Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PERSALINAN BERESIKO POSTMATUR


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Maternitas

Disusun Oleh:
Derri Amarila Handani C.0105.21.200
Rima Fatimah Zahra C.0105.21.198
Sofwan Fauzy C.0105.21.199

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


KELAS TRANSFER SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BUDI LUHUR CIMAHI
2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan
tentang “Maternitas”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Cianjur, Mei 2022

Tim Penyusun,

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...................................................................................2
C. Manfaat Penulisan.................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi..................................................................................................3
B. Etiologi..................................................................................................3
C. Manifestasi Klinis.................................................................................5
D. Patofisiologi..........................................................................................7
E. Pemeriksaan Diagnostik........................................................................7
F. Pencegahan...........................................................................................8
G. Penatalaksanaan Klinis.........................................................................8
H. Tanda dan Gejala..................................................................................11
I. Tinjauan Umum Bayi Lahir Post Matur...............................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKB) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan
indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan
masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO) kematian ibu adalah
kematian selama kehamilan atau periode 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan, yang terkait dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan
disebabkan oleh kecelakaan/cedera, sedangkan kematian bayi adalah kematian
anak yang tidak menunjukkan tanda – tanda hidup waktu dilahirkan dan anak
yang meninggal dalam minggu pertama dalam kehidupannya (Saifuddin.
2011).
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh WHO pada tahun 2008, AKN
(Angka Kematian Neonatus) di dunia adalah 26 per 1000 kelahiran hidup.
Disisi lain kelahiran dengan asfiksia menempati urutan ke 5, yaitu sebanyak
9% sebagai penyebab kematian anak tertinggi di dunia setelah penyakit lain.
Profil kesehatan Indonesia tahun 2008 menunjukkan bahwa, pada tahun
2007 indonesia menempati posisi ke 3 untuk AKB (Angka kematian Bayi)
tertinggi di ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) yakni 34 per
1,000 kelahiran hidup. Sedangkan posisi pertama ditempati oleh Laos dan
Myanmar dengan AKB (Angka Kematian Bayi) sebesar 70 per 1,000 kelahiran
hidup dan posisi kedua ditempati oleh Kamboja sebesar 67 per 1,00 kelahiran
hidup.
Maka dari itu kelompok kami mengangkat Post Matur sebagai kasus
untuk makalah kami kali ini.

B. Tujuan Penulisan
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami Post Matur
2. Mampu menegakkan diasnosa keperawatan pada pasien yang mengalami
Post Matur

1
3. Menyuusun perencanaan keperawatan pada pasien yang mengalami Post
Matur
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami Post
Matur
5. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami
Post Matur

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah agar peneliti dapat menegakkan diagnosa
dan intervensi dengan tepat untuk pasien dengan masalah keperawatan pada
system reproduksi, khususnya dengan pasien yang mengalami Post Matur,
sehingga perawat dapat melakukan tindakan asuhan keperawatan yang tepat.
2. Bagi Perguruan tinggi
Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberi masukan
atau saran dalam merencanakan asuhan keperawatan pada pasien Post
Matur.
3. Bagi Rumah Sakit
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
dalam asuhan keperawatan pada pasien Post Matur.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi
Post matur adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42
minggu (Lilis, 2013). Post matur adalah kehamilan lewat waktu dimana
kehamilan berlangsung selama 42 minggu atau lebih dilihar dari siklus haid
teratur dan haid terakhir yang diketahui dengan pasti (Kenneth, 2016)
Selain daripada itu, istilah postmatur dalam istilah lain disebut juga
postterm. Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan
lewat waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extended
pregnancy, postdate/postdatime atau pascamaturitas, adalah kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama
haid terakhir menurut Neagle dengan siklus haid rata – rata 28 hari (Sarwono,
2010)
Ballantyne 1902, seorang bidan skotlandia, untuk pertama kali
menyatakan bahwa janin yang terlalu lama dalam kandungan dapat
membahayakan dirinya dan ibunya saat persalinannya berlangsung. Kemudian
berturut–turut 1950 Clifford mengemukakan tentang sindrom postterm baby,
sedangkan 1960, McClure Borne menyatakan bahwa angka kematian bayi
dengan kehamilan postdate semakin meningkat. Persalinan post matur adalah
persalinan yang usia kehamilannya berlangsung lebih dari 42 minggu, dihitung
dari hari pertama haid terakhir.
B. Etiologi
Sampai saat ini sebab terjadinya persalinan post matur belum jelas.
Beberapa teori penyebab terjadinya persalinan post matur yang diajukan antara
lain sebagai berikut:
1. Pengaruh progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya
merupakan kejadian perubahan endoktrin yang penting dalam memacu
proses biomolekur pada persalinan dan meningkatkan senstivitas uterus

3
terhadap oksitosin, sehingga menduga bahwa terjadinya kehamilan karena
berlangsungnya pengaruh progesteron.
2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada persalinan
postdate memberi kesan bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peran
penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan dari neurohipofisis
ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut.
3. Teori kortisol/ ACTH janin
Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen selanjutnya
berpengaruh pada meningkatnya produksi prostaglandin. Kadar kortisol
rendah dapat menyebabkan tidak timbulnya HIS.
Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin
dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol
janin tidak di produksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung
lewat bulan.
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari fleksus frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak terjadi tekanan
pada fleksus ini seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek, dan bagian
bawah masih tinggi diduga sebagai penyebab persalinan post matur.
5. Herediter
Morgen (1999) seperti dikutip dalam cuningham, menyatakan bahwa
bilamana seorang ibu mengalami kehamilan post matur saat melahirkan
anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya akan
mengalami kehamilan post matur.
6. Kurangnya air ketuban

4
C. Manifestasi Klinis
1. Perubahan pada plasenta
a. Jika fungsi plasenta masih cukup baik dapat menyebabkan:
1) Tumbuh kembang janin berlangsung terus, sehingga berat badan
uterus bertambah sekalipun lambat, dapat mencapai lebih dari 4000 –
4500 gram, yang disebut bayi makrosomia.
2) Bayi postmature/hipermature dengan kriteria :
a) Mungkin dengan berat badan yang besar/ makrosomia
b) Kuku panjang
c) Pertumbuhan genitalia sekunder sudah ada
d) Mata besar dan terbuka
b. Jika fungsi plasenta telah mengalami disfungsi sehingga tidak mampu
memberikan nutrisi dan O2 yang cukup, akan terjadi sebaliknya, dan
disebut sindrom postmature dengan kriteria berikut:
1) Penimbunan kalsium:pada kehamilan serotinus atau kehamilan lewat
bulan terjadi peningkatan penimbunan kalsium, hal ini dapat
menyebabkan gawat janin dan bahkan kematian janin intrauterin yang
dapat menyebabkan gawat janin bahkan kematian janin intrauterin
yang dapat meningkat sampai 2-4 kali lipat. Timbunan kalsium
plasenta meningkat sesuai dengan progresivitas degenerasi plasenta,
namun beberapa vili mungkin mengalami degenerasi tanpa mengalami
klasifikasi.
2) Selaput vaskulosinsial menjadi tambah tebal dan jumlahnya
berkurang, keadaan ini dapat menurunkan mekanisme transport dari
plasenta.
3) Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan
fibrinoid, fibrosis, thrombosis intervil, dan infark vili.
4) Perubahan biokimian: adanya insufiensi plasenta menyebabkan
protein plasenta dan kadar DNA dibawah normal, sedangkan
konsentrasi RNA meningkat. transport kalsium tidak terganggu, aliran
natrium, kalim dan glukosa menurun. Pengangkutan bahan dengan
berat molekul tinggi seperti asam amino, leman dan gama globulin

5
biasanya mengalami gangguan sehingga dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan janin intrauterin
2. Pengaruh pada ibu
a. Morbilitas atau mortalitas ibu dapat meningkat sebagai akibar dari
makrosomia janin dan tulang tengkorak menjadi lebih keras sehingga
menyebabkan terjadinya distosia persalinan, incoordinate uterine action,
partus lama, meningkatkan tindakan obstetrik dan perdarahan
postpartum.
b. Aspek emosi: ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus
berlangsung melewati taksiran persalinan
3. Pengaruh pada janin
Pengaruh kehamilan postterm atau serotinus terhadap janin sampai
saat ini masih di perdebatkan. Beberapa ahli menyatakan bahwa kehamilan
serotinus menambah bahaya pada janin, sedangkan beberapa ahli lainnya
menyatakan bahwa bahaya kehamilan serotinus pada kehamilan postterm
atau serotinus terhadap janin yaitu:
a. Berat janin, bila terjadi perubahan anatomi yang besar pada plasenta,
maka terjadi penurunan berat janin. Sesudah umur kehamilan 36 minggu,
grafik rata – rata pertumbuhan janin mendatar dan tampak adanya
penurunan sesudah 42 minggu. Namun sering kali pula plasenta masih
dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertambah terus sesuai
dengan bertambahnya umur kehamilan.
b. Sindrom postmatur dapat dikenali pada neonatus melalui beberapa tanda
seperti gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti
kertas (hilangnya lemak sub kutan), kuku tangan dan kaki panjang,
tulang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks kaseosa dan lanugo,
maserasi kulit terutama daerah lipatan paha dan genital luar, warna coklat
kehijauan atau kekuningan pada kulit dan tali pusat, serta muka dan
rambut kepala banyak atau tebal.
c. Gawat janin atau kematian perinatal menunjukkan angka meningkat
setelah kehamilan 42 minggu atau lebih, sebagian besar terjadi
intrapartum. Keadaan ini umumnya disebabkan karena hal – hal berikut:

6
1) Makrosomia yang dapat menyebabkan terjadinya distosia pada
persalinan.
2) Insufisiensi plasenta dapat berakibat pertumbuhan janin terhambat,
oligohidramnion, hipoksia janin, asfksia mekonium oleh janin.
3) Cacat bawaan, terutama akibat hipoplasia adrenal dan anensefalus.

D. Patofisiologi

Produksi Hormon Progesteron kurang



Rangsangan uterus kurang

Uterus kurang dapat berkontraksi

Ketidakmampuan uterus mengeluarkan janin

Kehamilan yang lama lebih dari 42 minggu

Postdate

E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendukung diagnosis persalinan post
matur adalah:
1. Pemeriksaan umur kehamilan, dihitung dengan menggunakan rumus Neagle
berdasarkan anamnesis dan HPHT
2. Pemeriksaan berat badan ibu dan lingkar perut, ditandai dengan berat badan
ibu turun pembesaran perut mengecil karena air ketuban berkurang
3. Pemeriksaan TFU (Tinggi Fundus Uteri)
4. Pemeriksaan USG yaitu dengan pemeriksaan diameter biparietal kepala
janin dapat diukur dengan teliti tanpa ada bahaya
5. Pemeriksaan cairan amnion yaitu amniostopi dan pemeriksaan PH (dibawah
7,20) dianggap sebagai gawat janin

7
F. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan
yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama
(sebelum 12 minggu) 1 kali pada trimester kedua (antara 13 minggu sampai 28
minggu) dan 2 kali trimester ketiga (diatas 28 minggu). Bila keadaan
memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7
bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali pada
bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar
usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.
STIKes Santa Elisabeth Medan Perhitungan dengan satuan minggu seperti
yang digunakan para dokter kandungan merupakan perhitungan yang lebih
tepat. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir
ibu. Perhitungannya jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir hingga saai itu
dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu).

G. Penatalaksanaan Klinis
Penanganan yang dapat dilakukan pada kasus persalinan post matur yaitu:
1. Menentukan apakah kehamilan telah berlangsung lewat bulan (post matur)
atau bukan.
2. Mengidentifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin
dengan cara pemeriksaan kardiotografi seperti nonstress test (NST) dan
contraction stress test untuk mengetahui kesejahteraan janin sebagai reaksi
terhadap gerak janin atau kontraksi uterus dan pemeriksaan USG untuk
menentukan besar janin, denyut jantung janin, gangguan pertumbuhan janin,
keadaan dan derajat kematangan plasenta, jumlah dan kualitas air ketuban.
3. Melakukan pemeriksaan serviks dengan skor bishop. Bishop score adalah
suatu cara untuk menilai kematangan serviks dan responsnya terhadap suatu
induksi persalinan, karena telah diketahui bahwa serviks bishop score
rendah artinya serviks belum matang dan memberikan angka kegagalan
yang lebih tinggi dibanding servik yang matang.
Bishop Score >5 yaitu induksi persalinan, cara induksi persalinan adalah:

8
a. Menggunakan tablet Misoprostol/ Cytotec yaitu 25-50 mg yang
diletakkan di forniks posterior setiap 6-8 jam hingga munculnya his/
kontraksi.
b. Menggunakan oksitosin intravena yaitu infus oksitosin biasanya
mengandung 10-20 unit ekuivalen dengan 10.000-20.000 mU dicampur
dengan 1000 ml larutan Ringer Laktat, masing masing menghasilkan
konsistensi oksitosin 10-20 mU/ml.
Bishop Score <5
a. Pemantauan janin dengan prafil biofisik, Nonstress test (NST),
Contraction Stress Test (CST).
b. Volume ketuban normal, NST reaktif yaitu diulangi 2x/ minggu
c. Volume ketuban normal, NST non reaktif, CST positif yaitu dilakukan
SC.
d. Volume ketuban normal, NST non reaktif dan CST negatid yaitu
dilakukan pengulangan CST dalam 3 hari.
e. Oligohidramnion (kantong amnion < 5 kali/ 20 menit) yaitu dilakukan sc
f. Deselerasi variable, yaitu matangkan serviks dan induksi persalinan
g. Pematangan serviks dapat dilakukan dengan kateter voley, oksitosin,
prostaglandin (Misoprostol) relaksin (melunakkan serviks), pemecahan
selaput ketuban.
h. Persalinan per vaginam yaitu ibu miring ke kiri, berikan oksigen, monitor
DJJ, induksi persalinan dengan tetes Pitosin (jika tidak ada kontraindikasi
dan belum ada tanda hipoksia intrauterin), tetes pitoksin di naikkan
jangan melebihi 2 mU/menit atau di naikkan dengan interval <30 menit,
amniotomi pada fase aktif, infus intraamniotik dengan 300 – 500 mL
NaCl hangat selama 30 menit yaitu untuk mengatasi oligohidramnion dan
mekonium, konfirmasi keadaan janin
i. Dilakukan Sectio Casaria, jika gawat janin (deselerasi lambat, pewarnaan
mekonium), gerakan janin abnormal (< 5 kali/ 20 menit) contraction
stress test (CST), berat badan > 4000 gr, malposisi, malpresentasi, partus
>18 jam bayi belum lahir (Kurniawati, 2010)
j. Dilakukan vakum ekstrasi, syarat vakum yaitu:

9
1) Pembukaan minimal 5 cm
2) Ketuban negatif atau dipecahkan
3) Anak hidup, letak kepala atau bokong
4) Penurunan minimal HII
5) His dan reflek mengejan baik.
Metode pertolongan persalinan pada persalinan post matur dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Expectative management (manajemen menunggu)
a. Prinsipnya mengharapkan proses persalinan spontan tanpa rangsangan
dari luar.
b. Sambil menunggu persalinan spontan, harus dilakukan evaluasi
kesejahteraan janin dalam uterus dengan berbagai teknik yang adekuat
sehingga dapat segera diketahui mulai terjadinya gangguan janin dalam
bentuk gawat janin.
c. Gawat janin merupakan indikasi mutlak untuk dilakukan terminasi secara
induksi atau langsung seksio cesarea.
d. Metode yang dipilih tergantung dari keadaan janin dan keadaan maternal
saat itu.
2. Melakukan Induksi
a. Induksi pada persalinan post matur hanya merupakan batu loncatan yang
akhirnya akan diselesaikan dengan tindakan sectio cesarea. STIKes Santa
Elisabeth Medan
b. Saat induksi harus dilakukan observasi ketat terhadap kesejahteraan janin
dalam uterus dengan alat yang cukup memadai.
3. Langsung dengan sectio cesarea.
a. Tindakan SC secara langsung dapat dikaji melalui berbagai
pertimbangan. Salah satu pertimbangan nya yaitu AFI kurang dari 5 cm,
yang merupakan indikasi mutlak untuk SC,
b. Indkasi SC menjadi lebih tegas jika terdapat kombinasi antara AFI
kurang dari 5 cm dan janin yang makrosomia atau serviks belum matang.
c. Persiapan Operasi Bersalin

10
Persalinan anjuran induksi persalinan harus dilakukan di rumah sakit
karena merupakan matarantai menuju persalinan operatif. Dalam
persalinan induksi observasi merupakan langkah yang sangat penting

H. Tanda dan Gejala


1. Gerakan janin jarang (secara subjetif kurang dari 7x/ 20 menit atau sescara
objektif kurang dari 10x/menit)
2. Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri dari:
3. Stadium I: Kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi maserasi sehingga
kulit menjadi kering, rapuh dan mudah terkelupas.
4. Stadium II: Seperti stadium I, disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di
kulit.
5. Stadium III: Seperti stadium I, disertai pewarnaan kekuningan pada kuku,
kulit dan tali pust.
6. Berat badan bayi lebih berat dari bayi matur
7. Tulang dan sutura lebih keras dari bayi matur
8. Rambut kepala lebih tebal.
I. Tinjauan Umum Bayi Baru Lahir Post Matur
1. Pengertian Bayi Baru Lahir Post Matur
Bayi baru lahir post matur adalah bayi yang dilahirkan pada usia
kehamilan > 42 minggu, tanpa memperhatikan berat badan (Reader, 2012)
2. Ciri – ciri bayi post matur
Pada bayi baru lahir post matur didapatkan ciri – ciri seperti:
gangguan pertumbuhan, kulit kering, keriput seperti kertas (hilangnya lemak
sub kutan), kuku tangan dan kaki panjang, tulang tengkorak lebih keras,
hilangnya verniks caseosa dan lanugo, maserasi kulit terutama daerah
lipatan paha dan genitalia luar, warna cokelat kehijauan atau kekuningan
pada kulit dan tali pusat, muka terlihat tua, dan rambut kepala banyak dan
tebal.

11
Tidak seluruh neonatus dari kehamilan serotinus menunjukkan
postmaturitas, tergantung dengan fungsi plasenta. Umumnya didapat sekitar
12-20% neonatus dengan tanda postmaturitas pada kehamilan serotinus.
3. Penanganan bayi baru lahir post matur
Berikut ini langkah – langkah penanganan bayi baru lahit post matur:
a. Keringkan bayi secepatnya dengan handuk bersih.
1) Mengganti kain yang basah dengan yang kering
2) Kepala bayi ditutup topi.
3) Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
4) Berikan infuse dextrose 10% dan bikarbonas natricus 1,5 % 4:1. Hari
1 60 cc/kg/hari, hari II 70 cc/kg/hari.
5) Memperhatikan suhu tubuh yaitu dengan menempatkan bayi didalam
incubator.
6) Memperhatikan pencegahan infeksi yaitu dengan memperhatikan
teknik pencegahan infeksi salah satunya dengan mencuci tangan
sebelum menyentuh bayi.
7) Pengawasan nutrisi/ ASI pada bayi baru lahir sesuai dengan
kebutuhannya, berikan melalui sonde/ tetesi ASI.
8) Pengawasan berat badan dengan ketat karena berat badan berkaitan
dengan status gizi/ nutrisi bayi yang berhubungan dengan daya tahan
bayi (Saifuddin, 2010).
Alasan bayi postmatur sangat memerlukan unit perawatan intensif neonatus
adalah:
a. Bayi mengalami postmature
b. Bayi mengalami kekurangan nutrisi dan O2 selama dalam uterus.
c. Sering terjadi aspirasi air ketuban dan mekonium. STIKes Santa
Elisabeth Medan
d. Bayi mengalami hipoglikemia dan tidak tahan dengan keadaan
hipotermia, karena lapisan lemak kulit yang tipis dan terjadi kekurangan
lemak coklat yang siap untuk dimetabolisme dengan cepat

12
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama
Dikaji untuk mengenal dan mengetahui pasien agar tidak
keliru dalam memberikan penanganan.
b. Umur

Untuk mengetahui umur pasien, pada kehamilan post date


rentang terjadi pada primigravida muda (20 tahun) dan pada
primigravida tua (35 tahun).

c. Agama
Dikaji sebagai keyakinan individu untuk proses
penyembuhan.
d. Suku atau bangsa
Mengetahui kebiasaan-kebiasaan atau adat istisdat yang
memperngaruhi kesehatan.
e. Pendidikan
Dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien
semakin tinggi tingkat pendidikan pasien semakin mudah pasien
menrima informasi dari petugas kesehatan.
f. Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui pekerjaan pasien

2. Keluhan utama
Menurut Manuaba (1998) dalam bukunya Ilmu Kebidanan keluhan
utama pada ibu post matur adalah:
a. Kehamilan belum lahir setelah 42 minggu
b. Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama
sekali
c. Berat badan ibu mendatar atau menurun

13
d. Air ketuban terasa berkurang
e. Gerak janin menurun

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Meliputi keluhan yang berhubungan dengan gangguan penyakit
yang dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah operasi.
Miasalnya klien mengeluh nyeri pada luka post SC nyeri seperti
ditusuk-tusuk dibagian perut pada bagian luka post SC dengan nyeri
skala 5 nyeri hilang timbul (Nurbaeti, 2015). Riwayat kesehatan
sekarang dilakukan pengkajian serta menggambarkan kejadian sampai
terjadi penyakit saat ini, dengan menggunakan metode P, Q, R, S, T,
P : (Paliatif/provokatif) : Luka post sectio caesarea. Q :
(Quality/kwantiti): Seperti di tusuk-tusuk dan tersayat-sayat. R :
(Region, Radition): Daerah luka post sectio caesarea. S :
(Scale/Saverity) : Skala nyeri 5 sedang. T : (Timing): Pada saat
melakukan aktivitas atau bergerak (Muttaqin, 2010)
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada pengkajian penyakit lain yang dapat mempengarui penyakit
sekarang. Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama. Klien
sudah pernah atau belum melakukan operasi. Penyakit kronis yang
dapat mempengaruhi terjadinya post matur ialah:
a. Penyakit waktu kecil dan imunisasi
b. Tes laboratorium akibat infeksi
c. Penyakit berat missal pneumonia, hepatitis, demam, rematik,
difteri dan polio
d. Kecelakaan: fraktur, luka, dll.
e. Tranfusi darah
f. Kebiasaan: penggunaan alcohol, merokok
5. Penyakit Riwayat Penyakit Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien, apakah keluarga pasien ada
juga yang mempunyai riwayat persalinan yang sama.
6. Riwayat Perkawinan

14
Untuk mengetahui status perkawinan, jika menikah apakah ini
pernikahan yang pertama atau kedua, lamnya menikah, umur saat
menikah, jumlah anak (Sulistiawati, A. 2019)
7. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui tentang pertama kali pasien mendapatkan
menstruasi (Menarche), siklus, lama menstruasi, banyak menstruasi,
bentuk darah apakah cair atau menggumpal, warna darah, disminorea,
flour albus dan utuk mengetahui hari pertama menstruasi terakhir serta
tanggal kelahiran dari persalinan (Jovan, 2015).
8. Riwayat Kehamilan dan Persalinan dan nifas yang lalu
a. Kehamilan
Untuk mengetahui kehamilan ibu dan hasil pemeriksaan
kehamilan. Pada kehamilan post date terdapat makrosomia janin
dan tulang tengkorak menjadi keras (Prawirohardjo, 2009).
b. Persalinan
Untuk mengetahui proses persalinan spontan atau lahir
buatan aterem atau prematur dan perdarahan atau tidak, waktu
persalinan ditolong oleh siapa dan dimana tempat persalinan
tersebut (Winkjasastro, 2007).
c. Nifas
Untuk mengetahui perdarahan pada nifas, jenis lochea,
tinggi TFU (Tinggi fundus uterus), kontraksi keras atau tidak
(Sulistiawati, A. 2019). Macam- macam Lochea menurut (Saleha,
2013) berdasarkan jumlah dan warnanya :
1) Lochea Rubra : 1-3 berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel
desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa
darah.
2) Lochea Sanguinolenta : 3-7 hari berwarna putih campur merah
kecoklatan.
3) Lochea Serosa : 7-14 hari berwarna kekuningan.
4) Loche Alba : setelah hari ke-14 berwarna putih
9. Riwayat obstetric

15
Bayi yang lahir melalui SC mempunyai risiko lebih tinggi untuk
tidak disusui oleh ibunya dibandingnkan persalinan pervaginam.Hal ini
dapat disebabkan beberapa hal misalnya, kondisi post SC membuat ibu
merasa nyeri dan menjadi sulit untuk menyusui bayinya, dan
keterlambatan untuk melakukan inisiasi menyusui dini dapat
menurunkan sekresi prolaktin.Penurunan produksi dan pengeluaran
ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan dapat disebabkan oleh
kurangnya rangsangan hormone prolaktin dan oksitosin yang sangat
berperan dalam kelancaran produki dan pengeluaran ASI. Faktor yang
dapat mempengaruhi kelancaran produksi dan pengeluaran ASI yaitu
perawatan payudara frekuensi penyusuan, paritas, stress, kurangnya
pengetahuan tentang perawatan payudara (Bobak, 2005).

10. Pemeriksaan Fisik


a. Pemeriksaan Umum

16
b. Pemeriksaan khusus obstetric
1) Inspeksi : untuk mengetahui perbesaran perut sesuai kehamilan,
bentuk abdomen, linea alba/nigra, striae albikan/lividae,
kelainan dan pergerakan janin.
2) Palpasi
a) Pemeriksaan leopold
Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba (1998 hal:
225):
 Leopold I
Menentukan TFU dan bagian apa yang terdapat
di bagian fundus uteri. Normalnya pada fundus teraba
bulat, tidak melenting, lunak yang kemungkinan adalah
bokong bayi
 Leopold II
Untuk menentukan dimana letaknya punggung
janin dan bagian-bagian kecilnya. Pada dinding perut
kanan ataupun kiri kemungkinan teraba punggung,
anggota gerak, bokong atau kepala.
 Leopold III
Menentukan bagian apa yang berada di peurt
bawah ibu dan apakah sudah masuk PAP atau belum,
normalnya bagian bawah adalah kepala.
 Leopold IV
Menentukan seberapa jauh bagian terendah
janin masuk PAP (pada primipara masuk PAP pada usia
kehamilan 36 minggudan pada multipara saat
persalinan)
3) Auskultasi
Mendengarkan DJJ dengan frekuensi normal 120-
160x/menit, irama teratur atau tidak, intensitas kuat sedang atau
lemah. Apabila persalinan disertai dengan gawat janin, maka

17
DJJ bisa kurang dari 110x/menit atau lebih dari 160x/menit
dengan irama tidak teratur.
4) HIS/kontraksi
Pada ibu post matur tidak ada kontraksi walaupun
kehamilan sudah mencapai 42 minggu.
5) Berat badan janin
Untuk memperkirakan berat badan janin, pada ibu
dengan partus prematurus iminens tafsiran berat janin adalah
>2500gram
c. Pemeriksaan dalam anogenital
1) Vulva/vagina
Untuk mengetahui adakah edema, varises, luka, kemerahan
atau tidak, pembesaran kelenjar bartolini, ada pengeluaran
pervaginam atau tidak, ada pembukaan atau tidak, penipisan,
presentasi, selaput ketuban masih utuh atau tidak dan sudah
sejauh mana penurunan kepala.
2) Perineum
Untuk mengetahui ada bekas luka atau tidak, ada keluhan atau
tidak
3) Anus
Untuk mengetahui adakah hemoroid atau tidak. Ada kelainan
atau tidak.

11. Analisa Data


a. Analisa Data Masalah Ibu

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 Ansietas Masalah ibu (cervix Ansietas
Definisi: Kondisi emosi belum matang,
dan pengalaman subjektif kecemasan ibu,
individu terhadap objek
persalinan traumatis,
yang tidak jelas dan
hormonal, faktor
spesifik akibat antisipasi

18
bahaya yang herediter)
memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk Persalinan
menghadapi ancaman. postmatur
Penyebab :
a. Krisis situasional Partus macet
b. Kebutuhan tidak
terpenuhi Ansietas
c. Krisis maturasional
d. Ancaman terhadap
konsep diri
e. Ancaman terhadap
kematian
f. Kekhawatiran
mengalami kegagalan
Gejala dan Kriteria :
Mayor
a. Subjektif :
 Merasa bingung,
merasa khawatir
dengan akibat dari
kondisi yang
dihadapi
b. Objektif :
 Tampak gelisah,
sulit tidur, tampak
tegang
Minor
a. Subjektif :
Mengeluh pusing,
anoreksia, merasa tidak
berdaya
b. Objektif :
Frekuensi napas nadi

19
dan tekanan darah
meningkat, tremor,
muka tampak pucat ,
kontak mata buruk.
2 Resiko infeksi Masalah ibu (cervix Resiko
Definisi: Berisiko belum matang, infeksi
mengalami peningkatan kecemasan ibu,
terserang organisme
persalinan traumatis,
patogenik. Faktor risiko :
hormonal, faktor
Penyakit kronis, efek
herediter)
prosedur invasif,
peningkatan paparan
Persalinan
organisme patogen
lingkungan
postmatur

Terbukanya intra
uteri dengan extra
uteri

Resiko infeksi

b. Analisa Data Masalah Bayi Postmatur

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 Hipotermia (D.0131): Masalah pada bayi Hipotermi
Definisi: Suhu tubuh (kelainan
berada dibawah rentang pertumbuhan janin,
normal tubuh.
oligohidroamnion)
Penyebab
a. Kerusakan
Hipotalamus
Hilangnya lemak
b. Konsumsi Alkohol
subkutan
c. Berat badan ekstrem
d. Kekurangan lemak

20
subkutan Hipotermi
e. Terpapar suhu
lingkungan rendah
f. Malnutrisi
g. Pemakaian pakaian
tipis
h. Penurunan laju
metabolism
i. Tidak beraktivitas
j. Transfer panas (mis.
Konduksi, konveksi,
evaporasi, radiasi)
k. Trauma

Gejala dan kriteria


Mayor
a. Subjektif :
-
b. Objektif :
Kulit teraba dingin,
mengigil, suhu tubuh
di bawah nilai normal
Minor
a. Subjektif : -
b. Objektif :
Akrosianosis,
Bradikardi, dasar
kuku sianotik,
hipoglikemia ,hipoksi
a, pengisian kapiler
lebih 3 detik,
konsumsi oksigen
meningkat, ventilasi
menurun, piloereksi,

21
takikardia,
vasokonstriksi perifer,
kutis memorata (pada
neonates)
2 Definisi : Masalah pada bayi Bersihan jalan
Ketidakmampuan (kelainan napas tidak
membersihkan secret atau pertumbuhan janin, efektif
obstruksi jalan nafas
oligohidroamnion)
untuk mempertahankan
jalan nafas tetap paten.
Penyebab :
Asfiksia
Fisiologis
1. Spasme jalan nafas
2. Hipersekresi jalan
Bersihan jalan napas
nafas tidak efektif
3. Disfungsi
neuromuskuler
4. Benda asing dalam
jalan nafas
5. Adanya jalan nafas
buatan
6. Sekresi yang tertahan
7. Hyperplasia dinding
jalan nafas
8. Proses infeksi
Situsional
Gejala dan kriteria
Mayor
a. Subjektif : -
b. Objektif :
Sputum
berlebih/obstruksi di
jalan nafas (pada
neonatus), mengi,

22
wheezing,dan/atau
ronkhi kering
Minor
Subjektif :
Dispnea, Ortopnea

Objektif :
Gelisah, sianosis, bunyi
nafas menurun, Frekuensi
nafas berubah

B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa Ibu
a. Ansietas b.d kondisi kehamilan perinatal
b. Resiko Infeksi
2. Diagnosa Bayi Post Matur
a. Hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah
b. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Hipersekresi jalan nafas

C. Intervensi Keperawatan
1. Intervensi pada Ibu
a. Ansietas b.d kondisi kehamilan perinatal
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …
jam diharapkan status tingkat ansietas pasien
menurun(L.09093).
2) Kriteria hasil :
a) Prilaku gelisah menurun
b) Pola tidur membaik
3) Rencana tindakan I.09314
Observasi
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
b) Monitor tanda tanda ansietas

23
Terapeutik
a) Pahami situasi yang membuat ansietas
b) Dengarkan dengan penuh perhatian
c) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

Edukasi
a) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
b) Latih teknik relaksasi Kolaborasi
c) Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika perlu
b. Resiko infeksi
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …
jam diharapkan status tingkat infeksi pasien
menurun(L.14137).
2) Kriteria hasil : 1) Demam menurun 2) Nyeri menurun 3) Kadar
sel darah putih membaik
3) Rencana tindakan I.14539:
Observasi
a) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Terapeutik
a) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
Kolaborasi : Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

2. Intervensi Pada Bayi


a. Hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …
jam diharapkan termoregulasi pasien membaik(L.14134).
2) Kriteria hasil :
a) Menggigil menurun
b) Suhu tubuh membaik

24
c) Suhu kulit membaik
3) Rencana tindakan I.14507
Observasi
a) Monitor suhu tubuh
b) Identifikasi penyebab hipotermi

Terapeutik
a) Sediakan lingkungan yang hangat (mis. Atur suhu ruangan,
incubator)
b) Lakukan penghangatan pasif (mis. Selimut, menutup
kepala, pakaian tebal)
c) Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. Kompres
hangat, botol hangat, selimut hangat, perawatan metode
kangguru)
b. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Hipersekresi jalan nafas
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam
diharapkan bersihan jalan nafas pasien meningkat(L.01001).
2) Kriteria hasil :
a) Produksi sputum menurun
b) Frekuensi nafas membaik
c) Pola nafas membaik
3) Rencana tindakan I.01011
Observasi
a) Monitor pola nafas ( frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
b) Monitor bunyi nafas tambahan
c) Monitor sputum
Terapeutik
a) Berikan oksigen bila perlu
Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan 15 ml/hari
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran, mukolitik.

25
D. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini dilaksanakan
sesuai intervensi keperawatan yang sudah dibuat, setiap implementasi,
akan ada respon hasil dari pasien setiap harinya. keperawatan ini dilakukan
dengan tujuan pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri
(Self care) dengan penyakit yang ia alami sehingga pasien mencapai
derajat kesembuhan yang optimal dan efektif

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas
tindakan yang telah dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan
asuhan keperawatan tercapai atau belum.

26
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat
waktu/bulan merupakan kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294
hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus
Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Penyebab terjadinya kehamilan
postterm/ postmature sampai saat ini masih belum diketahui secara jelas.
Namun ada berbagai teori yang berkembang antara lain: pengaruh
progresteron, pengaruh oksitosin, kortisol, saraf uterus dan herediter. Pada
partus postmatur tanda-tandanya, gerakan janin yang jarang, yaitu secara
subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit atau secara objektif dengan KTG
(karditopografi) kurang dari 10 kali/ 20menit.
B. Saran
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya mengikuti
langkah langkah proses keperawatan dan dalam pelaksanaan tindakannya
dilakukan secara sistematis dan tertulis agar tindakan berhasil dengan optimal
dan sesuai dengan yang diharapkan. Perawat dalam menangani kasusnya post
matur hendaknya melakukan pendekatan secara bertahap dan terus-menerus
untuk membina hubungan saling percaya antar perawat dan klien sehingga
terciptanya suasana terapeutik yang kondusif dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan maternitas dengan penerapan strategi pelaksanaan pasien dan
keluarga yang diberikan dalam mengontrol resiko yang muncul dari post matur
dan sesuai dengan apa yang diharapkan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Vicky. Asuhan Kebidanan persalinan dan kelahiran, Cetakan


pertama, Jakarta: Buku Asuhan Kedokteran EGC. 2006
Dewi Ratna Pudiastuti. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal dan Patologi.
Yogyakarta: Nuha Medika. 2012.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2014.

28

Anda mungkin juga menyukai