20200210100088
Resume Pertemuan 10
A.Pengantar.
Penafsiran atau interpretasi peraturan undang-undang ialah mencari dan menetapkan pengertian
atas dalil-dalil yang tercantum dalam undang-undang sesuai dengan yang dikehendaki serta yang
dimaksud oleh pembuat undang-undang.
Cara penafsiran:
Dalam pengertian subyektif, apabila ditafsirkan seperti yang dikehendaki oleh pembuat undang-
undang. dalam pengertjan obyektif, apabila Penafsirannya lepas dan pada pendapat pembuat
undang-undang dan sesuai dengan adat bahasa sehari-hari.
Dalam pengertian sempit (restriktif yakni apabila dalil yang ditafsirkan diberi pengertian yang
sangat dibatasi misalnya mata uang (pasal 1756 KUH Perdata) Pengertiannya hanya uang logam saja
dan barang diartikan benda yang dapat dilihat dan diraba saja. Dalam pengerti secara luas
(ekstentif), ialah apabila dalil yang ditafsjrkan diberi pengertian seluas-luasnya.
1. Tata bahasa dan arti kata-kata / istilah (grammaticale interpretatie, taalkundige interpretatie).
Pembuat undang-undang tidak menetapkan suatu sistem tertentu yang harus di jadikan pedoman
bagi hakim dalam menafsirkan undang-undang.Oleh karena itu hakim bebas dalam melakukan
penafsiran.
Sedapat mungkin semua metode penafsiran supaya dilakukan, agar didapat makna-makna yang
tepat. Apabija semua metode tersebut tidak menghasilkan makna yang sama, maka wajib diambil
metode penafsiran yang membawa keadilan setinggi-tingginya karena memang keadilan itulah yang
dijadikan sasaran pembuat undang-undang pada waktu mewujudkan undang-undang yang
bersangkutan.
Berdasarkan sumbernya penafsiran Bersifat:
a. Otentik,Ialah penafsiran yang seperti diberikan oleh pembuat undang-undang seperti yang di
lampirkan pada undang-undang sebagai penjelas.Penafsiran ini mengikat umum.
b. Doktrinair,Ialah penafsiran yang didapat dalam buku-buku dan hasil-hasil karya karya para
ahli.hakim tidak terikat karena penafsiran ini hanya memiliki nilai teoretis.
Penafsiran undang-undang secara tata bahasa (grammatical), yaitu suatu cara penafsiran undang-
undang menurut arti perkataan (istilah) yang terdapat dalam undang-undang yang bertitik tolak
pada arti perkataan-perkataan dalam hubungannya satu sama lain dalam kalimat-kalimat yang
dipakai dalam undang-undang.
Penafsiran ini memperhatikan susunan yang berhubungan dengan bunyi pasal-pasal lainnya baik
dalam undang-undang itu maupun undang –undang lainnya. Dengan penafsiran itu orang dapat
memperoleh gambaran atau pandangan yang luas dan jelas tentang arti suatu perkataan dalam
undang-undang seluruhnya.
Penafsiran undang-undang secara historis adalah menafsirkan undang-undang dengan cara melihat
sejarah terjadinya suatu undang-undang itu dibuat.
Penafsiran secara sosiologis adalah suatu penafsiran yang dilakukan dengan jalan mencari maksud
atau tujuan pembuatan undang-undang di dalam masyarakat. Apabila suatu peraturan perundang-
undangan telah ditetapkan pada waktu pola kehidupan dan aliran-aliran berlainan sekali dengan
paham yang ada dalam masyarakat sekarang, itu harus dilakukan penafsiran secara sosiologis.
Penafsiran undang-undang secara autentik merupakan suatu penafsiran resmi yang diberikan oleh
pembuat undang-undang. Misalnya dalam Bab 9 buku 1 KUH Pidana disebutkan bahwa pembuat
undang-undang telah memberikan penejelasan secara resmi atau autentik arti dari beberapa
sebutan dalam KUH Pidana.
Penafsiran undang-undang secara ekstensif adalah suatu penafsiran yang dilakukan dengan cara
memperluas arti kata-kata yang terdapat dalam peraturan undang-undang sehingga suatu peristiwa
dapat dimasukkan ke dalam, misalnya “aliran listrik” termasuk juga atau disamakan dengan “benda”.
Penafsiran undang-undang secara restriktif adalah suatu penafsiran undang-undang yang dilakukan
dengan cara membatasi atau mempersempit arti kata-kata yang terdapat dalam peraturan undang-
undang.
Penafsiran undang-undang secara analogis adalah suatu penafsiran undang-undang yang dilakukan
dengan cara memberikan kias atau ibarat pada kata-kata yang terdapat dalam undang-undang
sesuai dengan asas hukumnya. Dengan demikan suatu peristiwa yang sebenarnya tidak dapat
dimasukkan, lalu dianggap atau diibaratkan sesuai dengan bunyi peraturan tersebut