Anda di halaman 1dari 17

MALPRAKTIK DALAM KEPERAWATAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Keperawatan

Dosen Pengampu :
Ns. Fitria Prihatini, M.Kep

Disusun Oleh :
Lussy Priscelia Putri NIM 012228050
Adinda Putri Utami NIM 012228001
Zulfikar Adam NIM 012228048

D3 KEPERAWATAN
STIKES PERSADA HUSADA INDONESIA
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas izin-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah inii yang diberi judul “MALPRAKTIK DALAM
KEPERAWATAN”
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut memberikan
bantuan dan dukungan kepada penulis dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi yang positif kepada
semua pihak yang berkepentingan. Tak lupa penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
kemajuan bersama.
Penulis menuliskan makalah ini berdasarkan informasi dan penelitian yang
dilakukan oleh beberapa orang yang sudah terlebih dahulu melakukan penelitian.Dari hal
tersbut penulis mengembangkan pemikiran untuk menyempurnakan konsep pemikiran
tentang malpraktik tersebut sehingga dapat dan lebih mudah dimengerti.
Kiranya makalah ini dapat menjadi sebuah pengetahuan dan informasi bagi para
pembaca sehingga orang yang membaca dapat mengerti dan memahami konsep dalam
malpraktik. Masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,namun kiranya dapat
menjadi bantuan dalam penafsiran kasus malpraktik yang terjadi.

Jakarta, 26 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................3

MALPRAKTIK DALAM KEPERAWATAN......................................................................3

2.1 Kelalaian......................................................................................................................3

2.2 Malpraktik....................................................................................................................4

2.3 Jenis-Jenis Malpraktik..................................................................................................5

2.4 Malpraktik Dalam Keperawatan.................................................................................7

2.5 Kajian Etika Dan Hukum Terhadap Malpraktik Keperawatan....................................8

2.6 Upaya Pencegahan Malpraktik....................................................................................9

2.7 Contoh Kasus Malpraktik Keperawatan...................................................................11

2.8 Pembahasan Kasus...................................................................................................11

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................13

3.1 Kesimpulan................................................................................................................13

3.2 Saran...........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1.1 Latar Belakang


Perkembangan keperawatan menuju keperawatan profesional sebagai profesi di
pengaruhi oleh berbagai perubahan, perubahan ini sebagai akibat tekanan globalisasi yang
juga menyentuh perkembangan keperawatan profesional antara lain adanya tekanan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang pada hakikatnya harus
diimplementasikan pada perkembangan keperawatan profesional di Indonesia. Disamping
itu dipicu juga adanya UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan UU No. 8 tahun 1999
tentang perkembangan konsumen sebagai akibat kondisi sosial ekonomi yang semakin
baik, termasuk latar belakang pendidikan yang semakin tinggi yang berdampak pada
tuntutan pelayanan keperawatan yang semakin berkualitas.
Dalam profesi keperawatan tentunya berpedoman pada etika profesi keperawatan
yang dituangkan dalam kode etik keperawatan. Sebagai suatu profesi, PPNI memiliki kode
etik keperawatan yang ditinjau setiap 5 tahun dalam MUNAS PPNI. Berdasarkan
keputusan MUNAS VI PPNI No. 09/MUNAS VI/PPNI/2000 tentang Kode Etik
Keperawatan Indonesia.
Dalam menjalankan tugas keprofesiannya, perawat bisa saja melakukan kesalahan
yang dapat merugikan klien sebagai penerima asuhan keperawatan,bahkan bisa
mengakibatkan kecacatan dan lebih parah lagi mengakibatkan kematian, terutama bila
pemberian asuhan keperawatan tidak sesuai dengan standar praktik keperawatan.kejadian
ini dikenal dengan malpraktik. Dalam setiap profesi termasuk profesi tenaga kesehatan
berlaku norma etika dan norma hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya
kesalahan praktik sudah seharusnyalah diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua norma
tersebut. Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari sudut
pandang hukum disebut yuridical malpractice. Hal ini perlu dipahami mengingat dalam
profesi tenaga perawatan berlaku norma etika dan norma hukum, sehingga apabila ada
kesalahan praktik perlu dilihat domain apa yang dilanggar. Karena antara etika dan hukum
ada perbedaan-perbedaan yang mendasar menyangkut substansi, otoritas, tujuan dan
sanksi, maka ukuran normatif yang dipakai untuk menentukan adanya ethical malpractice
atau yuridical malpractice dengan sendirinya juga berbeda.

1
Tidak setiap ethical malpractice merupakan yuridical malpractice akan tetapi semua
bentuk yuridical malpractice pasti merupakan ethical malpractice.
untuk menghindari terjadinya malpraktik ini, perlu diadakan kajian-kajian etika dan hukum
yang menyangkut malpraktik khususnya dalam bidang keperawatan sehingga sebagai
perawat nantinya dalam menjalankan praktik keperawatan senantiasa memperhatikan
kedua aspek tersebut.

2. 1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dilihat masih adanya pelayanan kesehatan
oleh tenaga medis yang kurang memuaskan pada pasien. Maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah tentang permasalahan malpraktik tenaga medis dan
upaya pencegahannya.

3. 1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian malpraktik
2. Untuk mengetahui pengertian malpraktik dalam keperawatan berikut contohnya
3. Untuk mengetahui dasar hukum yang berkaitan dengan malpraktik
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah terjadinya malpraktik

4. 1.4 Manfaat Penulisan


1. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan terutama yang berkaitan
dengan malpraktik tenaga medis.
2.Memahami permasalahan yang berkaitan dengan malpraktik tenaga medis serta upaya-
upaya untuk mencegahnya.
3. Memahami tuntutan hukum terhadap malpraktik tenaga medis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

MALPRAKTIK DALAM KEPERAWATAN

Terdapat dua istilah yang sering dibicarakan secara bersamaan dalam kaitan
malpraktik, yaitu kelalaian (Negligence) dan malpraktik (Malpractice) itu sendiri.
5. 2.1 Kelalaian
Kelalaian berarti melakukan sesuatu dibawah standar yang ditetapkan oleh
aturan/hukum atau melakukan tindakan-tindakan yang tidak beralasan dan berisiko
melakukan kesalahan (Keeton, 1998). Hanafiah dan Amir (1999) mengatakan bahwa
kelalaian adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan
sikap hati-hatinya melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang
seseorang dengan sikap hati-hatinya tidak akan melakukannya. Sementara Guwandi (1994)
mengatakan bahwa kelalaian adalah kegagalan untuk melakukan sesuatu yang umumnya
seseorang yang wajar dan hati-hati akan melakukannya di dalam keadaan tersebut.
Kelalaian bukanlah suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika kelalaian tersebut
tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat
menerimanya (Hanafiah dan Amir, 1999). Tetapi jika kelalaian itu mengakibatkan
kerugian materi, mencelakakan bahkan merenggut nyawa orang lain, maka ini
diklasifikasikan sebagai kelalaian berat (culpa lata), serius dan kriminal.
Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga
kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi 4 unsur, yaitu:
1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk tidak
melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi tertentu.
2.  Dereliction of the duty atau penyimpangan kewajiban
3.  Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai
kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.
4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal ini harus
terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian
yang setidaknya menurunkan “Proximate cause”

3
Dari beberapa pengertian di atas dapat difahami bahwa kelalaian merupakan bentuk
ketidaksengajaan, kurang hati-hati, kurang peduli dengan kepentingan orang lain, namun
akibat yang ditimbulkan bukan merupakan tujuannya.
6. 2.2 Malpraktik
Malpraktik merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu
berkonotasi yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti salah sedangkan “praktik”
mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktik berarti pelaksanaan atau
tindakan yang salah. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut
dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan
suatu profesi.
Sedangkan definisi malpraktik profesi kesehatan adalah kelalaian dari seorang
dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan
dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau
orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama. Malpraktik juga dapat
diartikan sebagai tidak terpenuhinya perwujudan hak-hak masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang baik, yang biasa terjadi dan dilakukan oleh oknum yang tidak mau
mematuhi aturan yang ada karena tidak memberlakukan prinsip-prinsip transparansi atau
keterbukaan,dalam arti harus menceritakan secara jelas tentang pelayanan yang diberikan
kepada konsumen, baik pelayanan kesehatan maupun pelayanan jasa lainnya yang
diberikan.
Malpraktik adalah kegagalan seorang profesional untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan standar profesi yang berlaku bagi seseorang karena memiliki keterampilan dan
pendidikan (Vestal, K.W,1995).
Hal serupa diutarakan oleh J. Guwandi dengan mengutip Black’s Law Dictionary,
“Malpraktik adalah, setiap sikap tindak yang salah, kekurangan keterampilan dalam
ukuran tingkat yang tidak wajar. Istilah ini umumnya dipergunakan terhadap sikap tindak
dari para dokter, pengacara dan akuntan. Kegagalan untuk memberikan pelayanan
profesional dan melakukan pada ukuran tingkat keterampilan dan kepandaian yang wajar
di dalam masyarakatnya oleh teman sejawat rata-rata dari profesi itu, sehingga
mengakibatkan luka, kehilangan atau kerugian pada penerima pelayanan tersebut yang
cenderung menaruh kepercayaan terhadap mereka itu. Termasuk di dalamnya setiap sikap
tindak profesional yang salah, kekurangan keterampilan yang tidak wajar atau kurang
kehati-hatian atau kewajiban hukum, praktik buruk atau ilegal atau sikap immoral.”

4
  “Any professional misconduct, unreasonable lack of skill. This term is usually
applied to such conduct by doctors, lawyers, and accountants. Failure of one rendering
professional services to exercise that degree of skill and learning commonly applied under
all the circumstances in the community by the average prudent reputable member of the
profession with the result of injury, loss or damage to the recipient of those entitled to rely
upon them. It is any professional misconduct, unreasonable lack of skill or fidelity in
professional or judiciary duties, evil practice, or illegal or immoral conduct.”
Malpraktik tidaklah sama dengan kelalaian. Malpraktik bersifat lebih spesifik dan
terkait dengan status profesional seseorang. Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan
bahwa malpraktik merupakan batasan yang spesifik dari kelalaian yang ditujukan kepada
seseorang yang terlatih atau berpendidikan dalam kinerjanya sesuai bidang
tugas/pekerjaannya.
Kelalaian memang bisa masuk di dalam pengertian malpraktik, tetapi tidak semua
malpraktik merupakan bentuk kelalaian. Malpraktik bersifat lebih luas daripada kelalaian,
karena dalam malpraktik bisa mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan dengan sengaja
(criminal malpractice) atau melanggar hukum dan Undang-undang. Artinya di dalam
malpraktik bisa jadi tersirat adanya motif (guilty mind).
Untuk menentukan secara pasti sebuah tindakan itu adalah malpraktik, maka harus
terpenuhi hal-hal berikut ini :
a. Peristiwa terjadi saat pelaku sedang menjalankan tugasnya.
b. Adanya penyimpangan atau pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku terhadap
kewajiban profesionalnya.
c. Adanya cedera yang dialami korban.
d. Cedera yang terjadi merupakan akibat langsung dari tindakan salah yang dilakukan
pelaku.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa malpraktik adalah :
1. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional
2. Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang profesional dengan kata
lain melalaikan kewajibannya (negligence)
3. Melanggar suatu ketentuan peraturan atau perundang-undangan.
7. 2.3 Jenis-Jenis Malpraktik
Sesuai bidang hukum yang dilanggar maka malpraktik dikategorikan menjadi 3
jenis, yaitu :

5
2.3.1 Criminal Malpractice
Criminal practice merupakan pelanggaran terhadap hukum yang berlaku. Perbuatan
seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala perbuatan
tersebut memenuhi rumusan delik pidana,yaitu :
1. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan tercela.
2.  Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan
(intentional) misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia
jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP),
melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP). Kecerobohan (reklessness)
misalnya melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent. Atau
kealpaan (negligence) misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau
meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien saat melakukan operasi.
Pertanggungjawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat
individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau
kepada badan yang memberikan sarana pelayanan jasa tempatnya bernaung.

2.3.2 Civil Malpractice


Civil Practice merupakan pelanggaran terhadap kode etik profesi. Seorang tenaga
jasa akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau
tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan
tenaga jasa yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain :
1. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
2. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat
melakukannya.
3. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.
4. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.
Pertanggungjawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat
pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle ofvicarius liability. Dengan prinsip ini
maka badan yang menyediakan sarana jasa dapat bertanggung gugat atas kesalahan
yang dilakukan karyawannya selama orang tersebut dalam rangka melaksanakan tugas
kewajibannya.

6
2.3.3 Administrative Malpractice
Tenaga jasa dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala orang
tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan
police power, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di
bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan
profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktik), batas kewenangan serta kewajiban tenaga
perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan
dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi.
8. 2.4 Malpraktik Dalam Keperawatan
Sesuai pengertian malpraktik yang dikemukakan oleh Ellis dan Hartley (1998)
maka Malpraktik dalam keperawatan adalah suatu batasan yang digunakan untuk
menggambarkan kelalaian perawat dalam melakukan kewajibannya.
Caffee (1991) dan Vestal, K.W. (1995) mengidentifikasi 3 area yang
memungkinkan perawat berisiko melakukan kesalahan, yaitu tahap pengkajian
keperawatan (assessment errors), perencanaan keperawatan (planning errors), dan
tindakan intervensi keperawatan (intervention errors).

2.4.1 Assessment Errors


Adalah kesalahan penilaian dalam melakukan asuhan keperawatan termasuk
kegagalan mengumpulkan data atau informasi tentang pasien secara memadai atau
kegagalan mengidentifikasi informasi yang diperlukan, seperti data hasil pemeriksaan
laboratorium, tanda-tanda vital, atau keluhan pasien yang membutuhkan tindakan segera.
Kegagalan dalam pengumpulan data akan berdampak pada ketidaktepatan diagnosis
keperawatan dan lebih lanjut akan mengakibatkan kesalahan atau ketidaktepatan dalam
tindakan. Untuk menghindari kesalahan ini, perawat seharusnya dapat mengumpulkan data
dasar secara komprehensif dan mendasar.
2.4.2 Planning Errors
Adalah kesalahan dalam melakukan perencanaan asuhan keperawatan. Secara rinci
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kegagalan mencatat masalah pasien dan kelalaian menuliskannya dalam rencana
keperawatan.

7
2. Kegagalan mengkomunikasikan secara efektif rencana keperawatan yang telah dibuat,
misalnya menggunakan bahasa dalam rencana keperawatan yang tidak dimahami
perawat lain dengan pasti.
3. Kegagalan memberikan asuhan keperawatan secara berkelanjutan yang disebabkan
kurangnya informasi yang diperoleh dari rencana keperawatan.
4. Kegagalan memberikan instruksi yang dapat dimengerti oleh pasien. Untuk mencegah
kesalahan tersebut, jangan hanya menggunakan perkiraan dalam membuat rencana
keperawatan tanpa mempertimbangkannya dengan baik. Seharusnya, dalam penulisan
harus memakai pertimbangan yang jelas berdasarkan masalah pasien. Bila dianggap
perlu, lakukan modifikasi rencana berdasarkan data baru yang terkumpul. Rencana
harus realistis berdasarkan standar yang telah ditetapkan, termasuk pertimbangan yang
diberikan oleh pasien. Komunikasikan secara jelas baik secara lisan maupun dengan
tulisan. Lakukan tindakan berdasarkan rencana dan lakukan secara hati-hati instruksi
yang ada. Setiap pendapat perlu divalidasi dengan teliti.

2.4.3 Intervention Errors


Adalah kesalahan dalam melakukan tindakan langsung terhadap pasien termasuk
kegagalan menginterpretasikan dan melaksanakan tindakan kolaborasi, kegagalan
melakukan asuhan keperawatan secara hati-hati, kegagalan mengikuti/mencatat
order/pesan dari dokter atau dari penyelia. Kesalahan pada tindakan keperawatan yang
sering terjadi adalah kesalahan dalam membaca pesan/order, mengidentifikasi pasien
sebelum dilakukan tindakan/prosedur, memberikan obat, dan terapi pembatasan (restrictive
therapy). Dari seluruh kegiatan ini yang paling berbahaya tampaknya pada tindakan
pemberian obat. Oleh karena itu, perlu adanya komunikasi yang baik di antara anggota tim
kesehatan maupun terhadap pasien dan keluarganya.

9. 2.5 Kajian Etika Dan Hukum Terhadap Malpraktik Keperawatan


Apabila terjadi malpraktik dalam bidang keperawatan maka secara umum kejadian
malpraktik tersebut dapat ditinjau dari dasar hukum dan etika yang
bersumber kepada Kode Etik Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Undang-
undang Keperawatan, dan Kitab undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

8
10. 2.6 Upaya Pencegahan Malpraktik
Meskipun kelalaian dan malpraktik bisa terjadi karena ketidaksengajaan namun hal
tersebut sesungguhnya dapat dicegah dengan tindakan-tindakan yang terencana dan
sistematis. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh seorang perawat untuk
meminimalisasi kemungkinan terjadinya malpraktik keperawatan, yaitu :

2.6.1 Kesadaran Diri (Self-Awareness)


Yaitu mengidentifikasi dan memahami pada diri sendiri tentang kekutan dan
kelamahan dalam praktik keperawatan. Bila teridentifikasi akan kelemahan yang dimiliki
maka berusahalah untuk mencari penyelesaiannya. Beberapa hal yang dapat dilakukan
yaitu melalui pendidikan, pengalaman langsung, atau berdiskusi dengan teman
sekerja/kolega. Apabila berhubungan seorang supervisor, sebaiknya bersikap terbuka akan
kelemahannnya dan jangan menerima tanggung jawab dimana perawat yang bersangkutan
belum siap untuk itu. Jangan menerima suatu jabatan atau pekerjaan kalau menurut kriteria
yang ada tidak dapat dipenuhi.

2.6.2 Beradaptasi Terhadap Tugas Yang Diemban


Tenaga keperawatan yang diberikan tugas pada suatu unit perawatan dimana dia
merasa kurang berpengalaman dalam merawat pasien yang ada di unit tersebut, maka
sebaiknya perawat perlu mengikuti program orientasi/program adaptasi di unit tersebut.
Perawat perlu berkonsultasi dengan perawat senior yang ada di unit tersebut.

2.6.3 Mengikuti Kebijakan Dan Prosedur Yang Ditetapkan


Seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya harus sealu mempertimbangkan
kebijakan dan prosedur yang berlaku di unit tersebut. Ikuti kebijakan dan prosedur yang
berlaku secara cermat, misalnya kebijakan/prosedur yang berhubungan dengan pemberian
obat pada pasien.

2.6.4 Mengevaluasi Kebijakan Dan Prosedur Yang Berlaku


Ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan bersifat dinamis artinya berkembang
secara terus menerus. Dalam perkembangannya, kemungkinan kebijakan dan prosedur
yang ada diperlukan guna menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi. Oleh karena
itu ada kebutuhan untuk menyesuaikan kebijakan dan prosedur atau protokol tertentu.

9
Untuk itu merupakan tanggung jawab perawat profesional bekerja guna mempertahankan
mutu pelayanan sesuai dengan tuntutan perkembangan.

2.6.5 Pendokumentasian
Pencatatan perawat dapat dikatakan sesuatu yang unit dalam tatanan pelayanan
kesehatan, karena kegiatan ini dilakukan selama 24 jam. Apa yang dicatat oleh perawat
merupakan faktor yang krusial guna menghindari suatu tuntutan. Dokumentasi dalam suatu
pencatatan adalah laporan tentang pengamatan yang dilakukan, keputusan yang diambil,
kegiatan yang dilakukan, dan penilaian terhadap respon pasien.
Oleh karena setiap kasus ditentukan adanya fakta yang mendukung suatu tuntutan,
maka diperlukan pencatatan yang jelas dan relevan. Pencatatan diperlukan secara jelas,
benar, dan tepat sehingga dapat dipahami.

Vestal, K.W (1995) memberikan pedoman guna mencegah terjadinya malpraktik,


sebagai berikut :
1.   Berikan kasih sayang kepada pasien sebagaimana anda mengasihi diri sendiri. Layani
pasien dan keluarganya dengan jujur dan penuh rasa hormat.

2.  Gunakan pengetahuan keperawatan untuk menetapkan diagnosa keperawatan yang


tepat dan laksanakan intervensi keperawatan yang diperlukan. Perawat mempunyai
kewajiban untuk menyusun pengkajian dan melaksanakan pengkajian dengan benar.

3.  Utamakan kepentingan pasien. Jika tim kesehatan lainnya ragu-ragu terhadap tindakan
yang akan dilakukan atau kurang merespon terhadap perubahan kondisi pasien,
diskusikan bersama dengan tim keperawatan guna memberikan masukan yang
diperlukan bagi tim kesehatan lainnya.

4.  Tanyakan saran/order yang diberikan oleh dokter jika : Perintah tidak jelas, masalah itu
ditanyakan oleh pasien atau pasien menolak, tindakan yang meragukan atau tidak tepat
sehubungan dengan perubahan dari kondisi kesehatan pasien. Terima perintah dengan
jelas dan tertulis.

5. Tingkatkan kemampuan anda secara terus menerus, sehingga pengetahuan/kemampuan


yang dimiliki senantiasa up-to-date. Ikuti perkembangan yang terbaru yang terjadi di
lapangan pekerjaan dan bekerjalah berdasarkan pedoman yang berlaku.

6. Jangan melakukan tindakan dimana tindakan itu belum anda kuasai.

10
7. Laksanakan asuhan keperawatan berdasarkan model proses keperawatan. Hindari
kekurang hati-hatian dalam memberikan asuhan keperawatan.

8.  Catatlah rencana keperawatan dan respon pasien selama dalam asuhan keperawatan.
Nyatakanlah secara jelas dan lengkap. Catatlah sesegera mungkin fakta yang anda
observasi secara jelas.

9.  Lakukan konsultasi dengan anggota tim lainnya. Biasakan bekerja berdasarkan
kebijakan organisasi/rumah sakit dan prosedur tindakan yang berlaku.

10. Pelimpahan tugas secara bijaksana, dan ketahui lingkup tugas masing-masing. Jangan
pernah menerima atau meminta orang lain menerima tanggung jawab yang tidak dapat
anda tangani.

11. 2.7 Contoh Kasus Malpraktik Keperawatan


Tn P usia 25 tahun masuk RS dengan keluhan lemas, pusing, mual, muntah dan
BAB mencret selama 2 hari. Tn P di diagnosa medis GEA dengan dehidrasi sedang dan
mendapat terapi cairan RL 2500 ml/hari. Selama dirawat pasien sering ke kamar mandi.
Setelah 1 hari perawatan Tn P mengeluh nyeri pada daerah tusukan infus dan terlihat pada
selang infus terdapat bekuan darah dan kasa penutup tampak kotor, basah dan terdapat
darah yang kering. Perawat S datang dan menghampiri Tn P untuk memperbaiki selang
infus yang terdapat darah dengan cara memutar selang infus dan memasukan bekuan
darah. Selain itu perawat S tidak mengganti kasa infus dan hanya mengompres tempat
infusan dengan alkohol 70%. Setelah 3 hari tangan pasien yang terdapat infus menjadi
bengkak dan mengeluarkan nanah pada tusukan infus. Setelah dilakukan pemeriksaan Tn P
di diagnosa infeksi daerah insersi infus dan harus dilakukan tindakan insisi untuk
mengeluarkan nanah.

2.8 Pembahasan Kasus


Dalam UU Keperawatan tahun 2014 Pasal 30 ayat 1 poin a “melakukan pengkajian secara
holistik”, poin b “menetapkan diagnosa keperawatan”, poin c “merencanakan tindakan
keperawatan” yang menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap klien (individu,
keluarga dan masyarakat). Perawat S tersebut tidak melaksanakan tanggung jawabnya
terhadap klien dengan tidak membuat rencana keperawatan perawatan pasien dengan
terpasang infus. Selain itu Perawat S telah melakukan kelalaian yang mengakibatkan

11
kerugian berupa infeksi daerah infus terhadap klien. Selain itu Perawat S melanggar UU
Keperawatan tahun 2014 pasal 38 tentang hak dan kewajiban klien poin c “ Klien
mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar pelayanan
keperawatan, satandar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku’.
Selain pasal tersebut diatas, perawat tersebut juga telah melanggar Pasal 54:
a) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
b) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana yang dimaksud dalam
ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.

12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

12. 3.1 Kesimpulan


Berdasarkan uraian di atas menjadi jelas bahwa masalah malpraktik bersifat sangat
kompleks karena berbagai faktor yang terkait di dalamnya. Saat ini perawat diperhadapkan
pada berbagai tuntutan pelayanan profesional melalui peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang apabila melakukan kesalahan dan kelalaian akan dihadapkan pada suatu
tuntutan baik dari organisasi profesi, organisasi pelayanan kesehatan, dan tuntutan hukum.
Perawat di Indonesia sangat berisiko melakukan malpraktik karena tidak didukung
oleh kemampuan yang memadai (profesional dalam bidangnya), banyak mengerjakan
tindakan kolaboratif/tindakan invasif yang mungkin bukan bidang pekerjaannya sebagai
layaknya seorang perawat profesional.

13. 3.2 Saran


Sebagai perawat profesional dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuannya
dengan mengikuti perkembangan yang terjadi baik oleh karena perkembangan IPTEK
khususnya IPTEK keperawatan, tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin
meningkat.
Organisasi profesi sebagai wadah para anggotanya bertanggung jawab untuk
meningkatkan mutu tenaga keperawatan sebagai konsekuensi perannya untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan kesejahteraan anggotanya. Operasionalisasi
kegiatan organisasi PPNI terjadi disemua tingkat organisasi baik di Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota, dan Komisariat.
Instituasi pendidikan sebagai lembaga yang menghasilkan tenaga keperawatan
profesional bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan secara berkualitas dengan
cara mengembangkan dan mengorganisasikan kurikulum nasional kedalam kurikulum
institusi, menyediakan segala sumber daya yang dapat mendukung sepenuhnya kegiatan
pendidikan. Demikian pula perlu didukung tersedianya lahan praktik yang memungkinkan
mengimplementasikan teori-teori kedalam situasi nyata, serta berbagai kebijakan yang
mendukung.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi ketiga: Jakarta:
EGC.

Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001, Tetang Resgistrasi Praktik Perawat.

Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius.

Undang-undang Perlindungan Konsumen nomor 8 tahun  1999. Jakarta: Sinar Grafika.

Undang-undang Republik Indonesia tahun nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan

Christian Nordqvist (2014), What is Medical Malpractice?. http://www.medicalnewstoday.com.


Nopember 2014

14

Anda mungkin juga menyukai