dan menetapkan pengertian atas dalil-dalil yang tercantum dalam undang-undang sesuai dengan yg dikendaki atau yg dimaksud oleh pembuat Undang-Undang. pengertian
Penggunaan Analogi dilarang, namun penafsiran boleh.
Ada ahli yang menyamakan antara analogi dan penfasiran. Ada juga ahli yang membedakan antara analogi dan penafsiran . Larangan analogi karena konsekuensi dianutnya asas legalitas (suatu tindak pidana harus diatur dalam undang-undang) .Penafsiran muncul apabila ada hal baru yang belum ada pengaturannya dalam Undang-Undang Hakim merupakan faktor pembentukan hukum Keputusan hakim diakui sebagai sumber hukum formal Seorang hakim harus bertindak selaku pembentuk hukum dalam hal peraturan perundangan tidak menyebutkan sesuatu ketentuan untuk menyelesaikan suatu perkara yang terjadi. Hakim hrs menyesuaikan UU dengan hal2 yang kongrit. Hakim turut serta menentukan mana yg merupakan hukum dan yg tidak. Cara penafsiran hukum 1. Dalam pengertian subjektif dan objektif Dalam pengertian subjektif, apabila yang ditafsirkan seperti yang dikehendaki oleh pembuat UU.
Dalam pengertian objektif,apabila
penafsiranya lepas dari para pendapat pembuat UU dan sesuai dengan adat bahasa sehari-hari. 2. pengertian sempit dan luas a. Sempit (restriktif), yakni apabila dalil yang ditafsirkan diberi pengertian yg sangat dibatasi misalnya mata uang (Pasal 1756 KUHPerdata) pengertianya hanya uang logam saja dan barang diartikan benda yang dapat dilihat dan diraba saja. b.Luas (ekstensif), yakni apabila dalil yang ditafsirkan diberi pengertian seluas-luasnya. Contoh: Pasal 1756 KUHPerdata alinea ke 2 ttg mata uang juga diartikan uang kertas. Sumber Penafsiran Hukum
1.Otentik 2.Doktrinair 3.Hakim otentik
Ialah penafsiran seperti yang
diberikan oleh pembuat UU seperti yang dilampirkan pada UU sebagai penjelasan. Penafsian otentik mengikat umum Doktrinair (ilmiah)
Ialah penafsiran yang di dapat dalam
buku-buku dan hasil-hasil karya para ahli. Hakim tidak terikat karena penafsiran ini hanya mempunyai nilai teoritis. Hakim
Iaiah penafsiran yang besumber dari
hakim (peradilan) hanya mengikat pihak- pihak yang bersangkutan dan berlaku bagi kasus-kasus tertentu, contoh: pasal 1917 ayat (1) KUHPerdata Konsekuensi dari dianutnya asas legalitas adalah larangan penggunaan analogi. Analogi dilarang tapi penggunaan penafsiran boleh. Jenis penafsiran: 1. ekstensif 2. Teleologis/sosiologis 3. gramatikal 4. sistematis 5. historis 6. otentik 7. argumentum a contrario Batas tafsiran ekstensif & analogi: 1.Dlm tafsiran ekstensif kita berpegang pd aturan yg ada. Di situ ada perkataan yg kita beri arti menurut makna yg hidup dlm masyarakat sekarang. Contoh: pengertian barang pd Pasal 362 KUHP, saat ini meliputi tidak hanya sesuatu yg bisa dipegang tangan. Tetapi juga sesuatu yg tidak berwujud, misalkan gas, listrik, pulsa, cryptocurrency 2. Dlm analogi, perbuatan yg menjadi soal tidak bisa dimasukkan dlm aturan yg ada. Tetapi perbuatan itu, menurut pandangan hakim seharusnya dijadikan perbuatan pidana karena termasuk intinya aturan yg ada, yg mengenai perbuatan yg mirip dgn perbuatan itu 2. Penafsiran teleologis: penafsiran berdasarkan maksud pembentuk UU dlm merumuskan norma tersebut 3. Penafsiran gramatikal: penafsiran menurut atau atas dasar bahasa sehari-hari yg digunakan oleh masyarakat yg bersangkutan. Contoh: Meninggalkan artinya menelantarkan 4. Penafsiran sistematis: penafsiran dgn cara melihat hubungan antara bagian atau rumusan yg satu dgn bagian atau rumusan yg lainnya dr suatu UU. 5. Penafsiran historis: Penafsiran yg didasarkan pd sejarah ketika peraturan perundang-undangan tsb disusun, dibicarakan di tingkat legislatif. Atau dgn meneliti pd ketentuan2 yg terdahulu sebelum ketentuan yg sekarang dikeluarkan 6. Penafsiran Otentik: Penafsiran resmi yg ada dlm UU. Pembentuk UU telah memasukkan banyak keterangan resmi mengenai beberapa istilah atau kata dlm perundang-undangan ybs. Contoh: Pengertian bulan dalam KUHP adalah 30 hari 7. Argumentum A Contrario menafsirkan atau menjelaskan undang- undang yang didasarkan pada perlawanan pengertian antara peristiwa konkrit yang dihadapi dan peristiwa yang diatur dalam undang-undang. Contoh: Pasal 285 KUHP, kalau laki laki yg dipaksa untuk bersetubuh maka pelaku yg memaksa tidak bisa dikenai Pasal 285 KUHP Penafsiran Futuristik Penafsiran futuristik merupakan penemuan hukum yang bersifat antisipasi, yang menjelaskan undang-undang yang berlaku sekarang (ius constitum) yang berpedoman kepada undang-undang yang belum mempunyai kekuatan hukum (ius constuendum) TUGAS Cari 1 contoh penafsiran argumentum a contrario selain yg di PPT dan 1 contoh penafsiran sistematis