Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN

Tugas Portofolio Praktik Klinik Keperawatan Maternitas (PKKM)


Prodi DIII Keperawatan Angkatan XXI B
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Disusun Oleh :

WAHYUDI
NIM. PO.62.20.1.18.078

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis

dapat menyelesaikan Tugas Portofolio dengan baik dan tepat waktu. Tugas

Portofolio ini penulis susun untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas

portofolio pada kegiatan Praktik Klinik Keperawatan Maternitas (PKKM) di

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Palangka Raya. Penulis menyadari

bahwa dalam Tugas Portofolio Praktik Klinik Keperawatan (PKKM) ini masih

jauh dari kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan

kemampuan penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Tugas Portofolio ini.

Palangka Raya, 5 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER DEPAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR BAGAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………...... 4
B. Tujuan ...................…………………………………….......... 4
C. Manfaat Penelitian ………………………………………........ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Persalinan Normal
1. Pengertian Persalinan.……….....................................................6
2. Tanda-tanda Persalinan ...................……….................................7
3. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada ibu bersalin……...... 8
4. Kebutuhan Dasar pada ibu bersalin...........................................11
5. Penyebab Mulainya Persalinan..................................................16
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persalinan...........................18
7. Tahapan Persalinan....................................................................19
8. Mekanisme Persalinan...............................................................23
9. Partograf....................................................................................26
10. Asuhan Persalinan Normal........................................................33
B. Asuhan Kebidanan Persalinan
1. Pengkajian...................……….....................................................44
2. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan .......................44
3. Perencanaan..................................................................................44
4. Pelaksanaan..................................................................................44
5. Evaluasi........................................................................................45
6. Pencatatan dengan SOAP.............................................................45

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ......................................................................................48
B. Saran ...........................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar belakang adalah untuk memberikan alasan mengapa asuhan
kebidanan pada kasus terpilih dilakukan, yang bertujuan untuk menunjukkan
bahwa masalah pada kasus tersebut masalah yang menarik, penting dan harus
segera diselesaikan.
Latar belakang menggambarkan alasan (motivasi) mengapa penulis
memilih kasus tersebut, dilengkapi dengan data yang relevan dan motivasi
tersebut diuraikan dari hal yang bersifat umum ke hal yang bersifat lebih
spesifik (bentuk piramida terbalik).

B. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Menjelaskan secara teoritis Asuhan Kebidanan Kehamilan.
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan Konsep Dasar Kehamilan meliputi Pengertian Persalinan,
tanda-tanda Persalinan, Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada ibu
bersalinan, Kebutuhan Dasar pada Ibu Bersalin, Penyebab mulainya
Persalinan, Faktor-faktor yang mempengaruhi Persalinan, Tahapan
Persalinan, Mekanisme Persalinan, Partograf dan Asuhan Persalinan
Normal.
b. Menjelaskan Konsep Dasar Asuhan Kebidanan yang mengacu kepada
Keputusan Menteri Kesehatan No.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang
Standar Asuhan Kebidanan meliputi pengkajian, perumusan diagnosa

4
dan atau masalah kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
pendokumentasian dengan SOAP.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis;
a. Sebagai tambahan pengetahuan tentang pola pikir dan pemahaman
penulis dan pembaca.
b.Memberikan sumbangan pemikiran yang diharapkan mampu
menjadi sarana pengembangan wawasan keilmuan. Dan menjadi
pertimbangan untuk laporan-laporan lain.

2. Manfaat aplikatif;
a. Bagi institusi
Hasil laporan ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan
mahasiswa mengenai persalinan.
b.Bagi mahasiswa
Sebagai bahan dalam meningkatkan pengetahuan dalam proses
pembelajaran.
c. Bagi masyarakat
Meningkatkan pengetahuan khususnya tentang persalinan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan


1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi
uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran
bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah.
(Rohani, 2011)
Persalinan adalah proses pengluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup daridalam uterus melelui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2006).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada
usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit. Persalinan di mulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR, 2007)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan uri) yang telahcukup bulan dan dapat hidup di luar uterus melalui
vagina secara spontan (Manuaba,1998; Wiknjosastro dkk, 2005). Pada
akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih peka sampai akhirnya timbul
kontraksi kuat secara ritmis sehingga bayi dilahirkan (Guyton & Hall,
2002).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadipada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan

6
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2007: 100).

2. Tanda-tanda Persalinan
Ada 3 tanda yang paling utama yaitu:
a. Kontraksi (His)
Ibu terasa kenceng-kenceng sering, teratur dengan nyeri dijalarkan
dari pinggang ke paha.Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon
oksitosin yang secara fisiologis membantu dalam proses pengeluaran
janin. Ada 2 macam kontraksi yang pertama kontraksi palsu (Braxton
hicks) dan kontraksi yang sebenarnya. Pada kontraksi palsu berlangsung
sebentar, tidak terlalu sering dan tidak teratur, semakin lama tidak ada
peningkatan kekuatan kontraksi. Sedangkan kontraksi yang sebenarnya
bila ibu hamil merasakan kenceng-kenceng makin sering, waktunya
semakin lama, dan makin kuat terasa, diserta mulas atau nyeri seperti kram
perut. Perut bumil juga terasa kencang. Kontraksi bersifat fundal
recumbent/nyeri yang dirasakan terjadi pada bagian atas atau bagian
tengah perut atas atau puncak kehamilan (fundus), pinggang dan panggul
serta perut bagian bawah. Tidak semua ibu hamil mengalami kontraksi
(His) palsu. Kontraksi ini merupakan hal normal untuk mempersiapkan
rahim untuk bersiap mengadapi persalinan.
b. Pembukaan serviks, dimana primigravida >1,8cm dan multigravida 2,2cm
Biasanya pada bumil dengan kehamilan pertama, terjadinya
pembukaan ini disertai nyeri perut. Sedangkan pada kehamilan anak kedua
dan selanjutnya, pembukaan biasanya tanpa diiringi nyeri. Rasa nyeri
terjadi karena adanya tekanan panggul saat kepala janin turun ke area
tulang panggul sebagai akibat melunaknya rahim. Untuk memastikan telah
terjadi pembukaan, tenaga medis biasanya akan melakukan pemeriksaan
dalam (vaginal toucher).

7
c. Pecahnya ketuban dan keluarnya bloody show.
Dalam bahasa medis disebut bloody show karena lendir ini
bercampur darah. Itu terjadi karena pada saat menjelang persalinan terjadi
pelunakan, pelebaran, dan penipisan mulut rahim. Bloody show seperti
lendir yang kental dan bercampur darah. Menjelang persalinan terlihat
lendir bercampur darah yang ada di leher rahim tsb akan keluar sebagai
akibat terpisahnya membran selaput yang menegelilingi janin dan cairan
ketuban mulai memisah dari dinding rahim.
Tanda selanjutnya pecahnya ketuban, di dalam selaput ketuban
(korioamnion) yang membungkus janin, terdapat cairan ketuban sebagai
bantalan bagi janin agar terlindungi, bisa bergerak bebas dan terhindar dari
trauma luar. Terkadang ibu tidak sadar saat sudah mengeluarkan cairan
ketuban dan terkadang menganggap bahwa yang keluar adalah air
pipisnya. Cairan ketuban umumnya berwarna bening, tidak berbau, dan
akan terus keluar sampai ibu akan melahirkan. Keluarnya cairan ketuban
dari jalan lahir ini bisa terjadi secara normal namun bias juga karena ibu
hamil mengalami trauma, infeksi, atau bagian ketuban yang tipis (locus
minoris) berlubang dan pecah. Setelah ketuban pecah ibu akan mengalami
kontraksi atau nyeri yang lebih intensif.
Terjadinya pecah ketuban merupakan tanda terhubungnya dengan
dunia luar dan membuka potensi kuman/bakteri untuk masuk. Karena
itulah harus segera dilakukan penanganan dan dalam waktu kurang dari 24
jam bayi harus lahir apabila belum lahir dalam waktu kurang dari 24 jam
maka dilakukan penangana selanjutnya misalnya caesar.

3. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada ibu bersalin


Menurut pusdiknakes 2003, perubahan fisiologis dalam persalinan
meliputi :
a. Tekanan darah

8
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan
sistolik rata – rata 10 – 20 mmHg dan kenaikan diastolic rata – rata 5-10
mmHg. Diantara kontraksi uterus, tekanan darah kembali normal pada
level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga akan
meningkatkan tekanan darah.
b. Metabolisme
Selama persalinan metabolism karbohidrat aerobic maupun metabolism
anaerobic akan naik secara berangsur disebabkan karena kecemasan serta
aktifitas otot skeletal. Peningkatan inni ditandai dengan kenaikan suhu
badan, denyut nadi, pernafasan, kardiak output, dan kehilangan cairan.
c. Suhu badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selam persalinan, terutama selama
persalinan dan segera setelah kelahiran. Kenaikan suhu di anggap normal
jika tidak melebihi 0.5 – 1 ˚C.
d. Denyut jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara
dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung sedikit
meningkat di bandingkan sebelum persalinan.
e. Pernafasan
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka terjadi peningkatan laju
pernafasan yang di anggap normal. Hiperventilasi yang lama di anggap
tidak normal dan bias menyebabkan alkalosis.
f. Perubahan pada ginjal
Poliuri sering terjadi selama persalinan, mungkin di sebabkan oleh
peningkatan filtrasi glomerulus dan peningkatan aliran plasma ginjal.
Proteinuria yang sedikit di anggap biasa dalam persalinan.
g. Perubahan gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makan padat secara substansial berkurang
banyak sekali selama persalinan. Selai itu, pengeluaran getah lambung

9
berkurang, menyebabkan aktivitas pencernaan hamper berhenti, dan
pengosongan lambung menjadi sangat lamban. Cairan tidak berpengaruh
dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa. Mual atau muntah biasa
terjadi samapai mencapai akhir kala I.
h. Perubahan hematologi
Hematologi meningkat sampai 1,2 garam/100 ml selama persalinan dan
akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca
persalinankecuali ada perdarahan post partum.

Perubahan Psikologi Pada Ibu Bersalinan Menurut Varney (2006) :


a. Pengalaman sebelumnya
Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri dan fokus pada dirinya sendiri
ini timbul ambivalensi mengenai kehamilan seiring usahanya menghadapi
pengalaman yang buruk yang pernah ia alami sebelumnya, efek
kehamilanterhadap kehidupannya kelak, tanggung jawab ,yang baru atau
tambahan yang akan di tanggungnya, kecemasan yang berhubungan
dengan kemampuannya untuk nenjadi seorang ibu.
b. Kesiapan emosi
Tingkat emosi pada ibu bersalin cenderung kurang bias terkendali yang di
akibatkan oleh perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri
serta pengaruh dari orang – orang terdekatnya, ibu bersalin biasanya lebih
sensitive terhadap semua hal. Untuk dapat lebih tenang dan terkendali
biasanya lebih sering bersosialisasi dengan sesame ibu – ibu hamil lainnya
untuk saling tukar pengalaman dan pendapat.
c. Persiapan menghadapi persalinan ( fisik, mental,materi dsb)
Biasanya ibu bersalin cenderung mengalami kekhawatiran menghadapi
persalinan, antara lain dari segi materi apakah sudah siap untuk
menghadapi kebutuhan dan penambahan tanggung jawab yang baru
dengan adnya calon bayi yang akan lahir. Dari segi fisik dan mental yang

10
berhubungan dengan risiko keselamtan ibu itu sendiri maupun bayi yang
di kandungnya.
d. Support system
Peran serta orang – orang terdekat dan di cintai sangat besar pengaruhnya
terhadap psikologi ibu bersalin biasanya sangat akan membutuhkan
dorongan dan kasih saying yang le bih dari seseorang yang di cintai untuk
membantu kelancaran dan jiwa ibu itu sendiri.

4. Kebutuhan Dasar pada ibu bersalin


Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan suatu
standar pelayanan kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat
aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Jika seorang
bidan sedang sibuk, maka ia harus memastikan bahwa ada seorang
pendukung yang hadir dan membantu wanita yang sedang dalam
persalinan.
Enam kebutuhan seorang wanita dalam persalinan :
(1) Asuhan fisik dan psikologis
Asuhan ini berorientasi pada tubuh ibu selama dalam proses
persalinan,hal ini juga yang akan menghindarkan ibu dari infeksi.
Adapun asuhan yang dapat diberikan diantaranya adalah
a) Menjaga kebersihan diri
 menganjurkan ibu membasuh sekitar kemaluannya
sesudah BAK / BAB dan menjaga tetap bersih dan
kering.Hal ini dapat menimbulkan kenyamanan dan
relaksasi serta menurunkan resiko infeksi karena
dengan adanya kombinasi antara bloody
show,keringat,cairan amnion,larutan untuk
pemeriksaan vagina dan juga veces dapat membuat
ibu bersalin marasa tidak nyaman

11
 Mandi di bak / shower dapat menjadi sangat
menyegarkan dan santai, ibu tersebut dapat menjadi
marasa sehat tetapi bila fasilitasnya tidak
memungkinkan mandi di tempat tidur juga
manyegarkan
b) Berendam
Air telah dihubungkan dengan suatu perasaan sejahtera
selam berabad-abad yang lalu. Ketertarikan dari air dalam
persalinan dan kelahiran bayi kini telah berkembang.
Beberapa wanita memilih untuk menggunakan kolam
hanya untuk berendam pada kala satu dan beberapa wanita
memilih untuk melahirkan didalam air.
Beberapa wanita te;ah memberikan komentar tentang
betapa rileksnya mereka selama berada dalam air.
Berendam dapat menjadi tindakan pendukung dan
kenyamanan yang paling menenangkan. Bak yang
diperlukan perlu cukup dalam agar air dapat menutup
abdomennya.hal ini memberikan suatu bentuk hidrotherapy
dan kegembiraan yang akan meredakan dan membentu
terhadap kontraksi terhadap ibu bersalin
c) Perawatan mulut
Ibu yang sedang ada dalam proses persalinan biasanya
mempunyai napas yang bau,bibir kering dan pecah-
pecah,tenggorokan kering terutama jika dia dalam
persalinan selama beberapa jam tanpa cairan oral dan tanpa
perawatan mulut.Hal ini menimbulkan rasa tidak nyaman
dan tidak menyenangkan bagi orang disekitarnya.Hal diatas
dapat dihindari jika wanita mampu mencerna cairan selama
persalinannya

12
d) Pengipasan
Ibu yang sedang dalam proses persalinan biasanya banyak
mengeluarkan keringat,bahkan pada ruang persalinan
dengan kontrol suhu terbaikpun mereka akan mengeluh
berkeringat pada beberapa waktu tertentu. jika tempat
persalinan tidak menggunakan pendingin akan
menyebabkan perasaan tidak nyaman dan sangat
menyengsarakan wanita tersebut. Untuk itu gunakan kipas
atau bisa juga bila tidak ada kipas dengan kertas atau lap
yang dapat digunakan sebagai pengganti kipas
(2) kebutuhan nutrisi dan cairan
World Health Organization (WHO) merekomendasikan
bahwa dikarenakan kebutuhan energi yang begitu besar pada Ibu
melahirkan dan untuk memastikan kesejahteraan ibu dan anak,
tenaga kesehatan tidak boleh menghalangi keinganan Ibu yang
melahirkan untuk makan atau minum selama persalinan (WHO,
1997 dalam William L, and Wilkins, 2010).
Persatuan dokter kandungan dan ginekologi Kanada
merekomendasikan kepada tenaga kesehatan untuk menawarkan
Ibu bersalin diet makanan ringan dan cairan selama persalinan
(Persatuan dokter kandungan dan ginekologi Kanada, 1998 dalam
Makanan:
Apa saja yang harus diperhatikan Jika Ibu ingin makan selama
proses persalian.
Makan dalam porsi kecil atau mengemil setiap jam sekali saat ibu masih
dalam
a. tahap awal persalinan (KALA 1). Ibu disarankan makan beberapa kali
dalam porsi kecil karenalebih mudah dicerna daripada hanya makan satu
kali tapi porsi besar.

13
b. Pilih makanan yang mudah dicerna, seperti crackers, agar-agar, atau sup.
Saat persalinan proses pencernaan jadi lebih lambat sehingga ibu perlu
menghindari makanan yang butuhwaktu lama untuk dicerna.
c. Selain mudah dicerna, pilih makanan yang berenergi. Buah, sup dan madu
memberikan energi cepat. Untuk menyimpan cadangan energy, ibu bisa
pilih gandum atau pasta.
d. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak, goreng-gorengan atau
makanan yang menimbulkan gas.
Minuman:
Selama proses persalinan jaga tubuh agar tidak kekurangan cairan.
Dehidrasi bisa mengakitbakan ibu menjadi lemah, tidak berenergi dan bisa
memperlambat persalinan.
Pilihan minumannya adalah:
a. Minuman yogurt rendah lemak.
b. Kaldu jernih.
c. Air mineral.
d. Minuman isotonik, mudah diserap dan memberikan energi
yang dibutuhkan saat persalinan. Atau, Ibu bisa membuat
sendiri dengan mencampurkan air putih dengan sedikit
perasan lemon.
e. Jus buah atau smoothie buah, campurkan dengan yogurt
atau pisang ke dalam smoothie untuk menambah energi.
Hindari minuman bersoda karena bisa membuat Ibu mual.
Ibu melahirkan harus dimotivasi untuk minum sesuai
kebutuhan atau tingkat kehausannya. Jika asupan cairan Ibu
tidak adekuat atau mengalami muntah, dia akan William L,
and Wilkins, 2010).
(3) Kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus

14
Hodneet (2002) dalam Chapman (2003) mengungkapkan bahwa
ada beberapa keuntungan dalam dukungan yang berkesinambungan
bagi ibu bersalin, antara lain :
a) Berkurangnya kebutuhan analgesia farmakologis dan lebih
sedikit epidural
b) Berkurangnya kelahiran instrumental
c) Pembedahan caesar untuk membantu kelahiran menjadi
berkurang.
d) Skore apgar < 7 lebih sedikit.
e) Berkurangnya trauma perinatal
Dukungan yang dapat diberikan oleh pendamping persalinan
diantaranya adalah
a) Mengusap keringat
b) Menemani / membimbing jalan-jalan
c) Memberikan minum
d) Merubah posisi, dll
(4) Pengurangan rasa sakit
Nyeri pada saat persalinan disebabkan oleh kontraksi rahim,
dilatasi servik dan distensi perineum. Rasa nyeri yang terjadi saat
persalinan dapat terjadi pada daerah-daerah tertentu saja terutama
disekitar perut
Pendekatan – pendekatan untuk mengurangi rasa sakit, menurut
Varney ’s Midwifery :
a) Seorang yang dapat mendukung persalinan
b) Pengaturan posisi.
c) Relaksasi dan latihan pernafasan.
d) Istirahat dan privasi.
e) Penjelasan mengenai proses / kemajuan dan prosedur.
f) Asuhan tubuh

15
g) Sentuhan
(5) Penerimaan atas sikap dan perilakunya
Beberapa ibu mungkin berteriak pada puncak kontraksi dan ada
pula yang berusaha untuk diam ada juga yang menangis.Itu semua
merupakan tingkah laku yang pada saat itu hanya dapat
dilakukannya.Sebagai seorang bidan yang dapat dilakukan adalah
hanya menyemangatinya dan bukan memarahinya.
Penerimaan akan tingkah lakunya dan sikap juga
kepercayaannya,apapun yang dia lakukan merupakan hal terbaik
yang mampu dia lakukan pada saat itu
(6) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman
a) Penjelasan tentang proses dan perkembangan persalinan
b) Penjelasan semua hasil pemeriksaan
c) Pengurangan rasa takut akan menurunkan nyeri akibat
ketegangan dari rasa takut

5. Penyebab Mulainya Persalinan


Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang sebab terjadinya
persalinan:
a. Teori Penurunan Progesteron
Villi koriales mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar
estrogen dan progesterone menurun. Menurunnya kadar kedua
hormon ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai
(Wiknjosastro dkk, 2005). Selanjutnya otot rahim menjadi sensitif
terhadap oksitosin. Penurunan kadar progesteron pada tingkat tertentu
menyebabkan otot rahim mulai kontraksi (Manuaba, 1998).
b. Teori Oksitosin
Menjelang persalinan, terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam
otot rahim, sehingga mudah terangsang saat disuntikkan oksitosin dan

16
menimbulkan kontraksi. Diduga bahwa oksitosin dapat meningkatkan
pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung terus
(Manuaba, 1998).
c. Teori Keregangan Otot Rahim
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini merupakan faktor
yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta
mengalami degenerasi (Wiknjosastro dkk, 2005). Otot rahim
mempunyai kemampuan meregang sampai batas tertentu. Apabila
batas tersebut sudah terlewati, maka akan terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai (Manuaba, 1998).
d. Teori Prostaglandin
Prostaglandin sangat meningkat pada cairan amnion dan desidua dari
minggu ke-15 hingga aterm, dan kadarnya meningkat hingga ke
waktu partus (Wiknjosastro dkk, 2005). Diperkirakan terjadinya
penurunan progesteron dapat memicu interleukin-1 untuk dapat
melakukan “hidrolisis gliserofosfolipid”, sehingga terjadi pelepasan
dari asam arakidonat menjadi prostaglandin, PGE2 dan PGF2 alfa.
Terbukti pula bahwa saat mulainya persalinan, terdapat penimbunan
dalam jumlah besar asam arakidonat dan prostaglandin dalam cairan
amnion. Di samping itu, terjadi pembentukan prostasiklin dalam
miometrium, desidua, dan korion leave. Prostaglandin dapat
melunakkan serviks dan merangsang kontraksi, bila diberikandalam
bentuk infus, per os, atau secara intravaginal (Manuaba, 1998).
e. Teori Janin
Terdapat hubungan hipofisis dan kelenjar suprarenal yang
menghasilkan sinyal kemudian diarahkan kepada maternal sebagai
tanda bahwa janin telah siap lahir. Namun mekanisme ini belum
diketahui secara pasti. (Manuaba, 1998)

17
f. Teori Berkurangnya Nutrisi
Teori berkurangnya nutrisi pada janin diungkapkan oleh Hippocrates
untuk pertama kalinya (Wiknjosastro dkk, 2005). Hasil konsepsi akan
segera dikeluarkan bila nutrisi telah berkurang (Asrinah dkk, 2010).
g. Teori Plasenta Menjadi Tua
Plasenta yang semakin tua seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron sehingga timbul kontraksi rahim (Asrinah dkk, 2010).

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persalinan


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain:
(1) Passenger
Malpresentasi atau malformasi janin dapat mempengaruhi
persalinan normal (Taber, 1994). Pada faktor passenger, terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi yakni ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga harus
melalui jalan lahir, maka ia dianggap sebagai penumpang yang
menyertai janin (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
(2) Passage away
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat,
dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).
Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar
panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh
lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku
(Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
(3) Power

18
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks
membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala,
bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke
dalam rongga panggul (Wiknjosastro dkk, 2005). Ibu melakukan
kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan (Bobak,
Lowdermilk & Jensen, 2004).
(4) Position
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.
Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi
membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaki
sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk dan
jongkok (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
(5) Psychologic Respons
Proses persalinan adalah saat yang menegangkan dan
mencemaskan bagi wanita dan keluarganya. Rasa takut, tegang dan
cemas mungkin mengakibatkan proses kelahiran berlangsung
lambat. Pada kebanyakan wanita, persalinan dimulai saat terjadi
kontraksi uterus pertama dan dilanjutkan dengan kerja keras
selama jamjam dilatasi dan melahirkan kemudian berakhir ketika
wanita dan keluarganya memulai proses ikatan dengan bayi.
Perawatan ditujukan untuk mendukung wanita dan keluarganya
dalam melalui proses persalinan supaya dicapai hasil yang optimal
bagi semua yang terlibat. Wanita yang bersalin biasanya akan
mengutarakan berbagai kekhawatiran jika ditanya, tetapi mereka
jarang dengan spontan menceritakannya (Bobak, Lowdermilk &
Jensen, 2004)

7. Tahapan Persalinan

19
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0
sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut
juga dengan kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan
mengedan, janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut
juga kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV
mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut
diobservasi apakah terjadi perdarahan post partum. (Rohani; dkk, 2011)
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena
serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-
pergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka.
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
(1) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai
sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8
jam.
(2) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam
dan dibagi dalam 3 subfase.
a) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam
pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau

20
lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Berdasarkan kurve
Friedman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan
pembukaan multigravida 2 cm/ jam.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan
multigravida. Pada primigravida, ostium uteri internum akanmembuka
lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium
internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta
penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang sama.

b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)


Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada
primipara berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam. Tanda
dan gejala kala II
(1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.
(2) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
(3) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum
dan/atau vagina.
(4) Perineum terlihat menonjol.
(5) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
(6) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang


menunjukkan :
(1) Pembukaan serviks telah lengkap.
(2) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.

21
c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Perubahan psikologis kala III
(1) Ibu ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayinya.
(2) Merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya; juga merasa sangat
lelah.
(3) Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vagina perlu dijahit.
(4) Menaruh perhatian terhadap plasenta

d. Kala IV (Kala Pengawasan)


Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah
proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV :
(1) Tingkat kesadaran.
(2) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,dan pernapasan.
Kontraksi uterus.
(3) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika
jumlahnya tidak melebihi 400 samapai 500 cc.

Asuhan dan pemantauan pada kala IV


(1) Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk
merangsang uterus berkontraksi.
(2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara
melintang antara pusat dan fundus uteri.
(3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
(4) Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada
laserasi atau episiotomi).
(5) Evaluasi kondisi ibu secara umum.

22
(6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV
persalinan di halaman belakang partograf segera setelah asuhan
diberikan atau setelah penilaian dilakukan.

8. Mekanisme Persalinan
1. Engagement
Engagement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir
kehamilan sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal
persalinan. engagement adalah peristiwa ketika diameter biparetal (Jarak
antara dua paretal) melewati pintu atas panggul dengan sutura sagitalis
melintang atau oblik di dalam jalan lahir dan sedikit fleksi. Masuknya
kepala akan mengalami ksulitan bila saat masuk ke dalam panggul dengan
sutura sgaitalis dalam antero posterior. Jika kepala masuk kedalam pintu
atas panggul dengan sutura sagitalis melintang di jalan lahir, tulang
parietal kanan dan kiri sama tinggi, maka keadaan ini disebut sinklitismus.
Kepala pada saat melewati pintu atas panggul dapat juga dalam keadaan
dimana sutura sgaitalis lebih dekat ke promontorium atau ke simfisis maka
hal ini disebut asinklitismus.
2. Penurunan kepala
1. Dimulai sebelum persalinan/inpartu. Penurunan kepala terjadi
bersamaan dengan mekanisme lainnya
2. Kekuatan yang mendukung yaitu:
(1) Tekanan cairan amnion
(2) Tekanan langsung fundus ada bokong
(3) Kontraksi otot-otot abdomen
(4) Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang belakang
janin
3. Fleksi

23
1. Gerakan fleksi di sebabkan karena janin terus didorong maju tetapi
kepala janin terlambat oleh serviks, dinding panggul atau dasar
panggul
2. Kepala janin, dengan adanya fleksi maka diameter oksipito
frontalis 12 cm berubah menjadi suboksipito bregmatika 9 cm
3. Posisi dagu bergeser kearah dada janin
4. Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba
daripada ubun ubun besar.
4. Rotasi dalam (putaran paksi dalam)
1. Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian
terendah janin dari posisi sebelumnya kearah depan sampai
dibawah simpisis. Bila presentasi belakang kepala dimana bagian
terendah janin adalah ubun-ubun kecil maka ubun-ubun kecil
memutar ke depan sampai berada di bawah simpisis.Gerakan ini
adalah upaya kepala janin untuk menyesuaikan dengan bentuk
jalan lahir yaitu bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.
Rotasi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala. Rotasi ini
terjadi setelah kepala melewati Hodge III (setinggi spina) atau
setelah didasar panggul. Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil
mengarah ke jam 12.
2. Sebab-sebab adanya putar paksi dalam yaitu:
(1) Bagian terendah kepala adalah bagian belakang kepala pada
letak fleksi.
(2) Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling
sedikit yang disebelah depan yaitu hiatus genitalis.
5. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena
sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas,

24
sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Pada
kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya ke bawah dan
satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.
Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju
karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan
suboksiput, maka lahirlah berturut- turut pada pinggir atas perineum ubun-
ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan
ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut
hypomochlion.
6. Rotasi luar (putaran paksi luar)
Terjadinya gerakan rotasi luar atau putar paksi luar dipengaruhi oleh
faktor-faktor panggul, sama seperti pada rotasi dalam.
(1) Merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil ke arah punggung
janin, bagian belakang kepala berhadapan dengan tuber
iskhiadikum kanan atau kiri, sedangkan muka janin menghadap
salah satu paha ibu. Bila ubun-ubun kecil pada mulanya disebelah
kiri maka ubun-ubun kecil akan berputar kearah kiri, bila pada
mulanya ubun-ubun kecil disebelah kanan maka ubun-ubun kecil
berputar ke kanan.
(2) Gerakan rotasi luar atau putar paksi luar ini menjadikan diameter
biakromial janain searah dengan diameter anteroposterior pintu
bawah panggul, dimana satu bahu di anterior di belakang simpisis
dan bahu yang satunya di bagian posterior dibelakang perineum.
(3) Sutura sagitalis kembali melintang.

25
Gambar 1.1
Mekanisme Persalinan Normal

7. Ekspulsi
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomochlion
untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul
lahirlah trochanter depan dan belakang sampai lahir janin seluruhnya.
Gerakan kelahiran bahu depan, bahu belakang dan seluruhnya.

9. Partograf
Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan
membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam
penatalaksanaan .(saifudin, abdul bari. 2002). Partograf adalah alat bantu
yang di gunakan selama fase aktif persalinan (depkes RI, 2004). Menurut
depkes RI (2004), tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
serviks melalui pemeriksaan dalam.

26
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dengan normal.
Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap
kemungkinan terjadinya partus lama.
Menurut depkes RI (2004) partograf harus digunakan :
1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elmen
penting asuhan persalinan. partograf harus di gunakan, baik
ataupun adanya penyulit.
2. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau,
menevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan
normal maupun yang disertai dengan penyulit.
3. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat ( rumah,
puskesmas,klinik bidan swasta, rumah sakit,DLL).
4. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan kepada ibu sekama pesalinan dan kelahiran ( dr. spesialis
obstetricginekologi, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa
kedokteron).
Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinnya
mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu juga mecegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Mencatat temuan pada partograf :
1. Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat mulai
asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : “jam” pada
partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase
latenpersalinan catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2. Kesehatan dan kenyamanan janin
Kolom,lajur dan skala pada partograf adalah untuk pencatatn DJJ,
air ketuban dan penyusupan ( kepala janin ).
a) DJJ

27
Dengan menggunakan metode seperti yang di urauikan
pada bagian pemeriksaan fisik, nilai dan catat DJJ setiap 30
menit ( lebih sering jika ada tanda – tanda gawat janin).
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis
tebal 180. Tetapi,penolong harus sudah waspada bila DJJ di
bawah 120 atau di atas 160.
b) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan dalam,
dan nilai warna air ketuban pecah. Catat temuan – temuan
dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ.
Gunakan – gunakan lambang berikut ini :
U : ketuban utuh (belum pecah)
J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
D : ketuban sudah pecah dan air ketuan bercampur
darah
K :ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban
(“kering”)
c) Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan adalah indicator penting tentang seberapa jauh
kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras
panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau
tumpang tindih, menunjujkan kemungkinan adanya
Chepalo Pelvic Disporportion(CPD). Ketidakmampuan
akomodasi akan benar – benar terjadi jika tulang kepala
yang saling menyusup tidak dapat di pusahkan. Apabila ada
dugaan disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk
tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan.

28
Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk
ibu tangan tanda – tanda disproporsi tulang panggul ke
fasilitas kesehatan yang memadai. Gunakan lambang
lambang berikut :
0 : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan
mudah dapat di palpasi.
1 : tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi
masih dapat di pisahkan.
3 : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih da
tidak dapat dipisahkan
3. Kemajuan persalinan
Menurut Depkes (2004), kolom dan lajr kedua pada partograf
adalah untukpencatatan kemajuan persalinan.
a) Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang di jelaskan di bagian
pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan
serviks setiap 4 jam (lebih sering di lakukan jika ada tanda
– tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif
persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap
pemeriksaan. Tanda “X” harus di tulis digaris waktu yang
sesuai dengan jalur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda
untuk temuan – temuan dari pemeriksaan dalam yang di
lakukakn pertama kali selama fase aktif persalinan di garis
waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan
dengan garis utuh (tidak terputus).
b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
Dengan menggunakan metode yang di jelaskan di bagian
fisik bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan

29
dalam(setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda – tanda
penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau
presentasi janin.
Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks
umumnya di ikuti dengan turunnya bagian
terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan
serviks sebesar & cm.
c) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada di mulai pada pembukaan serviks 4 jam cm
dan berakhir pada titik dimana pembukaan 1 cm per jam.
Pencatatan selama fase aktif persalinan harus di mulai di
garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke
sebelah kanan garis waspada. Jika pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan
kurang dari 1 cm per jam), maka harus di pertimbangkan
adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang,
macet, dll). Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi
yang di perlukan, misalnya persiapan rujukan ke
fasilitaskesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas)
yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan
obsetetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis
waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 lajur ke sisi kanan.
Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan bertindak,
maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus
dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis
bertindak terlampui.
4. Jam dan waktu
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan

30
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan
penurunan) tertera kotak – kotak yang di beri angka 1-16.
Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainnya
fase aktif persalinan.
b) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk waktu misalnya fase aktif,
tertera kotak – kotak untuk mencatat waktu aktual saat
pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyebabkan satu
jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit
pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di
bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktifpersalinan,
catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang
sesuai.
5. Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan
tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri.
Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan
catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dengan mengisi angka pada
kotak yang sesuai.
6. Obat – obatan dan cairan yang di berikan
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak
untuk mencatat oksitosin, obat – obat lainnya dan cairan IV.
a) Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah di mulai,
dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang
di berikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan
per menit.
b) Obat – obatan lain dan cairan IV

31
catat semua pemberian obat – obatan tambahan dan atau
cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom
waktunya.
7. Kesehatan dan kenyamanan ibu
Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan
keehatan dan kenyamanan.
a) Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh.
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan
nadi dan tekanan darah ibu.
1) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase
aktifpersalinan.
2) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam
selama fase aktif persalinan.
3) Nilai dan catat temperature tubuh ibu (lebih sering
jika meningkat, atau di anggap adanya infeksi)
setiap 2 jam dan catat temperature tubuh dalam
kotak yang sesuai.
b) Volume urine, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap
2 jam ( setiap kali ibu berkemih).
8. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik
disisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang
kemajuanpersalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat
membuat catatanpersalinan. Asuhan, pengamatan dan keputusan
klinik mencakup :
a) Jumlah cairan peroral yang di berikan.
b) Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur.

32
c) Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (dokter
obsgyn, bidan, dokter umum).
d) Persiapan sebelum melakukan rujukan.
e) Upaya rujukan.
Pencatatan pada lembar belakang partograf :
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk
mencatat hal – hal yang terjadi selama proses persalinan
dan kelahiran, serta tindakan – tindakan yang di lakukan
sejak pesalinan kala I hingga IV (termasuk bayi baru lahir).
Itulah sebabnya bagian ini di sebut sebagai catatn
persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang di berikan pada
ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV
untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah
terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang
sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat
keputusan klinik, terutamam pada pemantaun kala IV
(mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan). Selain
itu, catatanpersalinan( yang sudah di isi dengan lengkap
dan tepat) dapat pula di gunakan untuk menilai atau
memantau sejauh mana telah di lakukan pelaksanaan
asuhan persalinan yang bersih dan aman.

10 . Asuhan Persalinan Normal


1. Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan
 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka

33
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalasana komplikasi segera pada ibu dan
bayi baru lahir
Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi → siapkan :
 Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat
 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk gajal bahu bayi)
 Alat penghisap lender
 Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi

Untuk ibu :
 Menggelar kain di perut bawah ibu
 Menyiapkan oksitosin 10 unit
 Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam
6. Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)
7. Membersihkan vulva dan perineum, mnyekanya dengan hati-hati dari
anterior (depan) keposterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa
yang dibasahi air DTT
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang tersedia

34
 Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam
sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5% → langkah # 9.
Pakai sarung tangan DTT/steril untuk melaksanakan langkah
lanjutan
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
 Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam
keadaan terbalik, dan rendam dalam klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci
kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan dan tutup kembali partus
set
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda
(relaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120 –
160x/menit)
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam DJJ, semua temuan
pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf
11. Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya.
 Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif ) dan dokumentasikan semua temuan
yang ada
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran secara
benar

35
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin
meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau
timbul kontraksi yang kuat :
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
pembukaan lengkap dan pimpin meneran > 120 menit (2 jam) pada
primigravida atau > 60 menit (1 jam) pada multigravida
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang
waktu 60 menit.
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan
bahan
18. Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan

36
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih
dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk
mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan
ibu meneran secara efektif atau bernapas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

Perhatikan !
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat
bagian atas kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala kea rah bawah dan distal hinggal bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah atas dan distal utuk melahirkan
bahu belakang
23. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menopang kepala dan bahu.
Gunakan tangan yang lain untuk menelusuri lengan dan siku sebelah atas
serta menjaga bayi terpegang baik
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukka
telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan
ibu jari pada satu sisi dan jari – jari lainnya pada sisi yang lain agar
bertemu dengan jari telunjuk)
25. Lakukan penilaian (selintas) :
 Apakah bayi cukup bulan ?

37
 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan ?
 Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK” lanjutkan ke langkah
resusitasi pada bayi dengan asfiksia (Lihat Penuntun Belajar Resusitasi
Bayi Asfiksia) Bila semua jwaban adalah “YA”, lanjut ke-26
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
(kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi
aman di perut bagian bawah ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir
(hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemelli)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (IM) di
1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin)
30. Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 2-3cm dari pusar bayi, gunakan jari telunjuk dan tengah tangan
lain untuk mendorong isi tali pusat kearah ibudan klem tali pusat pada
sekitar 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem
tersebut
 Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril ada pada satu sisi
kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan tali pusat dengan
simpul kunci pada sisi lainnya
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan

38
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu – bayi.
Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya.
Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih
rendah dari putting susu atau aerola mamae ibu
 Selimuti ibu – bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi di
kepala bayi
 Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui
dini dalam waktu 30 – 60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan
berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasill menyusu
33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (diatas simfisis),
untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk
menegangkan tali pusat
35. Pada saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kea rah belakang-atas (dorso cranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur diatas.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulating puting susu
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kea rah dorsal
ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kea rah distal maka lanjutkan
dorongan kea rah cranial hingga plasenta dapat dilahirkan

39
 Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan
ditarik secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai
dengan sumbu jalan lahir (kearah bawah-sejajar lantai-atas)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
a. Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
b. Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptic) jika kandung
kemih penuh
c. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d. Ulangi tekanan dorso kranial dan penegangan tali pusat 15
menit berikutnya
e. Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau
terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta
manual
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plsenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wajah yang telah disediakan.
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-
jari tangan atau klem ovum DTT/Steril untuk mengeluarkan
selaput yang tertinggal
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras.
 Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi Bimanual Internal,
Kompresi Aorta Abdominalis, Tampon Kondom-kateter) jika

40
uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan
taktil/masase (lihat pelaksanaan atonia uteri)
39. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif,  segera lakukan
penjahitan
40. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan telah dilahirkan
lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus
41. Pastikan uterus ber kotraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
42. Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh, lakukan kateterisasi
43. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara
terbalik dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
46. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
kali/menit).
 Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan
segera merujuk ke rumah sakit
 Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS
rujukan
 Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali
kontak kulit ibu bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut.

41
48. Bersihkan ibu jari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan
air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah diranjang atau
disekitar ibu berbaring menggunakan larutan klorin 0,5% lalu bilas dengan
air. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
49. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya
50. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi
51. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
53. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk memberikan beri salep mata
profilaksis infeksi, vitamin K₁ (1 mg) IM dipaha kiri bawah lateral dalam
satu jam pertama.
56. Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pastikan kondisi bayi baik.
Pernapasan bayi normal 40-60 kali/menit dan temperature tubuh normal
36,5 – 37,5⁰C setiap 15 menit
57. Setelah satu jam pemberian vitamin K₁ berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan
ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

42
B. Konsep Asuhan Kebidanan
Menjelaskan Konsep Dasar Asuhan Kebidanan yang mengacu kepada
Keputusan Menteri Kesehatan No.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang
Standar Asuhan Kebidanan meliputi pengkajian, perumusan diagnosa dan atau
masalah kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pendokumentasian
dengan SOAP.
1. Standar I : Pengkajian (Rumusan Format Pengkajian)
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap
dari semua sumber. Kemudian kriterianya:
1) data tepat, akurat dan lengkap,
2) terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa, biodata, keluhan utama,
riwayat obstetric, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial
budaya).
3) data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan
penunjang).
2. Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk diagnosa dan masalah
kebidanan yang tepat. Kemudian kriterianya:
1) diagnose sesuai dengan nomenklatur kebidanan,
2) masalah yang dirumuskan sesuai dengan kondisi,
3) dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
3. Standar III : Perencanaan
Bidan merencanakan asuhab kebidanan berdasarkan diagnose masalah yang
ditegakkan. Kemudian criteria perencanaannya adalah:
1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kodisi
klien; tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan komprehensif.
2) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga.

43
3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga.
4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien.
5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumberdaya serta fasilitas yang ada.
4. Standar IV : Pelaksanaan
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien,
dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.
Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan. Dan kriterianya:
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-
spiritual-kultural.
2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien
dan atau keluarganya (informed consent).
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.
4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.
5) Menjaga privacy klien/pasien.
6) Melaksanakan prinsip pencegaha infeksi.
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.
8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai.
9) Melakukan tindakan sesuai standar.
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.
5. Standar V : Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
perubahan pekembangan kondisi klien. Kriterianya yaitu:
1) Penilaian dilakukan segera setelah sesuai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien.

44
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klian dan
atau keluarga.
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien
6. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan dengan Metoda SOAP
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat simgkat dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan. Kriterianya yaitu:
1) Pencatatan dilakukan segera telah melaksanakan asuhan pada
formulir yang telah tersedia (rekam medis/KMS/status pasien/buku
KIA)
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.
3) S adalah data subjektif, mancatat anamnesa.
4) O mencatat data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
5) A adalah hasil anmnesa, mencatat diagnose dan masalah kebidanan.
6) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
pelaksanaan yang sudah dilaukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan.

Asuhan Kebidanan Persalinan meliputi :

1. Askeb Kala I, Kala II, Kala III (masuk Catatan Perkembangan), kala
IV(masuk Catatan Perkembangan)
a. Pengkajian
data tepat, akurat dan lengkap,terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa,
biodata, keluhan utama, riwayat obstetric, riwayat kesehatan dan latar
belakang sosial budaya). data objektif (hasil pemeriksaan fisik,
psikologis dan pemeriksaan penunjang).

45
b. Perumusan diagnosa
diagnose sesuai dengan nomenklatur kebidanan, masalah yang
dirumuskan sesuai dengan kondisi, dapat diselesaikan dengan Asuhan
Kebidanan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
c. Perencanaan
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kodisi
klien; tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan komprehensif.
Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga. Mempertimbangkan kondisi
psikologi, sosial budaya klien/keluarga. Memilih tindakan yang aman
sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidence based dan
memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.
Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumberdaya
serta fasilitas yang ada.
d. Implementasi
Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-
spiritual-kultural. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan
dari klien dan atau keluarganya (informed consent). Melaksanakan
tindakan asuhan berdasarkan evidence based. Melibatkan klien/pasien
dalam setiap tindakan. Menjaga privacy klien/pasien. Melaksanakan
prinsip pencegaha infeksi. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara
berkesinambungan. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang
ada dan sesuai. Melakukan tindakan sesuai standar. Mencatat semua
tindakan yang telah dilakukan.

e. Evaluasi
Penilaian dilakukan segera setelah sesuai melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada
klian dan atau keluarga. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar. Hasil
evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien

46
f. Catatan Perkembangan (SOAP)
Pencatatan dilakukan segera telah melaksanakan asuhan pada formulir
yang telah tersedia (rekam medis/KMS/status pasien/buku KIA) Ditulis
dalam bentuk catatan perkembangan SOAP. S adalah data subjektif,
mancatat anamnesa. O mencatat data objektif, mencatat hasil
pemeriksaan. A adalah hasil anmnesa, mencatat diagnose dan masalah
kebidanan. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
pelaksanaan yang sudah dilaukan seperti tindakan antisipatif, tindakan
segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi dan rujukan.

47
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi
uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran
bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah.
(Rohani, 2011)
Persalinan adalah proses pengluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup daridalam uterus melelui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2006).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadipada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2007: 100).

B. Saran
Sebagai upaya untuk mrnjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan, penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Institusi pendidikan
Perlu adanya avaluasi Asuhan Kebidanan Persalinan yang
dilaksanakan oleh mahasiswa sehingga penerapannya sesuai dengan
standar Asuhan Kebidanan yang telah ada.
2. Penulis
Diperlukan adanya evluasi dalam penerapan di lapangan dari teori
yang didapatkan sehingga Asuhan Kebidanan Persalinan yang
diberikan selalu terupdate.

48
DAFTAR PUSTAKA

Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).


Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR, Maternal &
Neonatal Care, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002
Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jilid I. Jakarta, EGC ; 1998 : 93
Sari, E.P. dan Kunia, D.R. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal care).
WHO. 2015. Trends In Maternal Mortality: 1990 to 2015.
http://www.who.int/reproductivehealth/publications/monitoring/maternalmortality
-2015/en/ (diunduh pada tanggal 6 februari 2016).
Kepmenkes. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan RI no.
938/MENKES/SK/VIII/2007 Tentang Standar Asuhan Kebidanan. Jakarta:
Kemenkes

49

Anda mungkin juga menyukai