Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH STUDI DIAGNOSTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER KOLOREKTAL


DENGAN PEMERIKSAAN ANTIGEN CARSINOEMBRIONIK (CEA)

Dosen Pembimbing :

Hepta Nur Anugrahini, S.Kep. Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

1. Muhammad Farhan Nurdiansyah (P27820119079)


2. Wieke Sharah Febrianti (P27820119096)
3. Zalsabila Ramadhani (P27820119099)

Tingkat II Reguler B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kanker Kolorektal Dengan
Pemeriksaan Antigen Carsino Embrionik (CEA)” ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang
bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga kami
ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya
baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktu yang telah ditentukan.

Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang


penyusunan makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang
telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga
kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya
makalah lain yang lebih baik lagi. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bisa
memberikan banyak manfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 25 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii


DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB 1 ASKEP TEORI KANKER KOLOREKTAL
1.1 Pengkajian ................................................................................ 1
1.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................. 8
1.3 Intervensi Keperawatan ............................................................. 8
1.4 Implementasi Keperawatan ....................................................... 10
1.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................... 10
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ...................................................................................... 11
2.2 Tujuan ....................................................................................... 11
2.3 Persiapan Sebelum Pemeriksaan ............................................... 12
2.4 Prosedur Pengambilan Sampel .................................................. 12
2.5 Pemeriksaan Pemantauan Pengelolaan Kanker Kolorektal ....... 13
2.6 Pemeriksaan Antigen Carsinoembrionik (CEA) Pada Pasien Kanker
Kolorektal .................................................................................. 14
2.7 Tindakan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan Laboratorium .... 15
2.8 Faktor yang Mempengaruhi ....................................................... 17
BAB III EVALUASI
3.1 Nilai Normal .............................................................................. 18
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................. 20
4.2 Saran ........................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 21

iii
iv
BAB I

.1 Pengkajian
Tujuan dari pengkajian atau anamnesa merupakan kumpulan informasi
subyektif yang diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan
masalah kesehatan yang menyebabkan pasien melakukan kunjungan ke
pelayanan kesehatan (Niman, 2013).
. Identitas pasien yang perlu untuk dikaji meliputi:
a Meliputi nama dan alamat
b Jenis kelamin : kanker usus ini lebih banyak menyerang pada laki –
laki.
c Umur : paling sering menyerang orang yang berusia lebih dari 40
tahun.
. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan
pertanyaan yang bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien
hanya kata “ya” atau “tidak” atau hanya dengan anggukan kepala atau
gelengan.
. Riwayat Kesehatan Sebelumnya:
Pengkajian yang mendukung adalah mengkaji apakah sebelumnya klien
pernah menderita penyakit lain. Orang yang sudah pernah terkena kanker
usus besar dapat terkena kanker usus besar untuk kedua kalinya. Selain
itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium)
atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena
kanker usus besar.
. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Secara patologi kanker colon tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga
lainnya mempunyai riwayat kanker usus besar pada keluarga, maka
kemungkinan terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara
anda terkena kanker pada usia muda.

1
. Riwayat Tumbuh Kembang
Kelainan – kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan
pertumbuhan seseorang yang dapat mempengaruhi keadaan penyakit
seperti gizi buruk atau obesitas.
. Riwayat Sosial Ekonomi
Pada riwayat sosial ekonomi pasien terkait makanan dan nutrisi yang
dikonsumsi oleh pasien setiap harinya.
. Riwayat Psikologi
Cara pasien menghadapi penyakitnya saat ini, dapat menerima, ada
tekanan psikologis berhubungan dengan sakitnya itu. Kita kaji tingkah
laku dan kepribadian.
. Persepsi kesehatan dan cara pemeliharaan kesehatan
Cara klien menjaga kesehatan, cara menjaga kesehatan, pengetahuan klien
tahu tentang penyakitnya, tanda dan gejala apa yang sering muncul,
perilaku mengatasi kesehatan, pengetahuan penyebab sakitnya.
. Nutrisi metabolik
Makan atau minum, frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi, obatobatan
yang dikonsumsi.
0. Eliminasi
Pola buang air besar atau buang air kecil : teratur, frekuensi, warna,
konsistensi, keluhan nyeri.
. Aktivitas dan latihan
Aktivitas sehari-hari yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari, bantuan dalam melakukan aktivitas, keluhan klien saat beraktivitas.
. Tidur dan istirahat
Kualitas tidur klien, kebiasaan tidur klien, kebiasaan sebelum tidur klien.
. Kognitif dan persepsi sensori
Pengkajian nyeri PQRST, penurunan fungsi Panca indera, alat bantu yang
digunakan misalnya kaca mata.

2
. Persepsi dan konsep diri
Cara klien menggambarkan dirinya sendiri, pandangan klien terhadap
penyakitnya, harapan klien terhadap penyakitnya.
. Peran dan hubungan dengan sesama
Hubungan klien dengan sesama, hubungan klien dengan orang lain
keluarga, perawat dan dokter.
. Reproduksi dan seksualitas
Gangguan pada hubungan seksualitas klien, mekanisme koping dan
toleransi terhadap stres.
. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Cara klien menghadapi masalah, cara klien mengatasi solus.
. Nilai dan kepercayaan
Kebiasaan dalam menjalankan agama, tindakan medis yang bertentangan
dengan kepercayaan klien, menjalankan ajaran agama yang dianut klien,
persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari sudut pandang
nilai dan kepercayaan klien.
. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis GCS E4
V5 M6 Skala nyeri 5
Tanda vital:
a Tekanan Darah : 140/90 mm/Hg
b Nadi : 105 X/mnt
c RR : 24 X/mnt
d Suhu : 36°C

Interpretasi :

Tekanan darah pasien tinggi karena pasien berusia hampir 60 tahun. Nadi
tinggi karena pasien biasanya nyeri, RR, suhu dalam batas normal dan
tidak ada gangguan.

Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

3
a Kepala Inspeksi : Tidak ada benjolan / kanker kolon, tidak ada
lesi dikepala, penyebaran rambut merata, rambut bersih, hitam,
tidak ada ketombe. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b Mata Inspeksi : Konjungtiva anemis, posisi dan kesejajaran mata
normal, dilatasi pupil normal, ada reaksi dengan cahaya, tidak
memakai kacamata, fungsi penglihatan normal. Palpasi : tidak ada
nyeri tekan
c Telinga Inspeksi : Bentuk dan ukuran telinga normal, tidak
ditemukan pembengkakan, telinga dalam keadaan bersih,
ketajaman pendengaran normal. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d Hidung Inspeksi : bentuk hidung normal, simetris, pernapasan
cuping hidung, bersih, tidak ada pembengkakan, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
e Mulut Inspeksi : Bibir : mukosa bibir kering, rongga mulut :
jumlah gigi lengkap, lidah : bersih, warna lidah putih
f Leher Inspeksi : bentuk normal, simetris, tidak ada distensi vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening Palpasi :
tidak ada nyeri tekan, teraba nadi karotis
g Dada Inspeksi : bentuk dada normal, simetris, tidak ada retraksi
dada Palpasi : tidak ada nyeri tekan Perkusi : suara paru-paru
sonor (normal), suara jantung pekak Auskultasi : S1 - S2, suara
nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan seperti ronkhi,
wheezing, snoring
h Abdomen Inspeksi : distensi abdomen Auskultasi : Peristaltik
normal (20x/menit) Perkusi : Timpani Palpasi : tidak ada nyeri
tekan
i Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Inspeksi : gerak tangan antara dekstra dan sinistra seimbang,
kekuatan otot

4
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada
massa
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : kekuatan otot dekstra sinistra 5
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada
massa
j Kulit dan kuku
Kulit : kulit lembab, warna kulit kuning langsat, turgor kulit baik
Kuku : kuku pendek dan bersih
Palpasi : CRT 2 detik
Keadaan lokal
Kondisi umum pasien biasanya adalah composmentis degan nilai
GCS 14 -1 5. 20.
20. Pemeriksaan diagnostik
a Pemeriksaan laboraorium
b Pemeriksaan hispatologi
c Pemeriksaan MSCT-Scan

21. Analisa Data

5
No Data Penunjang Etiologi Masalah
:
1. Data Subjektif : - Pasien Ca Colon Nyeri Kronis
mengatakan nyeri pada
perut bagian bawah - Kompresi tumor
Pasien mengatakan tidak pada dinding kolon
nafsu makan - Pasien
mengatakan keluar
Kompresi ujung
banyak keringat
saraf
- Pasien mengatakan sulit
tidur - Pasien
mengatakan skala nyeri 5 Nyeri abdominal
- P : Nyeri terasa saat
pasien beraktivitas
Nyeri kronis
maupun istirahat - Q :
Nyeri terasa seperti
ditusuk - R : Nyeri terasa
di perut bagian bawah - S Keletihan
: Skala nyeri 5 - T : nyeri
dirasa lebih dari 3 bulan,
muncul sewaktu-waktu
dengan durasi yang tidak Ca Colon

menentu.
Data Objektif : - Skala
Kompresi tumor
nyeri wajah pasien 6 - pada dinding kolon
Mata kurang bercahaya -
Dilatasi pupil - Gerakan
mata hanyaberfokus Kerusakan jaringan
pembuluh darah
pada bagian yang sakit -
Pasien tampak meringis -
Pasien tampak Pecahnya
memegangi perutnya pembuluh darah

bagian bawah - Pasien


tampak gelisah
Data Subjektif : - Pasien Perdarahan
mengatakan tidak intestinal, feses
campur darah
mampu beraktivitas
seperti biasanya - Pasien
Anemia Keletihan
mengatakan tidak 6

mampu melaksanakan
tanggung jawabnya -
.2 Diagnosa Keperawatan
. Nyeri kronis berhubungan dengan kompresi tumor pada ujung saraf nyeri di
dinding kolon.
. Keletihan berhubungan dengan anemia karena adanya perubahan internal
dan feses bercampur darah.
. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat.
. Risiko infeksi berhubungan dengan luka pasca bedah kolostomi.

.3 Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Intervensi


Kriteria Hasil
1. Nyeri Kronis b.d gangguan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
imunitas dibuktikan dengan tindakan 1. Identifikasi
pasien tidak mampu keperawatan 3x24 lokasi, karakteristik,
mnuntaskan aktivitas jam diharapkan durasi frekuensi,
pasien mampu untuk: kualitas, intensitas
1. Menunjukkan nyeri
kontrol nyeri dengan 2. Identifikasi skala
indikator : nyeri
a. Mengenali faktor 3. Identifikasi
penyebab dari sekala faktor yang
2 jarang menjadi memperberat dan
sekala 4 sering memperingan nyeri
melakukan 4. Berikan teknik
b. Mengenali omset nonfarmakologis
lamanya sakit dari untuk mengurangi
sekala 2 jarang rasa nyeri. Misalnya
menjadi sekala 4 terapi musik dan
sering melakukan aromaterapi.
c. Menggunakan 5. Kontrol

7
metode pencegahan lingkungan yang
dari sekala 2 jarang mempererat rasa
menjadi sekala 4 nyeri
sering melakukan 6. Jelaskan
d. Menggunakan penyebab, periode,
metode non analgetik pemicu nyeri
untuk mengurangi 7.Jelaskakan
nyeri dari sekala 2 strategi meredakan
jarang menjadi nyeri
sekala 4 sering 8. Anjurkan
melakukan memonitor nyeri
e. Menggunakan secara mandiri
analgetik sesuai 9. Kolaborasikan
kebutuhan dari pemberiananalgetik,
sekala 2 jarang jika perlu.
menjadi sekala 4
sering melakukan

.4 Implementasi Keperawatan
Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah di rencanakan
dan di lakukan sesuai dengan kebutuhan klien / pasien tergantung pada
kondisinya. Sasaran utama pasien meliputi peredaan nyeri, mengontrol
ansietas, pemahaman dan penerimaan penanganan, pemenuhan aktivitas
perawatan diri, termasuk pemberian obat, pencegahan isolasi sosial, dan upaya
komplikasi.

.5 Evaluasi Keperawatan
Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan
yang telah dilakukan dapat memberikan perbaikan status kesehatan terhadap
klien sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan.

8
9
BAB II

2.1 Definisi
Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh
epitel saluran cerna janin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna
orang dewasa. Pemeriksaan CEA ini bertujuan untuk mengetahui adanya
kanker pada usus besar, khususnya ardenocarcinoma. Pemeriksaan CEA
merupakan uji laboratorium yang tidak spesifik karena hanya 70% kasus
didapatkan peningkatan CEA pada kanker usus besar dan pankreas.
Peningkatan kadar CEA dilaporkan pula pada keganasan oesophagus,
lambung. usus halus dubur, kanker payudara, kanker serviks, sirosis hati,
pneumonia, pankreatitis akut, gagal ginjal, penyakit inflamasi dan trauma
pasca operasi. Yang penting diketahui pula bahwa kadar CEA dapat
meningkat pada perokok.
Selain untuk mendeteksi penyakit kanker, pemeriksaan CEA juga
bertujuan untuk memantau perkembangan hasil pengobatan dan mendeteksi
adanya sel kanker yang muncul kembali setelah pasien selesai menjalani
perawatan kanker.
CEA pertama kali ditemukan oleh Phil Gold dan Samuel O. Freedman
pada ekstrak jaringan kanker usus besar pada manusia. Dari studi yang
dilakukan pada tahun 2008 membentuk ditemukan bahwa CEA kompleks
ekspresi CD44 pada dengan permukaan membran sel yang kemudian
berfungsi sebagai kluste diferensiasi sel CD44v dengan massa l80 kDa yang
menyerap senyawa L-selektin dan E-selektin dari sel kanker untuk ber-
metastasis.
2.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan kadar carcinoembryonic antigen (CEA) dan
albumin serum dengan lokasi kanker kolorektal.
2. Memonitor pengobatan pada orang-orang yang tipe kanker tertentu
(termasuk diantaranya kanker usus besar, rektum, prostat, indung telur,
paru-paru, tiroid, dan hati).
3. Membantu penentuan stadium kanker.

10
4. Menentukan apakah kanker kembali kambuh setelah terapi.
2.3 Persiapan Sebelum Pemeriksaan
Edukasi untuk pasien yang akan melakukan pemeriksaan CEA sendiri adalah
sebagai berikut :
1. Pasien diminta untuk puasa 8 jam sebelumnya. Dan selama puasa pasien
tidak diperbolehkan untuk makan dan minum, kecuali air putih.
2. Tidak dianjurkan untuk melakukan aktivitas berat.
3. Pasien diminta untuk membuang air kecil atau air besar terlebih dahulu
untuk mengosongkan kantung kemih dan usus sebelum pemeriksaan
dilakukan.
2.4 Prosedur Pengambilan Sampel
Prosedur pengambilan sampel darahnya adalah sebagai berikut :
Pengumpulan Bahan
Bahan berupa darah vena yaitu :
1. Lakukan palpasi pada vena yang akan diambil darahnya. Lakukan pada
vena kubiti,dengan memperhatikan percabagan vena. Jangan
mengambil ditempat yang venanya bercabang.
2. Persiapkan spuit yang akan digunakan mengambil darah. Cek keadaannya,
dan pastikan berfungsi dengan baik serta masih steril dari bungkusnya.
3. Lakukan desinfeksi pada vena yang akan diambil darahnya dengan
mengusapkan alcohol swab dari pusat mengarah keluar. Biarkan kering.
4. Pasang tourniquet pada jarak 3 jari dari daerah yang akan ditusuk.
5. Tusukkan spuit pada sudut 45° hingga darah masuk dan nampak diujung
spuit.
6. Buka tourniquet Pasien, sedotlah darah kedalam spuit sesuai dengan
volume yang diinginkan.
7. Tahan ujung spuit dengan kapas kering (jangan tekan needle spuit), dan
tarik spuit dari lokasi penusukkan.
8. Tempelkan plester pada bekas luka pasien.
9. Masuk darah kedalam tabung tunggu sampai membeku

11
Pengolahan Bahan

1. Darah yang sudah diambil dibiarkan beberapa saat (15-30 menit) hingga
membeku
2. Sentrifuge dengan kecepatan 3000rpm selama 5-10 menit
3. Pisahkan serum yang terbentuk, menngunakan pipet dan serum ini siap
digunakan sebagai bahan pemeriksaan.
2.5 Pemeriksaan Pemantauan Pengelolaan Kanker Kolorektal
1. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat
dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu
dilakukan biopsi.
2. Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto
dada dan foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat
apakah ada metastasis kanker ke paru. Pemeriksaan dengan enema barium
mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan
letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi
perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang
kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium
secara umum dilakukan setelah
3. Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan
untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di
abdomen dan hati.
4. Histopatologi
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar
histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu
ditentukan diferensiansi sel.

12
5. Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien
mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210). Tumor marker (petanda
tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml
biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan
penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini
karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada
sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah,
perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologi terhadap shigella dan juga
amoeba.
6. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound
Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan
evaluasi respons pada pengobatan.
7. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum)
Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan
dan dapat dilakukan melalui sum – sum tulang, kulit, organ dan
sebagainya.
2.6 Pemeriksaan Antigen Carsinoembrionik (CEA) Pada Pasien Kanker
Kolorektal
Metode pemeriksaan CEA ada berbagai macam, salah satunya dengan
metode ELFA (Enzym Linked Fluoresence Immuno Assay). Prinsip kerja
dari metode ELFA ini sendiri adalah dengan cara pembacaan Immuno-
Enzymatik dengan pembacaan final fluoresencet metode ELFA. Semua
langkah penetesan di lakukan secara otomatis, Solid Phase Receptacle (SPR)
berguna sebagai fase padat dan alat pemipetan selama pemeriksaan. Semua
reagen yang di butuhkan telah tersedia di reagen strip yang tertutup.
Pemeriksaan ini untuk memantau pengobatan karsinoma kolon dan
pankreas; selain digunakan untuk kajian lanjut setelah kanker terdiagnosis.
Jika kadarnya menurun setelah pengobatan, kanker kemungkinan dapat

13
terkendali. Pemeriksaan CEA dapat dilakukan pada interval 30 - 90 hari, dan
jika kadar yang signifikan berulang kembali, dokter dapat merekomendasikan
pengobatan kemoterapi atau terapi bentuk lainnya.

Cara kerja dari metode ELFA ini adalah sebagai berikut :


1. Siapkan alat dan bahan.
2. Keluarkan reagen CEA dari kulkas, sesuaikan dengan suhu ruang (15°C
sampai 22°C).
3. Gunakan CEAS strip dan CEAS SPR untuk pmeriksaan sampel, control
dan calibrator.
4. Kode CEAS akan teridentifikasi sebagai tes. Kode S1 akan teridentifikasi
sebagai calibrator dan kode C1 akan teridentifikasi sebagai control pada
instrument.
5. Masukkan CEAS SPRs dan CEAS strip dalam instrument.
6. Inisiali tes di user manual.
7. Masukkan sampel/ control/ calibrator sebanyak 200 µl dalam CEAS
strip, kemudian tutup dan simpan kembali setelah di pipet.
8. Pemeriksaan akan selesai kurang lebih 60 menit, hasil akan keluar pada
print out. Setelah pemeriksaan selesai, ambil SPRs dan strip dari
instrument.
2.7 Tindakan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan Laboratorium
Pada saat akan dilakukan pemeriksaan CEA, sebaiknya perawat dan
pasien harus melakukan persiapan terlebih dahulu agar pemeriksaan berjalan
dengan lancar dari kedua belah pihak.
Persiapan pasien :
1) Memperkenalkan diri
2) Mengecek identitas pasien
3) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
4) Menejelaskan tujuan dilakukan pemeriksaan CEA.
5) Meminta izin untuk melakukan prosedur

14
6) Meminta pasien untuk berpuasa terlebih dahulu saat akan dilakukan
pengambilan darah
7) Meminta pasien menjelaskan apakah dirinya merupakan perokok aktif.
8) Kontrak waktu dengan pasien.

Persiapan perawat :
1) Petugas laboratorium memakai APD lengkap
2) Mencuci tangan 6 langkah
3) Memakai handscoon bersih
4) Menyiapkan alat dan bahan
Persiapan alat dan bahan :
Alat :
Mikropipet 200 µl.
Yellow tip
Collection tube
Centrifuge
Tourniquet
Alkohol swab
Spuit dan needle atau vacutainer
Tabung reaksi
Bahan (Reagen) :
Diluen (R1)
Calibrator (S1)
Control (C1)
CEAS SPRs
CEAS strip
Sedangkan tindakan sesudah pemeriksaan CEA sendiri adalah :
1) Petugas Laboratorium melepas APD
2) Petugas mencuci tangan
3) Petugas merapikan alat dan bahan

15
4) Petugas melakukan dokumentasi terhadap pemeriksaan yang telah
dilakukan
5) Petugas mengkaji hasil pemeriksaan, apabila kadar tidak normal, maka
segera melakukan tindakan/pemeriksaan lebih lanjut.

2.8 Faktor yang Mempengaruhi


1. Heparin dapat mempengaruhi temuan pengujian CEA.
2. Hemolisis dapat mempengaruhi temuan pengujian.
3. Penyakit yang dapat menaikkan kadar CEA antara lain inflammatory
bowel disease, pankreatitis alkoholik akut, sirosis alkoholik, dan bronkitis
kronis.
4. Merokok juga dapat mempengaruhi temuan pengujian CEA.

16
BAB III
EVALUASI
3.1 Nilai Normal
Nilai normal CEA pada plasma adalah sekitar 2,5-3,5 ng/ml. Merokok
dapat mempengaruhi hasil CEA, sehingga patokan nilai CEA normal pada
perokok pun berbeda, yaitu 5–6,5 ng/ml. Tingginya kadar CEA pre-operatif
merupakan suatu indikator prognostik yang buruk. Penyakit lain yang dapat
menaikkan kadar CEA antara lain inflammatory bowel disease, pankreatitis
alkoholik akut, sirosis alkoholik, dan bronkitis kronis.
Peningkatan kadar CEA terjadi ketika CEA lebih tinggi dari 3 ng / mL.
Kadar ini dianggap abnormal. Orang dengan banyak jenis kanker dapat
memiliki kadar yang lebih tinggi dari 3 ng / mL. Namun kadar CEA lebih
tinggi dari 3 ng / mL juga dapat terjadi pada:
1. infeksi
2. sirosis
3. merokok kronis
4. penyakit radang usus (IBD)
Kadar CEA lebih tinggi dari 20 ng / mL dianggap sangat tinggi. Jika
penderita kanker memiliki kadar setinggi ini, maka berarti kanker belum
berhasil dihilangkan setelah perawatan, atau juga dapat menunjukkan bahwa
kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Merokok dapat memengaruhi hasil tes CEA pada orang sehat tanpa
kanker. CEA biasanya meningkat, tetapi kurang dari 5 ng / mL pada orang

17
yang merokok. Apabila pemeriksaan dilakukan sebelum memulai pengobatan
untuk kanker, hasil akan menunjukkan:
1. Kadar CEA rendah. Berarti tumor kecil dan kanker belum menyebar ke
bagian tubuh lainnya.
2. Kadar CEA tinggi. Berarti memiliki tumor yang lebih besar dan / atau
kanker mungkin telah menyebar.
Apabila pemeriksaan dilakukan selama menjalani pengobatan kanker,
maka kemungkinan dilakukan beberapa kali pemeriksaan selama perawatan.
Hasilnya dapat menunjukkan:
1. Kadar CEA mulai tinggi dan tetap tinggi. Berarti kanker tidak berespon
baik terhadap pengobatan.
2. Kadar CEA mulai tinggi tetapi kemudian menurun. Berarti perawatan
berhasil.
3. Kadar CEA menurun, tetapi kemudian meningkat. Berarti kanker telah
kembali kambuh setelah menjalani pengobatan.
Jika pemeriksaan berasal dari cairan tubuh (CSF, peritoneal, atau
pleural), tingkat CEA yang tinggi dapat berarti kanker telah menyebar ke area
tersebut. Banyak jenis kanker yang tidak menghasilkan CEA. Jika hasil CEA
normal, bukan berarti tidak menderita kanker. Juga, kadar CEA yang tinggi
dapat menjadi tanda dari kondisi kesehatan yang tidak bersifat kanker. Selain
itu, orang yang merokok seringkali memiliki kadar CEA yang lebih tinggi dari
normal. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan hasil yang abnormal, maka
segera lakukan konsultasi dan pemeriksaan lebih lanjut.

18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker usus besar (kanker kolon) lebih sering terjadi pada wanita, kanker
rektum lebih sering ditemukan pada pria. Sekitar 5% penderita kanker kolon
atau kanker rektum memiliki lebih dari satu kanker kolorektum pada saat
yang bersamaan. Kanker kolon biasanya dimulai dengan pembengkakan
seperti kancing pada permukaan lapisan usus atau pada polip. Kemudian
kanker akan mulai memasuki dinding usus. Kelenjar getah bening di dekatnya
juga bisa terkena. Karena darah dari dinding usus dibawa ke hati, kanker
kolon biasanya menyebar (metastase) ke hati segera setelah menyebar ke
kelenjar getah bening di dekatnya.
Adapun tanda dan gejala dari ca colorectal ntara lain: Gejala ca colorectal
ini sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen
usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada
feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan
perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi. Oleh karena itu
sangat penting kita mengetahui asuhan keperawatan sehingga dapat
mengurangi resiko dari masalah keperawatan yang muncul
4.2 Saran
1. Bagi institusi dan pelayanan kesehatan rumah sakit diharapkan dapat
mempertahankan pelayanan yang baik yang sudah diberikan kepada pasien
untuk mendukung kesehatan dan kesembuhan pasien dengan memberi
pelayanan yang maksimal pada pasien kanker usus.
2. Diharapkan kerja sama dari keluarga untuk memberikan motivasi untuk
kesembuhan pasien.
3. Diharapkan bagi institusi pendidikan menyediakan fasilitas berupa sumber
buku – buku terbaru.
4. Diharapkan peneliti selanjutnya lebih aktif lagi dalam memberikan asuhan
keperawatan khususnya pada pasien dengan masalah kesehatan kanker
usus.

19
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah,Edisi 8,Vol.2. Jakarta:
EGC
Abdullah, Murdani. 2006. Tumor Kolorektal dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam edisi IV jilid I. FKUI : Jakarta
Doenges dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC

20

Anda mungkin juga menyukai