Anda di halaman 1dari 7

 ASPEK LEGAL ETIK DALAM PERAWATAN PALIATIF

Mata Kuliah :
Paliatif

Dosen Pembimbing :

Eko M.Kep., Sp. Kep.M.B

Disusun oleh :

1) Dilla Najmi Amelia (201801048)


2) Mustafida (201801060)
3) Muhammad Akbar M (201801071)
4) M Luthfi Khibarananto (201801089)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TA 2018/2019
Jl. Raya Jabon Km 6 Mojokerto, (0321) 39020
KATA PENGATAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayah-Nya makalah
ASPEK LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN PALIATIF ini dapat diselesaikan.
Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa STIKes Bina Sehat PPNI Kota
Mojokerto maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik.

Makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
umumnya.

Mojokerto, 8 mei 2020


Ethical Dilemmas of End-of-Life Care in Intensive Care Unit: A Literature Review

1. Problem
Dilema etis yang dialami perawat, termasuk di unit perawatan intensif
(ICU) dengan faktor apa pun yang menyebabkan masalah dalam pengambilan
keputusan medis dilema etis yang terjadi di unit perawatan intensif, terutama
Perawatan end-of-life (EOL).

2. Intervension
Metode yang digunakan dalam ulasan artikel menggunakan manual
PRISMA (Item Pelaporan Pilihan untuk Tinjauan Sistematis dan Analisis Meta).
Studi literatur disusun dengan meninjau hasil penelitian apakah secara kualitatif atau
kuantitatif, artikel terkait dikumpulkan oleh basis data media elektronik seperti
Pubmed, ProQuest, dan Google Schoolar; bahwa kata kunci yang dibuat sesuai
dengan database MeSH oleh NCBI melibatkan "Perawatan Akhir Kehidupan" dan
"Etika Keperawatan dalam Perawatan Kritis" dan "mengeluarkan Kehidupan-Akhir
dalam Perawatan Kritis" dan "Dilema Etis di ICU".

3. Control
Jurnal ini membandingkan dari 4 tema yaitu: penerapan prinsip etis dalam
perawatan EOL di ICU, sumber utama konflik di wilayah ICU, pengaruh konflik etis
di area ICU, tanggapan perawat dalam menghadapi dilema etis dalam kasus EOL di
ICU.

4. Outcome
Perawat adalah bagian dari pengambilan keputusan, bahwa itu berkorelasi
dengan akhir kehidupan. pengambilan keputusan akan menghasilkan situasi
marabahaya moralitas bagi dokter dan keluarga pasien. Perawat sering menghadapi
masalah etika dalam praktik klinis, terutama di ICU. Pengambilan keputusan klinis
yang baik hanya dimungkinkan ketika pengambilan keputusan medis dan
pengambilan keputusan etis seimbang dengan benar. Pengetahuan dilema etika umum
dan pelatihan dalam pengambilan keputusan etis sangat penting. Pimpinan ICU dan
direktur rumah sakit harus menyiapkan protokol untuk menemukan dan
menyelesaikan masalah etika umum di rumah sakit.
Pergulatan Hukum Dan Etik Terhadap Euthanasia Di Rumah Sakit
1. Problem
Saat ini perkembangan ilmu dan tehnologi pada dunia kesehatansangat pesat,
Artinya perkembangan ilmu dan tehnologi kedokteran berkaitan langsung dengan
hidup dan matinya manusia. Kematian adalah hal yang menakutkan, tetapi tidak
demikian bagi orang yang putus asa seperti pasien-pasien terminal dirumah sakit yang
menginginkan mati, meskipun cara matinya harus secara normal dan jauh dari rasa
sakit ( melalui tindakan euthanasia). Fakta menunjukkan bahwa perkembangan ilmu
dan tehnologi kedokteran senantiasa tidak dibarengi oleh perkembangan hukum dan
etika. Oleh karena itupara dokter dan tenaga medis lain sangat dibutuhkan perannya
agar sesuai dengan tuntutan serta rambu-rambu etika, moral dan hukum pada saat
menghadapi kasus-kasus euthanasia di rumah sakit.

2. Intervensi
Dilihat dari segi perundang-undangan memang belum adanya pengaturan yang
jelas dan lengkap, karena masalah euthanasia ini menyangkut dengan soal
keselamatan dari jiwa manusia, maka sebaiknya harus dibuat undang-undang atau
pengaturan yang jelas mengenai euthanasia. Disamping itu kasus euthanasia seperti
ini harus kita memandang dari dua sisi, yaitu pertama, pasien memiliki hak untuk
menentukan nasibnya sendiri dan mempunyai hak untuk menolak perawatan, hal ini
merupakan hak dasar yang tercantum di dalam UU HAM dan UU kesehatan. Kedua,
dokter mempunyai kewajiban bahwa di dalam menjalankan hak dan kebebasanya
sebagai seorang dokter hendaknya menghormati hak dan kebebasan yang digunakan
pasien untuk memenuhi tuntuntan yang adil sesuai dengan pertimbangan etik-moral.

3. Control
Jurnal ini membandingkan dari 5 pembahasan yaitu: keberadaan hak dasar
manusia, euthanasia dari sudut pandang HAM, aspek hukum tindakan
euthanasia, euthanasia dalam kode etik kedokteran, dan tinjauan filosofis-etis.

4. Outcome
Euthansia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seseorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk
memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk
kepentingan pasien sendiri. Pengaturan euthanasia diatur dalam Pasal 344 KUHP,
yang termasuk pada delik berkualifikasi meringankan. Kemudian dalam rancangan
Kitab Undang-undang Hukum Pidana baru, perbuatan euthanasia diatur, dalam pasal
574 dengan ancaman pidana penjara paling singkat 2 ( dua) tahun dan paling lama 9
( sembilan ) tahun. Dalam rumusan ini terlihat ancamannya lebih ringan, hal itu
disebabkan rumusan pasal 574 RUU KUHP pasien dalam kondisi koma atau tidak
sadar. Sedangkan dalam penjelasan pasal 574 bunyinya hampir sama dengan pasal
344 KUHP yaitu menunjukkan perumusan pada euhtanasia aktif oleh karena itu
dokter dan masyarakat tidak memnganggap hal itu sebagai suatu perbuatan anti sosial.
Pengalaman Perawat IGD Merawat Pasien Do Not Resuscitate
Pada Fase PerawatanMenjelang Ajal

1. Problem
Do Not Resuscitate (DNR) menjadi keputusan yang tidak mudah diambil oleh
dokter dan membutuhkan pertimbangan dan rekomendasi dari perawat. Keterbatasan
pengalaman, pengetahuan dan informasi DNR, kriteria IGD yang lebih berfokus pada
perawatan gawat darurat menyebabkan tidak dapat maksimalnya peran perawat dalam
perawatan menjelang ajal. Salah satu kompetensi perawat IGD menurut Emergency
Nursing Association yaitu memecahkan masalah dengan mengunakan prinsip etik
dalam pengambilan keputusan dan memiliki tanggung jawab dalam memberikan
perawatan menjelang ajal (Wolf, 2015).

2. Intervensi
DNR merupakan suatu tindakan spesifik untuk tidak memberikan resusitasi
jantung paru pada pasien, namun tetap melakukan perawatan rutin (Brizzi, 2012).
Keputusan DNR diambil ketika tindakan CPR selama 30 menit tidak menunjukan ada
nadi, pernafasan dan respon pasien. Penerapan DNR di IGD RSUD Saiful Anwar
yaitu setelah upaya komprehensif mencegah nafas dan henti jantung tidak
menunjukkan adanya perbaikan.

3. Control
Tidak ada control sebagai pembanding karena bukan penelitian, isinya
curhatan selama merawat pasien DNR.

4. Outcome
Hasil penelitian ini ada 4 (empat) tema yaitu: memahami kegagalan resusitasi
merupakan pasien DNR, melakukan resusitasi sebagai Protap Penangan awal,
berkolaborasi mengambil keputusan DNR, dan menyiapkan kematian pasien dengan
baik. Pengambilan keputusan DNR (Do Not Resuscitate) membutuhkan pertimbangan
dan pemahaman pada kriteria DNR. Selain itu, perawat harus terlibat dalam
kolaborasi dengan tim yang merawat pasien, sehingga keputusan DNR tepat.
Perawatan DNR di IGD memberikan resusitasi sebagai tindakan awal dan
mempersiapkan kematian pasien dengan baik dengan melibatkan keluarga pasien.
KESIMPULAN

Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam


memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya
pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam
undang-undangkeperawatan. Praktik keperawatan yang aman memerlukan
pemahaman tentang batasan legal yang ada dalam praktik perawat. Sama dengan
semua aspek keperawatan, pemahaman tentang implikasi hukum dapat mendukung
pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi hak
kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi
lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang masyarakat
harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Amestiasih, T., Ratnawati, R., & Rini, I.S. (2015). Studi fenomenologi: Pengalaman perawat
dalam merawat pasien dengan do not resuscitate (DNR) di Ruang Icu Rsup Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten. Medika Respati, X, 1–11. Diperoleh dari
http://journal.respati.ac.id/index.php/medika/article/view/391

Ahmad Ubbe. 2000. ―Laporan Akhir Tim Pengkajian Masalah Hukum Pelaksanaan
Euthanasia‖. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum Dan Perundang-
Undangan RI. Jakarta.

Merino, J., Goberna-Tricas, J., & GuàrdiaOlmos, J. (2015). Konflik etis dalam perawatan
kritis: Korelasi antara paparan dan jenis. Etika Keperawatan, 22 (5), 594–607.
https://doi.org/10.1177/0969733014549883 Fernandes, MI, & Moreira, IM (2012). Ethi

Anda mungkin juga menyukai