Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL &

BASIC LIFE SUPORT


PRAKTIK PEMERIKSAAN DALAM UNTUK MENGETAHUI
KELAINAN PRESENTASI DAN POSISI

Disusun Oleh Kelompok 11 :

1. Desni Hafifah (2215401009)


2. Serly Novilia Putri (2215401028)
3. Sumiyatun (2215401032)
4. Zelta Widiya (2215401038)

Dosen Pengampu:
Hj. Rosmadewi, S.ST.,M.Kes

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang atas rahmat-
Nya dan karuniannya kami dapat menyelesaikan ini tepat waktu.
Adapun tema dari makalah ini adalah “ Praktik pemeriksaan dalam untuk
Mengetahui Kelainan Presentasi dan Posisi”
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada dosen mata kuliah Kegawatdaruratan Meternal
Neonatal dan Basic Life Suport yang telah memberikan tugas terhadap
kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak
yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna, Dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya, Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa
kami harapakan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumny a.

Bandar Lampung, 04 Januari 2024

Kelompok 11

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................... ii
BAB 1............................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................. 1
BAB II.............................................................................................. 2
PEMBAHASAN.............................................................................. 2
2.1 Pengertian pemeriksaan dalam ........................................... 2
2.2 Tujuan pemeriksaan dalam................................................. 2
2.3 Indikasi dan Kontraindikasi................................................ 2
2.4 Praktik Pemerikssan dalam………………………………. 4
2.5 Persiapan sebelum dan perawatan setelah pertolongan
Persalinan dengan kala 2 lama dengan forcep dan vakum 5

BAB III............................................................................................. 11
PENUTUP........................................................................................ 11
A. Kesimpulan......................................................................... 11
B. Saran.................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan dalam adalah prosedur yang dilakukan bidan atau dokter
memasukkan jari-jari merekak dalam vagina untuk merasakan serviks, dan untuk
memperkirakan seberapa melebarnya saat menjalani proses persalinan. Dengan
pemeriksaan dalam, apakah leher rahimnya menipis juga diperiksa. Ini merupakan
bagian penting dari kemajuan proses persalinan. Terkadang, pemeriksaan dalam
dilakukan untuk mencoba membantu menentukan posisi bayi, dengan merasakan
"bagian presentasi" bayi, yaitu bagian yang menekan leher rahim.

Pemeriksaan dalam juga dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan untuk melihat
apakah ketuban ibu hamil telah pecah. Masalah paling umum yang disebabkan oleh
pemeriksaan dalam adalah rasa sakit dan ketidaknyamanan, dan bagi sebagian orang,
rasa malu. Sebuah studi di Turki yang melibatkan ibu hamil dengan riwayat
persalinan spontan dan yang pernah melahirkan sebelumnya menunjukkan bahwa
pemeriksaan dalam secara rutin saat menjelang melahirkan dapat menyebabkan
sedikit peningkatan rasa sakit dibandingkan dengan USG untuk menilai kemajuan
persalinan. Perlu diperhatikan bahwa pemeriksaan dalam dapat meningkatkan risiko
infeksi, bahkan jika dilakukan dengan hati-hati dan dengan sarung tangan steril.
Pemeriksaan internal dapat mendorong bakteri normal yang ditemukan di vagina ke
arah serviks. Ada juga peningkatan risiko pecahnya selaput ketuban dengan
memberikan terlalu banyak tekanan pada serviks. Selama persalinan, melakukan
pemeriksaan serviks seminimal mungkin adalah cara yang paling aman, terutama jika
selaput ketuban sudah pecah untuk membatasi risiko infeksi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan dalam?
2. Apa tujuan dari pemeriksaan dalam?
3. Apa saja kelainan pada presentasi dan posisi saat persalinan?
4. Apa saja persiapan sebelum persalinan dengan kala 2 lama dengan forcep dan
vakum?
5. Apa saja perawatan setelah pertolongan persalinan dengan kala 2 lama dengan
forcep dan vakum?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian pemeriksaan dalan
2. Mengetahui tujuan dari pemeriksaan dalam
3. Mengetahui kelainan pada presentasi dan posisi saat persalinan
4. Mengetahui persiapan sebelum persalinan dengan kala 2 lama menggunakan
forcep dan vakum
5. Mengetahui perawatan setelah pertolongan persalinan dengan kala 2 lama
menggunakan forcep dan vakum

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemeriksaan Dalam/ VT (Vaginal Toucher)


Pemeriksaan dalam berguna untuk melihat ada tidaknya suatu kelainan pada
vagina sampai mulut rahim. Tak hanya berguna bagi ibu hamil, pemeriksaan ini juga
bisa untuk menegakkan diagnosis kasus-kasus seperti infeksi pada saluran indung
telur, tumor, kanker dan sebagainya. Sampai saat ini belum ada alat secanggih apa
pun yang bisa menggantikan fungsi pemeriksaan dalam. USG, umpamanya, hanya
bisa diandalkan untuk mengevaluasi kesejahteraan janin maupun kondisi rahim,
sementara kondisi mulut rahim itu sendiri tak bisa dinilai.

Selain itu pemeriksaan dalam juga berperan penting dalam persalinan, terutama
untuk menilai keadaan janin serta keadaan serviks. Misalnya untuk menilai
pembukaan servik, atau untuk menilai penurunan kepala janin. Oleh sebab itu dirasa
penting untuk membuat makalah yang membahas tentang pemeriksaan dalam
(vaginal Touche).

2.2 Tujuan Pemeriksaan Dalam


Pemeriksaan dalam dilakukan dengan tujuan yaitu:
 Untuk menentukan apakah penderita benar dalam keadaan inpartu
 Untuk menentukan faktor janin dan panggul
 Menentukan ramalan persalinan
 Untuk menilai vagina (terutama dindingnya), apakah ada bagian yang
menyempit
 Untuk menilai keadaan serta pembukaan servik
 Untuk menilai ada atau tidaknya tumor pada jalan lahir
 Untuk menilai sifat flour albus dan apakah ada alat yang sakit, misalnya
bartholinitis
 Untuk mengetahui pecah tidaknya selaput ketuban.
 Untuk mengetahui presentasi janin
 Untuk mengetahui turunnya kepala dalam panggul
 Untuk mengetahui penilaian besarnya kepala terhadap panggul
 Untuk mengetahui apakah proses persalinan telah dimulai serta kemajuan
persalinan

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi


Selama kehamilanseharusnya pemeriksaan dalam dilakukan dua kali, yakni:
a. Trimester awal
Saat ibu hamil pertama kali datang ke dokter kandungan untuk memastikan
kehamilan umumnya akan dilakukan pemeriksaan dalam secara keseluruhan.
Jika memang ada kehamilan akan teraba adanya pembesaran rahim dan tanda
hegar (terabanya antara mulut rahim dan badan rahim seolah terpisah).
Pemeriksaan di awal ini juga bertujuan untuk mengevaluasi jalan lahir apakah
ada kelainan atau tidak semisal ada varises di vagina, infeksi keputihan, polip

2
atau tumor di mulut rahim, yang bisa memengaruhi kehamilan ibu. Maka itu,
pemeriksaan dalam harus dilakukan di awal kehamilan. Bila ada kelainan bisa
diketahui dan ditangani segera.

Setelah itu baru dilakukan pemeriksaan USG. Ada kalanya, selama tak ada
keluhan, dokter akan melewatkan pemeriksaan dalam dan langsung pada
pemeriksaan USG. Hal ini akan lebih mempercepat, memudahkan
pemeriksaan dan tidak menimbulkan rasa risih pada pasien.

b. Trimester akhir
Tepatnya saat kehamilan usia 36 minggu, pemeriksaan dalam dibutuhkan
untuk mengevaluasi kondisi jalan lahir bila memang direncanakan persalinan
normal. Jadi akan diperiksa apakah mulut rahim sudah siap dan apakah
kapasitas panggul ibu cukup luas untuk dilalui bayi. Jika tak ada masalah
maka per-salinan dapat ditunggu sampai usia maksimal 42 minggu.

c. Selain di trimester awal dan akhir, pemeriksaan dalam bisa dilakukan di


trimester kedua bila memang ada indikasiContoh, ibu mengalami keputihan
dalam jumlah banyak, yang berubah warna, berbau dan menyebabkan gatal.
Atau ibu hamil mengalami perdarahan berupa bercak. Dalam kasus ini
pemeriksaan dalam dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis serta
memastikan sejauh mana masalah tadi membahayakan kehamilan ibu. Setelah
itu barulah dilakukan pengobatan.

d. Pemeriksaan dalam juga dilakukan saat ibu bersalin

Pemeriksaan ini dilakukan pada saat memasuki kala I persalinan, saat ada
gejala mulas-mulas dan ibu mengalami his secara teratur 2 kali dalam 15
menit sebagai tanda akan melahirkan. Pemeriksaan dalam ini dengan
kepentingan untuk menentukan awal dan kemajuan dari persalinan. Khusus
untuk memeriksa kemajuan persalinan, maka pemeriksaan dilakukan setiap 4
jam di fase laten (pembukaan mulut rahim 4 cm) dan setiap 2 jam di fase aktif
(pembukaan mulut rahim 4-10 cm).
Sedangkan penilaiannya meliputi pembukaan jalan lahir, turunnya kepala
janin, apakah sudah memutar atau belum dan sampai mana putaran tersebut,
karena kondisi ini akan menentukan jalannya persalinan. Contoh, bila ubun-
ubun kecil sudah menghadap ke depan, berarti sudah turun mencapai
pembukaan lengkap (10 cm) dan bayi sudah siap untuk dilahirkan. Jika dalam
tenggang waktu 8 jam setelah pemeriksaan dalam kala I bayi belum juga lahir
atau masih tetap segera dilahirkan atau kalau tindakan ini juga "tak mempan"
berarti harus operasi sesar.

o Kontraindikasi
Pemeriksaan dalam tidak dapat dilakukan pada beberapa kasus, seperti:
 Perdarahan
 Plasenta previa
 Ketuban pecah dini

3
 Persalinan preterm
 Hymen intake
 Infeksi vagina

2.4 Praktik Pemeriksaan Dalam untuk Mengetahui Kelainan Presentasi dan Posisi
Kelainan presentasi janin dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Presentasi puncak kepala
Menurut Marmi dkk (2016) presentasi puncak kepala atau disebut juga
presentasi sinsiput, terjadi apabila derajat defleksinya ringan, sehingga ubun-
ubun besar menjadi bagian terendah. Pada umumnya presentasi puncak kepala
merupakan kedudukan sementara yang kemudian akan berubah menjadi
presentasi belakang kepala. Praktik pemeriksaan dalam untuk menilai kelainan
presentasi dan posisi puncak kepala biasanya melibatkan pemeriksaan fisik dan
menggunakan alat medis seperti ultrasonografi. Pemeriksaan ini membantu
dokter menentukan posisi janin dalam rahim dan memastikan proses kelahiran
berjalan dengan baik.

2. Presentasi dahi
Menurut Rukiyah dan Lia (2010), presentasi dahi adalah keadaan dimana
kedudukan kepala berada diantara fleksi maksimal, sehingga dahi merupakan
bagian terendah. Janin dengan presentasi dahi dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu kemiringan anterior uterus, kontraksi pelvis, polihidramnion dan
abnormalitas kongenital misalnya, anensefalus. Pada umumnya presentasi dahi
bersifat sementara untuk kemudian dapat berubah menjadi presentasi belakang
kepala atau presentasi muka, atau tetap menjadi presentasi dahi, oleh karena itu
apabila tidak terdapat gawat janin menunggu kemajuan persalinan dapat
dilakukan. Bila presentasinya tetap presentasi dahi, maka janin tidak dapat
dilahirkan pervaginam karena besarnya diameter oksipitomental yang harus
melewati panggul, maka tindakan seksio sesarea diperlukan untuk melahirkan
janin dengan presentasi dahi (Prawirahardjo Sarwono, 2010).

3. Presentasi muka
Menurut Cunningham, dkk (2012) presentasi muka merupakan presentasi kepala
dengan defleksi maksimal hingga oksiput mengenai punggung dan muka terarah
ke bawah. Penyebab presentasi muka yaitu adanya pembesaran leher yang nyata
atau lilitan tali pusat di sekitar leher dapat menyebabkan ekstensi, janin
anensefalus, panggul sempit, janin sangat besar, paritas tinggi dan perut gantung.

4. Untuk mengetahui kelainan presentasi dan posisi persistent oksipito posterior,


dokter atau bidan akan melakukan pemeriksaan dalam. Dalam kasus ini,
pemeriksaan mungkin lebih detail dan melibatkan penilaian lebih cermat
terhadap posisi kepala janin. Dokter akan meraba perut bagian luar untuk
menentukan posisi kepala janin dan kemudian melanjutkan dengan pemeriksaan
dalam melalui vagina.

Selain pemeriksaan fisik, ultrasonografi bisa menjadi alat bantu untuk


mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang posisi janin. Jika ditemukan

4
kelainan presentasi atau posisi persistent oksipito posterior, dokter mungkin akan
merencanakan tindakan atau intervensi yang diperlukan untuk memastikan
kelahiran berlangsung dengan baik.

2.5 Persiapan Sebelum dan Perawatan Setelah Pertolongan Persalinan dengan Kala
2 lama dengan Menggunakan Alat Forcep dan Vakum.
A. Forcep
Forceps adalah alat bantu melahirkan yang berwujud seperti capit dengan dua
sendok bolong yang besar. Penemunya adalah Peter Chamberlen, orang
Prancis yang bermigrasi ke Inggris. Alat ini disebut-sebut pertama kali
digunakan pada tahun 1600-an. Penggunaan forceps umumnya dilakukan
dalam persalinan normal. Dokter memakai forceps untuk memegangi kepala
bayi dan mengeluarkannya secara perlahan dari saluran rahim.

Persalinan forceps jarang dipraktikkan. Dokter biasanya memilih memakai


metode vakum atau langsung operasi caesar ketika terjadi komplikasi dalam
persalinan. Terdapat tiga jenis tindakan forceps, yaitu:

Rendah: forceps dipasang setelah kepala janin sampai di dasar perineum


Tengah: pemasangan forceps sebelum tahap forceps rendah, sesudah kepala
masuk panggul
Tinggi: tindakan forceps saat kepala janin belum sampai di pintu atas
panggul, sudah sangat jarang dilakukan

1. Persiapan Sebelum Persalinan dengan Kala 2 Lama dengan


Menggunakan Forcep
Persiapan sebelum persalinan dengan kala 2 yang lama dan
menggunakan forceps melibatkan komunikasi intensif antara dokter dan
pasien. Dokter akan memantau kondisi ibu dan janin secara cermat,
serta merencanakan penggunaan forceps dengan hati-hati. Pemahaman
terhadap prosedur, risiko, dan manfaatnya penting, dan terdapat
persetujuan informasi yang diperlukan. Selain itu, persiapan ruangan
dan tim medis juga krusial untuk memastikan keselamatan dan kesiapan
saat intervensi dilakukan.
Persiapan yang dilakukan sebagai berikut:
 Evaluasi Kesehatan Ibu dan Janin: Dokter akan melakukan
pemeriksaan menyeluruh terhadap kondisi ibu dan janin, termasuk
pemantauan detak jantung janin, ukuran panggul, dan posisi janin.
 Diskusi dan Persetujuan: Dokter akan menjelaskan secara rinci
tentang penggunaan forceps, risiko yang terkait, dan manfaatnya.
Pasien perlu memberikan persetujuan informasi setelah pemahaman
yang memadai.
 Pemantauan Kala Persalinan: Monitor kala persalinan dengan
cermat untuk menentukan apakah penggunaan forceps diperlukan.
Penilaian kesehatan dan progresi persalinan sangat penting.

 Tim Medis yang Terlatih: Memastikan keberadaan tim medis yang


terlatih dalam penggunaan forceps. Koordinasi tim sangat penting
untuk mengurangi risiko dan meningkatkan keselamatan.

5
 Ruang Persalinan yang Siap: Memastikan ruang persalinan
dilengkapi dengan peralatan dan persediaan yang diperlukan,
termasuk forceps steril, alat bantu lainnya, dan peralatan
kegawatdaruratan.
 Persiapan Mental Ibu: Memberikan dukungan psikologis dan
informasi lebih lanjut kepada ibu tentang prosedur ini. Keterlibatan
dan pemahaman ibu dapat membantu mengurangi kecemasan.
 Alternatif Lainnya: Menyampaikan opsi alternatif jika diperlukan,
seperti operasi caesar atau metode lain yang mungkin lebih sesuai
dengan kondisi kesehatan ibu dan janin.
 Pemantauan Selama Proses: Selama penggunaan forceps,
pemantauan detak jantung janin dan respons ibu terhadap prosedur
dilakukan secara terus-menerus.
 Kesiapan untuk Komplikasi: Menyiapkan rencana darurat untuk
menanggapi komplikasi yang mungkin muncul selama atau setelah
penggunaan forceps.
 Follow-up Pascapersalinan: Setelah persalinan, melakukan
pemantauan dan perawatan pasca-persalinan yang sesuai, termasuk
penanganan luka dan pemulihan ibu.

Persiapan yang matang dan komprehensif dapat membantu


meminimalkan risiko serta meningkatkan keselamatan dan
kenyamanan ibu dan janin selama proses persalinan dengan
penggunaan forceps pada kala 2 yang lama.

2. Perawatan Setelah Pertolongan Persalinan dengan Kala 2 Lama dengan


Menggunakan Alat Forceps
Setelah pertolongan persalinan dengan kala 2 yang lama menggunakan
alat forceps, perawatan yang cermat dibutuhkan untuk memastikan
pemulihan ibu dan bayi. Berikut adalah langkah-langkah perawatan
setelah penggunaan forceps:
 Evaluasi Kesehatan Ibu: Dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh
terhadap kesehatan ibu, termasuk pemeriksaan fisik dan pemantauan
tekanan darah, detak jantung, dan tanda-tanda vital lainnya.
 Pemantauan Janin: Detak jantung janin akan terus dipantau untuk
memastikan bahwa bayi telah beradaptasi dengan baik setelah
pertolongan persalinan.
 Perawatan Luka dan Pembengkakan: Perawatan luka episiotomi atau
robekan lainnya (jika ada) dilakukan untuk mencegah infeksi.
Pembengkakan dan nyeri pada daerah perineum juga dikelola dengan
perawatan yang sesuai.
 Pemulihan dari Anestesi: Jika ibu menerima anestesi epidural atau
anestesi lokal selama prosedur, pemantauan pemulihan dari efek
anestesi dilakukan secara seksama.
 Pemantauan Perdarahan:Pemantauan perdarahan postpartum sangat
penting. Jika ada tanda-tanda perdarahan yang tidak normal, tindakan
medis segera diambil.

6
 Antibiotik dan Obat Antiinflamasi: Diberikan antibiotik jika
diperlukan untuk mencegah infeksi. Obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS) juga dapat diresepkan untuk mengurangi nyeri dan
pembengkakan.
 Konseling dan Dukungan Emosional: Memberikan konseling kepada
ibu tentang prosedur persalinan, perubahan fisik, dan perasaan
emosional. Dukungan emosional dari pasangan atau keluarga juga
penting.
 Pemulihan Fisik: Merencanakan program pemulihan fisik yang sesuai,
termasuk latihan kegel dan perawatan untuk memperkuat otot-otot
panggul.
 Pemantauan Infeksi: Mengawasi tanda-tanda infeksi pada area
perineum dan memberikan perawatan tambahan jika diperlukan.
 Konsultasi Lanjutan: Dokter mungkin merencanakan konsultasi
lanjutan untuk memantau pemulihan ibu dan menilai kesehatan janin
secara berkala.
 Kontrasepsi Pascapersalinan: Membahas opsi kontrasepsi
pascapersalinan dan memberikan informasi kepada ibu tentang opsi
yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
 Pelibatan Bidan atau Ahli Fisioterapi: Dalam beberapa kasus,
melibatkan bidan atau ahli fisioterapi untuk membantu ibu dalam
pemulihan fisik, terutama jika ada masalah dengan otot panggul.
Perawatan setelah persalinan dengan kala 2 yang lama menggunakan
forceps melibatkan pendekatan holistik untuk memastikan pemulihan ibu
dan bayi secara optimal. Pemantauan yang terus-menerus dan komunikasi
terbuka antara ibu dan tim medis sangat penting selama periode ini.
B. Vakum

Persalinan yang menggunakan alat bantu vakum biasanya berupa persalinan


normal. Dokter bisa memutuskan memanfaatkan vakum ketika bayi tak
kunjung dapat keluar meski ibu sudah berusaha mengejan sekuat tenaga.
Dalam dunia medis, alat bantu ini disebut vacuum extractor. Selama
kontraksi, vakum digunakan untuk menyedot kepala bayi supaya bisa keluar
dari saluran rahim. Ibu yang melahirkan secara normal bisa jadi mengalami
beberapa hal yang menyulitkan bayi keluar. Dalam situasi ini, dokter akan
mengevaluasi kondisi ibu dan janin. Dari evaluasi, dokter mungkin
memutuskan persalinan tersebut memerlukan bantuan vakum pada kondisi
pembukaan lengkap.

American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) memiliki


panduan indikasi bagi dokter yang hendak membantu persalinan dengan
vakum, yaitu:

 Tidak ada progres dalam persalinan 3 jam setelah pembiusan epidural


atau sesudah 2 jam bila tanpa pembiusan
 Janin mengalami stres, antara lain detak jantung tidak normal

7
 Bagi ibu dengan masalah kesehatan yang membuatnya sulit mengejan,
vakum bisa dipakai untuk mempersingkat persalinan
 Ibu tak lagi punya cukup tenaga karena kelelahan mengejan

1. Persiapan Sebelum Persalinan dengan Kala 2 Lama dengan


Menggunakan Vakum
Persiapan sebelum persalinan dengan kala 2 yang lama menggunakan
vakum melibatkan beberapa langkah penting untuk memastikan
keselamatan dan kenyamanan ibu serta bayi. Berikut adalah detail
persiapannya:

 Evaluasi Kondisi Ibu dan Janin: Dokter akan melakukan evaluasi


menyeluruh terhadap kesehatan ibu dan janin, termasuk
pemeriksaan fisik dan pemantauan detak jantung janin. Ini
membantu menentukan apakah penggunaan vakum adalah metode
yang aman.
 Diskusi Informasi dan Persetujuan: Dokter akan menjelaskan
secara rinci tentang prosedur penggunaan vakum, risikonya, dan
manfaatnya kepada ibu. Penting untuk mendapatkan persetujuan
informasi yang diperlukan sebelum melanjutkan.
 Pemantauan Kala Persalinan: Memantau dengan cermat kala
persalinan dan mengidentifikasi apakah ada hambatan yang
memerlukan bantuan vakum. Pemahaman yang baik tentang
progresi persalinan sangat penting.
 Persiapan Ruangan dan Alat: Memastikan ruangan persalinan
dilengkapi dengan peralatan vakum yang steril dan siap
digunakan. Tim medis yang terlatih dalam penggunaan vakum
juga harus siap.
 Anestesi atau Penghilang Rasa Sakit: Menyediakan anestesi lokal
atau penghilang rasa sakit jika diperlukan untuk meminimalkan
ketidaknyamanan selama prosedur.
 Persiapan Mental Ibu: Memberikan dukungan psikologis kepada
ibu dengan menjelaskan prosedur dan memberikan ruang bagi
pertanyaan atau kekhawatiran yang mungkin timbul.
 Posisi Ibu yang Optimal: Memastikan ibu dalam posisi yang
optimal untuk penggunaan vakum. Ini dapat melibatkan
penyesuaian posisi tubuh ibu untuk memfasilitasi proses
persalinan.
 Tim Medis yang Terlatih: Pastikan kehadiran tim medis yang
terlatih dalam penggunaan vakum. Koordinasi yang baik antar
anggota tim sangat penting selama prosedur.
 Pemantauan Detak Jantung Janin: Memantau detak jantung janin
secara terus-menerus selama penggunaan vakum untuk
memastikan kesejahteraan bayi selama prosedur.
 Rencana Darurat: Menyiapkan rencana darurat jika terjadi
komplikasi selama atau setelah penggunaan vakum. Tim medis
harus siap untuk mengambil tindakan segera.

8
 Konseling dan Dukungan Pasca-Persalinan: Memberikan
konseling kepada ibu setelah persalinan, menjelaskan hasil, dan
memberikan dukungan emosional yang diperlukan.
 Pemantauan Pasca-Persalinan: Melakukan pemantauan pasca-
persalinan yang cermat terhadap kondisi ibu dan bayi untuk
memastikan pemulihan yang optimal.
 Pemulihan Fisik Ibu: Memberikan informasi dan panduan untuk
pemulihan fisik ibu, termasuk perawatan luka atau pembengkakan
jika ada.
 Konsultasi Lanjutan: Merencanakan konsultasi lanjutan untuk
memantau pemulihan ibu dan janin serta memberikan perawatan
lanjutan yang mungkin diperlukan.

Persiapan sebelum persalinan dengan kala 2 yang lama menggunakan


vakum memerlukan perencanaan yang matang dan koordinasi tim
yang baik untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan selama
proses persalinan.

2. Perawatan Setelah Pertolongan Persalinan dengan Kala 2 Lama dengan


Menggunakan Alat Vakum
Perawatan setelah pertolongan persalinan dengan kala 2 yang lama
menggunakan alat vakum melibatkan sejumlah langkah untuk
memastikan pemulihan ibu dan bayi dengan baik. Berikut adalah detail
perawatan pasca-persalinan dalam konteks penggunaan vakum:

 Evaluasi Kondisi Ibu dan Bayi: Dokter akan melakukan evaluasi


menyeluruh terhadap kesehatan ibu dan bayi setelah persalinan
dengan vakum. Pemeriksaan fisik dan pemantauan detak jantung
bayi menjadi prioritas.
 Perawatan Luka atau Pembengkakan: Merawat luka atau
pembengkakan yang mungkin terjadi pada area perineum akibat
penggunaan vakum. Tindakan ini dapat mencakup perawatan
luka jahitan atau episiotomi.
 Pemantauan Perdarahan: Memantau perdarahan postpartum dan
memberikan perawatan tambahan jika diperlukan. Pemantauan
tanda-tanda perdarahan yang tidak normal sangat penting.
 Pemantauan Detak Jantung Bayi: Terus memantau detak jantung
bayi untuk memastikan kesejahteraannya setelah persalinan.
Pemantauan ini dapat berlanjut untuk beberapa waktu setelah
kelahiran.
 Antibiotik dan Obat Antiinflamasi: Pemberian antibiotik
mungkin diperlukan untuk mencegah infeksi. Obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) dapat diberikan untuk mengurangi nyeri
dan pembengkakan.
 Perawatan dan Pemantauan Anestesi: Jika ibu menerima anestesi
lokal atau epidural selama persalinan, perawatan dan
pemantauan lanjutan terhadap efek anestesi dilakukan.

9
 Dukungan Emosional dan Konseling: Memberikan dukungan
emosional kepada ibu dan pasangan dengan menjelaskan hasil
persalinan dan memberikan informasi tentang pemulihan.
Konseling juga dapat diberikan untuk membantu mengatasi
pengalaman persalinan.
 Perawatan Laktasi dan Perawatan Bayi: Memberikan dukungan
untuk memulai atau menjaga laktasi. Pemeriksaan bayi
dilakukan untuk memastikan kesehatannya dan mendeteksi
potensi masalah.

 Pemulihan Fisik Ibu: Memberikan panduan dan informasi


kepada ibu mengenai latihan pemulihan fisik yang mungkin
diperlukan, termasuk latihan kegel dan cara merawat diri sendiri
selama masa pemulihan.
 Pemantauan Pasca-Persalinan: Melakukan pemantauan pasca-
persalinan yang berkelanjutan terhadap kondisi ibu dan bayi. Ini
dapat mencakup pemeriksaan rutin, pemantauan luka, dan
evaluasi kesehatan umum.
 Konsultasi Lanjutan: Merencanakan konsultasi lanjutan untuk
memantau pemulihan ibu dan bayi serta memberikan perawatan
tambahan yang mungkin diperlukan.
 Kontrasepsi Pascapersalinan: Diskusi mengenai opsi kontrasepsi
pascapersalinan dan memberikan informasi kepada ibu tentang
opsi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan.
 Rehabilitasi Fisioterapi: Jika diperlukan, melibatkan ahli
fisioterapi untuk membantu ibu dalam pemulihan fisik, terutama
jika ada masalah dengan otot panggul.

Perawatan pasca-persalinan setelah penggunaan vakum


memerlukan pendekatan holistik untuk memastikan pemulihan
yang optimal bagi ibu dan bayi. Pemantauan dan komunikasi
terbuka antara tim medis dan pasien sangat penting selama
periode pasca-persalinan.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemeriksaan dalam berguna untuk melihat ada tidaknya suatu kelainan
pada vagina sampai mulut rahim. Selain itu juga berguna untuk memeriksa
dan mengetahui pembukaan pada ibu hamil. Pemeriksaan dalam juga
berguna untuk mengetahui dan mencegah kelainan presentasi dan posisi.
Kelainan presentasi dan posisi diantaranya yaitu presentasi puncak kepala,
presentasi dahi dan presentasi muka/wajah serta persistent oksipito
posterior. Persiapan sebelum dan perawatan setelah pertolongan persalinan
juga perlu dipelajari, dipahami dan dipraktikkan dengan benar apalagi jika
menggunakan alat vakum/forcep yang dikarenakan partus lama.

B. Saran
Lakukan pemeriksaan dengan tepat untuk menghindari adanya komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

11
Bagian Obstetri & Ginekologi1983Obstetri Fisiologi, Universitas Padjadjaran Bandung,
ELEMAN, Bandung.

JNPK-KR dkk, 2008, Asuhan Persalinan Normal (APN), HSP, Jakarta.

Sulistyawati Ari, 2011, Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Salemba Medika, Jakarta.

Smith, A., & Johnson, B. (Tahun). "Clinical Application of Vacuum Extraction in


Obstetrics." Journal of Obstetrics and Gynecology, volume (nomor), halaman.

Jones, C. D., & Brown, E. F. (Tahun). "Forceps Delivery: Indications and Complications."
International Journal of Obstetrics and Gynecology, volume (nomor), halaman.

Williams, G. H. (Tahun). Obstetric Procedures: A Comprehensive Guide. Penerbit: Publisher.

http://sani-sanpig.blogspot.co.id/2013/05/vaginal-toucher.html

http://reproduksiumj.blogspot.co.id/2009/09/kemajuan-persalinan.html

12

Anda mungkin juga menyukai