Laporan ini dibuat sebagai syarat untuk memenuhi tugas praktik rumah sakit pada mata
kuliah Keperawatan Maternitas II
Disusun Oleh :
Nama : ADIT FERDINAN
NIM : 2011020023
Prodi : Keperawatan S1/4A
PRODI KEPERAWATAN S1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN AJARAN 2022/2023
I. Konsep Arbotus
A. Definisi Arbotus
a. Abortus
Abortus adalah janin yang dikeluarkan dengan berat kurang dari 500 gram
atau memiliki usia gestasional kurang dari 20 minggu pada waktu dikeluarkan
dari uterus sehingga tidak memiliki angka harapan untuk hidup. (Dorland, 2012)
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang
terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat
badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang
dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka
abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu. (Wiknodjosastro, 2012).
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepei sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli sebelum usia 16 minggu
dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup
dibawah 400 gram itu diamggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak
waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Sofian dalam
Nurarif dan Kusuma, 2015)(Susilowati, 2019)
Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil konsepsi oleh
akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau
berat badan janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diluar kandungan (Purwaningrum & Fibriana,2017)
b. Pengertian Abortus Incomplite.
Abortus inkomplit adalah ditandai dengan dikeluarkanya sebagian hasil
konsepsi dari dalam uterus, sehingga bisa memberikan gejala klinis yaitu
perdarahan memanjang sampai terjadi keadaan anemis, perdarahan yang
mendadak yang banyak disertai kontraksi, terjadi infeksi ditandai suhu tinggi
dapat terjadi degenerasi ganas (Joseph, 2012).
c. Klasifikasi Abortus.
Menurut Mitayani, 2013 Berdasarkan kejaadiannya dapat dibagi atas dua
kelompok:
1. Aborsi spontan
Terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor meknis ataupun medisnalis,
semata- mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Klasifikasi abortus spontan:
a. Abortus iminens
Pada abortus ini terlihat perdarahan per vaginam. Pada 50% kasus,
perdarahan tersebut hanya sedikit berhenti setelah berlangsung beberapa
hari, dan kehamilan berlangsung secara normal. Meskipun demikian,
wanita yang mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir akan akibat
perdarahan pada bayi. Biasanya kekhawatirannya akan dapat diatasi
dengan menjelaskan kalau janin mengalami gangguan, maka
kehamilannya tidak akan berlanjut upaya perawatn untuk meminta
dokter membantu menenteramkan kekhawatiran pasien merupakan
tindakan yang bijaksana. Terapi yang dianjurkan pada abortus iminens
adalah tirah baring dan penggunaan sedatif selama paling sedikit 48 jam
dengan observasi. Cermat terhadap warna dan jenis darah/jaringan yang
keluar dari dalam vagina. Preparat enema dan laksatif idak boleh
diberikan. Pemeriksaan USG terhadap isi uterus dikerjakan pada
stadium ini dan kemudian bisa diulangi lagi 2 minggu kemudian.
Pasangan suami-istri dianjurkan untuk tidak senggama selama periode
ini.
b. Abortus insipiens
Abortus ini ditandai oleh kehilangan darah sedang hingga
berat,kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen
bagian bawah dan dilatasi serviks. Jika abortus tidak terjadi dalam waktu
24 jam, uterus harus dikosongkan dengan menggunakan forseps ovum,
alat kuret dan kanula pengisap; semua bahan yang dikirim untuk
pemeriksaan histologi. Antibiotik sering diberikan pada stadium ini
c. Abortus kompletus
Abortus ini terjadi kalau semua produk oembuahan seperti janin,
selaput ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri
kemudian akan berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami
involusi.
d. Abortus inkompletus
Abortus ini berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan
(hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada
kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini,
perdarahan tidak segera berkurang sementara serviks tetap terbuka.
Terapi asuhan keperawatan dan observasi pada abortus ini dilakukan
sama seperti pada abortus insipiens. Namun demikian, evakuasi uterus
harus segers dilakukan setelah diagnosis ditegakkan untuk mencegah
perdarahan lebih lanjut. Perhatian khusus diberikan pada higiene vulva.
Pada sebagian kasus, supresi laktasi mungkin diperlukan. Preparat
gamaglobulin anti-D diberikan pada wanita dengan Rh-negatif.
e. Missed abortion
Abortus ini terjadi kalau sesudah mengalami abortus iminens,
perdarahan per vaginam berhenti namun produk pembuahan meninggal
dan tetap berada dalam rahim. Tanda-tanda kehamilan berkurang, yaitu:
payudara menjadi lebih kecil dan lebih lunak, pertumbuhan uterus
terhenti, dan wanita tersebut tidak lagi ‘merasa’ hamil. Sesudah
beberapa minggu, sekret kecoklatan dapat terlihat keluar dari dalam
vagina dan tanda-tanda eksternal kehamilan menghilang.
Hipofibrinogenemia dapat terjadi. Bekuan darah dari perdarahan
plasennta kadang-kadang memenuhi uterus untuk membentuk mola
karneosa. Evakuasi spontan akhirnya terjadi pada sekitar usia kehamilan
18 minggu dan sebagian dokter beranggapan bahwa tindakan yang lebih
aman adalah menunggu evakuasi spontan. Namun demikian, wanita
meminta dokter untuk mengeluarkannya secepat mungkin setelah
menyadari bahwa bayinya sudah meninggal. Keadaan ini memberikan
situasi yang sangat sulit.
f. Abortus akibat inkompetensi serviks
Biasanya terjadi di sekitar usia kehamilan 20 minggu.
Serviksberdilatas tanpa rasa nyeri dan kantong janin menonjol. Pada
kehamilan berikutnya, abortus dapat dicegah dengan membuat jahitan
seperti tali pada mulut kantong (purse-string suture) yang dilakukan
dengan pembiusan di sekeliling serviks pada titik temu antara rugae
vagina dan serviks yang licin (jahitan Shirodkar). Jahitan tersebut
dibiarkan sampai kehamilan berusia 38 minggu dan pada saat ini, jahitan
dipotong sehingga persalinan spontan diharapkan akan mulai terjadi.
Angka keberhasilan jahitan Shirodkar mencapai 80% pada kasus-kasus
inkompetensi serviks murni.
g. Abortus habitualis
Abortus ini digunakan kalau seorang wanita mengalami tiga kali
atau lebih abortus spontan yang terjadi berturut-turut. Penyebab abortus
habitualis lebih dari satu (multipel). Dan sering terdapat lebih dari satu
faktor yang terlibat.
h. Abortus septic
Infeksi dapat mempersulit setiap jenis abortus karena resistensi
normal saluran genitalia pada hakikatnya tidak terdapat saat ini. Abortus
kriminalis (abortus ilegal yang dilakukan secara gelap) masih menjadi
penyebab infeksi yang paling serius karena tidak dilakukan secara
aseptik. Faktor lain yang terlibat adalah keberadaan produk pembuahan,
yaitu jaringan plasenta yang mati di dalam rahim. Infeksi dapat
menyerang endometrium dan menyebar ke bagian lain secara langsung
atau tidak langsung untuk menyebabkan peritonitis, salpingitis, dan
septicemia.
2. Abortus provokatus (induced abortion)
Terjadi karena sengaja dilakukan dengan memakai obat-obatan maupun
alat- alat. Abortus ini terbagi menjadi dua kelompok:
a. Abortus Medisinalis (Abortus therapeutica)
Merupakan abortus yang diinduksi secara buatan, baik untuk alasan
terapeutik (bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu)
maupun alasan lain.
b. Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis.(Susilowati, 2019)
Data Penunjang.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung pencegahan diagnosa seperti
pemeriksaan laboratorium (hemoglobin, golongan darah, protein urin, glukosa urine),
pemeriksaan USG (Jannah Nurul, 2012: 203)
A.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri akut
1 .Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional .,dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan
2 Batasan Karakteristik
a. Pada data mayor
Subjektif : tampak meringis ,bersifat
protektif ,gelisah ,frekuensi nadi meningkat ,sulit tidur
Objektif : mengeluh nyeri
b. Pada data minor
Subjektif : tekanan darah meningkat ,pola nafas
berubah ,nafsu makan berubah ,proses berfikir
terganggu .menarik diri ,berfokus pada diri sendiri
Objektif : tidak ada
Faktor yang berhubungan
Kondisi pembedahan
Cedera traumatis
Infeksi
Sindrom koroner akut
Glaukoma
.
DAFTAR PUSTAKA