Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :
RENI ARIYANTI
P1337420116013

PRODI D III KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
2018
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan
ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini
kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan (Syaifudin.Bari
Abdul,2000)
Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari
20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat (Mansjoer, Arif
M, 1999)
Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervagina yang tampak pada
paruh pertama kehamilan (William Obstetri, 1990)

2. Klasifikasi
Abortus dibagi menjadi dua yaitu :
1.       Abortus Spontan :
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata
lain yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage) (Cunningham,
2000).
Keguguran adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan
sebelum janin dapat bertahan. Sebuah keguguran secara medis disebut sebagai
aborsi spontan. WHO mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai
embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan
usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang. Aspek
klinis abortus spontan dibagi menjadi lima subkelompok, yaitu:
a.        Threatened Miscarriage (Abortus Iminens)
Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia
kehamilan 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasi serviks. Yang pertama kali muncul biasanya adalah
perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri
kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis :
nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan
tertekan di panggul atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah
suprapubis.
b.        Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan)
Yaitu Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah
ketuban yang nyata disertai pembukaan serviks.

c.         Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap)


Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan
plasenta biasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara
terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau
lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus
inkomplet.

d.        Missed Abortion


Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah
meninggal in utero selama 8 minggu. Setelah janin meninggal, mungkin
terjadi perdarahan pervaginam atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus
iminens, mungkin juga tidak. Uterus tampaknya tidak mengalami perubahan
ukuran, tetapi perubahan-perubahan pada payudara biasanya kembali seperti
semula.

e.         Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang)


Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan,
tetapi definisi yang paling luas diterima adalah abortus spontan yang terjadi
berturut-turut selama tiga kali atau lebih (Cunningham, 2000).

2.       Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :


Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar
tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan
apabila kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi
dibawah 100 gram bisa hidup di luar tubuh. Abortus ini dibagi 2 yaitu :
a.        Abortus medisinalis
Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena
tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu
mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
b.        Abortus kriminalis
Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara
sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.

3. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah :
a.Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
b.Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c.Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan
alkohol
b. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun.
c. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis
d. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus
e. Kelainan endokrin (hypertiroid, diabetes melitus, kekurangan hormon
progesteron)
f. Trauma, gangguan nutrisi, stress psikologis

4. Patofisiologis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus
desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada
plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion
atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum), janin lahir mati,
janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus. (Mansjoer Arif M. 1999)

5. Pathways
6. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 1997) adalah:
a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan
tertinggal, diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera
pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.

b. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat


mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila
setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil. Harus
diingat kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan
histologik harus dilakukan dengan teliti.

c. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam


uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga
gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama
sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah
kecil biasanya tidak menyebabkan kematian, sedangkan dalam jumlah 70-
100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan dengan segera.

d. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan
tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini
dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak
dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.

5.  Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal


seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat
mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-
obatan seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan adanya Met-Hb,
pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat diperlukan untuk
menegakkan diagnosis.

6.  Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi
memerlukan waktu.
7. Pemeriksaan penunjang

a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu


setelah abortus
b. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukkan apakah janin masih
hidup
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion

8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan abortus imminens menurut varney 2001 adalah :
a. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :
a) Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan
mengurangi rangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah abortus
sampai perdarahan benar – benar berhenti
b) Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan
irigasi atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina)
c) Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme

b. Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit :


a) Evaluasi tanda – tanda vital
b) Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining
vaginitis dan servisistis : observasi pembukaan serviks, tonjolan
kantong ketuban, bekuan darah, atau bagian – bagian janin
c) Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan,
effacement, serta kondisi ketuban

c. Jika pemeriksaan, negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk


menentukkan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika
mungkin untuk menenangkan wanita
d. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang
gejala bahaya dan pertahankan nilai normal
e. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat,
atau hasil pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil abnormal
Terapi yang diberikan menurut Masjoer (2001) adalah sedativa ringan seperti
phenobarbital 3 x 30 mg dan menurut Manuaba (2007) diberikan terapi
hormonal yaitu progesteron, misalnya premaston hingga perdarahan berhenti.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian fokus
a. Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan
bagi klien.
b. Data Subjektif
a).Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat
b).  Keluhan utama: pada pasien dengan abortus, kemungkinan pasien akan
datang dengan keluhan utama perdarahan pervagina disertai dengan
keluarnya bekuan darah atau jaringan, rasa nyeri atau kram pada perut.
Pasien juga mungkin mengeluhkan terasa ada tekanan pada punggung,
mengatakan bahwa hasil test kencing positif hamil, merasa lelah dan lemas
serta mengeluh sedih karena kehilangan kehamilannya.
c).      Riwayat kesehatan, yang terdiri atas:
1. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di
luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
3.Riwayat penyakit yang pernah dialami: Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi , masalah
ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan
dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
5. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik
sebelum dan saat sakit.
c.   Data psikososial.
a)        Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam
keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping
yang digunakan.
b)       Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
d. Data spiritual: Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan
kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
e. Pemeriksaan Fisik
a)      Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal
yang di inspeksi antara lain :
-    mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,
bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
-    Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b)      Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan
jari.
-    Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Suhu badan normal atau meningkat
-    Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Denyut nadi normal
atau cepat dan kecil
-    Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
c)      Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.
-    Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
-    Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak
d)     Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah,
dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung
janin. Tekanan darah normal atau menurun.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
c. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva yang
lembab
e. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

3. Perencanaan keperawatan
1.Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan :
a. Tidak terjadi defisit volume cairan
b. Seimbang antara intake dan output baik dari jumlah maupun kualitas
INTERVENSI RASIONAL
1.   Kaji kondisi status 1.  Pengeluaran cairan pervaginal
hemodinamika sebagai akibat abortus
2.  Ukur intake dan output cairan 2.  Jumlah cairan ditentukkan dari
3.  Berikan sejumlah cairan jumlah cairan yang hilang
pengganti cairan yang keluar pervaginal
4.  Evaluasi status hemodinamika 3.  Transfusi mungkin diperlukan
pada kondisi perdarahan masif
4.  Penilaian dapat ditentukkan
secara harian melalui
pemeriksaan fisik
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :
a.   Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
INTERVENSI RASIONAL
1.   Kaji kondisi nyeri yang dialami 1. Pengukuran nilai ambang nyeri
klien dapat dilakukan dengan skala
2.  Terangkan nyeri yang dialami maupun deskripsi
klien dan penyebabnya 2.  Meningkatkan koping klien
3. Kolaborasi pemberian analgetik dalam melakukan guidance
mengatasi nyeri
3.  Mengurangi onsert terjadinya
nyeri dapat dlakukan dengan
pemberian analgetika oral
maupun sistemik dalam
spectrum luas/sepesifik

3. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi


Tujuan :
a. Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
INTERVENSI RASIONAL
1.   Kaji tingkat kemampuan klien 1.   Mungkin klien tidak mengalami
dalam beraktivitas perubahan berarti, tetapi
2.   Kaji pengaruh aktivitas perdarahan masih perlu di
terhadap kondisi uterus atau waspadai untuk mencegah
kandungan kondisi klien lebih baik
3.   Bantu klien untuk memenuhi 2.   Aktivitas merangsang
kebutuhan aktivitas sehari – hari peningkatan vaskularisasi dan
4.   Bantu klien untuk melakukan pulsasi organ reproduksi
tindakan sesuai dengan 3.   Mengistirahatkan klien secara
kemampuan atau kondisi klien optimal
5.    Evaluasi perkembangan 4.   Mengoptimalkan kondis klien,
kemampuan klien melakukan pada abortus imminens istirahat
aktivitas mutlak sangat diperlukan
5.    Menilai kondisi umum klien

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva yang


lembab
Tujuan :
a.   Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
INTERVENSI RASIONAL
1.   Kaji kondisi keluaran atau 1.  Perubahan yang terjadi pada
dischart yang keluar, warna dan dischart di kaji setiap saat
bau dischart keluar, adanya warna
2.   Terangkan pada klien yang lebih gelap disertai bau
pentingnya perawatan vulva tidak enak, mungkin merupakan
selama masa perdarahan tanda infeksi
3.   Lakukan pemeriksaan biakan 2.   Infeksi dapat timbul akibat
pada dischart kurangnya kebersihan genetalia
4.    Lakukan perawatan vulva yang lebih luas
5.   Terangkan pada klien cara 3.   Berbagai kuman dapat
mengidentifikasi tanda infeksi teridentifikasi melalui dischart
6.   Anjurkan pada suami untuk 4.   Inkubasi kuman pada area
tidak melakukan hubungan genital yang relatif cepat dapat
senggama selama perdarahan menyebabkan infeksi
5.   Berbagai manifestasi klinik
dapat menjadi tanda nonspesifik
infeksi, demam, peningkatan
rasa nyeri, mungkin merupakan
gejala infeksi
6.   Pengertian pada keluarga sangat
penting artinya untuk kebaikan
ibu selama dalam kondisi
perdarahan, dengan melakukan
hubungan senggama dapat
memperburuk kondisi sistem
reproduksi ibu dan sekaligus
meningkatkan resiko infeksi
pada pasangan

5.Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan


Tujuan :
a. Tidak terjadi kecemasan
b. Pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
INTERVENSI RASIONAL
1.  Kaji tingkat pengetahuan atau 1.  Ketidaktahuan dapat menjadi
persepsi ibu dan keluarga dasar peningkatan rasa cemas
terhadap penyakit 2.   Kecemasan yang tinggi dapat
2.  Kaji derajat kecemasan yang menyebabkan penurunan
dialami klien penilaian objektif klien tentang
3.  Bantu klien mengidentifikasi penyakit
penyebab kecemasan 3.   Melibatkan klien secara aktif
4.   Asistensi klien menentukan dalam tindakan keperawatan
tujuan perawatan bersama merupakan support yang
5.   Terangkan hal – hal seputar mungkin berguna bagi klien dan
aborsi yang perlu diketahui oleh meningkatkan kesadaran diri
klien dan keluarga klien
4.   Peningkatan nilai objektif
terhadap masalah, berkontribusi
menurunkan kecemasan
5.   Konseling bagi klien sangat
diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan dan membangun
support sistem keluarga untuk
mengurangi kecemasan klien
dan keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Didik Tjindarbunni, Duk.2001. pencegahan diagnostik dini dan pengobatan kanker.


Yayasan Kanker Indonesia : Jakarta
Doengoes. M. 2001. Rencana perawatan Maternitas/ Bayi. EGC : Jakarta
Suzane, C, Smeltzer, Brenda, G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi 8. EGC : Jakarta
http://www.medicastore.com
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan oleh Reni Ariyanti NIM. P1337420116013 dengan judul


Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan di Ruang Adas Manis RSUD Pandan Arang
Boyolali yang telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 2 Mei 2018 :

Pembimbing Akademik Penyusun ,

Desak Parwati S.Kep.,Ns.,M.Kes Reni Ariyanti


NIP. 195705301981032002 NIM.P1337420116013

Menyetujui,
Pembimbing Klinik

Siti Zulaikah, STr.Keb


NIP.197018031989032002

Anda mungkin juga menyukai