Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Tanda Bahaya Komplikasi Ibu dan Janin kala 1

Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan

Dosen dr. Ayu Tika Rudyfianto,Dipl. CIBTAC

Disusun oleh:

1. Hayatunnisa
2. Dhea Trisdianty
3. Soraya almaida
4. Yuni Rahma Tanti

AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH KOTIM

TAHUN AJARAN 2021/2022


SAMPIT

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun tugas asuhan
kebidanan persalinan ini dengan baik serta tepat waktu. Materi yang akan kami
bahas pada makalah ini berjudul "Tanda bahaya komplikasi pada ibu dan janin
kala 1" . Kami berharap dengan adanya makalah yang kami buat ini bisa
meningkatkan pengetahuan kita semua.
Kritik serta saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada selaku
Dosen dr. Ayu Tika Rudyfianto,Dipl. CIBTAC mata kuliah Asuhan kebidanan
persalinan,serta kepada pihak yang sudah turut membantu dalam penyelesaian
makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima
kasih.

Sampit,24 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………..4

BAB II LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………….5

1.1 DEFINISI…………………………………………………………………………………………………5
1.2 EKOLOGI………………………………………………………………………………………………..6
1.3 PENATALAKSANAAN………………………………………………………………………………7

BAB III KASUS……………………………………………………………………………………………11

2.1 IDENTIFIKASI MASALAH…………………………………………………………………..……12


2.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………………………12
2.3 PENATALAKSANAAN…………………………………………………………………..…………12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………13

3
BAB I PENDAHULUAN

TANDA BAHAYA KOMPLIKASI IBU DAN JANIN KALA 1

Perdarahan dalam kehamilan dapat terjadi setiap saat, baik selama kehamilan, persalinan,
maupun saat masa nifas. Oleh karena dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin,
setiap perdarahan yang terjadi dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas dianggap
sebagai suatu keadaan akut dan serius. Setiap wanita hamil dan nifas yang mengalami
perdarahan, harus segera dirawat dan dicari penyebabnya, untuk selanjutnya dapat diberi
pertolongan dengan tepat.

Pengelompokan perdarahan pada kehamilan tersebut secara praktis dibagi menjadi:


perdarahan pada kehamilan muda, perdarahan sebelum melahirkan (antepartum
hemoragik), dan perdarahan setelah melahirkan (postpartum hemoragik). Dalam Federasi
Obstetri dan Ginekologi yang terdapat didalam Prawirohardjo (2008) bahwa kehamilan
merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang dilajutkan dengan
proses nidasi.

Klasifikasi kehamilan berdasarkan usia yaitu:

a. Trimester 1, dimana usia kehamilan 0-12 minggu;

b. Trimester 2, dimana usia kehamilan >12-28 minggu;

c. Trimester 3, dimana usia kehamilan >28-40 minggu.

4
BAB II LATAR BELAKANG

1.1 Definisi

Perdarahan pervaginam

a.abortus

menurut prawihardjo (2008)abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin


dapat hidup diluar kandungan dan sebagai batasannya yaitu kehamilan kurang dari 20
minggu dan berat janin kurang dari 5 Abortus dapat digolongkan atas dasar

1.Abortus Imminens

Merupakan peristiwa terjadinya perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20


minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.

2.Abortus Insipiens

Merupakan peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks yang meningkat dan ostium uteri telah membuka, tetapi hasil
konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat,
perdarahan bertambah.

3.Abortus Inkomplet

Merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu


dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

4.Abortus Inkompletus

Abortus kompletus terjadi dimana semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri sebagian besar telah menutup, dan
uterus sudah banyak mengecil.

00 gram.

b. kehamilan ektopik
menurut kusmiayati(2008) kehamilan ektopik adalah kehamilan diluar rahim, misalnya
dalam tuba, rongga perut, servik atau dalam tanduk rudimenter rahim.

c. mola hidatidosa
menurut kusmiayati (2008) mola hidatidosa atau hamil anggur adalah suatu kehamilan
dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak dapat berkembang menjadi embrio atau
bakal janin tetapi terjadi proliferasi dari villi korialis disertai dengan degenerasi hidrofik.

5
INERSIA UTERI
His hipitonik atau biasa disebut juga inersia uteri adalah his yang tidak normal. pada
kelainan ini, fundus berkontraksi lebih kuat dan mulai lebih dulu dari pada bagian lain.
sifat kontraksi nya singkat dan jarang. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak
berbahaya bagi ibu maupun janin. inersia uteri di bagi menjadi:
(a)Inersia uteri primer
Pada inersia uteri primer, kelemahan his timbul sejak dari permulaan persalinan, jika
persalinan berlangsung lama, maka terjadi pada kala 1 fase laten, hal ini harus
dibedakan dengan his pendahuluan yang juga lemah kadang-kadang juga menjadi hilang
(false labour)
(b) inersia uteri sekunder
Pada inersia sekunder, kelemahan his timbul setelah adanya his yang kuat, teratur, dan
dalam waktu yang lama terjadi pada kala 1 fase aktif.

2.2 Ekologi

a.Abortus

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:

a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan


sebelum usia 8 minggu.

Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah:

Kelainan kromosom

Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi, poliploidi, kelainan
kromosom sex serta kelainan kromosom lainnya.7

● Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna

Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga


menyebabkan pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.

● Pengaruh dari luar

Adanya pengaruh dari radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik
hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya
dinamakan pengaruh teratogen.

b. Kelainan pada plasenta

6
Misalnya end-arteritis dapat terjadi dalam vili korialis dan menyebabkan oksigenasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini
bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

c. Faktor maternal

Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-
lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui
plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah
abortus. Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun
juga dapat menyebabkan terjadinya abortus.

d. Kelainan traktus genitalia

Retroversi uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.

b.Inersia uteri

1)Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida khususnya primigravida tua

2) Inersia uteri sering dijumpai pada multigravida

3) Faktor herediter

4) Fakrtor emosi dan ketakutan

5) Salah pimpinan persalinan

6) Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah

uterus, seperti pada kelainan letak janin disproporsi sefalopelviknersia uteri

7) Kelainan uterus, seperti uterus bikornis unikolis

8) Salah pemberian obat-obatan oksitosin dan obat penenang

9) Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau

Hidramnion.

10) Kehamilan postmatu

1.2 PENATALAKSANAAN
a.abortus

Abortus imminens

-Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang

7
mekanik berkurang.

-Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk

mengurangi kerentanan otot-otot rahim.

-Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin

sudah mati.

-Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.

Abortus insipiens

-Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan

dan transfusi darah.

-Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai

perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam
abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg
intramuskular.

-Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% 500
ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus
komplet.

Abortus inkomplet

-Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat
yang disusul dengan ditransfusi darah.

-Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret lalu suntikkan

ergometrin 0,2 mg intramuskular untuk mempertahankan kontraksi

otot uterus.

Abortus komplet

-Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau

transfusi darah.

-Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

-Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin. dan mineral.

8
b.Kehamilan ektopik

Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam tindakan


demikian beberapa hal perlu diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu:

-Kondisi penderita saat itu;

- Keinginan penderita akan fungsi reproduksinya;

-Lokasi kehamilan ektopik;

-Kondisi anatomik organ pelvis.

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan
tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif yaitu hanya dilakukan salpingostomi
atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok,
lebih baik dilakukan salpingektomi.

c.Mola hidatidosa

Penatalaksanaan pada mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap, yaitu :

- Perbaiki keadaan umum

Sebelum dilakukan tindakan evakuasi jaringan mola, keadaan umum penderita harus
distabilkan dahulu. Tindakan yang dilakukan sebelum penderita dalam keadaan stabil, dapat
merangsang terjadinya syok ireversibel, eklampsi atau krisis tiroid yang dapat menyebabkan
kematian.

kepada penderita harus diberikan :

Koreksi dehidrasi

Tranfusi darah, pada anemia (Hb <8 gr%) atau untuk mengatasi syok hipovolemik

Antihipertensi/antikonvulsi, seperti pada terapi preeklamsi/eklamsia

- Pengeluaran jaringan mola

Oleh karena mola hidatidosa merupakan suatu bentuk kehamilan yang patologis dan dapat
disertai dengan penyulit, pada prinsipnya harus dievakuasi secepat mungkin.

Terdapat dua cara, yaitu:

Kuretase(kuret)

9
Kuret vakum merupakan metode terpilih karena lebih aman, cepat, dan efektif untuk
mengevakuasi jaringan mola. Kuretase dilakukan langsung apabila ada pembukaan kira-kira
sebesar 1 jari: jaringan mola telah keluar dan keadaan umum pasien stabil, yaitu jika
pemeriksaan DPL, kadar β- hCG, serta foto thorax selesai.

Histerektomi

Histerektomi dilakukan untuk mengurangi frekuensi terjadinya penyakit trofoblas ganas.


Histerektomi hanya dilakukan pada penderita umur 35 tahun ke atas dengan jumlah anak
hidup tiga atau lebih.

-Terapi dengan profilaksis dengan sistostatika

Terapi ini diberikan pada kasus mola dengan risiko tinggi akan terjadi keganasan, misalnya
pada umur tua (>35 tahun), riwayat kehamilan mola sebelumnya, dan paritas tinggi yang
menolak untuk dilakukan histerektomi, atau kasus dengan hasil histopatologi yang
mencurigakan.

-Follow up

Seperti diketahui, 20-30% dari penderita pasca MHK dapat mengalami transformasi
keganasan menjadi tumor trofoblas gestasional. Keganasan dapat terjadi dalam waktu satu
minggu sampai tiga tahun pasca evakuasi.

d.Inersia uteri

Penatalaksanaan inersia uteri:

-Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500cc dekstrosa 5% dimulai dengan 12 tetes per
menit, dinaikkan setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes per menit. Maksud dari pemberian
oksitosin

adalah supaya serviksa dapat membuka

- Pemberian oksitosin tidak usah terus-menerus, sebab bila tidak memperkuat his setelah
pemberian beberapa lama, hentikan dulu dan ibu dianjurkan istirahat. bila inersia disertai
dengan disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya dilakukan seksio sesarea

-Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia sekunder/ hipertonis, pengobatan
terbaik ialah petidin 50mg atau tokolitik seperti ritodine dengan maksud menimbulkan
relaksasi dan istirahat, dengan harapan bahwa setelah pasien itu bangun kembali timbul his
yang normal.

10
BAB III KASUS

2.1 Identifikasi masalah


1. Untuk mengetahui tanda bahaya komplikasi ibu dan janin kala 1
2. Untuk mengetahui penatalaksanaan dalam menangani komplikasi ibu dan janin kala
1

2.2 Rumusan masalah

1. Apa saja tanda bahaya komplikasi ibu dan janin kala 1?


2. Bagaimana penatalaksanaan menangani komplikasi ibu dan janin kala 1?

2.3 Penatalaksanaan
a.Abortus

Ny. K usia 34 UK 24 minggu datang ke Puskesmas dengan disertai pendarahan ibu


mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, mulas dan keluar darah banyak sejak pukul
19.00 WIB. Pemeriksaan fisik keadaan umum lemas, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi
84x/menit, respirasi 16x/menit dan suhu 36,8°C. Tinggi fundus uterus 2 jari diatas simfisis,
terdapat nyeri tekan pada bagian perut bawah, kandung kemih kosong. Terdapat
pengeluaran darah± 100 cc, terdapat jaringan yang keluar dan di lakukan USG dengan hasil
masih ada sisa konsepsi di dalam rahim. Analisa yang didapat yaitu Ny. K usia 34 tahun P1A1
dengan abortus inkomplit. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu observasi keadaan umum
dan tanda-tanda vital, khususnya pengeluaran darah.

S : nyeri pada perut bagian bawah, mulas dan keluar darah banyak sejak pukul 19.00 WIB

O : Pemeriksaan fisik keadaan umum lemas, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 84x/menit,
respirasi 16x/menit dan suhu 36,8°C. Tinggi fundus uterus 2 jari diatas simfisis, terdapat
nyeri tekan pada bagian perut bawah, kandung kemih kosong. Terdapat pengeluaran darah

± 100 cc, terdapat jaringan yang keluar dan di lakukan USG dengan hasil masih ada sisa
konsepsi di dalam rahim.

A : Ny. K usia 34 tahun P1A1 dengan abortus inkomplit.

P : diinfus RL 500 ml + oksitosin 28 tetes per menit, diberi Cefotaxime 1 gram 1x1 secara IV
dan pada hari berikutnya di lakukan kuretase dengan hasil terdapat sisa konsepsi, serta
pengeluaran darah ±70 cc

b.Inersia uteri

11
Ny R 25 tahun G1P0A0 UK 40 Minggu mengeluh mulas sejak pukul 21.00 namun tidak terasa
kuat dan sering. Keluar lendir dan rembesan air - air sejak pukul 01.00 WIB. Hamil anak
pertama belum pernah keguguran. . Ibu merasa khawatir menghadapi proses persalinannya
karena sudah melebihi dari taksiran persalinan. Saat ibu datang, hasil pemeriksaan his
1x10’15” kuat, pukul 06.00 his 2x10’15” kuat, pembukaan 4 cm. Hingga pukul 10.00 WIB his
2x10’20”, tidak kuat dan lembek, tanpa ada kemajuan pembukaan.

S : mengeluh mulas sejak pukul 21.00 namun tidak terasa kuat dan sering. Keluar lendir dan
rembesan air - air sejak pukul 01.00

O : hasil pemeriksaan his

1x10’15” kuat, pukul 06.00 his 2x10’15” kuat, pembukaan 4 cm. Hingga pukul 10.00 WIB his
2x10’20”, tidak kuat dan lembek, tanpa ada kemajuan pembukaan

A : Ny. R usia 25 tahun G1P0A0 hamil 40 inpartu kala I fase aktif dengan inersia uteri
sekunder. Janin tunggal, hidup, presentasi kepala.

P : 1. kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan infus RL 500 ml + 5 IU oksitosin 12 tpm


dan menaikkan 4 tpm setiap 15 menit hingga 40 tpm,

Evaluasi : Kolaborasi telah dilakukan dan berjalan lancar

2. melakukan observasi setiap 1 jam sekali, dan pada fase aktif 30 menit sekali.

Evaluasi : Ibu merasa aman dan terjaga dalam pantauan observasi

3. Persalinan berlangsung pervaginam pada tanggal 30 Maret 2016 pukul 17.30 WIB.

Evaluasi : Bayi lahir spontan, menangis kuat, tonus otot baik, kulit kemerahan, jenis kelamin
laki – laki, BB 3000 gram, PB 48 cm. Pada kala IV ibu mengalami atonia uteri.

4. Dilakukan masase uterus dan pemberian oksitosin sehingga perdarahan dapat tertangani.

Evaluasi : Kontraksi berangsur-angsur membaik

5. Ibu tetap dipantau hingga 2 jam post partum.

Evaluasi : Pemantauan kala observasi berjalan dengan baik ibu merasa lebih nyaman dan
lega

12
DAFTAR PUSTAKA

BUKU AJAR

PERDARAHAN PADA KEHAMILAN TRIMESTER 1

Dr. Ratna Dewi Puspita Sari, S.Ked., Sp.OG dr. Arif Yudho Prabowo, S.ked

13

Anda mungkin juga menyukai