Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH STUDI DIAGNOSTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT JANTUNG


KORONER DENGAN PEMERIKSAAN HDL DAN LDL

Dosen Pembimbing

Hepta Nur Anugrahini, S.Kep, Ns., M.Kep

Penyusun :

1. Salsabiil Luthfia Nur Hida (P27820119040)


2. Santi Ayu Kasmita Suharini (P27820119041)
3. Shinta Natasha (P27820119042)
4. Sinta Nurwida (P27820119043)

Semester III / 2 Reguler A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Studi Diagnostik yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN PEMERIKSAAN HDL DAN
LDL”
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
membantu terselesainnya makalah ini. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih
atas semua bantuan yang telah diberikan dalam penyusunan makalah ini. Ucapan
terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada:
1. Hepta Nur Anugrahini, S.Kep, Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing.
2. Serta teman – teman yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini.
Pada makalah ini saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu, segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif kami terima dengan senang
hati demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa
saja, khususnya para mahasiswa serta seluruh pembaca.

Surabaya, 24 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Pengkajian.........................................................................................................5
1.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................................6
1.3 Intervensi Keperawatan.....................................................................................7
1.4 Implementasi Keperawatan...............................................................................8
1.5 Evaluasi Keperawatan.......................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian..........................................................................................................3
2.2. Tujuan Pemeriksaan..........................................................................................3
2.3. Persiapan Sebelum Pemeriksaan.......................................................................3
2.4. Prosedur Pemeriksaan.......................................................................................3
2.5. Persiapan Sesudah Pemeriksaan.......................................................................3
2.6. Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal........................................................3
2.7. Edukasi..............................................................................................................4
2.8. Nursing Responbility........................................................................................4
BAB III EVALUASI
3.1 Nilai Normal Pemeriksaan................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa
yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
2. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan
sindrom koroner didapatkan keluhan berupa rasa berat pada dada, nyeri
dada, dan sesak napas.
3. Riwayat Penyakit
Pasien dengan sindrom koroner biasanya akan diawali dengan adanya
tanda-tanda nyeri pada area dada, gangguan pencernaan atau mual, kepala
terasa ringan atau berkeringat, denyut jantung cepat dan sesak napas. Perlu
juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah
dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya
tersebut.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita penyakit seperti
TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, hipertensi dan sebagainya.
Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab penyakit jantung koroner.
6. Pengkajian Pola-Pola Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi
perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan
persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan
adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan
obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status
nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan
minum sebelum dan selama MRS pasien dengan sindrom koroner akan
mengalami penurunan nafsu makan akibat dari nyeri dada dan sesak
nafas.
c. Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien
yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan
menimbulkan konstipasi.
d. Pola aktivitas dan latihan
Karena adanya sesak napas pasien akan cepat mengalami kelelahan
pada saat aktivitas. Pasien juga akan mengurangi aktivitasnya karena
merasa nyeri di dada.
e. Pola tidur dan istirahat
Pasien menjadi sulit tidur karena sesak naps dan nyeri. Hospitalisasi
juga dapat membuat pasien merasa tidak tenang karena suasananya
yang berbeda dengan lingkungan di rumah.
f. Pola hubungan dan peran
Karena sakit, pasien akan mengalami perubahan peran. Baik peran
dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Contohnya: karena sakit
pasien tidak lagi bisa mengurus anak dan suaminya.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya
sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai
seorang awam, pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya
adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien
mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
h. Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga
dengan proses berpikirnya. Tetapi tidak menutup kemungkinan adanya
diagnosis keperawatan berhubunngan dengan psikologis.
i. Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks akan terganggu
untuk sementara waktu karena kondisi fisiknya masih lemah.
j. Pola koping
Pasien bisa mengalami stress karena belum mengetahui proses
penyakitnya. Mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan
dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu
mengenai penyakitnya.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Kehidupan beragama dan rutinitas ibadah klien dapat terganggu karena
proses penyakit.
l. Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien dengan penyakit jantung koroner dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium analisa lemak. Hasil dari pemeriksaan profil
lipid (Kolesterol total, HDL, LDL dan Trigliserida) pada pasien
dengan sindrom koroner akut atau penyakit jantung koroner adalah
sebagai berikut:
 Pasien dengan kadar kolesterol total mencapai 240 mg/dl
 Pasien dengan kadar HDL < 40 mg/dl
 Pasien dengan kadar LDL >130 mg/dl
 Pasien dengan kadar trigliserida mencapai 200 mg/dl
1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mucul adalah:
1. Gangguan Sirkulasi Spontan berhubungan dengan penurunan fungsi
ventrikel dibuktikan dengan frekuensi nadi > 150 kali/menit, gambaran
EKG menunjukan aritmia, kesadaran menurun, suhu tubuh < 34,5 C dan
saturasi oksigen < 85%.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan angen pencedera fisiologis iskemia
ditandai dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, dan pola napas berubah.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen dibuktikan dengan mengeluh lelah,
frekuensi jantung >20% dari kondisi istirahat, merasa lemah, sesak napas,
dan gambaran EKG menunjukan aritmia.
1.3 Intervensi
Intervensi yang perlu dilakukan pada pasien dengan sindrom koroner akut
sesuai dengan diagnosis keperawatan yang dilakukan yaitu
1. Gangguan Sirkulasi Spontan
Tujuan : Diharapkan klien mampu mempertahankan sirkulasi yang
adekuat untuk menunjang kehidupan.
Luaran utama : Sirkulasi Spontan
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan intervensi selama 3 jam, maka sirkulasi
spontan meningkat dengan kriteria hasil:
- Tingkat Kesadaran 5
- Frekuensi nadi 5
- Tekanan darah 5
- Suhu tubuh 5
- Saturasi Oksigen 5
- Gambaran EKG aritmia 5
a. Intervensi utama : Resusitasi Cairan
Observasi
- Monitor status oksigen
Terapeutik
- Berikan infus cairan kristaloid 1-2 pada dewasa
- Berikan infus cairan kristaloid 20mL/kgBB pada anak
Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan jenis dan jumlah cairan
b. Intervensi Pendukung : Pemantauan Hasil Laboratorium
Observasi
- Identifikasi pemeriksaan laboratorium yang diperlukan
- Monitor hasil laboratorium yang diperlukan
Terapeutik
- Ambil sampel darah sesuai protokol
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan dokter jika hasil laboratorium memerlukan
intervensi media
c. Intervensi Pendukung : Pengambilan sampel darah vena
Observasi
- Identifikasi order pemeriksaan darah vena, sesuai indikasi
Terapeutik
- Lebarkan pembuluh darah dengan torniket dan mengepalkan tinu
- Lakukan penusukan 20-30 derajat
- Aspirasi sampel darah
- Keluarkan jarum dan lakukan penekanan didaerah penusukan
- Berikan label pada tabung sampel
- Kirim sampel ke laboratorium
- Buang jarum pada wadah tertutup, sesuai prosedur
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur sebelum
pengambilan darah
- Informasikan hasil pemeriksaan sampel darah
2. Nyeri Akut
Tujuan : Diharapkan klien mampu .mengatasi rasa nyeri mendadak dengan
intensitas ringan hingga berat.
Luaran utama : Tingkat Nyeri
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan intervensi selama 3 jam, maka tingkat
nyeri diharapkan menurun dengan kriteria hasil:
- Kemampuan menuntaskan aktivitas 5
- Keluhan Nyeri 5
- Meringis 5
- Gelisah 5
- Frekuensi nadi 5
- Pola Napas 5
a. Intervensi Utama : Pemberian analgesik
Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
analgesik
Teraputik
- Diskusikan jenis anlgesik yang disukai
- Pertimbangkan penggunaan infus kontinu
- Tetapkan target efektifitas analgesik
- Dokumentasi respon terhadap efek analgesik
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
- Kolaborasi jenis dan dosis analgesik, jika perlu
b. Intervensi Pendukung : Pemberian obat intravena
Observasi
- Identifikasi kemungkinan alergi
- Verifikasi order obat dan tanggal kadaluarsa
- Monitor tanda vital dan hasil laboratorium
Terapeutik
- Lakukan prinsip enam benar
- Pastikan kepatenan kateter IV
- Campurkan obat kedalam kantung, botol atau buret
- Berikan obat dengan kecepatan yang tepat
- Tempelkan label keterangan nama obat dan dosis pada wadah
cairan IV
Edukasi
- Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan yang diharapkan
dan efek samping sebelum pemberian
- Jelaskan faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
efektifitas obat
c. Intervensi Pendukung : Edukasi manajemen nyeri
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
3. Intoleransi Aktivitas
Tujuan : Diharapkan klien memiliki cukup energi dalam melakukan
aktivitas normal sehari-hari
Luaran utama : Toleransi aktivitas
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan intervensi, diharapkan toleransi aktivitas
klien dapat meningkat ditandai dengan kriteria hasil:
- Keluhan lelah 5
- Perasaan lemah 5
- Frekuensi napas 5
- Aritmia saat dan sesudah aktivitas 5
- EKG iskemia 5
a. Intervensi utama : Manajemen energi
Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
- Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
- Berikan aktivitas dikstraksi yang menenangkan
Edukasi
- Anjurkan aktvitas secara bertahap
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara mengatur nutrisi makanan
b. Intervensi Pendukung : Manajemen nutrisi
Observasi
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Fasilitasi menentukan pedoman diet
Edukasi
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gzi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien
c. Intervensi Pendukung : Pemantauan tanda vital
Observasi
- Monitor tekanan darah
- Monitor nadi
- Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
Terapeutik
- Atur interval sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemeriksaan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
1.4 Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan. Terdapat
tindakan yang bisa dilakukan untuk mengidentifikasi gejala sindrom koroner
akut yang bisa menjadi penyakit jantung koroner sehingga intervensi
keperawatan tersebut dapat membantu dalam menegakkan intervensi
keperwatan lainnya dalam diagnosis keperawatan yang berbeda. Seperti
halnya diatas adalah diagnosa keperawatan gangguan sirkulasi spontan
menggunakan intervensi pemantauan hasil laboratorium. Dalam hal ini, hasil
pemantauan laboratorium dapat menegakkan dan mendukung intervensi
keperawatan, manajemen nutrisi dalam diagnosis intoleransi aktivitas, yaitu
pemeriksaan laboratorium analisa lemak yang mencakup pemeriksaan kadar
kolesterol total dan trigliserida. Selain itu, terdapat juga tindakan intervensi
keperawatan pemberian obat intravena dalam nyeri akut.
1.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan setelah implementasi dilakukan sesuai
rencana keperawatan. Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan menilai
kemampuan pasien dalam mengatasi diagnosis keperawatan, sesuai dengan
kriteria hasil intervensi keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemeriksaan
2.7.1 HDL
2.7.1.1 Definisi
Tes HDL mengukur tingkat kolesterol ‘baik’ dalam darah. HDL
adalah lipoprotein berdensitas tinggi. Lipoprotein terbentuk dari
protein dan lemak. HDL dikenal sebagai kolesterol baik karena
HDL membawa kolesterol ‘jahat’, lipoprotein berdensitas rendah
(low density lipoprotein), trigiliserida, dan lemak yang berbahaya
dan mengembalikannya ke dalam hati untuk diproses.
2.7.1.2 Tujuan Pemeriksaan
Untuk mengetahui kadar kolesterol HDL dalam darah dan untuk
menunjang diagnosa.
2.7.1.3 Persiapan Sebelum Pemeriksaan
1. Persiapan Pasien
a. Tidak ada perubahan pola makan selama 2 minggu
sebelum pemeriksaan
b. Tidak ada pertambahan atau penurunan berat badan
c. Tidak melakukan aktivitas berat 24 jam sebelum
pemeriksaan
d. Sebaiknya puasa 12 jam sebelum pengambilan sampel
2. Persiapan Alat dan Bahan
a. Fotometer
b. Tabung reaksi 3 ml
c. Multipipet 10-200 μl, 500 μl, 1000 μl
d. Spuit 3 cc
e. Reagen pereaksi
2.7.1.4 Prosedur Pemeriksaan
Pemeriksaan HDL menggunakan metode precipitasi dan metode
colorimetri.
1. Pemeriksaan dengan metode precipitasi
a. Pipet ke dalam tabung centrifuge yang sudah diberi label :
Sampel 0,2 ml
Reagen 1,5 ml
b. Campur dan biarkan tabung dalam posisi berdiri selama
10 menit suhu ruangan
c. Masukkan ke dalam centrifuge dan putar minimal 4000
rpm selama 10 menit
d. Secara hati-hati pisahkan supernatant
2. Pemeriksaan dengan metode colorimetri
a. Pipet ke dalam tabung centrifuge yang sudah diberi label :
Blank Standar Sampel
Aquades 50μl - -
HDL-Chol - 50μl -
standar
Sampel - - 50 μl
supernatant
Reagen 1ml 1ml 1ml
b. Campur hingga homogen dan inkubasi selama 30 menit
pada suhu ruangan (16-25℃) atau 10 menit pada suhu
37℃
c. Ukur kadar HDL-Cholesterol pada fotometer
d. Baca hasil pada monitor
2.7.1.5 Persiapan Sesudah Pemeriksaan
1. Pencatatan hasil
Hasil pemeriksaan harus dicatat dan disimpan untuk
dijadikan laporan.
2. Pelaporan hasil
Pencatatan laporan digunakan untuk mendiagnosa atau
mengetahui ada tidaknya kelainan di dalam tubuh pasien.
2.7.1.6 Faktor yang memengaruhi nilai normal
a. Faktor genetik
Faktor genetik cukup berpengaruhi terhadap penurunan kadar
kolesterol HDL dalam darah, karena tubuh memproduksi
kolesterol mencapai 80%.
b. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas dapat menyebabkan dampak serius
terhadap kesehatan. Kurangnya aktivitas fisik dapat
meningkatkan kadar LDL dan menurunkan kadar HDL
c. Usia
Usia yang semakin meningkat juga salah satu faktor
penyebab menurunnya kadar HDL kolesterol yang
diakibatkan menurunnya daya kinerja organ tubuh.
d. Merokok
Merokok dapat menurunkan kadar HDL Kolesterol

2.7.1.7 Edukasi
Biasanya pengobatan terbaik untuk orang-orang yang memiliki
kadar kolesterol tinggi menurut UPT – Balai Informasi
Teknologi LIPI adalah :
a. Menurunkan berat badan jika mereka mengalami kelebihan
berat badan. Karena kolesterol dan lemak jenuh makanan
telah terbukti menaikkan kolesterol-LDL, maka masukan zat
gizi ini harus dikurangi. Kalori berlebihan menaikkan LDL
dan trigliserida-VLDL, serta menurunkan HDL, yang
membuat pengaturan berat badan menjadi penting.
b. Berhenti merokok, sebab rokok dapat menurunkan kadar
HDL.
c. Mengurangi jumlah lemak dan kolesterol dalam makanannya.
Diet rendah kolesterol dan rendah lemak jenuh akan
mengurangi kadar LDL.
d. Menambah porsi olah raga. Olah raga bisa membantu
mengurangi kadar LDL- kolesterol dan menambah kadar
HDL-kolesterol.
e. Mengkonsumsi obat penurun kadar lemak (jika diperlukan).
f. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral biasanya
menderita peningkatan trigliserida yang bisa mempengaruhi
HDL, yang tergantung atas komposisi estrogen- progesteron
pil. Kontrasepsi oral dengan dominan progestin bisa
menurunkan HDL.
g. Saat ini penggunaan obat-obat antioksidan menjadi babak
baru dalam upaya pengendalian faktor-faktor risiko PJK,
dimana obat-obat tersebut relatif lebih murah. Santoso (1998)
mengemukakan bahwa perubahan oksidatif LDL dapat
dihambat dengan memberi antioksidan, misalnya vitamin
yang larut dalam lemak (vitamin A, vitamin E dan beta-
karoten), vitamin C dan probukal. Beberapa penelitian telah
membuktikan manfaat vitamin E bila dipakai dengan tujuan
pencegahan primer, yaitu menghambat terjadinya PJK pada
pria, wanita, dan orang tua.
2.7.1.8 Nursing Responbility
Peran perawat dalam pemeriksaan HDL dan LDL adalah untuk
membantu pengambilan darah pada pasien seperti, persiapan
pasien, persiapan alat, dan dokumentasi. Setelah itu sampel darah
akan dikirim ke laboratorium.

BAB III
EVALUASI
3.1 Nilai Normal Pemeriksaan

DAFTAR PUSTAKA

Samiadi, L.A 2020, Kolesterol HDL, dilihat 02 Oktober 2020,


https://hellosehat.com/kesehatan/tes-kesehatan/kolesterol-hdl/?amp (Disarikan
dari berbagai sumber)

Geru, Y 2018, ‘High Density Lipoprotein (HDL)’, dilihat tanggal 03 Oktober


2020, http://repository.unimus.ac.id/2755/4/BAB%20II.pdf (Disarikan dari
berbagai sumber)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Jakarta, DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
Jakarta, DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Jakarta, DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai