Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ILMU BIOMEDIK DASAR

“PENGKAJIAN REPRODUKSI WANITA”


Ns. Lela Larasati, S.Kep, M.Kep, Sp Mat

Disusun Oleh Kelompok 9


1. Farah Nurmala Ashila (2114401022)
2. Nadira Andiani Aziza (2114401038)
3. Ninda Aulia Ramdayanti (2114401042)
4. Zhalsa Nurriskha Sumarna (2114401056)

DIII Keperawatan
YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA
STIKes RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta/2021

1
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pengkajian Pemeriksaan Reproduksi” dengan lancar.
Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak khususnya kepada Ns. Lela Larasati,
S.Kep, M.Kep, Sp Mat selaku dosen Ilmu Biomedik Dasar kami yang telah membimbing
kami. Serta kami ucapkan terimakasih kepada teman teman yang sudah berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
menjadi lebih baik, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Jakarta, 15 Oktober 2021

Kelompok 9

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. TEKNIK PEMERIKSAAN GENETALIA WANITA..............................................................................5
B. PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK................................................................................................8
C. PENYAKIT MIOMA UTERI...........................................................................................................9
BAB 3..................................................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................................10
A. KESIMPULAN............................................................................................................................10
B. SARAN......................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemeriksaan fisik adalah suatu bagian dari proses keperawatan. Seorang


perawat wajib melakukan prosedur pemeriksaan fisik pada pasien walaupun dengan
teknik yang sederhana. Namun, terkadang pemeriksaan fisik hanya dianggap prosedur
wajib dan rutin bagi perawat atau calon perawat sehingga melupakan rasionalisasi
tindakan tersebut. Sebelum melakukan prosedur pemeriksaan fisik, perawat harus
memahami dasar anatomi tubuh dan posisi anatomis organ dalam tubuh. Dengan
demikian, pemeriksaan fisik yang dilakukan tidak hanya mengikuti pola kebiasaan
tetapi karena perawat memahami rasionalisasinya.
Pemeriksaan fisik yang tepat dapat membantu perawat dalam mencari kondisi
abnormal dan menentukan masalah yang terjadi pada pasien. Banyak perawat
pelaksana dan mahasiswa keperawatan yang melakukan tindakan pemeriksaan fisik
hanya sebagai tindakan rutin serta tidak menemukan makna di dalamnya. Hal ini
mungkin terjadi karena kurangnya pemahaman akan anatomi tubuh manusia.
Disertakan pula sedikit tentang anatomi tubuh manusia untuk bisa melangkah pada
praktik prosedur pemeriksaan fisik yang akan membantu memahami rasionalisasinya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana teknik pemeriksaan fisik pada genetalia wanita?
2. Apa saja prosedur pemeriksaan fisik pada organ reproduksi wanita?
3. Penyakit Mioma Uteri

C. TUJUAN
1. Mengetahui teknik pemeriksaan fisik pada genetalia wanita
2. Mengetahui prosedur pemeriksaan fisik pada organ reproduksi wanita
3. Mengetahui apa itu penyakit Mioma Uteri

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEKNIK PEMERIKSAAN GENETALIA WANITA

Teknik pemeriksaan fisik genitalia wanita diawali dengan memberikan


persiapan kepada pasien berupa anamnesis yang akurat, penjelasan yang memadai
mengenai prosedur yang akan dilakukan, dan permintaan informed consent. Teknik
pemeriksaan akan meliputi pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan abdomen, dan
pemeriksaan pelvis.
1. Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum melakukan pemeriksaan fisik genitalia wanita
diawali dengan anamnesis, pemberian informasi mengenai pemeriksaan yang akan
dilakukan, dan permintaan informed consent. Karena pemeriksaan dilakukan di
bagian tubuh yang privat, usahakan pasien merasa senyaman mungkin dengan
cara memastikan tempat pemeriksaan tertutup oleh tirai dan memiliki tanda
“dilarang masuk”, memberikan opsi anggota keluarga menemani di dalam ruang
pemeriksaan atau menunggu di luar, dan menyediakan pendamping tenaga medis
perempuan terutama bila dokter berjenis kelamin pria. Pasien juga harus ditutupi
dengan selimut untuk melindungi privasi.

2. Anamnesis
Anamnesis bertujuan untuk mengetahui keluhan utama pasien seperti
pembesaran perut, rasa tidak nyaman pada perut, pruritus vulva, atau
adanya discharge tertentu. Selain itu, anamnesis juga perlu mengetahui riwayat
haid seperti hari pertama haid terakhir, panjang siklus, durasi haid, volume haid,
regularitas haid, riwayat menarche, riwayat dismenore, dan riwayat perdarahan di
antara dua periode haid. Saat anamnesis, tergantung pada keluhan pasien, dokter
dapat menanyakan riwayat hubungan seksual pasien bila diperlukan. Contohnya
adalah pada kasus dispareunia atau pada pasien yang hendak menggunakan
kontrasepsi. Selain itu, dokter juga dapat menanyakan riwayat kehamilan, riwayat
keguguran, riwayat operasi abdomen, riwayat penggunaan kontrasepsi dan riwayat
penyakit terdahulu bila diperlukan.

3. Informed Consent
Persiapan lain yang perlu dilakukan sebelum pemeriksaan genitalia wanita
adalah pemberian penjelasan mengenai maksud, tujuan, prosedur serta
kemungkinan komplikasi pemeriksaan kepada pasien. Hal ini dilanjutkan dengan
permintaan informed consent. Informed consent berisi pernyataan:
 Pasien menerima atau menolak pemeriksaan fisik genitalia wanita
 Jika pasien setuju untuk menjalani pemeriksaan, pasien mengerti indikasi dan
risiko yang dapat terjadi dari pemeriksaan fisik genitalia wanita
 Memberikan pasien kekuasaan untuk menghentikan pemeriksaan yang sedang
berlangsung jika pemeriksaan dirasa tidak nyaman secara fisik atau psikologis.

5
4. Peralatan
Terdapat beragam alat yang dapat digunakan dalam pemeriksaan fisik
genitalia wanita. Beberapa peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik
genitalia wanita adalah:
 Meja periksa atau kursi pemeriksaan pelvis
 Lampu periksa
 Sarung tangan steril
 Spekulum Graeve

5. Posisi Pasien
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan posisi pasien berbaring terlentang atau
dengan berbaring dalam posisi litotomi.

PEMERIKSAAN FISIK UMUM


Pada pemeriksaan fisik umum, penilaian yang dilakukan adalah keadaan umum
pasien, tingkat kesadaran, tanda vital (termasuk juga tinggi badan dan berat
badan), kondisi organ vital (jantung dan paru), tanda anemia serta kemungkinan
adanya kelainan organ.
a. Pemeriksaan fisik pada genetalia wanita :
1. Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan rectum
2. Posisikan pasien litotomi
3. Pakailah sarung tangan sebelum melakukan pemeriksaan
4. Sebelum pemeriksaan, informasikan apa yang akan pemeriksa lakukan.

b. Pemeriksaan Genitalia
 Genitalia eksternal dan rambut pubis
Dapat dilakukan penilaian antara mons veneris untuk melihat adanya lesi atau
pembengkakan. Rambut pubis untuk melihat polanya. Kulit vulva untuk
melihat adanya kemerahan, ekskoriasi, massa, leukoplakia, dan pigmentasi.
Jika menemukan kelainan harus dilanjutkan dengan palpasi.

 Labia mayor dan minor


Sampaikan kepada pasien bahwa anda akan membuka labia, dengan tangan
kanan, labia mayor dan minor dibuka terpisah oleh ibu jari dan jari telunjuk
tangan kanan. Periksalah introitus vagina. Catat setiap lesi peradangan,
ulserasi, secret parut, kutil, trauma, bengkak, perubahan atropik ataupun
massa.

 Klitoris
Diperiksa untuk melihat ukuran dan adanya lesi. Ukuran normal 3-4 mm

6
 Meatus uretra
Lihat apakah ada pus atau peradangan.

 Kelenjar bartholini
Sampaikan kepada pasien bahwa anda akan melakukan pemeriksaan palpasi
kelenjar bartholin di labia. Palpasi daerah kelenjar kanan pada posisi jam 7-8
dengan memegang bagian posterior labia kanan diantara jari telunjuk kanan di
dalam vagina dan ibu jari kanan di luar. Perhatikan adanya keluhan nyeri
tekan, bengkak, atau pus. Pakailah tangan kiri untuk memeriksa daerah
kelenjar kiri pada posisi jam 4-5.
 Perineum
Perineum diperiksa untuk melihat adanya massa, parut, fisura atau fistel , dan
warna. Periksa pula anus untuk melihat adanya hemorrhoid, iritasi dan fissure.
 Relaksasi pelvis
Dengan labia terpisah lebar minta pasien untuk mengejan atau batuk. Jika ada
relaksasi vagina, mungkin akan terlihat penggembungan dinding anterior
(sistokel) atau posterior (rektokel). Jika ada inkontenesia stress. Batuk atau
mengejan akan menyebabkan menyemprotnya urin dari uretra.

c. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan Abdomen dilakukan dengan posisi pasien terlentang, lengan berada
di samping tubuh, dan dinding abdomen dalam keadaan lemas. Pemeriksaan
abdomen yang berkaitan dengan pemeriksaan fisik genitalia wanita adalah
pemeriksaan inspeksi dan palpasi.
 Inspeksi.
Inspeksi kontur abdomen (apakah terdapat pembesaran atau massa abdomen)
dan bila ada, tandai dan deskripsikan ukuran, bentuk dan letaknya.

Pada wanita hamil, perhatikan ada tidaknya hiperpigmentasi, tanda regang


pada dinding abdomen yang dikenal sebagai striae gravidarum dan juga garis
hitam di tengah yang dikenal sebagai garis Fuska
 Palpasi.
Hangatkan tangan sebelum memulai palpasi. Palpasi diawali dengan menilai
tegangan dinding abdomen dengan melakukan penekanan dan menilai
tahanannya. Perhatikan apakah terdapat nyeri tekan atau massa di dalam
abdomen.

d. Pemeriksaan Pelvis
Pemeriksaan pelvis terdiri dari pemeriksaan inspeksi, pemeriksaan inspekulo, dan
juga pemeriksaan bimanual. Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien
dipersilahkan membuka pakaian dalam dan diberikan selimut agar merasa
nyaman. Pemeriksaan pelvis dilakukan dengan pasien dalam posisi litotomi,
dengan posisi berbaring lemas dan meletakkan kakinya pada footrest untuk
melemaskan bagian panggul. Perineum harus berada tepat di tepi meja
pemeriksaan. Pemeriksa menggunakan sarung tangan secara aseptik.

7
 Inspeksi
Inspeksi harus menyertakan organ genitalia eksterna, terutama vulva, dimulai
dengan memperhatikan hygiene, keadaan keseluruhan dan apakah terdapat
abnormalitas. Secara sistematik, lakukan observasi
 Pemeriksaan Inspekulo.
Bila keluhan pasien atau proses skrining yang dilakukan membutuhkan
visualisasi dinding vagina dan serviks lebih lanjut, pemeriksaan inspekulo
dapat dilakukan. Contohnya adalah pada pasien yang perlu menjalani Pap
smear. 
 Pemeriksaan Bimanual.
Tergantung keluhan pasien, bila diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
menilai patologi adneksa dan ukuran uterus, pemeriksaan bimanual dapat
dilakukan.

B. PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK

1. Kaji riwayat kesehatan


a. Untuk mendapatkan riwayat menstruasi, tanyakan pasien berapa usianya
ketika pertama kali menstruasi, dan jika mungkin, hari pertama menstruasi
sebelumnya,seberapa cepat periode menstruasi datang, apakah priode tersebut
teratur atau tidak, dan seberapa banyak yang keluar. Hal ini perlu perlu dikaji
untuk mengetahui kemungkinan kehamilan atau hanya menstruasi.

b. Menopouse, tidak adanya menstruasi selama 12 blan berturut-turut, biasanya


terjadi antara usia 48-55 tahun. Dikaitkan dengan gejala, antara lain hot
flashes (kemerahan pada wajah), kulit kemerahan dan terasa panas,
berkeringat, dan gangguan tidur. Pendarahan pasca menopouse didefiniikan
sebagai pendarahan yang terjadi setelah enam bulan tanpa mens dan perlu.

c. .Untuk mengkaji fungsi seksual , mulai dengan pertanyaan umum, seperti “apa
arti seks bagi anda?” atau “apakah seks anda bermasalah?”. Pertanyaan
langsung mmbantu anda mengkaji setiap fase respon seksual : gairah,
bangkitan, dan orgasme. Tanyakan juga mengenai bispareunia,
ketidaknyamanan atau nyeri selama bersenggama. Nyeri superfisial
kemungkinan ada inflamasi lokal, vagonitis atropik/lubrikasi tidak adekuat;
nyeri yang lebih dalam lagi kemungkinan akibat gangguan pelvis atau
tekanan pada ovarium normal.

C. PENYAKIT MIOMA UTERI

8
 Pengertian
Mioma merupakan suatu pertumbuhan daging di dalam rahim atau di luar
rahim yang tidak bersifat ganas. Mioma berasal dari sel otot polos yang terdapat di
rahim dan pada beberapa kasus juga berasal dari otot polos pembuluh darah
rahim. Jumlah dan ukuran mioma beragam, terkadang ditemukan satu atau lebih
dari satu. Pada umumnya, mioma terletak di dinding rahim dan bentuknya
menonjol ke rongga endometrium (dinding rahim). Sebagian besar mioma
ditemukan pada wanita usia 35 tahun tidak bergejala, sedangkan sebagian kecil
lainnya ditemukan secara tidak sengaja sewaktu pemeriksaan rutin pada wanita
usia reproduksi atau usia subur.
Diperlukan pemeriksaan secara rutin agar mioma tidak berubah menjadi
semakin ganas. Karena mioma dapat menyebabkan keguguran dan menjadi salah
satu alasan tindakan pengangkatan rahim. Mioma dapat berkembang menjadi
ganas, dan kondisi tersebut dikenal sebagai leiomiosarkoma. Tetapi cukup kecil
kemungkinan untuk mioma menjadi ganas. Mioma juga dapat menyebabkan
komplikasi berupa torsi atau terpuntir, yang dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi akut, sehingga mengakibatkan kematian jaringan.
 Penyebab
Penyebab pasti terjadinya mioma masih belum diketahui hingga saat ini.
Meski begitu, pertumbuhan mioma sangat erat kaitannya dengan produksi hormon
estrogen. Mioma menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi,
yaitu saat pengeluaran estrogen tinggi, sehingga cenderung membesar saat wanita
sedang hamil dan mengecil saat wanita memasuki masa menopause. Beberapa
penelitian lain juga menjelaskan bahwa masing-masing mioma dapat timbul dari
satu sel ganas yang berada di antara otot-otot polos di dalam rahim seorang
wanita.
 Gejala
Umumnya, mioma tidak menimbulkan gejala yang disadari pengidapnya.
Beberapa gejala umum yang dapat dirasakan, antara lain:
1. Menstruasi dalam jumlah banyak.
2. Perut terasa penuh dan membesar.
3. Gangguan berkemih akibat ukuran mioma yang menekan saluran kemih.
4. Keluarnya mioma melalui leher rahim yang umumnya disertai nyeri hebat,
sehingga menyebabkan luka dan terjadinya infeksi sekunder.
5. Konstipasi akibat mioma menekan bagian bawah usus besar.
6. Nyeri panggul berkepanjangan dan tak kunjung sembuh, yang dapat dirasakan
saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau saat terjadi penekanan pada
panggul.
7. Penimbunan cairan di rongga perut.

 Diagnosis
Dokter akan mendiagnosis mioma diawali dengan melakukan wawancara
medis lengkap terkait gejala dan riwayat kesehatan pengidap dan keluarga. Pada
tahap lanjutan, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang menyeluruh,
terutama pada bagian rahim, dengan cara bimanual untuk menemukan suatu tumor
pada rahim. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang yang
sesuai, bisa berupa ultrasonografi dan magnetic resonance imaging (MRI) untuk
memastikan lokasi dan ukuran tumor tersebut.

9
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasaarkan uraian bab sebelumnya, kami dapat mengemukakan simpulan


Pemeriksaan fisik adalah suatu bagian dari proses keperawatan. Seorang perawat
wajib melakukan prosedur pemeriksaan fisik pada pasien walaupun dengan teknik
yang sederhana. Pemeriksaan fisik adalah suatu bagian dari proses keperawatan.
Alat kelamin atau sistem reproduksi merupakan bagian yang penting dikaji pada
wanita dan lakilaki . Berbagai masalah yang berkaitan dengan sistem reproduksi.
Sebelum melakukan prosedur pemeriksaan fisik, perawat harus memahami dasar
anatomi tubuh dan posisi anatomis organ dalam tubuh.

B. SARAN

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah


ini akan tetapi pada kenyatannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://zdocs.tips/doc/pengkajian-fisik-sistem-reproduksi-wanita-36oe3lo9l7pl
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/genitourinaria/pemeriksaan-fisik-
genitalia-wanita/teknik
https://www.halodoc.com/kesehatan/mioma-uteri

11

Anda mungkin juga menyukai