Disusun Oleh:
NIM : 1720110075
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penafsiran hukum kegiatan yang dilakukan oleh ahli hukum atau pengadilan
dalam memberikan kesan atau makna dari suatu norma hukum. Setiap peraturan
perundang-undangan bersifat abstrak dan pasif. Abstrak karena sifatnya umum, dan
pasif karena tidak menimbulkan akibat hukum kalau tidak terjadi peristiwa konkret.
Peraturan yang bersifat abstrak itu memerlukan rangsangan agar dapat aktif. Oleh
karena itu, setiap ketentuan perundang-undangan perlu dijelaskan, perlu ditafsirkan
terlebih dahulu untuk dapat diterapkan pada peristiwanya. Bahkan teks undang-
undang itu tidak pernah jelas dan selalu membutuhkan penafsiran. Pihak yang
mengatakan bahwa teks undang-undang sudah sangat jelas, sehingga tidak
membutuhkan interpretasi lagi, sebenarnya yang menyatakan demikian, sudah
melakukan interpretasi sendiri. Pernyataannya tentang jelasnya teks, sudah merupakan
hasil interpretasinya terhadap teks tersebut. Penafsiran merupakan salah satu metode
penemuan hukum yang memberi penjelasan yang gamblang mengenai teks undang-
undang agar ruang lingkup kaidah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa
tertentu. Penafsiran merupakan metode untuk memahami makna yang terkandung di
dalam teks-teks hukum untuk dipakai menyelesaikan kasus-kasus atau mengambil
keputusan atas hal-hal yang dihadapi secara konkret. Pada bidang hukum tata negara,
penafsiran dalam hal ini judicial interpretation (penafsiran oleh hakim), juga dapat
berfungsi sebagai metode perubahan konstitusi dalam arti menambah, mengurangi,
atau memperbaiki makna yang terdapat dalam suatu teks Undang Undang Dasar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penafsiran dalam HTN?
2. Apa saja macam-macam penafsiran HTN?
3. Bagaimana penafsiran HTN di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
a. Penafsiran gramatikal, adalah penafsiran menurut tata bahasa atau kata-kata di dalam
undang-undang tersebut.
b. Penafsiran historis atau sejarah adalah meneliti sejarah dari undang-undang yang
bersangkutan, dengan demikian hakim mengetahui maksud pembuatannya. Penafsiran
historis dibedakan menjadi penafsiran menurut sejarah undang-undang (wet
historische interpretatie) dan penafsiran menurut sejarah hukum (rechts historische
interpretatie).
c. Penafsiran sistematis yaitu penafsiran yang menghubungkan pasal satu dengang pasal
yang lain dalam suatu perundang-undangan yang bersangkakutan atau perundang-
undangan lain atau membaca penjelasan undang-undang sehingga mengerti
maksudya.
d. Penafsiran sosiologis adalah penafsiran yang disesuaikan dengan keadaan sosial
dalam masyarakat agar penerapan hukum sesuai dengan tujuannya yaitu kepastian
hukum berdasarkan asas keadilan masarakat.
e. penafsiran otentik atau penafsian secara resmi yaitu penafsiran yang dilakukan oleh
pembuat undang-undang itu sendiri, tidak boleh oleh siapapun, hakim juga tidak
boleh menafsirkan,
f. Penafsiran analogis yaitu penafsiran dengan memberi ibarat/kias, sesuai dengan azas
hukumnya sehingga suatu peristiwa yang tidak cocok dengan peraturannya dianggap
sesuai dengan bunyi peraturan itu.
g. Penafsiran a contratrio yaitu penafsiran dengan cara melawankan pengertian antara
soal yang dihadapi dengan masalah yang diatur dalam suatu pasal undang-undang.
h. Penafsiran ekstensif yaitu penafsiran dengan memperluas arti kata-kata dalam
peraturan sehingga suatu peristiwa dapat dimasukan.
i. Penafsiran restriktif yaitu penafsiran dengan membatasi arti kata-kata dalam
peraturan.
j. Penafsiran perbandingan yaitu penafsiran komparatif dengan cara membandingkan
penjelasan-penjelasan agar ditemukan kejelasan suatu ketentuan undang-undang.
ANALISIS
maka penafsiran hukum merupakan kegiatan yang dilakukan oleh ahli hukum atau
pengadilan dalam memberikan kesan atau makna dari suatu norma hukum.
Penafsiran merupakan kegiatan penting dalam hukum dan ilmu hukum. Penafsiran
merupakan metode untuk memahami makna yang terkandung di dalam teks-teks hukum
untuk dipakai menyelesaikan kasus-kasus atau mengambil keputusan atas hal-hal yang
dihadapi secara konkret. Disamping itu, dalam bidang hukum tata negara, penafsiran judical
interpretation (penafsiran oleh hakim), dapat berfungsi sebagai metode perubahan konstitusi
dalam arti menambah, mengurangi, atau memberbaiki makna yang terdapat dalam suatu teks
undang-undang dasar.
Interpretasi atau penafsiran Merupakan salah satu metode penemuan hukum yang memberi
penjelasan yang tidak jelas mengenai teks undang-undang agar ruang lingkup kaedah dapat
ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu. Dalam melakukan penafsiran hukum
terhadap suatu peraturan perundang-undangan yang dianggap tidak lengkap atau tidak jelas,
seorang ahli hukum tidak dapat bertindak sewenang-wenang.
Penafsiran (interpretasi) itu timbul karena naskah konstitusi tidak memuat semua ketentuan
normatif yang diperlukan untuk menata kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan.
BAB III
PENUTUP