Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“Asuhan Keperawatan Persalinan Normal”

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1A

1. Jeni P05120220018
2. Muhammad Fadhil P05120220024
3. Miranti lestari P05120220022
4. Revi Handayani P05120220033
5. Radika putri ayu P05120220031
6. Septha Dwi P05120220035
7. Septiani Dwi Utami P05120220036

DOSEN PENGAJAR :
Dr. Nur Elly , S.Kp., M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU

JURUSAN KEPERAWATAN

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Maternitas mengenai
Askep persalinan Normal. Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, kami dan semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan di masa mendatang. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang membacanya.

Bengkulu, 3 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar belakang ......................................................................................1

1.2 Tujuan ..................................................................................................2

BAB II KONSEP DASAR ......................................................................................3

2.1 Pengertian ............................................................................................3

2.2 Etiologi ................................................................................................3

2.3 Tanda dan gejala persalinan ................................................................4

2.4 Tahap persalinan ..................................................................................5

2.5 Penatalaksanaan medis dan keperawatan ............................................10

BAB III KONSEP KEPERAWATAN ..................................................................12

3.1 Pengkajian ............................................................................................12

3.2 Diagnosa keperawatan .........................................................................16

3.3 Intervensi dan rasional keperawatan ....................................................17

BAB IV PENUTUP .................................................................................................19

4.1 Kesimpulan .........................................................................................22

DAFTAR PUSAKA .................................................................................................23


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara


berkembang terutama disebabkan oleh perdarahan persalinan, eklamsia, sepsis, dan
komplikasi keguguran. Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan
bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu
merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian.
Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.
Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya
keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan
tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana
pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang
umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan dan tempat terjadinya.

Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu,


khususnya ibu hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya mengalami kegawatdaruratan dan
sampai pada akhirnya tak dapat terselamatkan yang pada akhirnya menyebabkan
meningkatnya angak kematian ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut dapat
diminimalisir dengan asuhan persalinan.

Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada
ibu selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses
persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses persalinan serta untuk
mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan dan ketidaknormalan
dalam proses persalinan.
1.2 TUJUAN

a. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu bersalin kala I, II, III, dan IV

b. Tujuan khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan persalinan normal.
2. Mampu menemukan masalah keperawatan pada pasien dengan persalinan
normal.
3. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan persalinan
normal.
4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan persalinan
normal.

5. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan persalinan


normal.

6. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan


persalinan normal.
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Pengertian
Persalinan adalah suatu proses dimana fetus dan plasenta keluar darI uterus,
ditandai dengan peningkatan aktifitas myometrium (frekuensi dan intensitas kontraksi)
yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya lendir darah
(show) dari vagina. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2001).

Menurut WHO persalinan normal adalah : persalinan yang dimulai secara


spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses
persalinan. Dari seluruh persalinan, didapatkan lebih dari 80% proses persalinan
berjalan normal dan sekitar 15-20% terjadi komplikasi persalinan. UNICEF dan WHO
menyatakan bahwa hanya 5% - 10% saja yang membutuhkan seksio sesarea. Namun
kenyataannya menurut sensus survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007 bahwa kematian ibu penyebab utama adalah komplikasi karena partus lama.
Insiden ini menyebabkan persalinan sering berlangsung ditengah proses persalinan
dengan tindakan.

2.2 Etiologi

1) Teori Kerenggangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.

2) Teori Penurunan Progesteron


Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur hamil 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga oto rahim mulai berkontraksi
setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
3) Teori Oksitoksin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar Hipofisi Pars Paterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim,
sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi
progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas,
sehingga persalinan dapat dimulai.

4) Teori Pengaruh Prostaglandin


Konsentrasi prostaglandin meningkat pada usia kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan. Prostaglandin dianggap
dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan (Rohani, 2011:5).
5) Teori Berkurangnya Nutrisi
Teori ini ditemukan pertama kali oleh Hipokrates. Bila nutrisi pada janin
berkurang, maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan (Sumarah, 2009:4)
6) Faktor Lain
Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankerhauser yang terletak di
belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan maka kontraksi uterus dapat
dibangkitkan ((Sumarah, 2009:4)

2.3 Tanda dan Gejala Persalinan

1) Tanda persalinan sudah dekat

a. Terjadi lightening
Yaitu kepala turun memasuki PAP, pada primigravida akan terjadi lightening
menjelang minggu ke-36. Lightening menyebabkan:
 Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesaknya berkurang.
 Dibagian bawah terasa sesak.
 Terjadi kesulitan saat berjalan dan sering miksi.

b. Terjadi his permulaan


Sifat his permulaan atau palsu:

 Rasa nyeri ringan dibagian bawah.

 Datangnya tidak teratur dan durasinya pendek.

 Tidak ada perubahan pada serviks dan tidak bertambah bila beraktivitas.
2) Tanda pasti persalinan
Terjadi his persalinan yang sifatnya:
a. Teratur, interval makin pendek, kekuatan makin bertambah jika beraktifitas
dan mempunyai pengaruh pada perubahan serviks.
b. Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan.

c. Keluar lendir darah serta cairan ketuban.

2.4 Tahapan Persalinan

1. Kala I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan mencapai
lengkap. Lama kala I pada primigravida 18 jam sedangkan pada multigravida 2
sampai 10 jam. Kala I dibagi 2 fase, yaitu:
a. Fase laten
Dimulai sejak awal terjadinya kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan 1-3 cm, lama
7- 8 jam.

b. Fase aktif

Terjadi penurunan bagian terbawah janin, frekuensi dan lama


kontraksi terus meningkat (kontraksi uterus dianggap adekuat bila terjadi 3
kali atau lebih dalam 10 menit lama 40 detik atau lebih). Pada fase aktif
dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:

1. Periode akselerasi (pembukaan 3-4 cm, lama 2 jam.

2. Periode dilatasi maksimal (pembukaan 4-9 cm, lama 2 jam).

3. Periode deselerasi (pembukaan 9-10 cm, lama 2 jam).


2. Kala II

Fase yang dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Pada


primigravida lamanya 30 menit sampai 3 jam, dan pada multipara 5 sampai 30
menit. Median lamanya persalinan kala II pada multipara sedikit berkurang dari 20
menit dan pada primigravida sedikit kurang dari 50 menit.
a. Tanda dan gejala kala II

a) Dorongan meneran (doran)

b) Tekanan pada anus (teknus).

c) Perineum menonjol (perjol).

d) Vulva, vagina dan sfingter ani terbuka.

e) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.


b. Tanda pasti Kala II

a) Pembukaan lengkap.

b) Terlihat kepala di introitus vagina, kepala tampak di depan vulva


dengan diameter 5-6 atau disebut juga dengan croning.
3. Kala III
Kala III dimulai dari lahirnya bayi hingga pengeluaran plasenta. Lama
kala III pada primigravida dan multigravida 6 hingga 15 menit.
a. Mekanisme pelepasan plasenta
Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi
miometrium sehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran
area plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil sehingga plasenta mulai
memisahkan diri dari dinding uterus karena plasenta tidak elastis seperti uterus
dan tidak dapat berkontraksi atau beretraksi. Pada area pemisahan, bekuan
darah retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah tekanan pada
plasenta dan membantu pemisahan. Kontraksi uterus selanjutnya juga
membantu melepaskan plasenta dari uterus dan mendorongnya keluar vagina
disertai dengan pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta
(Rohani, 2013:205-206).
b. Metode pelepasan plasenta
1. Metode schultze
Metode yang lebih umum terjadi, plasenta terlepas dari satu
titik dan merosot ke vagina melalui lubang dalam kantong amnion,
permukaan fetal plasenta muncul pada vulva dengan selaput ketuban
yang mengikuti di belakang seperti payung terbalik saat terkelupas dari
dinding uterus. Permukaan maternal plasenta tidak terlihat dan bekuan
darah berada dalam kantong yang terbalik, kontraksi dan retraksi otot
uterus yang menimbulkan pemisahan plasenta juga menekan pembuluh
darah dengan kuat dan mengontrol perdarahan. Hal tersebut terjadi
karena terdapat serat otot oblik dibagian atas segmen uterus.
2. Metode matthew duncan

Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk ke vulva


dengan pembatas lateral terlebih dahulu seperti kancing yang memasuki
lubang baju, bagian plasenta tidak berada dalam kantong. Pada metode
ini kemungkinan terjadinya bagian selaput ketuban yang tertinggal lebih
besar karena selaput ketuban tidak terkelupas semua. Metode ini adalah
metode yang berkaitan dengan plasenta letak rendah didalam uterus.
Proses pelepasan berlangsung lebih lama dan darah yang hilang sangat
banyak (karena hanya ada sedikit serat oblik dibagian bawah segmen).

c. Teknik memastikan pelepasan plasenta

1. Kustner Dengan meletakkan tangan disertai tekanan diatas simfisis, tali


pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti plasenta belum
terlepas, apabila diam atau maju berarti plasenta sudah terlepas.
2. Klein Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit, bila tali pusat kembali
berarti plasenta belum terlepas, tetapi bila plasenta diam atau turun berarti
plasenta sudah lepas.
3. Strassman Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat
bergetar berarti plasenta belum terlepas, tetapi apabila plasenta tidak
bergetar berarti sudah terlepas.
d. Tanda pelepasan plasenta

1. Tali pusat bertambah panjang.

2. Perubahan ukuran dan bentuk uterus dari bentuk diskoid menjadi


globuler dan keras.
3. Semburan darah secara tiba-tiba.

4. Fundus uteri naik ke atas, lebih sedikit diatas pusat.

e. Manajemen aktif kala III


Tujuannya untuk mempersingkat kala III, mengurangi jumlah
kehilangan darah, dan mengurangi kejadian retensio plasenta dengan
pemberian suntikan oksitosin 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan
penegangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri (Rohani
dkk.,2011:208)
4. Kala IV

kala IV persalinan dimulai dari pengeluaran uri sampai 2 jam kemudian.


Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus
kembali kebentuk normal. Hal itu dapat dilakukan dengan masase uterus agar
uterus berkontraksi dengan baik dan keras, memastikan bahwa plasenta telah lahir
lengkap serta tidak ada sedikitpun plasenta yang tertinggal

2.5 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Menurut Halminton penatalaksanaan Pre-eklampsi berat pada kehamilan 37 minggu:

1. Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru, dengan pemeriksaan


shake dan rasio L/S maka penangannya adalah sebagai berikut:

a. Berikan suntikan sulfas magnesikus dosis 8 gr intramuskuler, kemudian disusul


dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskuler setiap 4 jam (selama tidak ada kontra-
indikasi).
b. Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat
diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria preeklampsi ringan (kecuali
jika ada kontra-indikasi).

c. Selanjutnya wanita dirawat diperiksa dan janin dimonitor, penimbangan berat badan
seperti pre-eklampsi ringan sambil mengawastii mbul lagi gejala.

d. Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan :
induksi partus atau cara tindakan lain, melihat keadaan.

2. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37 minggu. Sedangkan
penatalaksanaan untuk Pre-eklampsi berat pada kehamilan 37 minggu ke atas adalah
sebagai berikut:

1. Penderita di rawat inap


a. Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi.

b. Berikan diit rendah garam dan tinggi protein

c. Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intramuskuler 4 gr bokong kanan dan

4 g bokong kiri

d. Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam

e. Syarat pemberian MgSo4 adalah : refleks patela (+); diurese 100 cc dalam 4
jam yang lalu; respirasi 16 permenit dan harus tersedia antidotumnya: kalsiumg
lukonas 10%a mpul 10 cc.
f. Infus dekstrosa 5 % dan Ringer laktat

2. Obat antihipertensif : injeksi katapres I ampul i.m dan selanjutnya dapat diberikan
tablet katapres 3x^ tablet sehari.
3. Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan
jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan inhavena lasix 1 ampul
4. Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus dengan
atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10
satuan dalam infus tetes.
5. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forseps, jadi wanita dilarang
mengedan
6. Jangan berikan methergin postpartum, kecuali terjadi perdarahan disebabkan atonia
uteri.

7. Pemberian sulfas magnesikus kalau tidak ada kontraindikasi, diteruskan dosis 4 gr


setiap 4 jam dalam 24 jampostpartum.

8. Bila ada indikasi obstetik dilakukan seksio cesaria.


BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a. Pengkajian kala I

1. Integritas Ego

a) Dapat senang atau cemas

b) Nyeri/Ketidak nyamanan

c) Kontraksi reguler, peningkatan frekuensi, durasi dan keparahan.

2. Keamanan Irama jantung janin paling baik terdengar pada umbilicus


(tergantung posisi janin)
3. Seksualitas Adanya dilatasi serviks, rabas vagina, mungkin lender merah
muda, kecoklatan, atau terdiri dari plak lendir
4. Prioritas keperawatan

a) Meningkatkan emosi dan fisik klien/pasangan terhadap persalinan.

b) Meningkatkan kemajuan persalinan

c) Mendukung kemampuan koping klien/pasangan

d) Mencegah komplikasi maternal/bayi.

5. Secara Khusus

a) Memeriksa tanda-tanda vital

b) Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi cerviks dan penurunan


karakteristik yang mengambarkan kontraksi uterus: Frekwensi,
Interval, Intensitas, Durasi dan Tonus istirahat
c) Penipisan cerviks, evasemen mendahului dilatasi cerviks pada
kehamilan pertama dan seorang diikuti pembukaan dalam kehamilan
berikutnya
d) Pembukaan cerviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang menentukan
bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan kemajuan persalinan:

1. Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah


fetus,letrak janin,penurunan janin

2. Pemeriksaan Vagina: membran, cerviks, foetus, station

3. Tes diagnostik dan laboratorium

4. Spesimen urin dan tes darah

5. Ruptur membran

6. Cairan amnion : Warna ,karakter dan jumlah

b. Pengkajian kala II

1. Aktivitas Istirahat
a. Kelelahan

b. Ketidaknyamanan melakukan dorongan sendiri/tehnik relaksasi

c. Latargi

d. Lingkaran hitam di bawah mata

2. Sirkulasi : Td dapat meningkat 5-10mmHg diantara kontraksi

3. Integritas ego : dapat merasa kehilangan kontrol

4. Eliminasi

a. Keinginan untuk defekasi atau mendorong involunter pada kontraksi


disertai dengan tekanan intra abdomen dan tekanan uterus

b. Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan

c. Distensi kandung kemih mungkin ada, urine harus dikeluarkan selama


upaya mendorong
5. Nyeri/ketidaknyamanan

a. Merintih/meringis sel selama kontraksi

b. Amesia dan diantara kontraksi mungkin terlihat

c. Rasa terbakar/meregang di perium


d. Kaki gemetar selama upaya mendorong

6. Pernapasan: frekuensi nafas meningkat

7. Keamanan

a. Diaporesis
b. Bradikardi kandung kemih mungkin ada, urin selama upaya mendorong.

8. Sekaualitas

a. Serviks dilatasi penuh dan penonjolan 100%

b. Peningkatan perdarahan pervagina

c. Penonjolan rektum dengan turunya janin

d. Membran dapat ruptur jika masih utuh

e. Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

c. Pengkajian kala III

1. Aktivitas Istirahat : perilaku senang sampai keletihan

2. Sirkulasi

 TD meningkat saat curah jantung meningkat kemudia kembali normal


dengan cepat

 Hipotensi dapat terjadi sebagai respon analgetik

 Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan

3. Makanan/cairan: kehilangan darah

4. Nyeri/ketidaknyamanan: tremor kaki/menggigil


5. Keamanan

 Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan danya robekan atau
laserasi

 Perluasan epiostomi/laserasi jalan lahir

6. Seksualitas

 Darah berwarna kehitaman dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari
endometrium, biasanya 1-5 menit setelah bayi lahir

 Tali pusat memanjang

d. Pengkajian kala IV

1. Aktivitas Istirahat: tampak kelelahan, keletihan, mengantuk aatu berenergi.

2. Sirkulasi

a. Nadi biasanya lambat (50-70) karen ahipersensitivitas vaginal


b. TD mungkin rendah terhadap respon anastesi atau meningkat terhadap
pemberian oksitosin atau hipertensi karena kehamilan.
c. Mungkin edema paa ekstremitas dan wajah

d. Kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml.

3. Integritas ego

a. Reaksi emosional bervariasi, seperti eksitasi tidak berminat (lelah), kecewa

b. Takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera pada
neonatal.

4. Eliminasi

a. Hemoroid sering ada dan menonjol

b. Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau terpasang


kateter
c. Diuresis terjadi jika tekanan bagian presentas menghambat aliran urine.

5. Makanan/cairan: haus/lapar, mual

6. Neurosensasi
a. Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada anestesi spinal

b. hiperfleksi

7. Nyeri/ketidaknyamanan: mengeluh nyeri pada trauma epiostomi

8. Keamanan

b. Suhu tubuh sedikit meningkat (dehidrasi, pengerahan tenaga

c. Perbaikan epiostomi utuh


9. Seksualitas

a. Fundus keras terkontraksi


b. Drainase vagina/loklea jumlahnya sedang, merah gelap dengan bekuan
kecil
c. Perineum bebsa dari kemerahan, edema dan ekimosis

d. Striae mungkin ada pada abdomen, paha dan payudara


e. Payudara lunak, puting tegang

3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Kala I

1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus

2. Risiko tinggi cidera berhubungan dengan hipoksia jaringan, hiperkapnea

3. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan perubahan hormonal

4. Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplai


darah
5. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran
darah

b. Kala II

1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi,


dilatasi/peregangan jaringan, kompresi saraf, pola kontraksi semakin intensif.

2. Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran balik vena,
perubahan pada tahanan vaskular sistemik.
3. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pencetusan pesalinan,
pola kontraksi hipertonik, janin besar, pemakaian forsep.

c. Kala III

1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake,


muntah dan diaphoresis.
2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis melahirkan.

3. Risiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan posisi selama

melahirkan, kesulitan pelepasan plasenta.

d. Kala IV

1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelelahan,


kegagalan miometri dari mekanisme homeostatis.
2. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis/cedera jaringan.

3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka epiostomi.

4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau peningkatan


perkembangan anggota keluarga

3.3 Intervensi dan Rasional Keperawatan

a. Kala 1

1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus

Tujuan : nyeri berkurang

Intervensi Rasional
1. Kaji derajat nyeri secara variabel 1. Mengetahui skala nyeri pasien
dan non variabel. sehingga dapat ditentukan intervensi
yang tepat
2. Mempertahankan kandung kemih
2. Anjurkan berkemih 1-2 jam bebas distensi yang dapat
palpitasi di atas simpisi pubis menyebabkan ketidak nyamanan
3. Ajarkan pasien untuk   mengedan 3. Mengedan yang efektif 
yang efektif dan relaksasi saat tidak meminimalkan nyeri dan tenaga
ada his yang dikeluarkan sehingga pasien
tidak kelelahan
4. Mengedan yang efektif  4. Membantu mer ingankan asa nyeri
meminimalkan nyeri dan tenaga
yang dikeluarkan sehingga pasien
tidak
b. Kala II

1. Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran balik vena,
perubahan pada tahanan vaskular sistemik Tujuan : tidak terjadi penurunan curah
jantung
Kriteria evaluasi :

1. Mempertahankan tanda vital yang tepat terhadap tahap persalinan

2. Menunjukkan DJJ dan variabilitas dalam batas normal

Intervensi Rasional

1. Pantau T Pantau TD dan nadi (set 1. Peningkatan curah jantung 30%-50%

D dan nadi (setiap 5- 15 menit). terjadi pada tahap  pengeluaran,

Perhatikan jumlah dan penajaman  pengeluaran, penajaman pada

konsentrasi haluaran urin. puncak  puncak kontraksi kontraksi uterus


dan kembali secara lambat pada status
2. Anjurkan pasien untuk  prakontraksi, saat kontraksi menurun atau
inhalasi/ekhalasi selama upaya berhenti
mengedan, dengan  boleh
2. Valsava man sava manuver yang lama dan
menggunakan menggunakan
berulang, terjadi bila klien menahan napas
teknik  teknik  glotis terbuka dan
saat mendorong terhadap glotis yang
menahan napas tidak lebih dari 5
tertutup, akhirnya mengganggu aliran bali
detik Katakan pada klien untuk 
vena dan menurunkan curah  jantung, TD
mendorong hanya bila ia
dan tekanan nad  jantung, TD dan tekanan
merasakan dorongan untuk 
nadi.
melakukannya (dorongan tidak
dipaksa). 3. Mendeteksi brad eksi bradikardia janin a
janin dan hipoksia berkenaan dengan
3. antau DJJ setelah kontraksi atau
penurunan sirkulasi maternal dan
upaya mengejan.
penurunan  perfusi plasenta
4. Anjurkan klien/pasangan memilih
4. Posisi rekumben tegak dan lateral
posisi persalinan yang
mencegah oklusi vena kava inferior dan
mengoptimalkan sirkulasi seperti
obstruksi aorta, mempertahankan aliran
posisi rekumben lateral, posisi balik vena dan mencegah mencegah
fowler atau berjongkok hipotensi

5. Atur inf Atur infus IV sesuai ind 5. Jalur IV harus tersedia pada kasus

us IV sesuai indikasi ; ikasi ; perlunya memperbaiki hipotensi atau

pantau  pantau pemberian menaikkan  pemberian obat kedaruratan

pemberian oksitosin oksitosin dan


turunkan kecepatan bila  perlu
yang disebabkan disebabkan oleh
valsava manuver atau posisi yang
tidak tepat
c. Kala III

1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake, muntah
dan diaphoresis Tujuan: pemenuhan kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria evaluasi:
TTV dalam batas normal

• TD : 100-120/60-80 mmHg

• RR : 16-20x/m

• N : 60-80x/menit

• S : 36,5-37,4°C
2. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Intervensi Rasional
1. Pantau TTV dan DJJ. 1. M onitor di lakukan Karena efek
samping okxytocin yang sering terjadi
adalah hipertensi dan peningkatan DJJ
menandakan dehidrasi.
2. Pantau tanda-tanda dehidrasi. 2. Segera beri minum melalui oral ika
ditemukan tanda- tanda dehidrasi.
3. Catat waktu dan me tu dan 3. Pelepasan harus terjadi dalam waktu
mekanisme  pelepasan plasenta
5menit setelah kelahiran, lebih banyak
waktu yang diperlukan plasenta untuk
lepas makan lebih banyak darah hilang.
4. Kolaborasi dalam pemberian 4. Membantu memenuhi kebutuhan cairan.
cairan perenteral
d. Kala IV

1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelelahan, kegagalan


miometri dari mekanisme homeostatis. Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria evaluasi:
1. Pasien tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi

2. Haluaran urine adekuat

3. Mukosa bibir lembab

Intervensi Rasional
1. Pantau TTV, terutama suhu. 1. Peningkatan suhu menandakan
dehidrasi

2. Pantau DJJ. 2. Pada awalnya DJJ meningkat karena


dehidrasi dan kehilangan cairan.

3. Ukur masukan cairan dan 3. mengetahui adanya dehidrasi sehingga


haluaran urine. dapat segega dilakukan intervensi yang
tepat.

4. Berikan masukan cairan 4. Mengganti kehilangan cairan.


peroral/parenteral
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka


kami dapat menyimpulkan tentang materi yang dibahas, sebagai berikut :

1. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Proses ini di mulai dengan adanya kontrasi persalinan sejati, yang ditandai
dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran
plasenta.
2. Dalam melakukan pencegahan banyaknya angka kematian ibu ataupun anak
saat proses persalinan, perlu dilakukan asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV
sebagai berikut :
a. Kala I, tahap pembukaanin partu (partus mulai) ditandai dengan lendir
bercampur darah, karena serviks mulai membuka dan mendatar.
b. Kala II , pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkordinir, kuat, cepat
dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali.
c. Kala III, pada kala ini terjadi pengeluaran plasenta setelah pengeluaran
janin.
d. Kala IV, tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap
bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selam kurang lebih dua
jam.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Johnson , Joyce Y. 2014. Keperawatan Maternitas. Diterjemahkan oleh: Diana Kurnia S.


Yogyakarta: Rapha Publishing.

Manurung, Suryani. 2011. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan


INTRANATAL. Jakarta: Trans Info Media

Martin, Reeder dkk. 2011.Keperawatan Maternal Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga.
Vol I. Edisi 18. EGC: Jakarta

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika Prawirohardjo,


S. 2002.

Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka
FKUI

Anda mungkin juga menyukai