HUKUM
Disusun oleh:
MEIDIANA SUGIANTO
043637615
Jawab:
Jawab:
b) Penafsiran historis/orisinal
Merupakan bentuk atau metode penafsiran konstitusi yang didasrkan
pada Sejarah konstitusi atau undang-undang itu dibahas,dibentuk,
diadopsi atau diratifikasi oleh pembentuknya atau ditandatangani institusi
yang berwenang.
c) Penafsiran doctrinal
Merupakan metode penafsiran yang dilakukan dengan cara memahami
aturan undang-undang melalui system presden atau melalui praktik
keadilan.
d) Penafsiran prudensial
Merupakan metode penafsiran yang dilakukan dengan cara mencari
keseimbangan antara biaya-biaya yang harus dikeluarkan dan
keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari penerapan suatu aturan atau
undang-undang tertentu.
e) Penafsiran structural
Merupakan metode penafsiran yang dilakukan dengan cara mengaitkan
aturan dalam undang-undang dengan konstitusi atau undang-undang
dasar yang mengatur tentang struktur -struktur ketatanegaraan.
f) Penafsiran etikal
Merupakan metode penafsiran yang dilakukan dengan cara menurunkan
prinsip-prinsip moral dan etik sebagaimana terdapat dalam konstitusi atau
undang-undang dasar.
3. sebutkan dan jelaskan mengapa dalam penggunaan teori legislatif tidak selalu
senantiasa berdasarkan cara berpikir secara legalisme?
Jawab:
4. sebutkan dan jelaskan tiga hal yang harus diperhatikan oleh seorang hakim
ketika melakukan penafsiran terhadap undang-undang?
Jawab:
Ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh seorang hakim ketika melakukan
penafsiran terhadap undang-undang diantaranya ialah:
Jawab:
Obiter dicta merupakan pendapat atau komentar hakim yang tidak merupakan
dari pokok perkara, namun dapat menjadi panduan atau referensi di masa
depan. Selain itu terdapat pertimbangan yang harus diperhatikan oleh hakim
yaitu:
Kepastian hukum
Hakim harus memastikan bahwa obiter dicta yang disampaikan tetap
sesuai dengan hukum yang berlaku dan tidak menimbulkan kerancuan
dalam penerapan hukum di masa mendatang.
Keadilan
obiter dicta harus memperhatikan aspek keadilan bagi semua pihak yang
terlibat.
Kewaspadaan
Hakim perlu berhati-hati dalam menyampaikan obiter dicta, mengingat
sifatnya yang bukan bagian dari inti perkara. Hal ini untuk menghindari
penafsiran yang keliru di kemudian hari.
Referensi
Daryono, Triyanto, & Gumbira, S. W. (2022). HKUM4401 3 SKS/ MODUL 1-9 INTERPRETASI DAN
PENALARAN HUKUM. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.
Khalid, A. (2014). PENAFSIRAN HUKUM OLEH HAKIM DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA. Neliti.
Sucipto, P. (2015, Mei 15). Bagaimana Menafsir Peraturan? Retrieved from Sekertariat Kabinet:
https://setkab.go.id/bagaimana-menafsir-peraturan/
Referensi Perundang-undangan
PUTUSAN MK Nomor 90/PUU-XVIII/2020