PENDAHULUAN
1
jawaban tersbut bersifat memuaskan semua pihak. Hal itulah yang sering
dikatan dilema etik. Dalam dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak
adanya kasus dilema etik sehigga seorang perawat harus benar-benar
tahu tentang etik dan dilema etik serta cara penyelesaian dilema etik
supaya didapatkan keputusan yang terbaik.
Dengan adanya standar praktek profesi keperawatan inilah dapat
dilihat apakah seorang perawat melakukan malpraktek, kelalaian ataupun
bentuk pelanggaran praktek keperawatan lainnya baik itu pelanggaran
yang terkait dengan etika ataupun pelanggaran terkait dengan masalah
hukum.
1.2.1 Apa maksud pengertian Masalah Etik dan Hukum pada Profesi
Keperawatan?
1.2.2 Apa saja ciri accountable dan reliable perawat?
1.2.3 Apa saja tanggung jawab dasar profesi keperawatan?
1.2.4 Bagaimana perkembangan etik profesi?
1.2.5 Bagaimana implikasi tanggung jawab etik profesi?
1.2.6 Apa saja tantangan terhadap etik profesi keperawatan?
1.2.7 Apa prinsip-prinsip Etika Keperawatan?
1.2.8 Apa fungsi dari Hukum dalam Keperawatan?
1.2.9 Apa saja pasal Undang-Undang dalam Profesi Keperawatan?
1.2.10 Apa saja masalah dan solusi yang terjadi pada Profesi
Keperawatan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami Masalah Etik dan Hukum pada
Profesi Keperawatan.
2
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Pengertian Masalah Etik dan Hukum pada Profesi
Keperawatan.
2. Mengetahui Ciri Accountable Dan Reliable Perawat
3. Mengetahui Tanggung Jawab Dasar Profesi Keperawatan
4. Mengetahui Perkembangan Etik Profesi
5. Mengetahui Implikasi Tanggung Jawab Etik Profesi
6. Mengetahui Tantangan Terhadap Etik Profesi Keperawtan
7. Mengetahui Prinsip-Prinsip Etika Keperawatan
8. Mengetahui Fungsi Hukum dalam Keperawatan.
9. Mengetahui Dasar Hukum Perundang-undangan dalam Profesi
Keperawatan.
10. Mengetahui masalah dan solusi yang terjadi pada Profesi
Keperawatan..
1.4 Manfaat
1. Bagi Responden
2. Bagi Lembaga
3. Bagi Profesi
3
4. Bagi Peneliti
6. Bagi Keluarga
4
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Pengertian
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih)
landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini
merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan moral
atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukanyang benar atau
salah dan dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa
yangharus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Nilai-
nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan penting pada
pengambilan keputusan etik yang menjadi bagian tugas rutin perawat.
Peran perawat ditantang ketika harus berhadapan dengan masalah
dilema etik, untuk memutuskan mana yang benar dan salah, apa yang
dilakukannya jika tak ada jawaban benar atau salah, dan apa yang
dilakukan jika semua solusi tampak salah. Dilema etik dapat bersifat
personal ataupun profesional.
Menurut Araskar dan David (1978) Etika merupakan kata yang
berasal dari Yunani, etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu
Ethos berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar yang
diharapkandan kriteria tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan
segala sesuatu yang berhubungan dengan pertimbangan pembuatan
keputusan benar atau tidaknya suatu perbuatan.
Menurut Supriadi (2001) Hukum adalah kumpulan peraturan yang
berisi kaidah-kaidah hukum, sedangkan etika adalah kumpulan peraturan
yang berisi kaidah-kaidah non hukum, yaitu kaidah-kaidah tingkah laku
atau etika. Hukum dalam keperawatan adalah kumpulan peraturan yang
berisi kaidah-kaidah hukum keperawatan yang rasionalogic dan dapat
dipertanggung jawabkan.
5
2.2 Ciri Accountable Dan Reliable Perawat
Bertitik tolak dari ciri-ciri diatas, khususnya ciri yang keempat, yakni
perlunya menyusun serta mengawasi pelaksanaan berbagai peraturan
6
dan ketentuan profesi, maka untuk setiap profesi perlu dibentuk suatu
wadah khusus yang menghimpun para warga profesi. Dikenal dengan
nama organisasi profesi (professional organization). Jika dibandingkan
dengan pelbagai organisasi lainnya yang ada di masyarakat, organisasi
profesi memiliki beberapa ciri tersendiri. Ciri-ciri yang dimaksud antara lain
adalah sebagai berikut.
1) Umumnya untuk satu profesi hanya ada satu organisasi profesi,
yang para anggotanya berasal dari satu profesi saja, dalam arti
telah menyelesaikan pendidikan profesi dengan dasar-dasar
keilmuan yang sama.
2) Misi utama organisasi profesi adalah untuk merumuskan kode etik
profesi (code of professional ethics), merumuskan kompetensi
profesi (professional competency), serta memperjuangkan
tegaknya kebebasan profesi (professional autonomous).
3) Kegiatan pokok organisasi profesi adalah menetapkan serta
merumuskan standar pelayanan profesi (standards of professional
services) yang kode etik (code of professional ethics) termasuk
kedalamnya, merumuskan dan menetapkan standar pendidikan
dan pelatihan profesi (standards of professiobal education and
training), serta menetapkan dan memperjuangkan kebijakan dan
politik profesi (professional policy)
7
tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan (Responsibility to
Colleague and Supervisor). Tanggung jawab secara umum, yaitu;
8
pelayanan keperawatan ini dipandang merupakan hal yang amat pokok.
Karena sampai saat ini harus diakui, sekalipun body of knowledge profesi
keperawatan telah mendapat pengakuan, serta pendidikan sarjana
keperawatan telah berhasil dilaksanakan, tetap saja kejelasan pelayanan
keperawatan belum dimiliki. Sampai saat ini, banyak perawat yang bekerja
di rumah sakit belum dapat menyelenggarakan pelayanan keperawatan
yang sesuai dengan ilmu dan keterampilan yang dimilikinya. Sementara
itu di masyarakat, banyak ditemukan para perawat yang
menyelenggarakan praktek, yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan
penerapan ilmu dan keterampilan keperawatan .
9
5) Menyempurnakan organisasi profesi keperawatan
10
b. Tanggung jawab perawat tehadap tugas
Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan
keperawatan yang tinggi disetai kejujuran profesional dalam
menerapkan pengetahuan serta keterampilan perawatan
sesuai dengan kebutuhan orang seorang atau penderita,
keluarga dan masyarakat.
Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya sehubungan dengan tugas yang dipercayakan
kepadanya.
Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan
ketermpilan perawatan untuk tujuan yang bertentangan
dengan norma-norma kemanusiaan.
Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya
senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak
terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
keagamaan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik
yang dianut serta kedudukan sosial.
Perawat senantiasa mengutamakan perlindunagan-
perlindungan dan keselamatan penderita dalam
melaksanakan tugas keperawatan, serta dengan matang
mempetimbangkan kemampuan jika menerima dan
mengalihtugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya
dengan perawatan.
11
Perawat senantiasa menyebar luaskan pengetahuan,
keterampilan dan pengalamanya kepada sesama perawat
serta menerima pengetahuan dan pengalamanya kepada
sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi bidang perawatan.
12
2.6 Tantangan Terhadap Etik Profesi Keperawatan
Tantangan profesi perawat di Indonesia di abad 21 ini semakin
meningkat. Seiring tuntutan menjadikan profesi perawat yang di hargai
profesi lain. Profesi keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan.
Tantangan ini tidak hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini
sendiri. Pembenahan internal yang meliputi empat dimensi dominan yaitu;
keperawatan, pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan dan praktik
keperawatan. Belum lagi tantangan eksternal berupa tuntutan akan
adanya registrasi, lisensi, sertifikasi, kompetensi dan perubahan pola
penyakit, peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban,
perubahan system pendidikan nasional, serta perubahan-perubahan pada
supra system dan pranata lain yang terkait.
Untuk menjawab tantangan-tantangan itu dibutuhkan komitmen dari
semua pihak yang terkait dengan profesi ini, organisasi profesi, lembaga
pendidikan keperawatan juga tidak kalah pentingnya peran serta
pemerintah. Organisasi profesi dalam menentukan standarisasi
kompetensi dan melakukan pembinaan, lembaga pendidikan dalam
melahirkan perawat-perawat yang memiliki kualitas yang diharapkan serta
pemerintah sebagai fasilitator dan memiliki peran-peran strategis lainnya
dalam mewujudkan perubahan ini. Profesi memiliki beberapa karakteristik
utama sebagai berikut.
1. Suatu profesi memerlukan pendidikan lanjut dari anggotanya,
demikian juga landasan dasarnya.
2. Suatu profesi memiliki kerangka pengetahuan teoritis yang
mengarah pada keterampilan, kemampuan, pada orma-norma
tertentu.
3. Suatu profesi memberikan pelayanan tertentu.
4. Anggota dari suatu profesi memiliki otonomi untuk membuat
keputusan dan melakukan tindakan.
5. Profesi sebagai satu kesatuan memiliki kode etik untuk melakukan
praktik keperawatan.
13
Perawat mempunyai tantangan yang sangat banyak salah satunya
yaitu menjalakan tanggung jawab dan tanggung gugat yang besar.
Tantangan dalam profesi keperawatan salah satunya yaitu mempunyai
tanggung jawab yang tinggi, tanggung jawab tersebut tidak hanya kepada
kliennya saja tetapi tanggung jawab yang diutamakan yaitu tanggung
jawab terhadap Tuhannya (Responsibility to God), tanggung jawab
tehadap klien dan masyarakat (Responsibility to Client and Society), dan
tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan (Responsibility to
Colleague and Supervisor). Tanggung jawab secara umum yaitu sebagai
berikut.
Dan tanggung gugat yang menjadi salah satu tantangan dalam profesi
keperawatan didasarkan peraturan perundang-undangan yang ada.
Tanggung gugat bertujua untuk :
1) Mengevaluasi praktisi-praktisi professional baru dan mengkaji ulang
praktisi-praktisi yang sudah ada.
2) Mempertahankan standart perawatan kesehatan
3) Memberikan fasilitas refleksi professional, pemikiran etis dan
pertumbuhan pribadi sebagai bagian dari professional perawatan
kesehatan
4) Memberi dasar untuk membuat keputusan etis.
14
2.7 Prinsip-Prinsip Etika Keperawatan
1. Otonomi
2. Berbuat Baik
3. Keadilan.
4. Tidak Merugikan.
5. Kejujuran.
6. Menepati Janji
Prinsip menepati janji dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain.
7. Kerahasiaan
Prinsip kerahasiaan adalah bahwa informasi tentang klien harus dijaga
sunguh-sunguh sebab merupakan sesuatu yang privasi.
15
8. Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan standar pasti bahwa tindakan seseorang yang
profesional harus dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.
16
No.105/Yan.Med/RS.Umdik/ Raw/I/88 tentang penerapan standard
praktek keperawatan bagi perawat kesehatan di Rumah Sakit.
5. Kepmenkes No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik
perawat dan direvisi dengan SK Kepmenkes
No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik
perawat.
1. Berkata Jujur
Berkata jujur yaitu mengatakan hal yang benar. Memberikan
informasi dan memberikan jawaban yang benar sesuai dengan
pertanyaan atau memberikan penjelasan informasi sesungguhnya.
Dalam konteks berkata jujur ada istilah yang disebut desepsi yang artinya
membuat orang lain tidak percaya terhadap suatu hal yang tidak benar,
meniru atau membohongi. Berkata bohong merupakan tindakan desepsi
dimana seseorang dituntut untuk membenarkan sesuatu yang diyakini
salah. Tindakan desepsi secara etika tidak dibenarkan.
17
Kejujuran merupakan prinsip etis yang mendasar. Berkata jujur bersifat
tidak mutlak, sehingga desepsi pada keadaan tertentu diperbolehkan.
Berkata jujur hal yang penting dalam hubungan saling percaya perawat
dan klien.
2. AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV .Virusnya sendiri bernama Human
Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan
pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan
terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan
virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak
langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah,
dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani,
cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi
melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah,
jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan,
bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan
tubuh tersebut.
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila
dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-
kadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas
kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang
hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
Perawat bertanggung jawab dalam merawat klien AIDS. Perawat
yang merawat penderita AIDS mengalami berbagai stress pribadi
termasuk takut tertular, serta emosi pada klien fase terminal.
18
3. Abortus
Pasal 229
19
Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada
saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja
merampas nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri,
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
4. Eutanasia
Eutanasia merupakan masalah bioetis. Eutanasia terdiri atas
euthanasia volunteer, involunter, aktif dan pasif. Pada kasus euthanasia
volunteer, klien secara sukarela dan bebas memilih untuk meninggal
dunia. Pada euthanasia involunter, tindakan yang menyebabkan kematian
dilakukan bukan atas dasar persetujuan klien dan sering kali melanggar
keinginan klien. Eutanasia aktif melibatkan suatu tindakan sengaja yang
menyebabkan klien meningggal, misalnya dengan menginjeksi obat dosis
letal. Eutanasia aktif merupakan tindakan yang melanggar hokum dan
dinyatakan dalam KUHP pasal 338, 339, 345, dan 359. Eutanasia pasif
dilakukan dengan menghentikan pengobatan atau perawatan suportif
yang mempertahankan hidupnya. Eutanasia pasif sering disebut sebagai
euthanasia negative.
Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah sesuatu
perbuatan yang melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan
perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal 344 Kitab Undang-
undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa "Barang siapa
menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang
disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara
selama-lamanya 12 tahun". Juga demikian halnya nampak pada
pengaturan pasal-pasal 338, 340, 345, dan 359 KUHP yang juga dapat
dikatakan memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan eutanasia.
Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita
memang tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa pun.
20
Ketua umum pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Farid Anfasal
Moeloek dalam suatu pernyataannya yang dimuat oleh majalah Tempo
Selasa 5 Oktober 2004 menyatakan bahwa : Eutanasia atau
"pembunuhan tanpa penderitaan" hingga saat ini belum dapat diterima
dalam nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat Indonesia.
"Euthanasia hingga saat ini tidak sesuai dengan etika yang dianut oleh
bangsa dan melanggar hukum positif yang masih berlaku yakni KUHP.
21
BAB III
CONTOH KASUS
3.1 Kasus 1
22
Sehari sebelum operasi klien berunding dengan suaminya dan
memutuskan menolak operasi dengan alasan, klien dan suami masih ingin
punya anak lagi.
3.2 Kasus 2
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus diatas menjadi dilema etik bagi perawat dimana dilema etik ini
didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkn dua atau lebih
landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini
merupakan suatu kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki
landasan moral atau prinsip. Pada kasus dilema etik ini sukar untuk
menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan
pada tim medis yang dalam konteks kasus ini khususnya pada perawat
karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk
melakukannya.
Dalam menyelesaikan kasus dilema etik yang terjadi pada kasus
Ny.D, dapat diambil salah satu kerangka penyelesaian etik, yaitu kerangka
pemecahan etik yang dikemukan oleh Kozier, erb. (1989), dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
Mengembangkan data dasar dalam hal klarifiaksi dilema etik, mencari
informasi sebanyaknya, berkaitan dengan:
Orang yang terlibat, yaitu: Pasien, suami pasien, dokter bedah atau
kandungan, rohaniawan dan perawat.
24
Dengan tujuan agar Agar kanker rahim yang dialami Ny.D dapat diangkat
(tidak menjalar ke organ lain) dan pengobatan tuntas.
Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan yaitu:
Bila operasi dilaksanakan:
Biaya : biaya yang dibutuhkan klien cukup besar untuk
pelaksanaan operasinya.
Psikologis : pasien merasa bersyukur diberi umur yang panjang bila
operasi berjalan baik dan lancar, namun klien juga dihadapkan pada
kondisi stress akan kelanjutan hidupnya bila ternyata operasi itu gagal.
Selain itu konsekuensi yang harus dituanggung oleh klien dan suaminya
bahwa ia tidak mungkin lagi bisa memiliki keturunan.
Fisik : klien mempunyai bentuk tubuh yang normal.
Biaya : biaya yang dibituhkan klien
Biaya : tidak mengeluarkan biaya apapun.
Psikologis : klien dihadapkan pada suatu ancaman kematian, terjadi
kecemasan dan rasa sedih dalam hatinya dan hidup dalam masa masa
sulit dingan penyakitnya.
Fisik : timbulnya nyeri pinggul atau tidak bisa BAK, perdarahan
sesudah senggama, keluar keputihan atau cairan encer dari vagina.
Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut.
Untuk memutuskan apakah operasi dilakukan pada wanita tersebut,
perawat dihadapkan pada konflik tidak menghormati otonomi klien.
Apabila tindakan operasi dilaukan perawat dihadapkan pada konflik tidak
melaksanakan kode etik profesi dan prinsip moral.
Bila menyampaikan penjelasan dengan selengkapnya perawat
kawatir akan kondisi Ny.D akan semakin parah dan stress, putus asa akan
keinginannya untuk mempunyai anak
Bila tidak dijelaskan seperti kondisi tersebut, perawat tidak
melaksanakan prinsip-prinsip professional perawat
Bila perawat menyampaikan pesan dokter, perawat melangkahi
wewenang yang diberikan oleh dokter, tetapi bila tidak disampaikan
perawat tidak bekerja sesuai standar profesi.
25
Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut. Menjelaskan secara rinci rencana tindakan operasi
termasuk dampak setelah dioperasi. Menjelaskan dengan jelas dan rinci
hal-hal yang berkaitan dengan penyakit bila tidak dilakukan tindakan
operasi. Memberikan penjelasan dan saran yang berkaitan dengan
keinginan dari mempunyai anak lagi, kemungkinan dengan anak angkat
dan sebagainnya. Mendiskusikan dan memberi kesempatan kepada
keluarga atas penolakan tindakan operasi dan memberikan alternative
tindakan yang mungkin dapat dilakukan oleh keluarga. Memberikan
advokasi kepada pasien dan keluarga untuk dapat bertemu dan mendapat
penjelasan langsung pada dokter bedah, dan memfasilitasi pasien dan
kelurga untuk dapat mendapat penjelasan seluas-luasnya tentang
rencana tindakan operasi dan dampaknya bila dilakukan dan bila tidak
dilakukan. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan
siapa pengambil keputusan yang tepat.
Kasus pasien tersebut merupakan masalah yang kompleks dan
rumit, membuat keputusan dilkukan operasi atau tidak, tidak dapat
diputuskan pihak tertentu saja, tetapi harus diputuskan bersama-sama
yang meliputi:
1. Siapa yang sebaiknya terlibat dalam membuat keputusan dan
mengapa mereka ditunjuk.
2. Untuk siapa saja keputusan itu dibuat
3. Apa kriteria untuk menetapkan siapa pembuat keputusan (social,
ekonomi, fisiologi, psikologi dan peraturan/hukum).
4. Sejauh mana persetujuan pasien dibutuhkan
5. Apa saja prinsip moral yang ditekankan atau diabaikan oleh
tindakan yang diusulkan.
Dalam kasus Ny.D. dokter bedah yakin bahwa pembuat keputusan, jadi
atau tidaknya untuk dilakukan operasi adalah dirinya, dengan
memperhatikan faktor-faktor dari pasien, dokter akan memutuskan untuk
memberikan penjelasan yang rinci dan memberikan alternatif pengobatan
26
yang kemungkinan dapat dilakukan oleh Ny.D dan keluarga. Sedangkan
perawat primer seharusnya bertindak sebagai advokasi dan fasilitator agar
pasien dan keluarga dapat membuat keputusan yang tidak merugikan
bagi dirinya, sehingga pasien diharapkan dapat memutuskan hal terbaik
dan memilih alternatif yang lebih baik dari penolakan yang dilakukan.
Bila beberapa kriteria sudah disebutkan mungkin konflik tentang
penolakan rencana operasi dapat diselesaikan atau diterima oleh pasien
setelah mendiskusikan dan memberikan informasi yang lengkap dan valid
tentang kondisinya, dilakukan operasi ataupun tidak dilakukan operasi
yang jelas pasien telah mendapat informasi yang jelas dan lengkap
sehingga hak autonomi pasien dapat dipenuhi serta dapat memuaskan
semua pihak. Baik pasien, keluarga, perawat primer, kepala ruangan dan
dokter bedahnya.
27
keputusan sudah ditetapkan, secara konsisten keputusan tersebut
dilaksanakan dan apapun yang diputuskan untuk kasus tersebut, itulah
tindakan etik dalam membuat keputusan pada keadaan tersebut. Hal
penting lagi sebelum membuat keputusan dilema etik, perlu mengali
dahulu apakah niat/untuk kepentinganya siapa semua yang dilakukan,
apakah dilakukan untuk kepentingan pasien atau kepentingan pemberi
asuhan, niat inilah yang berkaitan dengan moralitas etis yang dilakukan.
Pada kondisi kasus Ny.D. dapat diputuskan menerima penolakan
pasien dan keluarga tetapi setelah perawat atau tim perawatan dan medis,
menjelaskan secara lengkap dan rinci tentang kondisi pasien dan
dampaknya bila dilakukan operasi atau tidak dilakukan operasi.
Penjelasan dapat dilakukan melalui wakil dari tim yang terlibat dalam
pengelolaan perawatan dan pengobatan Ny.D. Tetapi harus juga diingat
dengan memberikan penjelasan dahulu beberapa alternatif pengobatan
yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai kondisi Ny.D sebagai bentuk
tanggung jawab perawat terhadap tugas dan prinsip moral profesionalnya.
Pasien menerima atau menolak suatu tindakan harus disadari oleh semua
pihak yang terlibat, bahwa hal itu merupakan hak, ataupun otonomi pasien
dan keluarga.
Kesimpulan dari kelompok kami adalah sebagai berikut.
e) Keputusan yang dapat diambil sesuai dengan hak otonomi klien
dan keluarganya serta pertimbangan tim kesehatan sebagai
seorang perawat, keputusan yang terbaik adalah dilakukan operasi
berhasil atau tidaknya adalah kehendak yang maha kuasa sebagai
manusia hanya bisa berusaha. Dan pula bertentangan dengan
fungsi keperawatan membantu dalam mempertahankan standar
praktek keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki
akuntabilitas di bawah hukum.
28
Persatuan Perawat Nasional Indonesia dalam Musyawarah Nasionalnya
di Jakarta pada tanggal 29 Nopember 1989 khususnya pada Bab I, pasal
1, yang menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap klien (individu,
keluarga dan masyarakat).dimana perawat tersebut tidak melaksanakan
tanggung jawabnya terhadap klien dengan tidak membuat rencana
keperawatan guna memantau dan mempertahankan kemanan pasien
dengan tidak memasang penghalang tempat tidur. Selain itu perawat
tersebut juga melanggar bab II pasal V,yang bunyinya Mengutamakan
perlindungan dan keselamatan klien dalam melaksanakan tugas, serta
matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau
mengalih-tugaskan tanggung jawab yang ada hubungan dengan
keperawatan dimana ia tidak mengutamakan keselamatan kliennya
sehingga mengakibatkan kliennya terjatuh dari tempat tidur dan
mengalami patah tungkai. Disamping itu perawat juga tidak melaksanakan
kewajibannya sebagai perawat dalam hal Memberikan pelayanan/asuhan
sesuai standar profesi/batas kewenangan. Dari kasus tersebut perawat
telah melakukan kelalaian yang mengakibatkan kerugian seperti patah
tulang tungkai sehingga bisa dikategorikan sebagai malpraktek yang
termasuk ke dalam criminal malpractice bersifat neglegence yang dapat
dijerat hokum antara lain :
29
kalangan menjalankan pekerjaan, jabatan atau pencaharian selama
waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau denda paling tinggi tiga ratus rupiah.
3. Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau
pekerjaan (misalnya: dokter, bidan, apoteker, sopir, masinis dan
Iain-lain) apabila melalaikan peraturan-peraturan pekerjaannya
hingga mengakibatkan mati atau luka berat, maka mendapat
hukuman yang lebih berat pula.Pasal 361 KUHP menyatakan:Jika
kejahatan yang diterangkan dalam bab ini di-lakukan dalam
menjalankan suatu jabatan atau pen¬caharian, maka pidana
ditambah dengan pertiga, dan yang bersalah dapat dicabut haknya
untuk menjalankan pencaharian dalam mana dilakukan kejahatan
dan hakim dapat memerintahkan supaya putusnya di-
umumkan.Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal
malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu
tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit
atau sarana kesehatan.
Selain pasal tersebut diatas, perawat tersebut juga telah melanggar Pasal
54 :
30
tergolong dalam mallpraktek. Ada pula kasus ini bertentangan dengan
fungsi dan hukum pada etika keperawatan yang seharusnya yaitu hukum
memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana
yang sesuai dengan hukum.
31
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
32
perawat dan tidak bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien.
Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang
dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan
keperawatan dapat dipertahankan.
4.2 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
34