: konstitusi tidak
1. Oleh para pejabat hanya dari :
yang berwenang 1. Sajana hukum,
melaksanakan 2. Pengacara,
Konstitusi, dan 3. Hakim,  akan
2. Analisis akademik da- tetapi juga oleh
lam dunia pendidi- 4. Warga masyarakat
kan/perkuliahan
biasa
SUMBER PEMANDU PENAFSIRAN KONSTITUSI
Menurut I Dewa Gede Atamadja (2015)

1. Teks dan Struktur Konstitusi 
2. Maksud Perancang atau Pembuat 
Konstitusi.
3. Putusan Hakim Terdahulu
4. Konsekwensi Sosial, Politik, dan Ekonomi 
dari Suatu Penafsiran Alternatif.
5. Hukum Alam Dipandang sebagai Hukum 
Teretinggi yang bersumber dari Hukum 
Tuhan.
ALIRAN PENAFSIRAN KONSTITUSI

Originalism & Non Originalism


Originalism : Non Originalism :
Prinsip penafsiran Prinsip penafsiran yang
mencoba mencari tahu
yang mencoba makna konstitusi
untuk mencari tahu berdasarkan kondisi pada
atau maksud saat itu, obyeknya bukan
hanya teks akan tetapi
berdasarkan subyek yang melakukan
makna asli dari interpretasi melihat
perumus konstitusi. keadaan pada saat itu.
PENAFSIRAN KONSTITUSI ORGINALISM
√ Istilah ini secara umum digunakan sejak
Tahun 1980-an,
√ Diperkenalkan oleh Paulus Brest.
√ Sebelumnya istilahnya interpretivism
merujuk pada aliran yang mencoba
mencari makna dari teks konstitusi atau
dari maksud perumusnya.
√ Istilah orginalism yang digunakan untuk
penafsiran konstitusi, bahkan menolak
disebut sebagai interpretivism.
√ Aliran originalism juga sering
dipersamakan dengan strict
PENAFSIRAN KONSTITUSI NON ORGINALISM

₪ Non-originalism sering disebut sebagai


aliran yang menganggap konstitusi
memiliki makna yang dinamis atau sering
disebut sebagai “living constitution”.
₪ Non-originalism melihat konstitusi dari 2
hal penting. Pertama : Pedangan
Pragmatis, berpendapat bahwa
menafsirankan konstitusi sesuai dengan
makna asli sesuai dengan rumusan dan
kondisi pada saat konstitusi dibentuk tidak
dapat diterapkan untuk memberikan
jawaban terhadap permasalahan yang
terjadi saat ini. Kedua, yang berkaitan
ALIRAN PENAFSIRAN KONSTITUSI
DI AMERIKA SERIKAT (Atamadja, 2015)
:

1. Aliran Originalisme atau Aliran Kontekstualisme


Fundamentalisme Penafsiran dengan
mengutamakan nilai-nilai
2. Aliran Kontekstualisme fundamental yang terkandung
3. Aliran (Ke Arah) dalam teks konstitusi dengan
Konvergensi mengaitkan dengan nilai-nilai
moral konvensional.
Aliran Originalisme atau
Fundamentalisme
Aliran (Ke Arah) Konvergensi
Penafsirkan ketentuan konstitusi
secara harfiah, makna secara Jalan tengah antara aliran
bahasa dari teksnya. Hakim Originalisme dengan
Kontekstualisme. Seseorang
dituntut mengartikannya
diberi kesempatan menafsirkan
teksnya secara implisit sesuai
konstitusi sesuai dengan hak-hak
maksud para perumus
dasarnya yang dijamin konstitusi.
konstitusi.
METODE PENAFSIRAN KONSTITUSI
Menurut I Dewa Gede Atamadja (2015)
Metode Dominan (umum) Dilakukan oleh Hakim
dalam untuk Menafsirkan Peraturan Perundang-
undangan, teramasuk Konstitusi.

1. Penafsiran Penafsiran
Gramatikal (bahasa). Gramatikal (bahasa).
2. Penafsiran Historis Memberi arti suatu aturan
(sejarah). hukum dari kata-katanya,
3. Penafsiran berdasarkan pemakaian
Sistematis, dan bahasa sehari-hari, atau
4. Penafsiran pemakaian bahasa secara
Teleologis/Sosiologis. teknis yuridis.
METODE PENAFSIRAN KONSTITUSI
Menurut I Dewa Gede Atamadja (2015)

Penafsiran Historis (sejarah)


Dibedakan Menjadi Fenafisiran Sejarah Hukum &
Penafsiran Sejarah UU

Penafsiran  Penafsiran Sejarah UU.
Sejarah Hukum Hakim mengartikan pasal UU
Hakim memberi melalui risalah pembahasan
arti aturan hukum dan perdebatan saat
menyusun UU tersebut. Misal
dari perkembangan : Pembahasan dan
lembaga hukum perdebatannya di DPR serta
dan figur hukum keterangan dan pandangan
(pranata hukum. pemerintah.
METODE PENAFSIRAN KONSTITUSI
Menurut I Dewa Gede Atamadja (2015)

Penafsiran Penafsiran
Teleologis/Sosiologis
Sistematis
Hakim memberi arti
Hakim suatu aturan hukum
mengartikan satu berdasar tujuan
pasal prundang- kemasyarakatan yang
undangan dengan ditetapkan pembentuk
mengaitkannya UU dengan
memperhatikan keadaan
pasal-pasal lain masyarakat ketika
dalam kerangka pearaturan itu
satu tata hukum. ditetapkan.
METODE INTERPRETASI HUKUM
Menurut SIDHARTA (dalam Atmadja, 2015)
Mengenukakan Metode Interpretasi
berdasarkan Perkembangan Penalaran
Hukum. Teori ini Bisa Pula untuk Kajian
Teori Interpretasi atau Penafsiran
Konstitusi.
1. Interpretasi 5.Interpretasi Historis
Gramatikal (Obyektif). (Subyektif).
2. Interpretas Otentik 6.Interpretasi Kompa-
3. Interpretasi ratif
Teleologis/Sosiologis. 7.Interpretasi Futuristik
4. Interpretasi Sistematis 8.Interpretasi Restriktif
(Logis). 9.Interpretasi Ekstensif
METODE INTERPRETASI HUKUM
Menurut SIDHARTA (dalam Atmadja, 2015)
Interpretasi Gramatikal (Obyektif)
Penafsiran menurut bahasa dengan melihat definisi
leksikalnya. Misal: “Menggelapkan barang” (KUHP).
Diartikan menghilangkan atau mencuri barang yang
diamantakan padanya.
Interpretasi
Interpretas Otentik Teleologis
Penafsiran berdasarkan
batasan yang diatur dalam (Sosiologis)
peraturan itu sendiri. Biasanya Penafsiran berdasarkan tujuan
dimuat dalam penjelasan pasal kemasyarakatan/ Misal: KUHP
atau ketentuan umum. Misal: mengenai mempertunjukkan
“penidik” (KUHAP), polisi serta alat kontrasepsi (Pasal 534),
PNS yang diberi kewenangan. mengalami dekriminalis demi
tujuan sosiologi KB.
METODE INTERPRETASI HUKUM
Menurut SIDHARTA (dalam Atmadja, 2015)
Interpretasi Sistematis (Logis)
Penafsiran dengan mengaitkan satu partauran
dengan peraturan lainnya. Misal: Ketentuan
pengakuan anak dalam HUH Perdata dimaknai sejalan
dengan Pasal 278 KUHP.
Interpretasi Historis Interpretasi
(Subyektif) Komparatif
Penafsiran dengan melihat latar Penafsiran dengan cara
membandingkan peaturan pada
belakang sejarah kukum
suatu sistem hukum dengan sistem
perumusan peraturan dimaksud.
hukum lainnya. Misal: Syarat
Misalnya: Kata Indonesia asli gugagatan kelompok pada UU.
dalam UUD 1945 sebelemu Perlindunga Konsumen (Pasal 46),
amandemen, mengacu pada dengan syarat-syarat class actin
pemikiran dalam Sidang BPUPKI menurut US Federal Rule of Civil
dan PPKI pada tahun 1945. Procedur.
METODE INTERPRETASI HUKUM
Menurut SIDHARTA (dalam Atmadja, 2015)
Interpretasi Futuristis (Antisipatif)
Fenafsiran mengacu pada rumusan RUU (yang dicita-
citakan). Misal: Delik “pencurian” atas informasi
elektronik/internet yang masih berupa rumusan RUU
dijadikan sebagai sumber hukum.
Interpretasi Interpretasi
Restriktif Ekstensif
Penafsiran dengan membatasi Penafsiran dengan memperluas
cakupan suatu ketentuan. cakupan suatu ketentuan.
Misal: Istilah “tetangga” (Pasal Misal: Istilah “tetangga” (Pasal
666 KUH Perdata), harus 666 KUH Perdata), tidak harus
bersatus pemilik rumah di bersatus pemilik, bisa
sebelah tempat tinggal penyewa, rumah di sebelah
seseorang. tempat tinggal seseorang.
METODE PENAFSIRAN KONSTITUSI
Penafsiran
MENURUT EDGER Dibedakan secara
BODENHEIMER (1970)
Dikotomis:
1. Teori Penafsiran Historis (Theory of
historical interpretation), dan 2. Teori
Penafsiran Kontemporer
Teori Penafsiran Teori Penafsiran
(Contemporaneus interpretation).
Kontemporer
Historis
(Theory of historical (Contemporaneus
interpretation). Penafsiran
interpretation)
ketentuan konstitusi mengikuti
Penafsiran ketentuan konstitusi perkembangan kontemporer sosial
berdasarkan makna atau arti saat ekonomi dalam masyarakat, agar
konstitusi tersebut dibuat/ditetapkan. konstitusinya tetap bertahan
Misal : Negro di AS (1787) tidak mengikiti perkembangan jaman.
dianggap sebaga Warganegara
(imperior), meski kemudian opini
berubah, namun hakim tidak boleh
Penafsiran:
penafsirannya menjadi liberal. ORGANIS & NON
METODE PENAFSIRAN
KONSTITUSI
MENURUT JIMLY ASSHIDDIQIE (1998)
Teori dan atau Aliran Penafsiran Teori Realisme Hukum
Konstitusi Berdasarkan
Penafsiran disesuaikan dengan
Pengalaman Konstitusi Amerika
tujuan hukum, yaitu keadilan,
Serikat:
kepastian hukum, dan
1. Teori Formalisme kemanfaatan hukum. Sesuai
(Instrumentalisme) dengan penafsiran
2. Teori Realisme Hukum Teleleologis.
3. Teori Post Realis
Teori Post Realis
Penafsiran konstitusi
Teori Formalisme menurut ata disesuaikan
(Instrumentalisme) dengan perkembangan ilmu
Penafsiran menurut bunyi dan teknologi. Sesuai dengan
teks konstitusi. Sama dengan penafsiran Non Formal
penafsiran legalistik formal Legalistik.

Anda mungkin juga menyukai