Anda di halaman 1dari 7

Abortus

A. Pengertian Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2008).
B. Etiologi
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian. Sebaliknya, pada
kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal
yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau
cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda.
Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut:
a. Kelainan kromosom
b. Lingkungan kurang sempurna
c. pengaruh dari luar
2. Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis,malaria, dan lain-lain
dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui
plasenta ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, dan kemudian terjadilah
abortus.
4. Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan
abortus. Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi inkarserata atau
mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam
trimester ke 2 ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan
bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, amputasi, atau robakan serviks luas
yang tidak dijahit ( Prawirohardjo, 2006).
5. Faktor-faktor hormonal
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus
pada usia kehamilan 10-12 minggu yaitu pada saat plasenta mengambil alih fungsi korpus
luteum dalam produksi hormon
C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang
dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi
koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan
sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu
keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa
waktu kemudian plasenta. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk
miniatur.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya
kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas
(blighted ovum), mugkin pula janin telah mati lama (mised abortion) ( Prawirohardjo,
2006).
D. Klasifikasi
Menurut Mochtar Rustam abortus dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanisme
ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor ilmiah. Abortus ini
terbagi lagi menjadi :
a. Abortus Kompletus (keguguran lengkap) adalah seluruh hasil konsepsi
dikeluarkan, sehingga rongga rahim kosong.
b. Abortus Inkompletus (keguguran bersisa) adalah hanya sebagian dari hasil
konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua dan plasenta.
c. Abortus Insipiens ( keguguran sedang berlangsung ) adalah abortus yang sedang
berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba.
d. Abortus Iminens ( keguguran membakat ) adalah keguguran membakat dan akan
terjadi.
e. Missed Abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada
dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
f. Abortus Habitualis adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran
berturut-turut 3 kali atau lebih.
g. Abortus Septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran
kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah atau peritoneum.
h. Abortus Provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-
obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi :
1) Abortus Medisinalis
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
2) Abortus Kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis.
Abortus Komplit

A. Pengertian
Abortus kompletus terjadi dimana semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri sebagian besar telah menutup,
dan uterus sudah banyak mengecil. Ciri dari abortus ini yaitu perdarahan pervaginam,
kontraksi uterus, ostium serviks menutup, dan tidak ada sisa konsepsi dalam uterus.
Jika hasil konsepsi lahir dengan lengkap ,maka disebu abortus komplet, pada
keadaan ini kuretasi tidak perlu dilakukan, pada abortus kompletus, perdarahan segerah
berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari setelah
abortus masih ada perdarahan juga, abortus inkompletus atau endometritis pasca
abortus harus dipkirkan (Kemenkes RI, 2013).
B. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda abortus komplit :
1. Perdarahan pervaginam
2. Adanya kontraksi uterus
3. Ostium serviks sudah menutup
4. Adanya pengeluaran jaringan
5. Tidak ada sisa jaringan dalam uterus
6. Uterus telah mengecil
C. Gejala abortus komplit :
1. Tanda-tanda kehamilan, seperti amenorea kurang dari 20 minggu, mualmuntah,
mengidam, hiperpigmentasi mammae, dan tes kehamilan positif;
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, serta
suhu badan normal atau meningkat;
3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi;
4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus;

D. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan ginekologis:
a) Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva.
b) Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, serta ada/tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c) Colok vagina: porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, dan kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
b. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium
 Darah Lengkap
 Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik;
 LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
b) Tes Kehamilan
Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara
prediktif. Hasil positif menunjukkan terjadinya kehamilan abnormal
(blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan ektopik).
c) Ultrasonografi
 USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5
minggu;
 Detak jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm
(usia kehamilan 5 - 6 minggu);
 Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat,
pemeriksaan USG dapat digunakan untuk menentukan apakah
kehamilan viabel atau non-viabel.
E. Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiporetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamat-amati dengan teliti.
Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luar
dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus
pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat
karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin juga terjadi perlukaan pada
kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera,
untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi
komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar
lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh
syok.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat (syok endoseptik).
F. Pencegahan
Abortus dapat diperkecil resiko terjadinya
1. Rutin memeriksakan diri ke dokter
2. Berkonsultasi ke dokter ataupun tenaga kesehatan dan menjalani test USG
3. Mencukupi asupan nutrisi ibu hamil
4. Melakukan terapi pengobatan penyakit akut ibu maupun bapak
5. Mengurangi akitifitas fisik yang berat sejak prakehamilan
6. Mempertebal daya tahan tubuh
7. Selektif dalam mengkomsumsi obat
8. Istirahat yang cukup
9. Menghindari stress dan tekanan psikologis
10. Mengatur jarak kehamilan
G. Penanganan
1. Tidak perlu penanganan khusus apabila rahim telah bersih
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak yang bisa mengkibatkan anemia berat
dan perlu pananganan dengan tranfusi. Apabila terdapat anemia sedang berikan tablet
sulfas ferrosus 60mg perhari selama 2 minggu. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung protein,vitamin dan mineral
3. Apabila kondisi ibu baik cukup berikan tablet methylergometrin 3x1 tablet/ hari untuk 3-5
hari,asam mefenamat 3x500mg/hari,tablet Fe
4. 1x60mg/hari selama 2 minggu,amoxillin 3x500mg/hari selama 3 hari untuk mencegah
terjadinya infeksi.
5. Pastikan tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan meliputi KU,tanda-tanda vital dan
pengeluaran pervaginam
6. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut dirumah
7. Anjurkan ibu untuk diet tinggi protein,vitamin dan mineral
8. Anjurkan ibu untuk kontrol setelah obat habis atau jika ada keluhan

Anda mungkin juga menyukai