Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN KRITIS

PADA PASIEN GERIATRI

Disusun oleh :

Challista D. F. I .R. Tadung

Viona Marthalisa Nussy

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Warga usia lanjut yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 13 tahun1998
tentang Kesejahteraan Usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
atau lebih. Pada usia 60 tahun ke atas terjadi proses penuaan yang bersifat universal
berupa kemunduran dari fungsi biosel, jaringan, organ, bersifat progesif, perubahan
secara bertahap, akumulatif, dan intrinsik.
Timbulnya penyakit yang biasanya juga tidak hanya satu macam tetapi multipel,
menyebabkan usia lanjut memerlukan bantuan, perawatan dan obat-obatan untuk proses
penyembuhan atau sekadar mempertahankan agar penyakitnya tidak bertambah parah.
Terapi pengobatan pada pasien usia lanjut secara signifikan berbeda dari pasien pada usia
muda, karena adanya perubahan kondisi tubuh yang disebabkan oleh usia, dan dampak
yang timbul dari penggunaan obat-obatan yang digunakan sebelumnya.
Hasil penelitian menunjukkan 78% usia lanjut menderita tidak kurang dari 4
macam penyakit, 38% menderita lebih dari 6 macam penyakit, dan 13% menderita lebih
dari 8 macam penyakit. Banyaknya penyakit yang diderita ini sering menyulitkan seorang
dokter membuat diagnosis yang tepat dan memberi pengobatan yang rasional. Sehingga
sering dijumpai, dokter meresepkan obat secara berlebihan (over prescribing) atau
memberikan obat tidak tepat (incorrect prescribing) pada penderita usia lanjut
(Rahmawati dkk., 2008).
Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas maka peran profesi apoteker perlu diubah
paradigmanya dari drug oriented menjadi patient oriented yang dikenal dengan istilah
Pharmaceutical Care yang merupakan tanggung jawab profesi apoteker dalam hal
farmakoterapi dengan tujuan meningkatnya kualitas hidup pasien. Dalam terapi obat
pasien, seorang farmasis diharapkan dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang
berkaitan dengan penggunaan obat (Drug Related Problems) baik yang telah terjadi atau
yang berpotensi untuk terjadi, kemudian mengupayakan penanganannya dan pencegahan
terhadap masalah yang teridentifikasi (Chistiane dkk., 2008).

B. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Epidemiologi Penyakit
1. Pengertian
Geriatri berasal dari kata”Geron”,(lanjutUsia) dan “iatreia”
(kesehatan/medical). Istilah geriatri pertama kali diperkenalkan oleh Ignas Leo
Nascher, seorang dokter Amerika pada tahun 1909 (Aspiani, 2014).
Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit dan
masalah kesehatan pada usia lanjut menyangkut aspek preventif, diagnosis, dan
tatalaksana. Pasien geriatri adalah pasien lanjut usia yang memiliki karakteristik
khusus yang membedakannya dari pasien usia lanjut pada umumnya
(Setiati,2013).
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun keatas. Dra.Ny.Jos Masdani; Nugroho, (2000)
mengemukakan bahwa lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.
Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian pertama fase iufentus, antara 25 dan
40 tahun, kedua fase verilitas, antara 40 dan 50 tahun, ketiga fase prasenium
antara 55 dan 65 tahun, dan ke empat fase senium, antara 65 hingga tutup usia
(Azizah, 2011).
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnnya jumlah
sel-sel yang ada didalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga proses penuan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak tahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994 dalam
Sya’diyah,2011).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa usia
lanjut di bagi menjadi 4 kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah
kelompok usia 45-49 tahun, usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun, usia tua (old)
antara 75-90 tahun, sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Sya’diah, 2011).

2. Etiologi
Penyebab penyakit pada lansia pada umumnya berasal dari dalam tubuh
(endogen), sedangkan pada dewasa berasal dari luar tubuh (eksogen). Berbagai
organ-organ tubuh Akibat kerusan sel-sel karena proses menua, sehingga produksi
hormon, enzim, dan zat-zat yang diperlukan untuk kekebalan tubuh menjadi
berkurang. Dengan demikian lansia akan lebih mudah terkena infeksi. Sering
pula, penyakit lebih dari satu jenis (multipatologi), dimana satu sama lain dapat
berdiri sendiri maupun saling berkaitan dan memperberat. Katup jantung menebal
dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan
volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat (Maryam, dkk, 2008
dalam Vanesa, 2019).

3. Anatomi

4. Patofisiologi
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan permasalahan kesehatan
yang sering kali muncul pada lansia tidak hanya satu penyakit, melainkan
beberapa penyakit atau yang sering disebut multi morbiditas. Hal ini terjadi
karena lansia mengalami penurunan fungsi fisiologis. Multi morbiditas akan
meningkat seiring dengan kenaikan usia seseorang. Kelompok lansia rentan dalam
menghadapi berbagai infeksi. Kerentanan lansia terjadi karena penurunan
produksi immunoglobulin sebagai antibodi dan menurunnya respons sistem
kekebalan tubuh, adanya penyakit penyerta yang timbul setelah terjadinya
penurunan struktur dan fungsi organ tubuh, gangguan fungsional tubuh, mal-
nutrisi yang menyebabkan rentan terkena penyakit infeksi, dan kondisi sanitasi
lingkungan yang buruk. Kemunduran fungsi organ tubuh khususnya pada lansia
menyebabkan kelompok ini rawan terhadap serangan berbagai penyakit kronis,
seperti diabetes melitus, stroke, gagal ginjal, kanker, hipertensi,dan jantung
(Destiara dan Rachmayanti, 2017).

5. Manifestasi
 Jatuh
 Gangguan tidur
 Delirium
 Dizziness
 Syncope
 Ulkus dekubitus
 Inkontinensia
 Imobilisasi
 Instabilitas
 Gangguan penglihatan dan pendengaran

6. Pemeriksaan penunjang

7. Penatalaksanaan
Menurut Syamsuni (2008), prinsip umum penggunaan obat pada pasien geriatri
adalah sebagai berikut :
 Berikan obat hanya yang betul-betul diperlukan artinya hanya bila ada
indikasi yang tepat. Bila diperlukan efek plasebo berikan plasebo yang
sesungguhnya
 Pilihlah obat yang memberikan rasio manfaat yang paling menguntungkandan
tidak berinteraksi dengan obat yang lain atau penyakit lainnya
 Mulai pengobatan dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang biasa
diberikan pada orang dewasa yang masih muda.
 Sesuaikan dosis obat berdasarkan dosis klinik pasien, dan bila perlu dengan
memonitor kadar plasma pasien. Dosis penuNjang yang tepat umumnya lebih
rendah.
 Berikan regimen dosis yang sederhana dan sediaan obat yang mudah ditelan
untuk memelihara kepatuhan pasien
 Periksa secara berkala semua obat yang dimakan pasien, dan hentikan obat
yang tidak diperlukan lagi.

8. Prognosis
Adapun jenis keluhan kesehatan yang paling banyak dialami geriatik adalah
keluhan lainnya, yaitu jenis keluhan kesehatan yang secara khusus memang
diderita lansia seperti asam urat, darah tinggi (hipertensi), reumatik, diabetes,dan
berbagai jenis penyakit kronis lainnya.
 Gout Arthritis/Asam Urat
Gout Arthritis merupakan kelompok keadaan heterogenous yang
berhubungan dengan efek genetik pada metabolism purin (hiperurisemia).
Pada keadaan ini bisa terjadi oversekresi asam urat atau defek renal yang
mengakibatkan penurunan ekskresi asam urat, atau kombinasi keduanya
(Smeltzer, 2006 dalam Aspian, 2014).
 Darah Tinggi (Hipertensi)
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama
(persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner), dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak
dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Pusat data dan
informasi Kemenkes RI, 2014). Menurut Kushariyadi (2008) bahwa,
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan (Morbiditas) dan angka kematian (Mortalitas) (Aspian, 2014).
 Athritis Rheumatoid/Reumatik
Athritis Rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistematik kronik
dengan manifestasi utama poliarthritis progersif dan melibatkan seluruh organ
tubuh.Terlibatnya sendi pada pasien arthritis rheumatoid terjadi setelah
penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresivitasnya.
Pasien juga dapat menunjukkan gejala konstitusional berupa kelemahan
umum, cepat lelah, atau gangguan nonartikular lain (Mansjoer, 2000 dalam
Aspiani, 2014).
 Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang kebanyakan heredite;
dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak
adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kekurangan
insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai gangguan metabolisme lemak dan protein
(Askandar, 2001 dalam Aspiani, 2014).
 Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM)
PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru
berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya
penyempitan saluran nafas. Timbulnya penyakit ini dikaitkan dengan faktor-
faktor risiko yang terdapat pada penderita, antara lain: merokok yang
berlangsung lama, polusi udara, infeksi paru berulang dan usia (Aspiani,
2014).
 Penyakit Jantung Koroner (PJK)
PJK Merupakan penyakit jantung yang paling sering ditemukan pada
orang usia lanjut. Pada keadaan normal terjadi keseimbangan aliran darah
koroner dengan kebutuhan miocard. Akan tetapi terjadi kedaan ketidak
seimbangan antara suplai oksigen miocard akibat dari penyempitan arteri
coroner sehingga suplai menurun dan peningkatan kebutuhan oksigen atau
keduanya terjadi secara bersama-sama (Aspiani, 2014).
 Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih adalah suatu keadaan dimana adanya suatu proses
peradangan yang akut ataupun kronis dari ginjal/saluran kemih yang
mengenai pelvis ginjal, jaringan interstisial dan tubulus ginjal (pielonefritis),
atau kandung kemih (Cystitis), dan urethra (uretritis) (Aspiani, 2014).
 Osteoporosis
Osteoporosis adalah tulang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat
khas berupa massa tulangnya rendah atau kurang, disertai gangguan
mikroarsitekturtulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat
menimbulkan kerapuhan tulang dengan risiko terjadinya patah tulang
(Aspiani, 2014).
 Katarak
Katarak adalah kelainan mata yang terutama terjadi pada orang tua, suatu
daerah kekabutan atau keruh didalam lensa. Pada stadium dini pembentukan
katarak, protein dalam serabut-serabut lensa di bawah kapsul mengalami
denature. Lebih lanjut, protein tadi berkoagulasi membentuk daerah keruh
menggantikan serabutserabut protein lensa yang dalam keadaan normal
seharusnya transparan (Aspiani, 2014).
 Stroke
Stroke atau Cerebro Vascular Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak. Sindrom
yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa deficit neurologis
fokal atau global yang langsung 24 jam atau lebih langsung menimbulkan
kematian, dan sematamata disebabkan oleh gangguan peredaran otak non
traumatik (Aspiani, 2014).

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
 Mulut dan Gigi
Gigi rusak,gusi atrophy, mulut kering sehingga air liur mudah mengental. Mukosa
mulut mudah pecah stomatitis
 Kulit
Gatal-gatal, kulit kering dan mudah terluka
 Ekstremitas atas dan bawah
Kulit kaki dan tangan kering, terjadi penebalan pada daerah yang tertekan,
beberapa bagian kulit bahkan menipis, kulit terkelupas, pecah-pecah dan mudah
tergores. Selain itu terkjadi berbagai kelainan kuku seperti lapisan tanduk, yang
semakin mengeras
 Mobilitas
kemampuan beraktifitas
 Eliminasi
Konstipasi, inkontinensia urin dan fekal, diare.
Hal-hal yang dikaji, frekuensi dan pola defekasi, penggunaan laxative,pola diet,
masukan dan keluaran cairan, aktiftas klien, integritas kulit sekitar anus
 Penglihatan
Kehilangan ketajaman penglihatan, glaukoma dan katarak.
 Pengengaran
Penurunan fungsi pendengaran
 Jantung dan pembuluh darah
Peningkatan tekanan darah (HT), gagal jantung
 Pernapasan
Pneumonia dan PPOM, kaji kemampuan batuk, dan mengeluarkan dahak,mudah
lelah, lemah, berat badan menurun, dan tidak nafsu makan
 Endokrine
Diabetes dan penyakit tiroid, kaji BB, nafsu makan, toleransi terhadap panas
dingin, pola BAK dan aktifitas
 Nyeri
skala nyeri, menangis,mengerang,agitasi dan kelemahan fisik
 Depresi
sulit berkonsentrasi, merasa sedih dan pesimis, sulit tidur, kehilangan BB,
hilangnya minat melakukan aktifitas
 Demensia
Gangguan berbahasa, kehilangan daya ingat

2. Pathway
3. Diagnose
 Gangguan Mobilitas fisik
 Gangguan pemenuhan kebutuhan sehar-hari: toileting, makan, minum,kebersihan
diri, dan rekreasi
 Gangguan eliminasi urine dan fekal
 Gangguan persepsi sensori
 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
 Intoleransi aktifitas
 Tidak efektifnya pola napas
 Nyeri
 Gangguan proses berpikir
 Gangguan pola tidur

4. Intervensi
 Continuum of Care
Kerjasama tim perawatan, dokter dan ahli gizi
 Rehabilitasi
Discharge planning
 Kemandirian
Memberikan fasiltas pada klien utk menolong diri, dan motivasi
 Long-Term Care
 Home Based Care
Perawatan di rumah terutama kesiapan keluarga, perawat perlu mengidentifikasi
masalah kesehatan klien.
5. Implementasi
 Tindak Lanjut operasional dari rencana tindakan yang telah dirancang
sebelumnya
 Tindakan
Bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, pemberian oksigen, perawatan
kebersihan diri, melakukan mobilisasi, mengorientasi klien terhadap tempat,waktu
dan orang

6. Evaluasi
 Tingkat keberhasilan pelaksanaan tindakan dalam mengatasi permasalah yang
muncul
 Tindakan ini terhadap tujuan merupakan indepth and comprehensive
judgement terhadap tujuan yang ingin dicapai dan hasil yang diharapkan

7. Jurnal terkait optic

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2004, Bagi Kaum Lansia Obat tidak Selalu Menjadi Sahabat http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/0804/01/index.htm.. Diakses tanggal 14 Maret 2009
Anonim, 2006, Terapi pada Usia Lanjut (Geriatri),
http://pojokapoteker.blogspot.com/2008/12/terapi-pada-usia-lanjut-geriatri.html diakses 14
Maret 2009
Bustami,Z.S. 2001. Obat Untuk Kaum Lansia. Edisi kedua. Penerbit ITB. Bandung
Chistiane, Merry, dkk. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. V, No. 3 Desember 2008, 138-149 :
Kejadian Reaksi Obat Yang Tidak Dikehendaki Yang Menyebabkan Pasien Usia Lanjut
Dirawat Di Ruang Perawatan Penyakit Dalam Instalasi Rawat Inap B Rumah Sakit DR.
Cipto Mangunkusumo, Fakultas FMIPA jurusan Farmasi UI.
Craven, RF., Hirnle, CJ. (2000). Fundamental of Nursing : Human Health and Function, 3rd
Ed., New York : Lippincott Pub.
Darmansjah, Iwan, Prof. 1994. Jurnal Ilmiah : Polifarmasi pada Usia Lanjut. Diakses
tanggal 14 Maret 2009
Darmojo-Boedi, Martono Hadi (editor). 2006. Buku Ajar Geriatri. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran UI. Jakarta
Manjoer, Arif M, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, 12, Media Aesculapius, Jakarta.
Rahmawati, Fitri, dkk. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 1 Januari 2008, Hal 23-29 :
Problem Pemilihan Obat Pada Pasien Rawat Inap Geriatri di RSUP DR. Sardjito
Yogyakarta, Fakultas Farmasi UGM.
Republik Indonesia. 1998. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998
Tentang
Supriati, Tati., Bahan Ajar Praktikum Farmasetika, Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II
Syamsuni, (2005) Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran
(EGC)

Anda mungkin juga menyukai