Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH KEPRAWATAN KOMUNITAS

ABORTUS

Disusun Oleh
Kelompok 1

1. Abdul Ba’iz Mus’ing


2. Ameliah Agustina Putri
3. Anisa Marsanda
4. Ferna Indrayani
5. Siti Sahira

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha


Esa.Karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga Makalah KMB 2 terkait Abortus ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga Makalah Keperawatan
KMB 2 ini bisa disusun dengan baik dan rapi
Kami berharap makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca,
namun terlepas dari itu kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah yang selanjutnya yang lebih baik lagi.

i
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1
C. TUJUAN PENELITIAN...............................................................................1
D. MANFAAT PENELITIAN...........................................................................1
BAB II.....................................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. DEFENISI ABORTUS.................................................................................2
B. ETIOLOGI ABORTUS................................................................................2
C. PATOFISIOLOGI ABORTUS.....................................................................2
D. KLASIFIKASI ABORTUS..........................................................................3
E. MANISFESTASI KLINIS ABORTUS........................................................3
F. ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................4
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hingga saat ini terdapat bermacam-macam kelainan dalam kehamilan dan
salah satunya yaitu Abortus. Abortus merupakan salah satu masalah kehamilan
yang dapat menyebabkan kematian ibu, akibat perdarahan dan infeksi. Abortus
adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup di luar kandungan.
Salah satu klasifikasi abortus yaitu abortu spontan atau abortus inkompletus,
yaitu pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Pembahasan tentang abortus dilakukan karena pemahaman klangan
masyarakat masih mrupakan suatu tindakn yang dianggap sepele. Oleh karena itu
peran perawat dalm penaganan abortus adalah menangani dan mencegah
terjadinya abortus dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk
meminimalisir terjadinya komplikasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian abortus?
2. Apa saja yang dapat menyebabkan abortus?
3. Bagaimana patofisiologi dari abortus?
4. Apa saja klasifikasi dari abortus?
5. Bagaimana manifestasi klinis abortus
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada abortus/
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian iniadalah:
1. Membahas atau mengkaji tentang gambaran perilaku wanita dewasa
muda terhadap Abortus
2. Meneliti bagaimana perilaku wanita dewasa muda terhadap Abortus
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat Penelitan Mengenai Abortus ada Beberapa Yaitu:
a. Manfaat Bagi Pasien : Penelitian Manfaat studi kasus ini bagi pasien
dapat mengetahui gambaran perilaku wanita dewasa muda terhadap
Abortus
b. Manfaat Bagi PraktikKeperawatan : Menambah wawasan bagi
perawat, agar dapat lebih memahami gambaran perilaku wanita
dewasa muda terhadap Abortus

1
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI ABORTUS
Abortus atau miscarriage adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum
mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan sekitar 500 atau gram kurang
dari 1000 gram, terhentinya proses kehamilan sebelum usia kehamilan kurang dari
28 minggu (Manuaba, 2010).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun, spontan maupun
buatan, sebelum janin mampu bertahan hidup dengan batasan berdasar umur
kehamilan dan berat badan (Handono, 2009).
B. ETIOLOGI ABORTUS
Penyebab abortus terbanyak diantaranya adalah sebagai berikut (Lumban raja,
2017) :
a. Faktor genetik (kelainan kromosom janin)
b. Kelainan kongenital uterus seperti anomali duktus mulleri, septum uterus,
uterus bikornis, inkompetensi serviks uterus, mioma uteri, sindroma
asherman
c. Autoimun
d. Defek fase luteal berupa faktor endokrin eksternal, antibodi antitiroid
hormon, sintesis LH yang tinggi
e. Infeksi
f. Hematologik
g. Lingkungan
Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus
tidak selalu tampak jelas. Kematian janin sering disebabkan oleh
abnormalitas pada ovum atau zigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu,
dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh penyakit dari ayahnya.
 Perkembangan Zigot yang Abnormal
Abnormalitas kromosom merupakan penyebab dari abortus
spontan.
 Faktor Maternal
Biasanya penyakit maternal berkaitan dengan abortus euploidi.
Sejumlah penyakit, kondisi kejiwaan dan kelainan perkembangan pernah
terlibat dalam peristiwa abortus euploidi vagina.
 Faktor Paternal
Translokasi kromosom sperma dapat menimbulkan zigot yang
mengandung bahan kromosom terlalu sedikit atau terlalu banyak,
sehingga terjadi abortus.
C. PATOFISIOLOGI ABORTUS
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang
kemudian diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi
perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel
peradangan akut, dan akhirnya perdarahan per vaginam. Buah kehamilan
terlepas seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing
3

dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera
setelah itu terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi).
Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya
terjadi paling lama dua minggu sebelum perdarahan. Oleh karena itu,
pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika telah terjadi
perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari. Sebelum minggu ke-10,
hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini disebabkan
sebelum minggu ke-10 vili korialis belum menanamkan diri dengan erat ke
dalam desidua hingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke-
10 hingga minggu ke-12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis
dengan desiduamakin erat hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion
(plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus (Lumbanraja, 2017).
D. KLASIFIKASI ABORTUS
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu (Lumbanraja, 2017):
a. Abortus spontan
Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa
disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis,
sematamata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Abortus spontan terbagi lagi
menjadi abortus spontan dibagi menjadi abortus iminens (threatened abortion)
abortus insipiens (inevitable abortion), abortus inkompletus (incomplete abortion)
atau abortus kompletus (complete abortion), abortus tertunda (missed abortion),
abortus habitualis (recurrent abortion), dan abortus septik (septicabortion).
b. Abortus provokatus (induksiabortus)
Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja tanpa indikasi medis,
baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat. Abortus ini terbagi
lagi menjadi:
- Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan,
dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2
sampai 3 tim dokterahli.
- Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan
biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenagatradisional.
E. MANISFESTASI KLINIS ABORTUS
Ada beberapa manifestasi klinis pada abortus, yaitu;
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
c. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
d. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
akibat kontraksi uterus
e. Pemeriksaan ginekologi :
1) Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
4

2) Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau


sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau
tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium
3) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri
4) Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif (Harsismanto, 2019).
F. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dalam proses keperawatan yang akan
menentukan bagi tahap berikutnya. Pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan
cermat agar dapat mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan (Rohmah &
Walid, 2012).
1) Identitas klien
Meliputi : nama, umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Data subjektif
Data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi data klien.
3) Alasan masuk rumah sakit
Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien datang ke rumah sakit.
Keluhan utama untuk mengetahui masalah yang sedang dihadapi berkaitan
dengan masa kehamilan.
4) Riwayat kesehatan masa lalu
Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut yang
dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
5) Riwayat penyakit sekarang
Ada tidaknya riwayat penyakit yang diderita sekarang.
6) Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah keluarga ada menderita penyakit menular dsb.
7) Riwayat pernikahan
Untuk mengetahui status pernikahan, lamanya pernikahan, menikah atau
tidak menikah, berapa kali perkawinan dan berapa jumlah anak yang
dilahirkan.
8) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi
Kaji apakah pasien pernah mengikuti KB kontrasepsi, jenis kontrasepsi,
berapa lama pemakaian, rencana KB setelah kuret dan kontrasepsi apa
yang digunakan.
9) Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui selama masa kehamilan, apakah ibu terdapat penyakit,
dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut.
10) Riwayat obsetri
- Riwayat menstruasi : HPHT (haid pertama haid terakhir), lama menstruasi,
siklus menstruasi, keteraturan, nyeri menstruasi.
5

- Riwayat kehamilan : Riwayat kehamilan saat dikaji meliputi kehamilan


keberapa, persalinan keberapa, pernah aborsi (GPA) dan umur berapa.
- riwayat Antenatal Care (ANC) : komplikasi, imunisasi, apakah kehamilan
direncanakan atau tidak.
- Riwayat persalinan sebelumnya
- Dikaji untuk mengetahui jumlah paritas, cara persalinan, penyulit yang
menyertai persalinan dan nifas yang lalu, jumlah anak yang hidup. jumlah
anak yang mati atau keguguran jenis kelamin.
11) Pemeriksaan fisik
 Status generalis
- Keadaan umum : keadaan umum pada ibu, apakah ada darah yang keluar
dari jalan lahir, apakah ibu merasa nyeri atau lemas.
- Kesadaran : komposmentis, apatis, somnolen, atau koma
 Vital sign
- Tekanan darah : tekanan darah pada abortus normal atau menurun.
- Suhu tubuh : Suhu tubuh, normalnya 36,5º-37,5ºC
- Nadi : Pada pasien yang mengalami keguguran biasanya denyut nadi
normal, cepat dan lambat. (Irianti, 2014)
- Respirasi : frekuensi pernafasan yang dihitung dalam menit, normalnya
16-24 x/ menit. Pada kasus abortus biasanya didapatkan hasil pernapasan
lebih lambat
 Tinggi badan : Bila badan kurang dari 145 cm perlu diwaspadai
kemungkinan ibu mempunyai panggul yang sempit
 Lingkar Lengan Atas : Normal LILA pada ibu hamil 2,35cm, jika kurang
dari 2,35cm maka dianggap status gizi kurang.
 Pemeriksaan kepala
Pemeriksaan kepala meliputi mata,hidung,mulut dan gigi, leher,rambut
 Pemeriksaan dada
Ada tidaknya nyeri dada, pergerakan pernapasan, payudara membesar,
areola ukuran lebih luas.
 Pemeriksaan abdomen : Untuk mengetahui keadaan kontraksi uterus,TFU
 Genetalia : Meliputi kebersihan, raba kulit didaerah selakangan, pada
keadaan normal tidak teraba benjolan kelenjar.
 Ekstremitas : Untuk mengetahui apakah terdapat varises.
12) Pemeriksaan penunjang
Meliputi pemeriksaan tes kehamilan, laboratorium, dan pemeriksaan USG
untuk mengetahui apakah jain asih hidup(Jannah, 2012)
13) Pola fungsional
a) Pola nutrisi
Apakah mengalami perubahan pola makan, frekuensi makan, menu
dan pantangan makan, serta seberapa banyak ibu minum dalam 1
hari, merasa mual muntah selama hamil.
b) Pola eliminasi
Kaji pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau dan kebiasaan buang air kecil
meliputi frekuensi, warna, jumlah (Khanifah, 2021).
6

c) Pola tidur dan istirahat


Berapa jam tidur, kebiasaan sebelum tidur.
d) Pola personal hygiene
Untuk mengetahui kebersihan tubuh terutama pada doerah genetalia
dan apakah ibu mampu untuk melakukan secara mandiri.
e) Pola aktivitas
Aktivitas adalah gambaran pola aktivitas ibu sehari-hari.
f) Aktivitas seksual
Berapa frekuensi berhubungan dalam seminggu dan adakah gangguan
atau keluhan yang dirasakan.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan menurut(SDKI, 2017)
N
DIAGNOSA Tanda dan gejala mayor Tanda dan gejala minor
O
1. Nyeri Akut b.d Subjektif Subjektif
agen pencedera - Mengeluh nyeri (tidak tersedia)
fisik d.d (D.0077) Objektif Objektif
- Tampak meringis - Tekanan darah meningkat
- Bersikap - Pola napas berubah
protektif(mis. - Nafsu makan berubah
Waspada, posisi - Proses berpikir terganggu
menghindari nyeri) - Menarik diri
- Gelisah - Berfokus pada diri sendiri
- Frekuensi nadi - Diaforesis
meningkat
- Sulit tidur
2. Risko cedera pada Subjektif Subjektif
ibu berhubungan - Mengeluh tidak - Tidak mampu rileks
dengan masalah nyaman - Mengeluh
kontraksi uterus - Merasa khawatir kedinginan/kepanasan
(D.0137) dengan akibat dari - Mengeluh lelah
kondisi yang dihadapi Objektif
Objektif - Menunjukkan gejala
- Gelisah distress
- Tampak
merintih/menangis
- Pola eliminasi berubah
- Postur tubuh berubah
- Iritabilitas

c. Intervensi
Intervensi Keperawatan yang dilakukan berdasarakan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) dengan kriteria hasil berdasarkan Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI, 2019).
7
8

DIAGNOSA
TUJUAN DAN
KEPERAWATA INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
N
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan intervensi keperwatan Observasi Observasi
dengan Agen selama 3 X 23 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 1. Untuk mengetahui lokasi, karakteristik,
pencedera fisik maka diharapkan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
kontraksi uterus tingkat nyeri menurun. 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui skala nyeri yang
(D.0077) Dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi respon nyeri non verbal. dirasakan pasien.
1. Keluhan nyeri 4. Identifikasi factor yang memperberat dan 3. Untuk mengetahui respon pasien terhadap
menurun memperingan nyeri nyeri
2. Meringis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan 4. Mengetahui factor yang memperberat dan
3. Sikap protektif tentang nyeri memperingan nyeri
cukup menurun 4. 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap 5. Mengetahui pengetahuan dan keyakinan
Gelisah menurun respon nyeri pasien tentang nyeri
5. Perasaan depresi 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas 6. Mengetahui pengaruh budaya terhadap
cukup menurun hidup respon nyeri
6. Pola napas 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer 7. Agar dapat mengetahui penyebab nyeri
membaik yang sudah diberikan pada kualitas hidup
7. Nafsu makan 9. Monitor efek samping penggunaan analgetic 8. Mengetahui keberhasilan terapi
membaik Terapeutik komplementer
8. Pola tidur membaik 10. Berikan teknik nonfarmakologis untuk 9. Mengetahui efek samping dari
9. Tekanan darah mengurangi rasa nyeri penggunaan analgeti
membaik a. Teknik relaksasi nafas dalam Terapeutik
10. Melaporkan nyeri b. Inhalasi aromaterapi mawar 10. Teknik non farmakologi dapat
terkontrol cukup 11. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa membantu pasien dalam
meningkat nyeri (Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) 11. Supaya dapat mengontrol sensasi yang
11. Kemampuan 12. Fasilitasi istirahat dan tidur dialami
9

menggunakan teknik 13. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri 12. Agar dapat penanganan yang cepat
non farmakologis dalam pemilihan strategi meredakan nyeri 13. Agar dapat merangsang kontraksi yang
meningkat Edukasi kuat pada dinding Rahim
12. Dukungan orang 14. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu Edukasi
terdekat cukup nyeri abortus 14. Untuk mempercepat proses
meningkat 15. Jelasakan strategi meredakan nyeri abortus penyembuhan pasien
16. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 15. Membantu pasien memahami strategi
17. Anjurkan menggunakan analgetik secara dalam mengurangi nyeri
tepat 16. Pasien dapat mengontrol nyeri yang
18. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk dirasakan
mengurangi nyeri 17. Penggunaan analgetik yang tepat dapat
a) Relaksasi nafas dalam membantu meredakan nyeri yang dirasakan
b) Inhalasi aromaterapi mawar 18. Pasien dapat melakukan teknik non
kolaborasi farmakologi secara mandiri
19. Kolaborasi pemberian analgetik Kolaborasi
a) Asam mefenamat 19. Pengunaan analgetik yang tepat
b) Pronalges mengurangi terjadinya efek samping yang
tidak diinginkan.

Risiko cedera Setelah dilakukan Perawatan terminasi kehamilan Observasi


pada ibu intervensi Observasi 1. Untuk mengetahui keadaan pasien
berhubungan keperawatan selama 3 1. Monitor tanda-tanda aborsi spontan dan mengalami yang abortus
dengan masalah X 23 jam maka perut terasa kram, peningkatan tekanan pelvis 2. Untuk mengetahui karakteristik nyeri
kontraksi uterus diharapkan tingkat dan pendarahan yang dirasakan
(D.0137) risiko cedera pada ibu 2. Monitor tanda-tanda vital 3. Untuk mngetahui syok yang terjadi pada
menurun.Dengan 3. Monitor tanda-tanda syok pasien
kriteria hasil : 4. Monitor pendarahan dan kram abortus 4. Untuk mengetahui apa yang terjadi pada
1. Kejadian cedera 5. Lakukan pemeriksaan vagina pasien
10

menurun Terapeutik 5. Agar dapat mengetahui apakah pasien


2. Perdarahan 6. Berikan informed consent untuk tindakan masih pendarahan dan kram
menurun aborsi Terapeutik
3. Ekspresi wajah 7. Siapkan secara fisik dan psikologi untuk 6. Agar dapat saling mengenal satu sama
kesakitan menurun menjalani aborsi \ lain dan dapat menyampaikan tujuan yang
4. Gangguan mobilitas 8. Motivasi keluarga untuk memberikan akan dilakukan
menurun dukungan emosional 7. Agar bisa menjalankan Tindakan yang
5. Tekanan darah 9. Pasang jalur intravena dilakukan
membaik Edukasi 8. Supaya pasien tidak stress memikirkan
6. Frekuensi nadi 10. Jelaskan prosedur yang akan dijalani kehamilan yang mengalami abirtus
membaik (misal. kuret suction, pelebaran dan kuretase, 9. Agar cairan di dalam tubuh normal
7. Denyut jantung dan evakuasi uterus) Edukasi
membaik 11. Jelaskan sensasi yang mungkn dialami 10. Agar pasien mengerti Tindakan yang
8. Istirahat tidur 12. Anjurkan melapor jika ada tanda-tanda akan dilakukan yaitu kuret
membaik peningkatan pendarahan, kram meningkat, 11. Supaya dapat mengontrol sensasi yang
gumpalan atau jaringan dialami
Kolaborasi 12. Agar dapat penanganan yang cepat
13. Kolaborasi pemberian oksitosin setelah
persalinan Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian analgesik 13. Agar dapat merangsang kontraksi yang
15. Kolaborasi pemberian antibiotik kuat pada dinding Rahim
16. Kolaborasi pemberian obat untuk 14. Untuk mempercepat proses
menghentikan kehamilan, sesuai indikasi penyembuhan pasien
(misal. supositoria, prostaglandin dan oksitosin 15. Dapat membantu pasien dalam
intravena) mengurangi rasa nyeri.
16. Agar dapat menunda kehamilan setelah
keguguran
11

d. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan, yaitu status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan.Implementasi keperawatan merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan, tahap implementasi adalah
pelaksanaan sesuai rencana yang sudah disusun pada tahap sebelumnya.
(Suarni & Apriyani, 2017)
e. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Sekumpulan
informasi yang sistematik berkenaan dengan program kerja dan efektifitas
dari serangkaian program yang digunakan terkait karakteristik dan hasil
yang telah dicapai (Patton, 1998).Evaluasi digunakan untuk mengetahui
seberapa tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah intervensi yang
dilakukan efektif untuk keluarga sesuai dengan kondisi dan situasi
keluarga, apakah sesuai dengan rencana dan dapat mengatasi masalah
keluarga. Menurut Zaidin Ali evaluasi disusun dengan menggunakan
SOAP secara operasional:
- S: adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan, berupa keluhan langsung dari klien,
misalnya: klien mengatakan nyeri mulai berkurang.
- O: adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan, hasil dari pengukuran terhadap pasien, misalnya:
nyeri klien derajat 4.
- A: adalah analisis dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan
yang terkait dengan diagnosis.
- P: adalah perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dimodifikasi, dihentikan atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan
yang telah ditentukan sebelumya. Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan
sumatif.Evaluasi formatif menghasilkan informasi untuk umpan balik selama
program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program
selesai dan mendapatkan informasi tentang efektifitas pengambilan keputusan
(SIKI, 2018)
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun, spontan maupun
buatan, sebelum janin mampu bertahan hidup dengan batasan berdasar umur
kehamilan dan berat badan (Handono, 2009).
Abortus merupakan salah satu masalah kehamilan yang dapat menyebabkan
kematian ibu, akibat perdarahan dan infeksi. Faktor risiko abortus ini ada
beberapa macam yaitu usia ibu pada saat hamil, penyakit ibu, kelainan genetalia
ibu, aktifitas fisik, trauma dan translokasi kromosom.
Komplikasi abortus adalah perdarahan (hemorrhage), perforasi, infeksi dan
tetanus, dan syok. Komplikasi abortus yang dapat menyebabkan kematian ibu
antara lain karena perdarahan dan infeksi. Perdarahan yang terjadi pada ibu dapat
menyebabkan anemia, sehingga dapat memberikan risiko kematian.Infeksi juga
dapat terjadi pada pasien yang mengalami abortus dan dapat menyebabkan sepsis,
sehingga dapat berakibat kematian pada ibu.

B. SARAN
- Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan dan bermanfaat dengan baik bagi
kita semua
- Mengharapkan saran pembangun untuk perbaikan pada tugas berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, M. (2015). Faktor Risiko Kejadian Abortus (Studi Di Rumah Sakit
Islam Sultan Agung Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 10(1), 23-29.
Prihastuti, R., & Safitri, M. FAKTOR PENGARUH KEJADIAN ABORTUS
SPONTAN PADA IBU HAMIL DI RSUD BANYUMAS TAHUN
2010.
Soliha, N., & Sukyati, I. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Abortus
Imminens. Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah Bidang kesehatan, 3(2),
182-196.
Harsismanto. (2019,01). Makalah Asuhan Keperawatan Dengan Abortus.
Retrieved 2022, From Https://www.researchgate.net/publication:
Https://www.researchgate.net
OKTAVIA, F., Asmawati, A., Septiyanti, S., & Fitria, K. (2022). Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Nyaman Pada Pasien
Abortus Di Rumah Sakit Bhayangkara Bengkulu Tahun 2022 (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Bengkulu).
Nila, N. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN ABORTUS
INKOMPLIT DI RUANG BAITUNNISA 2 RUMAH SAKIT ISLAM
SULTAN AGUNG SEMARANG (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Sultan Agung).
Miranda, A. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN PADA KASUS ABORTUS
IMMINENS TERHADAP NY. E DI RUANG KEBIDANAN RSU
HANDAYANIKOTABUMI LAMPUNG UTARA TANGGAL 01-03
MARET 2022 (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).
Chandra, R. A. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA
NYAMAN CEMAS TERHADAP KELUARGA BAPAK H KHUSUSNYA
IBU D PASCA ABORTUS DI DESA SUKAJADI LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2021 (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).

Anda mungkin juga menyukai