Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“ANAMNESIS GANGGUAN CAIRAN AKIBAT PATOLOGIS SISTEM PERKEMIHAN


DAN METABOLIK ENDOKRIN”

Yang dibimbing oleh :


Ns. Wiyadi, S.Kep.,M.Sc

Disusun oleh :
Devita Mawarni
Fadila Gina
Juwita Hapsari
Muhammad Hadi Winata
Sahrul Ramadhan
Yeti Nurcahyani

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN TINGKAT 3


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM
TAHUN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah dengan judul“ANAMNESIS GANGGUAN CAIRAN AKIBAT PATOLOGIS
SISTEM PERKEMIHAN DAN METABOLIK ENDOKRIN”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah "Keperawatan medikal bedah II" di Poltekkes kemenkes kaltim
dengan Dosen pengampu Ns. Wiyadi, S.Kep.,M.Sc
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan bagi semua
pihak yang membacanya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak sekali kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maka dengan segala kerendahan
hati kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga penyusunan
makalah selanjutnya akan menjadi lebih baik.

Samarinda, 18 mei 2020

Kelompok 5 Keperawatan medikal bedah II

2
DAFTAR ISI
Judul.............................................................................................................0
Kata Pengantar.............................................................................................1
Daftar Isi.......................................................................................................2
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang.................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................4
C. Tujuan...............................................................................................4
BAB II Pembahasan
A.Anamnesa...........................................................................................6
B. Kasus..................................................................................................7
C. Prosedur pemeriksaan fisik pasien dengan gangguan kebutuhan cairan akibat
patologis sistem perkemihan dan metabolik endokrin...........................11
BAB III Penutup
A. Kesimpulan......................................................................................23
B. Saran................................................................................................23
Daftar Pustaka........................................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anamnesis adalah tanya jawab secara langsung dengan klien atau autoanamnesis maupun secara tidak
langsung dengan keluarga atau alloanamnesis utntuk menggali tentang status kesehatan klien. dalam
anamnesis ini perawat membangun hubungan saling percaya antara klien dengan perawat. Observatif
tindakan yang mengamati secara umum terhadap perilaku dan keadaan klien. Pemeriksaan Pemeriksan
fisik merupakan pemeriksaan tubuh untuk menemukan kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh
dengan empat metode yaitu melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan
atau auskultasi (Raylene M Rospond, 2009;Lyrawati, 2009).

Pemeriksaan fisik head to toe perlu dilakukan dengan benar karena hasil pemeriksaan fisik dapat
dijadikan dasar bagi perawat untuk menegakkan diagnosa keperawatan yang selanjutnya sebagai dasar
asuhan keperawatan. Hasil ini dapat diperoleh selama proses pendidikan. Anamnesa adalah : Cara
pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien ( Auto anamnese ) atau pada
orang tua atau sumber lain ( Allo anamnese ). 80% untuk menegakkan diagnosa didapatkan dari
anamnese.

Tujuan anamnesis: Untuk mendapatkan keterangan sebanyak-banyaknya mengenai penyakit


pasien ,Membantu menegakkan diagnosa sementara,Ada beberapa penyakit yang sudah dapat ditegaskan
dengan anamnese saja,Menetapkan diagnosa banding ,Membantu menentukan penatalaksanaan
selanjutnya Langkah-langkah anamnesis Mula-mula dipastikan identitas pasien dengan ,lengkap
(informasi biografi ),Keluhan utama,Riwayat kesehatan saat ini ,Riwayat penyakit terdahulu Kaji data
pasien: Nama • Umur • Jenis Kelamin • Nama Orang tua • Alamat • Umur, Penduduk, & Pekerjaan Orang
Tua • Agama dan Suku Bangsa Tujuan Tujuan Pemeriksaan Fisik Secara umum, pemeriksaan fisik yang
dilakukan bertujuan: •Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien. •Untuk menambah,
mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan. •Untuk
mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan. •Untuk membuat penilaian klinis tentang
perubahan status kesehatan klien dan penatalaksanaan. •Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
Metode Penulisan kajian ini menggunakan model metode penelitian kualitatif atau mengulang penelitian
tentang riset yang bersifat deskriptif dan menggunakan analisis kemudian diinterpretasikan,
memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan pendukung, serta menghasilkan suatu teori, Pengumpulan
data dalam pengkajian ini menggunakan jurnal dan buku. Jurnal dan buku yang digunakan dalam

4
pengkajian ini untuk mengetahui tingkat kemampuan Perawat dalam pengkajian dan pemeriksaan fisik
melalui anamnese dalam memberikan asuhan keperawatan , dan menerapkan konsepnya ketika
melakukan pelayanan kesehatan .perawat akan lebih banyak membaca baik itu buku maupun jurnal dan
ini akan lebih mudah meningkatkan kemampuan berpikir kritis tersebut.penelitian kualitatif ini tidak
menggunakan statistik. Hasil Berdasarkan dari pengkajian kualitatif tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anamnesa pada sistem perkemihan dan metabolik endokrin?
2. Bagaimana pemeriksaan tingkat dehidrasi?
3. Apa saja pemeriksaan overload cairan/edema?
4. Bagaimana pemeriksaan kekurangan mineral dan elektrolit?
5. Apa saja persiapan pasien dengan BNO/IVP?
6. Apa saja persiapan USG ginjal?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami anamnesa sistem perkemihan dan metabolic endokrin.
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pemeriksaan tingkat dehidrasi.
3. Untuk mengetahui dan memahami apa saja pemeriksaan overload cairan/edema.
4. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pemeriksaan kekurangan mineral dan
elektrolit.
5. Untuk mengetahui dan memahami apa saja persiapan pasien dengan BNO/IVP.
6. Untuk mengetahui dan memahami apa saja persiapan USG ginjal.

5
BAB II
PEMBAHASAN
Anamnesa adalah tanya jawab secara langsung dengan klien atau autoanamnesis maupun secara
tidak langsung dengan keluarga atau alloanamnesis utntuk menggali tentang status kesehatan klien. dalam
anamnesis ini perawat membangun hubungan saling percaya antara klien dengan perawat

Anamnesa masalah pada gangguan sistem perkemihan

1. Keluhan utama

a. Keluhan sistematik

 Sesak nafas

 Edema

 Malaise

2. Keluhan lokal

Nyeri. Dalam mengkaji nyeri, perawat dapat melakukan pendekatan PQRST

Pengkajian nyeri dengan pendekatan PQRST

 P : Provoking incident : Pengkajian untuk menentukan faktor mencetus keluhan nyeri

 Q : Quality of Pain : Pengkajian sifat keluhan dan (karakter). Seperti apa rasa nyeri yang
dirasakan.

 R : Region : Pengkajian utk menentukan area

 S : Severity skale of pain : pengkajian seberapa jauh nyeri yang dirasakan

  T : Time : berapa lama berlangsung nyeri

Karakteristik nyeri sistem perkemihan

 Nyeri ginjal : terjadi akibat rengangan kapsul ginjal.

 Nyeri kolik : akibat spasme otot polosureter karena gerakan peristaltiknya terhambat oleh batu,
bekuan darah atau benda asing lain.

 Nyeri vesika : dirasakan pada daerah suprasimfisis

 Nyeri prostat : disebabkan karena inflamasi yang mengakibatkan edema kelenjar postat dan
distensi kapsul prostat.

6
 Nyeri testis : dirasakan pada kantong skrotum dapat berupa nyeri primer (yakni berasal dari
kelainan organ di kantong skrotum)

 Nyeri penis : dirasakan pada penis yang sedang flaccid (tidak ereksi) biasanya merupakan refered
pain dari inflamasi pada mukosa buli buli atau ueretra, terutama pada meatus uretra eksternum.

A. Gangguan sistem perkemihan

Kasus :

Seorang pasien laki-laki, usia 58 tahun, dirawat dirumah sakit dengan keluhan sesak napas, sesak
nafas tidak di pengaruhi oleh aktifitas, batuk tidak ada, nyeri di bagian pinggang belakang (-), buang air
kecil sedikit 200cc/24 jam, edema (+), pasien lebih nyaman dengan posisi tidur miring kekanan dengan
menggunakan bantuan dua bantal pada kedua ekstermitas bawah, kesadaran composmentis, observasi TD:
149/90 mmHg, N: 98x/menit, RR; 29x/menit, s:36,7 oc.

Hasil laboratorium : ureum 237mg/dl, creatinin 9,8 mg/dl. Pasien mengalami peningkatan berat badan + 6
kg selama 2 minggu (BB saat ini 76 kg). Selama dirawat pasien mendapatkan terapi oksigen 3l/mnt, lasik
inj. 2x1 ampul. Dilakukan hemodialisis 1x/minggu . Pasien tersebut didiagnosis menderita gagal ginjal
kronik

1. Identitas pasien

Nama : Tn. A

Usia : 58 th

Jenis kelamin : Laki-laki

BB/ TB : 76/-

2. Keluhan utama

Apakah keluhan bapak datang ke Rumah Sakit ?

Apakah ada keluhan lain selain yang bapak sebutkan tadi ?

Apakah selama ini bapa mengkonsumsi obat-obatan untuk mengatasi masalah bapak? Nama
obatnya apa ? Berapa dosisnya ? Rajin kontrol tidak dengan mengkonsumsi obat-obatan tersebut ?

Anamnesa terkait Edema

 Sejak kapan bapak timbulnya pembengkakan pada kedua kaki bapak?


 Apa yang bapak lakukan dirumah ketika terjadi bengkak ?
 Sudah berapa lama terjadinya bengkak ?
 Berapa jumlah minum yang dikonsumsi ketika dirumah ?
 Bagaimana dengan BAK nya ? (urine diperhatikan)
 Berapa sering bapak BAK ?
 Pada saat BAK, ada tidak rasa sakit pada saat buang air kecil ?

7
 Bagaiman dengan warna urinennya ? (beresiko ke penyakit lainnya)
 Apakah bapak sudah pernah berobat ?
 Kerumah sakit datang dengan siapa ?
 Bagaimana dengan aktivitas bapak ketika terjadi pembengkakan ?
 Kapan berat badan terakhir ditimbang ?
 Ada tidak kebiasan meminum-minuman tertentu ? Seperti minuman bersoda ?

Anamnesa terkait Keletihan (malaise)

 Apakah bapak mudah lelah ?


 Apakah bapak sering kram pada kaki?
 Bagaimana upaya bapak pada saat mengalami kekakuan otot kaki atau kram?
 Apakah dengan cara istirahat dapat mengurangi rasa kaku pada otot kaki atau kram nya?
 Berapa lama bapak istirahat?

Anamnesa terkait Sesak nafas

 Apakah bapak ada sesak nafas ?


 Kapan terasa sesak nafasnya muncul ?
 Apa yang membuat terasa sesak lebih baik atau bahkan membuat bapak menjadi terasa lebih
sesak nafas ?
 Apakah aktifitas mempengaruhi pola nafas bapak seperti sesak napas?

3. Keluhan lokal

Apakah ada keluhan nyeri ? Nyeri yang dirasakan seperti apa ? Dimana lokasi nyeri yang
dirasakan? Dengan menggunakan metode PQRST

4. Riwayat kesehatan sekarang dan dahulu

 Apakah pernah mengalami penyakit ginjal sebelumnya ?


 Apakah bapa pernah memiliki riwayat penyakit darah tinggi atau diabetes ?
 Apakah bapak pernah melakukan cuci darah ?
 Adakah riwayat penyakit ginjal dalam keluarga ?

5. Keluhan miksi

Apakah ada penurunan frekuensi miksi dan urine output ?

Kira-kira setiap bak berapa cc ? Apakah ada 1 gelas ? Kalau bapa tidak mengukur pada saat BAK, bapa
bisa setelah ini mencoba mengukur berapa cc ketika mengularkan urin

Anamnesis

1. Riwayat pasien (identitas pasien)

 Nama             :………….

 Umur              : …………

8
 Jenis Kelamin  : …………

 Pekerjaan       : …………

 Alamat           : …………

 Tanggal Pengkajian : ……………….

2. . Data subjektif yang dikaji


 Frekuensi berkemih

 Tak dapat menahan berkemih (mendesak)

 Nyeri saat berkemih

 Berkemih menetes

 Inkontinensia : fungsional, refleks, stress, total, urge.

 Keragu-raguan (ingin berkemih tapi tidak dapat)

 Kekuatan pancaran urine (lemah, kuat)

 Nokturia

 Eneurisis

 Hematuria

 Pneumaturia

 Keluhan nyeri punggung, panggul, sendi kostovertebrae, abdominal, spasme kandung kemih,
uretra, genetalia, skrotalis, testikuler, perineal/kemaluan, rektal.

 Mual/muntah

 Anoreksia

 Diare

 Konstipasi

 Nyeri saat koitus

 Impotensi

3. Data objektif yang dikaji

 Pemeriksaan fisik

9
 Ginjal (massa pada perut, panggul, nyeri tekan sudut kostovertebrae)

 Kandung kemih (nyeri, distensi)

 Uretra (drainase, rabas)

 Vagina (drainase, rabas, inflamasi, kemerahan)

 Genetalia eksterna (kemerahan, luka, ulkus/lesi, ruam, inflamasi, nyeri)

 Skrotum/testis (pembesaran, massa, nyeri tekan)

 Prostat melalui rektal toucher (ukuran, konsistensi, indurasi)

 Urine (warna, bau, jumlah, poliuri, oliguria, anuria, BJ, pola berkemih sehari-hari, pemakaian
kateter)

 Nyeri (lokasi, tipe, durasi, faktor pencetusdan penghilang nyeri)

 Vital signs (TD, S, N, P)

 Berat Badan

 Balance cairan (I/O)

 Dehidrasi

 Edema (ektremitas, kelopak mata, asites)

 Kulit (kering, pucat, bersisik atau kuning kecoklatan)

 Uremia

 Anemia

 Tanda CHF

 Perikarditis

4. Riwayat penyakit lainnya

Perlu ditanyakan tentang penyakit-penyakit lainnya yang diderita oleh penderita apakah
terjadi sebelumnya atau bersamaan dengan penyakit yang ada sekarang ini seperti Hypertensi,
DM, Tuberkulosis, Alergi makanan, obat, zat, dsb, Gangguan hormonal, anemia, SLE, Mieloma
Multiple, Penyakit vaskuler, poliartritis, Penyakit sel sabit, amiloidosis, leukemia, pirai, Cidera
Serebrovaskuler, Tumor otak, Cidera otak traumatik, Alzheimer, Cidera Medula Spinalis, SGB,
AIDS, Kemoterapi, trauma, Kateterisasi, STD, Trauma persalinan.

10
5. Riwayat sebelum sakit
 Riwayat operasi atau perawatan di RS terdahulu (ginjal, atau saluran kemih lain)

 Riwayat trauma (cidera genitourinari)

 Riwayat pengobatan : tanyakan obat-obatan yang dipakai sebelumnya (hormon,AB, Analgetik


dsb yang bersifat nefrotoksik). Ditanyakan pula riwayat alergi pada obat-obatan.

 Riwayat Diabetes Militus, Hypertensi, Hyperlipidemia, Penyakit Pembuluh Darah, Infeksi,


Kanker, Tranfusi, ISK, Batu Ginjal, Anomali kongenital

6. Riwayat sistem tubuh lainnya

Secara sistematis dilakukan anamnesis terhadap keluhan pada sistem tubuh lainnya termasuk
kelainan dan keluhan sebelumnya.

7. Riwayat keluarga

 Penelusuran riwayat keluarga penting karena beberapa penyakit  diturunkan secara familial. Yang
perlu ditanyakan :

 Riwayat Penyakit ginjal bawaan atau bukan bawaan

 Hypertensi

 Diabetes

 Anomali kongenital

 Kanker

B. Prosedur pemeriksaan fisik pasien dengan gangguan kebutuhan cairan akibat patologis
sistem perkemihan dan metabolik endokrin.
1. Pemeriksaan tingkat dehidrasi
Dehidrasi Status hidrasi pasien dapat dinilai berdasarkan vital sign, turgor kulit, distensi vena
jugularis, bunyi jantung, bunyi napas, berat badan, nadi dan membrane mukosa. Urine Menurun
Oliguria Oliguria, anuria. Derajat dehidrasi merupakan pemeriksaan terpenting dalam
penanganan diare.
Tanda-tanda dehidrasi yang perlu diperhatikan adalah turgor kulit perut menurun, akral
dingin, penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, tangan keriput, mata cekung tidak,
penurunan kesadaran (syok hipovolemik), nyeri tekan abdomen, kualitas bising usus
hiperperistaltik. cekung ubun-ubun kepala. Pada tanda vital lain dapat ditemukan suhu tubuh

11
yang tinggi (hiperpireksi), nadi dan pernapasan cepat. Pemeriksaan derajat dehidrasi adalah
sebagai berikut :

Gejala Derajat Dehidrasi

Minimal ( <3% Ringan – Sedang ( < 3- Berat ( > 9% dari


dari 9% dari berat badan ) berat badan )
berat badan )
Status Mental Baik, sadar Normal, lemas,atau Apatis, letargi,tidak
penuh gelisah,iritabel sadar
Rasa haus Minum normal – Sangat haus, sangat ingin Tidak dapat minum
mungkin minum
menolak minum
Denyut Jantung Normal Normal meningkat Takikardi, pada kasus
berat bradikardi
Kualitas denyut Normal Normal – Menurun Lemah atau tidak teraba
nadi
Pernapasan Normal Normal – Cepat Dalam
Mata Ada Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut dan Lidah Baik Kering Pecah – pecah
Air mata Normal Menurun Tidak ada
Turgor kulit Hangat < 2 detik > 2 detik
Isian Kapiler Normal – Memanjang Memanjang – Minimal
Menurun
Ektermitas Dingin Dingin
Output Urin Menurun Minimal

2. Derajat Dehidrasi Metode Pierce :

Metode Pierce :

1. Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x Berat badan (kg)


2. Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x Berat badan (kg)
3. Dehidrasi berat, Kebutuhan cairan = 10% x Berat badan (kg)

3. Pemeriksaan Overload cairan/edema


a) Inspeksi daerah edema (simetris, tanda radang)
b) Lakukan palpasi pitting dengan cara menekan dengan menggunakan ibu jari dan amati waktu
kembalinya.

12
Umum : BB meningkat, edema - Kulit dan membrane mukosa : kulit mengkilap -
Cardiovaskular : hematocrit menurun, Peningkatan tekanan nadi, gagal jantung kongestif, edema
paru. - Perkemihan : polyuria, dilusi urine - Gastrointestinal : mual, anoreksia - Susunan saraf
pusat : kebingungan yang memburuk.

4. Pemeriksaan kekurangan mineral dan elektrolit


1. Metode Pemeriksaan Elektrolit
a. Ion Selective Electrodes (ISE). Adalah perangkat yang digunakan dalam mendeteksi jumlah
ion yang terdapat dalam suatu larutan. ISE juga di gunakan untuk pemeriksaan pH. Ion yang
diukur oleh ISE adalah natrium, kalium, kalsium, klorida, lithium, flourida, bromida, kadmium,
dan gas dalam larutan seperti oksigen dan karbon dioksida. Metode ISE biasanya digunakan pada
Laboratorium Klinik keunggulan metode ISE membutuhkan waktu analisis yang singkat untuk
mendapatkan hasil yang akurat dan biaya yang digunakan relatif rendah. Prinsip Kerja Alat.
Elektroda dari ISE mengukur tegangan potensial ion tertentu dalam larutan. Nilai tegangan
potensial ini diukur terhadap elektroda yang stabil dengan tegangan potensial yang
konstan.Perbedaan potensial antara dua elektroda akan tergantung pada aktivitas ion tertentu
dalam larutan, sehingga memungkinkan pengguna untuk membuat analisa pengukuran ion
tertentu (Kee, 2013).
b. Persiapan klien :
Sebelum menjalani pemeriksaan elektrolit, klien tidak memerlukan persiapan apapun.
Namun jika akan menjalani tes lainnya (bukan hanya pemeriksaan elektrolit) maka mungkin
perlu berpuasa selama beberapa jam sebelumnya. Selain itu, klien sebaiknya berhenti
mengonsumsi obat-obatan yang dapat memengaruhi hasil pemeriksaan elektrolit. Jangan lupa
sampaikan pada dokter mengenai kondisi kesehatan klien.
c. Persiapan Pemeriksa :
Pemeriksaan elektrolit dilakukan dengan mengambil sampel darah melalui vena dan hanya
memerlukan waktu kurang lebih 5 menit. Berikut ini langkah-langkahnya.

a) pemeriksa akan membersihkan area kulit di lengan atau tangan klien dengan cairan
antiseptik.
b) pemeriksa akan menekan bagian lengan atas klien dengan tali elastis khusus yang
digunakan untuk membantu mengumpulkan darah di pembuluh darah dan membuat vena
lebih terlihat.

13
c) pemeriksa akan menyuntikkan jarum steril ke dalam pembuluh darah melalui lengan dan
melakukan pengambilan. Jumlah darah yang diambil tergantung pada jumlah tes yang
diperlukan.
d) pemeriksa akan membalut atau menutup luka tusukan dengan perban. Pada saat
penyuntikan berlangsung, klien kemungkinan akan merasa sakit dan sedikit nyeri.

C. Prosedur diagnostik pasien dengan gangguan kebutuhan cairan


a. Persiapan pasien dengan BNO/IVP

Pemeriksaan BNO IVP adalah suatu pemeriksaan radiologi menggunakan sinar X pada daerah
perut dimana pasien sebelumnya akan diberikan cairan kontras melalui pembuluh darah dulu.
Selanjutnya dilakukan pengambilan gambar / pencitraan secara serial untuk mengetahui fungsi
saluran kemih. Sebelum melakukan BNO IVP, umumnya pasien akan diminta melakukan
persiapan, salah satunya adalah diet khusus sebelum pemeriksaan, kecuali jika dalam kondisi
gawat darurat persiapan bisa tidak dilakukan.

Indikasi Pemeriksaan BNO IVP diantaranya sebagai berikut :

 Keluhan nyeri dan panas pinggang ( Colic )


 Nefrolithiasis
 Nefritis
 Kingking atau kelainan kongenital 
 Penurunan fungsi ginjal dan keganasan 
 Tumor

Kontraindikasinya :
 Perforasi atau pendarahan massif di rongga abdomen
 Uji kadar ureum darah pasien di laboratrium di atas normal
 Uji kadar kreatinin pasien tidak sesuai
 Hipertensi
 Diabetes melitus
 Permintaan pemeriksaan atas keinginan sendiri.
 Tidak memiliki spesialis radiologi

14
Persiapan alat dan bahan :

Steril :

 Kontras media watersoluble


 Spuit 1 cc untuk skint tes
 Spuit 20-50 cc untuk injeksi
 Spuit 2,5cc untuk antiseptic alergi obat - obatan antihistamin 
 Kapas 
 Dan Alkohol

Unsteril :
 Kaset
 Marker
 Stuwing
 Grid
 Pesawat Rontgen
 Apron
 Nier beken

Prosedur pemeriksaan BNO IVP :

1. Pasien datang ke ruangan radiologi dengan membawa permintaan foto yang sudah didaftarkan
dan membayar biaya pemeriksaan di kasir.
2. Pasien dijanjikan waktu pemeriksaannya dan diberikan penjelasan mengenai persiapan yang
harus dilakukan sesuai dengan pemeriksaan.
3. Pasien diminta untuk melakukan pemeriksaan ke laboratorium : Ureum dan kreatinin ( Bila
melebihi normaal konsulkan ke dokter radiolog )
4. Untuk pasien rawat inap pemeriksaan dibantu oleh perawat

Berikut ini beberapa persiapan BNO IVP secara umum (persiapan bisa sedikitberbeda
bergantung pada standar operasional prosedur di masing-masing laboratorium radiologi dan juga
bergantung pada kondisi pasien :
1. Sehari sebelum pemeriksaan atau mulai Pkl 14.00 pasien hanya makan makanan lunak tidak
berserat ( Bubur kecap ataupun Bubur kaldu ).
2. Pkl. 20.00 pasien minum dulcolax tablet 2 butir 
3. Pkl. 22.00 sebelu tidur,  pasien kembali minum dulcolax sebanyak 2 butir.
4. Pkl.  05.00 pagi masukkan 1 butir Dulcolax suposutoria melalui dubur atau anus
5. Selama persiapan dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan ( Puasa ), tidak banyak berbicara,
dan tidak merokok sampai dengan pasien datang ke instalasi radiologi sesuai waktu yang dijanjikan dan
pemeriksaan selesai dilakukan.
6. Selama persiapan pasien hanya diperbolehkan minum sebanyak 3x agar terhindar dari dehidrasi. 

15
Pemeriksaan IVP

 Pasien diminta memasuki ruangan pemeriksaan.


 Pasien atau keluarga pasien diberikan penjelasan dan jika telah jelas diminta menandatangani
inform consent.
 Pasien diminta tidur terlentang pada meja pemeriksaan dengan mid sagital plane menempel dengan
mid line meja
 Lakukan skint tes kontras media sebanyak  1 - 1,5 ml
 Kaset sesuai ukuran yang dibutuhkan di tempatkan pada cassette tray dibawah meja pemeriksaan 
 Radiografer mengatur posisi pasien berada tepat dibawah meja pemeriksaan.

Foto Polos BNO / Plain Foto

  Untuk mengetahui keadaan abdomen ( BNO ), apakah ada banyak udara / artefak yang akan
mengganggu gambaran selama pemeriksaan.
 Untuk mengetahui keadaan awal dari Abdomen sebagai bahan penilaian ekspertise radiograf.
 mengetahui kondisi faktor eksposi yang tepat ( Tidak boleh ada pengulangan )
 Jika radiograf baik maka pemeriksaan bisa dilajutkan.
Pemasukan kontras media :

 Dokter memasukkan kontras media didampingi oleh Radiografer. Memberikan zat kontras melalui
vena ( Apabila skint test negatif ) Sebanyak 40-50 cc kepada pasien.
 Nilai urium maksimal  50 mg/dl : Nilai creatinin maksimal 1,2 mg/dl
 Single dose ( 1ml/Kg BB )
 Double dose ( 1,5 cml/Kg BB )
 Misal Pasien 73Kg maka kontras 73 ml apabila Double : 73 + 36,5 = 110 ml

 Fase Nefrogram :

 Fase dimana kontras media memperlihatkan neufron pada ginjal ( terisi minimal )
 5 menit setelah penyuntikan 
 dilakukan kompresi ureter.
 film : 24x30 cm
 CP antara xypoideus dan umbilicus
 CR Tegak Lurus 
 FFD = 1 meter 

16
Hasil Gambaran :

 Densitas baik
 Tidak ada bagian neufron yang terpotong 
 Kontras mengisi ginjal/ Calix sampai ureter proksimal
 Poasitas mampu menampilkan organ

Fase Nefrogram 15
  Fase dimana kontras media memperlihatkan neufron, pelvis renalis dan ureter proximal
terisi maksimal ( Fungsi eksresi ginjal yang terbendung )
 15 menit setelah penyuntikan 
 Ekspose dilakukan tanpa pembukaan kompresi.
 Film 24x30 cm
 CP = Sedikit di atas umbilicus 
 CR = tegak lurus
 FFD = 100 cm

Catatan kenapa harus dilakukan kompresi :


 Untuk membendung kontras media yang dieksresikan ginjal melalui ureter, sehingga nefron dan
pelvis dapat mengembang dengan baik.

Cara melakukan kompresi :


 Letakkan 2 buah bola tenis /   compression ball pada daerah setinggi umbilicus / setinggi
SIAS 
 Compression bandage dikatikan pada ujung lain meja dan compression ball ditekan
dengan tuas pengungkit.
 Diukur tekanan bandage tidak terlalu kencang maupun longgar.

17
Fase Ureter :

 Fase dimana kontras media memperlihatkan nefron, Pelvis renalis dan ureter proksimal
terisi maksimal dan ureter distal mulai mengisi kandung kemih ( Fungsi eksresi ginjal tidak
terbendung ).
 30 menit setelah penyuntikan
 Film 30x40 cm
 CP = Garis Pertengahan SIAS
 CR Tegak lurus film
 FFD 100 cm 
 Hasil Gambaran :

 Densitas baik 
 Tidak ada bagian ginjal yang terpotong 
 Kontras mengisi ginjal sampai ureter distal dan sedikit mengisi kandung kemih
 Opasitas mampu menampilkan organ/ tractus urinarius 

Fase Vesica Urinaria Full Blast

  Fase dimana kontras media  memperlihatkan nefron, Pelvis renalis, ureter hingga kandung
kemih ( Fungsi eksresi ginjal tidak terbendung ). 
 45 menit setelah penyuntikan 
 Film 30x40 cm 
 CP = Garis pertengahan SIAS atau diantara SIAS dan Symphisis Pubis.
 CR Tegak lurus Vertikal
 FFD = 100 cm

18
Hasil Gambaran :

 Densitas baik
 Tidak ada bagian ginjal yang terpotong 
 Kontras mengisi kandung kemih hingga VU mengembang 
 Opasitas mampu menampilkan organ vesica urinaria terisi penuh kontras media 
 Seing disebut foto " Full Blast "
Fase Vesica Urinaria Post Void

 Fase dimana kontras media  memperlihatkan kandung kemih dalam keadaan kosong
( Fungsi pengosongan kandung kemih ).
 50 menit setelah penyuntikan 
 Film 30x40 cm
 CP = Garis pertengahan SIAS atau diantara SIAS dan Symphisis Pubis
 CR Tegak Lurus
 FFD 100 cm

Kriteria gambaran Post Void


 Densitas baik
 Tidak ada bagian ginjal hingg VU yang terpotong
 Kontras keluar melalui kandung kemih hingg VU terlihat kosong
 Opasitas mampu menampilan organ
 Vesica Urinaria terisi penuh kontras media 
 Sering disebut " Post Void " atau " Post Mixie"

19
 Late Foto :

 Adanya keadaan dimana kontras media terlambat menampilkan gambaran organ yang
diakibatkan oleh adanya kelainan pada organ ( Adanya batu di Nefron sehingga ureter tidak
tervisualisasikan )
 Apabila terjadi " Late Foto " sebaiknya pasien difoto post voiding satu jam kemudian.
 Late foto bisa sampai 2 jam.
Contoh Foto yang terdapat kelainan seperti " Nefrolithiasis"

b. Persiapan USG Ginjal


1. Renal Ultrasonograph
Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan dalam bidang penunjang diagnostik yang
memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi yang tinggi dalam menghasilkan citra,
tanpa menggunakan radiasi, tidak menimbulkan rasa sakit (non traumatic), tidak menimbulkan
efek samping (non invasif). USG ini banyak digunakan oleh tenaga medis untuk pencitraan pada
kehamilan dan diagnosa organ dalam, salah satunya adalah renal Ultrasonografi (USG ginjal).
Cara dari USG ginjal sama saja dengan USG biasanya, yakni dengan memanfaatkan gelombang
ultrasonik, namun perbedaannya dengan USG kandungan adalah objek yang diamati atau
diambil citranya. Untuk USG ginjal ini, citra ginjal yang akan diambil. Sensitivitas dan spesifitas
USG terhadap kerusakan ginjal cukup tinggi, yaitu berturut-turut 91,7% dan 88,5%
(Majdawwati, 2009).

Karena sensitifitasnya, pemeriksaan ultrasonografi (USG) ginjal telah menggantikan banyak


prosedur diagnostik lainnya sebagai tindakan diagnostik pendahuluan (Smeltzer, 2008)

20
Persiapan usg ginjal
 Menahan kencing 1-2 jam sebelum pemeriksaan, jika memakai kateter maka di klem.
 Dan puasa 8-12 jam tetapi boleh minum air mineral
1. Cara Kerja
Cara kerja dari instrumen yang diajukan dalam makalah ini dapat diamati dari diagram alir
berikut, Sesuai dengan diagram alir dibawah, proses diawali dengan input berupa ultrasonogram,
lalu dengan metode pengenalan pola akan ditentukan kondisi ginjal seorang pasien, dan sistem
pun akan menampilkan hasilnya.

21
22
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari makalah ini dapat diambil beberapa kesimpulan,

Diantaranya:Penyakit ginjal merupakan permasalahan kesehatan yang cukup signifikan di


Indonesia, dengan jumlah pengidap terbesar kedua. Ultrasonografi menjadi salah satu
metode yang poluler dewasa ini untuk diagnosa kelainan ginjal.Metode pengenalan pola
dapatdigunakan untuk menentukan kondisiginjal dengan dipadukan denganultrasonogram.

B. SARAN

Diharapkan kepada mahasiswa Poltekkes Kemenkes kaltim Jurusan Keperawatan yang


nantinya sebagai tenaga kesehatan di masyarakat dapat mengetahui dan memahami
“ANAMNESIS GANGGUAN CAIRAN AKIBAT PATOLOGIS SISTEM
PERKEMIHAN DAN METABOLIK ENDOKRIN”

23
DAFTAR PUSTAKA

”https://www.alodokter.com/komunitas/topic/makanan-sebelum-bno-ivp”, Diakses pada Senin,


18 Mei 2020.

“https://www.academia.edu/36972387/
APLIKASI_PEMBACA_HASIL_RENAL_ULTRASONOGRAPH_USG_GINJAL_BERBASIS
_PATTERN_RECOGNITION”. Diakses pada Senin, 18 Mei 2020.

“file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/kajian%20kdk%20anggi%20(3)-1%20(1).pdf”. Diakses
pada Senin,

18 Mei 2020.

https://www.academia.edu/6509299/ASKEP_GANGGUAN_SISTEM_PERKEMIHAN
diakses pada selasa,19 mei 2020

https://www.academia.edu/15594692/Derajat_dehidrasi

diakses pada selasa 19 mei 2020

https://www.scribd.com/presentation/358581622/anamnesa

diakses pada 19 mei 2020

24

Anda mungkin juga menyukai