Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY .K UMUR 40 TAHUN G2P1A0 UMUR KEHAMILAN 16 MINGGU


DENGAN ABORTUS INCOMPLETE
DI RUANGAN GAYATRI RS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO

Laporan ini dibuat sebagai syarat untuk memenuhi tugas praktik rumah sakit pada mata
kuliah Keperawatan Maternitas II

Disusun Oleh :
Nama : ADIT FERDINAN
NIM : 2011020023
Prodi : Keperawatan S1/4A

PRODI KEPERAWATAN S1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN AJARAN 2022/2023
I. Konsep Arbotus
A. Definisi Arbotus
a. Abortus
Abortus adalah janin yang dikeluarkan dengan berat kurang dari 500 gram
atau memiliki usia gestasional kurang dari 20 minggu pada waktu dikeluarkan
dari uterus sehingga tidak memiliki angka harapan untuk hidup. (Dorland, 2012)
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang
terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat
badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang
dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka
abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu. (Wiknodjosastro, 2012).
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepei sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli sebelum usia 16 minggu
dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup
dibawah 400 gram itu diamggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak
waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Sofian dalam
Nurarif dan Kusuma, 2015)(Susilowati, 2019)
Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil konsepsi oleh
akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau
berat badan janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diluar kandungan (Purwaningrum & Fibriana,2017)
b. Pengertian Abortus Incomplite.
Abortus inkomplit adalah ditandai dengan dikeluarkanya sebagian hasil
konsepsi dari dalam uterus, sehingga bisa memberikan gejala klinis yaitu
perdarahan memanjang sampai terjadi keadaan anemis, perdarahan yang
mendadak yang banyak disertai kontraksi, terjadi infeksi ditandai suhu tinggi
dapat terjadi degenerasi ganas (Joseph, 2012).
c. Klasifikasi Abortus.
Menurut Mitayani, 2013 Berdasarkan kejaadiannya dapat dibagi atas dua
kelompok:
1. Aborsi spontan
Terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor meknis ataupun medisnalis,
semata- mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Klasifikasi abortus spontan:
a. Abortus iminens
Pada abortus ini terlihat perdarahan per vaginam. Pada 50% kasus,
perdarahan tersebut hanya sedikit berhenti setelah berlangsung beberapa
hari, dan kehamilan berlangsung secara normal. Meskipun demikian,
wanita yang mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir akan akibat
perdarahan pada bayi. Biasanya kekhawatirannya akan dapat diatasi
dengan menjelaskan kalau janin mengalami gangguan, maka
kehamilannya tidak akan berlanjut upaya perawatn untuk meminta
dokter membantu menenteramkan kekhawatiran pasien merupakan
tindakan yang bijaksana. Terapi yang dianjurkan pada abortus iminens
adalah tirah baring dan penggunaan sedatif selama paling sedikit 48 jam
dengan observasi. Cermat terhadap warna dan jenis darah/jaringan yang
keluar dari dalam vagina. Preparat enema dan laksatif idak boleh
diberikan. Pemeriksaan USG terhadap isi uterus dikerjakan pada
stadium ini dan kemudian bisa diulangi lagi 2 minggu kemudian.
Pasangan suami-istri dianjurkan untuk tidak senggama selama periode
ini.
b. Abortus insipiens
Abortus ini ditandai oleh kehilangan darah sedang hingga
berat,kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen
bagian bawah dan dilatasi serviks. Jika abortus tidak terjadi dalam waktu
24 jam, uterus harus dikosongkan dengan menggunakan forseps ovum,
alat kuret dan kanula pengisap; semua bahan yang dikirim untuk
pemeriksaan histologi. Antibiotik sering diberikan pada stadium ini
c. Abortus kompletus
Abortus ini terjadi kalau semua produk oembuahan seperti janin,
selaput ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri
kemudian akan berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami
involusi.
d. Abortus inkompletus
Abortus ini berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan
(hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada
kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini,
perdarahan tidak segera berkurang sementara serviks tetap terbuka.
Terapi asuhan keperawatan dan observasi pada abortus ini dilakukan
sama seperti pada abortus insipiens. Namun demikian, evakuasi uterus
harus segers dilakukan setelah diagnosis ditegakkan untuk mencegah
perdarahan lebih lanjut. Perhatian khusus diberikan pada higiene vulva.
Pada sebagian kasus, supresi laktasi mungkin diperlukan. Preparat
gamaglobulin anti-D diberikan pada wanita dengan Rh-negatif.
e. Missed abortion
Abortus ini terjadi kalau sesudah mengalami abortus iminens,
perdarahan per vaginam berhenti namun produk pembuahan meninggal
dan tetap berada dalam rahim. Tanda-tanda kehamilan berkurang, yaitu:
payudara menjadi lebih kecil dan lebih lunak, pertumbuhan uterus
terhenti, dan wanita tersebut tidak lagi ‘merasa’ hamil. Sesudah
beberapa minggu, sekret kecoklatan dapat terlihat keluar dari dalam
vagina dan tanda-tanda eksternal kehamilan menghilang.
Hipofibrinogenemia dapat terjadi. Bekuan darah dari perdarahan
plasennta kadang-kadang memenuhi uterus untuk membentuk mola
karneosa. Evakuasi spontan akhirnya terjadi pada sekitar usia kehamilan
18 minggu dan sebagian dokter beranggapan bahwa tindakan yang lebih
aman adalah menunggu evakuasi spontan. Namun demikian, wanita
meminta dokter untuk mengeluarkannya secepat mungkin setelah
menyadari bahwa bayinya sudah meninggal. Keadaan ini memberikan
situasi yang sangat sulit.
f. Abortus akibat inkompetensi serviks
Biasanya terjadi di sekitar usia kehamilan 20 minggu.
Serviksberdilatas tanpa rasa nyeri dan kantong janin menonjol. Pada
kehamilan berikutnya, abortus dapat dicegah dengan membuat jahitan
seperti tali pada mulut kantong (purse-string suture) yang dilakukan
dengan pembiusan di sekeliling serviks pada titik temu antara rugae
vagina dan serviks yang licin (jahitan Shirodkar). Jahitan tersebut
dibiarkan sampai kehamilan berusia 38 minggu dan pada saat ini, jahitan
dipotong sehingga persalinan spontan diharapkan akan mulai terjadi.
Angka keberhasilan jahitan Shirodkar mencapai 80% pada kasus-kasus
inkompetensi serviks murni.
g. Abortus habitualis
Abortus ini digunakan kalau seorang wanita mengalami tiga kali
atau lebih abortus spontan yang terjadi berturut-turut. Penyebab abortus
habitualis lebih dari satu (multipel). Dan sering terdapat lebih dari satu
faktor yang terlibat.
h. Abortus septic
Infeksi dapat mempersulit setiap jenis abortus karena resistensi
normal saluran genitalia pada hakikatnya tidak terdapat saat ini. Abortus
kriminalis (abortus ilegal yang dilakukan secara gelap) masih menjadi
penyebab infeksi yang paling serius karena tidak dilakukan secara
aseptik. Faktor lain yang terlibat adalah keberadaan produk pembuahan,
yaitu jaringan plasenta yang mati di dalam rahim. Infeksi dapat
menyerang endometrium dan menyebar ke bagian lain secara langsung
atau tidak langsung untuk menyebabkan peritonitis, salpingitis, dan
septicemia.
2. Abortus provokatus (induced abortion)
Terjadi karena sengaja dilakukan dengan memakai obat-obatan maupun
alat- alat. Abortus ini terbagi menjadi dua kelompok:
a. Abortus Medisinalis (Abortus therapeutica)
Merupakan abortus yang diinduksi secara buatan, baik untuk alasan
terapeutik (bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu)
maupun alasan lain.
b. Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis.(Susilowati, 2019)

B. Anatomi dan Fisiologi


Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 : Alat
reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam ronggapelvis, dan alat
reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.
1. Alat reproduksi wanita bagian luar

a. Mons veneris / Mons pubis. Disebut juga gunung venus merupakanbagian


yang menonjol di bagian depan simfisis terdiri dari jaringanlemak dan
sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambutyang bentuknya
segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjarsebasea (minyak)
berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukanhubungan seks
b. Bibir besar (Labia mayora). Merupakan kelanjutan dari
monsveneris berbentuk lonjong, panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3cm
dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir ini dibagian
bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiridari:
1) Bagian luar. Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutandari
rambut pada mons veneris
2) Bagian dalam. Tanpa rambut merupakan selaput yang
mengandung kelenjar sebasea (lemak)
c. Bibir kecil (labia minora). Merupakan lipatan kulit yang panjang,sempit,
terletak dibagian dalam bibir besar (labia mayora) tanparambut
yang memanjang ke arah bawah klitoris dan menyatudengan
fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labiabiasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minorasama dengan
mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
d. Klitoris. Merupakan bagian penting alat reproduksi luar
yangbersifat erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ
inimengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf
sensorissehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki.
Fungsiutama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan
keteganganseksual
e. Vestibulum. Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentukseperti
perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitorisdan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjarparauretra, vagina dan
kelenjar paravagina. Permukaan vestibulumyang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia,panas, dan friksi.
f. Perinium. Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit
antaraintroitus vagina dan anus. Perinium membentuk dasar badan
perinium.
g. Kelenjar Bartholin Kelenjar penting di daerah vulva dan
vaginayang bersifat rapuh dan mudah robek. Pada saat hubungan
seks pengeluaran lendir meningkat
h. Himen (Selaput dara). Merupakan jaringan yang menutupi lubangvagina
bersifat rapuh dan mudah robek, himen ini berlubangsehingga
menjadi saluran dari lendir yang di keluarkan uterus dandarah saat
menstruasi.
i. Fourchette. Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dantipis,
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan labiaminora. Di garis
tengah berada di bawah orifisium vagina. Suatucekungan kecil dan fosa
navikularis terletak di antara fourchettedan himen.
2. Alat reproduksi wanita bagian dalam

a. Vagina. Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat


melipatdanmampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian
atasvagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm,
sedangkanpanjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum
dan dibelakang kandung kemih.Vagina merupakan saluran
muskulomembraneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva.Jaringanmuskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani
danmuskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan. Pada
dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut
rugaedanterutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina
menonjolserviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol
ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina
menjadiempat yaitu:fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra,
forniksinistra.Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina
memberikanproteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu
sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi,
alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus. Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal,
muskular,pipih,cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik
yangterletak dipelvis minor di antara kandung kemih dan rectum.
Uterusnormalmemiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan
terabapadat.Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu
bagiancorpusuteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi,
corpusuteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri
dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding
belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan
bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih. Untuk
mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung
dariusiawanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-
8cm,dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan
yaituperitoneum, miometrium / lapisan otot, dan endometrium.
1) Peritoneum
a) Meliputi dinding rahim bagian luar
b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d) pembuluh darah limfe dan urat saraf
e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2) Lapisan otot
a) Lapisan luar : seperti “Kap” melengkung dari fundus uteri menuju
ligamentum
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteumuteri
internum
c) Lapisan tengah : terletak di antara kedua lapisan tersebut
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan
tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena.
Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga saat
terjadikontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan
demikian perdarahan dapat terhenti.
3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringanikatnya
bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteriinternum
anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dankanalis
servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan
selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendirserviks) disebut
istmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmenbawah rahim dan
meregang saat persalinan.
4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus ototrahim
sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-ototdasar
panggul, ligamentum yang menyangga uterus adalahligamentum
latum, ligamentum rotundum (teres uteri) ligamentuminfindibulo
pelvikum (suspensorium ovarii) ligamentum kardinalemachenrod,
ligamentum sacro uterinum dan ligamentum uterinum.
a) Ligamentum latum. Merupakan lipatan peritoneum kanan dankiri
uterus meluas sampai ke dinding panggul. Ruang antarakedua
lipatan berisi jaringan ikat longgar danmengandungpembuluh
darah limfe dan ureter. Ligamentum latum seolah-olah tergantung
pada tuba fallopi
b) Ligamentum rotundum (teres uteri). Mulai sedikit kaudal dariinsersi
tuba menuju kanalis inguinalisdan mencapai labiamayus.
Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat. Fungsinyamenahan
uterus dalam posisi antefleksic) Ligamentum infundibulo
pelvikum. Terbentang dari infundibulum dan ovarium
menuju dinding panggul. Menggantung uterus ke dinding
panggul. Antara tuba fallopidan ovarium terdapat ligamentum
ovariipropriumd) Ligamentum kardinale machenrod. Dari
serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul.
Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri. Tempat
masuknya pembuluh darah menuju uteruse ) Ligamentum sacro
uterinum. Merupakan penebalan dariligamentum kardinale
machenrodmenuju os sacrumf) Ligamentum vesika uterinum. Dari
uterus menuju ke kandung kemih. Merupakan jaringan ikat yang
agak longgar sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus
saat hamil danpersalinan
5) Pembuluh darah uterusArteri uterina asenden yang menuju corpus
uteri sepanjang dinding lateral dan memberikan cabangnya menuju
uterus dan didasar endometrium membentuk arteri spinalis uteriDi
bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darahpada
tubafallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramusovarika.
6) Susunan saraf uterus. Kontraksi otot rahim bersifat otonom
dandikendalikan oleh saraf. simpatis dan parasimpatis melalui
ganglionservikalis fronkenhouseryang terletak pada pertemuan
ligamentumsakro uterinum.
c. Tuba Fallopi. Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang
terentangantara kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan
merupakanjalan ovum mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas
ligamentumlatum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae
internum padadinding rahim. Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm.
Dinding tubaterdiri dari tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta
mukosa denganepitel bersilia. Tuba fallopi terdiri atas :
1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai
dariosteum internum tuba.
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus
danmerupakan bagian yang paling sempit
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang
disebut fimbriae tubae. Fungsi tuba fallopi
1. Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
2. Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi
3. Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi
4. Tempat terjadinya konsepsi.
5. Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi
sampaimencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
d. Ovarium. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan
pematanganfolikel menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi
hormon – hormonsteroid. Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung
pada ligamentum infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum
latum melaluimesovarium
3. Etiologi
1) Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering
untuk abortusdini dan kejadian ini kerapkali disebabkan oleh cacat
kromosom.
2) Abnormalitas uterus yang mengakibatkan kelainan kavum uteri atau
halanganterhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid,
malformasikongenital, prolapsus atau retroversio uteri
3) Kerusakan pada serviks skibat robekan yang dalam pada saat melahirkan
atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi)
4) Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat: penyakit mencakup
infeksi virusakut, panas tinggi, dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi
terhadap penyakit cacar. Nefritis kronis dan gagal jantung dapat
mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat
yang diperlukan untuk perkembangan janin akanmengakibatkan
kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik,akan
mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin
akan menyebabkan aortus dengan merangsang kontraksi uterus.
5) Trauma, tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan
seksual,khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus
pada wanita denganmenyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat
keguguran berkali-kali
6) Faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi progedteron
diperkirakansebagai penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan
10-12 minggu, yaitu padasaat plasenta mengambil alih fungsi korpus
luteum dalam produksi hormon.
7) Sebab-sebab psikomatik: stres dan emosi yang kuat diketahhui
dapatmempengaruhi fungsii uterus lewat sistem hipotalamus-hipofise.
Banyak dokterobstetri yang melaporkan kasus-kasus abortus spontan
dengan riwayat stres, dan biasanya mereka juga menyebutkan kehamilan
yang berhasil baik (pada wanitadengan riwayat stres berat) setelah
kecemasan dihilangkan
4. Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda keguguran yang harus ibu hamil
waspadai dan memerlukan pertolongan medis menurut Sapra, et al. (2017) :
1) Perdarahan
Perdarahan atau keluarnya bercak darah merupakan tanda awal
keguguran. Namun perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan akan
berakhir dengan keguguran. Perdarahan ringan dengan bercak berwarna
merah mudah atau cokelat biasanya tidak perlu dikhawatirkan.
Perdarahan ringan juga umumnya berlangsung selama 1–2 minggu.
Namun, jika yang keluar adalah darah berwarna merah cerah dengan
volume yang banyak atau gumpalan berwarna merah muda, bisa jadi
perdarahan tersebut menandakan keguguran. Segera hubungi dokter jika
mengalami perdarahan, baik ringan maupun hebat.Pada kasus tertentu,
keguguran bisa terjadi tanpa adanya perdarahan. Keguguran ini
dinamakan missed abortion.
2) Nyeri
Perdarahan yang disertai rasa nyeri patut diwaspadai sebagai
tanda-tanda keguguran. Bagian tubuh yang terasa nyeri biasanya adalah
panggul, perut, dan punggung belakang. Rasa nyeri ini biasanya terasa
lebih hebat dibandingkan nyeri haid dan bisa muncul terus-menerus atau
sesekali.
3) Pergerakan bayi menurun
Umumnya, keguguran terjadi saat usia kehamilan belum mencapai
20 minggu. Namun, keguguran terlambat (late miscarriage) dapat terjadi
pada usia kehamilan 12–24 minggu.
Salah satu tanda dari late miscarriage adalah adanya penurunan
pergerakan bayi. Oleh karena itu, Bumil perlu waspada jika janin tidak
bergerak selama beberapa hari dan segera periksakan kondisi kehamilan
ke dokter.
4) Perubahan gejala kehamilan
Perubahan gejala kehamilan, seperti tidak lagi mual atau muntah,
bisa menjadi tanda-tanda keguguran. Namun, perlu diingat bahwa
perubahan ini juga dapat terjadi karena adanya faktor lain, seperti
hormon kehamilan. Oleh karena itu, konsultasikan ke dokter jika Bumil
merasakan perubahan gejala kehamilan.
5) Keluar cairan atau jaringan dari vagina
Bumil mengalami kondisi ini, letakkan jaringan di dalam wadah
yang bersih, lalu bawalah ke dokter untuk Cairan atau jaringan yang
keluar dari vagina dapat menjadi tanda-tanda keguguran. Jika
mendapatkan analisis lebih lanjut. Perdarahan pada trimester awal juga
tidak selalu berkaitan dengan keguguran, karena banyak juga ibu hamil
yang tetap bisa melanjutkan kehamilan dan melahirkan bayi dengan
sehat. Penyebab dan Faktor Risiko Keguguran
 Usia ibu saat mengandung sudah tergolong tua atau di atas 35 tahun
 Riwayat keguguran sebelumnya
 Gaya hidup yang tidak sehat saat hamil, seperti merokok,
mengonsumsi minuman beralkohol, atau menyalahgunakan narkoba
Terpapar radiasi atau racun baik di tempat kerja atau lingkungan
tempat tinggal
 Pembukaan leher rahim yang terlalu dini tanpa adanya tanda-tanda
persalinan
 Berat badan yang terlalu kurus atau terlalu gemuk
 Adanya kelainan anatomi pada Rahim
5. Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi,
infeksi dan syok Menurut ( Mitayani, 2013 )
1) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
2) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu
diamat-amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakuka
laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan
luka perforasi atau perlu histerektomi, perforasi abortus yang dikerjakan
oleh orang awam menimbulkan personal gawat karena perlukan uterus
biasanya luas. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna
mengatasi komplikasi.
3) Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus,
tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering
pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan
antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis
umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.
4) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi
berat
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada abortus inkompletus dapat dilakukan dengan
tehnik medis maupun bedah. Tehnik bedah dilatasi serviks diikuti oleh
evakuasi uterus dapat berupa kuretase, aspirasi vakum, dilatasi dan evakuasi
( D&E), dilatasi dan ekstrasi (D&X). Tehnik kuretase dapat dengan
menggunakan kuret tajam maupun vakum. Untuk mengurangi komplikasi
kuretase seperti perforasi usus, laserasi serviks, perdarahan, pengeluaran
janin dan plasenta yang tidak lengkap dan infeksi, maka kuretase dianjurkan
pada kehamilan dibawah 14 minggu. Untuk usia gestasi diatas 16 minggu,
dilakukan dilatasi dan evakuasi (D&E). Tindakan ini berupa dilatasi serviks
lebar diikuti oleh distruksi dan evakuasi mekanis bagian- bagian janin.
Setelah janin seluruhnya dikeluarkan dengan menggunakan kuret
vacuum berlubang besar untuk mengeluarkan plasenta dan jaringan yang
tersisa. Dilatasi dan ekstrasi (D&X) serupa dengan (D& E), kecual pada
(D& X) bagian janin pertama kali diektrasi melalui serviks yang telah
membuka untuk mempermudah tindakan. Pemasangan laminaria dapat
dilakukan untuk pembukaan serviks (Irianti, 2013).
Tehnik medis dalam penatalaksanaan abortus yaitu dengan pemberian
oksitosin dalam intrvena cairan, prostalgladin dengan berbagai analognya
seperti prostalgladin E2, Prostaglandin F2a dll dan misoprostol banyak
dipakai sebagai obat induksi abortus. Prostagladin dapat bekerja secara
efektif pada serviks dan uterus apabila :
a) dimasukkan ke vagina sebagai supositoria atau pesarium tepat didekat
serviks.
b) Diberikan sebagai gel melalui sebuah kateter ke dalam kanalis
serviksalis dan bagian paling bawah uterus.
c) Disuntikan intramuskuler.
d) Disuntikan kedalam kantong amnion melalui amniosentesis diminum
peroral
7. Pathofisiologi
Pada awal abortus, terjadi pendarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosi jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya.Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi
itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili korialis belum menembus
desidua secara mendalam.
Pada kehamilan antara 8 dan 14 minggu, vili korinalis menembus
desidua lebih dalam dan umumnya plasenta tidak dilepaskan dengan
sempurna sehingga dapat menyebabkan banyak pendarahan. Pada
kehamilan 14 minggu ke atas, umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban
pecah adalah janin, disusul setelah beberapa waktu kemudian adalah
plasenta. Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk
miniature. ( Prawirohardjo, 2013).
8. Pathways

9. Asuhan keperawatan sesuai dengan kasus abortus incomplete.


Langkah I (Pengumpulan data/ pengakajian)
Langkah ini mengumpulkan semua informasi yang akurat, lengkap dari
semua sumber yang berkaitan kondisi klien. Untuk memperoleh data
dilakukan dengan cara anamnesa: (Jannah, 2012: 195).
a) Biodata
Identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap sehingga
sesuai dengan sasaran. Identitas meliputi:
1) Nama : untuk mengetahui dan mengenal pasien
2) Umur : untuk mengetahui faktor resiko dan tingkat kesuburan.
3) Agama : untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh pasien
4) Suku bangsa : dikaji untuk mengetahui lebih jauh tentang sosial
budaya pasien.
5) Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya
penting dalam pemberian KIE (konseling informasi
dan edukasi).
6) Pekerjaan : untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi keluarga.
7) Alamat : dikaji untuk mengetahui keadaan sosial dan budaya
dilingkungan tempat tinggal budaya.
b) Data subjektif
Adalah data yang di dapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi data klien. Data tersebut tidak dapat di tentukan oleh
petugas kesehatan secara independen tapi melalui suatu interaksi atau
komunikasi.
c) Alasan masuk
Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien datang yg
berhubungan dengan abortus Incomplete.
d) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
masalah kehamilan misalnya ada pengeluaran darah dari jalan lahir, pada
kasus abortus biasa terjadi yaitu pengeluaran darah dari jalan lahir, badan
terasa lemas, nyeri perut dan penglihatan berkunang-kunang.
e) Riwayat penyakit
(1) Riwayat penyakit sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya
dengan keadaanya sekarang.
(2) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayal atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi,
asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada
yang menderita penyakit menurun seperti asma, hepatitis dan DM
sertapenyakit menular seperti TBC dan hepatitis.
(4) Riwayat menstruasi
Thu mengetahui menarche, siklus haid, lamanya, jumlah darah
yang dikeluarkan dan pemahkah disminothea
(5) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, sah
atau tidak, sudah berapa kali menikah dan berapa jumlah anaknya.
(6) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran, riwayat
persalinanyaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya
melahirkandan cara melahirkan. Riwayat kelahiran anak mencakup
berat badan bayi sewaktu lahir, adakah kelainan bawaan bayi, jenis
kelamin bayi, keadaan bayi hidup/mati saat dilahirkan.
(7) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah dikuret dan
beralih kontrasepsi apa.
(8) Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu selama hamil ada atau
tidaknya penyakit serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi
penyakit tersebut.
a. Hari pertama, haid terakhir serta kapan taksiran persalinannya
b. Kelulian-keluhan pada trimester I, II, III
c. Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilaannya.
d. Selama hamil berapa kali ibu peiksa kehamilan
e. Penyuluhan yang pernah ibu dapat selama kehamilan.
f. Imunisasi TT: sudah belum imunisasi, berapa kali telah dilakukan
imunisasi TT selama hamil.
(9) Riwayat sosial dan kultural
Hal ini perlu ditanyakan karena bangsa Indonesia mempunyai
beraneka ragam suku bangsa. Tugas bidan mengingatkan bahwa
tradisi-tradisi diperbolehkan selagi tidak merugikan kesehatan
(Walyani, 2015).
Data obyektif.
Adalah menggambarkan pemeriksaan fisik pasien yang meliputi:
a) Pemeriksaan fisik
(1) Status generalis
a. Keadaan umum :
untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, sedang, buruk. Keadaan
ibu setelah dilakukan kuretase, adalah sedang. Berdasarkan tanda tanda
pasien post kuret yaitu adanya ibu merasakan nyeri danada darah keluar dari
jalan lahir dan ibu merasa lemas.
b. Kesadaran :
Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu apakah komposmentis, apatis,
sampolen atau koma.
c. Tanda vital
1) Tekanan darah: untuk mengetahui atau mengukur batas normal tekanan
darah antara sistolik 90-130 mmHg, diastolik 70-90 mmHg. Sedangkan
tekunan darah pada diagnosa abortus normal atau menurun.
2) Suhu: untuk mengetahui suhu basal pada ibu, suhu badan yang normal
36,5°e -37.5°c.sedangkan pada kasus abortus suhu badan normal atau
meningkat
3) Nadi: untuk mengetahui denyut nadi pasien. Berdasarkan kasus abortus
denyut nadi normal, cepat, kecil dan lambat (Irianti Bayu, 2014: 77)
4) Respirasi: untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam
menit. Sedangkan respirasi pada ibu abortus cenderung lebih lambat.
Pada abortus inkomplit, kuman dapat berimigrasi pada daerah abdomen
hingga menyebabkan infeksi dalam rahim, syok dan perdarahan jika
kontraksi dan sisah hasil konsepsi belum keluar semua. Tanda-tanda
infeksi pada ibu post kuret yaitu suhu tubuh meningkat, nadi cepat dan
nyeri perut bagian bawah.
d. Tinggi badan untuk mengetahui tinggi badan pasien. Pada pasien dengan
tinggi badan kurang dari 145 cm. beresiko panggul sempit.
e. Berat badan pada pasien dapat dihitung indeks massa tubuh IMT) untuk
mengetahui status kesehatan gizi pada ibu. IMT <17,0 kurus 18,5-25,0
normal kelebihan berat badan tingkat berat. 227,0
f. Lingkar lengan atas: untuk mengetahui status gizi atas pasien. Pada pasien
dengan lingkar lengan kurang dari 23.5 cm memiliki arti bahwa pasien
merktiki kekurangan energi kronis (KEK) sehingga perlu dilakukan tindakan
lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pada kasus post kuret
dengan dengan riwayal abortus inkomplit, pengeluaran darah dari jalan lahir
merupakan salah satu terjadinya abortus inkomplite
(2) Inspeksi
Pemeriksaan klien dengan melihat ujung rambut sampai dengan ujung kaki.
a) Rambut: untuk mengetahui kebersihan rambuta. kondisi kulit kepala bersih,
rontok atau tidak.
b) Wajah: untuk mengetahui keadaan wajah pucat atau tidak ada oedema atau
tidak dan ada kloasma gravidarum atau tidak. Jika pasien memiliki oedema
pada wajah, maka hal ini merupakan tanda adanya hipertensi pada pasien.
c) Mata: kongjungtiva pucat atau tidak, sklera putih atau tidak dan mata cekung
atau tidak. Jika konjungtiva pada pasien terlihat pucat maka hal ini
merupakan tanda adanya anemia pada pasien.
d) Mulut dan gigi: untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau tidak, gusi ada
stomatitis atau tidak, ada caries pada gigi atau tidak.
e) Abdomen: untuk mengetahui ada bekas luka operasi atau tidak. Pada kasus
abortus pembesaran uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan.
f) Vulva: untuk menilai perdarahan pervaginam dengan atau tanpa jaringan
hasil konsepsi.
g) Anus: untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid.
(3) Palpasi
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba.
a) Leher: untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar
gondok.
b) Dada: untuk mengetahui ada benjolan pada payudara atau tidak, ada nyeri
tekan atau tidak, ada kelainan bentuk atautidak, putting susu menonjol.
c) Abdomen: untuk mengetahui keadaan kontraksi uterus, umggi fundus uteri
berapa jari dibawah pusat.
d) Genetalia: pemeriksaan pembukaan serviks, inspekulo menilai ada/tidaknya
perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau tertutup, ada atau
tidaknya jaringan di ostium. Vagina toucher (VT) menilai portio masih
terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri,
tidak nyeri adneksa, kavum doglas tidak nyeri (Husin Farid, 2014: 77).

Data Penunjang.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung pencegahan diagnosa seperti
pemeriksaan laboratorium (hemoglobin, golongan darah, protein urin, glukosa urine),
pemeriksaan USG (Jannah Nurul, 2012: 203)
A.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri akut

1 .Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional .,dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan
2 Batasan Karakteristik
a. Pada data mayor
Subjektif : tampak meringis ,bersifat
protektif ,gelisah ,frekuensi nadi meningkat ,sulit tidur
Objektif : mengeluh nyeri
b. Pada data minor
Subjektif : tekanan darah meningkat ,pola nafas
berubah ,nafsu makan berubah ,proses berfikir
terganggu .menarik diri ,berfokus pada diri sendiri
Objektif : tidak ada
 Faktor yang berhubungan
 Kondisi pembedahan
 Cedera traumatis
 Infeksi
 Sindrom koroner akut
 Glaukoma

Diagnosa 2 : Gangguan Pola Tidur


A. Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal
B . Batasan Karakteristik
a. Pada data mayor
Subjektif : Mengeluh sulit tidur, mengeluh tidak puas tidur,
mengeluh pola tidur berubah
Objektif : (Tidak tersedia)
b. Pada data minor
Subjektif : Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Objektif : (Tidak tersedia)
 Faktor yang berhubungan
Hambatan lingkungan (mis.kelembapan lingkungan sekitar, suhu,
lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
Diagnosa 3 : resiko infeksi
A.Definisi
Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenetik
`1. Faktor resiko anaeurisma
 Penyakit kronis
 Efek prosedur invansi
 Malnutrisi
 Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
2.faktor yang berhubungan
 Aids
 Luka bakar
 Tindakan invansi
 Kanker
 Penyalah guna obat
 Gagal ginjal
Diagnosa 1 : nyeri
 Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
diharapkan termoregulasi dalam batas normal dengan kriteria
hasil :
 Gelisah : Cukup menurun
 Keluhan sulit tiddur : Cukup menurun

Diagnosa 2 : Gangguan Pola Tidur

i. Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
diharapkan termoregulasi dalam batas normal dengan kriteria
hasil :
 Keluhan Sulit tidur : Cukup menurun
 Keluhan tidak puas tidur : Cukup menurun
 Keluhan pola tidur berubah : Cukup menurun

Diagnosa 3 : resiko infeksi

 Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
diharapkan termoregulasi dalam batas normal dengan kriteria
hasil :
 Bengkak : Cukup menurun
 Kemerahan : Cukup menurun
 Gangguan kognitif :cukup menurun

.
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization, (2015). Complication of Abortion, technical and


Managerialfor Prevention and Treatment. Geneva
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016.
Rosmanengsi, R. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan Abortus
Inkomplit di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2017 (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
Sa’adah, M. (2019). Penatalaksanaan Pada Nyeri Pasca Abortus InkomplitdiRSUD
Syarifah Ambami Ratoh Ebuh Kabupaten Bangkalan tahun 2019 (Doctoral
dissertation, STIKES NGUDIA HUSADA MADURA).
Sa’adah, M. (2019). Penatalaksanaan Pada Nyeri Pasca Abortus Inkomplit diRSUD
Syarifah Ambami Ratoh Ebuh Kabupaten Bangkalan tahun 2019 (Doctoral
dissertation, STIKES NGUDIA HUSADA MADURA).

Anda mungkin juga menyukai